terhadap penurunan kadar minyak dan lemak pada limbah cair industri bir dan...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR (613423A)
RANCANG BANGUN DISSOLVED AIR FLOTATION
TERHADAP PENURUNAN KADAR MINYAK DAN LEMAK
PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BIR DAN MINUMAN RINGAN \\
AHMAD RANDI TAUFIQUSSYAKIR
NRP. 1015040013
DOSEN PEMBIMBING:
AHMAD ERLAN AFIUDDIN, S.T., M.T.
ULVI PRI ASTUTI, S.T., M.T.
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
i
HALAMAN JUDUL
TUGAS AKHIR (613423A)
RANCANG BANGUN DISSOLVED AIR FLOTATION
TERHADAP PENURUNAN KADAR MINYAK DAN LEMAK
PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BIR DAN MINUMAN
RINGAN
AHMAD RANDI TAUFIQUSSYAKIR
NRP. 1015040013
DOSEN PEMBIMBING:
AHMAD ERLAN AFIUDDIN, S.T., M.T.
ULVI PRI ASTUTI, S.T., M.T.
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH
JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
ii
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vi
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kelimpahan rahmat, hidayah, serta kenikmatan yang tidak terhingga
nilainya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Rancang Bangun Dissolved Air Flotation Terhadap Penurunan
Kadar Minyak dan Lemak Pada Limbah Cair Industri Bir dan Minuman
Ringan”. Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan pada Program Studi Diploma IV Teknik Pengolahan Limbah di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak
akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan,
pengarahan dan motivasi sehingga telah memberikan semangat dalam proses
penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang dalam kepada:
1. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan rasa sayang, nasehat,
dukungan, motivasi, serta doa yang tiada hentinya beliau panjatkan untuk
segala keberhasilan saya selama menjalani proses dari awal hingga akhir.
2. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc. FRINA selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
3. Bapak George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Kapal.
4. Bapak Denny Dermawan, S.T., M.T selaku Koordinator Program Studi
Teknik Pengolahan Limbah PPNS
5. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si., M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir
Program Studi Teknik Pengolahan Limbah PPNS
6. Bapak Ahmad Erlan Afiuddin, S.T., M.T selaku dosen pembimbing pertama
yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama mengerjakan tugas
akhir ini, serta meluangkan waktu selama proses bimbingan tugas akhir.
viii
7. Ibu Ulvi Pri Astuti, S.T., M.T selaku dosen pembimbing kedua yang telah
sabar membimbing, mengarahkan, memotivasi dan membantu penulis selama
mengerjakan tugas akhir ini, serta meluangkan waktu selama proses
bimbingan tugas akhir.
8. Ibu Dr. Mirna Apriani, S.T., M.T selaku dosen penguji yang telah
mengarahkan, dan membantu penulis selama mengerjakan tugas akhir ini.
9. Bapak Alma Vita Sophia, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah
mengarahkan, dan memberikan tugas revisi kepada penulis selama sidang
tugas akhir ini.
10. Bapak Suwandono sebagai Pembimbing di lapangan yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam pelaksanaan tugas akhir ini.
11. Bapak Rianto selaku Pemilik Advertising yang dengan sabar ramah dan tulus
telah membantu penulis untuk pembuatan alat prototype.
12. Teman-teman seperjuangan tugas akhir Aditya, Kurniawan, Rizal yang telah
membantu, memberikan semangat dan peduli terhadap penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir.
13. Teman yang membantu dari awal tugas akhir hingga revisi tugas akhir Istina
Nisa’ Adzini yang telah sabar mengarahkan dan meluangkan waktu untuk
penulis.
14. Teman yang selalu ada Jami’atul Hikmah yang telah memberikan dukungan
semangat dan mendampingi penulis serta mengingatkan penulis untuk tidak
boleh menyerah dalam menyelesaikan tugas akhir.
15. Teman kuliah Satria dan Yusuf TLB 2015 yang telah memberikan support,
arahan, semangat dalam pembuatan prototipe tugas akhir.
16. Teman-teman T e k n i k P e n g o l a h a n L i m b a h PPNS angkatan 2015,
2016, 2017 d a n 2 0 1 8 yang memberikan semangat, do’a dan dukungan
untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.
17. Dan seluruh teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
ix
Penulis berharap mudah-mudahan Tugas Akhir ini dapat menginspirasi
maupun memberikan manfaat bagi dunia industri yang berkepentingan baik
secara langsung maupun tidak langsung serta dapat bermanfaat bagi masyarakat
luas.
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penulisan maupun isi yang dapat penulis laporkan. Penulis memohon maaf sebesar
– besarnya atas kesalahan-kesalahan maupun kekurangan yang ada dalam
penyusunan tugas akhir. Sehingga diharapkan masukkan, saran, dan kritikannya
yang bersifat membangun dari semua pihak agar penelitian selanjutnya bisa lebih
baik lagi.
Surabaya, 2 Juli 2019
Penulis
Ahmad Randi Taufiqussyakir
x
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
xi
RANCANG BANGUN DISSOLVED AIR FLOTATION
TERHADAP PENURUNAN KADAR MINYAK DAN LEMAK
PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BIR DAN MINUMAN
RINGAN
Ahmad Randi Taufiqussyakir
ABSTRAK
Buangan limbah industri diatur pada IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair).
Salah satu parameter yang terdapat pada IPLC adalah minyak dan lemak. Dari hasil
pengamatan fisik di lapangan dan data uji laboratorium tentang kondisi limbah dari
hasil olahan effluent IPAL pada unit fish pond didapatkan hasil kadar minyak dan
lemak sebesar 20 mg/L. Penelitian ini mencoba menerapkan teknologi DAF
(Dissolved Air Flotation) sebagai pre -treatment dengan cara sistem flotasi udara
sebagai solusi terhadap permasalahan tersebut. Hasil perhitungan diperoleh dimensi
untuk tangki saturasi (L= 222 mm x D = 148,3 mm), zona kontak (100 mm x 400
mm x 500 mm), zona separasi (700 mm x 400 mm x 700 mm), zona sedimentasi
(A1= 400 mm x 600 mm , A2= 200 mm x 100 mm, H= 300 mm). Hasil pengujian
Prototype DAF pada tekanan 4 bar setelah adanya penambahan nozzle mampu
menurunkan konsentrasi beban pencemar minyak dan lemak dari 254,7 mg/L
menjadi 1,6 mg/L dengan efisiensi 99,4% dan telah memenuhi baku mutu IPLC
industri bir dan minuman ringan yaitu 1,79 mg/L.
Kata kunci : Dissolved Air Flotation, Industri bir dan minuman ringan,
Minyak dan Lemak
xii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiii
DESIGN DISSOLVED AIR FLOTATION TO REMOVAL FAT
OIL AND GREASE ON BEER AND SOFTDRINK INDUSTRY
Ahmad Randi Taufiqussyakir
ABSTRACT
Industrial waste is regulated in the IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair).
One of the parameters found in IPLC is fat, oil and grease. From the results of
physical observations in the field and laboratory test data on the condition of
wastewater from the effluent processed by WWTP in the fish pond unit the fat oil
and grease content was obtained at 20 mg / l. This study tried to apply DAF
(Dissolved Air Flotation) technology as a pre-treatment by means of an air flotation
system as a solution to these problems. The calculation results obtained for the
saturation tank dimensions (L = 222 mm x D = 148.3 mm), contact zone (100 mm
x 400 mm x 500 mm), separation zone (700 mm x 400 mm x 700 mm), sedimentation
zone ( A1 = 400 mm x 600 mm, A2 = 200 mm x 100 mm, H = 300 mm). The DAF
Prototype test results at 4 bar pressure after the addition of a nozzle can reduce the
concentration of oil and fat pollutant load from 254.7 mg / l to 1.6 mg / l with an
efficiency of 99.4% and has met the IPLC quality standard for beer and softdrink
industy that is 1.79 mg / l .
Keywords: beer and sofdrink industry, Dissolved Air Flotation, FOG
xiv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
ABSTRACT ......................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Tugas Akhir ..................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
2.1 Gambaran Umum Limbah Cair Industri Bir dan Minuman Ringan. ............. 5
2.2 Baku Mutu Limbah Industri Bir dan Minuman Ringan ................................ 5
2.3 Minyak dan Lemak ........................................................................................ 6
2.4 Industri Penghasil Limbah Minyak dan Lemak ............................................ 7
2.5 Flotasi ........................................................................................................... 9
2.5.1 Prinsip Dasar Flotasi ............................................................................... 9
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Flotasi ........................................... 10
2.5.3 Metode Flotasi ...................................................................................... 12
2.5.4 Kelebihan Proses Flotasi ....................................................................... 12
2.6 Dissolved Air Flotation ............................................................................... 13
2.6.1 Parameter Desain DAF ......................................................................... 16
2.6.2 Perencanaan Sistem Dissolved Air Flotation ........................................ 19
BAB 3 METODE PENELITIAN ...................................................................... 21
xvi
3.1 Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran ............................. 21
3.2 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 22
3.3 Tahapan penelitian ....................................................................................... 23
3.3.1 Ide Penelitian ......................................................................................... 23
3.3.2 Studi Literatur ....................................................................................... 24
3.3.3 Pengumpulan Data ................................................................................ 24
3.3.4 Rancangan Prototype ............................................................................ 27
3.3.5 Persiapan Alat dan Bahan ..................................................................... 28
3.3.6 Pembuatan dan Perakitan Prototype ..................................................... 30
3.3.7 Pengujian Alat ....................................................................................... 31
3.3.8 Analisa Minyak dan Lemak .................................................................. 32
3.3.9 Kesimpulan dan Saran ........................................................................... 33
3.4 Tempat Penelitian ........................................................................................ 33
3.4.1 Tempat Penelitian .................................................................................. 33
BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................. 35
4.1 Rancangan Unit Dissolved Air Flotation ..................................................... 35
4.1.1 Rasio A/S............................................................................................... 35
4.1.2 Unit Tangki Saturasi.............................................................................. 38
4.1.3 Unit Tangki Flotasi................................................................................ 39
4.2 Pengaruh Tekanan Saturasi Terhadap Efektivitas DAF .............................. 46
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 55
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 55
5.2 Saran .......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Mode operasional aliran parsial ....................................................... 14
Gambar 2. 2 Mode operasional daur ulang aliran ................................................. 15
Gambar 2. 3 Tangki flotasi persegi panjang dengan sistem aliran daur ulang ..... 15
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 22
Gambar 3. 2 Diagram Alir Lanjutan ..................................................................... 23
Gambar 3. 3 Effluent WWTP ................................................................................ 25
Gambar 3. 4 Desain Rancangan Awal Prototype.................................................. 28
Gambar 3. 5 Submersibel pump ............................................................................ 29
Gambar 3. 6 Diaphgram pump.............................................................................. 30
Gambar 4. 1 Sketsa ruang lumpur .......................................................................... 43
Gambar 4. 2 Hasil Desain Tampak Samping ........................................................ 45
Gambar 4. 3 Zona Kontak ..................................................................................... 47
Gambar 4. 4.a. Zona Separasi ................................................................................ 47
Gambar 4. 4.b. Zona Sedimentasi .......................................................................... 43
Gambar 4. 5 Tangki Saturasi ................................................................................. 45
Gambar 4. 6 Pengaruh Tekanan terhadap Efisiensi Penyisihan Minyak dan Lemak
.............................................................................................................. 47
Gambar 4. 7 Garis Arus ........................................................................................ 49
Gambar 4. 8 Tanpa Nozzle ..................................................................................... 51
Gambar 4. 9 Penambahan Nozzle .......................................................................... 51
xviii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Baku Mutu Limbah Cair Industri Bir dan Minuman Ringan ................. 6
Tabel 2. 2.Sumber Jenis Minyak dan Lemak .......................................................... 7
Tabel 2. 3 Karakteristik dari Berbagai DAF .................................................. 14
Tabel 2. 4 Parameter Desain dan Operasi DAF ........................................ 17
Tabel 3. 1 Operasional Variabel Penelitian........................................................... 21
Tabel 3. 2 Hasil analisis parameter minyak dan lemak ......................................... 25
Tabel 4. 1 Tabel Saturasi Udara ............................................................................. 37
Tabel 4. 2 Desain Tangki Saturasi dan Unit Flotasi.............................................. 44
Tabel 4. 3 Persen Efisiensi Tekanan ..................................................................... 48
Tabel 4. 4 Rata – Rata Influent dan Effluent Minyak dan Lemak ........................ 50
xx
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri bir dan minuman ringan dalam menghasilkan suatu produk
akan menghasilkan suatu limbah terutama limbah cair. Oleh karena itu limbah
menjadi sesuatu yang penting dalam penanganannya karena apabila
penanganannya kurang tepat dapat merusak ekosistem di air dan lingkungan
sekitar.
