tentang kebakaran m.iqbal taheras 37563

27
M.IQBAL TAHERAS 11/311818/TK/37563 KESELAMATAN INDUSTRI-A KEBAKARAN Ketika mendengar tentang api,bayangan ada dalam hati kita pastilah kerugiannya terhadap lingkungan. Apalagi jika api itu membesar membentuk suatu proses yang dinamakan kebakaran. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya dan sukar dikendalikan Teori Dasar Terjadinya Api Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang secara fisik terbagi atas : 1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll. 2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll. 3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai temperatur minimum dari bahan- bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal dari :

Upload: m-iqbal-taheras

Post on 24-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras

TRANSCRIPT

Page 1: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

M.IQBAL TAHERAS

11/311818/TK/37563

KESELAMATAN INDUSTRI-A

KEBAKARAN

Ketika mendengar tentang api,bayangan ada dalam hati kita pastilah kerugiannya

terhadap lingkungan. Apalagi jika api itu membesar membentuk suatu proses yang

dinamakan kebakaran. Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat

yang tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya dan sukar dikendalikan

Teori Dasar Terjadinya Api

Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi/pengeluaran cahaya dan

panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara

kimia. Terjadinya api/kebakaran disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan

bakar, panas dan oksigen. Bahan bakar adalah suatu bahan yang mudah terbakar, yang

secara fisik terbagi atas :

1. Bahan bakar gas : asetilen, metana, hidrokarbon, dll.

2. Bahan bakar cair : kerosin, minyak tanah, bensin, dll.

3. Bahan bakar padat : kayu, kertas, batu bara, logam, karet, dll

Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai

temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal

dari : gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-lain. Oksigen

adalah salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia

yang memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan

oksigen antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan

komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal sebagai

proses Segitiga Api

Page 2: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran

Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap

peristiwa kebakaran dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya

kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor manusia

a. Kurangnya pengertian terhadap penanggulagan bahaya kebakaran. Dalam hal ini,

orang yang bersangkutan sama sekali belum mengerti atau hanya sedikit

mengetahui tentang cara-cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya :

1) Mendekat-dekatkan benda-benda yang mudah terbakar ke sumber api/panas,

seperti : meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang

mudah terbakar.

2) Memadamkan api (kebakaran) yang sedang terjadi dengan menggunakan

peralatan pemadaman/media pemadaman yang bukan pada

tempatnya/fungsinya, seperti : memadamkan api yang berasal dari kebakaran

benda cair (bensin, solar, minyak tanah, dll) dengan menggunakan air.

b. Kelalaian

Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang-orang yang sudah

memahami/mengerti tentang cara-cara penanggulangan kebakaran. Hanya saja ia

malas/lalai untuk menjalaninya, misalnya :

1) Tidak pernah mau memperhatikan/meneliti atau mengadakan

pengontrolan/pemeriksaan secara rutin terhadap alat-alat yang akan dan

sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik, alat-alat listrik, dll).

2) Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap lingkungan situasi setempat

sewaktu akan meninggalkan ruang kerja dan tempat tinggal.

3) Membiarkan anak-anak bermain api.

4) Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan alat pemadam

kebakaran.

5) Tidak mematuhi larangan-larangan di suatu tempat.

Page 3: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

c. Disengaja

Yakni suatu kebakaran yang benar-benar sengaja dilakukan oleh seseorang

dengan tujuan untuk maksud-maksud tertentu, misalnya saja mencari keuntungan

pribadi dan untuk balas dendam.

2. Faktor teknis

a. Melalui proses mekanis, dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam

proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api

akibat dari pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka.

b. Melalui proses kimia, yaitu terjadi sewaktu pengangkutan bahan-bahan kimia

berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa memperhatikan

petunjuk-petunjuk yang ada.

c. Melalui tenaga listrik, pada umumnya terjadi karena hubungan pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau membakar

komponen yang lain.

3. Faktor alam

a. Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat dari

faktor alam.

b. Gunung meletus, bisa menyebabkan kebakaran hutan yang luas, juga perumahan-

perumahan yang dilalui oleh lahar panas.

