teknologi formulasi dan produksi ransum unggas

56

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

26 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas
Page 2: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas
Page 3: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

TEKNOLOGI FORMULASI

RANSUM UNGGAS

Muhammad Daud

Zulfan

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS

2018

Page 4: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian atau seluruh isi buku

ini, serta memperjual belikannya tanpa mendapat izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press Darussalam –Banda Aceh,

23111

Judul Buku : Teknologi Formulasi Ransum Unggas

Penulis

Penerbit

Telp

Email

Cetakan

ISBN

: Muhammad Daud dan Zulfan

: Syiah Kuala University Press

: (0651) 801222

: [email protected]

: Pertama, 2018

: 978-602-5679-94-0Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Page 5: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunianya sehingga, penulisan Buku Ajar ini

telah dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam

semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW Utusan

Allah pembawa risalah-Nya dan yang mengajarkan ilmu

dan hikmah kepada seluruh umat manusia. Penulis

bersyukur atas selesainya buku ini, semoga menambah

khazanah ilmu pengetahuan dibidang ilmu peternakan,

sehingga menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi

perkembangan industri peternakan di Indonesia. Judul

buku ini adalah Teknologi Formulasi Ransum Unggas.

Buku ini dibuat sebagai salah satu landasan ilmiah dalam

bidang industri pakan ternak unggas serta sebagai

pedoman dalam proses belajar mengajar Mata Kuliah

“Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas”,

dimana didalamnya membahas tentang bahan baku pakan

dan teknik formulasi ransum ternak unggas.

Buku Ajar ini bertujuan untuk membantu

mahasiwa Program Studi Peternakan dalam memahami

materi pada mata kuliah Teknologi Formulasi dan

Produksi Ransum Unggas, yang merupakan mata kuliah

wajib yang disajikan pada Semester 5, dengan beban 3 sks,

yang terdiri dari 2 sks tatap muka dan 1 sks praktikum.

Penulisan buku ini berdasarkan studi pustaka yang

diuraikan dalam beberapa bagian antara lain: pengenalan

bahan pakan ternak, pengolahan bahan pakan unggas,

kandungan nutrien bahan pakan unggas, kebutuhan

nutrien ternak unggas, tahapan formulasi ransum unggas,

iii

Page 6: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

teknik formulasi ransum unggas dan aneka formulasi

ransum unggas.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan

dalam buku ini untuk itu kritik dan saran terhadap

penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga

buku ini dapat memberi maanfaat bagi mahasiswa

Program Studi Peternakan khususnya dan bagi semua

pihak pembaca.

Banda Aceh, November 2018

Penulis

iv

Page 7: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

DAFTAR ISI

PRAKAT ................................................................................... iiiDAFTAR ISI ................................................................................ i

BAGIAN 1. PENGENALAN BAHAN PAKAN UNGGAS ....... 1

BAB I. Pengertian bahan pakan ........................................ 3

BAB II. Pemilihan bahan pakan ........................................ 8

BAB III. Klasifikasi bahan pakan ................................... 17

BAB IV. Jenis bahan pakan untuk ternak unggas .... 21

BAGIAN 2. PENGOLAHAN BAHAN PAKAN UNGGAS ... 54

BAB I. Pengeringan bahan pakan ................................... 56

BAB II. Penggilingan bahan pakan ................................ 67

BAB III. Penyimpanan bahan pakan ............................ 72

BAB IV. Penimbangan dan pengadukan bahan

pakan ........................................................................ 75

BAGIAN 3. KANDUNGAN NUTRIEN BAHAN PAKAN ... 79

BAB I. Kadar air bahan pakan .......................................... 83

BAB II. Kadar bahan kering dan abu bahan pakan 85

BAB III. Kadar protein kasar bahan pakan ................. 87

BAB IV. Kadar lemak kasar bahan pakan .................... 92

BAB V. Kadar serat kasar bahan pakan ....................... 95

BAB VI. Kandungan energi bahan pakan ................... 97

BAGIAN 4. KEBUTUHAN NUTRIEN PADA UNGGAS .. 101

BAB I. Kebutuhan energi pada unggas ...................... 103

BAB II. Kebutuhan protein pada unggas .................. 107

v

Page 8: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III. Kebutuhan vitamin pada unggas ............... 117

BAB IV. Kebutuhan mineral pada unggas .............. 126

BAB V. Kebutuhan air pada unggas .......................... 132

BAGIAN 5. TAHAPAN FORMULASI RANSUM UNGGAS

................................................................................................... 135

BAB I. Menentukan jenis ransum unggas ................ 137

BAB II. Memasukkan standar kebutuhan nutrien 139

BAB III. Mimilih bahan pakan dan komposisi

nutrisi .................................................................... 143

BAB IV. Memasukkan harga bahan pakan ............... 148

BAB V. Batasan penggunaan bahan pakan ............. 153

BAB VI. Melakukan formulasi ransum ...................... 156

BAGIAN 6. TEKNIK FORMULASI RANSUM UNGGAS 158

BAB I. Metode coba-coba (Trial and Error ) .......... 160

BAB II. Metode segi empat (Square pearson

method) ................................................................ 168

BAB III. Computer Method ........................................... 173

BAGIAN 7. ANEKA FORMULASI RANSUM UNGGAS 180

BAB I. Formulasi ransum ayam petelur ................... 182

BAB II. Formulasi ransum ayam pedaging ............. 191

BAB III. Formulasi ransum itik petelur .................... 194

BAB IV. Formulasi ransum itik pedaging ................ 199

BAB V. Formulasi ransum puyuh ............................... 203

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 207

vi

Page 9: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Bagian 1

Pengenalan Bahan Pakan Unggas

1

Page 10: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Persoalan pakan masih menjadi salah satu isu

pokok dalam kegiatan usaha ternak, khususnya ternak

unggas. Hal ini terutama karena pakan merupakan

komponen yang signifikan dalam struktur biaya produksi

ternak unggas. Selain faktor biaya, kandungan dan

komposisi gizi pakan juga akan berpengaruh langsung

terhadap kesehatan ternak. Kesehatan ternak secara

langsung juga akan mempengaruhi produktivitas dan

kualitas hasil peternakan. Ketergantungan pada

komponen pakan impor perlu dikurangi agar biaya pakan

dapat ditekan. Oleh sebab itu perlu diintensifkan upaya

eksplorasi bahan baku pakan lokal dengan kandungan gizi

yang baik, tersedia dalam jumlah yang memadai, dan

terjangkau harganya oleh peternak lokal/domestik.

Upaya-upaya untuk peningkatan produksi ternak harus

berbasiskan sumberdaya lokal, artinya segala potensi dan

sumberdaya yang kita miliki harus lebih dioptimalkan.

