teori dasar pengujian sensori

7
1.1 Uji Rangsangan Tunggal Tujuan dari pengujian ini adalah menentukan ambang mutlak dan amban pengenalan dari suatu larutan dengan rangsangan tunggal mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian stat Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan) bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa) alatindramenerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf sens syaraf penerimaan. Rangsangan tidak selalu menghasilkan kesan, dalam hubungan psikofisik tidak ada atau sangat kurang. Rangsangan terendah yang m dapat menghasilkan kesan disebut ambang rangsangan ( threshold ). Dikenal ada 4 maam rangsangan yaitu ambang mutlak, ambang pembedaan, ambang pengenalan, dan ambang batas. !mbang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkeil yang dapat menghasilkan kesan, sedangkan ambang pengenalan meliputi pengenalan ata identifikasi jenis kesan. 1.2 Uji Pasangan Tujuan dari pengujian ini adalah menentukan ambang mutlak dan amban pengenalan dari suatu larutan dengan uji pasangan mulai dari persiapan, p tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik. "ji pasangan disebut juga paired comparison, pairest test atau dual comparation. #ara pengujian ini termasuk ara paling sederhana dan paling tua Dalam pengujian ini, dua ontoh disajikan bersamaan dengan nomor kode berlain $asing%masing panelis diminta menyatakan ada atau tidak perbedaan dalam hal s yang diujikan. !gar pengujian efektif, sifat yang diujikan harus jelas dan di panelis. Pelaksanaannya mula%mula panelis diberi atribut yang akan dinilai s penilaiannya. &elanjutnya kedua sampel diberi kode dan disajikan bersamaan. hal uji pasangan dengan pembanding, bahan pembanding diiip dulu baru kemudi diberi ontoh. $etode ini dapat dikembangkan untuk dua atau lebih sampel, nam pelaksanaannya tetap sepasang%sepasang (&ofiah, ' ). 1.3 Uji Triangle/Segitiga

Upload: subhan-aristiadi

Post on 02-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Teori dan Konsep dasar Pengujian Sensori Pangan

TRANSCRIPT

1.1 Uji Rangsangan Tunggal

Tujuan dari pengujian ini adalah menentukan ambang mutlak dan ambang pengenalan dari suatu larutan dengan rangsangan tunggal mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan. Rangsangan tidak selalu menghasilkan kesan, dalam hal ini hubungan psikofisik tidak ada atau sangat kurang. Rangsangan terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal ada 4 macam rangsangan yaitu ambang mutlak, ambang pembedaan, ambang pengenalan, dan ambang batas. Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil yang dapat menghasilkan kesan, sedangkan ambang pengenalan meliputi pengenalan atau identifikasi jenis kesan.1.2 Uji Pasangan

Tujuan dari pengujian ini adalah menentukan ambang mutlak dan ambang pengenalan dari suatu larutan dengan uji pasangan mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Uji pasangan disebut juga paired comparison, pairest test atau dual comparation. Cara pengujian ini termasuk cara paling sederhana dan paling tua. Dalam pengujian ini, dua contoh disajikan bersamaan dengan nomor kode berlainan. Masing-masing panelis diminta menyatakan ada atau tidak perbedaan dalam hal sifat yang diujikan. Agar pengujian efektif, sifat yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Pelaksanaannya mula-mula panelis diberi atribut yang akan dinilai serta cara penilaiannya. Selanjutnya kedua sampel diberi kode dan disajikan bersamaan. Dalam hal uji pasangan dengan pembanding, bahan pembanding dicicip dulu baru kemudian diberi contoh. Metode ini dapat dikembangkan untuk dua atau lebih sampel, namun pelaksanaannya tetap sepasang-sepasang (Sofiah, 2008). 1.3 Uji Triangle/Segitiga

Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji triangle/segitiga mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Uji segitiga (uji triangle) digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji pasangan. Uji triangle mula-mula diperkenalkan oleh dua ahli statistik Denmark pada tahun 1946. Dalam pengujian ini, kepada masing-masing panelis disajikan secara acak tiga contoh berkode. Pengujian ketiga contoh ini biasanya dilakukan bersamaan tetapi dapat pula berurutan. Dua dari tiga contoh ini sama dan yang ketiga berlainan. Panelis diminta memilih satu diantara tiga contoh yang berbeda dari dua yang lain. Dalam uji ini tidak ada contoh baku atau pembanding. Dalam uji segitiga, keseragaman contoh sangat penting agar dapat dihindari pengaruh pengujian. Ketiga contoh sekaligus disajikan maka ukuran, bentuk, warna dan sifat-sifat contoh yang tidak dimiliki dibuat sama.