Kadar buangan limbah industri diatur pada IPLC (Izin Pembuangan
Limbah Cair) yang juga mengacu dalam pergub jatim no 72 tahun 2013 tentang
baku mutu air limbah bagi industri dan/atau kegiatan usaha lainnya sehingga
limbah cair harus diolah hingga memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan
pada IPLC. Pada industri bir dan minuman ringan kabupaten Mojokerto telah
memiliki unit IPAL yang pada prosesnya terdapat pengolahan dengan sistem
anaerobik dan aerobik untuk mengolah limbah cair dari aktivitas pabrik.
Salah satu parameter yang terdapat pada IPLC adalah minyak dan
lemak. Apabila minyak dan lemak tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke badan air akan menimbulkan permasalahan seperti minyak
akan mengapung dan menutupi permukaan air. Dilihat dari segi estetika lapisan
minyak pada permukaan air akan tidak sedap dipandang mata, selain itu lapisan
minyak yang mengapung pada permukaan air akan mengurangi difusi oksigen
dan mengganggu mikroorganisme dalam air. Dari hasil pengamatan fisik di
lapangan dan data uji laboratorium yang penulis lakukan di Laboratorium
industri bir dan minuman ringan kabupaten Mojokerto , tentang kondisi limbah
dari hasil olahan effluent IPAL pada unit fish pond didapatkan hasil kadar
minyak dan lemak sebesar 20 mg/L. Dari data hasil pengujian limbah cair
tersebut kandungan minyak dan lemak yang masih terlarut dalam effluent masih
tinggi, sehingga memerlukan solusi yang tepat agar effluent dari IPAL dapat
sesuai dan lebih baik dari kadar nilai minyak dan lemak yang tercantum dalam
IPLC yakni 1,79 mg/L.
2
Berdasarkan permasalahan dan hasil studi literatur, penelitian ini
mencoba menerapkan sistem flotasi udara terlarut DAF (Dissolved Air
Flotation). Flotasi dapat digambarkan sebagai proses pemisahan dengan
memanfaatkan gravitasi dimana gelembung gas melekat pada partikel padat
karena densitas gumpalan padatan lebih rendah dari air sehingga
memungkinkan gumpalan tersebut mengapung ke permukaan (Gregory dkk,
1999). Hasil penelitian terdahulu oleh (Rahayuningwulan, 2007) menunjukkan
bahwa DAF mampu menurunkan minyak dan lemak diatas 90% dengan skala
variasi tekanan 2 hingga 4 bar pada air limbah minyak kelapa sawit.
Dalam penelitian tugas akhir ini akan mengaplikasikan unit DAF
pada skala laboratorium dengan memvariasikan tekanan saturasi sehingga
mendapatkan hasil tertinggi hingga mampu memenuhi baku mutu dalam
menyisihkan kadar minyak dan lemak.
1.2 Rumusan Masalah
Dari kondisi yang melatarbelakangi penelitian tugas akhir ini, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu :
1. Bagaimana desain DAF dapat menurunkan kadar minyak dan lemak hingga
dibawah baku mutu ?
2. Berapa pengaruh tekanan saturasi terhadap efektivitas dari DAF ?
1.3 Tujuan
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk :
1. Mendesain DAF untuk menurunkan kadar minyak dan lemak hingga dibawah
baku mutu.
2. Mengidentifikasi tekanan saturasi yang paling efektif pada DAF.
1.4 Manfaat Tugas Akhir
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang akan
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3
1. Bagi penulis
Untuk memperdalam pengetahuan mengenai sistem pengolahan limbah cair
menggunakan unit dissolved air flotation.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan literatur atau referensi bagi mahasiswa dalam proses penelitian.
3. Bagi Industri
Sebagai pertimbangan dalam pemilihan teknologi untuk menurunkan kadar
minyak dan lemak hingga dibawah baku mutu.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Percobaan menggunakan skala laboratorium dengan sistem kontinyu.
2. Variabel penelitian yaitu tekanan menggunakan variasi 2, 3 dan 4 bar.
3.Baku mutu effluent air limbah mengacu IPLC industri industri bir dan minuman
ringan kabupaten Mojokerto.
4. Percobaan menggunakan air limbah dari industri bir dan minuman ringan
kabupaten Mojokerto.
4
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Limbah Cair Industri Bir dan Minuman Ringan.
Industri pembuatan bir merupakan industri global yang sangat besar.
Walaupun secara umum bir merupakan minuman beralkohol, ada beberapa
variasi dari dunia Barat yang dalam pengolahannya membuang hampir
seluruh kadar alkoholnya, menjadikan apa yang disebut dengan bir tanpa
alkohol (Arbita, 2011).
Pada industri bir dan minuman ringan pastinya menghasilkan limbah
terutama limbah cair. Sumber penghasil limbah cair di dalam suatu industri
adalah proses produksi, kegiatan utilitas dan kegiatan domestik (Suharto,
2016). Limbah cair yang dihasilkan oleh suatu industri dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan apabila dibuang ke
suatu badan air penerima (misalnya sungai) tanpa diolah terlebih dahulu.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat berakibat luas dari hal ini
tergantung pada sifat limbah, jenis limbah, volume. Apabila jumlah
senyawa yang terkandung dalam limbah melebihi kadar yang telah
ditetapkan, maka air tersebut tidak dapat dipergunakan lagi untuk keperluan
sebagaimana mestinya (Purwanti, 2015).
2.2 Baku Mutu Limbah Industri Bir dan Minuman Ringan
Pengolahan yang dilakukan bertujuan agar limbah yang akan
dibuang aman bagi lingkungan serta memenuhi baku mutu. Adapun baku
mutu limbah cair industri bir dan minuman ringan yang digunakan
berdasarkan IPLC (Izin Pembuangan Limbah Cair) yang mengacu pada
Peraturan Gubernur Jatim No. 72 Tahun 2013 tentang baku mutu air
limbah industri dan/atau kegiatan usaha lainnya dan Permen LH No. 5
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
6
Tabel 2. 1 Baku Mutu Limbah Cair Industri Bir dan Minuman Ringan
Karakteristik Limbah Industri Bir dan Minuman Ringan
Parameter Kadar Sumber
pH 6 - 9
IPLC Industri Bir dan Minuman
Ringan Kabupaten Mojokerto
Suhu -
TSS 37,02 mg/L
BOD5 37,02 mg/L
COD 97,02 mg/L
Minyak & Lemak 1,79 mg/L
2.3 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan senyawa organik yang berasal dari
alam dan tidak dapat larut di dalam air namun dapat larut dalam pelarut
organik non-polar. Minyak dan lemak dapat larut karena memiliki polaritas
yang sama dengan pelarut organik non-polar, contohnya adalah dietil eter
(C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), dan benzene (Herlina dan Ginting,
2002). Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid yaitu
merupakan lipid netral (Ketaren, 1986). Berdasarkan sifat fisiknya, minyak
dan lemak merupakan senyawa yang tak larut dalam air yang diestrak dari
organisme hidup menggunakan pelarut yang kepolarannya lemah atau
pelarut non polar (Ngili, 2009). Minyak dan lemak merupakan campuran
lipid yang terdiri dari triacylglycerols 95% dan sisanya adalah
diacylglycerols, monoacylglycerols dan free fatty acids (FFA) (Gunstone,
2004).
Minyak dan lemak dapat berbahaya bagi lingkungan apabila
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Minyak dan lemak yang terdapat
di perairan akan berada di lapisan permukaan karena memiliki massa jenis
yang lebih rendah dari air. Lapisan minyak dan lemak yang terakumulasi
akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga
tumbuhan air tidak mampu melakukan fotosintesis. Selain itu, minyak dan
lemak mampu mengikat oksigen yang dibutuhkan biota air untuk respirasi.
Penurunan estetika ekosistem perairan juga akan terjadi apabila ada
pencemaran minyak dan lemak (Maharani, 2017).
7
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya
menjadi beberapa kelompok utama, yaitu:
a) Minyak dan lemak nabati
Minyak dan lemak nabati yaitu minyak dan lemak yang
berasal dari tumbuhan. Minyak dan lemak nabati mengandung
fitosterol. Minyak nabati berwujud cair berasal dari minyak zaitun,
minyak kacang-kacangan, minyak dari bunga matahari sedangkan
lemak nabati berwujud padat berasal dari biji coklat, kelapa sawit
(Ketaren, 1986).
b) Minyak dan lemak hewani
Minyak dan lemak hewani yaitu minyak dan lemak yang
berasal dari hewan. Minyak hewani berwujud cair berasal dari
minyak ikan sedangkan lemak hewani berbentuk padat berasal dari
lemak susu dan lemak yang terkandung dalam tubuh hewan
(Ketaren, 1986). Berikut adalah contoh minyak dan lemak hewani
pada umumnya:
Tabel 2. 2. Sumber Jenis Minyak dan Lemak
(Sumber: (Gunstone, 2004)
2.4 Industri Penghasil Limbah Minyak dan Lemak
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih
tinggi. Perindustrian adalah tatanan dan segala kegiatan yang bertalian
dengan kegiatan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan
Industri Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014. Beberapa jenis industri
No Jenis Minyak dan Lemak Sumber
1 Butter fat Sapi perah
2 Lard Babi
3 Tallow Kambing, ayam
4 Fish oil Ikan
8
menghasilkan minyak dan lemak dalam limbahnya. Berikut adalah jenis-
jenis industri yang telah ditetapkan oleh pemerintah mengenai baku mutu
minyak dan lemaknya berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor
72 tahun 2013 :
- Industri Penyamaan Kulit
- Industri Gula
- Industri Tekstil
- Industri Urea, Pupuk Nitrogen, Pupuk ZA, dan Ammoniak
- Industri Pupuk Fosfat, Pupuk Majemuk NPK, dan Asam Fosfat
- Industri Cat dan Tinta
- Industri Minyak Kelapa Sawit
- Industri Minyak Nabati, Sabun/Detergent
- Industri Oleokimia Dasar
- Industri Pengalengan/Pengolahan Ikan
- Industri Tepung Ikan
- Industri Cold Storage
- Industri Minuman
- Industri Biskuit dan Roti (Bakery)
- Industri Pengupasan Biji Kopi/Coklat
- Industri Kembang Gula
- Industri Bumbu (Seasoning)
- Industri Mie dan Kerupuk
- Industri Pengolahan Daging
- Industri Pengolahan Daging Bekicot
- Industri Rokok dan Cerutu
- Kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas dan Fasilitas Darat (On Shore)
Lama dan Baru
- Eksplorasi dan Produksi Panas Bumi - Industri dan Kegiatan Pengolahan
Minyak Bumi
- Kegiatan dan Proses Pengilangan LNG dan LPG Terpadu
- Industri Petrokimia Hulu
- Industri Lem
9
- Industri Poly Ethylene Terephthalate (Hubbe et al.)
