tektonik lempeng
DESCRIPTION
Salam kenal, saya Abdi Kristianto mahasiswa Universitas Lampung jurusan teknik geofisikaTRANSCRIPT
TEORI LEMPENG TEKTONIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . LATAR BELAKANG
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan
tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul
sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa
geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana
terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan
kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada
kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-
elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu
dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir
seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling
bersinggungan satu dengan lainnya.
1.2 . TUJUAN
Tujuan diadakannya penyusunan makalah ini antara lain yaitu, untuk mengetahui
lempeng-lempeng tektonik yang ada di bumi, proses pergerakannya dan akibat-akibat yang
ditumbulkan dari proses pergerakan lempeng tektonik tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 . TEORI LEMPENG TEKTONIK
Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang
geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan
skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan
Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan
konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang
terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer
terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat
lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser
(shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya
menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang
tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,
terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng
litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di
batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform
(menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral
lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Perkembangan Teori
Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor gerakannya
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-
kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti
pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori
geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-
hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki
kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika
kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan
untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi
adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian
ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan
asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu
Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya
sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa
Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift) yang
dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of
Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang
sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan
benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah
yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti
terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi
memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa
bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang
dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel
bumi adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan
dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya.
Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-
mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih
mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading)
sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan
adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan
memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault).
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori
yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih
lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi
(geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason
menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic
ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan
seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis
lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat
pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan
itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara
cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan
memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam
bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.
2.2 . PRINSIP-PRINSIP UTAMA LAPISAN BUMI
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer
berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin
dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer
kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas
melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat
berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri
mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu
yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik
lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbeda-
beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas
sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa mencapai 10-40 mm/a (secepat
pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat
pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di
atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari
silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan
aluminium.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki
ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua
mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana
aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan
topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi
yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng
terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar
Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan
material pembentuknya.
Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan
jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.
Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan
lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat
mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut
seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan
laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.
2.3 . JENIS-JENIS BATAS LEMPENG
Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang
berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan
satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan
relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun
dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah
Sesar San Andreas di California. Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling
menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak
saling memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar
ubahan-bentuk (transform fault).
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua lempeng
bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah
contoh batas divergen. Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut
(seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya
lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh
tersebut. Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh divergensi
yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang Samudra Atlantik, membatasi
Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua lempeng
bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu
lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua
lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di
mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air),
sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita
lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng
samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona tunjaman inilah sering
terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga
terbentuk di wilayah ini.
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan lempeng samudra,
2) antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng benua.
Konvergen lempeng benua—samudra (Oceanic—Continental) samudra-benua
Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini
masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada
lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic
mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman,
terbentuklah parit samudra (oceanic trench).
Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang terbentuk
dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka
dan Lempeng Amerika Selatan.
Konvergen lempeng samudra—samudra (Oceanic—Oceanic) 2 samudra
Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya,
menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang
pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi ini
ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic
island chain).
Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini.
Pulau ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika
Utara.
Konvergen lempeng benua—benua (Continental—Continental)
2 benua
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena
keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup
berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang
bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik
(mountain range).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang
terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng
India dan Lempeng Eurasia.
2.4 . KEKUATAN PENGGERAK PERGERAKAN LEMPENG
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai
sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng tektonik. Pandangan yang disetujui
sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer
samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat
pergerakan lempengan.
Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya
memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini
meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya
kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya
penyusupan ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar
kekuatan penggerak-pergerakan lempengan. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempengan
untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi. Meskipun subduksi dipercaya
sebagai kekuatan terkuat penggerak-pergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang
dibuktikan dengan adanya lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan
Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini
masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya
distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini
bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal
(melalui ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan
kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana
konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih
menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau
lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada
dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
Gaya Gesek
Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga
pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi
di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi
geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke
dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi
lempengan, atas dan bawah.
Gravitasi
Runtuhan gravitasi
Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di oceanic ridge.
Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas yang merupakan
sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke
dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit inklinasi lateral
proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks geologi pada pendidikan dasar,
proses ini sering disebut sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih
tepat adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda dan
topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur yang paling
dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang
bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi topografi. Lalu, mantel
plume yang menekan sisi bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah topografi dasar
samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan
padat yang turun ke mantel di palung samudera. Ada bukti yang cukup banyak bahwa
konveksi juga terjadi di mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di
mid-oceanic ridge mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal
Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di atas sel-
sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer
tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-
gaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada
lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan
(suction) di palung, tetapi lempengan seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami
subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika,
Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempengan dan
sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung.
Gaya dari luar
Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin
Geological Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat
berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan
gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di
bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik lapisan permukaan bumi kembali ke
barat.
Beberapa orang juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga
menjelaskan mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan
bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.
Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak
dari hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys
yang menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat
membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama.
2.5 . LEMPENG-LEMPENG UTAMA
Peta lempeng-lempeng tektonik
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:
Lempeng Afrika , meliputi Afrika - Lempeng benua
Lempeng Antarktika , meliputi Antarktika - Lempeng benua
Lempeng Australia , meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai
55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
Lempeng Eurasia , meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
Lempeng Amerika Utara , meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng benua
Lempeng Amerika Selatan , meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
Lempeng Pasifik , meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng
Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng
Filipina, dan Lempeng Scotia. Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan
pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang
mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1
miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah
menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun
kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah
menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi
benua sisanya).
BAB III
KESIMPULAN
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan
kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada
kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-
elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua
(felsik).
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang
berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan
mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform
(transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang
berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan
dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan
(rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi
jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua
(continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut
yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang
terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga
kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini
dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang
(Japanese island arc).
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
http://balitbangda.kutaikartanegarakab.go.id/?p=190
Katili. 1964. Geologi. Jakarta: Departemen Urusan Research Nasional.
WAKTU GEOLOGI
Orang kebanyakan berpikir soal waktu, hanya sebatas umur manusia atau beberapa
generasi yang lampau. Sedangkan waktu dalam geologi diperhitungkan sejak terbentuknya
bumi, sekitar 450 juta tahun yang lalu. Satuan waktu dalam geologi adalah juta-tahun.
Umur bumi atau kelahiran bumi ini sudah menjadi pemikiran orang sejak berabad yang
lalu, dan berbagai cara dilakukanuntuk mengetahuinya.
Waktu atau umur geologi erat hubungannya dengan stratigrafi (strata berarti lapisan),
susunan atau urutan lapisan-lapisan batuan. Dalam geologi digunakan dua macam umur,
yaitu umur relatif dan umur absolut.
1. Umur Relatif
Umur relatif didasarkan pada material bumi (batuan, fossil dan sedimen) atau
kejadian-kejadian yang berlangsung di bumi, dinyatakan dengan dua cara yang berbeda.
Pertama, dengan membandingkan material bumi, yang satu lebih tua atan lebih muda
dibandingkan dengan yang lainnya. Meskipun umur sebenarnya tidak diketahui. Misalnya
batuan sedimen dengan fossil dinosaurus relatif lebih tua dibandingkan dengan sedimen
berfossil manusia, yang artinya lapisan yang satu diendapkan lebih dulu dibandingkan yang
lainnya.
Umur relatif material bumi atau kejadian-kejadian di bumi merupakan perbandingan
umur yang satu dengan lainnya. Penentuan umur relatif secara fisik dilakukan dengan
bantuan kaidah-kaidah Steno (hukum superposisi), James Hutton (hubungan potong-
memotong = cross cutting relationship) dan terutama dengan fossil.
Tahun 1798, James Hutton mempublikasikan gagasannya mengenai hubungan
batuan sebagai berikut. Bi1a suatu lapisan, atau lapisan-lapisan batuan terpotong oleh
batuan lain, maka umur batuan yang memotong lebih muda dari pada batuan yang
dipotongnya. Misalnya lapisan-lapisan batuan sedimen diterobos batuan beku, yang berarti
lapisan batuan sedimen dipotong oleh batuan beku, maka umur batuan beku lebih muda
dibandingkan dengan umur batuan sedimennya.