Untuk menyusun formulasi ransum ternak unggas

dibutuhkan berbagai macam bahan baku yang terdiri dari

bahan nabati dan hewani. Bahan baku pakan tersebut

dapat dibagi berdasarkan kandungan nutrisi dominannya,

yaitu sebagai sumber protein, energi, mineral dan vitamin.

Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun formulasi

ransum sebaiknya tidak bersaing dengan kebutuhan

manusia, tersedia secara terus menerus dan berkualitas

baik.

2

Page 11: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB I

Pengertian Bahan Pakan

Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian,

perikanan, peternakan, atau bahan lain serta yang layak

dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah

maupun yang belum diolah. Bahan pakan termasuk juga

bahan-bahan hasil samping (by product) pertanian,

perikanan peternakan atau bahan pakan lainnya yang

layak dipergunakan sebagai pakan baik yang telah diolah

maupun yang belum diolah; asal hewan. Bahan yang

berasal dari ternak ruminansia, non ruminansia, unggas,

dan/ atau ikan baik yang diolah maupun yang belum

diolah;. asal tumbuhan. Bahan yang berasal dari

tumbuhan baik yang diolah maupun yang belum diolah.

Bahan pakan adalah bahan hasil pertanian,

perikanan, peternakan, atau bahan lainnya yang layak

dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah

maupun yang belum diolah. Bahan pakan ternak unggas

adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak

unggas baik yang berupa bahan organik maupun

anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna

tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan terdiri

dari bahan organik dan anorganik. Bahan organik yang

terkandung dalam bahan pakan, protein, lemak, serat

kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen, sedang bahan

anorganik seperti calsium, phospor, magnesium, kalium,

3

Page 12: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Pemilihan Bahan Pakan

Pemilihan atau pengadaan bahan baku pakan, baik

kontinuitas, ketersediaanya, maupun harga dan kualitas

bahan baku sangat penting bagi perkembangan suatu

industri pakan. Dalam pengadaan bahan baku untuk

pabrik pakan, maka ada beberapa hal yang harus

diperhatikan diantaranya:

1. Melakukan pemesanan sesuai dengan proyeksi

produksi

2. Melakukan proses Material Requrement Planning

(MRP)

3. Melakukan MoU dengan para pemasok

4. Memeriksa kualitas dan kuantitas bahan

5. Mengelola penyimpanan bahan baku sesuai dengan

standar kualitas

6. Mapping pasar

7. Pengadaan stok berdasarkan produksi dan pasar

Pemilihan dan penerimaan bahan baku pakan

ternak merupakan salah satu aktivitas penting dalam

produksi pakan ternak. Strategi untuk dapat melakukan

pemesanan bahan baku pakan ternak unggas diperlukan

pengetahuan tentang faktor-faktor yang perlu

8

Page 13: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Klasifikasi Bahan Pakan

Berdasarkan kandungan nutrisinya, bahan pakan

ternak unggas bisa diklasifikasikan menjadi beberapa

kelas, yaitu: bahan pakan sebagai sumber energi, bahan

baku pakan sebagai sumber protein (nabati dan hewani),

bahan pakan sebagai sumber mineral, serta bahan pakan

tambahan dan pelengkap (feed additive dan feed

suplement).

A. Bahan Pakan Sumber Energi Bahan pakan unggas sumber energi mempunyai

kandungan protein kurang dari 20 persen dan serat kasar

kurang dari 18 persen. Contoh bahan pakan unggas

sumber energi adalah : biji-bijian dan butir-butiran,

limbah penggilingan, buah-buahan, akar-akaran dan

umbi-umbian. Contoh bahan pakan biji-bijian dan butir-

butiran adalah jagung, sorghum, dan gandum. Contoh

limbah penggilingan antara lain adalah dedak, dan menir.

Contoh buah-buahan adalah pisang, apel dan lain-lain.

Contoh akar-akaran dan umbi-umbian adalah singkong,

ketela rambat dan lain-lain.

Bahan pakan dapat dikatakan sebagai sumber

energi bila pada bahan pakan itu unsur nutrisi terbesar

17

Page 14: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB IV

Jenis Bahan Pakan

Untuk Ternak Unggas

Jenis bahan pakan yang umum digunakan sebagai

bahan pakan dalam formulasi ransum ternak unggas

adalah sebagai berikut:

1. Padi

Tujuan utama padi ditanam adalah untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Padi yang kualitasnya

tidak memenuhi syarat untuk konsumsi manusia, dapat

digunakan untuk pakan ternak unggas. Sebagai bahan

pakan ternak, padi dapat diberikan dalam bentuk gabah

atau beras. Tentu kedua bentuk tersebut mempunyai nilai

nutrisi yang sangat berbeda. Gabah dapat diberikan

kepada ayam semua umur, kecuali anak ayam yang masih

sangat muda. Gabah mengandung 40% serat kasar dan 11-

18% silika yang merupakan 25% dari berat gabah.

2. Jagung

Jagung merupakan bahan pakan ternak yang baik

untuk semua jenis ternak terutama untuk jenis ternak

21

Page 15: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Bagian 2

Pengolahan

Bahan Pakan

Unggas

54

Page 16: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Pengolahan bahan pakan sangat penting dilakukan

terutama bahan pakan yang non konvensional. Umumnya

bahan pakan yang akan digunakan dalam formulasi

ransum unggas harus diolah dulu karena berbagai hal

seperti tingkat kelayakan untuk dikonsumsi yang masih

rendah, kandungan anti nutrisi yang masih tinggi, dan

kondisi bahan pakan yang perlu ditingkatkan

palatabilitasnya. Kelayakan untuk dikonsumsi yang masih

rendah umumnya karena mengandung berbagai

komponen yang mengurangi konsumsi seperti kandungan

serat kasar yang tinggi, bentuk pakan yang belum layak

untuk diberikan ke ternak. Untuk itu maka pengolahan

bahan pakan menjadi unsur yang penting dalam proses

pembuatan bahan pakan sanagt penting dilakukan.

Beberapa cara pengolahan seperti pengolahan secara

fisik, kimiawi dan biologis.

Umumnya cara fisik dilakukan dengan cara

menjadikan bahan pakan menjadi lebih halus baik dengan

pemanasan, pengeringan, pembekuan, maupun mekanis

seperti penggilingan, penumbukan, pemarutan ataupun

penggerusan. Bahan pakan dengan kandungan air tinggi

diperlukan pengeringan ataupun pemanasan terlebih

dahulu sebelum diperlakukan secara mekanis.

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan atau

mengurangi kadar air dan mikroba pembusuk tidak dapat

hidup sehingga bahan pakan menjadi awet dan tahan

lama.

55

Page 17: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB I

Pengeringan

Bahan Pakan

Pengeringan merupakan metode pengawetan

dengan cara pengurangan kadar air dari bahan pakan

sehingga daya simpan dapat diperpanjang. Perpanjangan

daya simpan terjadi karena aktivitas mikroorganisme dan

enzim menurun sebagai akibat jumlah air yang

dibutuhkan untuk aktivitasnya tidak cukup. Proses

pengeringan bukan merupakan proses sterilisasi. Bahan

baku pakan yang sudah dikeringkan harus dijaga supaya

kadar airnya tetap rendah. Proses pengeringan dapat

dilakukan dengan penjemuran dan penggunaan alat

pengering.

