terapi wicara pada anak

30
1 BAB I PENDAHULUAN Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun sebagai suatu cara mengidentifikasi kelompok sosial. Bahasa selain berfungsi sebagai alat komunikasi untuk melangsungkan kegiatan sosial di masyarakat yang bertujuan menyampaikan pesan dari apa yang disampaikan, juga merupakan sesuatu masalah yang kompleks dan rumit jika dikaji lebih jauh. 1,2 Kemampuan bicara dan bahasa adalah infestasi terbesar anak di masa depan untuk mencapai berbagai prestasi. Keterlambatan bicara sering dialami anak dengan berbagai penyebab. Orangtua harus mewaspadai gangguan bicara bila disebabkan karena gangguan yang berat. 2 Namun sebaliknya jangan meremehkan gangguan keterlambatan bicara yang ringan. Pada gangguan keterlambatan bicara yang ringanpun akan membuat kualitas kemampuan anak dalam berkomunikasi di masa depan tidak optimal. Deteksi dini keterlambatan bicara pada anak sangat penting untuk bisa segera dilakukan intervensi dan stimulasi lebih dini. 3 Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi seawal mungkin mengingat pentingnya peranan fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara. Fungsi pendengaran dan perkembangan bicara & bahasa sudah termasuk dalam program evaluasi perkembangan anak secara umum yang dilakukan oleh profesi di bidang kesehatan mulai dari tingkatan Posyandu. Gangguan berbicara bisa dibedakan pada tuna rungu (karena gangguan pendengaran) dan pada non tuna rungu (karena sebab lain seperti autis). Anak autis misalnya, walaupun ada gangguan bicara tetapi proses pemasukan kosa kata melalui telinga terus berlangsung sejak masih bayi. Kemungkinan besar ia mengerti apa yang didengarnya, hanya saja perlu bantuan untuk bisa berbicara dengan baik. Dalam hal ini, prinsip terapi adalah melatih si anak berkonsentrasi, memperkenalkan prinsip-prinsip berkomunikasi (misal lewat permainan sgantiangiliran) dan melatih berbicara (termasuk pengucapannya). Pada anak tungu rungu, output bermasalah justru karena gangguan pada input, sepanjang tidak mengalami gangguan lain selain pendengaran. Memanfaatkan sisa pendengaran yang ada

Upload: ilmailem

Post on 08-Aug-2015

493 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

pdf

TRANSCRIPT

Page 1: terapi wicara pada anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa adalah salah satu ciri khas manusiawi yang membedakannya dengan makhluk

yang lain. Selain itu, bahasa mempunyai fungsi sosial, baik sebagai alat komunikasi maupun

sebagai suatu cara mengidentifikasi kelompok sosial. Bahasa selain berfungsi sebagai alat

komunikasi untuk melangsungkan kegiatan sosial di masyarakat yang bertujuan menyampaikan

pesan dari apa yang disampaikan, juga merupakan sesuatu masalah yang kompleks dan rumit

jika dikaji lebih jauh.1,2

Kemampuan bicara dan bahasa adalah infestasi terbesar anak di masa depan untuk

mencapai berbagai prestasi. Keterlambatan bicara sering dialami anak dengan berbagai

penyebab. Orangtua harus mewaspadai gangguan bicara bila disebabkan karena gangguan yang

berat.2

Namun sebaliknya jangan meremehkan gangguan keterlambatan bicara yang ringan. Pada

gangguan keterlambatan bicara yang ringanpun akan membuat kualitas kemampuan anak dalam

berkomunikasi di masa depan tidak optimal. Deteksi dini keterlambatan bicara pada anak sangat

penting untuk bisa segera dilakukan intervensi dan stimulasi lebih dini.3

Gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi seawal mungkin mengingat pentingnya

peranan fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara. Fungsi pendengaran dan

perkembangan bicara & bahasa sudah termasuk dalam program evaluasi perkembangan anak

secara umum yang dilakukan oleh profesi di bidang kesehatan mulai dari tingkatan Posyandu.

Gangguan berbicara bisa dibedakan pada tuna rungu (karena gangguan pendengaran) dan

pada non tuna rungu (karena sebab lain seperti autis). Anak autis misalnya, walaupun ada

gangguan bicara tetapi proses pemasukan kosa kata melalui telinga terus berlangsung sejak

masih bayi. Kemungkinan besar ia mengerti apa yang didengarnya, hanya saja perlu bantuan

untuk bisa berbicara dengan baik. Dalam hal ini, prinsip terapi adalah melatih si anak

berkonsentrasi, memperkenalkan prinsip-prinsip berkomunikasi (misal lewat permainan

sgantiangiliran) dan melatih berbicara (termasuk pengucapannya).

Pada anak tungu rungu, output bermasalah justru karena gangguan pada input, sepanjang

tidak mengalami gangguan lain selain pendengaran. Memanfaatkan sisa pendengaran yang ada

Page 2: terapi wicara pada anak

2

dengan Alat Bantu Dengar, gangguan pada input ini dapat dikurangi semaksimal mungkin

sehingga si anak bisa mendengar lebih baik (walau tidak sempurna).

Terapi wicara dilakukan untuk memperbaiki gangguan berbahasa pada pasien agar

menjadi produktif agar memperbaiki kualitas hidupnya. Terapi wicara diberikan kepada mereka

yang mengalami gangguan komunikasi termasuk didalamnya adalah gangguan berbahasa, bicara,

dan gangguan menelan. Terapi wicara wicara jg digunakan untuk membangun kembali kognisi

dan produktifitas pasien.4

Page 3: terapi wicara pada anak

3

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi

Terapi Wicara adalah ilmu yang mempelajari perilaku komunikasi yang normal dan

abnormal, yang digunakan untuk memberikan terapi (proses penyembuhan) pada klien yang

mengalami gangguan perilaku komunikasi yg meliputi kemampuan bahasa, bicara, suara, irama

kelancaran. Sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungan secara wajar, tidak

mengalami gangguan psiko-sosial serta mampu meningkatkan hidup dengan optimal.1

Berbicara dan berbahasa adalah kemampuan fundamental bagi manusia, baik untuk

pergaulan sosial maupun kehidupan intelektual pribadi. Gangguan bicara dan berbahsaa

merupakan sumber disabilitas yang besar. Paul Broca menyatakan bahwa terapi afasia yang

dilakukan dengan cermat dapat memberikan kemajuan dalam kemampuan berbahasa. Ia merawat

seorang pasien afasia untuk beberapa bulan. Setiap kali ia mengunjungi pasien tadi, ia

berbincang-bincang dan ia berhasil mengembangkan jumlah kosa kata pasien secara bermakna.2