Sebagai contoh, lihat diagram Gambar 7.1. Batuan tertua adalah batuan metamorf
(A), yang diintrusi granit (B) yang lebih muda. Kontak granit dan lapisan terangkat (D)
tidak ada, sehingga hubungannya tidak diketahui dengan pasti. Bidang erosi (C)
berkembang di atas dataran metamorf yang disusul pengendapan batuan sedimen (D).
Batuan-batuan ini diterobos oleh korok dan sill (E). Sesar (F) menggeser urutan (D).
Kemudian terjadi bidang erosi luas atau berkembangnya ketidakselarasan (G) yang
memotong seluruh satuan-satuan (A) sampai (F). Lalu seri endapan horizontal (H)
diendapkan. Terobosan(I) dan (J) terjadi. (I) membentuk lakolit (laccolite) dan (J)
membentuk korok dan sill. Dengan mempelajari penyebaran fossil indeks dan stratigrafi,
letak susunan lapisan-lapisan batuan, disusunlah satu kolom waktu geologi (geologic time
scale), dimana umur-umurnya dinyatakan dalam masa kehidupan fossil. Dan masa ini diberi
nama sesuai dengan geografi dimana pertama kali fossil tersebut dijumpai. Misalnya Jura,
fossilnya dijumpai di pegunungan Jura.
Pada penentuan umur batuan lebih sering dipergunakan
istilah pentarihan ataudating, dan ada dua metode yang umum digunakan.
Metode yang paling sering digunakan dan umum adalah
metode paleontologyatau micropaleontology. Cara ini dilakukan dengan mengidenifikasi
fosil indeks atau himpunan fossil yang terdapat dalam batuan, dan diperoleh umur relatif
batuan.
Urutan stratigrafi yang disusun berdasarkan fosil indeks dan umur relatif dari seluruh benua
memperlihatkan kesamaan. Dari korelasi stratigrafi di seluruh dunia disusun suatu kolom
geologi, yang merupakan standard urutan kejadian di bumi. Apabila ada penemuan baru, fossil
misalnya, kolom ini selalu akan disempurnakan.
Skala waktu international yang dipergunakan untuk satuan waktu dalam kolom geologi
adalah eon (kurun), era (masa), period (zaman) dan epoch (kala). Eon merupakan pembagian
interval terbesar dari waktu geologi, yang terdiri atasHadean, Archean,
Proterozoic dan Phanerozoic. Eon dibagi menjadi beberapa era, dan era dibagi lagi menjadi
beberapa period dan seterusnya sebagaimana tetera pada Gambar 7.2
2. Umur Absolut
Umur Absolut adalah umur yang dinyatakan dalam satuan waktu, ditentukan dengan
melakukan perhitungan alamiah.
Untuk mengetahui umur bumi yang sebenarnya, orang mencoba menghitung waktu yang
dibutuhkan untuk mengendapkan satu lapisan batuan sedimen. Dengan mengukur tebal lapisan
dan kecepatan pengendapan maka dapat dihitung waktu yang diperlukan untuk mengendapkan
lapisan tersebut. Namun hasilnya masih belum memadai. Kemudian Edmund Halley, 1715
berpikir dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk "menggarami" laut sampai
mempunyai salinitas seperti saat ini. Pemikiran ini baru dilakukan oleh John Jolly pada 1889.
Ia mengukur kadar garam di sungai dan di laut, kemudian menghitung waktu yang diperlukan.
Dan waktu yang dibutuhkan identik dengan umur bud. Metode inipun masih lemah, karena
tidak mencerminkan semua laut di bumi, Juga garam yang terlarut dalam air laut tidak hanya
berasal dari sungai-sungai saja, tetapi juga dari gunungapi bawah laut dan pelarutan mineral--
mineral evaporit. Masih ada pemikiran yang lebih menarik, yakni dengan menghitung
kecepatan, pendinginan bumi oleh Lord Kelvin, seorang fisikawan.
Berdasarkan anggapan bahwa bumi semula merupakan suatu bulatan pijar yang
sekarang telah mendingin secara perlahan-perlahan dan membentuk kerak bumi di
permukaannya, sedangkan intinya masih pijar. Akan tetapi pada saat itu, tahun 1896, belum
diketahui adanya radioaktif, yang memancarkan panas secara kontinyu. Sehingga
penambahan panas radioaktif ini tidak diperhitungkannya, mengakibatkan hasil perhitungan
umur bumi masih belum akurat.