- Industri Purified Terephthalic Acid (PTA)
- Industri Penyulingan Pelumas Bekas
2.5 Flotasi
Flotasi merupakan salah satu metode untuk memisahkan atau
menghilangkan minyak yang bercampur pada air limbah. Tekanan udara
dan reaksi dengan oksigen akan membuat minyak terflotasi. Penggunaan
metode flotasi saat ini telah berhasil dikembangkan sebagai strategi
alternatif untuk pengolahan air limbah (Melo dkk, 2003). Flotasi atau
proses mengubah bahan tersuspensi, teremulsi, dan terlarut, serta bahan
koloidal menjadi bahan yang mengambang (floating), dan merupakan
proses pemisahan yang telah digunakan pada pengolahan mineral lebih
dari satu abad yang lalu. Pada saat ini flotasi telah dikembangkan ke
dalam lingkup yang lebih luas.
Flotasi saat ini juga banyak digunakan pada industri pertambangan
dan industri pengolahan logam. Proses flotasi memungkinkan untuk
memindahkan padatan yang terjebak dan minyak pada waktu tertentu dari
berbagai macam air yang sangat keruh termasuk, aliran limbah industri
pulp, industri tekstil dan bahan celup, industri makanan, limbah
perkotaan, limbah dari industri kulit, limbah industri petrokimia,
pengilangan minyak, dan industri baterai dan elektroplatting. Banyak
penelitian yang telah menekankan keunggulan dari proses flotasi ini baik itu
menggunakan metode flotasi udara terlarut (Dissolved Air Flotation)
ataupun metode flotasi tekanan (Induced Air Flotation). Diantaranya yaitu,
ekonomis dalam hal tempat, dan kemampuan untuk mengolah limbah
yang jumlahnya besar dengan waktu detensi yang singkat (Rigas dkk,
2000).
2.5.1 Prinsip Dasar Flotasi
Proses flotasi adalah proses separasi yang
berdasarkan pada sifat kimia fisika, yaitu perbedaan
kemampuan untuk terbasahi (wettability) pada permukaan
10
partikel padatan yang akan dipisahkan. Perbedaan
wettability permukaan partikel padatan (mineral logam)
dapat bersifat alami atau bisa juga dipengaruhi oleh
penggunaan adsorbat - adsorbat kimia (East, 2003).
Permukaan padatan biasanya secara alamiah dapat terbasahi
(wettable) dengan air dan bersifat hidrofilik. Sedangkan
jika suatu permukaan tidak wettable, maka permukaan
tersebut bersifat hidrofobik dan aerofilik dimana permukaan
tersebut akan tertarik dengan kuat ke interface udara
sehingga dapat menggantikan air pada permukaan padatan.
Pada proses flotasi, pemisahan campuran padatan biner dapat
dipenuhi dengan menambahkan partikel solid hidrofobik ke
dalam gelembung gas, sedangkan partikel padat hidrofilik
akan tertinggal di dalam air limbah.
Perbedaan densitas antara gelembung udara dan air
menghasilkan daya apung yang dapat mengangkat partikel
solid hidrofobik ke permukaan, dan membentuk lumpur
(sludge). Kemudian lumpur hasil flotasi ini diangkat dari
permukaan secara kontinu dengan proses skimming (Permana,
2008).
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Flotasi
Dalam proses flotasi, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terangkatnya komponen ke permukaan adalah :
A. Ukuran Partikel
Partikel dengan ukuran yang berbeda mempunyai
kemampuan mengapung yang berbeda. Hasil-hasil penelitian
sebelumnya, menunjukkan bahwa recovery akan mencapai
maksimum jika ukuran partikelnya pada range 200 – 300 mesh.
Partikel yang paling kasar adalah partikel yang paling mudah
mengapung. Maka suatu campuran fasa cair dengan komposisi
mineral yang sama, semakin halus ukuran partikel, kemampuan
mengapungnya akan semakin kecil.
11
Partikel - partikel halus tidak hanya lambat mengapung,
tetapi dapat dikatakan tidak mengapung, karena kesempatan
kontak yang telalu kecil antara partikel tersebut dengan
gelembung gas, di samping itu juga karena permukaan partikel-
partikel halus lebih ekstensif dan lebih dipengaruhi oleh ion-ion
pelarutnya (Permana, 2008).
B. pH Larutan
Pada flotasi, pH merupakan variabel yang harus
dikendalikan, karena pH larutan dapat mempengaruhi interaksi
antara logam-logam, sehingga akan mempengaruhi kestabilan ion
kompleks yang terbentuk (Candy dkk, 1994), disamping itu pH
larutan juga mempengaruhi interaksi ion dengan kolektor
(Shergold, 1984). Kolektor mempunyai titik isoelektrik, yakni titik
pH dimana kolektor yang berada dalam bentuk molekulnya tidak
mempunyai muatan. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk kolektor
yang digunakan harus disesuaikan dengan pH larutan. Kolektor
yang berada dalam bentuk kationiknya sebaiknya digunakan
pada larutan, yang mempunyai harga pH dibawah titik isoelektrik
kolektornya, sehingga kolektornya tetap bermuatan positif.
Sedangkan kolektor dalam bentuk anionik harus digunakan pada
larutan dengan harga pH berada diatas titik isoelektrik kolektornya
(Permana, 2008).
C. Surfaktan
Pada proses flotasi, surfaktan berfungsi sebagai kolektor
dan mempertahankan bentuk gelembung dan menjaga agar
gelembung tidak pecah selama proses pengangkatan (floated)
berlangsung anionik harus digunakan pada larutan dengan
harga pH berada diatas titik isoelektrik kolektornya (Permana,
2008).
12
2.5.3 Metode Flotasi
Pemisahan secara flotasi tidak terlalu tergantung pada
ukuran dan densitas relatif partikel yang akan dipisahkan. Dua
metode flotasi :
a. Metode flotasi udara tersuspensi (Dispersed Air Flotation),
dimana gelembung-gelembung udara terbentuk akibat
memasukkan fase gas melalui impeller berputar atau
melalui media berpori. Diameter gelembung sekitar 1.000
mikron (μm). Metode ini sangat banyak digunakan dalam
industri logam.
b. Metode Flotasi Udara Terlarut (Dissolved Air Flotation),
dimana gelembung merupakan hasil presipitasi gas dari
suatu larutan yang lewat jenuh terhadap gas. Ukuran
gelembung rata-rata 70-90 mikron. Metode ini banyak
digunakan dalam pengolahan buangan industri.
2.5.4 Kelebihan Proses Flotasi
Kelebihan proses ini dibandingkan dengan proses
pemisahan logam berat yang lain menurut (Widaningroem,
2004):
1. Dapat memisahkan partikel-partikel logam yang lebih
kecil dan lebih ringan.
2. Laju limpahan air limbah lebih besar sedangkan
waktu detensi yang dibutuhkan lebih singkat sehingga
ukuran tangki yang dibutuhkan lebih kecil. Oleh karena
itu proses ini hanya memerlukan ruangan yang tidak
terlalu besar dan biaya yang lebih ekonomis.
3. Bau limbah yang mengganggu dapat diminimalisasi
karena air limbah tidak terlalu lama di diamkan di dalam
tangki dan karena adanya udara terlarut dalam keluaran
limbah.
13
4. Lumpur (sludge) yang diperoleh lebih tebal karena lebih
banyak partikel-pertikel logam berat yang terikat dan
terangkat ke permukaan.
2.6 Dissolved Air Flotation
Sistem DAF terdiri dari pasokan udara dan air, dan ruang atau tangki
pengapungan. Ada dua jenis tangki flotasi: tangki melingkar dan tangki
persegi panjang. Pengolahan air limbah dan lumpur (Palaniandy, 2010).
Pada dissolved air flotation, udara dilarutkan ke dalam air dengan tekanan
beberapa bar, kemudian dilepaskan pada tekanan atmosfer sehingga
menghasilkan gelembung udara halus dengan ukuran 40 mm - 80 mm.
Karakteristik dari berbagai DAF ditunjukkan dalam Tabel 2.4. Pada proses
pemasukan udara ke dalam air (pressurization), terdapat dua sistem yang
perlu diketahui, pressurization langsung dan pressurization tidak langsung
(sebagian). Pada pressurization langsung, seluruh aliran air yang menuju ke
unit flotasi dijenuhkan oleh udara pada tekanan 3-5 bar. Pada pressurization
tidak langsung (sebagian), sebagian dari hasil olahan yang keluar dari DAF
dikembalikan lagi setelah terlebih dahulu dilewatkan dalam ASV (air
saturated vessel) pada tekanan 4-6 bar. Pada urnumnya, recycle ratio ini
bervariasi antara 10% - 50%. Pressurization langsung memiliki
keuntungan, yakni beban hidraulik pada DAF sama dengan beban
keseluruhan air limbah.
Dengan demikian, luas area lebih kecil dari pada pressurization
sebagian. Namun cara ini juga memiliki kekurangan, yakni kemungkinan
adanya penyumbatan pada pressure release valve, pelarutan udara yang
kurang efisien, dan gelembung udara yang lebih besar. Pressurization
sebagian membutuhkan area yang lebih luas dibandingkan dengan
pressurization total karena beban hidraulik meningkat dengan adanya
penambahan recycle. Namun, karena ukuran gelembung udara yang
dihasilkan sangat halus, efisiensi DAF akan meningkat. Gelembung udara
yang lebih halus akan melekat pada padatan secara lebih baik sehingga
menghasilkan effluent yang lebih baik (Siregar, 2005).
14
Tabel 2. 3 Karakteristik dari Berbagai DAF
Proses
Kebutuhan
Udara
(Liter/m')
Ukuran
Gelembung
(Hubbe et
al.)
Kebutuhan
Energl
(W/m')
Waktu
Tinggal
(menIt)
Beban
Hldraullk
(m'm'.jam)
Air Rotation grease
removal 100 - 400 2 -5 5 - 10 5 - 15 10 - 30
Air
flotation,mechanical
aeration
1000 0,2 - 2 60 - 120 4 - 16 -
Dissolved air
flotation 15 - 50 0,04 - 0,08 40 - 80 20 - 40 3 - 10
(Sumber: (Siregar, 2005)
Pada dissolved air flotation memiliki 2 tipe aliran yakni
menggunakan tipe aliran parsial dan aliran recycle seperti terlihat pada
gambar 2.1 dan 2.2.
Gambar 2. 1 Mode operasional aliran parsial
((Adlan, 1998)
15
Gambar 2. 2 Mode operasional daur ulang aliran
( Adlan, 1998)
Perbedaan keunggulan desain tangki flotasi yakni pada tangki flotasi
persegi panjang adalah desainnya yang sederhana yang membuat masuknya
air flokulasi ke dalam, dan pembuangan lumpur yang terapung dari, tangki
lebih mudah; peningkatan dimensi sederhana; dan area yang lebih kecil dari
tangki bundar. Dalam tangki persegi panjang, penyekat miring diperbaiki (60
° ke horizontal atau pada 90 °) antara zona kontak dan zona pemisahan.
Penyekat dipasang untuk menaikkan aglomerat gelembung-flok ke arah
permukaan. Pada saat yang sama, penyekat juga mengurangi kondisi
turbulensi yang diciptakan oleh air limbah yang memasuki zona pemisahan.
Jika air limbah memasuki zona pemisahan dengan kecepatan tinggi, itu akan
menciptakan kondisi turbulensi, yang akan mengganggu lapisan lumpur yang
melayang (Palaniandy, 2010).
Gambar 2. 3 Tangki flotasi persegi panjang dengan sistem aliran daur ulang
(Adlan, 1998)
16
Gambar 2.3 menunjukkan pengaturan khas sistem DAF aliran daur
ulang dengan tangki flotasi persegi panjang. Dapat dilihat pada Gambar 2.3,
tangki pengapungan dibagi menjadi dua zona: zona depan, yang merupakan
zona kontak atau zona reaksi, dan zona pemisahan. Penyekat dipasang antara
zona kontak dan zona pemisahan. Zona kontak dirancang untuk membentuk
aglomerat bubble-floc. Gelembung udara dimasukkan ke dalam zona kontak.
