tesis/pembelajaran... · psikomotor. data dianalisis menggunakan anava tiga jalan dengan desain...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN CTL DENGAN TEKNIK NETWORK TREE DAN SPIDER CONCEPT MAP
DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BERPIKIR PESERTA DIDIK
(Studi Eksperimen pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Peserta Didik
Kelas VII SMP Negeri 1 Sukosewu Bojonegoro Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Progran Studi Pendidikan Sains
Minat Bologi
Oleh
Mukayatun
S831108042
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Hai jema’ah jin dan manusia, jika
kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan.
یا معشر الجن واإلنس إن استطعتم أن تنفذوا من
أقطار السماوات واألرض فانفذوا ال تنفذون
إال بسلطان
Maka ni’mat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?
ربكما تكذبانفبأي آالء
(QS. Ar-Rahman: 33-34)
“Hidup adalah perjuangan yang harus disyukuri dan dinikmati”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
ü Suami dan anak-anak tersayang: Endro Lukito,
Melia Luki Hayati dan Riko Luki Lumaksono
serta keponakan.
ü Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sains,
khususnya minat Biologi.
ü Teman-Teman Guru dan Karyawan SMP Negeri
1 sukosewu.
ü Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
memberikan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu
kewajiban pada program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
pelaksanaan penelitian ini.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan ijin untuk penelitian ini juga dukungan dalam penyelesaian
penulisan.
3. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku dosen pembimbing I Program Studi
Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas
motivasi, masukan dan bimbingan yang sangat membantu dalam
penulisan tesis.
4. Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku dosen pembimbing II Program
Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret atas motivasi, masukan dan bimbingan yang sangat membantu
dalam penulisan tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
5. Drs. Marsusi, MS., Ph.D sebagai dosen validator content dan Dr. Baskoro Adi
Prayitno, M.Pd. validator construct Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret atas bimbingan dan
arahan dalam penelitian.
6. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
7. Pegawai dan Petugas Perpustakaan yang telah membantu dalam menemukan
refernsi yang dibutuhkan dalam penyusunan penelitan.
8. Mahasiswa S2 Pendidikan Sains angkatan September 2011 yang telah
membantu demi kelancaran dalam penyusunan penelitian.
9. Bapak Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu guru serta keluarga besar SMPN
1 Sukosewu yang memberi ijin dan senantiasa memotivasi dalam
menyelesaikan studi di UNS.
10. Suami dan anak-anak tersayang yang senantiasa memberikan motivasi dalam
penyelesaian studi di UNS.
11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga Allah SWT. memberikan balasan atas budi baik Bapak/Ibu.
Akhirnya penulis sangat mengharap bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,
terutama pembimbing agar dapat lebih sempurna untuk tugas-tugas berikutnya.
Surakarta, Januari 2013 Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Mukayatun, 2013. Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan CTL dengan Teknik Network Tree dan Spider Concept Map Ditinjau dari Kreativitas dan Gaya Berpikir Peserta Didik (Studi Eksperimen pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukosewu Semester Gasal Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si, II: Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map ditinjau dari kreativitas dan gaya berpikir terhadap hasil belajar peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukosewu Bojonegoro tahun pelajaran 2012/2013. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling terdiri dari 4 kelas VII B, VII D, VII E dan VII F. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode tes untuk hasil belajar kognitif, kreativitas, dan gaya berpikir. Metode angket untuk hasil belajar afektif. Metode observasi untuk mendapatkan data hasil belajar afektif dan psikomotor. Data dianalisis menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 menggunakan PASW 18. Berdasarkan hasil penelitan disimpulkan bahwa: 1. ada pengaruh antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map terhadap hasil belajar afektif dan psikomotor peserta didik, sedangkan kognitif tidak ada pengaruh; 2. ada pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar kognitif dan afektif peserta didik, sedangkan psikomotor tidak ada pengaruh; 3. tidak ada pengaruh antara gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik; 4. tidak ada interaksi antara pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map dengan kreativitas terhadap hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik; 5. ada interaksi antara pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar psikomotor peserta didik sedangkan kognitif dan afektif tidak ada interaksi; 6. ada interaksi antara kreativitas dan gaya berpikir terhadap hasil belajar kognitif peserta didik sedangkan afektif dan psikomotor tidak ada interaksi; 7. tidak ada interaksi antara pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map, kreativitas dan gaya berpikir terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Kata Kunci: Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), network tree, spider concept map, kreativitas, gaya berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Mukayatun, 2013. Biology Learning with CTL Approach with Network Tree Technique and Spider Concept Map Observed from Students’ Creativity and Thinking Style (Experimental Study on Organism Classification Material of Students Grade VII SMP Negeri (Public High School) 1 Sukosewu, Odd Semester, Year 2012/2013). THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si, II: Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D. Science Education Study Program, Postgraduate Program, Sebelas Maret University of Surakarta.
ABSTRACT
The research aimed to understand the influence of Biology learning with
CTL approach with network tree technique and spider concept map observed from creativity and thinking style towards students’ learning output.
This research used experimental method. Research population was all students of Grade VII of Public High School 1 Sukosewu Bojonegoro year 2012/2013. Sample was obtained by using cluster random sampling technique consisting of 4 classes which are VII B, VII D, VII E, and VII F. Data collection technique used testing method to obtain cognitive learning, creativity, and thinking style output. Questionnaire method to obtain affective learning output. Observation method to obtain affective and psychomotor learning output. Analysis data used three-way anova with factorial design 2 x 2 x 2 by using PASW 18.
The research concluded that: 1. there was an influence between biology learning with CTL approach with network tree technique and spider concept map on students’ psychomotor and affective learning output, while there wasn’t any influence on cognitive learning output; 2. there was an influence between high and low creativity on students cognitive and affective learning output, while there wasn’t any influence on psychomotor output; 3. there was an influence between sequencial and random thinking styles on students’ cognitive, affective, and pyschomotor learning output; 4. there wasn’t any interaction between CTL approached with network tree technique and spider concept map and creativity with students’ cognitive, afective, and psychomotor learning output; 5. there was an interaction between CTL approach with network tree technique and spider concept map and thinking style with students’ psychomotor learning output while there wasn’t any interaction with cognitive and affective learning output; 6. there was an interaction between creativity and learning style with students’ cognitive learning output while there wasn’t any interaction with affective and psychomotor learning output; 7. there wasn’t any interaction among CTL approach with network tree technique and spider concept map, creativity, and thinking style with students’ cognitive, affective, and psychomotor learning output.
Key Words: Contextual Teaching and Learning (CTL) approach, network
tree, spider concept map, creativity, thinking style.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……............................................................................ i
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................
PENGESAHAN PENGUJI .........................................................................
PERYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ………..
MOTTO ……………….………………………………………………….
PERSEMBAHAN ………………………………………………………..
KATA PENGANTAR .................................................................................
ABSTRAK ...................................................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
ABSTRACT ................................................................................................. x
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xi
xiv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 11
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 12
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 17
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
A. Kajian Teori ....................................................................................... 17
1. Hakekat Sains ................................................................... 17
2. Hakekat Pembelajaran Sains ......................................................... 21
3. Hakekat Keterampilan Proses Sains ............................................. 24
4. Teori yang Melandasi Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning ...................................................................................... 27
5. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) .............. 34
6. Network Tree dan Spider Concept Map ....................................... 38
7. Kreativitas ..................................................................................... 41
8. Gaya Berpikir ................................................................................ 46
9. Prestasi Belajar .............................................................................. 48
10. Materi Klasifikasi Makhluk Hidup ............................................... 51
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 62
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 65
D. Hipotesis ............................................................................................ 72
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 73
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 73
B. Jenis Penelitian ................................................................................. 74
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 75
D. Variabel Penelitian ........................................................................... 77
E. Teknik Pengambilan Data ................................................................ 78
F. Instrumen Penelitian ......................................................................... 80
G. Uji Coba Instrumen ........................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
H. Teknik Analisa Data.......................................................................... 87
I. Hipotesis Statistik ........................................................................... 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
A. Deskripsi Data Hasil Belajar ...........................................................
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Teknik
Pembelajaran ...............................................................................
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Kreativitas ……....
3. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir .......
B. Uji Prasyarat Analisis .......................................................................
1. Uji Normalitas .............................................................................
2. Uji Homogenitas .........................................................................
C. Pengujian Hipotesis ..........................................................................
1. Uji Anava……………………….................................................
2. Uji Lanjut Anava ....…………………………………......……..
D. Pembahasan Hasil Analisis ..............................................................
E. Keterbatasan Penelitian ....................................................................
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...............................
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Implikasi ..........................................................................................
C. Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
90
90
91
92
97
101
102
103
104
104
111
113
122
123
123
124
125
126
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 .Daftar Nilai UH IPA-Biologi........................................................ 5
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian............................................................ 73
Tabel 3.2 Desain Faktorial ………………………………………………....
Tabel 3.3 .Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ……………………………….
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Tes Kognitif dan Kreativitas ……………
Tabel 3.5 Hasil Uji Taraf Kesukaran ………………………………………
Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Beda …………………………………..…………
Tabel 4.1 Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Teknik Network Tree
dan Spider Concept Map ….........................................................
Tabel 4.2. Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Kreativitas ..........................
Tabel 4.3. Sebaran Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas ............
Tabel 4.4. Sebaran Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas ...............
Tabel 4.5. Sebaran Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas .......
Tabel 4.6 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir .................
Tabel 4.7 Sebaran Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Gaya Berpikir …
Tabe Tabel 4.8 Sebaran Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Gaya Berpikir ......
Tabel 4.9. Sebaran Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan Gaya Berpikir
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar …….......……....................
Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar …………….....................
Tabel 4.12. Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Ranah Kognitif ……...........
Tabel 4.13. Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Ranah Afektif …………….
75
83
84
86
87
91
92
93
94
96
97
98
99
100
102
104
105
107
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.14. Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Ranah Psikomotor ..............
Tabel 4.15. Post Hoc Test Scheffe Hipotesis Lima …….......................….
Tabel 4.16. Post Hoc Test Scheffe Hipotesis Enam …….............................
Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ....................................