.

Klasifikasi Kebakaran

Menurut NFPA, kebakaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas :

1. Kelas A : kebakaran pada bahan padat bukan logam seperti kayu, batu bara, kain,

karet dan lain-lain.

2. Kelas B : kebakaran pada bahan cair dan gas seperti : bensin, tinner, cat, dan lain-

lain.

3. Kelas C : kebakaran pada instalasi listrik

Page 4: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

4. Kelas D : kebakaran pada logam-logam yang mudah terbakar seperti magnesium,

natrium dan lain-lain.

Hasil Pembakaran

Asap, sebagai hasil pembakaran yang kurang sempurna.

Contoh pembakaran sempurna:

CH4 + 2 O2 CO2 + 2 H2O,

dan pembakaran yang tidak sempurna:

CH4 + 2 O2 CO2 + H2O + H2

Sedangkan warna asap tergantung dari sifat material pada kelas A.

1. Putih atau abu-abu ringan menandakan pembakaran bebas (free burning).

2. Hitam atau abu-abu gelap menandakan kebakaran yang panas sekali dan kurang oksigen.

3. Kuning, merah, ungu, dan lain-lain menndakan adanya gas-gas beracun.

Metode Pemadaman

Prinsip pemadaman kebakaran pada dasarnya adalah merusak keseimbangan

campuran antara unsur/faktor penunjang terjadinya api (Sumanto Iman Khasani : 1991).

Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam usaha pemadaman kebakaran adalah:

1. Smothering

Metode ini dikenal dengan sistem pemadaman isolasi/lokalisasi, yakni dengan

melakukan pemutusan terhadap udara luar dengan benda/bahan yang terbakar agar

perbandingan udara (oksigen) dengan benda yang terbakar berkurang.

2. Starvation

Metode ini dengan mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang mudah terbakar

atau menutup aliran bahan (cairan/gas) yang terbakar.

Page 5: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

3. Cooling

Metode ini dilakukan dengan cara mengurangi/menurunkan panas hingga benda yang

terbakar mencapai suhu di bawah titik nyalanya.

4. Inhibition of the chemical chain reaction

Metode ini dilaksanakan dengan menggunakan alat pemadam api, dimana pada saat

pemadaman berlangsung, partikel-partikel media pemadaman api yang dipakai dapat

menyerap/mengikat radikal hidroksil dari api secara kimiawi ataupun mekanis.

5. Emulsification

Metode ini dengan cara pengumpulan, misalnya memadamkan api dari kebakaran

plastik dengan menggunakan air.

6. Pelarutan

Metode ini dengan cara penggumpalan, misalnya memadamkan api dari kebakaran

alkohol dengan menggunakan air.

Usaha-Usaha Penanggulangan Umum Bahaya Kebakaran

Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

1. Tindakan Preventif

Usaha pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya kebakaran dengan maksud

menekan atau mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya

kebakaran antara lain:

a. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan

b. Pengawasan terhadap bahan-bahan bangunan

c. Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang

d. Pengawasan terhadap peralatan yang dapat menimbulkan api

e. Pengadaan sarana pemadaman kebakaran dan sarana penyelamat jiwa

Page 6: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

f. Pengadaan sarana pengindera kebakaran

g. Penegakan peraturan dan ketentuan

h. Mengadakan latihan secara berkala

2. Tindakan Represif

Usaha-usaha yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran dengan maksud untuk

memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran.

