teori trait and factor
DESCRIPTION
Makalah Pendekatan Trait and FactorTRANSCRIPT
MAKALAH PENDEKATAN
TRAIT AND FACTOR
Disusun oleh :
Kelompok 9
Nama :
1. Arfina Hadiyani Puteri 1114500070
2. Fasya Maziyah 1114500075
3. Nandito Over Beeke 1114500093
Kelas : 4C
Mata Kuliah : Model-Model Konseling I
Dosen Pengampu : Pramana Adi Wiguna, M.Pd
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ”Trait and Factor”, Mata kuliah Model-Model Konseling I dengan
tepat waktu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan Kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tegal, 18 Mei 2016
Penulis
2
DAFTAR ISICover Judul...............................................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................................... 2
Daftar Isi................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar................................................................................................
2.2 Hakekat Manusia..........................................................................................
2.3 Hakekat Konseling.......................................................................................
2.5 Tujuan Konseling…………………………………………………………..
2.6 Karakteristik………………………………………………………………..
2.7 Peran dan Fungsi Konselor...........................................................................
2.8 Hubungan Konselor dan Konseli..................................................................
2.9 Tahap Konseling...........................................................................................
2.10 Teknik Konseling..........................................................................................
2.11 Kelebihan dan Keterbatasan..........................................................................
2.12 Asumsi Perilaku Bermasalah.........................................................................
2.13 Contoh Kasus Penerapan...............................................................................
BAB III PENUTUP
1. Simpulan.........................................................................................................
2. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
A. KONSEP DASAR
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu sistem atau faktor yang saling
berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperament.
Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor (triait and faktor) adalah
asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan
pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya.
Pencapaian penemuan diri menghasilkan kepuasan intrinsik dan memperkuat
usaha untuk mewujudkan diri. (Surya, Mohamad. 2003 : 3)
Dalam Pendekatan Trait and Factor, memandang bahwa ada delapan dangan
tentang manusia yang bisa disimpulkan dari pendapat Williamson (Lutfi Fauzan,
2004:79) yaitu sebagai berikut:
B. HAKEKAT MANUSIA
1. Manusia dilahirkan dengan membawa potensi baik dan buruk.
Williamson berbeda dengan Rouseau yang menganggap manusia pada dasarnya
baik dan masyarakat atau lingkungan lah yang membentuknya menjadi jahat.
Menurut Williamson, kedua potensi itu, baik dan buruk, ada pada setiap manusia.
Tidak ada individu yang lahir membawa potensi baik semata dan sebaliknya juga
tidak ada individu yang lahir semata-mata penuh dengan muatan yang buruk.
Kedua sifat itu dimiliki oleh manusia, tetapi sifat mana yang akan berkembang
tergantung pada interaksinya dengan manusia lain atau lingkungannya.
2. Manusia bergantung dan hanya akan berkembang secara optimal
ditengah-tengah masyarakat.
Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan potensi dirinya.
Aktualisasi diri hanya akan dapat dicapai dalam hubungannya dan atau dengan
bantuan orang lain, manusia tidak dapat hidup sepenuhnya dengan melepaskan
diri dari masyarakat.
3. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik (good live)
Memperoleh kehidupan yang baik dan lebih baik lagi merupakan kepedulian
setiap orang. Salah satu dimensi kebaikan adalah “arête”. Manusia berjuang
4
mencapai arête yang menghasilkan kekayaan atau kebesaran diri. Konsep arête
diambil dari bahasa Yunani yang dapat diartikan kecemerlangan (axcelent)
4. Manusia banyak berhadapan dengan “pengintroduksi” konsep hidup yang
baik, yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan.
Dalam keluarga, individu berkenalan dengan konsep hidup yang baik dari orang
tuanya. Disekolah dia memperolehnya dari guru, selain itu dari teman dan anggota
masyarakat yang lain.
5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (The Universe),
Williamson menyatakan bahwa konsep alam semesta dan hubungan manusia
terhadapnya sering terjadi salah satu dari: 1. Manusia menyendiri, ketidakramahan
alam semesta. 2. Alam semesta bersahabat dan menyenangkan atau
menguntungkan bagi manusia dan perkembangannya.
Selain konsepsi pokok tentang manusia sebagaimana dikemukakan Williamson,
terdapat cakupan penting untuk dikemukakan karakteristik atau hakiki yang lain
tentang manusia, yaitu:
a) Manusia merupakan individu yang unik.
b) Manusia memiliki sifat-sifat yang umum.
c) Manusia bukan penerima pasif bawaan dan lingkungannya.
d) Asumsi Perilaku Bermasalah
Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak mampu
memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga individu
tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal. (Gudnanto. 2012.
FKIP UMK).
