terapi modalitas lansia dengan dimensia

34
TERAPI MODALITAS LANSIA DENGAN DIMENSIA I. TOPIK KEGIATAN Terapi Modalitas II. TUJUAN A. Tujuan Umum 1. Pasien mampu memperkenalkan dirinya dengan baik. 2. Pasien dapat berorientasi pada waktu, tempat, orang dan situasi dengan baik B. Tujuan Khusus 1. Pasien mampu menyebutkan namanya sendiri. 2. Pasien mampu menyebutkan tempat, waktu, orang dan situasi. 3. Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota kelompok, berkomunikasi dan saling memperhatikan antar anggota kelompok. III. LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Demensia adalah nama lain dari penyakit pikun. Penyakit ini muncul seiring bertambahnya usia dan biasanya menimpa pada orang-orang tua yang sering kita sebut kakek/nenek. Secara garis besar keadaan demensia dibagi atas dua golongan, yakni demensia primer dan sekunder. Demensia alzheimer tergolong dalam demensia primer. Sedangkan demensia sekunder antara lain disebabkan karena penyakit stroke, cidera otak berat (pada petinju), infeksi otak, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Selain faktor usia, faktor keturunan juga disebut- sebut menyebabkan munculnya penyakit ini. Demensian adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemapuan daya ingat dan piker tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan sering kali dianggap wajar pada lansia karena merupakan bagian dari penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga , masyarakat, maupun oihak kesehatan mengenai tanda gejala demensia, dapat menyebabkan demensia sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, masalah demensia ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini petng dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin. Gejala Demensia

Upload: hadi-kusumah

Post on 24-Nov-2015

189 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kmkmk

TRANSCRIPT

TERAPI MODALITAS LANSIA DENGAN DIMENSIA

I. TOPIK KEGIATANTerapi Modalitas

II. TUJUANA. Tujuan Umum1. Pasien mampu memperkenalkan dirinya dengan baik.2. Pasien dapat berorientasi pada waktu, tempat, orang dan situasi dengan baikB. Tujuan Khusus1. Pasien mampu menyebutkan namanya sendiri.2. Pasien mampu menyebutkan tempat, waktu, orang dan situasi.3. Pasien mampu meningkatkan hubungan interpersonal antara anggota kelompok, berkomunikasi dan saling memperhatikan antar anggota kelompok.