a. Usaha Pemadaman

1) Penggunaan peralatan pemadam kebakaran

2) Mencegah meluasnya kebakaran

3) Penggunaan alat-alat penunjang

b. Pertolongan atau penyelamatan jiwa manusia dan harta benda

1) Pengamanan daerah kebakaran dan bahaya kebakaran

2) Pelaksanaan evakuasi

3) Mempersiapkan tempat berkumpul dan daerah aman

c. Usaha-usaha pencarian

1) Mencari sumber api untuk dipadamkan

2) Mencari orang-orang untuk diselamatkan bila dalam keadaan terjebak

3) Mencari harta benda atau dokumen penting untuk diamankan

3. Tindakan Rehabilitatif

Upaya-upaya yang dilakukan setelah terjadi kebakaran dengan maksud evaluasi dan

menganalisa peristiwa kebakaran untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, antara

lain :

a. Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan

Page 7: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

b. Membuat pendataan menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran

Program Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan

pengamatan dan pemadaman kebakaran serta meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan

manusia serta perlindungan harta kekayaan (Gatot Soedharto : 1984). Dengan

meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar, pengintensifan,

pencegahan, dan penanggulangan terhadap kebakaran harus ditingkatkan, agar kerugian

dapat diperkecil dan agar korban jiwa menjadi sedikit mungkin.

Organisasi Keselamatan

Organisasi keselamatan adalah organisasi intern yang bertujuan untuk

mengamankan penghuni pemakai gedung ataupun harta benda di dalam dan di

lingkungan bangunan terhadap ancaman bahaya kebakaran (Dinas Kebakaran DKI

Jakarta:1992). Sistem pengamanan dalam organisasi keselamatan berada di bawah

koordinasi seorang penanggung jawab yang mengelola tugas-tugas yang meliputi :

1. Penyusunan rencana strategi sistem pengamanan kebakaran

2. Pemeriksaan dan pemeliharaan sarana pemadam/penyelamatan

3. Pemeriksaan secara berkala

4. Pelaksanaan latihan penaggulangan bahaya kebakaran

5. Evakuasi penghuni saat kebakaran

Menurut dewan K3 nasional (1981), anggota unit/regu penanggulangan kebakaran

menurut fungsi tugasnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Unit/regu khusus penanggulangan kebakaran adalah suatu bagian dari organisasi di

organisasi di tempat kerja yang diberikan beban tugas dan tanggung jawab khusus

untuk menangani masalah penanggulangan bahaya di tempat kerja yang bersangkutan.

Page 8: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

2. Unit/regu penanggulangan kebakaran yang berfungsi sebagai tugas sampingan adalah

selain mereka telah ditunjuk sebagai unit/regu penaggulangan kebakaran di tempat

kerja, mereka tetap mempunyai tanggung jawab atas pekerjaan sebagaimana karyawan

lain. Mereka ini harus mengikuti program latihan baik secara teoritis maupun praktek dan

harus pula dilengkapi dengan perlengkapan yang menunjang pelaksanan tugasnya.

Mengenai organisasi keselamatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Organisasi Berlakar (bantuan keselamatan kebakaran) unit:

a. Anggota satuan pengamanan setempat dan teknisi

b. Bertugas selama 1 x 24 jam

c. Bertanggung jawab di seluruh bangunan gedung

d. Susunan organisasi disesuaikan dengan situasi

e. Bentuk susunan organisasi meliputi:

1) Pimpinan keselamatan kebakaran

2) Wakil pimpinan keselamatan kebakaran

3) Pengawasan evakuasi gedung

4) Petugas pemadam kebakaran

5) Petugas P3K

6) Petugas pos komando

7) Petugas panel control

8) Petugas generator

9) Petugas lift kebakaran

10) Petugas pengaman lingkungan

11) Petugas di tempat berhimpun (pos pertolongan)

Page 9: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

2. Organisasi peran kebakaran

a. Anggota seluruh penghuni bangunan

b. Bertugas pada jam-jam kerja

c. Dibentuk disetiap lantai ruangan

d. Susunan organisasi sesuai dengan kebutuhan

e. Susunan organisasi meliputi:

1) Kepala peran kebakaran lantai

2) Wakil kepala peran kebakaran lantai

3) Petugas pemadam kebakaran

4) Petugas penyelamat pencari evakuasi

Sarana Pemadam Kebakaran

1. Alarm Kebakaran

a. Alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem yang memberikan isyarat

atau tanda adanya suatu kebakaran (Permenaker No. Per02/Men/1983)

b. Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh pandangan

mata secara jelas (visible alarm) yakni lampu indikator.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR ialah alat yang ringan serta mudah digunakan oleh satu orang untuk

memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Berikut ini beberapa media yang

pemadam api yang umum dipakai sebagai APAR :

a. Tepung kimia kering

b. Air

c. Busa (foam)

