teori amputasi dr. marudut

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal,seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini disebut dengan amputasi. Menurut Crenshaw, dalam Vitriana(2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui, tapi menurut Vitriana (2002) di Amerika Serikat terjadi 43.000 kasus 1

Upload: adi-sutriwanto-pasaribu

Post on 26-Jul-2015

574 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Amputasi Dr. Marudut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang

bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan

operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kehilangan alat

gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal,seperti penyakit, faktor cacat bawaan

lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia

ini disebut dengan amputasi.

Menurut Crenshaw, dalam Vitriana(2002), amputasi pada alat gerak bawah

mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut

(transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering

dilakukan. Angka kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui, tapi

menurut Vitriana (2002) di Amerika Serikat terjadi 43.000 kasus per tahun dari

jumlah penduduk 280.562.489 jiwa atau sekitar 0,02%, sedangkan dalam

Raichle et al. (2009) disebutkan bahwa terjadi kasus amputasi sekitar

158.000 per tahun dari jumlah penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi di

Amerika Serikat, baik secara jumlah, maupun secara persentase dari

jumlah penduduk.

1

Page 2: Teori Amputasi Dr. Marudut

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.Amputasi

dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau

seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan

dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada

ekstremitas sudah tidak mungkin dapat d i p e r b a i k i d e n g a n

m e n g g u n a k a n t e k n i k l a i n , a t a u m a n a k a l a k o n d i s i o r g a n

d a p a t membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau

merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh

seperti system integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten

cardiovaskuler. Labih lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau keluarga

berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2

Page 3: Teori Amputasi Dr. Marudut

Gambar 1. Amputasi

2.2 Prinsip Dasar Amputasi

Dengan kemajuan dibidang prostesis maka pemilihan tempat amputasi dengan

tujuan untuk mempertahankan ekstremitas sedistal mungkin tidak sepenuhnya

benar. Hal ini berlaku pada amputasi ekstremitas superior. Aturan yang

menyatakan untuk mempretahankan ekstremitas sedistal mungkin tidak dapat

diterapkan pada amputasi ekstremitas inferior. Meskipun begitu sedapat mungkin

lutut harus diselamatkan, karena lutut sangat berguna secara fungsional. Masalah

weight bearing dan menyisakan soft tissue untuk menutupi stump sangat

mempengaruhi pemilihan tempat amputasi pada ekstremias inferior. Pada

amputasi below knee stump yang terlalu panjang tidak disarankan karena akan

mempersulit penggunaan prostesa. Batas anterior tibia harus di bevel dan harus

tersedia soft tissue yang cukup untuk menutupinya dengan cara membuat flap

diposterior lebih panjang. Amputasi setinggi pergelangan kaki mempunyai

indikasi yang cukup jarang, umumnya pada trauma. Amputasi Syme bermanfaat

untuk end weight bearing prosthesis. Untuk amputasi telapak kaki kesepakatan

umum yang dipakai adalah trans metatarsal.

2.3 Lokasi Untuk Melakukan Amputasi

3

Page 4: Teori Amputasi Dr. Marudut

Gambar 2. Lokasi penentuan amputasi

2.4 Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

a. Iskemia

4

Page 5: Teori Amputasi Dr. Marudut

Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua,

sepertiklien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.

b. Trauma amputasi

Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal

injuryseperti (terbakar ), infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases

dankelainan congenital.

c. Gas ganggren

Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi

dengangas dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri

anaerob,yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.

d. Osteomielitis

Peradangan pada tulang ( bisa menyebabkan lumpuh ) dan bisa juga terjadi assending

infection.

e. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

f. Keganasan

Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif

2.5 Indikasi Dan Kontraindikasi Amputasi

Indikasi amputasi antara lain :

a. Live saving ( menyelamatkan jiwa ),

Contoh trauma disertai keadaan yang mengancam jiwa ( infeksi dan

perdarahan).

b. Limb saving ( memanfaatkan kembali fungsi ekstremitas secara maksimal ),

seperti pada kelainan congenital dan keganasan. Tujuan operasi amputasi

dibawah lutut adalah untuk menghasilkan alat gerak yang padat, berbentuk

silindris, bebas dari jaringan parut yang sensitif dengan tulang yang cukup

baik ditutupi oleh otot dan jaringan subkutan yang sesuai dengan

panjangnya.