Untuk mendapatkan ukuran gelembung yang optimal, udara dilarutkan dalam
saturator di bawah tekanan dalam kisaran 400-600 kPa.
Dengan demikian, tekanan dan aliran daur ulang mengontrol jumlah
total udara yang dimasukkan ke dalam zona kontak (Edzwald, 2010). Setelah
air dan bercampur udara bertekanan dilepaskan ke tangki flotasi pada tekanan
atmosfer, gelembung dihasilkan. Dalam DAF, gelembung kecil diperlukan
untuk mencapai pemisahan padat-cair yang baik. Ukuran gelembung dalam
kisaran 50-100 μm adalah yang paling cocok untuk proses DAF.
Jika gelembung lebih besar dari kisaran ini, mereka dapat
menciptakan turbulensi di tangki pengapungan dan, pada saat yang sama,
mengurangi area permukaan dari lampiran partikel-gelembung. Setelah
gelembung dan partikel bersentuhan melalui proses adhesi, perangkap, atau
penyerapan di zona reaksi, agregat gelembung-flok pindah ke zona
pemisahan. Di sini, agregat gelembung-flok akan naik dengan stabil ke
permukaan tangki pengapungan, sementara air yang diolah / air limbah akan
ditarik dari bagian bawah tangki. Kemudian, agregat bubble-floc pindah ke
zona pemisahan. Di sini, flok naik ke permukaan dan mengapung sebagai
lapisan lumpur yang tebal. Kecepatan naik agregat bubble-floc dapat
diperkirakan menggunakan hukum (Haarhoff dan Steinbach, 1996). Agregat
yang tidak mencapai permukaan akan tersapu oleh air bersih (Palaniandy,
2010).
2.6.1 Parameter Desain DAF
Parameter Desain DAF secara umum didasarkan pada tiga
kriteria, yaitu :
17
1. Hydraulic loading rate adalah hubungan antara luas area (luas
permukaan) dari tangki flotasi terhadap debit influen yang masuk
ke dalam tangki flotasi. Pada sistem flow pressurization, total
debit adalah jumlah dari debit influen dengan debit recycle.
2. Solid loading rate adalah hubungan antara luas area terhadap
jumlah solid yang masuk ke sistem tiap jamnya.
3. Rasio udara per solid (A/S) adalah banyaknya udara terlarut yang
dibutuhkan untuk memisahkan partikel solid.
Rasio udara/solid dapat dihitung :
• Sistem tanpa recycle
𝐴
𝑆=
1,3𝑠𝑎(𝑓𝑃−1)
𝑆𝑎 (2.1)
• Sistem recycle
𝐴
𝑆=
1,3𝑠𝑎(𝑓𝑃−1)𝑞
𝑆𝑎𝑄 (2.2)
Dimana :
A/S = Rasio udara per solid
sa = saturasi udara tekanan atmosfir (mg/L)
Sa = Konsentrasi solid (mg/L)
P = Tekanan absolut (atm)
F = Fraksi saturasi terhadap turbulensi dan waktu
tinggal berkisar 0,5-0,8
Q = Debit pengolahan (m3/det)
q = Debit Recycle (m3/det)
Perhitungan rasio udara per solid (A/S) ini digunakan untuk
memperkirakan tekanan operasi pada unit dissolved air flotation.
Berikut adalah kriteria desain dissolved air flotation yang telah
dipakai di berbagai negara :
Tabel 2. 4 Par ameter Desa in dan Oper asi DAF
18
Parameter South
Africa Finland
The
Netherlands UK
UK
(Edzwal
d)
Scandina
via
Flocculation
lntensity Time
(Herlina and
Ginting)
4-I5 20--127 8-16 20-29 18-20 28-44
Flotation
Rcac1ion zone
Time (Herlina
and Ginting)
1-4
0.9-2.1
Hyd. load.
(m/h)
40-100 50-100
Separation zone
Hyd. load.
(m/h)
5-11 2.5-8 9-26
Total flotation
area Hyd.load.
(m/h)
10-20 5-10 8.4-10 6.7-7
Time (min.) 11 18
Recycle (%) 06-Oct 5.6-42 6.5 15 6-10 05-10 10
Unpacked Sat.
Pressure (kPa) 400-600 400-550 460-550
Hyd. load.
(m/h)
20-60
Time (min.) 20-60
Packed Sat.
Pressure (kPa) 300 600 400-500
Hyd. load.(m/h) 50-80
Packing depth
(m)
0.8-1.2
Saturators
Pressure (kPa) 300-750 400-800 310-830 480-550
Sumber: (Edzwald and Technology, 1995)
19
2.6.2 Perencanaan Sistem Dissolved Air Flotation
Elemen yang paling penting dalam sistem dissolved air flotation
adalah tangki saturasi dan tangki flotasi. Tangki saturasi dan tangki
flotasi bekerja sebagai satu kesatuan, dimana proses pengolahan
terjadi pada kedua tangki tersebut.
• Unit Saturasi
Unit saturasi merupakan alat utama yang digunakan untuk
melarutkan udara ke dalam air pada tekanan tertentu. Pada inilah
gelembung udara dibentuk sebelum dikontakkan dengan partikel.
Besarnya partikel pada unit operasi adalah sebesar 2-4, 5 bar dengan
waktu detensi selama 0,5-3 menit (Octavian, 2007).
Pada unit ini terdiri dari beberapa alat antara lain tangki
saturator, pompa, kompressor dan lainnya. Selain itu pada unit ini
dilengkapi katub penurun tekanan (exhaust valve) untuk menjaga
tekanan yang terjadi pada tangki flotasi, thermo couple dan pressure
gauge dan alat lainnya untuk mengontrol kondisi tangki saturasi.
• Unit Flotasi
Unit flotasi berupa bak yang berfungsi sebagai tempat
pengapungan padatan tersuspensi. Pada unit ini dibagi dua zona,
yaitu zona kontak dan zona klarifikasi (Shawwa dkk, 1998).
Pada zona kontak ini terjadi kontak antara partikel dan
gelembung udara sehingga gelembung udara dapat menyelimuti
partikel. Untuk zona kontak diharapkan aliran yang terjadi bersifat
laminer. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penggabungan
gelembung menjadi lebih besar serta agar penggabungan partikel dan
gelembung menjadi lebih sempurna. Waktu detensi pada zona ini
berkisar antara 1-4 menit (Shawwa dkk, 1998).
Pada zona klarifikasi terjadi pemisahan antara air dengan ikatan
antara partikel dan gelembung (yang mempunyai densitas lebih kecil
dari air), sehingga akan mengapung. Waktu yang dibutuhkan pada
unit ini 10-35 menit agar gabungan partikel dan gelembung lebih
sempurna (Octavian, 2007).
20
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
21
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada metode penelitian ini akan dijelaskan tentang, diagram alir penelitian,
prosedur percobaan, tempat dan waktu penelitian dan analisis sampel yang diambil
agar lebih terarah dan sistematis.
3.1 Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Minyak dan Lemak.
Setiap variabel harus dirumuskan secara operasional untuk memudahkan
pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam penelitian.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini ada pada Tabel 3.2
Tabel 3. 1 Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Definisi Cara
Pengujian
Alat
ukuran
Satuan dan
Kategori
Skala
1. Variasi
tekanan
saturasi
X1
Unit pada DAF yang
digunakan untuk
mencampur udara
bertekanan dengan air
yang nantinya
menghasilkan
gelembung udara dan
akan mengikat partikel
halus minyak dan
lemak
Compres
sor
bar Nominal
2. Minyak dan
Lemak
Y1
Parameter air limbah
untuk menentukan
tingkat pencemaran
kadar minyak dan
lemak yang dapat
mengahalangi proses
oksidasi pada
permukaan air.
Pengujian
dengan
metode uji
Gravimetri
(SNI
6989.10:
2011)
Gravimet
ri
mg/L Nominal
22
3.2 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1
Latar Belakang Penelitian
Ide Penelitian
Pembuatan Prototype Dissolved Air Flotation terhadap penurunan
kadar Minyak dan Lemak pada limbah cair industri bir dan
minuman ringan kabupaten Mojokerto
Realita:
- Industri bir dan minuman ringan
kabupaten Mojokerto belum memiliki
unit pre-treatment untuk mengolah
minyak dan lemak sehingga permukaan
air tertutup oleh lapisan minyak dan
lemak yang menyebabkan terhalangnya
masuknya oksigen pada air
- Effluent masih mengandung minyak dan
lemak 20 mg/L
GAP
Kondisi Ideal :
- lapisan minyak dan lemak tidak ada
pada permukaan air sehingga oksigen
tidak menghalangi masuknya oksigen ke
dalam air
- Harus sesuai baku mutu yang tertera
pada IPLC 1,79 mg/L
Studi Literatur
Dissolved Air Flotation, Minyak dan Lemak
Rancangan Prototype
- Perhitungan dimensi prototype
- Gambar detail prototype meliputi tampak atas, dan potongan
Pengumpulan Data
Karakteristik dan baku mutu industri limbah cair industri bir dan
minuman ringan kabupaten Mojokerto
A
Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian
23
Pembuatan Prototype
Pengujian pada Alat
1. Commisioning
2. Pengujian limbah cair industri bir dan minuman ringan kabupaten
mojokerto pada prototype dengan variasi tekanan 2, 3, 4 bar
Analisa parameter :
Konsentrasi Minyak dan Lemak
Kesimpulan dan Saran
Persiapan Alat dan Bahan
Alat :
- Alat pembuatan prototype
- Pompa recycle
- Pompa high pressure
- Pompa umpan
- Drum 200 L
Bahan:
- Air sampel limbah cair
industri bir dan minuman
ringan kabupaten Mojokerto
A
Gambar 3. 2 Diagram Alir Lanjutan
3.3 Tahapan penelitian
Tahapan penelitian ini terdiri dari ide penelitian, studi literatur,
pengumpulan data, rancangan prototype, persiapan alat dan bahan,
pembuatan prototype, commissioning, pengujian limbah cair industri bir dan
minuman ringan dengan variasi yang ditentukan, analisa parameter,
pembahasan kesimpulan dan saran. Lebih detainya sebagai berikut:
3.3.1 Ide Penelitian
Ide penelitian ini muncul di latar belakangi karena limbah cair
dari industri bir dan minuman ringan kabupaten Mojokerto yang
24
mempunyai kandungan minyak dan lemak yang tinggi dan belum
mempunyai alternatif pengolahan namun limbah yang dihasilkan
langsung dibuang di badan air, sehingga muncul suatu ide penelitian
mengenai suatu alternatif pengolahan pre–treatment terhadap
limbah cair industri bir dan minuman ringan kabupaten Mojokerto.
3.3.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk menjadi acuan dasar atau
pedoman dalam pelaksanaan penelitian kedepannya. Studi literatur
ini didapatkan berasal dari sumber text book, jurnal penelitian,
artikel, internet, peraturan dan laporan tugas akhir. Beberapa
literatur pendukung yang menunjang penelitian ini meliputi :
1. Karakteristik dan baku mutu air limbah cair industri bir dan
minuman ringan kabupaten Mojokerto.
2. Alternatif pengolahan pre–treatment (Dissolved Air Flotation)
beserta kelebihan dan kekurangan
3. Dosis optimum yang digunakan pada koagulasi-flokulasi
4. Kriteria desain, perhitungan dimensi dan efisiensi me-removal
setiap parameter pada penelitian terdahulu
3.3.3 Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data yang
relevan dan lengkap agar penelitian dalam skala laboratorium ini
dapat disesuaikan dengan skala lapangan. Pengumpulan data
disesuaikan dengan jenis data yang hendak didapatkan. Data-data
yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder:
a. Data Primer
• Uji Karakteristik Limbah Cair Industri Bir dan
Minuman Ringan.