PRIBADI SEHAT menurut (Fauzan, Lutfi dan Suliono 1991 / 1992 Konseling
Individu Trait and Factor DEPDIKBUD Malang) :
a) Mampu berfikir rasional untuk memecahkan masalah secara bijaksana
b) Memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri
c) Mampu mengembangkan segala potensi secara penuh
d) Memiliki motivasi untuk meningkatkan/ menyempurnakan diri
e) Dapat menyesuaikan diri di masyarakat
PRIBADI MALASUAI menurut kategori Bordin (Fauzan, Lutfi.2004. 83):
5
a) Depcelence (ketergantungan)
b) Lach of information (kurang informasi)
c) Self conflict (konflik diri)
d) Chose anxicty (cemas memilih)
e) No Problem (bukan permasalah selain diatas
C. HAKEKAT KONSELING
Pengertian Pendekatan Trait and Factor
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam
berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati
(berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi
kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang
terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Teori Trait-Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh
tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi
kepribadian itu. Konseling Trait-Factor berpegang pada pandangan yang sama dan
menggunakan tes-tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang
mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai
relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan
mengikuti suatu program studi.
Dan juga Istilah konseling trait-factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling
yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan
pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama
yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.
D. TUJUAN KONSELING
Membantu klien agar merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya
sendiri dan membantu klien berpikir lebih jernih dalam menghadapi masalah dan
mengontrol perkembangan secara rasional. Memperkuat keseimbangan antara
pengaktif dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi dengan stabil dan
6
wajar. Membantu Individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai
aspek kehidupan manusia. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan
memahami dan mengelola diri dengan cara membantu menilai kekuatan dan
kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup
dan karir. Membantu individu memperbaiki kekurangan, ketidakmampuan dan
keterbatasan diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
Secara ringkas tujuan konseling menurut ancangan Trait and Factor (Lutfi Fauzan
2004:91) , dapat disebutkan yaitu:
Self-clarification (kejelasan diri)
Self-understanding (pemahaman diri)
Self-accelptance (penerimaan diri)
Self-direction (pengarahan diri)
Self-actualization (perwujudan diri)
E. KARAKTERISTIK
Teori trait and factor ini memiliki karakteristik tersendiri yang akan membedakan
dengan teori-teori lainnya. Teori ini menitik beratkan pandangan bahwa sifat diri,
syarat pekerjaan, dan pertimbangan segi-segi seperti kognitif, nonkognitif itu akan
mempengaruhi pilihan karir seseorang. Menurut teori trait and factor ini
diperlukan pengukuran-pengukuran psikologis untuk menentukan pilihan karir
seseorang, dimana hal itu tidak ditemukan dalam teori-teori lainnya. Karakteristik
utama dari teori ini adalah asumsi bahwa individu mempunyai pola kemampuan
unik atau traits yang dapat diukur secara objektif dan berkorelasi dengan tuntutan
berbagai jenis pekerjaan.
7
F. PERAN DAN FUNGSI KONSELOR
Peranan yang dilakukan oleh seorang konselor trait and factor (Surya, 2003:5)
adalah sebagai berikut.
1. Konselor memberitahu kepada klien tentang berbagai kemampuan yang
diperoleh melalui penyelenggaraan testing psikologis, angket dan alat ukur
lainnya.
2. Konselor memberitahukan tentang bidang-bidang yang cocok sesuai dengan
kemampuan serta karakteristiknya.
3. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
4. Konselor membantu klien mencari atau menemukan sebab-sebab kesulitan atau
gangguannya dengan diagnosis eksternal.
5. Secara esensial peranan konselor adalah seperti guru, dimana “memberi
informasi” dan “mengarahkan secara efektif”.
G. HUBUNGAN KONSELOR DAN KONSELI
Situasi hubungan dalam konseling Trait and Factor (Lutfi Fauzan, 2004 : 88)
sebagai berikut:
Konseling merupakan suatu thinking relationship yang lebih mementingkan
peranan berfikir rasional, tetapi tidak meninggalkan sama sekali aspek emosional
seseorang.
Konseling berlangsung dalam situasi hubungan yang bersifat pribadi, bersahabat,
akrab, dan empatik
Konseling yang berlangsung dapat bersifat remediatif maupun developmental
Setiap pihak (konselor-klien) melakukan perannya secara proporsional.
H. TAHAP KONSELING
Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya, yaitu: analisis,
sistesis,, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan follow-up (Lutfi Fauzan,
2004:92)
8
1. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri klien beserta
latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian
klien, seperti kemempuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lainnya
yang dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya.
Data yang dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. 1 Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:
Data Fisik: kesehatan, cirri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dsb.
Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
1.2 Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh
terhadapnya): keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya,
orang-orang terdekatnya, lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dsb.
2. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan
data yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga
dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri klien. Rumusan diri klien
dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan
dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara pertama dibuat oleh
konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut)
problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses
pengambilan atau penarikan simpulan yang logis.
Dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
Identiffikasi masalah, Berdasar pada data yang diperoleh, dapat merumuskan dan
menarik kesimpulan permasalahan klien.
Etiologi (Merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal).
Dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa
depan.
9
4. Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)
Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada
sekarang. Misalnya: bila seorang klien berdasarkan data sekarang dia malas, maka
kemungkinan nilainya akan rendah, jika intelegensinya rendah, kemungkinan
nanti tdak dapat diterima dalam sipenmaru.
5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber
pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu
klien dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling
ini mencakup lima jenis bantuan yaitu:
Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah
pemahaman diri.
Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat
untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam
memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam
kehidupan sehari-hari.
Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh
terapiutik atau kuratif.
Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.
6. Follow Up
Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setela mereka
memperoleh layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru
atau munculnya masalah yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup
penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.
Stategi Implementasi
Sebagai pedoman dalam mengimlementasikan pemecahan masalah, Williamson
mengemukakan 5 macam stategi atau teknik umum, dalam (Fauzan. Lutfi. 2004.
95) yaitu:
10
Forcing Conformity (memaksa penyesuaian), dipilih apabila lingkungan
memang tidak dapat diubah. Seperti: siswa harus mau mengikuti atau menerima
pelajaran dari guru matematika yang judes yang sebenarnya tidak disenangi siswa.
Changing the environment (mengubah lingkungan), dipilih bila memang tidak
memungkinkan, klien memiliki kekuatan atau kemampuan melakukannya.
Lingkungan ini mencakup apa dan siapa. Contoh: ruang belajar yang semula
menghadap jendela dan jalan raya dibalik menjadi membelakangi, tidak dapat
konsentrasi belajar karena tiap belajar ada anak ramai diluar, maka anak-anak itu
disuruh pindah atau diusir.
Selecting the appropriate environment (memilih lingkungan yang cocok),
contoh: ada beberapa tempat belajat yang dapat dimanfaatkan yaitu, di
perpustakaan, di rumah sendiri, dan di rumah teman.
Learning neded skills (belajar keterampilan-keterampilan yang diperlukan),
contoh: belajar keterampilan bergaul, membuat paper, dan sebagainya.
Changing attitute (mengubah sikap), sikap merupakan kecenderungan seseorang
dalam menanggapi sesuatu, dan arahnya juga pada siapa dan pada apa. Beberapa
sikap diri perlu diubah kalau memang tidak menguntungkan, misalnya: sikap
segan untuk bertanya.
I. TEKNIK KONSELING
Teknik – teknik konseling yang dikemukakan Wiliamson (Lutfi Fauzan, 2004 :
96) ada lima macam yaitu sebagai berikut:
Establishing rapport (menciptakan hubungan baru)
Untuk cepat menciptakan hubungan baru yang baik, konselor perlu menciptakan
suasana hangat, bersifat ramah dan akrab dan menghilangkan kemungkinan situasi
yang bersifat mengancam.
Ada beberapa hal yang terpenting, dan terkait dengan keperluan penciptaan
rapport tersebut:
- Reputasi konselor, khususnya reputasi dan kompetensi (competency
repulation), konselor harus memiliki nama baik dimata siswa.
- Penghargaan dan perhatian konselor kepada individu.
11
- Kemampuan konselor dalam menyimpan rahasia (confidentiality)
termasuk kerahasiaan hasil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.
Untuk memenuhi maksud di atas, maka dalam prosesnya konselor dapat
melakukan tindakan-tindakan yang membuat siswa merasa aman dan dihargai
sejak penyambutan. Oleh karena itu, konselor perlu: menyebut nama siswa begitu
ia muncul, menjabat tangan, menghindarkan kesan segan, menolak atau tidak
sabar dan muka cemberut, mempesilahkan duduk, dan mengawali pembicaraan
dengan topic-topik netral.
Cultivatingself-understanding (mempertajam pemahaman diri)
Konselor perlu berusaha agar klien atau siswa lebih mampu memahami dirinya
yang mencakup segala kelebihan maupun kekurangannya, dan dibantu untuk
menggunakan kekuatan dan mengatasi kekurangannya. Untuk itu, dapat
dimengerti kalau misalnya onselor dituntut untuk menginterprestasikan data klien,
termasuk data hasil testing.
Advising or planning a program of action (membari nasehat atau
membantu merencanakan program tindakan)
Dalam melaksanakan hal ini, konselor memulai dari apa yang menjadi pilihan
klien, tujuannya, pandangannya, dan sikapnya: kemudian mengemukakan
alternasi-alternasi untuk dibahas segi-segi positif dan negatifnya, manfaat dan
kerugiannya. Oleh karena itu, klien perlu didorong untuk menyampaikan ide-
idenya sendiri untuk dipertimbangkan, dan konselor memberikan saran-saran
pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
Ada tiga cara dalam memberikan nasehat, yaitu:
- Direct advice (nasehat langsung), secar jelas dan terbuka konselor
mengemukakan pendapatnya. Cara ini dilakukan bila klien memang tidak
mengetahui langsung apa yang harus diperbuat atau diinginkan.