5

Page 6: Teori Amputasi Dr. Marudut

Sedangkan kontraindikasi amputasi adalah jika keadaan umum pasien yang jelek.

2.6 Metode Amputasi

Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua

metode :

a. Metode terbuka (guillotine amputasi)

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengembang.

Bentuknya benar- benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan

luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi, dan dilakukan pada kondisi infeksi

yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

b. Metode tertutup (flap amputasi)

Pada metode ini kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan dijahit pada daerah yang

diamputasi. Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif

kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter

dibawah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan,

maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah

terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,

mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese

(mungkin).

6

Page 7: Teori Amputasi Dr. Marudut

Gambar 3. Metode tertutup

2.7 Jenis Amputasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

a. Amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan

mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.

Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.

b. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak

direncanakan.Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi

amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

c. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada

traumadengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada

trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas. Jenis

amputasi yang dikenal adalah :

a. Amputasi terbuka

b. Amputasi tertutup

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan

pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi tertutup dilakukan dalam

kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka

yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan

tulang.Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan

7

Page 8: Teori Amputasi Dr. Marudut

luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,

mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ).

2.8 Tingkatan Amputasi

Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.

Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko

kekambuhan lokal.

Pada penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas

dan daya sembuh luka puntung

a. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal

ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi,

berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

8

Page 9: Teori Amputasi Dr. Marudut

Gambar 4. Amputasi pada ekstremitas atas

b. Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari

jari-jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.Adapun

amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi

dua letak amputasi yaitu :

1) Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic

limb dan inschemic limb. 

2) Amputasi diatas lutut

Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien

dengan penyakit vaskuler perifer.

c. Nekrosis.

Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi

konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang

lebih tinggi.

d. Kontraktur.

9

Page 10: Teori Amputasi Dr. Marudut

Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi

serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi

karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.

e. Neuroma.

Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga

melengketdengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan

memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.

f. Phantom sensation.

Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya

eks t r e mi t a s t e r s eb u t d i s e r t a i r a s a nye r i . Ha l i n i dapa t

d i a t a s i den gan oba t -o ba t an , stimulasi terhadap saraf dan juga

dengan cara kombinasi.

2.9 Amputasi Atas Lutut

Tempat terbaik untuk membagi femur adalah 8-10 cm ( selebar satu tangan).

Gunakan spidol kulit untuk merencanakan insisi, yang harus membuat flap

anterior maupun flap posterior memiliki panjang sama atau yang anterior sedikit

lebih panjang. Bagi kulit dan jaringan subkutan sepanjang garis yang

direncanakan. Hemostasis biasanya tidak sukar pada anggota gerak yang iskemik

namun bisa terjadi perdarahan hebat pada anggota gerak yang septik. Ikat semua

vena dengan menggunakan jarum serap 2/0. Perdalam insisi anterior sampai

tulang, sambil memotong tendon quadriceps femoris. Vasa femoralis bersama-

sama nervus poplitea media dan lateral dijumpai pada posisi posteromedial. Ikat

rangkap pembuluh darah dengan benang serap.

Sebelum memotong saraf, beri tegangan pada saraf sehingga saraf tertarik ke

dalam puntung pada amputasi. Jika amputasi dilakukan pada tingkat yang lebih

tinggi, nervus sciaticus bisa dijumpai. Nervus sciaticus diikuti oleh arteri yang

10

Page 11: Teori Amputasi Dr. Marudut

harus didiseksi secara terpisah dan diikat sebelum saraf dipotong.  Setelah

memotong semua otot di sekeliling femur, ikat pembuluh yang tinggal dan hindari

pemakaian diatermi. Periksa titik amputasi yang tepat dari femur dan kerok

periosteum dari tulang di daerah ini. Otot-otot paha harus diretraksi ke arah

proksimal untuk memberikan cukup ruang dalam menggunakan gergaji. Ini bisa

dilakukan dengan bantuan beberapa pembalut abdomen atau retraktor khusus.

Setelah memotong femur dan melepas tungkai  bawah, tempatkan handuk bersih

di bawah puntung dan istirahatkan puntung pada mangkok yang dibalik.

Gunakan kikir untuk menghaluskan pinggir femur, kemudian bawa otot-otot

depan dan belakang bersamaan menutup tulang dengan jahitan terputus benang

serap ukuran 1. Pasang suction drain Insisi kulit Titik pemotongan tulang di

bawah lapisan otot. Tempatkan jahitan lapis kedua yang lebih superfisial dalam

otot dan jaringan subkutan karena ini akan membantu mendekatkan flap kulit.