Diketemukannya unsur-unsur radioaktif, yang meluruh secara tetap oleh Marie-Curie,
dapat menyelesaikan masalah umur bumi pada masa kini.
2.1 Isotop dan Penentuan Umur Absolut
Dalam fisika dan kimia telah dipelajari bahwa nomor atom unsur tertentu merupakan
jumlah proton dalam inti atom unsur tersebut dan tidak berubah-ubah. Sedangkan inti
atom terdiri atas neutron yang jumlahnya dapat bervariasi tanpa mengubah jumlah
proton. Misalnya unsur carbon, terdiri atas 6 proton, tetapi dapat disertai oleh 6, 7, atau
8 neutron. Atom suatu unsur yang mengandung jumlah neutron yang berbeda-beda
disebut Isotop. Suatu isotop dikenali dari nomor massanya, yang merupakan jumlah
neutron dan protonnya. Contoh di atas, carbon mempunyai 3 nomor massa 12, 13, dan
14, ditulis seperti 12C, 13C, dan14C.
Umumnya unsur kimia merupakan gabungan beberapa isotop. Pada umumnya isotop-
isotop unsur kimia di bumi bersifat stabil, cenderung tidak berubah. Akan tetapi ada
beberapa yang tidak stabil, misalnya 14C bersifat radioaktif, sebab intinya tidak stabil.
Ketidakstabilan inti isotop disebabkan oleh karena keragaman nomor massa ada
batasnya. Inti isotop radioaktif akan berubah secara spontan menjadi isotop yang lebih
stabil dari unsur kimia yang sama atau isotop unsur kimia yang lain. Proses perubahan
ini disebut peluruhan (decay), contohnya 14C meluruh menjadi 14N dan 238U
menjadi 206Pb. 14C dan 238U dinamakan parents, sedangkan 14N dan 206Pb
disebut daughter.
Ada tiga cara peluruhan radioaktif:
1. Dengan memancarkan partikel b, dalam hal ini nomor massa tetap, tetapi nomor
atomnya bertambah satu.
2. Dengan menangkap partikel b, nomor atom berkurang satu, nomor massanya tetap.
3. Dengan memancarkan partikel a, yang terdiri atas 2 proton dan 2 neutron (2p+2n),
hilangnya partikel a, mengakibatkan nomor massa berkurang empat dan nomor atom
dua.
Peluruhan radioaktif dapat juga disertai radiasi sinar elektromagnetik, disebut
sinar g, tetapi tidak mempengaruhi nomor massa dan nomor atomnya. Kecepatan
peluruhan isotop tidak sama, banyak isotop radioaktif yang pernah ada di bumi yang
sekarang sudah punah karena meluruh dengan cepat. Beberapa isotop radioaktif yang
peluruhannya lambat masih ada.
Percobaan di laboratorium membuktikan bahwa kecepatan peluruhan tidak
terpengaruh oleh perubahan kondisi kimia atau fisik. Jadi kecepatan peluruhan suatu
isotop di selubung (mantle) atau magma, sama seperti dalam batuan sedimen. Atau dapat
dikatakan bahwa kecepatan peleburan tidak terpengaruh oleh proses geologi. Hal ini
penting artinya bagi umur absolut.
Peleburan setiap unsur radioaktif mempunyai waktu tertentu yang dapat diukur, dan
mengikuti hukum dasar: banyaknya bagian parent atoms yang meluruh dalam setiap
satuan waktu adalah sama. Jumlah parent atoms yang meluruh turun secara kontinyu,
sedangkan jumlah daughter atoms secara kontinyu pula.
Kecepatan peluruhan radioaktif dinyatakan dalam waktu paruh (half life), yang
artinya waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan sejumlah parent atoms menjadi
setengahnya. Sebagai gambaran, misalnya waktu paruh suatu isotop radioaktif adalah
satu jam, dan dimulai dengan 1000 atom (No). Setelah satu jam maka tersisa 500 parent
atoms (Np) dan terbentuk 500 daughter atoms (Nd). Maka
2.2 Pentarihan Kalium-Argon (40K/40Ar)
Sebagai gambaran penentuan umur dapat dilakukan terhadap mineral, dipilih isotop
radioaktif alamiah kalium-40 (40K). Kalium mempunyai 3 isotop, 39K, 40K dan 41K,
tetapi hanya 40K yang bersifat radioaktif dan mempunyai waktu paruh 1.3x10 9 tahun.