2.2 Proses Fisiologi Berbicara

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi

dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem

neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan

beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di

otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi

dari mulut serta rongga hidung.2

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris

meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar,

dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan

artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.2,3

Page 4: terapi wicara pada anak

4

Apek sensorik pada komunikasi

Bila ada kerusakan pada bagian area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual pada

korteks, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang diucapkan

dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-berturut disebut sebagai afasia reseptif

auditorik dan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata (disebut

juga disleksia).3

Afasia Wernicke dan Afasia Global

Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan atau pun kata-kata yang dituliskan

namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan. Keadaan ini sering terjadi

bila area Wernicke yang terdapat di bagian posterior hemisfer dominan girus temporalis superior

mengalami kerusakan atau kehancuran. Oleh karena itu, tipe afasia ini disebut afasia Wernicke.

Bila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang ke regio girus angular, (2)

ke inferior ke area bawah lobus temporalis, dan (3) ke superior ke tepi superior fisura sylvian,

maka penderita tampak seperti benar-benar terbelakang secara total (totally demented) untuk

mengerti bahasa atau berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita afasia global.4

Aspek motorik komunikasi

Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental: (1) membentuk buah

pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akan digunakan, kemudian (2) mengatur

motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Pembentukan buah pikiran

dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi sensorik otak. Sekali lagi, area

Wernicke pada bagian posterior girus temporalis superior merupakan hal yang paling penting

untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yang mengalamai afasia Wernicke atau afasia

global tak mampu memformulasikan pikirannya untuk dikomunikasikan. Atau, bila lesinya tak

begitu parah, maka penderita masih mampu memformulasikan pikirannya namun tak mampu

menyusun kata-kata yang sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan

pikirannya. Seringkali, penderita fasih berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkan tidak

beraturan.3,4

Page 5: terapi wicara pada anak

5

Afasia motorik akibat hilangnya Area Broca

Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu

bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata selain

suara ribut. Efek ini, disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area bicara Broca,

yang terletak di regio prefontal dan fasial premotorik korteks—kira-kira 95 persen kelainannya

di hemisfer kiri. Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untuk mengatur laring,

bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot lainnya yang dipakai untuk bicara dimulai dari daerah

ini.4

Artikulasi

Kerja artikulasi berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya,

yang bertanggung jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan

suara. Regio fasial dan laringela korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum,

ganglia basalis, dan korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan intensitas dari

kontraksi otot, dengan mekanisme umpan balik sereberal dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan

setiap regio ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atau total untuk berbicara dengan

jelas.3

Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua pusat bersifat

reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta satu pusat lainnya bersifat

ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer

dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.3

Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area wernick,

merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala

sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi

visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan

dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut

berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.3

Page 6: terapi wicara pada anak

6

Gambar 2.1 Pusat Bahasa

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui

lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membrane timpani. Dari sini

rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di

telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat

gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area

pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan

disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan

bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh

aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum

(langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris

dimana organ pendengaran sangat penting.4

Otot – Otot Laring

Otot-otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot

ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan,sedangkan otot intrinsik

menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri. Otot ekstrinsik laring yang suprahioid ialah M.

digastrikus, M. stilohioid, dan M.milohiodid.5

Otot yang infrahioid ialah M.sternohioid, M.omohioid, dan M.tirohioid. sedangkan otot

intrinsik laring ialah M.krikoaritenoid lateral,M.tiroepiglotika, M.vokalis, M.tiroaritenoid,

M.ariepiglotika, M.krikotiroid. Otototot ini terletak di bagian lateral laring. Otot intrinsik laring

Page 7: terapi wicara pada anak

7

yang terletak di bagian posterior ialah M.aritenoid transversal, M.aritenoid oblik dan

M.krikoaritenoid posterior. Terdapat tiga kelompok otot laring yaitu aduktor, abduktor dan

tensor.

Kelompok otot aduktor terdiri dari M.tiroaritenoid, M.krikoaritenoid lateral, dan M.

interaritenoid. otot tiroaritenoid merupakan otot aduktor dari laring. Persarafan dari otot-otot

aduktor oleh N. laringeus rekuren. Otot-otot tensor terutama oleh M.krikotiroid didukung

M.tiroaritenoid. otot krikotiroid disarafi oleh cabang eksterna N. laringeus superior. Otot

abduktor adalah M.krikoaritenoid posterior yang disarafi cabang N.laringeus rekuren.3

2.3 Gangguan Berbahasa

Gangguan berbahasa secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu:

a. Gangguan akibat faktor medis

Artinya, suatu gangguan baik yang diakibatkan adanya kelainan pada fungsi otak maupun

kelainan pada alat-alat bicara.

b. Gangguan yang diakibatkan faktor lingkungan sosial

Artinya, lingkungan yang tidak alamiah manusia, misalnya merasa tersisih, ataupun terisolasi

dari kehidupan alamiah manusia yang sewajarnya.

2.3.1. Gangguan Berbicara3

a) Gangguan Mekanisme Berbicara

Mekanisme berbicara adalah suatu proses produksi ucapan (perkataan) oleh kegiatan

terpadu dari pita suara, lidah, otot-otot yang membentuk rongga mulut serta

kerongkongan dan paru-paru.