Pengambilan sampel dilakukan pada inlet Instalasi
Pengolahan Limbah (IPAL). Parameter air limbah yang diuji
pada penelitian ini adalah minyak dan lemak. Hasil dari
analisis parameter dapat dilihat pada Tabel 3.2.
25
Tabel 3. 2 Hasil analisis parameter minyak dan lemak
No Hari/Tanggal Parameter Satuan Hasil
Analisa Baku Mutu
1 Senin, 26-12-2018 Minyak dan Lemak mg/L 24 1,7
2 Selasa, 27-12-2018 Minyak dan Lemak mg/L 26 1,7
3 Rabu, 28-12-2018 Minyak dan Lemak mg/L 24 1,7
4 Kamis, 29-12-2018 Minyak dan Lemak mg/L 28 1,7
5 Jumat, 30-12-2018 Minyak dan Lemak mg/L 27 1,7
Sumber : Hasil analisa penulis, 2018
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa parameter
minyak dan lemak masih diatas baku mutu pada Izin
Pembuangan Limbah Cair (IPLC) industri bir dan minuman
ringan
Gambar 3. 3 Effluent WWTP
(Dokumentasi Penulis, 2018)
Pada pengamatan fisik pada unit akhir IPAL terlihat tanda
layering pada gambar 3.3 yang menunjukkan bahwa kadar
minyak dan lemak yang masih diatas baku mutu yang disebabkan
salahsatunya karena proses produksi dan buangan dari kantin.
• Perhitungan Debit Air Limbah
Debit total air limbah industri bir dan minuman ringan yang
dihasilkan sebesar 912.700 L/hari dengan waktu operasi selama
24 jam per hari. Debit tersebut diperoleh dari data sekunder IPLC
industri.
26
Berdasarkan debit yang diperoleh selanjutnya dilakukan
pencarian debit saat pompa menyala pada level bak raw waste
water (RWW) mencapai 45% dan mati saat level 30 %.
Level 45 % = Qtotal
x 45%
= 912700 Lx 45%
= 40500 L
Level 30 % = Qtotal
x 30%
= 912700 L x 30%
= 27000 L
Qr = Level 45%
1,5
= 40500 L
1,5
= 27000 L
= 27 m3
Untuk perhitungan mencari waktu operasi dari bak RWW
selama sehari dapat dilihat pada persamaan 3.
Tsiklus = Qtotal
Level 30%
= 912700 L
27000 L
= 34 kali
Trunning = Tsiklus
1440 menit
= 34
1440 menit
= 42 menit
Dari data debit tersebut akan dilakukan pengecilan skala
ke ukuran laboratorium sebesar 1:150. Hal ini dikarenakan
penelitian dilakukan berdasarkan skala laboratorium. Debit akhir
yang akan digunakan sebesar :
Qrata - rata lab = (27 m3/42menit
150) x 42
27
= (0,18 m3/42 menit)
= 0,00429 m3/menit
= 4,3 L/menit
b. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan melalui peraturan. Data sekunder
yang dikumpulkan meliputi baku mutu air limbah industri bir dan
minuman ringan, kriteria desain IPAL. Baku mutu effluent air
limbah disesuaikan dengan IPLC (Izin Pembuangan Limbah
Cair), Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013
tentang Peraturan tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
industri dan usaha lainnya dan Permen LH Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah. Baku mutu yang digunakan
adalah industri minuman ringan.
Pada pengujian kadar minyak dan lemak, peneliti mengacu
pada buku praktikum teknik analisis pencemaran limbah cair dan
lumpur. Pengujian ini dilakukan sebelum dilakukan pengolahan
dan setelah dilakukan pengolahan untuk memperhitungkan
efisiensi penurunannya. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium
Teknik Lingkungan ITS dan Laboratorium Teknik Pengolahan
Limbah PPNS.
3.3.4 Rancangan Prototype
Perancangan desain diawali dengan pembuatan skema proses flow
diagram kemudian membuat detail engineering drawing untuk
masing-masing komponen proses yaitu: tangki tekan, reaktor DAF,
dan desain kelistrikan unit DAF. Perhitungan meliputi dimensi unit
prototype, kebutuhan pompa, kebutuhan bahan kimia, kebutuhan
pipa. Gambar detail ini berupa gambar setiap unit tampak atas,
samping dan potongan. Berikut adalah desain rancangan prototype
dissolved air flotation dapat dilihat pada Gambar 3.4.
28
Gambar 3. 4 Desain Rancangan Awal Prototype
(Dokumentasi Penulis, 2019)
3.3.5 Persiapan Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang perlu disiapkan meliputi peralatan
dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan prototype. Persiapan
alat dan bahan yang dibutuhkan terdapat pada data berikut
a. Alat :
Alat pemotong, siku, meteran pompa dengan kapasitas 2400
L/jam, drum 150 L.
• Reaktor
Reaktor pada prototipe ini pada unit tangki saturasi
menggunakan bahan carbon baja dengan ketebalan 8 mm
sedangkan pada unit flotasi menggunakan bahan akrilik
dengan ketebalan 10 mm yang keunggulannya 17 kali
lebih tahan terhadapa benturan dibandingkan bahan kaca,
sehingga secara teknis dapat bertahan pada hentakan
tekanan dinamik air.
• Pompa
Pada Penelitian ini dibutuhkan pompa untuk
mengalirkan air limbah industri bir dan minuman ringan
dari bak ekualisasi menuju unit flotasi. Spesifikasi pompa
didasarkan pada debit masuk dan debit recycle air limbah
industri bir dan minuman ringan.
29
A. Debit Air Limbah Masuk (Qin)
= 257 liter/jam
= 4,3 liter/menit
B. Debit Air Limbah Recycle (QR)
= 77,1 liter/jam
= 1,3 liter/menit
C. Tinggi Bak Ekualisasi = 100 cm
a.
Menurut Qin dan QR, maka dipilih pompa dengan
kekuatan hisap diatas 100 cm dengan spesifikasi sebagai
berikut:
• Pompa Celup Submersible Pump Kyodo SP 2400
L
Power = 60 Watt
Others Voltage = 220V – 240V/50Hz
Maximum Flow = 2400 L/jam
Maximum Head = 2,6 m
Maximum Water Temp. = 35oC
Gambar 3. 5 Submersibel pump (Sumber : tokopedia.com)
30
• Shell Pompa Air High Pressure Car Washing
Water Diaphragm Pump
Power = 60 Watt
Pressure PSI = 3000
Outer Diameter = 18 mm
Inner Diameter = 10 mm
Others Voltage = 12V – 24V
Current = 1,6A – 3,0A
Maximum Flow = 3,6 L/menit
Gambar 3. 6 Diaphgram pump (Sumber : jakartanotebook.com)
b. Bahan :
Resin, katalis, wax, triplek, pipa pvc, pipa besi, baut, mur, skimer,
rota meter, bar meter, diffuser, besi potongan, nozzle.
3.3.6 Pembuatan dan Perakitan Prototype
Pada tahapan ini dilakukan proses pengerjaan pembuatan
prototype yang mengacu pada gambar desain perancangan yang
telah dibuat dan juga alat dan bahan yang telah disiapkan.
31
3.3.7 Pengujian Alat
Pengujian pada alat dilakukan dengan mengacu dari hasil
perhitungan desain DAF dan meliputi 2 tahap.
Dengan prosedur kerja sebagai berikut :
1. Air limbah industri bir dan minuman ringan dipompa menuju
inlet dan debit di stabilkan 4,3 L/menit pada flowmeter.
2. Mengisi unit DAF hingga air keluar pada outlet.
3. Mengatur ketinggian level air hingga menyentuh batas sekat
miring menggunakan pipa model leher angsa pada outlet DAF.
4. Memompa air recycle dan menstabilkan debit 1,3 L/menit
pada flowmeter.
5. Membuka dan mengatur valve kompresor sampai tekanan
sesuai kebutuhan.
6. Mengatur bukaan cek valve sebelum dan sesudah kompressor
untuk mendapatkan tekanan sesuai kebutuhan.
7. Hentikan alat setelah 23 menit.
A. Commisioning
Pada tahapan ini dilakukan uji coba dan mendeteksi
kebocoran terhadap prototype yang telah dibuat beserta
komponen pendukung lainnya. Uji coba ini dilakukan dengan
menggunakan air bersih untuk mengetahui apakah alat sudah
berjalan sesuai dengan fungsinya atau belum. Apabila masih
belum sesuai dengan fungsinya maka akan dilakukan
pembenahan. Namun apabila sudah sesuai akan dilakukan proses
pengujian dengan air limbah yang telah ditentukan yaitu limbah
cair industri bir dan minuman ringan.
B. Pengujian dengan limbah cair industri bir dan minuman ringan
Pada tahapan ini dilakukan percobaan langsung pada
prototype yang telah dilakukan commissioning. Limbah cair
industri bir dan minuman ringan dipompa sisi contact zone dan
bertemu dengan aliran recycle yang mengandung udara
32
bertekanan dari tangki saturasi dengan varasi 2, 3, 4 bar melalui
pengaturan melalui compressor. Dengan laju air yang cukup
besar, air akan mengalir melalui si\si bawah tangki membelok
kemudian naik sampai kebagian atas menuju aliran keluar sebagai
air murni. Setelah itu, air limbah yang mengapung dan
membentuk flok - flok akan disaring melalui skimmer dan lumpur
yang telah diendapkan akan dialirkan menuju proses pengolahan
lumpur. Hasil effluent akan dilakukan pengujian di Laboratorium
untuk menentukan konsentrasi parameter minyak dan lemak
setelah diolah.
3.3.8 Analisa Minyak dan Lemak
Pada tahap penelitian ini dilakukan analisa terkait efisiensi
penurunan parameter minyak dan lemak pada limbah industri bir dan
minuman ringan. Berdasarkan buku penuntun praktikum teknik
analisis pencemaran limbah cair dan lumpur. Prosedur percobaan
metode gravimetri sebagai berikut :
a. Disiapkan beaker glass 500 ml 2 buah, beaker glass 100 ml 2
buah, gelas ukur 50 ml 1 buah, corong pisah 250 ml 1 buah,
corong 2 buah, kertas saring, statif, n-heksana, Na2SO4.
b. Dipanaskan beaker glass kosong di dalam oven dengan suhu
105°C selama 30 menit
c. Ditimbang beaker glass tersebut dengan neraca analitik dan
dicatat massanya
d. Dimasukkan 50 mL sampel dan 30 mL N-hexane ke dalam corong
pisah
e. Larutan dikocok selama 2 menit
f. Dipisahkan larutan lalu saring dengan menggunakan Na2SO4. dan
kertas saring
g. Dipanaskan minyak dan lemak yang telah diekstraksi selama 1
jam di dalam oven
h. Ditimbang dan dicatat massanya
33
Perhitungan Kadar minyak dan lemak hasil praktikum dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 % =𝑎− 𝑏
𝑎 𝑥 100% (3.1)
Dimana :
Kadar % = Kadar minyak dan lemak (%)
a = Berat beaker glass yang berisi larutan sebelum
dioven
b = Berat beaker glass kosong
Efisiensi penurunan kadar minyak dan lemak dari dissolved
air flotation dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐸 =𝐶𝑂 − 𝐶𝑖
𝐶𝑜 𝑥 100% (3.2)
Dimana :
E = Efisiensi removal (%)
Co = Konsentrasi parameter pencemar (Minyak dan Lemak)
sebelum diolah
Ci = Konsentrasi parameter pencemar (Minyak dan Lemak)
setelah diolah
3.3.9 Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah kesimpulan dan
saran. Pada tahap ini akan ditarik pernyataan singkat tentang hasil
analisis deskripsi dan pembahasan, selanjutnya akan dilakukan
pemberian saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
3.4 Tempat Penelitian
Tempat penelitian terdapat pada sub bab berikut :
3.4.1 Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah
1. Laboratorium Teknik Pengolahan Limbah PPNS
2. Workshop Rianto Advertising
34
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
35
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil dari penelitian beserta
pembahasannya. Pada penelitian ini dilakukan desain dan pengujian alat dengan
proses secara kontinyu. Unit pada alat terdiri dari tangki saturasi, zona kontak zona
flotasi dan zona pengendapan.