Isotop kalium meluruh dengan dua cara berbeda, 12% darinya menjadi gas argon (Ar)
dan sisanya 88% menjadi kalsium (Ca), dengan persamaan:
40K + b ® 40Ar dan 40K ® 40Ca + b
Perbandingan persentasi ini tidak terpengaruh oleh perubahan kondisi kimia atau fisik.
Pada saat mineral yang mengandung kalium mengkristal, dari magma atau
berkembang pada bahan metamorf, termasuk 40K, dalam struktur kristalnya. Sejak
mineral terbentuk, saat itu pula mulai terakumulasi 40Ar dan 40Ca di dalam mineral.
Karena perbandingan 40Ar dan 40Ca selatu tetap, maka untuk mengetahui berapa
banyak 40K yang meluruh, dapat dipilih salah satu saja yang diukur. Isotop argon lebih
baik, karena merupakan unsur yang sifat atomnya berbeda dengan lainnya.
Selain itu juga argon tidak membentuk ikatan kimia dengan unsur lainnya, sehingga
merupakan sebagai argon bebas yang terperangkap dalam kristal. Kelebihan lainnya
adalah pada suhu tinggi argon akan keluar dari kristal, tetapi pada suhu rendah ia akan
tetap terperangkap. Artinya, argon yang diukur, hanya yang terbentuk dan terakumulasi
sejak pembentukan mineralnya. Walaupun dalam magma terdapat 40K yang
menghasilkan 40Ar, tetapi suhunya masih sangat tinggi dan Argon tidak terperangkap
dan keluar.
Semua atom 40Ar dalam mineral yang mengandung kalium pada batuan ekstrusif
seperti diorite atau andesit haruslah berasal dan 40K yang terakumulasi sejak suhunya
rendah. Batuan ekstrusif mendingin dengan cepat, maka waktu ekstrusi sama dengan
saat terperangkapnya argon. Untuk menghitung umurnya dipergunakan rumus:
Np
= ( 1 - )y
No
( No = Np + Nd )
Dimana l : konstanta peluruhan, bagian dari parent atom yang meluruh tiap
satuan waktu. Disederhanakan menjadi 0.5
y : banyaknya satuan waktu
Contoh perhitungan:
Analisis kimia mineral kalium feldspar dan batuan piroklastik memperlihatkan
bahwa setiap 20.000 parent atoms 40K ada 1.200 atom 40Ar. Perbandingan Ar/Ca
tetap, jadi atom 40Ca ada 8.800.
Maka Nd =1.200 + 8.800 =10.000 dan No = 20.000 + 10.000 = 30.000
Dari rumus di atas, maka20000 / 30000 = ( 1 - 0.5)y
dimasukkan ke logaritma maka
log 30.000 - log 20.000 = 0.3 y
atau y = 0.58
yang berarti feldspar terbentuk 0.587 waktu paruh yang lalu.
Jadi umur batuan piroklastik tersebut adalah:
0.587 x 1300 x 106 tahun atau 760 juta tahun
Isotop Waktu paruh
(tahun)
Pentarihan efektif (tahun)
Mineral, dllParent Sistem Peluruhan Daughter
Uranium-238Uranium-235Uranium-232
a + ba + ba + b
Pb-206Pb-206Pb-206
4.5 x 109
710 x 104
14 x 109
10 x 106 – 4.6 x 109
10 x 106 – 4.6 x 109
10 x 106 – 4.6 x 109
Zirkon & UraninitZirkon & UraninitZirkon & Uraninit
Kalium-49 Penangkapan bPeluruhan b
Ar-40Ca-40
1.3 x 109 5 x 104 – 4.6 x 109 Muskovit, Biotit,Hornblende,Batuan Volkanik
Rubidium-87 Peluruhan b Sr-87 47 x 109 10 x 106 – 4.6 x 109 Muskovit, Biotit,Kalium Feldspar,Batuan Beku &Metamorf
Karbon-14 Peluruhan b N-14 5.730 ± 30 102 – 7 x 104 Kayu, Arang, Peat
& MaterialTumbuhan;Tulang, Tissue, &Material Binatang;Pakaian (Cloth);Cangkang (Shell);Stalaktik; AirTanah; Air Laut;& Es gletsyer
Tabel 7.1 memperlihatkan isotop radioaktif lain yang biasa dipergunakan untuk penentuan
umur absolut selain kalium-argon. Sedangkan metode-metode lain yang juga dapat
dipergunakan untuk menentukan umur absolut batuan dapat dilihat dalam Tabel 7.2.