Jahit pinggir kulit dengan beberapa jahitan putus dengan benang non serap 2/0.

Hindari memetik pinggir kulit dengan forsep bergigi. Tutup puntung dengan kasa

dan kapas dan balut dengan crepe bandage.

2.10 Amputasi Bawah Lutut

Amputasi bawah lutut secara statistic merupakan jenis amputasi yang paling

sering dilakukan pada alat gerak bawah. Luka amputasi pada level ini akan

sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang

memerlukan ablasi alat gerak.

Amputasi bawah lutut merupakan suatu prosedur rekonstruktif yang memerlukan

perhatian cermat terhadap detail tekniknya. Level ini dipilih berdasarkan

ketersediaan jaringan yang sehat termasuk pemahaman potensi penyembuhan dari

daerah yang iskemi. Sisi pemotongan adalah level dimana terdapat cukup jaringan

lunak untuk menghasilkan puntung yang dapat sembuh dengan baik dan

11

Page 12: Teori Amputasi Dr. Marudut

mempunyai toleransi yang baik terhadap prostetik. Panjang puntung sebaiknya

dipertahankan setinggi hingga pertemuan 1/3 tengah dan bawah tibia-fibula.

Titik optimum untuk amputasi adalah 14 cm dari tibial plateau, fibula dipotong 2

cm proksimal dari ini. Beri tanda insisi, dengan flap anterior berakhir tepat distal

dari garis pemotongan tulang pada tibia dan flap posterior meluas ke bawah

sampai tendon Achilles. Buat insisi sepanjang garis yang telah diberi tanda. Di

posterior potong tendon Achilles dan perdalam insisi untuk memotong sisa otot

dan tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam sampai melintasi bagian depan.

Fibula dipotong miring dengan gergaji Gigli, kemudian belah tibia 2 cm distal

dari ini. Bersihkan otot dari tulang dengan elevator periosteum. Potong bevel

anterior pertama kali dengan gergaji diagonal kemudian potong tegak lurus tibia.

Bentuk sudut pada ujung bawah tibia ke arah atas dan pisahkan massa otot dari

aspek posteriornya. Ikat rangkap semua pembuluh darah dan potong setiap saraf

yang tegang. Lepas tungkai bagian distal. Flap posterior ditarik ke atas

membungkus puntung tulang dan dijahit ke flap anterior. Flap posterior mungkin

perlu dikurangi dengan eksisi jaringan otot. Tempatkan benang serap di antara

otot di bagian posterior dan jaringan subkutan di anterior dan meninggalkan

suction drain di bawah otot. Satukan pinggir kulit dengan jahitan putus benang

non-serap 2/0. Pangkas sudut-sudut flap posterior jika perlu agar bentuknya rapi.

Tutup puntung dengan katun dan balut ketat dengan crepe bandage.

2.11 Penatalaksanaan Amputasi

Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.

Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :

a. Rigid dressing 

Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar

operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus immobilisasi

atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan memperhatikan

jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan memasang balutan pada ujung

12

Page 13: Teori Amputasi Dr. Marudut

stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah

oedema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri. Setelah pemasangan

rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7

– 10 hari post operasi setelah luka sembuh, setelah 2 – 3 minggu, setelah

stump sembuh dan mature. Namun untuk mobilisasi dengan rigid dressing ini

dipertimbangkan juga faktor usia, kekuatan, kecerdasan penderita, tersedianya

perawat yang terampil, therapist dan prosthetist serta kerelaan dan

kemauan dokter bedah untuk melakukan supervisi program perawatan. Rigid

dressing dibuka pada hari ke 7 – 10 post operasi untuk melihat luka operasi atau bila

ditemukan cast yang kendor atau tanda-tanda infeksi local atau sistemik.

b. Soft dressing 

Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan pembalut steril yang

rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang bantalan yang cukup. Harus

diperhatikan penggunaan elastik verban jangan sampai menyebabkan

konstriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki

tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump

tidak baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur. Biasanya luka

diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam. Ujung stump

ditekan sedikit dengan soft dressing dan pasien diizinkan secepat mungkin

untuk berdiri setelah kondisinya mengizinkan. Biasanya jahitan dibuka pada

hari ke 10 – 14 post operasi. Pada amputasi diatas lutut, penderita

diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal dibawah stump, hal ini perlu

diperhatikan untuk mencegah terjadinya kontraktur.