Tujuan pengeringan adalah untuk pengawetan

bahan pakan, mengurangi volume dan berat produk:

transportasi dan penyimpanan serta penganekaragaman

produk seperti breakfast dan cereal. Prinsip pengeringan :

Pengeringan terdiri dari pindah panas dan difusi air

(pindah massa) dan perubahan cairan (atau padatan pada

freeze drying) menjadi uap memerlukan panas laten

produk.

Pengeringan pada intinya adalah mengeluarkan

kandungan air di dalam bahan pakan menjadi kurang dari

56

Page 18: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Penggilingan

Bahan Pakan

Penggilingan bahan pakan merupakan proses

pengecilan ukuran dengan gaya mekanis menjadi

beberapa fraksi ukuran yang lebih kecil. Penggilingan

bahan pakan bertujuan merubah bahan pakan yang

berpartikel besar menjadi lebih kecil hingga bentuk

tepung. Penggilingan bahan baku pakan dilakukan jika

bahan baku pakan yang akan digunakan berbentuk

butiran. Penggilingan bahan akan menyebabkan

permukaan partikelnya semakin luas. Mesin penghancur/

penggiling merupakan suatu sarana penunjang yang

sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan bahan

pakan. Alat penggilingan yang digunakan untuk

menggiling bahan pakan menjadi berbentuk tepung dari

serealia terdiri dari alat penghancur dan penggilas

(grinder, disk miil dan hammer mill). Hasil penggilingan

kemudian diayak untuk memisahkan bagian kulit dan

serat-seratnya. Hasil gilingan diayak dan pengayakan

bertingkat untuk mendapat berbagai tingkat hasil giling.

Bahan pakan yang dapat dihaluskan diantaranya biji-

bijian seperti: jagung dan sorgum, hasil ikutan seperti: bungkil

kedelai, bungkil kacang tanah, onggok, hasil dari hewani

seperti: limbah ikan, kepala udang dan kulit kerang, hijauan

seperti rumput kering, jerami kering, dan lain sebagainya.

67

Page 19: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Penyimpanan

Bahan Pakan

Penyimpanan bahan baku pakan dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara. Cara-cara penyimpanan ini

disesuaikan dengan jenis dan spesifikasi bahan pakan

untuk mempermudah proses penyimpanan dan

pembongkaran kembali bahan yang disimpan. Beberapa

cara penyimpanan tersebut antara lain, penyimpanan di

dalam gudang dengan kemasan, penyimpanan di dalam

gudang dalam bentuk curah di lantai gudang,

penyimpanan dalam bentuk curah di dalam tangki dan

penyimpanan dalam bentuk curah di dalam silo, dan cara

penyimpanan lainnya.

Penyimpanan dalam bentuk kemasan di dalam

gudang: bahan pakan disimpan di dalam gudang dalam

bentuk kemasan. Sebelum disimpan di dalam gudang,

bahan pakan terlebih dahulu harus di kemas di dalam

karung. Jenis karung yang digunakan dapat berupa karung

plastik maupun karung goni, atau kombinasi diantara

keduanya. Untuk bahan pakan tertentu bahkan ada yang

dikemas dalam kantong yang terbuat dari kertas.

A. Penyimpanan dalam bentuk curah di dalam gudang:

72

Page 20: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB IV

Penimbangan dan

Pengadukan Bahan Pakan

Penimbangan bahan pakan merupakan langkah

awal dari proses pembuatan pakan. Akurasi dan ketelitian

dalam penimbangan sangat diperlukan. Jenis timbangan

yang diperlukan yaitu timbangan analytik dan timbangan

kasar. Timbangan analytik digunakan untuk menimbang

bahan imbuhan seperti mineral, vitamin, premix dan lain-

lain yang pemakaiannya dalam jumlah yang sedikit.

Sedangkan timbangan kasar digunakan untuk menimbang

bahan pakan dalam jumlah besar.

Sebelum melakukan pengadukan atau

pencampuran semua bahan baku pakan yang akan

digunakan dalam formulasi ransum ternak unggas, maka

masing-masing bahan baku pakan tersebut harus

ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan susunan jumlah

dan persentase pengggunaan bahan pakan dalam

formulasi ransum ternak unggas. Untuk menimbang

bahan baku pakan dapat menggunakan alat timbangan

analytik dan timbangan kasar atau timbangan

beras/timbangan sejenisnya. Setelah ditimbang bahan-

75

Page 21: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Bagian 3

Kandungan Nutrien Bahan Pakan

79

Page 22: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Untuk menyusun suatu formulasi ransum ternak

unggas, terlebih dahulu perlu diketahui kandungan gizi

pada berbagai jenis bahan baku pakan ternak yang akan

dipakai. Hal ini sangat penting agar formulasi ransum

ternak unggas yang disusun sesuai dengan kebutuhan

hidup ternak baik energinya, proteinnya maupun vitamin

dan mineralnya. Secara umum bahan baku pakan yang

harganya mahal adalah bahan pakan sumber protein

dalam arti kandungan protein dalam bahan pakan

tersebut tinggi antara 20% ke atas. Selain protein, energi,

dan mineral, ternak juga membutuhkan vitamin. Bahan

pakan sumber vitamin yaitu minyak ikan, premix,

multivitamin dan sayuran hijau dengan penggunaan

sebanyak 0,5-2% dari total ransum.

Pakan yang dipersiapkan secara komersial

menurut aturan yang berlaku harus mempunyai label

yang berisi bahan yang di pakai dan bergaransi komposisi

kimia bahan apakn yang digunakan. Komposisi kimia pada

label karung pakan harus menunjukan persentase

minimum dari protein kasar dan lemak, serta persentase

maksimum dari kandungan serat kasar dan abu. Beberapa

label juga berisi kandungan maksimum garam, dan

minimum kalsium (Ca) dan phospor (P). Komponen zat

makanan yang terkandung pada suatu bahan pakan dapat

diketahui melalui proses analisis proksimat atau Weende

dapat mengetahui enam komponen zat gizi, yaitu (1) air,

(2) abu, (3) protein kasar (PK), (4) lemak kasar, (5) serat

kasar (SK), dan (6) Bahan Ekstrak Tiada Nitrogen (BETN).

80

Page 23: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB I

Kadar Air

Bahan Pakan

Kadar air mempunyai pengaruh terhadap hampir

semua karakteristik bahan baku seperti bentuk, tekstur,

warna dan rasa. Kadar air dalam jumlah yang bervariasi

dapat menjadi suatu masalah bagi bahan baku. Kadar air

bahan baku pakan yang tinggi dapat mendukung

pertumbuhhan jamur yang menghasilkan beberapa jenis

mixotoksin, sehingga dapat mempengaruhi lama

penyimpanan.