III. LANDASAN TEORIA. Latar BelakangDemensia adalah nama lain dari penyakit pikun. Penyakit ini muncul seiring bertambahnya usia dan biasanya menimpa pada orang-orang tua yang sering kita sebut kakek/nenek. Secara garis besar keadaan demensia dibagi atas dua golongan, yakni demensia primer dan sekunder. Demensia alzheimer tergolong dalam demensia primer. Sedangkan demensia sekunder antara lain disebabkan karena penyakit stroke, cidera otak berat (pada petinju), infeksi otak, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. Selain faktor usia, faktor keturunan juga disebut-sebut menyebabkan munculnya penyakit ini. Demensian adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemapuan daya ingat dan piker tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Demensia atau kepikunan sering kali dianggap wajar pada lansia karena merupakan bagian dari penuaan yang normal. Faktor ketidaktahuan, baik dari pihak keluarga , masyarakat, maupun oihak kesehatan mengenai tanda gejala demensia, dapat menyebabkan demensia sering tidak terdeteksi dan lambat ditangani. Seiring dengan meningkatnya jumlah lansia, masalah demensia ini semakin sering dijumpai. Pemahaman yang benar tentang penyakit ini petng dimiliki agar penyakit demensia dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin.Gejala DemensiaGejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.Tanda-tanda demensia alzheimer antara lain1. Lupa akan kejadian yang baru dialami2. Kesulitan dalam berbahasa3. Kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari4. Sering salah menaruh barang-barang5. Tidak dapat membuat keputusan6. Serta kesulitan dalam hitung-menghitung sederhana.7. Sering mengulang kata-kata8. Tremor9. Kurang koordinasi gerakan10. Risiko kecelakaan11. Kurang konsentrasiGejala gangguan perilaku lain yang sering dialami penderita penyakit ini adalah mereka jadi mudah tersinggung, sering merasa cemas, sulit tidur, pencuriga, sering keluyuran, bahkan berperilaku memalukan, misalnya telanjang di depan umum, pergi ke kantor dengan pakaian tidur, dan sebagainya. Lansia sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.Gangguan Orientasi RealitaOrientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang, dan terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari kesadaran, mengenai waktu, tempat, dan orang. Disorientasi dapat terjadi pada setiap gangguan jiwa yang mana ada kerusakan yang hebat dari ingatan, persepsi, dan perhatian.Intervensi pada Demensiaa. Orientasi- Tujuan : Membentuk pasien berfungsi dilingkungannya- Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca- pasien- Orientasikan pada situasi lingkungan- Perhatikan penerangan terutama dimalam hari- Kontak personal dan fisik sesring mungkin- Libatkan dalam kegiatan terapi modalitas- Tanamkan kesadaran : Mengapa pasien dirawat Memberikan percaya diri Berhubungan dengan orang lain Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera Inyteraksi personal- Identifikasi proses pulangb. Komunikasi- Membina hubungan saling percaya Umpan balik yang positif Tentramkan hati Ulangi kontrak Respek, pendengaran yang baik Jangan terdesak Jangan memaksa- Komunikasi verbal Jelas Ringkas Tidak terburu buru- Topik percakapan dipilih oleh pasien- Topik buat spesipik- Waktu cukup untuk pasien- Pertanyaan tertutup- Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah- Empati- Gunakan tehnik klarifikasi- Summary- Hangat- Perhatianc. Pengaturan koping- Koping yang selama dipakai ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negatif diminimalkan- Bantu mencari koping baru yang positifd. Kurangi agitasi- didorong melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas- beri penjelasan- beri pilihan- penyaluran energi : Perawatan mandiri Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga- Saat agitasi : Tetap senyum Tujukkan sikap bersahabat Empatie. Keluarga dan masyarakat- Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pasien- Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan dimasyarakat- Perlu bantuan dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui Puskesmas Pos-pos pelayanan kesehatan dirumah sakitf. Farmakologi- Tergantung penyebab gangguan, seperti Penyakit Alzheimers- Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitifg. WanderingPerilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatanh. Therapeutik MilieuStimulasi kognitif Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi kelompok Dukung perasaan aman Situasi yang tenang Rancangai fisik konsisten Struktur yang teratur Fokus pada kekuatan dan kemampuan Minimalkan perilaku destruktifi. Intervensi interpersonal- Psychotherapi- Life review therafiUntuk menyelesaikan masalah yang melibatkan individu dan kelompok dengan saling menceritakan riswayat hidup- Latihan dan terafi kognitif Latihan daya ingat Memelihara inteligensia- Therapi relaksasi Untuk mengurangi ketegangan dan stres Deep Breathing Konsentrasi- Kelompok pendukung dan konseling Ekspres filling Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :1. Meningkatkan harga diri2. Meningktkan percaya diri3. Meningkatkan simpati4. Meningkatkan empatij. Gangguan daya ingat :- Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien- Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah- Penataan barang pribadi jangan dirubah- Lakukan progran orientasik. Gangguan perawatan diri :- Buat jadwal mandi dengan teratur- Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien- Ajarkan cara mandi secara bertahap : Peralatan mandi Langkah-langkah mandi Perhatikan privacy- Ajarkan cara berpakaian Buat langkah berpakaian yang rutin Hindarkan kancing dan resleting Beri instruksi yang sederhana Lakukan berulang-ulang Tetap perhatikan privacy- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnyal. Isolasi sosial- Mulai kotak dengan keluarga- Teman dekat- Dorong berhubungan dengan orang lain- Masukkan dalam kelompok aktifitas- Buat jadwal kontak sosial secara teratur