109
111
112
121
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir …………………………………… 71
Gambar 4.1. Histogram Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Teknik
Network Tree dan Spider Concept Map……………….……. 91
Gambar 4.2. Histogram Rata-Rata Hasil Belajar Berdasarkan
Kreativitas …………………………………….......………… 92
Gambar 4.3. Histogram Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan
Kreativitas …………………………………….......…………. 93
Gambar 4.4. Histogram Hasil Belajar Afektif Berdasarkan
Kreativitas ……………………………………….................. 94
Gambar 4.5. Histogram Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan
Kreativitas…………………………………………….......…. 96
Gambar 4.6. Histogram Rata-Rata Hasil Belajar Berdasarkan
Gaya Berpikir .............………………......................………... 97
Gambar 4.7. Histogram Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan
Gaya Berpikir……………………..............................……… 98
Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Afektif Berdasarkan
Gaya Berpikir ……………………......................................… 99
Gambar 4.9. Histogram Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan
Gaya Berpikir…………………………………………….….. 101
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Silabus ……………………………………………………….. 130
Lampiran 2. RPP Network Tree 1 ………………………………………… 133
Lampiran 3. RPP Network Tree 2 …………………………………………..148
Lampiran 4. RPP Network Tree 3 …………………………………………..163
Lampiran 5. RPP Spider Concept Map 1………………………………….. 176
Lampiran 6. RPP Spider Concept Map 2…………………………………. 191
Lampiran 7. RPP Spider Concept Map 3……………………………………205
Lampiran 8. LKPD Network Tree 1……………………………………...… 218
Lampiran 9. LKPD Network Tree 2………………………………………... 226
Lampiran 10. LKPD Network Tree 3……………………………………….. 232
Lampiran 11. LKPD Spider Concept Map 1………………………………….238
Lampiran 12. LKPD Spider Concept Map 2 ……………………………….. 245
Lampiran 13. LKPD Spider Concept Map 3 …………………………………251
Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Kognitif …………………………………….…. 257
Lampiran 15. Soal Tes Kognitif………………………………………..…… 259
Lampiran 16. Kunci Jawaban Tes Kognitif …………………………….….. 270
Lampiran 17. Kisi-Kisi Angket Afektif ……………………………………. 271
Lampiran 18. Soal Angket Afektif ……………………………………….… 272
Lampiran 19. Kunci Jawaban Angket Afektif ……………………………… 275
Lampiran 20. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor ……………………………..... 276
Lampiran 21. Soal Tes Psikomotor …………………………………………. 277
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 22. Kunci Jawaban Tes Psikomotor……………………………… 281
Lampiran 23. Kisi-Kisi Tes Kreativitas …………………………………… 282
Lampiran 24. Soal Tes Kreativitas ………………………………………...…285
Lampiran 25. Kunci Jawaban Tes Kreativitas ……………………………… 289
Lampiran 26. Tes Gaya Berpikir ……...........................……………………..291
Lampiran 27. Lembar Jawab Penilaian Skor Gaya Berpikir……………….. 294
Lampiran 28. Olah Data Kreativitas Try Out ………………………………. 295
Lampiran 29. Analisis Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran,
dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar Try Out ………………… 296
Lampiran 30. Data Penelitian ……………………………………………… 298
Lampiran 31. Olah Data Deskripsi Kognitif………………………………... 299
Lampiran 32. Olah Data Deskripsi Afektif………………….……………… 303
Lampiran 33. Olah Data Deskripsi Psikomotor…………….…………….… 306
Lampiran 34 Olah Data Grafik Kognitif………………………………….… 310
Lampiran 35 Olah Data Grafik Afektif……………………..……………… 311
Lampiran 36 Olah Data Grafik Psikomotor………………………………… 312
Lampiran 37 Olah Data Prasarat Kognitif ………………………………… 313
Lampiran 38 Olah Data Prasarat Afektif…………………………………… 314
Lampiran 39. Olah Data Prasarat Psikomotor……………… ……………… 315
Lampiran 40. Olah Data Uji Anava Kognitif………………………………. 316
Lampiran 41. Olah Data Uji Anava Afektif …………………………………318
Lampiran 42. Olah Data Uji Anava Psikomotor………………………...……319
Lampiran 43. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintak ............................... 321
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 44. Foto Media ............................................................................. 326
Lampiran 45. Foto Pelaksanaan PBM ….............................……………..... 329
Lampiran 46. Lembar Observasi Penilaian Afektif ……............………..…341
Lampiran 47. Lembar Observasi Penilaian Psikomotor ………………… 348
Lampiran 48. Foto Network T. dan Spider CM. Hasil Kelompok ................ 353
Lampiran 49. Foto Network T. dan Spider CM. Hasil Individu .................. 354
Lampiran 50. Surat Keterangan Validasi ………………………………….. 356
Lampiran 51. Surat Keterangan Uji Coba Instrumen ……………………….365
Lampiran 52. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ………………….. 367
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang bertujuan
membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur sesuai dengan cita–cita dan
nilai–nilai masyarakat serta membentuk pribadi yang cerdas. Sistem hukum di
Indoneia telah mengatur beberapa aspek menyangkut pendidikan. Undang–
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 alinea ke tiga menyebutkan
tentang pernyataan “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pasal 31ayat 1 UUD
1945 mengatakan bahwa warga negara berhak mendapat pendidikan. Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Beberapa perundangan di atas menegaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia hendaknya mengedepankan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, disamping menjadi manusia yang cerdas, mandiri dan berdaya saing
tinggi. Melalui pencapaian tersebut dapat tercapai cita-cita menjadi
masyarakat/bangsa yang adil makmur dan sejahtera.
Berkaitan dengan proses pembelajaran, peraturan pemerintah (PP)
nomor 19 tahun 2005 tentang standar proses menyiratkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pembelajaran yang diselenggarakan hendaknya terlaksana secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotifasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kemampuan peserta didik untuk interaktif, inspiratif,
partisipasi aktif, prakarsa, kreativitas, dan mandiri tersebut merupakan hal yang
sangat dibutuhkan dalam mempelajari IPA.
Pembelajaran IPA atau sains mempunyai karakteristik pada produk,
proses dan aplikasi. Pembelajaran IPA atau sains menuntut bahwa dalam
proses pembelajaran guru harus melibatkan peserta didik secara aktif dan
kreatif sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Supaya hal tersebut
dapat terwujud dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP bertujuan memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dengan prinsip
diantaranya berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungan, serta tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Keberhasilan belajar merupakan tanggung jawab bersama pihak sekolah,
orang tua maupun masyarakat/lingkungan. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Menurut Slameto (2010) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ditekankan pada proses kegiatannya dan proses belajar lebih ditekankan pada
hasil belajar atau prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah faktor: 1) intern meliputi jasmaniah, psikologis, dan kelelahan; 2)
ekstern meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pelajaran IPA mempunyai ciri-ciri yang bukan sekedar mengedepankan
fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip–prinsip tetapi juga proses penemuan.
Pembelajaran IPA juga menekankan pada pentingnya produk dan proses. IPA
merupakan pelajaran dengan karakteristik khusus yaitu ilmu pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dan eksperimen, pengamatan dan deduksi
untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat
dipercaya (BSNP, 2006). Menurut Carin (et al. dalam Rustaman, 2005) sains
mengandung 4 hal, yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap dan
teknologi. Produk meliputi fakta, hukum, prinsip, dan teori. Proses atau
metode untuk mendapatkan pengetahuan. Sikap meliputi tekun, terbuka, jujur,
dan obyektif. Teknologi bahwa sains mempunyai keterkaitan digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran IPA guru sebagai pengelola proses pembelajaran
sangat mempengaruhi peningkatan hasil belajar. Guru hendaknya dapat
memilih dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik
materi pelajaran dan karekteristik peserta didik. Dengan memperhatikan
karakteristik materi pelajaran, guru dapat menentukan model yang sesuai
dengan materi pelajaran sehingga pelajaran dapat dipahami oleh peserta didik
dengan mudah. Perhatian pada peserta didik juga diperlukan karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kemampuan dan bakat peserta didik berbeda, menjadikan perbedaan pada
model yang diterapkan.
Pelajaran IPA-Biologi yang mempelajari makhluk hidup dan gejala-
gejala yang ada di sekitarnya tidak dapat lepas dari ketiga ranah dalam hasil
belajar. Kemampuan yang diharapkan dari proses belajar merupakan
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Kemampuan dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok (ranah) yaitu
kemampuan berfikir (kognitif), sikap (afektif), dan kemampuan gerak/
perbuatan tubuh (psikomotorik). Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan menggunakan pengetahuan dalam berbagai situasi, sesuai dengan
konteksnya. Kemampuan afektif berkaitan dengan sikap, perilaku, konsep diri
dan minat belajar peserta didik, sedangkan kemampuan psikomotorik yaitu
kemampuan berkaitan dengan gerak tubuh. Ketiga ranah tersebut tidak dapat
dipisahkan dan menjadi landasan dalam menentukan rancangan proses
pembelajaran serta sistem penilaianya yang tertuang dalam tujuan kurikulum
sekolah.
Implementasi/penilaian pada jenjang pendidikan di SD, SMP dan SMA
ditetapkan dengan Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai
oleh peserta didik. Setiap mata belajaran mempunyai batas yang berbeda,
disesuaikan dengan nilai kompleksitas, daya dukung, intake, dan indikator dari
setiap Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada mata pelajaran tersebut.
Bagi peserta didik yang memperoleh nilai kurang dari KKM dievaluasi
kembali sampai tercapai minimal nilai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Pembelajaran IPA-Biologi di SMP Negeri 1 Sukosewu umumnya
proses masih pasif dan aktif ketika diberikan tugas atau diperintah oleh guru.
Metode pembelajaran yang digunakan umunya ceramah dan diskusi serta
pemberian tugas. Jumlah peserta didik yang tidak tuntas dalam ulangan harian
mata pelajaran IPA-Biologi kelas VII semester gasal tahun pelajaran
2011/2012 tercantum dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daftar Nilai UH IPA-Biologi
No.
Materi Pelajaran
Kelas VII
A B C D E Jml
1 Gejala Alam Biotik dan
Abiotik - 3 4 2 3 12
2 Mikroskop - 3 5 3 4 15
3 Keselamatan Kerja - 1 2 2 2 7
4 Ciri-Ciri Makhluk Hidup - 2 3 4 4 13
5 Klasifikasi Makhluk
Hidup 2 4 5 6 4 21
Jumlah siswa 22 20 20 20 20
Sumber: Dokumen kumpulan nilai ulangan harian, Mukayatun (2011/gasal).
Peserta didik yang paling banyak tidak tuntas adalah pada materi pelajaran
Klasifikasi Makhluk Hidup. Oleh sebab itu materi pembelajaran tersebut
diperlukan proses pembelajaran yang aktif, yaitu diperlukan adanya
pendekatan dan teknik pembelajaran yang sesuai.
Merujuk pada uraian di atas dapat dikatakan bahwa ketrampilan guru
dalam pengembangan pendekatan dan teknik masih kurang dan terpusat pada
guru (teacher centered). Hal tersebut menyebabkan peserta didik bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pasif. Jika tidak dilakukan perubahan proses pembelajaran, maka peserta didik
yang menerima pembelajaran secara teacher centered, tingkat berfikirnya
hanya pada tahap mengingat, menghafal, jika diberikan soal penerapan (C3)
dan menganalisis (C4) secara umum belum mampu menyelesaiakan dengan
baik. Sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan supaya ada peningkatan hasil
belajar.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat akan membantu
berhasilnya proses pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran yang dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk memberikan variasi pada proses pembelajarn
adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran
konstektual adalah suatu pemdekatan pembelajaran yang menekankan pada
proses keterlibatan peserta didik secara langsung dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan dunia nyata
sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
akan meningkatkan prestasi belajar karena sesuai dengan nurani manusia yang
selalu bermakna, mampu memuaskan kebutuhan otak untuk menguatkan otak
dalam mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, yang
merangsang pembentukan struktur fisik otak dalam rangka merespon
lingkungan. Dalam pembelajaran kontekstual akan membantu guru mengaitkan
konten materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka (Johnson, 2011).
Melalui pendekatan kontekstual diharapkan peserta didik belajar dari
pengalaman sendiri bukan dari orang lain, pengetahuan dan ketrampilan itu
diperluas dari konteks-konteks yang terbatas (sempit) dan sedikit-sedikit dan
penting bagi peserta didik tahu manfaat belajar dan cara dia menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan. Materi yang diterima dari pengamatan yang
telah dilakukan akan mengembangkan asimilasi dan membentuk akomodasi
pada diri peserta didik. Asimilasi merupakan proses kognitif yang
mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema yang
sudah ada di pikirannya. Akomodasi adalah membentuk atau memodifikasi
skema dari proses asimilasi. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran
kontekstual akan mengalami asimilasi dan akomodasi sehingga mendapatkan
pengalaman yang tidak mudah dilupakan dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari (Suparno, 2005).
Menurut Trianto (2008) pendekatan kontekstual pada dasarnya
menekankan pentingnya peserta didik membangun sendiri pengetahuan
melalui keterlibatan dalam proses belajar-mengajar. Membangun pengetahuan
sesuai dengan pandangan konstruktivisme, bahwa belajar berarti membentuk
makna. Makna diciptakan oleh peserta didik dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan, dan alami. Menurut teori konstruktivisme mengajar bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke peserta didik, melainkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik membangun sendiri
pengetahuannya.
Keberhasilan proses belajar mengajar secara tidak langsung juga
dipengaruhi oleh teknik yang digunakan dalam mengajar guru. Teknik dalam
pembelajaran diantaranya adalah menggunakan peta konsep jenis Network tree
dan spider concept map. Network tree (diagram pohon) merupakan bagian peta
konsep dalam bentuk diagram yang memuat ide-ide pokok yang dibuat dalam
persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain dituliskan pada garis-garis
penghubung yang menunjukkan dari perihal umum ke khusus (Trianto, 2011).
Spider concept map (peta konsep laba-laba) merupakan bagian dari peta
konsep dalam bentuk diagram yang memuat ide-ide berangkat dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang belum tentu jelas
hubungannya satu sama lain (Trianto, 2011).