Bahan pakan yang tinggi kadar airnya mudah

berjamur atau busuk sehingga bisa menyebabkan

keracunan pada unggas yang mengkonsumsinya. Oleh

sebab itu bahan pakan yang dijual dipasaran perlu

dikontrol kadar airnya. Pengontrolan kadar air bahan

pakan tersebut menuntut metode analisis yang serba

cepat dan mudah, meskipun ketepatan analisis mungkin

sedikit dikorbankan. Moisture tester atau lampu inftra

merah dapat digunakan untuk menguji kadar air bahan

pakan secara cepat. Penting tidaknya kandungan air

diketahui bergantung pada jenis bahan pakan dan jumlah

83

Page 24: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Kadar Bahan Kering dan Abu

Bahan Pakan

Kadar bahan kering (BK) bahan pakan dihitung

sebagai selisih antara 100% dengan % air. Sebagian dari

BK tersebut mengandung zat-zat anorganik (mineral).

Dalam analisis proksimat, kadar mineral ditentukan

dengan membakar contoh bahan pakan pada suhu 500-

600 oC. Dalam suhu yang demikian tinggi, semua bahan

organik (BO) terbakar dan akhirnya teruapkan. Abu sisa

pembakaran itu dianggap sebagai mineral bahan pakan.

Selisih antara BK denagn mineral adalah BO. Kadar abu

kurang bermanfaat praktis terutama kandungan abu dari

hijauan. Abu hijauan banyak dipengaruhi oleh umur

tanaman, mayoritas abunya terdiri dari silika yang tidak

mempunyai nilai gizi bagi hewan. Kadar abu dari bahan

pakan hewani seperti tepung daging bertulang atau

tepung tulang lebih berarti karena dapat digunakan untuk

menaksir kandungan Ca dan P nya.

Kadar mineral yang ditentukan secara demikian,

tidak menggambarkan mineral-mineral apasaja yang

terdapat dalam bahan pakan. Juga pembakaran itu

pengabuan secara kering (dry ashing) yang demikian itu,

85

Page 25: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Kadar Protein Kasar

Bahan Pakan

Umumnya pakan ternak sebagai sumber protein

ini sangat sulit didapat. Ada saja faktor pembatas

penggunaannya sebagai sumber protein. Misalnya,

tepung bulu ayam kandungan protein kasarnya tinggi dan

dapat mencapai 75%. Akan tetapi, karena nilai cerna

proteinnya rendah yang disebabkan oleh adanya proses

keratinisasi pada bulu ayam tersebut, menyebabkan

pakan limbah ini masih jarang digunakan sebagai sumber

protein pengganti tepung ikan yang harganya mahal.

Klasifikasi bahan pakan sebagai sumber protein

adalah: (1) kandungan protein kasarnya harus di atas

20%, (2) kandungan serat kasarnya di bawah 18%, dan

(3) nilai cerna bahan tersebut di atas 75%. Berdasarkan

kriteria tersebut, sangat sulit untuk mendapatkan pakan

limbah sumber protein yang umumnya mempunyai

kecernaan rendah serta mengandung serat kasar yang

tinggi. Namun demikian, produk fermentasi dari pakan

limbah tersebut akan dapat mengatasi semua hal tersebut

di atas.

87

Page 26: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB IV

Kadar Lemak Kasar

Bahan Pakan

Dalam analisis proksimat kadar lemak bahan

makanan ditentukan dengan jalan mengekstraksikan

bahan makanan itu dalam pelarut organik. Contoh bahan

amkanan dibebaskan dulu dari air dengan

memeanaskanaya dalam oven pada suhu 105 0C.

Kemudian lemak diekstraksikan dengan petroleum ether

atau diethyl ether. Setelah ekstraksi selesai, ether

diuapkan hingga lemak makanan kering, lalu bobot lemak

bahan makanan ditimbang.

Lemak adalah kelompok senyawa heterogen yang

masih berkaitan, baik secara aktual maupun potensial

dengan asam lemak. Lipid mempunyai sifat umum yang

relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut non

polar seperti eter, kloroform dan benzena. Sebagian besar

lemak dalam pakan adalah lemak netral (trigliserida),

sedangkan selebihnya adalah fosfolipid dan kolesterol.

92

Page 27: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB V

Kadar Serat Kasar

Bahan Pakan

Serat kasar adalah bagian dari bahan pangan yang

tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang

digunakan dalam analisis proksimat makanan atau sisa

bahan pangan yang telah mengalami proses pemanasan

dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit di

laboratorium. Serat kasar merupakan bagian dari

karbohidrat yang dapat dimanfaatkan oleh unggas dalam

jumlah yang sangat kecil, sehingga kandungannya dalam

ransum perlu dibatasi. Serat kasar terdiri dari selulosa,

hemiselulosa dan lignin, merupakan zat pakan yang

hampir tidak dapat dimanfaatkan oleh unggas dengan

nilai energi rendah, sehingga dapat menurunkan nilai

energi metabolis ransum (Tilman dkk., 1991).

Serat kasar yang dapat dicerna ayam rata-rata

hanya sebesar 5-10% dari serat kasar ransum. Kandungan

serat kasar maksimum yang direkomendasikan dalam

95

Page 28: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB VI

Kandungan Energi

Bahan Pakan

Energi bahan pakan umumnya dapat dibedakan

menjadi empat, yaitu energi bruto (GE), energi dicerna

(DE), energi termetabolis (ME), dan energi netto (NE).

Energi kotor (gross energy, GE) adalah sejumlah panas

yang dilepaskan oleh satu unit bobot bahan kering pakan

bila dioksidasi sempurna. Energi kotor bahan pakan

ditentukan dengan jalan membakar contoh bahan pakan

dalam bom kalorimeter. Kandungan GE biasanya

dinyatakan dalam satuan Mkal GE/kg BK. Tidak semua GE

bahan pakan dapat dicerna, sebagian akan dikeluarkan

bersama feses.

Energi kotor dalam feses disebut sebagai fecal

energy (FE). Energi feses ini selain berasal dari pakan

yang tidak dicerna juga berasal dari saluran pencernaan

yang berupa mukosa, enzim dan bakteri. Energi tercerna

(digestible energy, DE) adalah berapa banyak GE yang

dapat dicerna dengan cara mengurangi GE bahan pakan

dengan GE feses (FE). Satuan DE adalah Mkal DE/kg BK.

97

Page 29: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB I

Kebutuhan Energi

pada Unggas

Di dalam tubuh ternak unggas, energi yang masuk

melalui makanan yang dikonsumsi mempunyai beberapa

fungsi, yaitu (1) membantu kelangsungan berbagai proses

fisiologis dan biologis, seperti kerja atau pergerakan,

pernafasan, peredaran darah, mempertahankan suhu

tubuh, pencernaan, penyerapan nutrisi, dan ekskresi; (2)

untuk memproduksi daging, telur, bulu, dan tenaga; dan

(3) untuk proses reproduksi.