4.1 Rancangan Unit Dissolved Air Flotation
Penelitian ini direncanakan membuat rancangan unit skala laboratorium.
Hasil uji parameter minyak dan lemak dengan pada kondisi eksisting sebesar
28 mg/L. Skala dari debit asli 1:150 didapatkan kapasitas debit 6,171 m3/hari.
Perencanaan dissolved air flotation (DAF) meliputi dua unit pengolahan yaitu
unit tangki saturasi dan unit flotasi. Rancangan unit yang digunakan berupa
prototype dalam skala laboratorium. Data yang digunakan pada perhitungan ini
berdasarkan dengan data yang berada di lapangan dan asumsi berdasarkan
literatur.
4.1.1 Rasio A/S
Dalam desain DAF rasio udara per padatan penting untuk
menentukan kualitas effluent dalam proses pengapungan dapat
dihitung :
𝐴
𝑆 =
1,3 𝑠𝑎 (𝐹.𝑃−1)𝑅
𝑆𝑎.𝑄
Keterangan :
A/S = Rasio udara per solid
sa = Saturasi udara tekanan atmosfir (mg/L)
Sa = Konsentrasi solid (mg/L)
Q = Debit masuk (m3/d)
F = Fraksi pada tekanan
𝑃 = Tekanan absolut (kPa)
R = Debit Recycle (m3/d)
36
Diketahui :
• Debit Air Limbah (Q) = 6,171 m3/hari
• 𝜌 direncanakan = 2, 3, 4 bar
= 200, 300, 400 kPa
• Sa = 400 mg/L
• F = 0,5
• R direncanakan = 30 %
• Suhu = 37℃
Perhitungan :
• 𝑃 2 = ρ + 101,35
101,35
= 200 + 101,35
101,35
= 2,97 kPa
• 𝑃 3 = ρ + 101,35
101,35
= 300 + 101,35
101,35
= 3,96 kPa
• 𝑃 4 = ρ + 101,35
101,35
= 400 + 101,35
101,35
= 4,95 kPa
37
Tabel 4. 1 Tabel Saturasi Udara
Suhu (oC) sa
0 37,2
10 29,3
20 24,3
30 20,9
40 18,5
50 17,0
Sumber : Eckenfelder, 2000
• Interpolasi suhu 37℃ :
37-30
40-30 =
sa-20,9
18,5-20,9
7
10 =
sa-20,9
-2,4
-16,8 = (sa - 20,9) x 10
-16,8 = 10sa – 209
209 - (-16,8) = sa x 10
192,2 = sa x 10
sa = 19,22
• A/S pada saat tekanan 2 bar :
A
S =
1,3 x 19,22 x (0,5 x 2,97-1) x (6,171 x 30%)
400 x 6,171
= 0,0091
• A/S pada saat tekanan 3 bar :
A
S =
1,3 x 19,22 x (0,5 x 3,96-1 ) x (6,171 x 30%)
400 x 6,171
= 0,0184
• A/S pada saat tekanan 4 bar :
A
S =
1,3 x 19,22 x (0,5 x 4,95-1) x (6,171 x 30%)
400 x 6,171
= 0,0276
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil rasio A/S masih
memenuhi persyaratan pada range 0,005 – 0,060 (Metcalf and Eddy, 2014) dan
pengolahan menggunakan sistem teknologi DAF dapat diterapkan pada air limbah
industri bir dan minuman ringan.
38
4.1.2 Unit Tangki Saturasi
• Debit Air Limbah (Q) = 6,171 m3/hari
= 257 L/jam
• Rasio L/D tangki = 1,5 (Geankoplis, 1993)
• Komposisi tangki = 70% air : 30% udara
• td direncanakan = 2 menit (Octavian, 2007)
• % Recycle direncanakan = 30 % (Octavian, 2007)
• Q r = 30% x 257 L/jam
= 77,1 L/jam
= 1,29 L/menit
= 0,00129 m3/menit
• V = Q x td
= 0,00129 m3 x 2 menit
= 0,00257 m3
• V = 1/4 π D2 L
0,00257 m3 = 1/4 π 1,5 D3
D3 =
1
4 π1,5
0,00257
D = √0,002183
D = 0,130 m
= 130 mm
Hasil perhitungan diameter pipa kemudian dilihat pada katalog pipa
standart dan yang mendekati adalah ukuran 141,3 mm atau 5 inch dengan
ketebalan 8 mm.
L
D = 1,5
L = 1,5 D
= 1,5 x 148,3 mm
= 222 mm
Ketinggian air pada komposisi 70% = 212 mm x 70%
= 160 mm
39
Ruang udara pada komposisi 30% = 212 mm x 30%
= 70 mm
• V cek td = 1/4 π D2 L
= 1/4 π (0,1413 m)2 0,212 m
= 0,0038 m3
• Cek td = V
Q
= 0,0038 m3
0,00129 m3/menit
= 2,99 menit (sesuai kriteria desain 0,5 – 3 menit)
• Komposisi ruang liquid dan dan ruang udara
Vol Liquid
Vol Tangki :
Vol Udara
Vol Tangki
0,25 x π x (0,1413)2
x 0,16
0,25 x π x (0,1413)2
x 0,23 :
0,25 x π x (0,1413)2
x 0,007
0,25 x π x (0,1413)2
x 0,23
0,003 𝑚3
0,0036 𝑚3 : 0,0011 𝑚3
0,0036 𝑚3
70% : 30%
• Berdasarkan komposisi liquid 70% dari vol total, sehingga :
= 70% x Vol tangki total = 0,0771 m3
= Vol tangki total = 0,0771 𝑚3
70%
= 0,11 m3
= Vol ruang udara = 30% x 0,11 m3
= 0,033 m3
4.1.3 Unit Tangki Flotasi
• Hydraulic Loading Rate = 30 m3/m2.hari (Mackenzie L. Davies, 2010)
= 0,0208 m3/m2.menit
• td zona separasi direncanakan = 22 menit (Metcalf dan Eddy, 2007)
• Debit air :
Qf = Q awal + Q recycle
= 257 L/jam + 77,1 L/jam
= 334,1 L/jam
40
= 5,57 L/menit
= 0,00557 m3/menit
Vf = Qf x td
= 0,00557 m3/menit x 22 menit
= 0,1226 m3
Perhitungan :
A. Zona Kontak
• Direncanakan td = 3,5 menit (Metcalf & Eddy, 2014)
• Volume zona kontak = Qf x td
= 0,00557 m3/menit x 3,5 menit
= 0,0195 m3
• Direncanakan lebar = 40 cm = 0,4 m
• Direncanakan panjang = 10 cm = 0,1 m
• Luas alas = p x l
Luas alas = 0,040 m2
• Tinggi = Volume zona kontak
Luas alas
= 0,0195 m3
0,040 m2
= 0,49 m
= 0,5 m (pembulatan)
• V cek td = p x l x t
= 0,1 m x 0,4 m x 0,5 m
= 0,0200 m3
• Cek td = V
Q
= 0,0200 m3
0,00557 m3/menit
= 3,6 menit
41
B. Zona Separasi
• Lebar zona separasi = lebar zona kontak
= 0,40 m
• Hydraulic Loading (HL) = Qf
As
As =
Qf
HL
0,00557 m3/menit
0,0208 m3/m2.menit=
= 0,267 m2/menit
• Sehingga panjang zona separasi :
P = As
L
= 0,267 m2.menit
0,40 m
= 0,67 m
= 0,7 m (pembulatan)
• As cek HL = p x l
= 0,7 x 0,4
= 0,280 m2
• Cek HL = Qf
As
= 0,00557 m3/menit
0,0280 m2
= 0,0199 m3/m2.menit
(sesuai kriteria desain 0,208 – 0,083 m3/m2.menit)
• Tinggi air unit flotasi (h) = Vol air unit flotasi
As
= 0,0195 𝑚3
0,267 m2
= 0,46 m
• Tinggi total unit flotasi = h + (30% x h)
= 0,46 m + (30% x 0,46 m)
= 0,7 m
42
• V cek td = p x l x t
= 0,7 m x 0,4 m x 0,46 m
= 0,01283 m3
• Cek td = Vf
Qf
= 0,1283 m3
0,00557 m3/menit
= 23 menit
C. Zona Pengendap
• Direncanakan efisiensi removal = 75%
• Konsentrasi suspended solid = 400 mg/L
• Diskret dan grit = 90% x suspended solid
= 360 mg/L
• Berat jenis sludge = 2,02 kg/L
• Partikel terendapkan = 75% x 360 mg/L
= 270 mg/L
= 0,27 kg/m3
• Berat solid (Ms) per bak = Q x partikel terendapkan
= 0,257 m3/jam x 0,27 kg/m3
= 0,0694 kg/jam
= 1,666 kg/hari
• Volume sludge
= volume solid + volume air
= Ms
Ps +
Ma
Pa
= Ms.Pa + Ma.Ps
Ps.Pa
= (1,666 kg/hari x 1000 kg/m3) + (19 x 1,666 kg/hari x 2650 kg/m3)
1000 kg/m3 x 2650 kg/m3
= 0,0323 m3/hari
43
• Direncanakan periode pengurasan = 1 hari sekali
= 24 jam
• Volume sludge = 0,0323 m3/hari x 1 hari
= 0,0323 m3/hari
Gambar 4. 1 Sketsa ruang lumpur
Direncanakan :
− L1 = 0,4 m
− P1 = 0,6 m
− P2 = 0,1 m
− L2 = 0,2 m
• Ruang lumpur
Luas atas (A1) = 0,4 m x 0,6 m
= 0,24 m2
Luas bawah (A2) = 0,2 m x 0,1 m
= 0,02 m2
• Volume ruang lumpur adalah
V = 1
3 x t x (A1 + A2 + √A1 x A2 )
0,0323 m3/hari = 1
3 x t x (0,045 m2 + 0,18 m2 + √0,045 m2 x 0,18 m2 )
t = 0,294 m
= 0,3 m (pembulatan)
L1
L2
P1
P2
44
Dari hasil perhitungan setiap unit yaitu tangki saturasi dan
unit flotasi yang meliputi zona kontak, zona separasi, zona
sedimentasi dapat dilihat pada Tabel 4.2. Untuk bentuk hasil desain
setiap unit dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Tabel 4. 2 Desain Tangki Saturasi dan Unit Flotasi
Tangki Saturasi
Desain Nilai Satuan
td 2,99 menit
Diameter 0,148 m
Tinggi total 0,22 m
Level muka air max 0,16 m
Debit recycle max 0,00129 m3/menit
Volume 0,00257 m3
Zona Pengendap
Desain Nilai Satuan
Luas Bawah (A1)
Panjang 0,1 m
Lebar 0,2 m
Luas Atas (A2)
Panjang 0,6 m
Lebar 0,4 m
Periode pengurasan 1 hari
Tinggi 0,30 m
Volume 0,0323 m3
Unit Flotasi
Zona Kontak Zona Separasi
Desain Nilai Satuan Desain Nilai Satuan
Debit 0,0056 m3/menit Debit 0,0056 m3/menit
Lebar 0,40 m Lebar 0,40 m
Panjang 0,10 m Tinggi air 0,46 m
Tinggi 0,5 m Tinggi total 0,6 m
Volume zona kontak 0,01950 m3 Hydraulic loading 0,02083 m3/m2.menit
td 3,5 menit td 23 menit
45
Dari hasil desain DAF perlunya untuk dilakukan troubleshooting pada
Prototipe DAF ketika alat running bermasalah. Hal tersebut meliputi :
1. Kondisi pompa mati/tidak stabil
Hal-hal yang harus dicek meliputi :
1) Cek Aliran air
2) Cek Valve
3) Cek Voltase
2. Kondisi kompressor tidak bekerja
Hal-hal yang harus dicek meliputi :
1) Cek Stekker
2) Cek Valve
3) Cek Sekring otomatis
4) Cek Kabel olor
3. Kondisi flowmeter tidak dapat membaca
Hal-hal yang harus dicek meliputi :
1) Cek Kotoran Pada Saluran
2) Cek Valve
3) Cek Pompa
Gambar 4. 2 Hasil Desain Tampak Samping
Zona Sedimentasi
Zona Separasi
Zona Kontak
Tangki Saturasi
46
4.2 Pengaruh Tekanan Saturasi Terhadap Efektivitas DAF
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian
alat. Proses pengujian dilakukan dengan 2 tahap yaitu tahap commissioning
dan running. Commissioning merupakan tahap uji coba alat DAF untuk
memastikan tidak ada kebocoran pada setiap unit dan sistem perpipaan
sehingga siap digunakan. Selain itu juga dilakukan uji coba terhadap
komponen pendukung lainnya seperti pompa dan skimmer apakah sudah
berfungsi atau belum. Apabila masih belum sesuai dengan fungsinya maka
akan dilakukan pembenahan. Namun apabila sudah sesuai akan dilakukan
proses pengujian dengan air limbah industri bir dan minuman ringan.