Keberhasilan proses belajar mengajar juga dapat dipengaruhi oleh
kreativitas peserta didik. Keativitas adalah suatu proses yang menghasilkan
sesuatu yang baru hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Menurut Munandar (2009) salah satu faktor yang menentukan keberbakatan
seseorang adalah kreativitas untuk berprestasi.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar
mengajar adalah gaya berpikir. Gaya berfikir adalah suatu bentuk perilaku
yang diakibatkan oleh dominansi otak (kiri atau kanan) dalam memproses
informasi hingga menciptakan solusi yang lebih seimbang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menyelesaikan permasalahan dalam situasi dan kondisi rangsangan yang
berbeda-beda (DePorter, 2011)
Gaya berpikir dibedakan menjadi dua yaitu sekuensial dan acak. Gaya
berfikir sekuensial dibedakan menjadi: sekuensial konkret dan sekuensial
abstrak sedangkan gaya berfikir acak dibedakan menjadi acak konkret dan acak
abstrak. Seseorang yang memiliki gaya berpikir sekuensial cenderung
memiliki dominasi otak kiri, sedangkan seseorang seseorang yang memiliki
gaya berpikir acak cenderung memiliki dominansi otak kanan dalam
memproses informasi untuk menghasilkan solusi terhadap permasalahan atau
informasi yang diterima melalui alat indera. Aktivitas yang berbeda akan
memerlukan cara berpikir yang berbeda pula. Keuntungan seseorang
mengetaui gaya berpikir adalah dirinya dapat mengetahui cara berpikirnya
yang lebih dominan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Pembelajaran Biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map ditinjau dari
kreativitas dan gaya berfpikir peserta didik”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, terdapat beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Tiga belas persen peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukosewu yang
prestasi belajar Biologinya belum mencapai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat tekstual.
3. Pembelajaran berlangsung satu arah, guru sebagai titik sentral dalam
pembelajaran (teacher centered).
4. Dalam interaksi belajar mengajar guru belum sepenuhnya memperhatikan
faktor-faktor internal peserta didik yang sebenarnya mempengaruhi proses
belajar mengajar.
5. Guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar belum menerapkan
keterampilan proses sains.
6. Peserta didik beranggapan bahwa pelajaran biologi itu hafalan, sulit, dan
tidak menyenangkan.
7. Peserta didik beranggapan pelajaran biologi tidak ada hubungannya
dengan kehidupan sehari-hari.
8. Peserta didik belum sepenuhnya dapat menghubungkan satu konsep
dengan konsep yang lain.
9. Peserta didik belum sepenuhnya dapat membuat ringkasan dalam bentuk
peta konsep sebagai alat bantu untuk mempermudah pemahaman.
10. Peserta didik suka membuat coretan di bangku dan kursi pada waktu guru
berhalangan masuk kelas.
11. Kreativitas peserta didik yang bervariasi menjadikan proses belajar yang
berbeda-beda selama pembelajaran.
12. Kemampuan kreativitas peserta didik belum dipertimbangkan oleh guru.
13. Gaya berpikir peserta didik yang bervariasi menjadikan kemampuan
menerima materi yang telah disampaikan bervariasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
14. Gaya berpikir yang dimiliki peserta didik belum dipertimbangkan oleh
guru.
15. Materi Klasifikasi Makhluk Hidup belum disajikan guru dengan teknik
yang sesuai dengan karakteristiknya.
16. Materi Klasifikasi Makhluk Hidup belum dikaitkan oleh guru dengan
materi sebelumnya yaitu Ciri-ciri Makhluk Hidup.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini memiliki arah dan terfokus, maka perlu adanya
pembatasan sebagai berikut:
1. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukosewu Kelas VII semester
gasal tahun pelajaran 2012/2013.
2. Materi yang akan diberikan kepada peserta didik Kompetensi Dasar (KD)
6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki.
3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah Contextual Teaching and
Learning (CTL) dengan tujuh komponen yang meliputi (1)
Konstruktivisme, (2) Inkuiri, (3) Bertanya, (4) Masyarakat belajar, (5)
Pemodelan, (6) Refleksi dan (7) Penilaian nyata. Penilaian meliputi
afektif, kognitif, dan psikomotor.
4. Teknik pembelajaran yang digunakan yaitu network tree (jaringan pohon)
dan spider concept map (peta konsep laba-laba). Teknik ini dikerjakan
peserta didik melalui proses mengerjakan lembar kerja peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(LKPD). Hubungan konsep-konsep tentang klasifikasi makhluk hidup
dituangkan dalam bentuk network tree dan spider concept map.
5. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru atau
menghubungkan dengan kemampuan yang sudah diperoleh sebelumnya.
Kreativitas peserta didik diukur dengan tes kreativitas verbal dan figural
dikelompokkan menjadi kreativitas tinggi dan rendah.
6. Gaya berpikir adalah suatu bentuk perilaku yang diakibatkan oleh
dominansi otak (kiri atau kanan) dalam memproses informasi sehingga
menciptakan solusi yang lebih seimbang. Gaya berpikir peserta didik
diukur dengan memberikan tes gaya berfikir dibedakan menjadi
sekuensial dan acak.
7. Hasil belajar yang dimaksud adalah upaya yang dicapai peserta didik pada
materi Klasifikasi Makhluk Hidup berupa nilai kognitif, afektif, dan
psikomotor.
8. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan siswi kelas VII yang
menjadi sampel penelitian.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan beberapa masalah berikut:
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map terhadap hasil belajar
peserta didik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Apakah ada pengaruh antara kreativitas tinggi dan kreativitas rendah
terhadap hasil belajar peserta didik?
3. Apakah ada pengaruh antara gaya berpikir sekuensial dan gaya berpikir
acak terhadap hasil belajar peserta didik?
4. Apakah ada pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan
pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map
dengan kreativitas terhadap hasil belajar peserta didik?
5. Apakah ada pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan
pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map
dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar peserta didik?
6. Apakah ada pengaruh interaksi antara kreativitas tinggi dan rendah dengan
gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik?
7. Apakah ada pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan
pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map,
kreativitas dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar peserta didik?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik
network tree dan spider concept map terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar peserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3. Pengaruh antara gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar
peserta didik.
4. Pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik dengan network tree dan spider concept map dengan
kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar peserta didik.
5. Pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map dengan gaya berpikir
skuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik.
6. Pengaruh interaksi antara kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya
berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik.
7. Pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map, kreativitas tinggi dan
rendah dengan gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar
peserta didik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
digunakan untuk mengembangkan pembelajaran yang dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Sebagai tambahan referensi bagi guru dalam pembelajaran biologi
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan
teknik network tree dan spider concept map.
c. Memberi latihan kepada peserta didik dalam mempelajari materi biologi
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dengan
teknik network tree dan spider concept map.
d. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.
e. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian
lain yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru:
1) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam rangka
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.
2) Memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih
dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi, kesiapan peserta didik, dan vasilitas sekolah
sehingga pembelajaran dapat merangsang peserta didik dalam
mengembangkan kemampuannya.
3) Melakukan verifikasi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
dengan teknik network tree dan spider concept map dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
4) Diharapkan dapat memberikan motivasi kepada guru supaya
mampu mengembangkan pendekatan kontekstual sehingga dapat
meningkatkan kreativitas dan kemampuan gaya berpikir peserta
didik dalam pembelajaran.
b. Bagi sekolah:
1) Memberikan sumbangan dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan untuk mendukung setiap usaha kondusif dalam
menumbuhkan pengetahuan, minat, dan sikap dalam pembelajaran
IPA-Biologi.
2) Merupakan salah satu alternatif solusi pemecahan masalah
pendidikan khususnya pembelajaran IPA-Biologi dalam rangka
meningkatkan prestasi pendidikan Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakekat Sains
Pada hakekatnya sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses
ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu sains dipandang pula sebagai proses,
produk, dan prosedur (Marsetio cit Trianto, 2008). Sebagai proses
diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru sebagai hasil
proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar
sekolah. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang
dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim
disebut metode ilmiah (scientific method).
Selain sebagai proses dan produk (Joesoef cit Trianto, 2008)
pernah menganjurkan agar sains dijadikan sebagai suatu “kebudayaan”
atau intuisi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi maupun inspirasi. Menurut
Laksmi (cit Trianto 2008) bahwa sains hakekatnya merupakan suatu
produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk sains merupakan
sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep serta bagan
konsep. Sebagai proses, sains merupakan proses yang digunakan untuk
mempelajari suatu obyek studi, menemukan, dan mengembangkan
produk-produk sains. Sebagai aplikasi teori-teori sains akan melahirkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Sains dalam
interaksinya dengan teknologi dan masyarakat banyak terulas dalam
berbagai pembelajaran seperti Science, Technology, and Society (STS) dan
Science, Environment, Technology, and Society (SETS) serta kontekstual
(CTL).
Belajar sains menurut Liliasari (2011) sebagai cara berpikir
meliputi keyakinan (belief), rasa ingin tahu (curiosity), imajinasi
(imagination), penalaran (reasoning), hubungan sebab akibat (cause-Effect
Relationship), pengujian diri dan skeptis (self-examination and
skeptiscism), keobyektifan, dan berhati terbuka (Objectivity and open-
mindedness). Sebagai cara untuk menyelidiki belajar sains dapat berupa
metode ilmiah, yang titik beratnya adalah berhipotesis (hypothesis),
pengamatan (observation), melakukan eksperimen (experimentation), dan
menggunakan matematika (mathematics).
Secara umum sains meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu biologi,
fisika, dan kimia. Ilmu sains merupakan ilmu yang lahir dan berkembang
lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan
serta penemuan teori, dan konsep. Ilmu sains adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala alam melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal (Sunarno, 2011).
Secara khusus fungsi dan tujuan sains berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan keyakinan terhadap TuhanYang Maha Esa. 2. Mengembangkan ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah. 3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains
dan teknologi. 4. Menguasa konsep sains untuk bekal hidup dimasyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Depdiknas, 2003).
Fungsi dan tujuan tersebut jelas bahwa hakikat sains menekankan
pada dimensi nilai ukhrowi, di mana dengan memperhatikan keteraturan di
alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah
kekuatan yang Maha Dasyat yang tidak dapat dibantah yaitu Allah SWT.
Menurut Trianto (2008) sekalipun sains tidak menjangkau nilai-
nilai moral dan tidak membahas nilai-nilai keindahan (estetika), sains
mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Nilai-nilai
non kebendaan yang terkandung dalam sains antara lain:
a. Nilai Praktis
Penerapan dari penemuan–penemuan sains telah melahirkan
teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat.
Kemudian dengan teknologi membantu mengembangkan penemuan-
penemuan baru yang secara langsung maupun tidak dapat bermanfat
bagi manusia. Dengan demikian sains mempunyai nilai praktis yaitu
bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Nilai Intelektual
Metode ilmiah digunakan dalam sains banyak dimanfaatkan
manusia untuk memecahkan masalah, baik masalah alamiah, sosial,
ekonomi dan sebagainya. Metode ilmiah telah melatih keterampilan,
ketekunan dan melatih mengambil keputusan dengan pertimbangan yang
rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi pengguna. Keberhasilan
memecahkan masalah akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan
demikian metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual, atau
nilai intelektual.
c. Nilai Kependidikan
Dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi serta
diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran sains, maka sains diakui
sebagai pelajaran dan alat pendidikan. Sains dan pelajaran lain
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut
antara lain:
1). Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah,
2). Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan menggunakan peralatan untuk memecahkan masalah.
3). Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah (Trianto, 2008).
d. Nilai Keagamaan
Secara empiris orang yang mendalami sains semakin sadarlah
dirinya akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan adanya
keterkaitan di dalam alam raya ini dengan Maha Pengaturnya. Walau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
bagaimanapun manusia membaca, mempelajari, dan menterjemahkan
alam, manusia makin sadar akan keterbatsan ilmunya.