Gangguan Mekanisme berbicara ini diakibatkan oleh:

a. Gangguan akibat faktor pulmonal (paru-paru).

b. Gangguan akibat faktor laringal (pita suara)

c. Gangguan akibat faktor lingual (lidah)

d. Gangguan akibat faktor resonansi sumbing.

b) Gangguan Akibat Multifaktorial3

Faktor penyebabnya :

Page 8: terapi wicara pada anak

8

a. Berbicara serampangan atau sembrono

b. Berbicara propulsif (kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi

gemetar, kaku, lemas).

c. Berbicara mutis (mutisme), tidak berbicara sama sekali atau membisu dan

sebagian memang sengaja tidak mau berbicara.

c) Gangguan Psikogenik

Antara lain sebagai berikut:

a. Berbicara manja

b. Berbicara kemayu

c. Berbicara gagap

d. Berbicara Latah

2.3.2. Gangguan Berbahasa3

Berbahasa artinya berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Broca adalah

gudang tempat penyimpanan sandi ekspresi kata-kata di otak. Wernicke adalah gudang tempat

penyimpanan sandi komprehensi kata-kata.

Berikut ini adalah jenis-jenis afasia (kerusakan pada daerah broca dan wernicke) yaitu :

a. Afasia motorik kortikal yaitu hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran

dengan mengeluarkan perkataan.

b. Afasia motorik subkortikal yaitu hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi

bahasa terganggu.

c. Afasia sensorik yaitu kehilangan pengertian bahasa lisan dan bahasa tulis.

2.3.3. Gangguan Berfikir

Gangguan dalam hal berfikir dapat berupa :

a. Pikun (dimensia)

b. Sisofrenik

c. Depresif

Page 9: terapi wicara pada anak

9

2.3.4. Gangguan Lingkungan Sosial3

Yang dimaksud dengan akibat faktor lingkungan sosial adalah terasingnya seorang anak

manusia yang aspek biologis bahasanya tidak normal dari lingkungan kehidupan sosial manusia.

Keterasingannya bisa disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (eksperimen) bisa juga

karena hidup bukan di dalam lingkungan manusia melainkan dipelihara oleh binatang. Seperti

contoh :

a. Kasus Kamala

Kasus adanya anak manusia yang dipelihara oleh serigala (Chaurad 1983: 68)

b. Kasus Genie

Seorang anak yang sejak berusia 20 bulan sampai 13 tahun 9 bulan secara sengaja oleh

keluarganya hidup terkucil dalam ruang yang sempit dan gelap dalam posisi duduk dan kaki

terikat.

2.3.5. Sikap berbahasa (Language Attitude)4

Sikap berbahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau bahasa

orang lain. Triandis (1971) menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan bereaksi terhadap suatu

keadaan atau kejadian yang dihadapi. Kesiapan ini dapat mengacu kepada ―sikap perilaku‖.3

Menurut Allport (1935), sikap adalah kesiapan mental dan saraf yang terbentuk melalui

pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis kepada reaksi seseorang

terhadap semua objek dan keadaan yang menyangkut sikap itu.4

Sedangkan Lambert (1967) menyatakan sikap itu terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Komponen kognitif berhubungan dengan pengetahuan mengeni alam sekitar dan

gagasan yang biasanya merupakan kategori yang dipergunakan dalam proses

berpikir.

2. Komponen afektif menyangkut masalah penilaian baik atau tidak baik, suka atau

tidak suka, terhadap sesuatu atau suatu keadaan, maka orang itu dianggap memiliki

sikap positif.

3. Komponen konatif menyangkut perilaku atau perbuatan sebagai ―putusan akhir‖

kesiapan reaktif dari suatu keadaan.5

Page 10: terapi wicara pada anak

10

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai

dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Gangguan

bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem

tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan

penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini

biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak

kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga

di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi

yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila penyebabnya karena lingkungan biasanya

keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.3

Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1) Gangguan Pendengaran

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan

disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara.

Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan

bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem

pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan,

obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai

riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi

otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).

Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini

dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian

normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada

kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak

tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan

saraf degeneratif.4,5

2) Kelainan Organ Bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah),

kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan

Page 11: terapi wicara pada anak

11

laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan

huruf ‖t‖, ‖n‖ dan ‖l‖. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti

‖f‖, ‖v‖, ‖s‖, ‖z‖ dan ‖th‖.4

Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa

rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ‖s‖, ‖k‖, dan

‖g‖.4,5

3) Retardasi Mental

Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain

seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus

redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan

masalah visuo-motor.5

4) Genetik Heriditer Dan Kelainan Kromosom

Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi

pada salah satu atau ke dua orang tua saat kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL

anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun

dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce Bender berpendapat

bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat

dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.5

5) Kelainan Sentral (Otak)

Gangguan berbahasa sentral adalah ketidak sanggupan untuk menggabungkan

kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia

sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia

sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.5

6) Autisme

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah

gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan

Page 12: terapi wicara pada anak

12

keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.5

7) Mutism Selektif

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara

pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia

hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak

dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan

ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang

normal atau sedikit rendah.

8) Gangguan Emosi Dan Perilaku Lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang

terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar,

hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya.5

9) Alergi Makanan

Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan

gangguan perkembangan salah satunya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini

biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi

makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas

usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya.5

10) Deprivasi Lingkungan

Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya.

Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan

sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi

tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih

berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang

gizi atau penelantaran anak.5

Page 13: terapi wicara pada anak

13

Berbagai macam keadaan lingkungan yang mengakibatkan keterlambatan bicara

adalah:4,5

Lingkungan yang sepi

Bicara adalah bagian tingkah laku, jadi ketrampilannya melalui meniru. Bila stimulasi bicara

sejak awal kurang, tidak ada yang ditiru maka akan menghambat kemampuan bicara dan

bahasa pada anak.

Status ekonomi sosial

Menurut penelitian Mc Carthy, orang tua guru, dokter atau ahli hukum mempunyai anak

dengan perkembangan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak dengan orang tua pekerja

semi terampil dan tidak terampil.