Metode untuk menentukan kebutuhan energi pada

ternak yang hidup bebas adalah dengan melakukan

pengukuran keseimbangan energi yang meliputi

pengukuran energi termetabolis (EM) dengan percobaan

pakan dan pengukuran perubahan komposisi tubuh. Pada

ternak unggas, prosedur yang dilakukan adalah dengan

mengorbankan contoh jaringan ternak yang mewakili

pada awal/permulaan percobaan untuk menentukan

kadar lemak, protein, dan energi tubuh. Segera setelah itu

pemberian perlakuan pakan dilakukan. Pada akhir

perlakuan, ternak dipotong dan jaringan tubuh ternak

dianalisis kandungan protein, lemak, dan energinya untuk

mengetahui perubahan zat-zat tersebut selama

percobaan.

103

Page 30: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Kebutuhan Protein

Pada Unggas

Protein berasal dari kata "proteios" yang berarti

"pertama" atau "kepentingan primer". Protein merupakan

senyawa organik yang sebagian besar unsurnya terdiri

atas karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor.

Ciri khusus protein adalah adanya kandungan nitrogen.

Berdasarkan bentuknya, protein dapat diklasifikasikan

dalam tiga bagian, yaitu protein berbentuk bulat, serat

dan gabungan ke duanya. Kebutuhan protein untuk

masing-masing jenis unggas berbeda-beda. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kebutuhan unggas akan protein

antara lain suhu lingkungan, umur, spesies/bangsa/strain,

kandungan asam amino, kecernaan. Unggas mempunyai

suhu tubuh antara 39 - 41oC yang lebih tinggi

dibandingkan dengan suhu tubuh ternak lain sehingga

memerlukan energi pemeliharaan yang lebih banyak.

Semakin meningkat suhu lingkungan menyebabkan

unggas memerlukan energi yang lebih sedikit, tetapi

107

Page 31: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Kebutuhan Vitamin

Pada Unggas

Vitamin merupakan sejumlah persenyawaan organik

yang secara umum tidak ada hubungan atau kesamaan kimiawi

satu sama lain. Vitamin merupakan komponen dari bahan

makanan tetapi bukan karbohidrat, lemak, protein dan air, dan

terdapat dalam jumlah sedikit. Vitamin tersebut harus tersedia

dalam pakan karena tidak dapat disintesis oleh ternak dan

esensial untuk perkembangan jaringan normal dan untuk

kesehatan, pertumbuhan dan hidup pokok karena tubuh tidak

dapat mensintesis sendiri, kecuali beberapa vitamin seperti

vitamin C pada ayam dan vitamin B kompleks pada ruminansia.

Vitamin sangat diperlukan untuk reaksi-reaksi spesifik

dalam sel tubuh hewan. Zat ini penting untuk fungsi jaringan

tubuh secara normal, untuk kesehatan, pemeliharaan dan

pertumbuhan jaringan. Vitamin berperan sebagai koenzim atau

katalisator hayati, yaitu berperan sebagai mediator dalam

sintesis atau degradasi suatu zat tanpa ikut menyusun zat yang

disintesis atau dipecah tadi. Apabila vitamin tidak terdapat

dalam pakan atau tidak dapat diabsorpsi akan mengakibatkan

penyakit defisiensi yang khas atau sindrom yang dapat

diperbaiki dengan pemberian vitamin itu sendiri. Gejala-gejala

117

Page 32: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB IV

Kebutuhan Mineral

Pada Unggas

Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang

sangat esensial untuk kehidupan unggas. Berdasarkan

jumlah kebutuhan dan keberadaan dalam tubuh unggas,

mineral dibedakan atas dua kelompok yaitu makro

mineral dan mikro mineral. Makro mineral terdiri dari

phosphor, kalsium, magnesium, sodium, potasium, klor,

dan sulfur. Mikro mineral terdiri dari besi, seng, mangan,

tembaga, kobalt, iodine, selenium dan kromium. Mineral

merupakan unsur nutrisi yang sangat penting di dalam

penyusunan kerangka tubuh, bagian dari berbagai cairan

dan sistem tubuh, untuk pertumbuhan tulang,

pembentukan kulit telur, dan fungsi fisiologis lainnya yang

membutuhkan mineral. Mineral yang dibutuhkan dalam

jumlah besar atau makro mineral atau mineral utama oleh

ternak unggas adalah kalsium, fosfor, sodium, potasium,

126

Page 33: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB V

Kebutuhan Air

Pada Unggas

Hampir 55-75% tubuh ternak terdiri atas air. Air

merupakan medium yang sangat cocok untuk mengangkut

zat makanan dan zat sisa metabolisme dari dan ke seluruh

tubuh. Daya larut dan kekuatan ionisasinya yang tinggi

menyebabkan air sangat mudah dalam reaksi sel. Air

dapat menjalankan berbagai fungsi yang sangat vital dan

merupakan prasyarat untuk dapat berlangsungnya

berbagai proses kehidupan dalam tubuh sebagai berikut:

1. Air sebagai komponen darah dan cairan limpa yang

merupakan bagian yang paling vital dalam proses

kehidupan;

2. Air sebagai pengatur suhu tubuh,

3. Air sebagai bahan pengangkut zat makanan dalam

proses pertukaran zat dalam tubuh/metabolisme, dan

4. Air sebagai pelembut bahan makanan sehingga lebih

mudah dicerna.

Kebutuhan air pada ternak untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi dengan tiga cara,

132

Page 34: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Bagian 5

Tahapan Formulasi Ransum Unggas

135

Page 35: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Tahapan penyusun formulasi ransum unggas dapat

dilakukan dengan menerapkan program optimalisasi.

Yaitu pemakaian bahan baku yang optimal dengan harga

serendah-rendahnya, namun mampu memenuhi

kebutuhan nilai nutrisi yang dibutuhkan ternak unggas.

Langkah-langkah dalam membuat formulasi ransum,

pertama kita harus menentukan persentase pembatasan

formulasi ransum yaitu batasan maksimal dan minimal

suatu bahan baku pakan dapat digunakan (dilihat dari

kandungan nutrisi dan zat antinutrisi yang mungkin ada).

Jika tidak dilakukan pembatasan, resiko kelebihan dan

kekurangan nutrisi akan berdampak pada tidak

tercapainya efisiensi ransum. Pembatasan harga juga

perlu diperhitungkan.