Seorang ilmuwan yang beragama lebih tebal keimanannya,
karena selain didukung dogma-dogma agama juga ditunjang oleh alam
pikiran dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam, sebagai
manifestasi kebenaran Tuhan. Charles Thownes peraih nobel 1964
mengatakan bahwa banyak orang merasakan bahwa pastilah ada
sesuatu yang maha pintar di balik kehebatan hukum alam. Bahwa sains
mempunyai nilai keagamaan yang sejalan dengan pandangan agama
sehingga Albert Einstein menggambarkan ungkapan sains tanpa agama
adalah buta dan agama tanpa sains adalah lumpuh (Trianto, 2008).
2. Hakikat Pembelajaran Sains
Cakupan yang terdapat dalam sains meliputi alam semesta
keseluruhan, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut
bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang
tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu secara umum sains
dipahami sebagai ilmu kealaman yaitu ilmu tentang dunia zat, baik
makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Dan secara umum sains
dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah–langkah
observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis
melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan
konsep. Dapat dikatakan bahwa hakikat sains adalah ilmu pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang mempelajari gejala–gejala melalui serangkaian proses yang dikenal
dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmia dan hasilnya
terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen
terpenitng berupa konsep, prisip, dan teori, yang berlaku secara universal
(Trianto, 2008).
Merujuk pada hakikat sains sebagaimana dijelaskan diatas, maka
nilai-nilai sains yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran sains antara
lain :
a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sitematis menurut langkah–langkah metode ilmiah;
b) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah;
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitanya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan (Laksmi, cit Trianto, 2008).
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan,
maka pendidikan sains di sekolah mempunyai tujuan–tujuan tertentu yaitu:
a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap;
b) Menamkan sikap hidup ilmiah; c) Memberikan keterampilan untruk melakukan pengamatan; d) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuwan penemunya; e) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam
memecahkan permasalahan (Laksmi, cit Trianto, 2008 ).
Melihat model demikian menurut Kardi dan Nur (cit Trianto, 2008) bahwa
hakikat sains pasti tercermin dalam tujuan pendidikan dan metode
mengajar yang digunakan. Dengan demikian pembelajaran sains pada
tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berbagai pandangan tentang makna sains, yang dalam konteks pandangan
hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan sosial manusia.
Pembelajaran sains secara khusus sebagai tujuan pendidikan secara
umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi Bloom diharapkan dapat
memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari
pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar
dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari–hari.
Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat
memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan
serta keteraturanya. Disamping hal itu pembelajaran sains diharapkan pula
memberikan ketrampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah
(afektif), pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi. Di dalam mencari jawaban
terhadap suatu permasalahan. Karena ciri–ciri tersebut yang membedakan
dengan pembelajaran lainya (Trianto, 2008).
Sardiman (2011) menyatakan bahwa istilah pembelajaran
berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar,
mengajar, dan pembelajaran saling berkaitan dan terjadi bersama-sama.
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction,
mempunyai pengertian serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran dapat
diartikan bahwa proses belajar dalam diri siswa terjadi, baik karena ada
yang secara langsung mengajar (guru) ataupun secara tidak langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang
lain).
Menurut Ibnu (2011) menyatakan bahwa pembelajaran sains pada
dasarnya adalah memfasilitasi anak didik agar dapat menguasai process
skills yang diperlukan unyuk memahami, menjelaskan, dan
mengembangkan isi keilmuan sains itu sendiri. Dengan kata lain
pembelajaran sains bermuatan isi (content) dan proses keilmuan. Content
sains memuat fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Sementara proses
memuat skills yang diperlukan untuk mengkaji alam semesta dan isinya
seperti mengamati, mengklasifikasi, memaknai, membuat hipotesis,
melakukan eksperimen, dan menarik kesimpulan. Skills yang dimaksud
disini bukan sekedar physical skills, tetapi juga mental skills. Rangkaian
kemampuan fisik-mental untuk belajar sains ini dikenal dengan
keterampilan proses (process skills).
3. Hakikat Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian Keterampilan Proses
Pengertian keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan
ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat
digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/flasifikasi (Indrawati,
cit Trianto, 2008). Dengan kata lain keterampilan ini dapat digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
sebagai wahana penemuan dan pengembangan konsep/prinsip/teori.
Konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan ini akan
memantapkan pemahaman tentang keterampilan proses tersebut.
Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari
latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan–kemampuan yang lebih tinggi (Wahyana, cit
Trianto, 2008). Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan
terlatih, lama kelamaan akan menjadi suatu keterampilan.
Sudarisman (2010) menyatakan bahwa pembelajaran sains idealnya
dirancang dengan kegiatan yang memungkinkan peserta didik tidak hanya
mempelajari pengetahuan deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum,
tetapi juga belajar tentang pengetahuan prosedural berupa cara memperoleh
informasi melalui ketrampilan ilmiah (hands on), keterampilan berpikir
(minds on) sebagaimana para ilmuwan bekerja sehingga dapat
dikembangkan sikap ilmiah (hearts on) seperti jujur, teliti, sabar,
menghargai pendapat orang lain, dan lain-lain.
Funk (cit Indrawati, cit Trianto, 2008) membagi keterampilan
proses menjadi dua tingkatan, yaitu keterampilan proses tingkat dasar (Basic
Science Process Skill) dan Keterampilan proses terpadu (Integrated Science
Process Skill). Keterampilan proses tingkat dasar meliputi: observasi,
klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan inferensi. Sedangkan
keterampilan proses terpadu meliputi: menentukan variabel, menyusun tabel
data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menetukan variabel secara
operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksperimen.
Ketrampilan proses diantaranya:
a. Pengamatan adalah penggunaan indera–indera. Mengamati
dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan
pembauan.
b. Pengklasifikasian adalah mengelompokkan obyek-obyek menurut sifat-
sifat tertentu.
c. Penginferensian adalah menggunakan sesuatu yang diamati untuk
menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensian berlangsung
melampaui sesuatu pengamatan untuk menafsirkan sesuatu yang telah
diamati.
d. Peramalan adalah pengajuan hasi-hasil yang mungkin dihasilkan dari
suatu percobaan.
e. Pengkomonikasian adalah mengatakan yang diketahui dengan ucapan,
kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi atau grafik.
f. Pengukuran adalah penemuan ukuran suatu obyek, massa suatu obyek,
banyak ruang yang ditempati suatu obyek.
g. Penggunaan bilangan, meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan.
h. Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah
dikumpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
i. Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam
eksperimen semua variabel harus dijaga tetap sama kecuali variabel
manipulasi.
j. Pengontrolan variabel adalah memastikan bahwa segala sesuatu dalam
suatu percobaan tetap sama kecuali satu faktor.
k. Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang
akan diuji tentang sesuatu yang akan terjadi.
l. Pendefisien secara operasional adalah perumusan suatu definisi yang
berdasarkan pada sesuatu yang diamati.
m. Membangun model adalah membangun presentasi ide, obyek-obyek atau
kejadian-kejadian secara verbal, mental atau fisik, dan menggunakan
presentasi tersebut untuk menjelaskan atau menunjukkan hubungan-
hubungan.
n. Mengajukan pertanyaan adalah meminta penjelasan, tentang apa,
mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis.
4. Teori yang melandasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
a. Konstruktivisme
Teori belajar Konstruktivisme menyatakan bahwa belajar
merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti teks, dialog,
pengalaman fisis, dan lain–lain. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga
pengertianya dikembangkan.
Proses tersebut antara lain bercirikan belajar berarti membentuk
makna, konstruksi melalui proses yang terus menerus, belajar bukanlah
kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih suatu pengembangan
pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Proses belajar
sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman pelajaran dengan dunia fisik dan lingkunganya, serta hasil
belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar,
konsep–konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan
bahan yang dipelajari. Menurut teori Konstruktivisme suatu prinsip yang
paling penting adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada peserta didik, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan
dibenaknya.
b. Teori Piaget
Belajar merupakan pandangan kognitf merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek-aspek kejiwaan lainya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat komplek. Proses belajar terjadi antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikan dengan
struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
Menurut Piaget (cit Dahar, 1989) perkembangan kognitif
dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi. Secara singkat, asimilasi adalah pemaduan data baru dengan
struktur kognitif yang ada. Akomodasi adalah penyesuaian struktur
kognitif terhadap situasi baru dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali
yang terus–menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Gredler cit
Dahar, 1989). Piaget membagi proses pengembangan kognitif menjadi
beberapa tahapan, setiap tahapnya memiliki ciri dan disesuaikan dengan
umurnya. Pada setiap proses perkembangan ini selalu terjadi proses
asimilasi dan akomodasi dan kesetimbangan (ekuilibrasi).
Menurut Piaget (cit Dahar, 1989) setiap individu mengalami
tingkat perkembabngan intelektual sebagai berikut: (1) sensori motor (0-2
tahun); (2) pra-operasional (2-7 tahun); (3) operasional kongkret (7-11
tahun); (4) operasi formal (11 tahun keatas). Piaget berpendapat bahwa
proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari
berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat tahapan
tersebut.
Analisis perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget
dapat digunakan untuk mencocokkan kurikulum terhadap kemampuan
siswa. Pengetahuan dari teori Piaget juga membantu guru untuk menilai
tingkat perkembangan kogntif siswa. Untuk peserta didik SMP masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pada katagori ketiga dari teori Piaget yaitu operasional konkrit, sehingga
diharapkan melalui pembelajaran contextual learning siswa akan
dihadapkan pada kondisi pembelajaran nyata atau konkret, melalui
eksperimen atau penelitian.
c. Teori Bruner
Belajar penemuan menurut Bruner sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya akan
memberikan hasil yang paling baik. Didalam proses belajar Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Peserta didik sebaiknya
berusaha sendiri dan berpartisipasi aktif dalam memperoleh pengetahuan
dari pengalaman – pengalaman dan eksperimen-eksperimen.
Bruner (cit Dahar, 1989) berpendapat model belajar penemuan
(Inquiry Learning) yang dikembangkannya beranggapan bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dan dengan sendiriya memberikan hasil yang paling baik. Selama kegiatan
mengajar berlangsung, siswa diberi kesempatan untuk mencari atau
menemukan sendiri makna dari segala sesuatu yang dipelajarinya.
Dalam penelitian ini sangat jelas kaitanya dengan teori Bruner,
karena dalam model contextual learning peserta didik benar-benar diberi
kebebasan dalam mencari dan menemukan serta memecahkan masalahnya
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d. Teori Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausubel
dalam teori belajar menekankan pada “belajar bermakna”, serta retensi
dan variabel-variabel yang berhubungan dengan belajar. Menurut Ausubel
(cit Dahar, 1989) belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
disajikan pada peserta didik, melalui penerimaan atau penemuan.
Informasi dapat dikomunikasikan pada peserta didik baik dalam bentuk
belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final
maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan peserta
didik untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan
diberikan. Dimensi kedua berhubungan dengan cara peserta didik dapat
mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur
kognitif tersebut meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi
yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. peserta didik menghubungkan
atau mengaitkan informasi baru yang diperolehnya dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya. Dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Disamping
pada dimensi kedua ini peserta didik juga dapat mencoba-coba
menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkanya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, dalam hal ini terjadi proses
hafalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
bermakna pada intinya merupakan proses mengaitkan informasi baru yang
diperoleh peserta didik pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif peserta didik tersebut. Belajar tidak hanya sekedar proses
menghafal semata, tetapi lebih pada kebermaknaan/memberi manfaat pada
peserta didik.
Penelitian ini sangat berhubungan dengan teori yang disampaikan
oleh Ausubel. Kaitanya dengan dimensi pertama teori tersebut bahwa
contextual learning sudah identik dengan penemuan. Sedangkan
kaitannya dengan dimensi kedua adalah bahwa ditinjau dari kreativitas
peserta didik sudah barang tentu dalam penelitian dengan model
contextual learning ini menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
e. Teori Gagne
Definisi belajar menurut Gagne (cit Dahar, 1989) yang yaitu
“belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman”. Oleh karena itu dalam proses belajar
mengajar biologi yang terpenting adalah pengalaman yang dapat membuat
perubahan tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.