Page 10: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

d. Halon (cairan mudah menguap)

e. CO2

Indikator keberhasilan APAR dalam memadamkan api (ILO : 1989) sangat tergantung

dari 4 faktor, yaitu:

a. Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran

b. Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR

c. Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang ada dalam APAR

d. Berfungsinya APAR dengan baik

APAR merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran, dan sangat efektif bila

digunakan saat kebakaran masih berada pada tahap awal. Oleh karena itu APAR harus

disediakan di semua tempat yang mudah dijangkau. Penggunaan APAR yang memenuhi

syarat Permennaker No. Per. 04/Men/1980, sebagai berikut :

a. Setiap jarak 15 meter

b. Di tempat yang mudah dilihat atau dijangkau

c. Pada jalur keluar arah refleks pelarian

d. Memperhatikan suhu sekitarnya

e. Tidak terkunci

f. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar

g. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan bakar,

ukurannya, dan kecepatan menjalarnya.

h. Orang yang akan menggunakannya

i. Kemungkinan terjadinya reaksi kimia

j. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang menggunakan APAR

Page 11: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

3. Hidran

Hidran adalah rangkaian yang digunakan untuk pemadaman kebakaran dengan

bahan utama air. Ada hydrant yang dipasang di luar ataupun di dalam gedung. Hydrant

biasanya dilengkapi dengan selang (fire house) yang disambung dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan rapi di dalam suatu kotak hidran baja dengan warna cat merah

mencolok. Pemasangan hidran kebakaran dalam mengamankan bangunan gedung

akan menjadi suatu keharusan. Pengujian dan pengawasan instalasi hidran kebakaran

untuk menjamin terpeliharanya instalasi tersebut agar dapat tetap berfungsi dengan

baik harus mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

Sarana Emergency dan Evakuasi

Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama untuk mencegah dan

mengurangi akibat buruk dari kebakaran terhadap jiwa raga, serta untuk mempermudah

pemberantasan kebakaran adalah dengan tersedianya sarana dan pra-sarana emergensi

dan evakuasi yang memenuhi standar. (Prapto Kartoatmojo : 1992). Menurut Ramli

(1998), perlunya penciptaan sistem kebakaran yang bertujuan untuk menghindarkan

terjadinya kebakaran dan bila terjadi dapat diatasi dengan cepat dan tepat tanpa

menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang berarti.

Standar Sarana Penyelamatan

1. Rute penyelamatan diri

Merupakan sarana penyelamatan dari daerah kebakaran ke tempat aman atau daerah

yang aman, baik secara vertikal maupun horizontal, yang dapat berupa pintu,

tangga, koridor jalan keluar atau kombinasi dari komonen-komponen itu. Ada 3

tipe rute penyelamatan diri yang dapat digunakan :

a. Langsung menuju ke tempat terbuka

b. Melalui koridor atau gang

Page 12: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

c. Melalui terowongan atau tangga kedap asap atau api Rute penyelamatan diri harus

memenuhi syarat sehingga memungkinkan seluruh penghuni dapat menyelamatkan

diri dengan cepat dan aman. Persoalannya adalah bagaimana agar seluruh penghuni

dapat berevakuasi secara serentak, dalam waktu yang singkat dan aman. Sebagai

pedoman dalam perencanaan rute keselamatan ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan :

a. Klasifikasi hunian

1) Resiko ringan

2) Resiko sedang

3) Resiko berat

b. Lamanya waktu keluar

1) Resiko ringan : 3 menit

2) Resiko sedang : 2,5 menit

3) Resiko berat : 2 menit

c. Panjang jarak tempuh

1) Resiko ringan : 30 meter

2) Resiko sedang : 20 meter

3) Resiko berat : 15 meter

d. Pintu keluar (exits)

Dari hasil percobaan dalam keadaan normal jumlah rata-rata orang keluar dengan satu

baris tunggal tiap menit sebanyak 60 orang. Dalam perencanaan diperhitungkan 40

orang/menit. Lebar unit exit yang diperlukan untuk dapat dilalui tiap satu baris tunggal

ditetapkan minimal 21 inchi.