1.4 Uji Duo Trio

Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji duo trio mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.Tipe pengujian duo trio digunakan untuk mengetahui perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya hanya sedikit. Misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang diperoleh dari dua kondisi yang sedikit berbeda. Selain itu uji duo trio dapat digunakan untuk seleksi panelis. Untuk keperluan ini disajikan beberapa kali oengujian untuk seorang calon panelis yang diseleksi. Calon panelis yang dapat mendeteksi perbedaan dengan benar lebih dari 60% dari seluruh pengujian dapat diambil sebagai panelis.

Untuk uji duo-trio ini setiap panelis disajikan tiga contoh dimana dua contoh dari bahan yang sama dan contoh yang ketiga berbeda dari bahan yang lain. Kalau pada uji triangle tidak digunakan contoh baku, maka pada uji duo-trio ini digunakan contoh baku. Penyajian contoh dalam uji duo-trio ini dapat diberikan bersamaan, atau contoh bakunya diberikan lebih dulu baru kemudian kedua contoh lain disajikan. Bisa juga dua contoh yang berbeda yang disajikan, diikuti contoh yang ketiga, panelis diminta untuk menentukan mana dari 2 contoh pertama yang sama dengan contoh ketiga.1.5 Uji Hedonik

Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji hedonik mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Uji hedonik merupakan uji yang dilakukan untuk menentukan tingkat kesukaan seseorang. Panelis biasanya menilai dengan cara subjektif. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidak sukaan. Di samping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. .Dalam penganalisisan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan analisis statistik. Dengan adanya skala hedonik ini sebenarnya uji hedonik secara tidak langsung juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Karena hal ini, maka uji hedonik paling sering digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau pengembangan produk secara organoleptik (Kartika, B, dkk. 1988).Tingkat kesukaan pada uji hedonikdisebut skala hedonik contoh tingkat tersebut adalah seperti sangat suka, suka, agak suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka.Uji hedonik paling sering digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau produk pengembangan secara organoleptik. Jenis panelis yang bisa digunakan untuk melakukan uji hedonik ini adalah panelis yang agak terlatih dan panelis tidak terlatih. Penilaian dalam uji hedonik ini bersifat spontan.Ini berarti panelis diminta untuk menilai suatu produk secara langsung saat itu juga pada saat mencoba tanpa membandingkannya dengan produk sebelum atau sesudahnya. (Rahardjo, J. T. M. 1998)

Prinsip pada uji ini adalah panelis diminta untuk mencoba suatu produk tertentu, kemudian setelah itu panelis diminta untuk memberikan tanggapan dan penilaian atas produk yang baru dicoba tersebut tanpa membandingkannya dengan yang lain.Sedangkan secara umum, Tujuan dari uji hedonic ini adalahuntuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap produk dan untuk menilai komoditi jenis atau produk pengembangan secara organoleptik.Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini dapat dilakukan analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai secara organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir (Gibney,dkk. 2009).

1.6 Uji Mutu Hedonik

Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji mutu hedonik mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang lebih spesifik untuk suatu jenis mutu tertentu. Contoh penggunaan uji mutu hedonik adalah untuk mengetahui rasa buah dalam permen, sifat pera atau pulen pada nasi, sifat gurih kerupuk, dan kelezatan pada daging panggang. Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik buruk ini disebut kesan mutu hedonik. Karena itu beberapa ahli memasukkan uji mutu hedonik kedalam uji hedonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka (Sofiah, 2008).