Didasarkan atas model pemrosesan informasi, Gagne mengemukakan
bahwa suatu tindakan belajar atau learning act meliputi delapan fase
belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur
oleh peserta didik atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
proses internal yang terjadi dalam pikiran peserta didik. Kedelapan fase
tersebut menurut Dahar (1989) yaitu: Fase motivasi: Motivasi merupakan
dorongan atau daya penggerak yang ada pada diri siswa untuk bertindak
atau beraktivitas untuk mencapai tujuan belajar. Semangat belajar siswa
akan lebih kuat dengan adanya motivasi belajar. Fase pengenalan
(apphending phase): peserta didik harus memperhatikan bagian–bagian
esensia dan relevan dari aspek-aspek yang berhubungan dengan materi
pelajaran. Fase perolehan (acquisition phase): Pada fase ini siswa
dikatakan telah siap memperoleh pelajaran jika memperhatikan
informasi yang relevan. Informasi yang diterima peserta didik tidak
langsung disimpan dalam memori, tetapi diubah menjadi bentuk yang
bermakna yang dihubungkan dengan informasi yang telah ada dalam
memori peserta didik. Fase retensi: Informasi yang diperoleh peserta didik
harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang
agar tidak mudah hilang. Fase pemanggilan: Informasi yang dimiliki
peserta didik dalam memori jangka panjang kemungkinan dapat hilang.
Untuk menghindari hal tersebut, peserta didik harus memperhatikan
informasi yang dipelajari sebelumnya dengan cara mengelompokan
informasi menjadi katagori-katagori atau konsep-konsep dan
memperhatikan kaitan diantara konsep-konsep tersebut. Fase generalisasi:
pada fase ini siswa dikatakan berhasil belajar bila informasi yang
diperolehnya dari belajar dapat digeneralisasikan atau diterapkan kedalam
situasi nyata. Siswa dapat memecahkan masalah dengan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dan pengetahuan yang dimilikinya. Fase penampilan: pada fase ini
anak memperlihatkan secara nyata dari sesuatu yang telah
dipelajarinya melalui penampilan yang tampak. Fase umpan balik:
siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari sesuatu
yang telah dipelajarinya dengan memberikan respon terhadap
penampilannya. Umpan balik ini diharapkan dapat memberikan
reinforcement pada peserta didik.
Hubungan antara teori Gagne dengan penelitian ini adalah bahwa
dalam penelitian yang menggunakan model Contextual learning inipun
juga melalui fase-fase atau tahap-tahap dalam pembelajaran. Selain ini
bahwa dalam pembelajaran CTL ini juga akan dihasilkan perubahan
tingkah laku karena CTL dalam inkuiri melalui metode ilmiah secara
otomatis peserta didik akan dituntut untuk bersikap ilmiah, sikap ilmiah
tersebut akan mempengaruhi bahkan merubah tingkah laku mereka.
5. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL )
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning
Sagala (2011) berpendapat pendekatan konstektual (Contextual
Teaching and Learning) atau CTL merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Trianto (2008) Contextual Teaching adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Berkaitan dengan Contextual Teaching menurut Sanjaya (2011) ada tiga
hal yang harus kita pahami.
Pertama, Contextual Teaching and Learning menekankan kepada
proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar
dalam konteks Contextual Teaching and Learning tidak mengharapkan
agar peserta didik hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran.
Kedua, Contextual Teaching and Learning mendorong agar peserta
didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata, artinya peserta didik dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta didik,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, Contextual Teaching and Learning mendorong peserta
didik untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan, artinya, Contextual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Teaching and Learning bukan hanya mengharapkan peserta didik dapat
memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi juga dapat mewarnai
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran Contextual
Teaching and Learning peserta didik bukan hanya sekedar mendengarkan
dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara
langsung. Melalui pengalaman itu diharapkan perkembangan peserta didik
terjadi secara utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif
saja. Tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor.
b. Karakteristik pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Terdapat enem karakteristik penting dalam proses pembelajaran
Contextual Teaching and Learning, yaitu: 1) Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning, merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activing knowledge), artinya sesuatu yang tidak akan terlepas
dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan
yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki
keterkaitan satu sama lain. 2) Pembelajaran yang kontekstual adalah
belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
(acquiring knowledge). Pengetahuan baru ini diperoleh dengan cara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara
keseluruhan. Kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang
diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dapahami dan diyakini,
misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan
pengalaman tersebut (applying Knowledge), artinya pengetahuan dan
pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan
peserta didik sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5) Melakukan
refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebaagai umpan balik untuk proses
perbaikan dan penyempurnaan strategi. 6) Bekerjasama (collaborating)
untuk membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu
mereka untuk mengerti berkomunikasi/berinteraksi dengan yang lain.
c. Komponen Contextual Teaching and Learning
Contextual learning sebagai suatu pendekatan pembelajaran
memiliki tujuh komponen sebagai berikut: 1). Constructivism,
membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi“ bukan menerima pengetahuan 2). Inquiry, pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri, guru bukan mempersiapkan materi yang akan
dihafal, tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
menemukan sendiri materi yang harus dipahami. Peserta didik belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis. 3). Questioning (bertanya)
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Guru harus mempunyai kemampuan memancing peserta didik agar
bertanya sehingga dapat menemukan sendiri materi yang diajarkan. 4).
Learning Community (masyarakat belajar), sekelompok orang yang
terikat dalam kegiatan belajar, hasil belajar diperoleh dari kerjasama dan
sharing dengan orang lain. Tukar pengalaman dan berbagi ide,
pembentukan kelompok yang heterogen. 5). Modeling (pemodelan),
proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh peserta didik. Bukan hanya guru yang bisa dijadikan
model, tetapi siswa dan orang lainpun bisa menjadi model. 6). Reflection
(refleksi), proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari, respon
terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima,
dilakukan dengan mencatat apa yang telah dipelajari. Guru memberikan
waktu untuk merenung dan memahami materi yang telah diajarkan.
7). Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya), menekankan
penilaian terhadap proses belajar, bukan hasil belajar, mengukur
pengetahuan, dan ketrampilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Penilaian produk (kinerja), tugas-tugas yang relevan, dan
kontekstual.
6. Network Tree dan Spider Concept Map
Network tree dan spider concept map merupakan bagian dari peta
konsep. Ausubel (cit Dahar, 1989) sangat menekankan agar para guru
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswa supaya belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bermakna dapat berlangsung. Novak (cit Dahar, 1989) dalam bukunya
Learning how to learn mengemukakan bahwa hal itu apat dilakukan
dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. Bahwa guru perlu
mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh peserta didik supaya
belajar bermakna dengan cara melakukan pembelajaran dengan teknik peta
konsep.
Nur (2011) menyatakan bahwa mapping, kadang-kadang dikenal
sebagai pemetaan konsep, merupakan suatu alternatif selain outlining, dan
dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajari
bahan yang kompleks. Anak juga merasa membuat peta konsep
menyenangkan.
Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan
sebuah konsep tunggal di hubungkan ke konsep-konsep lain. Nur (cit
Trianto, 2011) peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan
(network tree), rantai kejadian (event chain), peta konsep siklus (cycle
concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
a. Pohon Jaringan (Network Tree)
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa
kata yang lain dituliskan pada garis penghubung. Garis-garis pada
network tree menunjukkan hubungan antara ide-ide. Kata-kata yang
ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada
saat mengkonstrusi pohon jaringan. Dari atas ke bawah mengurutkan
konsep dari umum ke khusus. Pohon jaringan cocok digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
memvisualisasikan: 1) menunjukkan sebab akibat, 2) suatu yang
hierarki, 3) prosedur yang bercabang, 4) istilah–istilah yang berkaitan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan.
b. Rantai Kejadian (Event Chain)
Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan
suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau
tahap-tahap suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama
menemukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kemudian
menemukan kejadian berikutnya dalam suatu rantai dan seterusnya
sampai menemukan hasilnya. Rantai kejadian cocok digunakan untuk
memvisualisasikan: a) tahap-tahap suatu proses, b) langkah-langkah
dalam suatu prosedur linier, dan c) suatu urutan kejadian.
c. Peta Konsep Siklus (Cycle Concept Map)
Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan
suatu hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghasilkan
kembali ke kejadian awal, siklus berulang-ulang dengan sendirinya.
Peta konsep ini cocok digunakan untuk menunjukkan hubungan suatu
rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok
hasil yang berulang-ulang.
d. Peta Konsep Laba-Laba (Spider Concept Map)
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat.
Berawal dari ide sentral sehingga dapat diperoleh sejumlah besar ide
yang bercampur aduk. Banyak ide-ide berkaitan dengan ide sentral,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Spider concept
map cocok digunakan untuk memvisualisasikan: a) tidak menurut
hierarki, b) kategori yang tidak parallel, c) hasil curah pendapat.
7. Kreativitas
Setiap manusia pada dasarnya memiliki bakat kreativitas pada diri
masing-masing yang dibawa sejak lahir, hanya tinggi rendahnya kreativitas
seseorang berbeda kadarnya, ada yang memiliki kreativitas ringgi dan ada yang
memiliki kreativitas rendah. Kreativitas sangat penting bagi manusia karena
dengan kreativitas manusia dapat menciptakan penemuan-penemuan baru yang
berguna bagi kualitas kehidupan manusia. Bagi dunia pendidikan yang penting
adalah bahwa bakat dapat dan perlu dikembangkan dan ditingkatkan.
Sehubungan dengan pengembangan kreativitas peserta didik, perlu
meninjau empat aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong (press), proses,
dan produk (4P dari kreativitas) (Munandar, 2009).
a. 4P dari Kreativitas
1) Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif mencerminkan
orisinalitas dari individu. Dari ungkapan yang unik dapat diharapkan
timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena
itu guru hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat
peserta didiknya (jangan mengharapkan semua melakukan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama).
Guru hendaknya membantu bakat-bakatnya dan menghargainya.
2) Pendorong (press)
Bakat kreatif peserta didik akan terwujud jika ada dorongan dan
dukungan dari lingkungannya, atau dorongan kuat dari dirinya sendiri
(motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat
berkembang dalam lingkungan yang mendukung begitu pula
sebaliknya. Di dalam keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat harus
ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif
individu atau kelompok individu.
3) Proses
Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi
kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Guru hendaknya dapat
merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif,
dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan.
Dalam hal ini penting memberi kebebasan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan dirinya secara kreatif, dalam persyaratan tidak
membahayakan dirinya, merugikan orang lain atau lingkungan.
Kurikulum sekolah yang terlalu padat sehingga tidak ada peluang untuk
kegiatan kreatif, dan jenis pekerjaan yang monoton, tidak menunjang
peserta didik untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4) Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk
kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan lingkungan, yaitu
sejauh mana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan
dirinya dalam proses kreatif. Dengan dimilikinya bakat dan pribadi
kreatif maka produk-produk yang bermakna akan timbul. Hendaknya
guru menghargai produk kreativitas peserta didik dan
mengkomunikasikan kepada yang lain, untuk menggugah minat
berkreasi.
Kreativitas dapat diukur melalui tes dan non tes. Pengukuran
kreativitas melalui non tes menurut Munandar (2009), menyatakan
“Pendekatan yang dilakukan untuk mengukur kreativitas adalah dengan
daftar periksa atau check list, kuesioner, atau daftar pengalaman”.
Sedangkan kreativitas yang diukur menggunakan tes, dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu: kreativitas verbal dan figural.
b. Tes kreativitas verbal yang terdiri dari:
1) Permulaan kata
Pada sub tes permulaan kata, responden harus memikirkan kata-kata
yang diawali dengan susunan huruf tertentu yang diberikan. Tes ini
mengatur kelancaran kata, yaitu untuk menemukan kata-kata yang
memenuhi persyaratan struktural tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Menyusun kata.
Pada sub tes menyusun kata, responden harus memikirkan kata-kata
dengan menggunakan huruf-huruf dari sebuah kata yang diberikan.
Tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur kelancaran kata, tetapi
berbeda dengan “permulaan kata” karena pada sub tes ini juga
menuntut ketrampilan perseptual.