Jadi, dengan rumus sederhana :

Jumlah orang = Unit exit 40 x standar waktu

Page 13: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

Selanjutnya ketentuan setiap satuan unit exit ditetapkan sebagai berikut :

Satu unit exit : 21”

Dua unit exit : 21” + 21”

Tiga unit exit : 21” + 21” + 18”

Empat unit exit : 21” + 21” + 18” + 18”

d. Penempatan pintu keluar

Penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja

penghuni dapat menjangkau pintu keluar tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan.

e. Koridor dan jalan keluar

Koridor dan jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar jalannya para penghuni

keluar meninggalkan daerah kebakaran/berbahaya menuju tempat aman, apabila

terjadi kebakaran. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin, bebas hambatan dan

mempunyai lebar. Untuk koridor minimum 1,2 meter dan untuk jalan keluar minimum

2 meter.

2. Pengamanan rute penyelamatan evakuasi

a. Rute penyelamatan harus bebas dari barang-barang yang dapat mengganggu

kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.

b. Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah aman sementara dari

bahaya api, asap, dan gas.

c. Rute penyelamatan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak tergantung dari

sumber utama

d. Arah menuju exit harus dipasang petunjuk yang jelas

Page 14: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

e. Pintu keluar darurat (emergency exit) harus diberi tanda tulisan PINTU DARURAT

EMERGENCY EXIT

Warna tulisan hijau diatas dasar putih tembus cahaya dan dibagian belakang tanda

tersebut dipasang lampu pijar yang selalu menyala.

Perlengkapan penyelamatan

1. Kelengkapan penolong

a. Self contained breathing apparatus (SCBA)

b. Helmet

c. Baju tahan panas dan baju tahan api

d. Sarung tangan

e. Fire safety shoes

f. Fire blanket

g. Carrabiner (cincin kait)

h. Tali/tambang

i. Peralatan komunikasi

j. Safety belt

k. Parat masker

l. Peralatan P3K

m. Tanda- tanda

n. Alat-alat potong, pukul dan angkat

o. Alat pemadam Api Ringan (APAR)

p. Alat pengindera gas (gas detector)

Page 15: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

2. Kelengkapan pada bangunan

a. Pintu kebakaran

b. Pintu ruanagan

c. Tangga darurat

d. Tangga kebakaran

e. Koridor

f. Jalan landai

g. Lift kebakaran

h. Penerangan darurat

i. Petunjuk arah jalan keluar

j. Hellypad

k. Telepon darurat

l. Fire alarm system

m. Genset

n. Tempat berhimpun

3. Peralatan evakuasi

a. Tambang

b. Sliding roll (terpal peluncur)

c. Escape chute

d. Davy escape (orero)

e. Tangga gantung

f. Sprinzed (jumping sheet)

g. Stop chut

Page 16: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

Prosedur jika terjadi keadaan darurat

Menurut Sururi (1998), permasalahan yang paling mendasar pada saat tejadi

keadaan darurat bagi gedung yang dihuni oleh banyak orang dengan segala macam kegiatan

didalamnya adalah faktor kepanikan. Kepanikan yang tidak dapat dikendalikan akan

berkembang menjadi faktor histeris.