2.12 Dampak Masalah Terhadap Sistem Tubuh

Adapun pengaruhnya meliputi :

a. Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan

penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah

sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.

13

Page 14: Teori Amputasi Dr. Marudut

b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar

dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini

menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada

bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas

menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan

yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk

menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

c. Sistem respirasi

1) Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi

otot intercostarelatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka

mencapai inspirasi maksimal danekspirasi paksa.

2) Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan

rasio ventilasi den ga n pe r fu s i s e t em pa t , j i ka s eca r a

men dad ak ma ka aka n t e r j ad i pen ingka t an metabolisme

(karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

3) Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran

pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi

lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.

d. Sistem Kardiovaskuler

1) Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin

dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering

dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

2) Penurunan cardiac reserve

14

Page 15: Teori Amputasi Dr. Marudut

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini

mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi

sekuncup.

3) Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana

anterior danven u l a t un gka i be r kon t r aks i t i d ak ade kua t ,

va s od i l a t a s i l eb ih pa n j a ng da r i pada vasokontriksi sehingga

darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang

bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup

untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun,

akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat

juga merasakan pingsan

e. Sistem Muskuloskeletal

1) Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler

memungkinkan suplai O2 dan nu t r i s i s anga t be rku rang pada

j a r i ngan , demik i an pu l a dengan pembuangan s i s a

metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

2) Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya

penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan

paralisis otot.

3) Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya

keterbatasan gerak.

4) Osteoporosis

15

Page 16: Teori Amputasi Dr. Marudut

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan

persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan

tulang menjadi keropos.

f. Sistem Pencernaan

1) Anoreksia

Ak i ba t pe nu r unan da r i s ek re s i ke l en j a r pen ce r naan dan

me mpeng a ru h i s ek re s i kelenjar pencernaan dan mempengaruhi

perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan

menurunnya nafsu makan.

2) Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan

spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan

meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang

sulit buang air besar.

g. Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing

berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya

gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :

1) Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu

ginjal.

2) Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya

kuman dan dapat menyebabkan ISK.

h. Sistem integument

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan

bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah

dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis

16

Page 17: Teori Amputasi Dr. Marudut

dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk

meningkatkan suplai darah.

2.10 Perawatan Pasca Amputasi

a. Perawatan luka pada umumnya dan penggunaan balutan yang halus akan

mengontrol udem, mencegah trauma, menurunkan nyeri, dan membuat

mobilisasi lebih awal demikian juga rehabilitasinya

b. Rehabilitasi dengan pembuatan prostesis yang sesuai

BAB III

KESIMPULAN

Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang

bervariasi, tergantung dari bagian mana alat gerak yang hilang, usia, dan penanganan

operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan amputasi). Kegiatan

amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti

system integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih

17

Page 18: Teori Amputasi Dr. Marudut

lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra

diri dan penurunan produktifitas.

Keputusan untuk mengamputasi melewati suatu proses emosional yang sering

bersama dengan suatu kegagalan perilaku atau gangguan perilaku yang ada

hubungan dengan nilai pendekatan yang dianut adalah pendekatan yang positif

dan rekonstruktif yang tidak berlebihan. Guna mencapai fungsi yang maksimal,

amputasi kedepan memerlukan pemahaman yang jelas tentang operasi amputasi

itu sendiri, dalam penggunaan prostetik post operatif, rehabilitasi amputasi dan

jenis prostetiknya, untuk itu dibutuhkan suatu team yang dapat melakukan

pendekatan, termasuk menerima masukan dari perawat, ahli prostetik, kelompok

pendorong para amputama, yang dapat memberi dorongan dan pengertian

sehingga para amputama dapat hidup layak.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddart.2001. Kep.Medikal Bedah,Jakarta : EGC

Guyton hall.2002.Fisiologi kedokteran.Jakarta : EGC

Amputasi http //:www.Nursingspirit.blogspot.com/2009/07/ (Diakses rabu ,11 Juli

2012)

18

Page 19: Teori Amputasi Dr. Marudut

repository.unpad.ac.id/.../rebilitasi_pasien_amputasi_bawah_lutut.... ( diakses

selasa, 10 Juli 2012)

akhlisnurse.blogspot.com/2012_04_01_archive.html ( diakses selasa, 10 Juli

2012)

19