B. Waktu 30 menit

IV. STRUKTUR KELOMPOKA. Setting TempatRuangan Terbuka= Leader = Fasilitator= Klien= Observer

B. Hari/tanggalKamis, 29 Mei 2008C. Waktu15.00 s.d 15.30D. Pengorganisasian1. Jumlah dan nama klien4 orang: Dian, Ambal, Eka, Triya2. Leader dan uraian tugasBadrusTugas: Memimpin jalanya Terapi Modalitas Orientasi Realita Merencanakan, mengontrol dan mengendalikan jalanya terapi Membuka acara Menjelaskan aturan main (cara permainan dan waktu permainan) Memimpin terapi modalitas Menutup acara diskusi3. FasilitatorGina, Ayu, MaritaTugas: Memfalisitasi pasien dalam terapi modalitas orientasi realita Mengarahkan pasien yang kurang kooperatif4. ObserverImaTugas: Mengobservasi jalannya terapi modlitas orientasi realita, mulai dari persiapan, proses dan penutup dengan format evaluasi perilaku Menilai aspek kemampuan pasien dalam memperkenalkan diriE. Langkah-langkahTahap pre interaksi :1. Melakukan pengecekan program terapi dokter dan validitas data.2. Mencuci tangan.Tahap Orientasi :1. Memberikan salam terapeutik.2. Klarifikasi perasaan klien.3. Melakukan kontrak (waktu,tempat, topik)4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

Tahap Kerja :1. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.2. Duduk berhadapan (untuk kelompok disesuaiakan).3. Leader : memimpin langkah-langkah pelaksanaan terapi orientasi realita. Memandu satu klien untuk melihat jam atau kalender, tempat atau ruangan dengan tata letak perabotan (meja kursi, ruang tidur dan seterusnya secara satu per satu dan perlahan lahan (metode bisa variasi). Pertama-tama satu topik dulu, misalnya mengenai waktu, selanjutnya ke orientasi tempat /orang. Mengajurkan klien tersebut untuk menjelaskan kembali waktu yang telah disampaikan perawat, dan tanggal serta ruang yang tadi telah disampaikan. Memandu pada lansia lain secara bergantian untuk memberitahukan jam dan tanggal, orang, tempat, saat ini. Secara bergantian juga pada lansia yang lainnya.4. Fasilisator : memfasilitasi kemampuan hubungan sosial masing-masing klien pada saat dilakukan terapi.5. Leader : mengobservasi kemampuan klien dalam terapi modalitas.6. Observer : Mengobservasi kemampuan klien dalam pelaksanaan terapi. Memberi penelitian terhadap masing-masing lansia yang dilakukan terapi.Tahap Terminasi :1. Mengevaluasi perasaan klien.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.3. Rencanakan tindak lanjut yang dapat klien lakukan sehari-hari sesuai dengan kegiatan yang telah dilakukan. Dapat dibuat jadwal kegiatan.4. Kontrak yang akan datang : Topik : sepakati kegiatan yang akan datang Waktu: sepakati waktu pertemuan yang akan datang Tempat : sepakati tempat pertemuan yang akan datang.F. Perilaku yang diharapkan1. Persiapana. Terapis/perawat Identifikasi masalah pasien sebelum pelaksanaan Eksplorasi perasaaan diri sebelum bertemu pasien dan menjalankan terapi aktifitas kelompok Siapkan alat dan media yang diperlukan Tempat dan waktu ditentukanb. Klien Siap mengikuti terapi modalitas orientasi realita Hadir 5 menit sebelum acara dimulai Mengetahui tata tertib yang telah ditentukan2. Prosesa. Perawat melakukan kegiatan terapi modalitas orientasi realita sesuai dengan perencanaanb. Perawat dapat mengantisispasi hal-hal yang terjadi saat dilakukan terapic. Pasien dapat mengikuti terapi sampai selesai3. Hasila. Perawat dapat menjalankan tugasnya terapi sesuai terapisb. Klien dapat memahami tujuan dari terapis dan mencapai kriteria hasil pada setiap pertemuan.