Selanjutnya menurut Sururi (1998), prosedur ini harus dibuat dengan bahasa yang

sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dicerna dengan cepat oleh semua

lapisan penghuni gedung. Tindak lanjut dri penerapan emergency procedures adalah

dilaksanakannya latihan kebakaran dan evakuasi. Dalam prosedur bila terjadi kebakaran

maka ada beberapa hal berikut ini yang harus diperhatikan yakni (Depnaker : 1996) :

1. Langkah-langkah yang perlu diambil

Bila terjadi kebakaran harus diambil langkah-langkah yang cepat dan tepat, tetapi

tetap mengutamakan keselamatan. Kondisi setempat akan mempengaruhi urutan

langkah-langkah yang harus dilakukan.

a. Tanda membunyikan alarm : jenis-jenis alarm harus sudah ditetapkan dan diketahui

oleh semua karyawan yang ada di perusahaan tersebut. Misalnya :

1) Bunyi sirine untuk menunjukkan jam masuk, istirahat dan pulang

2) Bunyi kentongan untuk bencana alam

3) Bunyi bel panjang untuk tanda kebakaran

b. Setelah terdengar tanda kebakaran, maka : Bagi karyawan yang mendapat tugas

sampingan dapat segera melaksanakan tugasnya. Bagi anggota regu pemadam

khusus supaya mempersiapkan diri sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Pengungsian : pengungsian untuk karyawan dilakukan sesuai dengan prosedur dan

ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Memadamkan api : yang penting harus diperhatikan ialah penyelamatan jiwa

manusia, dan kedua baru memadamkan api. Tetapi jika keadaan memungkinkan

hal ini dapat dilakukan serentak.

Page 17: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

2. Mengatur rencana evakuasi

Sebagai prioritas utama dalam mengatur rencana evakuasi adalah penilaian

terhadap tata letak ruang tempat kerja. Sebuah peninjauan dari penghuni harus dibuat

analisa agar tindakan perbaikan dari orang-orang dalam ketegangan dapat diambil

serta menaggulangi keadaan darurat sedemikian rupa, sehingga dapat dikembangkan.

Percobaan-percobaan seperti itu telah dilakukan di luar negri dan menunjukkan

bahwa para pengungsi dapat bereaksi secara positif terhadap adanya bahaya

kebakaran jika tersedianya kondisi-kondisi, termasuk dalam hal ini, suatu

pengetahuan bahwa keselamatan akan dapat dijangkau, bila rute-rute melarikan diri

terjamin dan bahwa orang-orang yang terkait mudah dikenal akan prosedur-prosedur

keadaan darurat.

3. Prosedur evakuasi

Satuan organisasi gawat darurat pada waktu terjadi kebakaran menunjukkan

adanya pengaturan prosedur keselamatan dan pencegahan kebakaran untuk suatu

tempat kerja baik itu perkantoran, industri maupun komplek perumahan, harus

ditentukan. Pedoman prosedur darurat yang dibuat oleh satuan penanggulangan

kebakaran dalam kejadian kebakaran meliputi :

a. Gambaran umum suatu tempat kerja dan jalan-jalan keluar untuk penyelamatan

b. Tempat aman atau daerah aman

c. Seksi-seksi dan staf yang mempunyai tugas ganda keadaan darurat dalam suatu

tempat kerja, antara lain :

1) Memberi intruksi yang jelas kepada semua penghuni untuk memahami setiap

kejadian

2) Menunjuk petugas untuk press relation

3) Cara penyelamatan

4) Menyelamatkan barang/dokumen penting

5) Menunjukkan arah keluar gedung dan tempat aman

6) Mengecek semua karyawan/penghuni/tenaga kerja

Page 18: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

7) Semua staf harus segera melaporkan ke tempat yang telah ditentukan

8) Melokalisir dan mengamankan tempat aman pengungsi maupun untuk

barang/dokumen penting

4. Memilih rute evakuasi

Para penghuni/karyawan harus sudah dapat memilih rute-rute untuk

menyelamatkan diri dari nyala api. Rute-rute meloloskan diri harus dirancang untuk

memuat jumlah orang yang akan memakainya. Rute ini harus menjamin keamanan

pengungsi dari nyala api, asap dan gas-gas. Jarak perjalanan ke daerah yang dilindungi

harus sudah diperhitungkan mudah tidaknya bangunan berikut isi dan jumlah

penghuni. Jarak perjalanan ke luar tempat aman harus memenuhi ketentuan teknis

yang telah ditentukan.