Terdapat tiga faktor utama yang merupakan

problem dalam penyusunan formulasi ransum yang akan

mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan. Ke tiga hal

tersebut adalah harga bahan makanan penyusun ransum

unggas, ketersediaan bahan makanan untuk pakan unggas

di daerah peternakan tersebut dan kandungan zat-zat

makanan bahan pakan unggas. Harga bahan pakan

merupakan pertimbangan utama dalam menyusun

ransum unggas. Harga bahan pakan unggas bervariasi

bergantung pada beberapa hal, antara lain jenis bahan

pakan, kebijakan pemerintah dalam bidang pakan ternak,

impor bahan pakan, kondisi panen dan tingkat

ketersediaan bahan pakan tersebut pada suatu daerah.

136

Page 36: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB I

Menentukan Jenis

Ransum Unggas

Penentuan jenis ransum unggas yang akan

diformulasikan sangat penting diperhatikan, hal ini

menyangkut dengan kesesuaian dan kebutuhan nutrisi

berdasarkan jenis ternak unggas (ayam petelur, ayam

pedaging, itik petelur, itik pedaging, puyuh dan lain

sejenisnya), jenis kelamin, umur, bobot badan, dan jenis

produksi (pedaging, petelur, pre-layer dan lain

sebagainya).

Pakan merupakan biaya terbesar dalam

pemeliharaan ternak unggas (ayam maupun itik),

biasanya berkisar 60-75% dari total biaya produksi. Oleh

karena itu, sebagai salah satu dari 3 sendi usaha

peternakan (bibit – pakan – manajemen), faktor pakan

perlu mendapatkan perhatian khusus. Pilihan bibit unggas

yang baik, artinya dihasilkan dari induk dan pejantan

pilihan yang memiliki pertumbuhan yang cepat dan bobot

badan yang tinggi akan menghasilkan keturunan yang

memiliki potensi pertumbuhan yang cepat. Bibit yang baik

mesti dipelihara dengan manajemen yang baik pula

137

Page 37: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Memasukkan Standar

Kebutuhan Nutrien

Dalam memformulasikan ransum unggas salah

satu hal yang sangat penting diperhatikan adalah tentang

standar kebutuhan nutrien untuk unggas tersebut.

Sebagai acuan standar kebutuhan nutrien unggas dapat

mengacu kepada standar pakan yang diterbitkan oleh SNI.

Standar tersebut telah dibahas dan disepakati secara

konsensus nasional dihadiri oleh Tim Komisi Pakan,

wakil-wakil dari lembaga penelitian, perguruan tinggi,

pelaku usaha dan instansi terkait lainnya sebagai upaya

untuk meningkatkan jaminan mutu (quality assurance)

dan yang akan mempengaruhi kinerja ternak unggas.

Pada umumnya ternak unggas membutuhkan

asupan gizi yang baik bagi pertumbuhannya. Zat gizi atau

nutrien tersebut bisa berupa sumber protein, karbohidrat,

lemak, vitamin dan mineral dalam pakan yang

dikonsumsinya atau yang dapat disintesis dalam

tubuhnya sendiri. Pakan merupakan semua bahan yang

dapat dimakan ternak, dicerna, diserap, dan dapat

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

139

Page 38: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Mimilih Bahan Pakan

dan Komposisi Nutrisi

Sebelum menyusun formulasi ransum unggas

selalu harus memperhatikan faktor utama yang akan

mempengaruhi kualitas dan kuantitas pakan tersebut

yaitu pemilihan bahan pakan penyusun ransum ternak

unggas tersebut, disamping itu juga harus memperhatikan

ketersediaan bahan pakan untuk pakan unggas di daerah

peternakan tersebut dan kandungan zat-zat makanan

bahan pakan unggas serta kebutuhan zat makanan unggas.

Salah satu kelemahan penyusunan formulasi

ransum unggas selama ini adalah kurang mengoptimalkan

potensi bahan pakan lokal. Umumnya sebagian bahan

pakan terutama sumber protein masih impor seperti

bungkil kacang kedelai dan tepung ikan. Akibatnya harga

bahan pakan tersebut relatif mahal. Alasan yang umum

dipakai untuk pembenaran impor adalah belum adanya

bahan pakan tersebut di daerah lokal dan/atau

standardisasi kualitas bahan pakan impor yang relatif

stabil. Sementara potensi bahan pakan lokal sampai saat

ini belum tergarap dengan baik. Bungkil kacang kedelai

memang kurang terdapat di daerah lokal karena jarang

143

Page 39: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB IV

Memasukkan Harga

Bahan Pakan

Harga bahan penyusun formulasi ransum unggas

merupakan pertimbangan utama bagi peternak untuk

menyusun pakan. Semakin murah harga suatu bahan

makanan maka akan semakin menarik bagi peternak.

Harga bahan pakan unggas bervariasi bergantung pada

beberapa hal, antara lain kebijakan pemerintah dalam

bidang makanan ternak, impor bahan makanan dan

tingkat ketersediaan bahan pakan tersebut pada suatu

daerah. Kebijakan pemerintah selama ini kurang

memprioritaskan dunia peternakan termasuk kebijakan

tentang harga pakan ternak. Sehingga harga pakan tidak

pernah stabil pada suatu imbangan harga tertentu.

Berbeda dengan harga pangan yang diusahakan oleh

pemerintah untuk selalu stabil pada harga tertentu.

Harga bahan pakan penyusun formulasi ransum

unggas secara ekonomis sangat mempengaruhi harga

pakan tersebut. Umumnya bahan pakan sumber energi

seperti jagung, sorghum dan padi-padian lainnya berharga

murah kecuali minyak. Harga minyak mahal karena murni

sebagai sumber energi tanpa ada sumber zat makanan

148

Page 40: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB V

Batasan Penggunaan

Bahan Pakan

Pembatasan penggunaan bahan pakan

dimaksudkan agar kita dapat membatasi bahan pakan

tertentu yang mungkin harganya mahal atau karena bahan

pakan tersebut memiliki anti nutrisi sehingga dibatasi

penggunaannya jangan lebih dari jumlah tertentu.

Pembatasan juga diperlukan untuk memberikan

kesempatan menggunakan berbagai bahan pakan yang

lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan nutrien.

Pembatasan terutama digunakan bila menginginkan

ransum yang dihasilkan murah harganya dengan

kandungan zat makanan sesuai kebutuhan unggas.

Kenapa penggunaan bahan pakan perlu dibatasi?

Alasannya adalah jika dipakai terlalu banyak akan

berpengaruh negatif terhadap ternak. Pengaruh negatif

tersebut bisa disebabkan oleh karena mengandung zat

anti-nutrisi. Misalnya kedelai mentah kaya akan anti-

tripsin sehingga menghambat pencernaan protein. Oleh

karena itu, perlu perlakuan sebelum diberikan pada

ternak unggas misalnya dengan penyangraian selama 20-

30 menit. Tetapi, penyangraian tidak hanya memerlukan

153

Page 41: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB VI

Melakukan Formulasi Ransum

Untuk menyusun formulasi ransum unggas yang

baik diperlukan beberapa pengetahuan seperti:

pengetahuan tentang bahan pakan (kandungan gizi,

adanya faktor pembatas atau anti nutrisi, faktor-faktor

yang mempengaruhi kualitas bahan pakan, dan lainnya),

kebutuhan gizi ternak sesuai dengan umur fisiologis atau

tingkat produksi, teknik menghitung dan (komputasi)

serta teknik yang berhubungan dengan pencampuran dan

pembentukan pakan.