Metode Simbol KetelitianJangkauan
(tahun)Yang Diukur
Silisium-32 Si-32 ± 300 thn 500 – 2000 Aktivitas Si-32
Tritium H-3 ± 5 % s/d 150 Kandungan H-3
Argon-39 Ar-39 ± 5 % 50 - 1200 Aktivitas Ar-39
Chlor-36 Cl-36 s/d 2,5 x 106 Aktivitas Cl-36
Beryllium-10 Be-10 ± 25 % 104 – 15 x 106 Aktivitas Be-10
Alluminium-26 Al-26 ± 50.000 3,5 x 106 Aktivitas Al-26
Timbal-210 Pb-210 s/d 150 Pengukuran Pb-210, Po-210
Uranium/Helium U/He 103 – 25 x 104 Kandungan He
Thorium-230/ Uranium-234
Th-230/ U-234
±3% - 10% 103 – 5 x 103 Perbandingan aktivitas peluruhan
Protaktinium-231/ Uranium-234
±10% - 20% 3x103 – 25x104 Perbandingan Protaktinium dan Uranium
Luminescence TL dan IROSL
±5% - 25% 2 x 108 Akumulasi dosis luminescence tahunan pada kuarsa dalam sedimen
Elektron Spin Resonance
ESR ± 10 % 103 – 1,5 x 106 Akumulasi dosis tahunan
Fission Track ±2% - 10% 3x103 – 10x106 Kerapatan jejak & kandungan U-238
Paleo Magnet 104 – 25x107 Suseptibilitas remanen magnet
Isotop Stabil Oksigen
O-16/ O-18
±1% - 5% 104 – 106 Perbandingan oksigen dalam CO2
Asam Amino ±10% - 25% 103 – 106 Sisa asam amino dalam tulang
7.3. Ketidakselarasan (Unconformity)
Proses sedimentasi nornal mengendapkan sedimen secara teratur dan bertahap, lapisan demi
lapisan mengikuti hukum super posisi sejak lahinya bumi. Demikian pula hasilnya setelah
menjadi batuan sedimen, urutannya tidak berubah, lapisan di atas selaras terhadap lapisan di
bawahnya, selama belum mengalami proses geologi lainnya, tektonik misalnya. Namun
seperti telah diketahui bahwa bumi tidaklah statis. Selama pengendapan sedimen dapat
terjadi gangguan pengendapan sehingga urutan endapannya pun tidak lagi menerus. Ada
lapisan yang “hilang”, dan menjadi tidak selaras. Hilangnya satu lapisan atau lebih dapat
disebabkan oleh tidak adanya pengendapan atan endapan yang semula ada telah tererosi.
Bidang ketidak-menerusan pengendapan ini disebut bidang ketidakselarasan, yang
menunjukkan suatu periode panjang dimana selama itu tidak berlangsung pengendapan, erosi
'menghilangkan' batuan yang semula ada, kemudian pengendapan berlangsung kembali. Pada
setiap pengangkatan dan erosi diikuti amblasan (subsidence) dan sedimentasi diperbarui.
Ada tiga jenis ketidakselarasan utama yang dijumpai pada batuan sedimen. Yang sangat
nyata adalah ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) yang ditandai oleh tidak
selarasnya lapisan lebih tua dengan yang muda (2). Sedimen tua terdeformasi dan tererosi,
kemudian diendapkan sedimen baru di atasnya. Jenis kedua adalah ketidakselarasan sejajar
(disconformity) merupakan bidang erosi di antara dua lapisan sejajar, (3). Yang satu ini agak
sukar diamati karena kesejajaran lapisannya. Dapat diketahui dari perbedaan umur
kandungan fossilnya. Dan jenis yang ketiga adalah nonconformity.