Setelah selesai tahap commissioning maka selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel limbah industri bir dan minuman ringan sebanyak
500 liter lalu dibawa menuju ke lokasi penelitian yaitu di lab limbah ppns
untuk dilakukan proses pengujian pada prototype. Pengambilan sampel
limbah menggunakan 5 drum dengan kapasitas 150 liter. Setelah itu
dilakukan proses running yaitu air limbah di dalam drum dipompa menuju
unit zona kontak dengan menggunakan pompa kyodo submersibel dengan
kecepatan aliran maksimal 2400 liter/jam. Pada saat proses ini debit yang
masuk ke dalam zona kontak yaitu sebesar 258 liter/jam sedangkan
kapasitas dari pompa yaitu 2400 liter/jam, sehingga ditambahkan sebuah
valve untuk mengatur debit yang masuk ke zona kontak. Pengukuran debit
air ini menggunakan alat pembaca aliran yaitu rotameter. Pada proses
recycle air dipompa menggunakan pompa high pressure dengan debit
maksimal pompa 3,6 liter/menit sedangkan kebutuhan debit recycle 1,3
liter/menit sehingga ditambahkan sebuah valve setelah rotameter untuk
mengatur debit sesuai kebutuhan.
47
Pada zona kontak yang terlihat pada Gambar 4.3 terjadi sebuah
ikatan antara gelembung udara dengan partikel sehingga gelembung
udara dapat menyelimuti partikel.
Gambar 4. 3 Zona Kontak
(Sumber : Dokumentasi penulis, 2019)
Setelah melewati zona kontak aliran akan meluber ke zona
separasi dan akan terjadi pemisahan antara partikel dan gelembung.
Partikel yang mempunyai densitas lebih kecil (hidrofobik) dari air akan
mengapung dan yang memiliki densitas lebih berat (hidrofilik) dari air
akan mengendap dan jatuh pada zona pengendap seperti Gambar 4.4.b.
Aliran air yang tidak mengendap dan mengapung akan melewati 2 sekat
sehingga menjadi air bersih hasil olahan dan akan di recycle sebanyak
1.3 liter/menit menuju tangki saturasi.
Gambar 4.4 a. Zona Separasi Gambar 4.4 b.. Zona Pengendap
(Sumber : Dokumentasi penulis, 2019)
48
Tangki saturasi yang digunakan terdapat pada Gambar 4.5.
Gambar 4. 5 Tangki Saturasi
(Sumber : Dokumentasi penulis, 2019)
Hasil analisa dan variasi Tekanan 2,3,4 bar terdapat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Persen Efisiensi Tekanan
Sumber : Analisa Penulis, 2019
Berdasarkan penelitian skala lab DAF yang telah dilakukan,
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa peningkatan tekanan operasi di
tangki saturasi akan meningkatkan efisiensi penyisihan minyak dan
lemak. Peningkatan efisiensi minyak dan lemak yang dihasilkan
cukup signifikan dari tekanan 2 bar sampai tekanan 4 bar dengan
nilai rata – rata diatas 40%.
No. Tekanan (bar) Efisiensi
(%)
1 2 43,0
2 3 59,3
3 4 tanpa nozzle 71,0
4 4 dengan nozzle 99,4
49
Gambar 4. 6 Pengaruh Tekanan terhadap Efisiensi Penyisihan Minyak dan Lemak
(Sumber : Dokumentasi penulis, 2019)
Tekanan didalam pembentukan gelembung udara sangat berpengaruh,
karena semakin tinggi tekanan yang diberikan maka bentuk ukuran gelembung
udara akan semakin lebih kecil, sehingga hal ini akan membantu penyebaran udara
yang merata untuk dapat mengikat partikel minyak dan lemak di dalam cairannya.
Berdasarkan Gambar 4.6 di atas, walaupun tekanan operasi dicapai pada tekanan 4
bar setelah adanya penambahan nozzle, yaitu sebesar 99,4%, akan tetapi
sebenarnnya fluktuasi efisiensi penyisihan minyak dan lemak dari tekanan operasi
2 bar sampai 4 bar sebelum adanya penambahan nozzle tidak terlalu signifikan,
rentangnya berkisar antara 43,0% - 71,0%. Hasil pada 4 bar tanpa nozzle masih
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feris didapatkan efisiensi
penyisihan minyak dan lemak tanpa bantuan bahan kimia (koagulan dan flokulan)
yang baik antara 70% - 95% (Octavian, 2007).
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa semakin tinggi tekanan
operasi yang diberikan, maka udara yang terlarut di dalam tangki saturasi akan
semakin besar, sehingga setelah dilepas ke tekanan atmosfer maka udara yang
terlepas melalui nozzle sebagai gelembung – gelembung halus akan semakin
banyak, hal ini dapat mempengaruhi di dalam penyisihan minyak dan lemak yang
terkandung di dalam air limbah tersebut. Pernyataan diatas sesuai dengan hukum
43,0
59,3
71,0
99,4
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
2 3 4 tanpa nozzle 4 dengan nozzle
Efi
sien
si E
fflu
ent (%
)
50
Henry, dimana kelarutan udara dalam cairan berbanding lurus dengan tekanan gas
pada permukaan cairan (Shawwa and Smith, 1998).
Hasil konsentrasi limbah influent dan effluent berdasarkan variasi tekanan
terdapat pada Tabel 4.4
Tabel 4. 4 Rata – Rata Influent dan Effluent Minyak dan Lemak
Tekanan
(bar)
Influent
(mg/L)
Effluent
(mg/L)
2 254,1 144,8
3 256,5 104,4
4 255,6 74,2
4 254,7 1,6
Sumber : Analisa Penulis, 2019
Pada Tabel 4.4 hasil pada tekanan 4 bar dengan efisiensi 1,6 mg/L
menunjukkan bahwa tekanan optimum 4 bar dengan penambahan nozzle berhasil
menurunkan beban pencemar minyak dan lemak hingga dibawah baku mutu yang
telah ditetapkan pada IPLC industri bir dan minuman ringan sebesar 1,79 mg/L.
Efisiensi penyisihan minyak dan lemak yang paling optimum terjadi pada
tekanan operasi 4 bar setelah dilakukan penambahan nozzle dengan efisiensi
mencapai 99,40 %. Pada 4 bar efisiensi 71,0 % tidak mencapai kondisi optimum
dikarenakan tidak adanya nozzle pada jalur inlet zona kontak.
Gambar 4. 7 Garis Arus
(Sumber : Sarjito, 2016)
51
Pada Gambar 4.7 bagian atas ditunjukkan garis arus atau streamline pada
batas dinding saluran. Garis arus adalah garis yang setiap saat menjadi tempat
singgungan vektor-vektor kecepatan. Pada saat memasuki daerah transisi
(penampang 1), aliran mulai memisahkan diri dari dinding saluran dan mengalami
kontraksi sampai pada luas aliran terkecil yang disebut vena Contracta (penampang
3). Setelah itu, aliran mengalami ekspansi sampai pada penampang 4 dimana aliran
yang sebelumnya terpisah lalu bertemu kembali dengan dinding saluran sehingga
aliran memenuhi luasan saluran. Dengan demikian secara teoritis aliran yang
mengalami percepatan, tekanannya akan turun dan memenuhi sela-sela dinding
aliran pada zona kontak. Perhitungan secara teori dengan menggunakan hukum
bernoulli sebagai berikut :
• Asumsi :
1. Steady Flow
2. Incompersible Flow
3. Friction Flow
4. Flow along a streamline
5. h1 = h2
6. 𝜗1 = 0
• Diketaui :
P = 4 bar
= 400 kpa
𝜌 = 1300 kg/m3
• Tanpa Nozzle
• d1 PVC ¾’ = 22,4 mm
= 0,0224 m
• Q1 = A1 x 𝜗 1
= (𝑑1)2𝑥 𝜋
4 x V1
𝜗1 = 𝑄 𝑥 4
(𝑑1)2 𝑥 𝜋
𝜗 1 = 𝑄 𝑥 4
(0,0224)2 𝑥 𝜋
𝜗 1 = 7971,94 𝑄1
𝜋 m/s
52
𝜗 1 = 7971,94 x 9,33 𝑥 10−5 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3,14
𝜗 1 = 0,237 m/s
• 𝑃1
𝜌 +
𝜗12
2 + g.h1 =
𝑃2
𝜌 +
𝜗22
2 + g.h2
• 𝑃1
𝜌 -
𝑃22
𝜌 = ((
𝜗22
2 -
𝜗12
2) + (g.h2 – gh1))
• P1– P2 = (𝜗22
2 -
𝜗12
2) x 𝜌
• 𝑃1 = P2 tanpa nozzle + 1
2 𝜌 𝜗12
• 400 kpa = P2 tanpa nozzle + 1
2 x 1300 kg/m3 x (0,237 𝑚/𝑠)2
• 400 kpa = P2 tanpa nozzle + 36,51 pa
• P2 tanpa nozzle = 400 kpa – 0,0036 kpa
• P2 tanpa nozzle = 399,99 kpa
• P2 tanpa nozzle = 3,99 bar
• Dengan Nozzle
• d2 Nozzle = 3 mm
= 0,003 m
• Q2 = A2 x 𝜗 2
= (𝑑2)2𝑥 𝜋
4 x 𝜗 2
𝜗 2 = 𝑄 𝑥 4
(𝑑2)2 𝑥 𝜋
𝜗 2 = 𝑄 𝑥 4
(0,003)2 𝑥 𝜋
𝜗 2 = 444444,44 𝑄2
𝜋 m/s
𝜗 2 = 444444,44 x 9,33 𝑥 10−5 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3,14
𝜗 2 = 13,21 m/s
53
• 𝑃1
𝜌 +
𝜗12
2 + g.h1 =
𝑃2
𝜌 +
𝜗22
2 + g.h2
• 𝑃1
𝜌 -
𝑃22
𝜌 = ((
𝜗22
2 -
𝜗12
2) + (g.h2 – gh1))
• P1– P2 = (𝜗22
2 -
𝜗12
2) x 𝜌
• 𝑃1 = P2 nozzle + 1
2 𝜌 𝜗22
• 400 kpa = P2 nozzle + 1
2 x 1300 kg/m3 x (13,21 𝑚/𝑠)2
• 400 kpa = P2 nozzle + 113,42 kpa
• P2 nozzle = 400 kpa – 113,42 kpa
• P2 nozzle = 286,58 kpa
• P2 nozzle = 2,9 bar
Hasil perhitungan didapatkan bahwa tekanan di nozzle / titik 2 (P2) adalah
2,9 bar dengan kecepatan aliran sebesar 13,21 m/s, sementara untuk di titik 1/ tanpa
nozzle memiliki tekanan sebesar 3,99 bar dengan kecepatan aliran sebesar 0,237
m/s. Hal tersebut membuktkan bahwa penggunaan nozzle pada DAF lebih optimum
karena dapat mempercepat laju alir sehingga sebanding dengan kecepatan transfer
udara ke dalam air limbah.