- Persuasive, dilakukan bila klien telah mampu menunjukkan alas an yang
logis atas pilihan-pilihannya, tetapi belum mampu menentukan pilihan.
- Explanatory (penjelasan), dilakukan apabila klien telah dapat mengajukan
pilihannya termasuk pertimbangan baik buruknya. Konselor memberikn
nasehat dengan menjelaskan implikasi-implikasi putusan klien.
12
Carrying out the plan (melaksanakan rencana)
Mengikuti pilihan atau keputusan klien, konselor dapat memberikan bantuan
langsung bagi implementasi atau pelaksanaannya. Bantuannya, antara lain berupa
rencana atau program pendidikan dan pelatihan atau usaha-usaha perbaikan
lainnya yang lebih dapat menyempurnakan keberhasilan tindakan. Contoh/;
apabila dalam keputusannya, klien akan menemui gurunya, maka klien diajak
mendiskusikan kapan hal itu dilakukan, dimana, dengan cara apa, dengan siapa
dan sebagainya.
Refferal (pengiriman pada ahli lain)
Pada kenyataannya tidak ada konselor yang ahli dalam memecahkan segala
permasalahan siswa, yang karena itu konselor perlu menyadari keterbatasan
dirinya. Apabila konselor tidak mampu, janganlah memaksakan diri atau berbuat
coba-coba. Konselor perlu mengirimkan kliennya pada ahli lain yang lebih
mampu.
J. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan dan kekurang teori trait and factor (Gudnanto. 2012. FKIP UMK),
yaitu:
Kelebihan Teori Trait and Factor, yaitu:
Pemusatan pada klien dan bukan pada konselor
Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama dalam mengubah
kepribadian
Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuanitatif
Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling
Kelemahan Teori Trait and Factor, yaitu:
Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana
Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan sebagai penentu perilaku
tetapi melupakan factor intelektual, kognitif dan rasional
Penggunaan informasi untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
13
Tujuan untuk sikap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas dan umum
sehingga sulit menilai individu
Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal.
K. ASUMSI PERILAKU BERMASALAH
Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak mampu
memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga individu
tersebut tidak dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal. (Gudnanto. 2012.
FKIP UMK).
PRIBADI SEHAT menurut (Fauzan, Lutfi dan Suliono 1991 / 1992
Konseling Individu Trait and Factor DEPDIKBUD Malang) :
Mampu berfikir rasional untuk memecahkan masalah secara bijaksana
Memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri
Mampu mengembangkan segala potensi secara penuh
Memiliki motivasi untuk meningkatkan/ menyempurnakan diri
Dapat menyesuaikan diri di masyarakat
PRIBADI MALASUAI menurut kategori Bordin (Fauzan, Lutfi.2004. 83):
Depcelence (ketergantungan)
Lach of information (kurang informasi)
Self conflict (konflik diri)
Chose anxicty (cemas memilih)
No Problem (bukan permasalah selain diatas)
Kategori Pepinsky
Lack of assurance (kurang percaya diri)
Lack of skill (kurang keterampilan)
Depcelence (ketergantungan)
Lach of information (kurang informasi)
Self conflict (konflik diri)
Chose anxicty (cemas memilih)
14
L. CONTOH KASUS PENERAPAN
Paijo adalah siswa kelas X SMA di sebuah kota kecil. Dia merasa tidak
diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya. Ayah ibunya sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing. Kemudian dia mencari pelarian dengan clubbing
yang otomatis minuman keras dan narkoba sudah menjadi hal biasa. Dia sendiri
merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, tapi sulit baginya untuk lepas dari
kebiasaannya itu, karena menurut pendapatnya dengan seperti itu dia akan
mendapatkan banyak teman dan tidak kesepian lagi. Akhirnya dia semakin tidak
nyaman dan datang ke konselor untuk meminta bantuan. Dalam kasus ini,
konselor menggunakan pendekatan konseling Trait and Factor.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang :
Elang Mas
Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1991/1992. Konseling Individu Trait and Factor.
DEPDIKBUD : Malang
Surya, Mohamad. 2003. Teori-Toeri Konseling. Bandung : CV. Pustaka Bani
Quraisy
Gudnanto. 2012. Ringkasan Materi Pendekatan Konseling. UMK : FKIP
15
http://spupe07.wordpress.com/2009/12/24/teori-konseling-trait-and-factor-
rational-emotive-therapy/. Diunduh pada tanggal 5 maret 2012 jam 10.10
Penulis: Iwan Tarwadi, Dyah Ristiyani, Repdalini, Mahasiswa UMK
16