Tehnik pengajaran yang salah

cara dan komunikasi yang salah pada anak sering menyebabkan keterlambatan

perkembangan bicara dan bahasa pada anak, karena perkembangan mereka terjadi karena

proses meniru dan pembelajaran dari lingkungan.

Sikap orang tua atau orang lain di lingkungan rumah yang tidak menyenangkan

bicara bisa mengekspresikan kemarahan, ketegangan, kekacauan dan ketidak senangan

seseorang, sehingga anak akan menghindari untuk berbicara lebih banyak untuk menjauhi

kondisi yang tidak menyenangkan tersebut.

Harapan orang tua yang berlebihan terhadap anak

Sikap orang tua yang mempunyai harapan dan keinginan yang berlebihan terhadap anaknya,

dengan memberikan latihan dan pendidikan yang berlebihan dengan harapan anaknya

menjadi superior. Anak akan mengalami tekanan yang justru akan menghambat kemampuan

bicarnya.

Anak kembar

pada anak kembar didapatkan perkembangan bahasa yang lebih buruk dan lama

dibandingkan dengan anak tunggal. Mereka satu sama lain saling memberikan lingkungan

bicara yang buruk, karena biasanya mempunyai perilaku yang saling meniru. Hal ini

menyebabkan mereka saling meniru pada keadan kemampuan bicara yang sama –sama

belum bagus.

Page 14: terapi wicara pada anak

14

Bilingual (2 bahasa)

pemakaian 2 bahasa kadang juga menjadi penyebab keterlambatan bicara, namun keadaan ini

tidak terlalu mengkawatirkan. Umumnya anak akan memiliki kemampuan pemakaian 2

bahasa secara mudah dan baik. Smith meneliti pada kelompok anak bilingual tampak

mempunyai perbendaharaan yang kurang dibandingkan anak dengan satu bahasa, kecuali

pada anak dengan kecerdasan yang tinggi.

Keterlambatan fungsional

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik, dan anak hanya mengalami

gangguan dalam fungsi ekspresif: ciri khas adalah anak tidak menunjukkan kelainan

neurologis lain.

2.4 Kaitan Antara Gangguan Bicara Dan Gangguan Pendengaran Pada Anak

Pendengaran yang utuh pada beberapa tahun pertama kehidupan merupakan hal yang

vital untuk perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa. Gangguan pendengaran pada

awal perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara.

Sekitar 2-3 bayi per 1000 kelahiran hidup memiliki gangguan pendengaran. Gangguan

pendengaran juga dapat terjadi pada anak yang memiliki pendengaran normal sewaktu masih

bayi. Gangguan ini dapat menyerang salah satu atau kedua telinga, dapat bersifat ringan, sedang,

berat, hingga ketulian.

Penyebab gangguan pendengaran ini antara lain:

1. Riwayat gangguan pendengaran dalam keluarga

2. Infeksi virus dan bakteri

3. Berat lahir rendah

4. Dismorfologi struktur pendengaran

5. Benda asing pada telinga

6. Tumor dan trauma

7. Pajanan terhadap bahan kimia

8. Gangguan pada sistem saraf, misalnya gangguan mielinisasi, dll

Tanda-tanda gangguan pendengaran pada anak adalah:

1. Bayi baru lahir tidak terkejut ketika sebuah suara keras dibunyikan di dekatnya

Page 15: terapi wicara pada anak

15

2. Bayi dengan usia lebih tua, yang seharusnya menunjukkan respons terhadap suara-suara

familiar, tidak menunjukkan reaksi apapun

3. Anak seharusnya menggunakan kata tunggal pada usia 15 bulan dan kalimat sederhana

dengan dua kata pada usia 2 tahun. Jika anak tersebut tidak mencapaimilestone ini, maka

gangguan/kehilangan pendengaran dapat merupakan penyebabnya.

Beberapa anak tidak dapat didiagnosis hingga menginjak usia sekolah. Kekurangperhatian

terhadap pelajaran serta kemampuan akademik yang rendah bisa jadi merupakan hasil dari

gangguan pendengaran yang tidak terdiagnosa.

Gangguan pendengaran yang paling parah adalah kehilangan pendengaran. Kehilangan

pendengaran dapat bersifat konduktif atau sensorineural. Kehilangan pendengaran kondukif

umumnya disebabkan oleh otitis media (tympanitis) dengan efusi. Kehilangan pendengaran

seperti ini biasanya bersifat hilang-timbul dan berkisar antara 15 sampai 20 dB. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kehilangan pendengaran konduktif yang

dihubungkan dengan efusi cairan telinga selama tahun pertamanya memiliki risiko besar

mengalami keterlambatan bicara. Kehilangan pendengaran konduktif juga dapat diasosiasikan

dengan malformasi struktur telinga tengah dan atresia kanal auditorik eksternal.

Sedangkan kehilangan pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi

intrauterin, kernikterus, obat yang bersifat ototoksik, meningitis bakterial, hipoksia, pendarahan

intrakranial, sindrom (seperti Sindrom Pendred, Sindrom Waardenburg, Sindrom Usher), dan

abnormalitas kromosomal. Kehilangan pendengaran sensorineural pada umumnya berefek lebih

berat dibandingkan kehilangan pendengaran konduktif.