V. TATA TERTIBa. Peserta bersedia mengikuti kegiatan terapi modalitas orientasi realitab. Berpakaian rapi dan bersihc. Peserta tidak diperkenankan makan dan merokok selama terapid. Peserta tidak meninggalkan kegiatan sebelum kegiatan selesaie. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulaif. Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersiapkan.g. Apabila peserta akan meninggalkan tempat kegiatan ijin terlebih dahulu pada terapis

VI. ALAT BANTUa. Pemutar musikb. Lembar observasi pasien

VII. ANTISIPASI MASALAHa. Penanganan klien yang tidak aktif Memanggil pasien Memberi kesempatan kepada pasien untuk menjawab sapaan perawatb. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit Panggil nama pasien Tanya alasan pasien meninggalkan permainan Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien boleh kembali lagic. Bila ada klien lain ingin ikut Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang telah dipilih Beritahu pasien bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh pasien tersebut

VIII. PENUTUPDemikian proposal ini kami susun, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam proses penulisan. Atas perhatian dan dukungannya kami ucapkan terima kasih.DAFTAR PUSTAKABudiana, keliat. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta, EGCEndang Trianto, S.Kep.Ns.dkk.2007.Modul Skill Lab Semester V.Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED.Purwokerto.Kaplan & Sadock. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta : Widya MedikaRasmun. 2001. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga. Jakarta : Fajar InterpratamaStuart, Gail Wiscart dan Sandra J Sundeen. 1998. Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.No name. http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatansiti%20saidah2.pdfYosep Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama

Data Subjektif didapatkan melalui wawaancara dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE). MMSE dilakukan untuk mengkaji fungsi kognitif yang mencakup : orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat, dan bahasa.

Mini Mental State ExaminationNama pasien : Nama pewawancara:Usia pasien : Tanggal wawancara:Pendidikan : Waktu wawancara :

Skor max Skor pasien Pertanyaan Ket5 Sekarang (hari),(tanggal), (bulan), (tahun),(siang/malam)? Orientasi5 Sekarang kita berada dimana?(ruangan),(dusun), (kelurahan), (kabupaten), (propinsi) orientasi3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda (tas, buku, pensil). Satu detik untuk setiap benda. Lansia mengulang ketiga nama benda tersebut. Berilah nilai 1 untuk setiap untuk jawaban yang benar. Registrasi5 Hitunglah mundur 10000 kebawah dengan pengurang 1000 dari 10000 kebawah ( nilai 1 untuk jawaban yang benar ), berhenti setelah 5 hitungan (9000, 8000, 7000, 6000, 5000). Atensi dan kalkulasi3 Tanyakan kembali nam 3 benda yang telah disebutkan diatas berilah nilai 1 setiap jawaban yang benar. Mengingat9 Apakah nama benda ini?. Perlihatkan pensil dan jam dinding (nilai 2) jika jawaban benar. Ulangilah kalimat berikut saya ingin sehat (nilai 1). Laksanakan 3 buah perintah ini peganglah selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas ini pada pertengahan dan letakanlah dilantai (nilai 3). Bacalah dan laksanakan perintah berikut : pejamkan mata anda (nilai 1). Bahasa

Hasil :Nilai 21-30 : demensia ringanNilai 11-20 : demesia sedangNilai < 1 : demensia berat/ stadium lanjut.

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWAPendahuluan

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptive.

Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa.

Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

Jenis Terapi Modalitas

Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:Terapi individualTerapi lingkungan (milleu therapy)Terapi biologis atau terapi somaticTerapi kognitifTerapi keluargaTerapi kelompokTerapi perilakuTerapi bermain

Terapi Individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.

Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:- Tahapan orientasi- Tahapan kerja- Tahapan terminasi

Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.

Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.

Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.

Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.

Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.

Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.

Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.

Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.

Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:

Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.

Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.

Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.

Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Terapi Perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:- Role model- Kondisioning operan- Desensitisasi sistematis- Pengendalian diri- Terapi aversi atau releks kondisi

Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera mandi setelah bangun.

Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.

Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.

Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai punishment terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat perilaku negatif tersebut.

Terapi Bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.

Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak tersebut.

Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan.

Penutup

Sampai dengan saat ini tidak ada jenis terapi modalitas yang dapat mengatasi semua masalah gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi modalitas merupakan keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan perilaku yang dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu dituntut semakin maningkatnya kemampuan perawat dalam melaksanakan berbagai pendekatan/strategi terapi modalitas ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi hal yang wajib dilakukan setiap perawat jiwa.