3) Membentuk kalimat tiga kata.
Pada sub tes membentuk kalimat tiga kata, responden harus
menyusun kalimat-kalimat yang terdiri dari tiga kata, dan urutan dari
penggunaan ketiga huruf tersebut boleh sekehendak responden. Sub
tes ini merupakan ukuran dari “kelancaran dalam ucapan”. Setiap
kalimat dapat menggunakan satu kata yang telah dipakai pada
kalimat sebelumnya.
4) Sifat-sifat yang sama.
Pada sub tes sifat-sifat yang sama, responden harus menemukan
sebanyak mungkin objek-objek yang semuanya memiliki dua sifat
yang ditentukan. Sub tes ini merupakan ukuran dari “kelancaran
dalam memberikan gagasan”, yaitu kemampuan untuk mencetuskan
gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu.
5) Macam-macam penggunaan.
Pada sub tes macam-macam penggunaan, responden harus
memikirkan penggunan sebuah benda sehari-hari yang telah
ditentukan, akan tetapi penggunaan tersebut haruslah penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
yang tidak lazim atau tidak biasa. Sub tes ini merupakan ukuran dari
“fleksibilitas”, karena dalam tes ini responden harus melepaskan diri
dari kebiasaan untuk melihat setiap benda sebagai alat untuk
melakukan hal/pekerjaan tertentu saja. Sub tes ini juga untuk
mengukur “originalitas dalam pemikiran”, yang dapat dilihat dari
kejarangan jawaban responden.
6) Akibat
Pada sub tes akibat, responden harus memikirkan segala sesuatu yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari suatu kejadian hipotesis yang telah
ditentukan. Sub tes ini menuntut responden untuk menggunakan daya
imajinasinya dan dapat menguraikan gagasan-gagasannya. Jadi tes ini
merupakan ukuran dari “kelancaran dalam memberikan gagasan” yang
dikombinasi dengan “elaborasi” (Munandar, 2009).
c. Tes kreativitas figural yang terdiri dari:
1) Kelancaran
Pada sub tes kelancaran, responden harus memikirkan alternatif
kemungkinan gambar yang telah ditentukan. Tujuan tes ini untuk
mengukur kelancaran dalam menentukan bentuk atau gambar yang
disajikan.
2) Kelenturan
Pada sub tes kelenturan, responden harus melengkapi simbol atau
tanda yang telah disediakan sehingga menjadi sebuah gambar yang
utuh sesuai dengan imajinasi. Tujuan tes ini untuk mengukur macam-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
macan fantasi dengan mensintesis garis atau lingkaran menjadi
gambar yang sempurna.
3) Orisinalitas
Pada sub tes orisinalitas, respoden harus menggambar tokoh/seorang
anak yang sedang bersktivitas kemudian memberikan judul yang
mampu mewakili gambar yang telah dibuat. Tujuan tes ini untuk
mengukur kemampuan mensintesis suatu tokoh serta memberikan judul
yang ekspresif.
8. Gaya Berpikir
Gaya berpikir adalah suatu bentuk perilaku yang diakibatkan oleh
dominansi otak (kiri atau kanan) dalam memproses informasi hingga
menciptakan solusi yang lebih seimbang untuk menyelesaikan permasalahan
dalam situasi dan kondisi rangsangan yang berbeda-beda seperti pada Gregorc
(cit DePorter, 2011)
Gaya berpikir dibedakan menjadi dua yaitu sekuensial dan acak.
Seseorang yang memiliki gaya berpikir sekuensial cenderung memiliki
dominasi otak kiri, sedangkan seseorang seseorang yang memiliki gaya
berpikir acak cenderung memiliki dominansi otak kanan dalam memproses
informasi untuk menghasilkan solusi terhadap permasalahan atau informasi
yang diterima melalui alat indera. Aktivitas yang berbeda akan memerlukan
cara berpikir yang berbeda pula. Keuntungan seseorang mengetaui gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berpikirnya adalah dirinya dapat mengetahui yang lebih dominan dalam
berpikir.
Disamping itu orang tersebut mengetahui sesuatu yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan cara berpikir yang lain jika seseorang mampu
mengendalikan cara beraksi terhadap suatu situasi dan memecahkan masalah
dengan memilih solusi yang lebih efektif bagi keadaan semacam itu,
maka akan lebih banyak lagi hal yang dapat dicapai jika mampu melakukan
hal yang tepat dalam beberapa situasi yang berbeda.
Gaya berpikir sekuensial dibedakan menjadi dua macam yaitu
sekuensial Konkret (SK) dan sekuensial abstrak (SA). Pemikir sekuensial
konkret berpegang pada kenyataan dan proses informasi dengan cara yang
teratur, linear dan sekuensial. Realitas bagi bagi pemikir SK terdiri dari
sesuatu yang dapat mereka ketahui melalui indera fisik seperti penglihatan,
pendengaran, peraba, perasa, penciuman. Segkan pemikir sekuensial abstrak
(SA) menganggap bahwa realitas adalah dunia teori metafisis dan pemikiran
abstrak. Proses berpikir SA adalah logis, rasional, dan intelektual. Gaya
berpikir acak juga dibedakan menjadi dua macam yaitu acak konkret (AK) dan
acak abstrak (AA). Pemikir AK memiliki sikap eksperimental yang diiringi
perilaku yang kurang terstruktur. Mereka mendasarkan pada kenyataan tetapi
punya keinginan untuk melakukan pendekatan coba–salah (trial and error),
sehingga tidak jarang sering pula melakukan lompatan intuitif yang diperlukan
untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya. Sedangkan pemikir AA
menganggap realitas adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka menyerap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
ide-ide, informasi, dan kesan kemudian mengaturnya dengan refleksi
sehingga tidak jarang perasaan dapat juga mempengaruhi belajar mereka.
9. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar
(Purwodarminto, 1986). Sudjana (2005) berpendapat belajar dan mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan
yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar
dan hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari rangkaian proses
belajar mengajar untuk mencapai tujuan instruksional, yang telah dicapai
peserta didik.
Belajar adalah proses seorang untuk memperoleh kecakapan,
keterampilan dan sikap. Hamalik (2001) berpendapat belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antar individu dengan
lingkungannya. Kegiatan belajar merupakan faktor penting dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan-
perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.
Prestasi belajar menurut Azwar (1996) adalah hasil maksimal seseorang
dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Prestasi belajar merupakan
fungsi yang penting dari suatu proses pembelajaran. Prestasi belajar
merupakan hasil yang terbaik yang dicapai dalam proses belajar mengajar,
dapat menunjukkan siswa berhasil atau gagal dalam belajar, mampu atau
tidak dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar, mampu atau tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mentransfer materi pelajaran yang telah didapatkan. Prestasi belajar dapat
dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks
prestasi studi, angka kelulusan, dan predikat keberhasilan.
Menurut Bloom (cit Sardiman, 2011) bahwa hasil belajar
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive
domain); 2) ranah afektif (affective domain), dan 3) ranah psikomotor
(psychomotor domain). Cognitif domain meliputi: 1) knowledge
(pengetahuan, ingatan); 2) comprehension (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh); 3) analysis (menguraikan, menentukan hubungan); 4)
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru).
Affective domain meliputi; 1) recieving ( sikap menerima); 2) responding
(memberikan respon); 3) valuing (menilai); 4) organization (organisasi); 5)
characterization (karakterisasi). Psychomotor domain meliputi: 1) initiatory
level; 2) pre-routine level; 3) rountinized level. Pendapat tersebut sesuai
dengan Rustaman (2005) bahwa tingkah laku hasil belajar (behavior) dapat
dilakukan oleh siswa, dapat diamati oleh guru atau penilai, dan harus dapat
diukur tingkat keberhasilannya. Hasil belajar meliputi ranah (domain)
kognitif (cognitive-C), afektif (affektive-A), dan psikomotor (psychomotor-P).
Ranah pengetahuan (kognitif) terdiri dari: C1 menghafal, C2 memahami, C3
menerapkan, C4 menganalisis, C5 menilai, dan C6 membuat. Ranah sikap
(afektif) terdiri dari: A1 kemampuan menerima, A2 kemampuan menanggapi,
A3 kemampuan keyakinan, A4 kemampuan keyakinan/tanggung jawab, A5
kemampuan mengorganisasi. Ranah gerak (psikomotor) terdiri dari: P1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
peniruan/imitasi, P2 memanipulasi, P3 ketepatan, P4 artikulasi, P5
pengalamiahan.
Berdasarkan pendapat–pendapat di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang
yang disebut dengan hasil belajar terdiri dari ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor yang diukur dengan menggunakan tes atau evaluasi, dan
ditunjukan dengan nilai tes. Sehingga proses belajar adalah kegiatan yang
paling pokok, yang artinya bahwa hasil belajar tergantung pada proses belajar
yang dialami peserta didik.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
adalah:
a. Faktor dari diri dalam peserta didik: 1) Jasmani meliputi: kesehatan
dan cacat tubuh. 2) Psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, bakat,
minat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. 3) Kelelahan meliputi:
jasmani dan rohani.
b. Faktor dari luar peserta didik:
1) Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua,
keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan, dan
suasana rumah.
2) Faktor sekolah meliputih: guru dan cara mengajar, model
pembelajaran, alat-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
interaksi guru dan peserta didik, disiplin sekolah, dan media
pendidikan.
c. Faktor lingkungan masyarakat meliputi: kegiatan peserta didik, teman
bergaul dan cara hidup lingkungan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar berasal dari dalam dan luar diri peserta didik.
10. Materi Klasifikasi Makhluk Hidup
a. Klasifikasi Tumbuhan Berbiji
No Tumbuhan Berbiji Ciri-Ciri Penjelasan 1. Tumbuhan berbiji
terbuka
(Gymnospermae)
1. Habitus
2. Akar
3. Batang
4. Daun
5. Bunga
6. Biji
1. Semak, perdu atau
pohon
2. Tunggang
3. Tegak lurus,
bercacang- cabang
4. Umumnya sepeti
jarum (filiform)
kecuali melinjo lebar
5. Bunga sesungguhnya
belum ada,
membentuk strobilus
6. Tidak dibungkus kulit
buah dan atau daging
buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
7. Daging buah
8. Alat
reproduksi
7. Tidak mempunyai
8. Strobilus
(a) (b)
( c) (d)
Contoh: (a, b) Pakis haji,
(c) melinjo, (d) pinus
2. Tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae)
1. Habitus
2. Akar
3. Batang
4. Daun
5. Bunga
6. Biji
1. Terna, semak, perdu
atau pohon
2. Serabut, tunggang
3. Bercabang atau tidak
4. Umumnya berdaun
lebar, tunggal atau
majemuk.
5. Sudah ada
6. Dibungkus kulit buah
dan atau daging buah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a. Tumbuhan
berkeping satu
(Monokotil)
7. Daging buah
8. Alat
reproduksi
1. Jumlah
keping biji
2. Akar
3. Batang
Cabang
batang
7. Mempunyai
8. Bunga
1. Satu, pada waktu
berkecambah biji
tidak membelah
2. Serabut,
Batang dari pangkal ke
ujung hampir sama
besar.
Tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4. Daun
5. Bunga
4. Tunggal, duduknya
berseling atau rozet,
tulang daun:
a. Sejajar
b. Melengkung
5. Bagain bunga 3 atau
kelipatannya
Contoh: Bunga Lilia,
Jagung, tebu
b. Tumbuhan
berkeping dua
(Dikotil)
1. Jumlah
keping biji
2. Akar
1. Dua, pada waktu
berkecambah biji
membelah menjadi
dua.
2. Tunggang, pada
waktu berkecambah
akar lembaga tumbuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Batang
Cabang
batang
4. Daun
Tulang daun:
5. Bunga
terus dan bercabang-
cabang.