2.5 Deteksi Dini Keterlambatan Bicara

Walaupun kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda, kita harus waspada

apabila seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan atau penyimpangan

perkembangan. Demikian pula bila terjadi penurunan kemampuan berbahasa dan bicara seorang

anak kita harus lebih mewaspadainya. Misalnya pada umur tertentu anak sudah bisa memanggil

papa atau mama tetapi beberapa bulan kemudian kemampuan tersebut menghilang. Demikian

pula dengan penurunan kemampuan mengioceh, yang sebelumnya sering jadi berkurang atau

pendiam. Beberapa tanda bahaya komunikasi yang yang harus diwaspadai terjadinya

keterlambatan dan gangguan berbahasa dan bicara dapat dilihat pada tabel di bawah ini.4,5

Page 16: terapi wicara pada anak

16

4 – 6 BULAN

Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya;

Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

8 – 10 BULAN

Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian;

Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya;

9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis

12 – 15 BULAN

12 bulan, belum menunjukkan mimik;

12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara;

12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu;

15 bulan, belum mampu memahami arti ―tidak boleh‖ atau ―daag‖;

15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda;

15 bulan, belum dapat mengucapkan 1-3 kata;

18 – 24 BULAN

18 bulan, belum dapat menucapkan 6-10 kata; tidak menunjukkan ke sesuatu yang

menarik perhatian;

18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik

21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana;

24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat;

24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon;

24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain;

24 bulan, tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya

30 – 36 BULAN

30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga;

36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat

dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga;

3 – 4 TAHUN

3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak

memiliki minat bermain dengan sesamanya;

Page 17: terapi wicara pada anak

17

3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti ―ayah‖ diucapkan ―aya‖;

4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap

Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat.2,3

Ciri ketelambatan Bicara Berat

bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu

tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan.

Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan,

tidak bicara sampai usia 15 bulan

tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan

Karakteristik berbagai keterlambatan Bicara3,4

Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif

Kemampuan

pemecahan

masalah visuo-

motor

Pola

perkembangan

Keterlambatan

fungsional normal Kurang normal Normal

Hanya ekspresif

yang terganggu

Gangguan

pendengaran Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi

Redartasi

mental Kurang normal Kurang normal Kurang normal

Keterlambatan

global

Gangguan

komunikasi

sentral

Kurang normal Kurang normal normal Disosiasi, deviansi

Kesulitan

belajar

normal,kurang

normal Normal

normal,kurang

normal Disosiasi

Autis Kurang normal normal,kurang

normal

Tampaknya

normal, normal,

selalu lebih baik

Deviansi, disosiasi

Page 18: terapi wicara pada anak

18

dari bahasa

Mutisme

elektif normal Normal

normal,kurang

normal

2.6 Diagnosis

1. Anamnesis

Pengambilan anamnesis harus mencakup uraian mengenai perkembangan bahasa anak.

Autisme setelah berumur 18 bulan dan bicara yang sulit dimengerti setelah berumur 3 tahun,

paling sering ditemukan. Dokter anak harus curiga bila orang tua melaporkan bahwa anaknya

tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti pada umur 18 bulan atau belum mengucapkan

frase pada umur 2 tahun. Atau anak memakai bahasa yang singkat untuk menyampaikan

maksudnya.4,5

Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan kalau dijumpai

gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan. Kesulitan tidur dan makan sering dikeluhkan

orang tua pada awal gangguan autisme. Pertanyaan bagaimana anak bermain dengan temannya

dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku. Anak dengan autisme lebih senang bermain

dengan huruf balok atau magnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain dengan

anak sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri.5

2. Instrumen penyaring

Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan instrumen penyaring untuk menilai

gangguan perkembangan bahasa. Misalnya Early Language Milestone Scale (Copelan dan

Gleason), atau DDST (pada Denver II penilaian pada sektor bahasa lebih banyak dari pada

DDST yang lama) atau Receptive-Expressive Emergent Language Scale. Early Language

Milestone Scale cukup sensitif dan spesifik untuk mengidentifikasi gangguan bicara pada anak

kurang dari 3 tahun.4

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan

bahasa. Apakah ada mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom

Page 19: terapi wicara pada anak

19

William (fasies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah

palatum, dan lain-lain.

Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak menirukan gerakan

mengunyah, menjulurkan lidah dan mengulang suku kata PA, TA, PA-TA, PA-TA-KA.

Gangguan kemampuan oromotor terdapat pada verbal apraksia.

4. Pengamatan saat bermain

Mengamati anak saat bermain dengan alat permainan yang sesuai dengan umurnya,

sangat membantu dalam mengidentifikasi gangguan tingkah laku. Idealnya pemeriksa juga

bermain dengan anak tersebut dan kemudian mengamati orang tuanya saat bermain dengan

anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan pada ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat

bermain sendiri, selama pengambilan anamnesis dengan orang tuanya, lebih mudah

dilaksanakan. Anak yang memperlakukan mainannya sebagai objek saja atau hanya sebagai titik

pusat perhatian saja, dapat merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku.5

5. Pemeriksaan laboratorium

Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes pendengaran. Jika anak tidak

kooperatif terhadap audiogram atau hasilnya mencurigakan, maka perlu dilakukan pemeriksaan

”auditory brainstem responses”.5

Pemeriksaaan laboratorium lainnya dimaksudkan untuk membuat diagnosis banding. Bila

terdapat gangguan pertumbuhan, mikrosefali, makrosefali, terdapat gejala-gejala dari suatu

sindrom perlu dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui adanya malformasi. Pada anak

laki-laki dengan autisme dan perkembangan yang lambat, skrining kromosom untuk fragil-X

mungkin diperlukan. Skrining terhadap penyakit-penyakit metabolik baru dilakukan kalau

terdapat kecurigaan ke arah itu, karena pemeriksaan ini sangat mahal.5

6. Konsultasi

Pemeriksaan dari psikolog atau/neuropsikiater anak diperlukan jika ada gangguan bahasa

dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi riwayat dan tes bahasa, keampuan kognitif dan

tingkah laku. Tes intelegensia dapat dipakai sebagai perbandingan fungsi kognitif anak tersebut.

Masalah tingkah laku dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan instrumen seperti

Page 20: terapi wicara pada anak

20

Vineland Social Adaptive Scale Revised. Child Behaviour Checklist, atau Childhood Autism

Rating Scale. Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila ada gangguan tingkah laku yang berat.