Daftar Bacaan

Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry. California: Year Book Medical Publishers

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (1996). Synopsis of Psychiatry. New York: Williams and Wilkins

Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.

KEPERAWATAN KOMUNITAS III TERAPI MODALITAS KEPERAWATAN PADA BERBAGAI KONDISI TERMASUK TERAPI KOMPLEMENTER

BAB IPENDAHULUAN1.1.LATAR BELAKANGGangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptive.Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa, antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan terapi modalitas dan terapi komplementer.Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsipmind-body-spiritdan modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. Terapi komplementer digunakan bersama-sama dengan terapi medisconventional.Sebenarnya terapi komplementer telah banyak ada di Indonesia, hanya saja peran perawat belum begitu terlihat. Oleh karenanya makalah ini dibuat (disusun).

1.2.TUJUAN PENULISANA.Tujuan umumAdapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang terapi modalitas dan terapi komplementerB.Tujuan khususTujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mengetahui:Pengertian terapi modalitas,Jenis-jenis terapi modalitas,Definisi terapi komplementer,Jenis-jenis terapi komplementer.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1TERAPI MODALITASA.PengertianTerapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk terapi keperawatan keluarga.B.Jenis-jenis terapi modalitasAda beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:1)Terapi IndividualTerapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapi dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:Tahapan orientasiTahapan kerjaTahapan terminasiTahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi. Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.Setelah kedua pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.2)Terapi LingkunganTerapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang baru.Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.3)TerapiBiologisPenerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT.4)TerapiKognitifTerapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.5)TerapiKeluargaTerapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.6)Terapi KelompokTerapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase kerja.Di fase kerja terapi membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.7)TerapiPerilakuAnggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:Role modelKondisioning operanDesensitisasi sistematisPengendalian diriTerapi aversi atau releks kondisiTeknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan desensitisasi.Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera mandi setelah bangun.Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai punishment terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat perilaku negatif tersebut.8)Terapi BermainTerapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan, mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian menginterpretasikan perilaku anak tersebut.Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan.