Sekiranya tempat ke luar menuju daerah aman ada 2 buah, jarak perjalanan ke luar

ke tempat aman tidak sama dengan yang hanya memiliki 1 buah tempat keluar.

5. Pengamanan rute evakuasi

Cara yang sesuai untuk meloloskan diri dari api harus tersedia dan cukup memadai

untuk seluruh penghuni yang berada di dalam suatu bangunan. Jalan-jalan, tangga,

koridor-koridor dan lobi merupakan sebagian dari rute-rute evakuasi, harus

dilindungi oleh dinding-dinding, lantai-lantai dan langit-langit yang mampu menahan

api paling sedikit 1 jam, lebih selama 2 jam dengan pintu tahan api yang dapat

menutup sendiriuntuk tiap-tiap pintu masuk ke tempat yang mengelilinginya. Koridor,

jalan tangga dan jalan keluar, harus cukup lebar dan cukup banyak sehinga setiap

orang yang berada di dalam gedung dapat terevakuasi dengan cepat. Lebar pintu

minimum yang digunakan sebagai jalan keluar harus memenuhi ketentuan persyaratan

teknis. Hal ini dimaksudkan agar jumlah rata-rata orang per satuan waktu dapat

keluar meloloskan diri sesuai ketentuan. Disamping itu perencanaan rute evakuasi

harus sudah diperhitungkan pula tentang lamanya seseorang atau penghuni untuk

berevakuasi mencapai daerah yang aman.

Page 19: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

Pendidikan dan Pelatihan

Latihan dimaksudkan untuk menetapkan suatu prosedur untuk bertindak bila

terjadi kebakaran. Hasil dari latihan ini bila benar terjadi kebakaran maka :

a. Orang yang mungkin ada di dalam bahaya dapat bertindak dengan tenang dan teratur.

b. Bila diperlukan pengungsian dapat berjalan dengan cepat dan teratur

Masalah pendidikan untuk mencapai suatu tindakan yang sangat efektif sangat

diperlukan. Begitu pula pendidikan tentang evakuasi terutama bagi mereka yang bertugas

pada malam hari sangat diprioritaskan. Ragam pendidikan juga harus diseduaikan menurut

kondisi yang ada misalnya karyawan untuk rumah sakit dan karyawan pada tempat

kerja lain. Kemudian sumber penyebab kebakaran pada rumah sakit berbeda dengan

yang ada di daerah kompleks penghunian lainnya. Perbedaan-perbedaan lingkungan dari

rumah sakit menghendaki program pendidikan yang luas tertuju untuk menanggulangi

areal yang mdah terkena api. Alat peraga visual dan pendidikan tertulis harus diperoleh

dan dikembangkan oleh manajemen untuk mengadakan program pencegahan api secara

efektif serta pengawasannya. Frekuensi latihan dan pendidikan evaluasi untuk setiap

perusahaan akan selalu tergantung kepada berat ringannya bahaya kebakaran dari masing-

masing perusahaan. Pada umumnya latihan dilakukan sebagai berikut :

Untuk melaksanakan latihan dengan baik dan efektif instruksi yang diberikan kepada

para peserta latihan harus memenuhi syarat :

a. Benar, jelas dan singkat

b. Bahasa sederhana dan dapat dilaksanakan

c. Tidak menimbulkan keraguan-raguan untuk bertindak

Dampak Kebakaran

Dampak dari kebakaran sudah barang tentu menyebabkan kerugian,berbeda jika kita

berbicara pembakaran untuk proses industri,pastilah sangat bermanfaat bagi industri tersebut

demi kelancaran pabrik nya. Namun secara umum,kebakaran ini sebaiknya dihindarkan,dan

apabila dimungkinkan terjadi harus sudah ada SOP pencegahannya. Dikalangan masyarakat

Page 20: Tentang Kebakaran m.iqbal Taheras 37563

kini,proses kebakaran sudah banyak dimanfaatkan untuk merugikan masyarakat itu

sendiri,seperti pembakaran pasar yang dilakukan sengaja demi renovasi dari tempat

tersebut,dan lain sebagainya.