Ahli patologi wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak dengan gangguan bicara. Anak

akan diperiksa apakah ada masalah anatomi yang mempengaruhi produksi suara.5

Page 21: terapi wicara pada anak

21

Pemahaman bahasa

Normal Terlambat

Kualitas dalam berbicara Kemampuan dalam area non bahasa, termasuk

bermain dengan menggunakan simbol-simbol

Terbatas tetapi

jelas

Banyak tetapi

tidak jelas

Buruk Normal

Immatur,

perkembangan

yang tidak

sempurna,

gangguan

bahasa ekspresif

Terdapat kelainan

Menetap Tidak

menetap

Immatur,

disartria

Dispraksia

Perkembangan

yang tidak

sempurna,

retardasi mental

Pendengaran

Tidak

normal

Tuli

Normal

Gangguan

dalam

berbicara

Bentuk normal,

tidak dapat

bermain dengan

simbol,

komunikasi yang

buruk

Autisme

Page 22: terapi wicara pada anak

22

2.7 Terapi Wicara pada Anak dengan Gangguan Dengar

Setelah diagnosis gangguan dengar telah ditemukan, hal berikutnya adalahmemberikan

intervensi yang tepat pada anak tuna rungu dan kesulitan mendengar. Ada beberapa terapi yang

dapat diberikan saat ini, seperti terapi wicara, terapi Auditory Verbal, dan terapi Natural Auditory

Oral. Auditory-Verbal Therapy memfokuskan anak untuk belajar mendengar dan berbicara. Ini

merupakn terapi penting di mana orang tua si anak dididik untuk mengajari anaknya yang

memiliki gangguan pendengaran untuk mendengar dan berbicara. Ahli AVT akan menunjukkan

kepada orang tua untuk cara untuk mengatur lingkungan, belajar mendengarkan di mana si anak

dapat mengembangkan bahasa lisan dengan menggunakan Alat Bantu Pendengaran. Diagnosis

dini dan amplifikasi yang optimal sangat penting, karena akses untuk terdengar pada masa bayi

dan anak usia dini sangat penting untuk memungkinkan pusat pendengaran otak untuk

berkembang.

Meski stimulasi dan intervensi sejak dini paling baik tetapi pada anak dengan gangguan

keterlambatan bicara fungsional biasanya terapi bicara secara khusus belum diperlukan.

Intervensi dan stimulasi untuk gerakan oral motor dapat dilakukan di rumah dengan penanganan

dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran yang optimal dengan

stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan refleks menelan, teknik khusus

untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik kadang membantu msnstimulasi sensoris

otot di daerah mulut. Tindakan yang tampaknya dapat membantu adalah melatih koordinasi

gerakan otot mulut adalah dengan membiasakan minum dengan memakai sedotan, latihan senam

gerakan otot mulut, latihan meniup balon atau harmonika. Bila setelah usia 2-3 tahun

perkembangan bicara masih belum optimal maka terapi bicara dan terapi sensori integration

dapat segera dilakukan. Terapi bicara dan terapi sensori integration harus segera dan agresif

dilakukan pada gangguan keterlambatan bicara non fungsional.

Menurut Darley (1977) manfaat dari terapi wicara adalah sebagai berikut:

1. Terapi yang intensif memberikan suatu manfaat pemuliahn nyata apabila diberikan

pada waktu terjadi pemulihan spontan

2. Hasil maksimal didapat apabila terapi dimulai awal dan berlanjut untuk periode

beberapa bulan

Page 23: terapi wicara pada anak

23

3. Makin muda umur pasien makin baik hasilnya, meskipun pada pasien usia lanjut

terapi juga ada manfaatnya

4. Derajat pemulihanbervariasi tergantung etiologi afasia. Pemulihan terjadi lebih baik

pada kasus trauma kepala tanpa luka tembus dan pada kasus dengan gangguan

vaskuler non hemorargik yang tunggal

5. Terapi pada derajat yang ringan lebih memberi manfaat dibandingkan dengan

derajat yang berat, meskipun pada afasia berat, terapi masih dapat memberikan

manfaat

6. Pasien yang bebas dari komplikasi dan dari gangguan kesehatan lainnya

mempunyai respon lebih menguntungkan terhadap terapi afasia

7. Derajat pemulihan afasia sebagian bergantung pada motivasi pasien dan kesadaran

dirinya serta kompetensi dari terapis wicara

8. Tidak ada satupun faktor yang berpengaruh secara negatif terhadap terjadinya

pemulihan yang dapat dipergunakan untuk alasan tidak mencoba terapi pada pasien

9. Kemajuan dari terapi afasia dinilai dalam kemampuan mendengar, membaca,

bertutur dan menulis akan tetapi juga dilihat dari perubahan perilaku, afek dan

moral serta kontak sosial.5,6

Pada prinsipnya, terapi wicara pada pasien tuna rungu melibatkan lima pilar khusus yakni

keterampilan untuk mendengar, bahasa, artikulasi, irama kelancaran, serta suara. Pada

keterampilan mendengar, biasanya terapis akan melatih si anak metode deteksi suara, identifikasi

suara, dan diskriminasi suara. Filosofi Auditory -Verbal Therapy adalah satu perangkat yang

sangat logis dan kritis terhadap prinsip. Prinsip-prinsip ini sangat penting untuk anak-anak yang

tuli untuk belajar menggunakan sisa pendengaran yang diperkuat dan/atau implan koklea untuk

mendengarkan, memproses bahasa verbal dan berbicara.

Tujuan dari Auditory-Verbal Therapy adalah bahwa anak-anak yang tuli dapat tumbuh

dalam lingkungan belajar dan hidup yang teratur sehingga memungkinkan mereka untuk menjadi

mandiri dan mampu memberikan kontribusi sebagai makhluk sosial. Auditory-Verbal Therapy

mendukung hak anak-anak dengan semua derajat gangguan pendengaran untuk mengembangkan

kemampuan untuk mendengarkan dan berkomunikasi menggunakan bahasa lisan.