Mutu hedonik dapat bersifat umum, yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk / keras untuk daging, pulen keras untuk nasi, renyah, liat untuk mentimun.Rentangan skala hedonik berkisar dari ekstrim baik sampai ke ekstrim buruk. Skala hedonik pada uji mutu hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik. Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung dari rentangan mutu yang diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji mutu hedonik dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaanpada uji mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan selanjutnya dapat dianalisis statistik untuk interprestasinya (Sofiah, 2008).1.7 Uji SkoringMahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji skoring mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Uji skor juga disebut pemberian skor atau scoring. Pemberian skor adalah memberikan angka nilai atau menempatkan nilai mutu sensorik terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonik. Tingkat skala mutu dapat dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan skala mutu yang sudah menjadi baku. Untuk mempermudah menangkap pengertian, digunakan contoh dalam memberikan nilai ujian anak sekolah atau mahasiswa. Uji skor dapat dilakukan pada penilaian sifat sensorik yang spesifik seperi tekstur pejet pada nasi, warna merah pada tomat, rasa langu pada hasil olah kedelai atau sifat sensorik umum seperti sifat hedonik atau sifat-sifat sensorik kolektif seperti pada pengawasan mutu komoditi (Sofiah, 2008).

Dalam tipe uji skoring, panelis diminta untuk menilai penampilan sampel berdasarkan intensitas atribut atau sifat yang dinilai. Oleh karena itu, dalam pengujian ini digunakan panelis yang terpilih dan terlatih. Tipe pengujian ini sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, warna dan kekerasan. Selain itu digunakan untuk mencaari korelasi pengukuran subjektif dengan objektif dalam rangka penentuan presisi pengukuran obyektif (Sofiah, 2008).1.8 Uji Ranking

Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji ranking mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Dalam uji ranking panelis diminta untuk membuat urutan contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Dalam urutan jenjang ini, jarak (interval) antara jenjang ke atas dan ke bawah tidak harus sama. Misalnya jenjang no 1 dan 2 tidak harus sama dengan perbedaan jenjang 3 dan 4. Uji ranking jauh berbeda dengan uji skoring. Dalam uji ranking komoditi atau sampel diurutkan atau diberi nomor urut. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi. Angka-angka ini tidak menyatakan besaran skalar, hanya nomor urut saja sesuai dengan tingkatannya (Sofiah, 2008). Sampel yang diujikan adalah Sosis daging sapi dengan karakteristik yang diujikan yaitu warna, flavor, cicip, rasa dan kekenyalan.

1.9 Uji Perbandingan Jamak

Mahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji jamak mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.Uji perbandingan jamak disebut juga multiple comparison. Uji ini pada prinsipnya hampir sama dengan uji perbandingan pasangan. Jika pada uji perbandingan pasangan hanya dua contoh yang disajikan maka pada uji perbandingan jamak banyak contoh, yaitu tiga atau lebih contoh disuguhkan secara bersamaan. Contoh pembanding dapat pula diberikan. Dalam pelaksanaannya panelis diminta memberikan skor berdasarkan skala kelebihan, yaitu lebih baik atau lebih buruk dan masing-masing contoh diberi skor.

Dalam uji perbandingan jamak digunakan tiga atau lebih contoh pembanding yang mempunyai sifat hampir sama atau kalaupun berbeda kecil sekali. Misalnya contoh pembanding itu berbeda pada tingkat bau atau ketajaman sama. Dapat pula contoh-contoh baku tersebut tidak perlu dikenal sebelumnya karena disuguhkan kesamaan dengan yang akan diuji.

Panelis diminta menunjukkan satu contoh dari contoh yang disuguhkan untuk diminta menetapkan yang paling berbeda. Contoh B yang sangat berbeda dari suatu kelompok A dianggap bukan kelompok A. Uji perbandingan jamak tidak cocok untuk uji cicip karena terlalu banyak sampel disajikan sekaligus tetapi baik untuk uji aroma dan uji penglihatan atau warna (Sofiah, 2008).

1.10 Uji DeskripsiMahasiswa dapat melaksanakan pengujian inderawi menggunakan uji deskripsi mulai dari persiapan, penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.

Mutu suatu komoditi pada umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Salah satu mutu yang diuji ditentukan oleh sifat ini adalah uji deskripsi. Uji deskripsi merupakan penilaian sensorik berdasarkan sifat-sifat sensorik yang lebih kompleks, meliputi banyak sifat sensorik. Dalam pengujian deskripsi, banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisis sebagai keseluruhan. Jadi, sifat sensorik tersebut menyusun mutu sensorik keseluruhan. Sifat-sifat sensorik ini banyak yang menyusun mutu sensorik, tapi tidak semua sifat sensorik cukup relevan atau peka sebagai pengukur mutu, maka yang dipilih sebagai pengukur mutu ini biasanya terutama yang paling relevan dan paling peka digunakan sebagai deskripsi mutu sensorik. Sifat-sifat mutu ini termasuk atribut mutu.