2.2 TERAPI KOMPLEMENTERA.PengertianTerapi komplementer dan alternatif adalah terapi dalam ruang lingkup luas meliputi system kesehatan, modalitas, dan praktek-praktek yang berhubungan dengan teori-teori dan kepercayaan pada suatu daerah dan pada waktu/periode tertentu. Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis. Terapi komplementer dapat digunakan sebagaisingle therapyketika digunakan untuk meningkatkan kesehatanDalam hal pengobatan atau terapi alternative yang digunakan secara tersendiri menggantikan pengobatan konvensional (kedokteran), maka sebutannya adalah pengobatan alternative. Sedangkan bila cara pengobatan itu dilakukan bersama atau sebagai tambahan terhadap pengobatan konvensional, maka sebutannya menjadi pengobatan komplementer karena kedua cara pengobatan tersebut melengkapi satu sama lainnya. Sebagai contoh, banyak rumah sakit di china menggunakan akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri selama operasi, menggantikan anestesi (obat bius). Dalam hal ini akupuntur disebut sebagai penngobatan komplementer.Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellness.Wellnessmencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual. Fokus terapi komplementer adalah kesejahteraan yang berhubungan dengan tubuh, pikiran dan spirit. Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stres, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari atau meminimalkan efek samping, gejala-gejala, dan atau mengontrol serta menyembuhkanpenyakit.B.Jenisjenis terapi komplementer1)AkupunkturPraktik akupnktur menurut teori ini,Chi(atauQi, atauki, atau energivital) dan darah bersirkulasi di dalam tubuh melalui system saluran darah yang disebut meridian, dan menghubungkan organ-organ internal dengan organ-organ eksternal atau jaringan. Dengan merangsang titik-titik tertentu pada permukaan tubuh yang terletak di jalur meridian dengan menggunakan jarum akupunktur atau moksibusi, maka aliranChidan darah bias diatur, dan dengan demikian penyakit yang mengganggu bisa disingkirkan. Titik yang dirangsang tersebut disebut titik-titik akupunktur atauAcupoints.Kedudukan titik-titik akupunktur ada pada sejumlah jalur Meridian utama. Ada 12 pasang jalur Meridian yang secara sistematis tersebar pada kedua belahan tubuh (sebelah depan dan belakang), dan 2 jalur meridian tambahan di sepanjang bagian tengan abdomen dan pnggung. Hingga saat ini telah diidentifikasi atau ditemukan adanya lebih dari 300 titik akupunktur, masing-masing dengan fungsi terapeutiknya sendiri. Sebagai contoh, titik Heju yang terletak diantara tulang metacarpal pertama dan kedua, bisa mengurangi rasa nyeri di kepala dan mulut. Sehingga titik Shenmen yang terletak di ujung medial dari pergelangan bisa menimbulkan efek ketenangan.2)MasaseHipocrates pernah menyatakan bahwa dokter harus berpengalaman dalam banyak hal termasukdalammemijat. Pijatan dapat meluruskan sendi yang terlalu lemas dan melemaskan sendi yang terlalu kuat. Minat memijat dianggap telah dipengaruhi oleh Metzeger di Belanda dan di Inggris pada abad ke 19 ahli pijat wanita dipekerjakan untuk memberikan terapi masase di bawah intruksi yang diresepkan oleh dokter. Tahun 1985 perawat dipekerjakan sebagai pemijat medis. Standar praktek diperkenalkan tahun 1920 oleh Perkumpulan Pemijat Terlatih dan akhirnya menjadi The Chartered Society of Massage and Medical Gymnastics yang dipelopori oleh Chartered Society of Physiotherapy. Seni masase digunakan oleh ahli fisioterapi sebagai metode analisis dan terapi namun lebih sering digunakan dalam terapi kecantikan dan pengobatan.Masase dalam pasien perlu pengkajian secara holistik. Pasien dengan varises vena, kondisi dengan penyakit jantung, hipertensi, kondisi asmatik akut harus diidentifikasi dengan jelas. Lingkungan untukpemijatanharus tenang, hangat, penerangan memadai, dan alat yang digunakan mudah terjangkau.Ahli terapi harus berfokus pada diri mereka sendiri dalam perannya memberikan masase sebagai mekanismepenyembuhan. Sentuhan harus menjadi medium komukasi dengan interupsi verbal jika perlu. Masase perlu mengguanakan medium seperti minyak. Gerakan tangan harus tegas dan menyeluruh. Penguabahan arah menuver masase harus terasa seperti pijatan lembut dan halus.Teknik dasar dalam masase :MengurutMengurut adalah gerakan yang lembut, meluncur, dan ritmik yang selalu mengikuti arah drainase vena menuju ke jantung. Tekanan dapat ringan atau dalam tergantung tujuannya dan teknik ini baik untuk meningkatkan drainase vena dan limfatik, meningkatkan sirkulasi, dan fungsi otot. Teknik ini dapat digunakan untuk mengkaji kondisi kulit, tingkat ketegangan atau relaksasi, dan adanya pembengkakan dibawah kulit.MeremasTeknik meremas tangan harus tegas karena untuk menggerakan kulit diatas otot, otot diatas otot atau jaringan diatas jaringan. Tangan diletakan pada posisi datar dan digerakan dengan arah sirkular baik satu atau berlawanan. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan tegangan.MemijatTeknik ini menggunakan ujung luar telapak tangan untuk membuat gerakan pendek, tajam, dan gerakan mencincang. Menekan digunakan untuk melemaskan sekresi yang terhambat dari paru sepeti kistik fibrosis. Tangan digerakan secara bergantian dengan cara cepat dan berulang-ulang.Manfaat dari masase adalah meningkatkan sirkulasi, aktifitas refleks pada sistem saraf pusat, perifer, dan otonom. Pijatan membantu vena balik dan menghilangkan sampah yang terakumulasi dalam jaringan. Mengurut dan meremas menstimulasi sirkulais lokal dan mobilisasi jaringan lunak. Manfaat secara psikologis yaitu berkaitan dengan timbal balik sentuhan dan proses relaksasi yang berkaitan dengan masase.Masase berguna untuk meningkatkan kesejahteraan individu baik sebagai terapi terpisah atau pelengkap dalam pengobatan ortodoks. Masase secara klinis dapat digunakan untuk mengurangi stress dan meningkatkan perbaikan jaringan dan kerusakan otot. Terapi ini dapat dimasukan dalam aktivitas rutin seperti memandikan ditempat tidur dan perawaatn daerah tekanan. Masase dapat digunakan sebagai teknik tersendiri atau dapat dikombinasikan dengan minyak sari yang memberi lingkup terapeutik.3)AkupresurePada dasarnya Akupresure berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-titik tertentu di tubuh, untuk menstimulasi titik-titik energy. Titik-titik tersebut adalah titik-titik akupunktur.Tujuanya adalah agar seluruh tubuh memperoleh jumlah chi yang cukup sehingga terjadi keseimbangan chi tubuh. Chi adalah energy yang mengalir melalui jaringan diberbagai Meridian tubuh dan cabang-cabangnya.Akupunktur sering dilakukan dalam perpaduan dengan moksibusi. Moksibusi adalah proses dimana batang moksa yang terbuat dari daun moksa kering dibakar, dan dipegang dalam jarak sekitar 2,5 cm diatas kulit pasien, diatas titik-titik akupunktur tertentu. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menghangatkan Chi dan darah di saluran Meridian.4)BrainGymBrain gymadalah program yang disusun berdasarkan pola gerak. Latihan-latihannya menggali kembali pola gerak masa pertumbuhan yang dilakukan anak-anak secara alamiah, sebagai bagian dari proses tumbuh kembang mereka ketika masih bebas dari stress.Brain gymdikembangkan berdasarkan himpunan hasil penelitian selama lebih dari 80 tahun, dari para terapis pendidikan, optometris pertumbuhan dan para spesialis lain dalam bidang olah gerak, pendidikan dan pertumbuhan anak-anak.Konsep dan cara kerja brain gym:Bayi dilairkan dengan berbagai respons yang berifat refleks, sebagai stimulusyang akan membantu otaknya dalam membentuk jalur neural yang vital. Jika bayi tumbuh menjadi anak atau orang dewasa,akan tetapibayimasih memiliki berbagai refleks, ini pertanda bahwa tahap awal yang penting dalam pertumbuhan otaknya belum terjadi, telah terhambat atau bahkan mengalami kemunduran akibat pengalaman-pengalaman yang penuh stress secara fisik atau pikiran, dan nantinya mengarah ke berbagai masalah yang lebih serius. Penelitian yang baru mengenai kemampuan otak menunjukan bahwa hubungan sel-sel otak bisadiubah. Gerakan atau latihan tubuh tertentu merangsang aspek-aspek tertentu dari fungsi otak. Dua puluh enam teknik brain gym dirancang untuk mengaktifkan berbagai fungsi kognitif termasuk komunikasi, komprehensif dan pengorganisasian informasi.Manfaat brain gym:Meningkatkan ketrampilan berbicara, mendengarkan, membaca, menulis dan matematika.Memperbaiki kemampuan konsentrasi dan daya ingat.Memperbaiki koordinasi tubu dan gerakan, olahraga, menari dan bermain musik.Membantu meningkatkan kemampuan dalam menyusun perencanaan dan mencapai tujuan dalam berbagai aspek kehidupan.Teknik melepas ketegangan dan stress yang mujarab.Meningkatkan rasa percaya diri.

BAB IIIPENUTUP3.1KESIMPULANTerapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.Bentuk dari terapi lingkunganadalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi.Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawabTerapi komplementer adalah terapi yang digunakan secara bersama-sama dengan terapi lain dan bukan untuk menggantikan terapi medis.Alasan yang paling umum orang menggunakan terapi komplementer adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan/wellnessyangmencakup kesehatan optimum seseorang, baik secara fisik, emosional, mental dan spiritual.3.2SARANKombinasi terapi modalitas merupakan suatu keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan perilaku yang dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu perawat maupun calon perawat dituntut untuk meningkatnya kemampuannya dalam melaksanakan berbagai pendekatan/strategi terapi modalitas ini.Diharapkan mahasiswa/i mampu mengetahiui serta dapat mengaplikasikan terapi modalitas dan terapi komplementer dalam melaksanakan asuhan keperawatan.