Page 24: terapi wicara pada anak

24

Prinsip Kerja

Program Auditory-Verbal Therapy dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dan

mengikuti perkembangan alami dari perkembangan bahasa. Terapi ini berjalan secara bertahap

antara terapis dengan anak, terapis dan orang tua. Kegiatannya adalah berorientasi anak dan

mencerminkan tingkat perkembangan setiap anak. Sesi terapi ini selalu bersifat diagnostik.,

dimana pada sesi ini digunakan untuk mengevaluasi kemajuan dan kemampuan anak dan orang

tua. Anak-anak belajar untuk mendengarkan suara mereka sendiri, suara-suara orang lain dan

suara dari lingkungan mereka untuk berkomunikasi secara efektif melalui bahasa lisan.

Terapi diagnostik personal diperlukan untuk menentukan apakah pendekatan auditori-

verbal ini cocok untuk anak tertentu dan keluarga. Kesesuaian ini, pada umumnya, tergantung

pada sejumlah variabel.

Kebanyakan program Auditory-Verbal menawarkan sesi terapi mingguan, yang

berlangsung selama satu jam atau tergantung kebutuhan. Partisipasi orang tua aktif adalah

landasan proses Auditory-Verbal Therapy. Melalui motivasi dan bimbingan, orang tua akan

memperoleh kepercayaan diri untuk menerapkan teknik dan strategi untuk mewujudkan tujuan

tertentu.

Sebagai kesatuan tim, terapis Auditory-Verbal dan orangtua menetapkan target yang akan

dicapai di rumah. Target untuk anak-anak berusia muda dapat meliputi: menarik perhatian suara

dalam lingkungan, belajar bahwa suara memiliki makna, mengoceh, belajar kosa kata awal,

mengembangkan frase atau awal percakapan kecil. Target untuk anak-anak yang lebih tua

mungkin termasuk: bercerita, berbicara dan mengembangkan keterampilan pendengaran di

hadapan kebisingan atau belajar berbasis sekolah materi subjek. Target ini, yang tergantung pada

tahap perkembangan anak, mendengar umur dan fungsi mendengarkan, digabungkan dalam

bermain, dalam rutinitas sehari-hari biasa, dalam kegiatan terstruktur, dan dalam musik.

Lingkungan Mendengarkan

Melalui pendekatan Auditory-Verbal, penggunaan maksimal pendengaran dikembangkan

untuk mempelajari bahasa lisan melalui mendengarkan daripada menonton. Oleh karena itu

terapi perlu dilakukan dalam kondisi mendengarkan sebaik mungkin untuk membuat informasi

mudah untuk mendengar dan mudah dipelajari. Lingkungan akustik ditingkatkan oleh:

Page 25: terapi wicara pada anak

25

Orang tua dan / atau terapis duduk di samping anak, pada sisi telinga yang lebih baik

(dalam jarak pendengaran);

Berbicara dekat dengan mikrofon alat bantu dengar anak (s) dan / atau implan koklea (s);

Berbicara dengan volume normal;

Meminimalkan kebisingan latar belakang;

Menggunakan teknik percakapan yang repetitif dan kaya akan melodi, ekspresi dan ritme,

dan

Menggunakan teknik menyoroti akustik untuk meningkatkan kemampuan mendengar

bahasa lisan (bergerak dari yang paling terdengar untuk paling tidak terdengar).

Partisipasi Orang Tua

Pendekatan Auditori-Verbal mencakup fakta bahwa anak-anak belajar bahasa yang paling mudah

ketika aktif terlibat dalam interaksi santai yang bermakna dengan orang tua dan pengasuh yang

mendukung. Dalam Sesi terapi Auditory-Verbal, oleh karena itu, orang tua harus mengamati dan

berpartisipasi secara aktif untuk belajar:

1. Model teknik untuk merangsang percakapan, bahasa, dan kegiatan komunikasi di rumah;

2. Strategi rencana untuk mengintegrasikan mendengarkan, berbicara, bahasa, dan

komunikasi ke dalam rutinitas sehari-hari dan pengalaman;

3. Berkomunikasi sebagai mitra dalam proses terapi;

4. Menginformasikan terapis kepentingan anak dan kemampuan;

5. Menafsirkan arti dari komunikasi awal anak;

6. Mengembangkan teknik perilaku manajemen yang sesuai;

7. Merekam dan mendiskusikan kemajuan;

8. Menafsirkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang;

9. Mengembangkan kepercayaan dalam interaksi orangtua-anak;

10. Membuat keputusan, dan

11. Advokasi atas nama anak mereka.

Teknik Auditory-Verbal Therapy

Ada banyak teknik dan strategi yang digunakan oleh Terapis Auditory-Verbal untuk

merangsang perkembangan bahasa lisan melalui mendengarkan. Ini termasuk:

Page 26: terapi wicara pada anak

26

1. Menyediakan menyoroti akustik seperti berbisik, menyanyi, menekankan elemen sintaks

dan / atau informasi segmental dan suprasegmental;

2. Meminta anak "apa yang kau dengar?" sebagai pendahulu untuk mengulangi rangsangan

lisan;

3. Mendorong dan pembinaan orang tua sebagai model utama untuk mendengarkan dan

berbicara;

4. Bergerak lebih dekat ke mikrofon Alat Bantu Dengar Anak atau implan koklea;

5. Ulang kata-kata, memberikan alternatif, mengulangi informasi sebelumnya mendengar;

6. Tunggu dan / atau berhenti untuk respon;

7. Menempatkan bahasa lisan segera kembali ke pendengaran jika sudah perlu untuk

menggunakan visual, isyarat taktil atau kinestetik;

8. Menggunakan cue tangan. Ini adalah teknik pengajaran yang dapat digunakan ketika anak

adalah pendengar pemula, untuk isyarat anak untuk mendengarkan dan juga untuk

mendapatkan respon lisan dari anak. Ini berarti "aku berbicara - anda berbicara". Hal ini

digunakan hanya bila diperlukan dan dihapus pada kesempatan pertama ketika teknik lain

yang diganti.

Para Cue Tangan terdiri dari:

terapis, orang tua atau pengasuh yang mencakup / nya mulutnya sebentar, ketika anak melihat

langsung pada wajah orang dewasa. Hal ini mendorong mendengarkan daripada bibir-membaca.