Gambar 4.8 yang dimana gelembung yang dihasilkan tidak sesuai dengan
desain DAF yakni gelembung microbubble. Sehingga ikatan antara gelembung dan
partikel minyak dan lemak tidak merata dan justru akan membuat pecah ikatan pada
zona separasi. Sedangkan pada Gambar 4.9 terlihat perbedaan yang signifikan pada
pola persebaran gelembung sehingga ikatan antara gelembung dan partikel menjadi
lebih optimum.
Kumar. S.B, (1997), mengungkapkan kenaikan konsentrasi gelembung
udara dapat disebabkan oleh penggabungan dan pecahnya gelembung dalam kolom.
Ukuran gelembung mula-mula (initial bubble sizes) yang terbentuk dari distributor
udara memungkinan membesar, lalu semakin lama pecah ketika bergerak naik.
Sedangkan gelembung yang lebih kecil, semakin bergerak naik kecepatannya
berkurang sehingga meningkatkan konsentrasi udara.
54
Gambar 4. 8 Tanpa Nozzle Gambar 4. 9 Penambahan Nozzle
(Sumber : Dokumentasi penulis, 2019)
Hal ini juga karena faktor komposisi ruang liquid dan ruang udara di tangki
saturasi yang memadai. Menurut Eckenfelder (2000), selain faktor tekanan
banyaknya udara terlarut dalam air tergantung pada komposisi udara terlarut di
dalam tangki saturasi. Pada penelitian ini menerapkan debit recycle 30 % dengan
komposisi ruang liquid 70% : 30 % ruang udara yang mengacu pada hasil optimum
pada penelitian octavian didapatkan efisiensi pada debit recycle dan tekanan 4 bar
sebesar 93,64% (Octavian, 2007).
Berdasarkan seluruh hasil percobaan dan analisa di laboratorium yang telah
dilakukan, performa DAF skala lab pada percobaan ini relatif cukup besar dalam
menyisihkan kandungan minyak dan lemak dalam air limbah industri bir dan
minuman ringan , karena efisiensi yang didapatkan yaitu 99,4%. Performa yang
besar dipengaruhi oleh tekanan dan persentase penentuan recycle. Hal itu didukung
dengan hasil penelitian mulai dari 2 bar sampai 4 bar yang diberikan pada tangki
saturasi, maka udara yang terlarut di dalam air akan semakin banyak serta
kejenuhan di permukaan air limbah juga semakin tinggi. Pada saat air limbah yang
telah disaturasi tersebut dilepaskan ke dalam unit flotasi , maka akan menghasilkan
gelembung udara dalam jumlah banyak dan berukuran mikro. Dengan gelembung
udara mikro yang banyak diharapkan dapat mengikat partikel cair atau solid lalu
membawa naik ke permukaan air dan akan berefek pada efisiensi penyisihan
minyak dan lemak.
55
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan:
1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh dimensi untuk tangki saturasi
(L= 222 mm x D = 148,3 mm), zona kontak (100 mm x 400 mm x 500
mm), zona separasi (700 mm x 400 mm x 700 mm), zona sedimentasi
(A1= 400 mm x 600 mm , A2= 200 mm x 100 mm, H= 300 mm).
2. Prototype DAF pada tekanan 4 bar setelah adanya penambahan nozzle
mampu menurunkan konsentrasi beban pencemar minyak dan lemak
dari 254,7 mg/L menjadi 1,6 mg/L dengan efisiensi 99,4% dan telah
memenuhi baku mutu IPLC industri bir dan minuman ringan yaitu 1,7
mg/L,
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi recycle diatas
30% dan variasi tipe tangki saturasi
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai laju pembentukan
udara.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini dengan
penambahan bahan kimia (koagulan dan flokulan).
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian ini dengan
penambahan pipa venturi sebagai pengganti kompresor.
56
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
57
DAFTAR PUSTAKA
Adlan, M. N. B. 1998. A study of dissolved air flotatiqon tank design variables
and separation zone performance.
Arbita, A. A., & Kristijarti, A. P. (2011). Pembuatan bir jahe Emprit.
Candy, J. P., Didillon, B., Smith, E. L., Shay, T. B., & Basset, J. M. (1994). Surface
organometallic chemistry on metals: a novel and effective route to custom-
designed bimetallic catalysts. Journal of molecular catalysis, 86(1-3), 179-
204..
East, R. F. (2003). ’, Columbia Electronic Encyclopedia.
Eckenfelder, W. Wesley. 2000. Industrial Water Pollution Control, 3.
Edzwald, J. K. (2010). Dissolved air flotation and me. Water research, 44(7), 2077-
2106.
Edzwald, J. K. (1995). Principles and applications of dissolved air flotation. Water
Science and Technology, 31(3-4), 1-23.
Geankoplis, C. J. (1993). Transport Processes and Unit Operations, India: Asoke
K. Ghosh.
Gregory, R., Zabel, T. F., & Edzwald, J. K. (1999). Water quality and treatment.
Chapter, 7, 371-391.
Gunstone, F. D. (2004). The chemistry of oils and fats. Sources, Composition,
Properties and Uses. Great Britain: Blackwell Publishing Ltd. 345p.
Haarhoff, J., & Steinbach, S. (1996). A model for the prediction of the air
composition in pressure saturators. Water Research, 30(12), 3074-3082.
Herlina, N., & Ginting, H. S. (2002). Lemak dan minyak.
Hubbe, M. A., Metts, J. R., Hermosilla, D., Blanco, M., Yerushalmi, L., Haghighat,
F., ... & Elliott, A. (2016). Wastewater treatment and reclamation: A review
of pulp and paper industry practices and opportunities. BioResources, 11.
Ketaren, S. (1986). Pengantar teknologi minyak dan lemak pangan.
Kumar, S. B., Moslemian, D., & Duduković, M. P. (1997). Gas‐holdup
measurements in bubble columns using computed tomography. AIChE
Journal, 43(6), 1414-1425.
58
Maharani, V. S. (2017). Studi Literatur: Pengolahan Minyak dan Lemak Limbah
Industri (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Melo, M. V., Sant’Anna Jr, G. L., & Massarani, G. (2003). Flotation techniques for
oily water treatment. Environmental technology, 24(7), 867-876.
Ngili, Y. (2009). Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu.
Octavian, S. 2007. Pemisahan Minyak dan Lemak Dari Air Limbah Rumah
Makan Cepat Saji dengan Menggunakan Unit Dissolved Air Flotation.
Palaniandy, P., Adlan, M. N., Aziz, H. A., & Murshed, M. F. (2010). Application
of dissolved air flotation (DAF) in semi-aerobic leachate treatment.
Chemical Engineering Journal, 157(2-3), 316-322.
Penyisihan Minyak Lemak dan Padatan Tersuspensi pada Variasi Tekanan pada Air
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit. Jurnal Kimia Indonesia, 2(1).
Permana, D. 2008. Pengolahan Limbah Cair Yang Mengandung Amonia
Dengan Menggunakan Zeolit Alam Lampung Sebagai Bahan Pengikat
Dengan Metode Flotasi Udara : Studi Kasus Pengaruh pH, Koagulan
PAC, dan Surfaktan SLS. Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Purwanti, H. (2015). Identifikasi Pencemaran Lingkungan Limbah Cair Hasil
Pengolahan Alkohol dengan Metode Geolistrik (Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang).
Rahayuningwulan, D., & Cahyaningsih, S. (2010). Kinerja DAF dalam Penyisihan
Minyak Lemak dan Padatan Tersuspensi pada Variasi Tekanan pada Air
Limbah Industri Minyak Kelapa Sawit. Jurnal Kimia Indonesia, 2(1).
Rigas, F., Panteleos, P., & Laoudis, C. (2000). Central composite design in a
refinerys wastewater treatment by air flotation. Global Nest the Int. J, 2(3),
245-253.
Sarjito, S., Subroto, S., & Kurniawan, A. (2017). Studi Distribusi Tekanan Aliran
melalui Pengecilan Saluran Secara Mendadak dengan Belokan pada
Penampang Segi Empat. Media Mesin: Majalah Teknik Mesin, 17(1).
Shawwa, A. R., & Smith, D. W. (1998). Hydrodynamic characterization in
dissolved air flotation (DAF) contact zone. Water science and technology,
38(6), 245-252.
Shergold, H. L. (1984). The scientific basis of flotation. KJ Ives, Ed, 229, 287.
59
Siregar, S. A. (2005). Instalasi pengolahan air limbah. Kanisius.
Suharto, I. (2016). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air.
Widaningroem, R. 2004. Diktat Kuliah Pengolahan Limbah dan Pencegahan
Pencemaran. Departemen Teknik Gas dan Petrokimia FT-UI.
60
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
61
LAMPIRAN
62
63
LAMPIRAN A
DATA HASIL ANALISA
64
65
1. Data Hasil Penelitian Untuk Konsentrasi Dan Penyisihan Minyak Dan Lemak
Tabel A. 1 Efisiensi Penyisihan Minyak dan Lemak
Sumber : Analisa Penulis, 2019
Sampel W0 W1 W2 Kadar Minyak dan Lemak Rata - Rata
(mg/L)
Efisiensi
% % mg/L
Tekanan 2 Bar
S1(1) 214,13 226,71 214,41 5,5% 251,6 254,1
43,0 S1(2) 222,87 235,7 223,17 5,4% 256,6
S2(1) 214,18 221,43 214,42 3,3% 145 144,8
S2(2) 222,89 230,12 223,05 3,1% 144,6
Tekanan 3 Bar
S3(1) 214,14 226,8 214,86 5,6% 253,2 256,5
59,3 S3(2) 222,84 235,83 222,96 5,5% 259,8
S4(1) 214,11 219,22 214,16 2,3% 102,2 104,4
S4(2) 222,74 228,07 223,39 2,3% 106,6
Tekanan 4 Bar
S5(1) 214,16 226,82 214,53 5,6% 253,2 255,6
71,0 S5(2) 222,87 235,77 223,04 5,5% 258
S6(1) 214,15 217,91 214,49 1,7% 75,2 74,2
S6(2) 222,76 226,42 222,65 1,6% 73,2
S7(1) 222,93 235,63 223,03 5,4% 254 254,7
99,4 S7(2) 230,3 243,07 230,62 5,3% 255,4
S8(1) 223,05 223,12 222,84 0,0% 1,4 1,6
S8(2) 229,97 230,06 230,06 0,0% 1,8
66
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
67
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI KEGIATAN
68
69
Dokumentasi Analisa Minyak dan Lemak
Proses menimbang gelas beaker setelah di oven 150oC, Na2SO4, dan gelas
beaker setelah di oven 70 oC
Proses pengambilan N-Heksane 30 ml dan sampel air limbah 50 ml
Proses menghomogenkan sampel dengan N-Heksane, memisahkan, dan
menyaring larutan
70
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
71
Proses Perakitan Alat
Proses Commisioning
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
72
73
Proses Running
Tekanan 2 bar
Tekanan 3 bar
Tekanan 4 bar
74
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
75
LAMPIRAN C
GAMBAR RANCANGAN
76
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
77
78
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
79
80
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
81
82
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
83
84
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
85
86
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)
87
88
(Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)