3. Batang dari pangkal
ke ujung seperti
kerucut panjang,
bercabang-cabang
Ada
Daun tunggal atau
majemuk, duduk daun
tersebar atau berkarang,
a. Menyirip
b. Menjari
Bagian bunga 2, 4, 5
atau kelipatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b. Klasifikasi Hewan Invertebrata
No Hewan
Invertebrata Penjelasan
Ciri-ciri
umum
1. Tidak mempunyai ruas-ruas tulang belakang.
2. Kerangka tubuh umumnya terdapat di luar
tubuh (eksoskeleton)
3. Sistem saraf masih sederhana dan pusat saraf
belum ada kecuali beberapa hewan berupa
ganglion.
4. Peredaran darah terbuka
5. Reproduksi vegetatif dan generatif atau kedua-
duanya.
1.
Terdiri-dari:
Filum
Porifera
1. Umumnya banyak sel berderajat rendah.
2. Tubuh berpori
3. Kerangka dari zat kapur yang berbentuk
serabut.
4. Permukaan tubuh lentur
5. Makanan berupa plankton
6. Hidup bekelompok, didasar perairan
7. Reproduksi : vegetatif (tunas) dan generatif
Contoh: Perinema, Sycon, Euspongia
2. Coelen
terata
1. Tubuh berongga
2. Permukaan tubuh umumnya keras
3. Alat gerak tentakel
4. Bernafas menggunakan seluruh permukaan
tubuh
5. Habitat di laut
6. Reproduksi: vegetatif (tunas) dan generatif
7. Ada yang hermaprodit dan berkelamin satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Contoh: Aurelia aurita (ubur-ubur), Hydra viridis,
Obelia geniculata
3. Vermes /
Cacing
1. Mata secara umum tidak punya
2. Alat gerak berupa otot tubuh
3. Tekstur tubuh kenyal
4. Bentuk tubuh: pipih, panjang gilig, panjang gilig
beruas-ruas
5. Umumnya hermaprodit
6. Ada yang parasit dan saprofit
7. Habitat: tanah, air, parasit pada inang
Contoh:
a. Cacing tanah
b. Cacing hati
4. Mollusca 1. Mata bertangkai
2. Alat gerak dengan kaki perut
3. Tekstur tubuh lunak
4. Mempunyai cangkang dari zat kapur
5. Umumnya belum mempunyai rangka
6. Kaki untuk bergerak dan menangkap mangsa
7. Habitat: darat, air
Contoh:
a. Bekicot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Cumi-cumi
5. Arthopoda
Ciri-ciri
umum:
1. Tubuh terbagi menjadi 3 bagian:kepala, dada
dan perut
2. Tubuh dilindungi rangka luar dari zat kitin.
3. Rangka tubuh mengelupas apabila tubuhnya
berkembang.
4. Mempunyai alat indra di bagian kepala yang
berfungsi sebagai mata dan alat peraba
5. Habitat di darat dan air.
Terdiri dari:
a.Insecta
(serangga)
1. Kaki beruas-ruas berjumlah 6
2. Simetri tubuh bilateral
3. Permukaan tubuh halus
4. Mempunyai 2 pasang sayap
5. Jumlah antena 2
6. Mempunyai dua macam mata yaitu mata faset
dan mata tunggal.
7. Saluran pencernaan mulai dari mulut sampai
anus.
8. Mengalami metamorfosis
9. Habitat: darat dan air
Contoh:
a. Belalang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Kupu-kupu
b. Crustacea 1. Kaki beruas-ruas berjumlah 10
2. Simetri tubuh bilateral
3. Permukaan tubuh halus
4. Tubuh dibagi 2: kepala dada dan perut
5. Mata bertangkai
6. Bernafas dengan insang
7. Kaki 5 pasang
8. Reproduksi dengan generatif, bertelur
9. Habitat: darat, air laut, air tawar
Contoh:
a. Udang
b. Kepiting
6. Echino
dermata
1. Kaki ambulakral
2. Simetri tubuh radial
3. Permukaan tubuh berduri
4. Rangka dari zat kapur
5. Tubuhnya simetris radial
6. Tidak mempunyai kepala yang jelas
7. Reproduksi generatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
8. Pemakan bangkai
9. Habitat di laut
Contoh:
a. Bintang laut
b. Bintang mengular
c. Landak laut
a. Klasifikasi Hewan Vertebrata
No Kelas Vertebrata Ciri-ciri Morfologi
Kelas Vertebrata
1. Kerangka di dalam tubuh
2. Organ ekskresi terpusat pada ginjal
3. Reproduksi generatif
4. Peredaran darah tertutup
5. Habitat darat dan air
1. Terdiri-dari :
Pisces
1. Permukaan tubuh berupa sisik
2. Alat gerak sirip
3. Alat pernapasan insang
4. Habitat di air
Contoh: Ikan lele. teri, wader, bandeng
2. Amphibi
1. Permukaan tubuh berupa kulit lembab
berlendir
2. Alat gerak kaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3. Alat pernapasan insang pada waktu
berudu, dewasa paru-paru, kulit
4. Berkaki 4
5. Mengalami metamorphosis
6. Reproduksi dengan generatif bertelur
Contoh: katak sawah, katak pohon
3. Reptil
1. Cara bergerak dengan merayap
2. Alat gerak berupa kaki
3. Berkaki 4
4. Penutup tubuh berupa sisik kering
5. Habitat: darat dan air
Contoh: Kadal, cicak, kura-kura, ular
4. Aves
1. Cara bergerak dengan berjalan dan atau
terbang
2. Alat gerak berupa kaki dan sayap
3. Penutup tubuh berupa bulu
4. Mempunyai paruh
5. Reproduksi generative/kawin dengan
bertelur
Contoh; Ayam, burung, itik, angsa
5. Mammalia
1. Mempunyai kelenjar susu
2. Induk menyusui anak
3. Permukaan tubuh berambut
4. Bernapas dengan paru-paru
5. Reproduksi dengan melahirkan
Contoh: Kelinci, kucing, kambing, sapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelian relevan yang telah dilakukan oleh beberapa penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Miller (2006), menunjukkan bahwa pembelajaran konstektual lebih
baik dari pada pembelajaran tradisional dalam memperoleh pengetahuan,
aplikasi dan pembelajaran yang baru. Pembelajaran konstektual memiliki
pemahaman yang lebih dalam tentang konsep, pembelajaran mandiri,
pembelajaran yang lebih bertanggung jawab, berani mengambil inisiatif.
Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan
konstektual teaching learning (CTL).
2. Penelitian Deen (2006), menunjukkan bahwa ketika strategi CTL digunakan
oleh kebanyakan guru maka siswa menjadi lebih tertatik, termotivasi dan
penuh perhatian. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan pendekatan pembelajaran CTL.
3. Penelitian Berns (2001), menunjukkan bahwa pembelajaran CTL menjadi
yang paling efektif dalam belajar peserta didik, guru harus merencanakan,
melaksanakan, merefleksikan, dan merevisi pelajaran. Rencana tersebut harus
di dasarkan dalam prinsip-prinsip CTL. Relevansi dengan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan pendekatan CTL.
4. Penelitian Hay (ed al. 2008), menunjukkan peta konsep dapat digunakan
untuk mengukur kualitas e-learning. Pengetahuan siswa sebelumnya
merupakan sebuah faktor penentu yang penting dari pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
bermakna. Relevansi dengan penelitian ini sama-sama menggunakan peta
konsep.
5. Penelitian Kang (2004), menunjukkan visual organizer (gambar,
diagram/peta konsep, grafik dll) efektif dalam membantu memperoleh,
menjelaskan, dan mengkomunikasikan informasi karena dapat menjelaskan
konsep yang kompleks ke dalam sajian yang sederhana dan bermanfaat.
Relevansi dengan penelitian ini sama-sama menggunakan peta konsep.
6. Penelitian Fuata’i (2004), menunjukkan bahwa peta konsep dan diagram vee
adalah alat potensial yang layak untuk mengembangkan pemahaman yang
lebih dalam struktur matematika. Relevansi dengan penelitian ini adalah
sama-sama menggunakan peta konsep.
7. Penelitian Polancos (2011), menunjukkan bahwa penggunakan diagram vee
dan peta konsep membantu siswa memperkaya konsep dan mempelajari
strateginya di mana peserta didik dapat membangun hubungan antar konsep.
Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan peta konsep.
8. Penelitian Wasis (2006), menunjukkan proses pendidikan yang tersirat oleh
contextual teaching dan learning (CTL) bertujuan untuk membantu
pemahaman siswa tentang materi akademis yang sedang mereka pelajari
dengan menghubungkan subyek-subyek akademis dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL).
9. Penelitian Nurdin (2009), menunjukkan Pendekatan Contextual Teaching and
learning (CTL) dapat mengaitkan materi pelajaran dengan penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Relevansi
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan contextual
teaching and learning (CTL).
10. Penelitian Wahyuni (2012), menunjukkan bahwa pendekatan contextual
dengan metode problem possing dan problem solving tidak memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar siswa.
11. Penelitian Sari dan Nasikh (2009), menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis masalah dan teknik peta konsep dapat meningkatkan
proses dan hasil belajar pelajaran ekonomi. Relevansi dengan penelitian ini
adalah sama-sama menggunakan teknik peta konsep.
12. Penelitian Rahayu (2011). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh
prestasi belajar dengan gaya berpikir linier dan acak dan ada interaksi antara
media dan gaya berpikir terhadap prestasi belajar. Relevansi dengan
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan tinjauan dengan gaya berpikir.
13. Penelitian Lasiran (2011), menunjukkan ada pengaruh pembelajaran
menggunakan peta konsep dan peta pikiran terhadap prestasi peserta didik
serta ada pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi. Relevansi
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teknik peta konsep dan
kreativitas.
14. Penelitian Mahardika (2012), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Relevansi
dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel moderator
kreativitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
15. Penelitian Ristasa (2012), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar mahasiswa yang memiliki gaya berpikir konkret random, konkret
sekuensial, abstrak random, dan abstrak sekuensial. Relevansi dengan
penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel moderator gaya
berpikir.
C. Kerangka Berpikir
Klasifikasi makhluk hidup adalah pokok bahasan yang mencakup semua
makhluk hidup di muka bumi mulai makhluk hidup bersel satu sampai makhluk
hidup bersel banyak dan kompleks, yang terdiri dari lima kingdom yaitu: monera,
protista, fungi, plantae, dan animalia. Dengan demikian klasifikasi makhluk hidup
ini mempunyai cakupan materi yang luas. Berdasarkan data ulangan harian seperti
yang tercantum dalam tabel 1.1, materi klasifikasi makhluk hidup diperoleh
data paling banyak peserta didik yang prestasinya kurang dari KKM (70),
sehingga harus remidi. Oleh karena itu dalam pembelajaran klasifikasi makhluk
hidup diperlukan pendekatan dan metode yang sesuai sehingga dapat membantu
peserta didik memahami dan menguasai materi. Pendekatan pembelajaran yang
dipakai dalam penelitian ini adalah contectual teaching and learning` (CTL)
dengan pertimbangan: 1) peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran; 2) mampu mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan
nyata/riil; 3) mengamati secara langsung sehingga mudah mengingatnya.
Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor eksternal tetapi juga dipengaruhi oleh faktor internal dari diri peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Faktor internal peserta didik yaitu kreativitas dan gaya berpikir. Kedua faktor
tersebut dipertimbangkan karena berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik
dalam memahami materi klasifikasi makhluk hidup. Dalam penilitian ini, faktor
kreativitas dibedakan dalam katagori tinggi dan gaya berpikir dibedakan menjadi
empat yaitu sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret, dan acak
abstrak.
Berdasarkan kajian teori dan beberapa penelitian yang relevan maka dapat
dibuat kerangka berpikir sebagai berikut:
1. Pengaruh pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik
network tree dan spider concept map terhadap hasil belajar peserta didik.
Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran biologi masih rendah,
dalam hal ini masih belum mencapai batas ketuntasan sesuai kriteria ketuntaan
minimal. Untuk meningkatkan prestasi belajar perlu dirancang pembelajaran
yang dapat meningkatkan peserta didik senang belajar biologi. Salah satu
alternatifnya adalah dengan melakukan pembelajaran dengan teknik yang
sesuai. Teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
network tree dan spider concept map.