Ketika anak ini main-main terlibat dan tidak melihat, yang Cue tangan adalah tidak perlu.

dewasa bergerak / tangannya ke arah anak, dengan cara memelihara, sebagai prompt untuk

imitasi vokal atau sebagai sinyal untuk berbelok mengambil, dan / atau

orang dewasa berbicara melalui boneka binatang, mainan, gambar, atau sebuah buku, diletakkan

di depan mulut pembicara.

Para pemain isyarat memberikan sinyal anak untuk mendengarkan dengan penuh

perhatian, dan digunakan untuk membantu anak untuk mengintegrasikan semua indera lima.

Pembeian isyarat dengan tangan harus digunakan hanya bila diperlukan karena beberapa

penggunaannya mendistorsi, pap atau menghilangkan suara tiba di mikrofon.

Page 27: terapi wicara pada anak

27

Variabel yang Mempengaruhi Perkembangan

Setiap keluarga dan anak adalah unik, dengan hidup tertentu dan gaya belajar (Luterman, 1991).

Mendengarkan dan pengembangan komunikasi bervariasi dari anak ke anak dan dari keluarga

untuk keluarga.

Kemajuan sang anak tergantung pada sejumlah variabel, seperti:

1. Usia saat diagnosis;

2. Menyebabkan gangguan pendengaran;

3. Derajat gangguan pendengaran;

4. Efektivitas alat bantu dengar / s atau implan koklea / s;

5. Efektivitas manajemen audiologi;

6. Mendengar potensi anak;

7. Kesehatan anak;

8. Emosional keadaan keluarga;

9. Tingkat partisipasi keluarga;

10. Keterampilan terapis;

11. Keterampilan dari orang tua atau pengasuh;

12. Gaya belajar anak, dan

13. Anak perkembangan kognitif.

Page 28: terapi wicara pada anak

28

BAB III

PENUTUP

Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena

kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya,

sebab melibatkan kemapuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan di sekitar

anak.2,3

Diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak adalah sekitar 4-5 %.2

Secara umum, gangguan berbahasa dapat dibagi dalam tiga tipe, yaitu: (1) Kegagalan

memperoleh kemampuan berbahasa apapun. Keadaan ini misalnya terdapat pada anak yang

menderita retardasi mental berat; (2) Kendala kemampuan bahasa yang telat didapat, yang dapat

disebabkan oleh trauma fisik damupun psikis, atau oleh gangguan neurologist; (3) Gangguan

perkembangan berbahasa. Tipe inilah yang dikategorikan dalam gangguan perkembangan

spesifik. Terdapat dua sub tipe, yaitu (a) tipe reseptif, yaitu kesukaranuntuk menrima dan

mengerti bahasa yang dibicarakan, dan (b) tipe ekspresif, yaitu kesukaran dalam

mengekspresikan bahasa secara verbal.11

Deteksi dan penanganan dini pada gangguan keterlambatan bicara dan bahasa dapat

membantu baik anak atau orang tua untuk memperkecil kesulitan di masa sekolah anak.3

Dalam

diagnosa dan penanganannya diperlukan ahli yang beragam seperti dokter, ahli terapi: ahli terapi

bicara dan ahli fisioterapi, psikolog, perawat, dan pekerja sosial.

Anak-anak yang tuli atau kesulitan mendengar perlu mendengarkan yang sama, ucapan,

bahasa, komunikasi dan yayasan kognitif sebagai anak-anak yang bisa mendengar. Yayasan ini

dibangun melalui terstruktur Auditory-Verbal Sesi terapi, aktivitas sehari-hari dan terutama

melalui bermain. Kemajuan ilmiah terbaru dalam amplifikasi dan teknologi implan koklea telah

memberikan peluang besar mendengarkan potensial untuk anak-anak di seluruh dunia.

Pendekatan Auditori-Verbal adalah teman alami dari teknologi tersebut. Sebagai anak-

anak khusus kami berjalan jembatan ke milenium baru, orang tua dan profesional dapat

bersukacita dalam misi Pendekatan auditori-verbal sebagai "ilmu terapan dengan tujuannya

secara obyektif diukur" (Ling 1994) dan mendorong sidang sedikit untuk pergi lama cara.

Page 29: terapi wicara pada anak

29

DAFTAR PUSTAKA

1. Caroline Bowen. Speech And Language Development In Infants And Young Children,

dalam Caroline Bowen Phd Speech-Language Pathologist. Didapatkan dari URL:

http://www.speech-language-therapy.com/devel1.htm. Diakses pada tanggal 22 Mei

2007.

2. Soetjiningsih. Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak, dalam I.G.N.Gde Ranuh (ed):

Tumbuh Kembang Anak. EGC, Surabaya, 18, 237-247.

3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gangguan Bicara Pada Anak, dalam Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985, 6, 102-105.

4. Nemours Foundation. Delayed Speech Or Language Development, dalam Kids Health

For Parents. Didapatkan dari URL:

http://www.kidshealth.org/parent/growth/communication/not_talk.html. Diakses pada

tanggal 22 Mei 2007.

5. Screening for Speech and Language Delay in Preschool Children: Systematic Evidence

Review for the US Preventive Services Task Force, dalam Official Journal Of The

American Academy Of Pediatrics. Didapatkan dari URL:

http://pediatrics.aappublications.org/cgi/content/full/117/2/e298. Diakses pada tanggal 22

Mei 2007.

6. Come Unity. Children with Communication Disorders, dalam Children’s Disabilities And

Special Needs. Didapatkan dari URL:

http://www.comeunity.com/disability/speech/communication.html. Diakses pada tanggal

22 Mei 2007.

7. Arthur C. Guyton, John E. Hall, Neurofisiologi Motorik dan Integratif, dalam Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

8. Lundsteen SW, Tarrow NB. Guiding young children’s learning. New York; Mc Graw

Hill; 1981.

Page 30: terapi wicara pada anak

30

9. Myklebust M. Prelinguistic Communication. In: Yule W, Rutter M,eds. Language

development and disorders; Clinics in developmental medicine. 1968.