Menyusun formulasi ransum pada hakekatnya

sama dengan mencampur bahan-bahan pakan yang

dimiliki dengan perbandingan tertentu agar campuran

tersebut dapat memenuhi kebutuhan ternak untuk

berproduksi dengan baik. Ada berbagai cara yang dapat

ditempuh untuk mencapai ini. Semakin banyak jumlah

bahan yang akan digunakan dan kandungan gizi yang

harus dipertimbangkan, maka semakin rumit pula cara

untuk penyusunan ransum.

156

Page 42: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Metode Segi Empat

(Square Pearson Method)

Sistem square pearson method atau metode segi

empat merupakan sistem pencampuran pakan dengan

memakai metode matematika secara sederhana dengan

satu nutrien sebagai pembatas seperti protein, energi

ataupun mineral. Square pearson method dapat diunkan

untuk menentkan kombinasi konsentrat dengan bahan

baku pakan sumber energi atau dengan beberapa sumber

yang lain.

Sistem ini mencoba mengurangkan dan

menambahkan komposisi zat-zat makanan yang

dicampurkan. Kelemahan sistem square pearson method

ini adalah tidak dapat menyusun bahan makanan dan

kebutuhan zat-zat makanan dalam jumlah banyak. Sebagai

contoh perhitungan dapat dikemukakan di bawah ini.

1. Contoh pertama

Menyusun ransum itik petelur dengan Protein

Kasar =15 %, bahan pakan yang tersedia adalah

168

Page 43: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Computer Method

Seiring dengan kemajuan teknologi komputer,

proses penyusunan formulasi ransum unggas dapat

dilakukan dengan cepat, mudah dan hasilnya sangat

memuaskan. Dengan mudah dapat mensimulasi berbagai

jenis ransum dengan harga yang termurah. Saat ini telah

banyak beredar berbagai jenis perangkat lunak untuk

memudahkan proses penyusunan formulasi ransum

unggas diantaranya seperti program Mixit, Spartan, Brill,

Feed Live, Winfeed, UFFDA FeedMania dan banyak

lainnya. Namun tentunya semua itu memiliki kelebihan

dan kekurangannya masing-masing. Berikut ini diuraikan

salah satu contoh penggunaan program formulasi ransum

menggunakan program FeedMania versi 6.35.

Program FeedMania versi 6.35 merupakan salah

satu perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun

ransum ternak. Program ini memiliki banyak kelebihan

dibandingkan dengan program-program sejenisnya.

Dapat digunakan untuk segala macam jenis ransum

unggas. Dalam penyusunan formulasi ransum, Feedmania

secara otomatis dapat menunjukkan jenis bahan pakan

mana yang hraus diubah jumlahnya bila susunan ransum

173

Page 44: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB I

Formulasi Ransum

Ayam Petelur

Formulasi ransum ayam petelur dapat disusun dari

berbagai bahan baku pakan lokal yang tersedia di sekitar

dan sebaiknya menggunakan bahan baku pakan yang

berserat kasar rendah dan berkualitas baik, sehingga

dapat menghasilkan suatu formulasi ransum ayam petelur

yang berkualitas dan terjangkau harganya. Dalam

menyusun formulasi ransum ayam petelur terlebih dahulu

perlu ditentukan jenis ransum yang akan disusun,

formulasi ransum ayam petelur dapat disusun

berdasarkan umur, bobot badan, dan jenis produksi.

Berikut ditampilkan beberapa contoh formulasi ransum

ayam petelur pada berbagai fase (starter, grower,

develover, pre-layer dan layer).

182

Page 45: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB II

Formulasi Ransum

Ayam Pedaging

Formulasi ransum ayam pedaging dapat disusun

dengan menggunakan bahan baku lokal, dan berserat

kasar rendah dan berkualitas tinggi. Formulasi ransum

ayam pedaging dapat juga diformula untuk menghasilkan

daging dengan rendah lemak, rendah kolesterol dan kaya

omega 3 dengan menggunakan teknik manipulasi

formulasi ransum yang berkualitas. Berikut ini beberapa

contoh formulasi ransum ayam pedaging pada berbagai

fase (starter, dan finisher).

191

Page 46: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Contoh 2.

Formulasi Ransum Ayam pedaging fase Finisher (umur 3-

5 minggu)

Bahan baku pakan Persentase penggunaan bahan baku pakan

Jagung 54 Dedak halus 7,0 Bungkil kedelai 13 Bungkil kelapa 8,0 Ampas sagu 2,5 CGM 4,0 Tepung ikan 8,0 CPO 2,0 DCP 0,5 CaCO3 0,5 Premik 0,5 Total 100 Komposisi Nutrien Energi Meatabolis (kkal/kg) 2918,4 Protein Kasar (%) 19,41 Serat Kasar (%) 4,17 Lemak Kasar (%) 5,01 Kalsium (%) 0,87 Fosfor tersedia (%) 0,49 Lisin (%) 0,96 Metionin (%) 0,41

193

Page 47: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB III

Formulasi Ransum

Itik Petelur

Dalam menyusun formulasi ransum itik petelur

ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya

adalah tentang keseimbangan kandungan nutrisi.

Kandungan nutrisi yang satu harus proposional dengan

nutrisi yang lain sebagai suatu kesatuan. Kekurangan atau

ketidaktepatan menyebabkan mesin biologis itu bekerja

tidak maksimal. Jika berlebih, zat makanan akan menjadi

beban fisiologis tubuh dan menjadi terbuang.

Untuk menyiapkan ransum pada itik petelur maka

ada beberapa pengetahuan yang harus dikuasai.

Pengetahuan itu adalah pengetahuan mengenai: a. Potensi

genetik itik petelur, b. Kebutuhan nutrien itik petelur, c.

Kandungan nutrien dari bahan pakan yang akan

digunakan, serta d. teknik penyusunan ransum. Berikut

ini beberapa contoh formulasi ransum itik petelur yang

diformulasikan menggunakan limbah ikan leubim pada

berbagai fase (starter, grower dan layer).

194

Page 48: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB IV

Formulasi Ransum

Itik Pedaging

Secara alamiah ternak itik memiliki toleransi yang

lebih tinggi terhadap pakan yang mengandung serat

dibandingkan unggas lain. Ternak itik juga memiliki daya

adaptasi lebih baik terhadap lingkungan dan memiliki

ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik, sehingga

dalam pemeliharaan itik tidak begitu perlu diberi obat-

obatan peningkat daya tahan tubuh atau vaksin dari

penyakit tertentu seperti gumboro atau ND. Selain itu

dengan tingginya toleransi terhadap serat kasar, memberi

peluang pada penggunaan bahan pakan yang berserat

kasar tinggi dan bernilai gizi cukup baik, serta mudah

didapat. Berikut ini beberapa contoh formulasi ransum

itik pedaging yang diformulasikan menggunakan tepung

keong mas pada berbagai fase (starter, dan finisher).

199

Page 49: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

BAB V

Formulasi Ransum

Puyuh

Faktor yang berpengaruh besar terhadap

produktivitas puyuh, yaitu manajemen pemberian pakan

yang berperan penting dalam menetukan kualitas produk

ternak puyuh. Pakan yang digunakan apabila berkualitas

baik dan mencukupi kebutuhan nutrisi ternak puyuh

maka produksi yang dihasilkan juga akan berkualitas baik

namun salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian

khusus adalah mahalnya biaya pakan sumber protein

seperti bungkil kedelai dan tepung ikan, dengan demikian

pemanfaatan limbah yang dapat menggantikan bahan

pakan sumber protein menjadi sanagt penting dilakukan.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan

tersebut adalah dengan memanfaatkan limbah (by

product) dalam formulasi ransum ternak puyuh. Salah

satu limbah yang dapat digunakan adalah ampas sagu

dalam formulasi ransum puyuh. Berikut ini beberapa

contoh formulasi ransum puyuh yang diformulasikan

menggunakan ampas sagu pada berbagai fase (anak,

puyuh dara dan bertelur).

203

Page 50: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. A., 2000. Enzim komponen penting dalam pakan

bebas antibiotika. Feed Mix Special. http

://www.alabio.cbn.net.

Amrullah, I.K., 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Penerbit

Lembaga Satu Gunung Budi KKP IPB Baranang

Siang. Bogor.

Annison, G. 1993. The role of wheat non starch

polysaccharides in broiler diets. Aust. J. Agric. Res.

44 : 405 – 422

Arifin, C.K. 2018. Kamus dan Rumus Peternakan dan

Kesehatan Hewan. Penerbit PT. Gallus Indonesia

Utama. Jakarta Selatan

Bidura, I.G. N. G., N. L. G. Sumardani, T. I. Putri, dan I. B. G.

Partama. 2008. Pengaruh pemberian ransum

terfermentasi terhadap pertambahan berat badan,

karkas, dan jumlah lemak abdomen pada itik Bali.

Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 33

(4) : 274-281

Daud, M. 2018. The Effects of Leubiem Fish Waste

(Chanthidermis Maculatus) As Protein Source in

Rations on The Performance of Male Alabio Ducks.

Proceding Internasional Seminar Animal Industry.

28-30 Agustus 2018. IPB Convention Center-Bogor.

Daud, M. 2018. Feeding Local Fermentation To Production

and Carcass Percentage of Peking Duck. Proceding

International Seminar on Livestock Production and

Veterinary Technology. 16-17 October 2018,

Medan.

207

Page 51: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Daud, M., Fuadi, Z., Mulyadi. 2017. Performans dan

Persentase Karkas Ayam Ras Petelur Jantan Pada

Kepadatan Kandang yang Berbeda. Jurnal Agripet.

17(1):67-74.

Daud, M., Mulyadi., Fuadi, Z., 2016. Persentase karkas itik

peking yang diberi pakan dalam bentuk wafer

ransum komplit mengandung limbah kopi. Jurnal

Agripet. 16 (1): 62-68.

Daud M, W.G. Piliang, dan I.P. Kompiang. 2007. Persentase

dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi

probiotik dan prebiotik dalam ransum. JITV.

12(3):167174

Farrah Virginia. 2015. Kajian Pengeringan Gabah yang

Menggunakan Sistem Kendali Udara Lingkungan

dan Penjemuran. Departemen Teknik Mesin dan

Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut

Pertanian Bogor. Hal 42-44.

Hermana, W, D.M Suci. 2012. Pakan Ayam. Penerbit

Penebar Swadaya. Cimanggis Depok.

Khawaja T., S.H Khan and N.N Ansari. 2007. Effect of

different leevels of blood meal on broiler

performance during two phases of growth.

International Journal of Poltry Science. 6 (12): 860-

865.

McDonald, P., R.A Edward, J.F.D Greenhalgh, and C.A

Morgan. 1998. Animal Nutrition. Longman

Publishers.

NRC. l984. Nutrient Requirement of Poultry. National

Academy Press.Washington, D. C.

208

Page 52: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Titin, K. 2011. Potensi Tepung Darah Sebagai Sumber

Protein Pakan Ikan Alternatif. Prosiding Forum

Inovasi Teknologi Akuakultur. 1001-1008.

Setiowati S., E. Sudjarwo and A.A Hamiyanti. 2014. The

effect of blood meal addition in the feed to carcass

and giblet percentages of quail.

Scott, M. L., M. C. Neisheim and R. J. Young. l982. Nutrition of The Chickens. 2nd Ed. Publishing by : M. L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.

209

Page 53: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Tentang Penulis

Muhammad Daud, lahir di

Padang Rasian, Aceh Selatan

pada Tanggal 11 April 1977.

Menempuh Pendidikan

Sarjana Peternakan (S1) tahun

1997 dan selesai tahun 2001,

Pendidikan Magister Ilmu

Ternak (S2) ditempuh sejak tahun 2002 selesai tahun

2005, dan Pendidikan Doktor Ilmu Ternak ditempuh sejak

tahun 2006 dan selesai tahun 2010 di Institut Pertanian

Bogor (IPB). Berbagai hasil penelitiannya sudah

dipublikasikan pada Jurnal dan Prosiding Nasional dan

International. Penulis merupakan staf pengajar di

Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kuala, Banda Aceh. Buku Ajar Teknologi Formulasi

Ransum Unggas ini adalah karya pertamanya yang

diterbitkan oleh Unsyiah Press bersama tim penulis

Zulfan. Penulis dapat dikunjungi di alamat

[email protected].

210

Page 54: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas

Zulfan, lahir di Banda Aceh

pada Tanggal 7 Juni 1965.

Menempuh Pendidikan

Sarjana Produksi Ternak (S1)

tahun 1985 -1989, di Institut

Pertanian Bogor (IPB) dan

menyelesaikan Pendidikan

Magister bidang ilmu Poultry Science (S2) tahun 1995-

1996, di Clemson University, USA. Berbagai penelitian

sudah dilakukan dan hasil penelitiannya sudah

dipublikasikan pada Jurnal dan Prosiding Nasional dan

International. Penulis merupakan staf pengajar di

Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas

Syiah Kuala, Banda Aceh. Penulis dapat dikunjungi di

alamat [email protected].

211

Page 55: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas
Page 56: Teknologi Formulasi dan Produksi Ransum Unggas