Teknik pembelajaran yang sesuai memiliki pengaruh yang cukup kuat
dalam proses pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan
teknik pembelajaran yang sesuai antara lain: pengajaran akan lebih baik,
menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar. Bahkan pembelajaran akan lebih jelas bermakna sehingga dapat lebih
mudah dipahami oleh peserta didik dan memungkinkan peserta didik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
mencapai prestasi lebih baik. Teknik yang bervariasi membuat peserta didik
tidak bosan, sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.
Materi pembelajaran klasifikasi makhluk hidup termasuk kajian obyek
nyata yang dapat diamati di lingkungan sekitar. Dengan teknik network tree
dan spider concept map maka obyek nyata yang diamati akan dapat
dihubungkan antara obyek satu dengan yang lain dengan mudah. Dari uraian
di atas diduga ada pengaruh pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map terhadap pestasi belajar
peserta didik.
2. Pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar peserta
didik.
Keberhasilan pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup juga
dipengaruhi oleh factor internal peserta didik yaitu kreativitas. Kreativitas
belajar merupakan motor yang dapat mempengaruhi keberhasilan prestasi
belajar. Peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi akan lebih kreatif
sehingga mudah untuk menguasai dan mengaitkan konsep-konsep dalam
pembelajaran biologi.
Dari uraian di atas diduga peserta didik yang mempunyai kreativitas
tinggi akan mempunyai prestasi belajar materi klasifikasi lebih baik
dibandingkan dengan peserta didik yang mempunyai kreativitas rendah.
3. Pengaruh antara gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar pserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pada pembelajaran klasifikasi makhluk hidup dengan menggunakan
teknik network tree dan spider concept map memberi peluang besar bagi
peserta didik untuk mengembangkan gaya berpikirnya. Network tree memiliki
ciri suatu hierarki yang mudah diterima oleh peserta didik yang memiliki gaya
berpikir sekuensial sedangkan spider concept map mempunyai ciri tidak
menurut hierarki mudah diterima peserta didik yang memiliki gaya berpikir
acak. Dari uraian di atas diduga terdapat pengaruh gaya berpikir sekuensial
dengan gaya berpikir acak.
4. Pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map dengan kreativitas tinggi
dan rendah terhadap hasil belajar peserta didik.
Keberhasilan pembelajaran klasifikasi makhluk hidup dengan
menggunakan pendekatan konstektual akan mudah dipahami oleh peserta
didik. Mengingat cakupan materi banyak maka teknik network tree dan spider
concept map akan membantu peserta didik menghubungkan konsep-konsep
tentang klasifikasi makhluk hidup. Kemampuan menghubungkan konsep satu
dengan yang lain sangat dipengaruhi oleh kreativitas peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa ada interaksi antara
pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik network tree
dan spider concept map dengan kreativitas tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
5. Pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map dengan gaya berpikir
sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik.
Penggunaan teknik network tree dan spider concept map dalam materi
klasifikasi makhluk hidup sangat tepat untuk menyederhanakan berpikirnya
peserta didik, sehingga mudah mengitkan konsep satu dengan yang lainnya.
Peserta didik yang mempunyai gaya berpikir sekuensial kecenderungan
menggunakan otak kiri akan merasa mudah membuat klasifikasi yang berupa
hirarki (network tree). Peserta didik yang memiliki gaya berpikir acak
kecenderungan menggunakan otak kanan akan merasa mudah membuat
klasifikasi bukan berupa hierarki (spider concept map).
Berdasarkan uraian di atas diduga bahwa ada interaksi antara
pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik network tree
dan spider concept map dengan gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap
prestasi belajar peserta didik.
6. Pengaruh interaksi antara kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya berpikir
sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk memuat kombinasi baru atau
melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data, atau hal-hal yang sudah
ada sebelumnya. Kreativitas berkaitan erat dengan gaya berpikir yang
dipunyai oleh peserta didik, baik sekuensial maupun acak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Dari uraian di atas diduga ada interaksi antara kreativitas tinggi dan
rendah dengan gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap prestasi belajar
peserta didik.
7. Pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map, kreativitas tinggi dan
rendah dengan gaya berpikir sekuensial dan abstrak berprestasi terhadap hasil
belajar peserta didik.
Berdasarkan karakteristik materi klasifikasi makhluk hidup dengan
teknik network tree dan spider concept map akan mudah dipahami oleh peserta
didik baik yang mempunyai kreativitas tinggi maupun rendah. Ciri network
tree adalah menurut hierarki maka akan mudah dipahami oleh peserta didik
yang mempunyai kreativitas rendah, sedangkan spider concept map yang
mempunyai ciri tidak menurut hierarki akan mudah dipahami oleh peserta
didik yang mempunyai kreativitas tinggi, ia dapat mengungkapkan pikirannya
secara bebas. Sedangkan gaya berpikir sekuensial yang kecenderungan
menggunakan otak kiri maka akan mudah memahami network tree dan peserta
didik yang memiliki gaya berpikir acak akan mudah memahami spider concept
map.
Dari uraian di atas diduga ada interaksi antara pembelajaran biologi
dengan pendekatan CTL dengan teknik network tree dan spider concept map,
kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya berpikir sekuensial dan abstrak
terhadap prestasi belajar peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar: 2.1 Skema Kerangka Berpikir
PERMASALAHAN
Guru Peserta Didik
1. Pembelajaran bersifat tekstual 2. Pembelajaran bersifat teacher
centered. 3. Belum spenuhnya
memperhtikan faktor internal peserta didik.
4. Belum menerapkan KPS.
1. Hasil belajar Biologi 13% belum mencapai KKM
2. Beranggapan biologi itu hafalan, sulit, membosankan dan tidak ada hubungannya dengan keseharian.
3. Belum sepenuhnya dapat: menghubungkan konsep satu dengan lainnya.
4. Suka membuat coretan 5. Kreativitas dan gaya berpikir
bervariasi
Pendekatan CTL
Network Tree Spider Concept Map
Kreativitas dan Gaya Berpikir
Hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
D. Hipotesis
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik
network tree dan spider concept map terhadap hasil belajar peserta didik.
2. Ada pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil belajar
peserta didik.
3. Ada pengaruh antara gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar
peserta didik.
4. Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik dengan network tree dan spider concept map dengan kreativitas
tinggi dan rendah terhadap hasil belajar peserta didik.
5. Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map dengan gaya berpikir
sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik.
6. Ada pengaruh interaksi antara kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya
berfikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta didik.
7. Ada pengaruh interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map, kreativitas tinggi dan
rendah dengan gaya berpikir sekuensial dan acak terhadap hasil belajar peserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukosewu, Kecamatan Sukosewu
Bojonegoro Semester Gasal kelas VII tahun pelajaran 2012/2013. Jadwal
kegiatan penelitian disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Tahun 2012 / 2013, Bulan Ke
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
A. Persiapan
1. Penyusunan Proposal X X
2. Penyusunan Instrumen X X X
3. Seminar Proposal X
4. Penyempurnaan Proposal X
5. Uji Coba Instrumen X
6. Analisis instrumen X
B Pelaksanaan
1. Pelaksanaan penelitian X
2. Pengolahan data X
C Pelaporan
1. Penyusunan laporan X
2. Ujian komprehensif X
3. Revisi laporan X
4. Penyusunan jurnal X
5. Ujian tesis X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukosewu Bojonegoro berlokasi
di Jalan Raya Sukosewu kecamatan Sukosewu Bojonegoro yang merupakan
sekolah tempat peneliti bertugas sebagai guru IPA-Biologi.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan mengambil
dua kelompok. Kedua kelompok tersebut diberi perlakuan berbeda dengan
pembelajaran menggunakan pendekatan Constectual teaching and learning
(CTL) dengan teknik network tree sedangkan kelompok kedua diberi perlakuan
pembelajaran pendekatan Constectual teaching and learning (CTL) teknik
spiner concept map.
Sebelum diberikan perlakuan, setiap kelas eksperimen diberi tes kreativitas
dan gaya berpikir. Tes kreativitas dikelompokkan menjadi dua yaitu kreativitas
rendah dan kreativitas tinggi. Gaya berpikir terdapat empat kategori yaitu
sekuensial konkret, sekuensial abstrak, acak konkret dan acak abstrak (DePorter,
2011). Dari empat kategori dikelompokkan menjadi dua yaitu sekuansial dan
acak. Setelah data kreativitas dan gaya berpikir diperoleh diberikan perlakuan
dengan menberikan materi pembelajaran klasifikasi makhluk hidup. Setelah
selesai pemberian materi 1 Kompetensi Dasar (KD) diberikan tes pemahaman
konsep untuk memperoleh data hasil belajar kognitif, angket afektif untuk
memperoleh data hasil belajar afektif dan tes psikomotor untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
data hasil belajar psikomotor. Data hasil tes kemudian dianalisis dengan desain
faktorial 2 x 2 x 2.
Tabel 3.2 Desain Faktorial
Kreativitas Gaya Berpikir Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Network tree
(A1) Spide Concept Map
(A2) Tinggi
(B1)
Sekuensial (C1) A1B1C1 A2B1C1
Acak (C2) A1B1C2 A2B1C2
Rendah
(B2)
Sekuensial (C1) A1B2C1 A2B2C1
Acak (C2) A1B2C2 A2B2C2
Keterangan:
A1B1C1: CTL Network tree, Kreativitas tinggi, Gaya berpikir sekuensial
A1B1C2 : CTL Network tree, Kreativitas tinggi, Gaya berpikir acak
A1B2C1: CTL Network tree, Kreativitas rendah, Gaya berpikir sekuensial
A1B2C2: CTL Network tree, Kreativitas rendah, Gaya berpikir acak
A2B1C1:CTL Spider Concept map, Kreativitas tinggi, Gaya berpikir sekuensial
A2B1C2: CTL Spider Concept map, Kreativitas tinggi, Gaya berpikir acak
A2B2C1:CTL Spider Concept map, Kreativitas rendah, Gaya berpikir sekuensial
A2B2C2: CTL Spider Concept map, Kreativitas rendah, Gaya berpikir acak
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah peserta didik SMP Negeri 1 Sukosewu kelas VII
semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari penelitian yang diteliti.
Sampel dapat juga diartikan sebagai bagian dari jumlah populasi yang dipilih
untuk sumber data. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik Cluster Random Sampling atau teknik kelompok acak yaitu
teknik memilih sampel dengan menggunakan probabilitas. Pada teknik ini
pemilihan sampel didasarkan pada kelompok atau kelompok subyek yang
terkumpul bersama. Teknik ini diharapkan lebih menghemat waktu dan biaya
dalam menemui responden yang menjadi obyek atau subyek penelitian.
Pada penelitian ini sampel yang diambil 4 kelas secara acak dari 5
kelas. Sampel pertama kelas VII B dan D sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan teknik network tree, jumlah peserta didik 43 dari 54. Peserta
didik mempunyai gaya berpikir sekuensial atau acak berjumlah 43 dan 11
mempunyai gaya berpikir sekuensial dan acak. Sampel kedua kelas VII E dan
F sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan teknik spider concept map,
jumlah peserta didik 47 dari 52. Peserta didik yang menjadi mempunyai gaya
berpikir sekuensial atau acak berjumlah 47 dan 5 mempunyai gaya berpikir
sekuensial dan acak. Peserta didik yang mempunyai dua gaya berpikir yaiu
sekuensial dan acak tidak dijadikan sampel tetapi mengikuti proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pendekatan constectual
teaching and learning (CTL) dengan teknik network tree dan spider
concept map.
2. Variabel Moderator
Variabel moderator dalam penelitian adalah kreativitas dan gaya
berpikir peserta didik.
a. Kreativitas terdiri dari kreativitas verbal dan vigural (Munandar,
2009). Kreativitas dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu tinggi
dan rendah. Pembagian katagori ini didasarkan pada nilai rata-rata
untuk keseluruhan sektor yang dicapai peserta didik. Peserta didik
yang mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari rata-rata
dikatagorikan tinggi (X ≥ rerata), sedangkan dibawah rata-rata
dikatagorikan rendah (X < rerata).
b. Gaya berpikir terdiri dari sekuensial konkret, sekuensial abstrak,
acak konkret dan acak abstrak (DePorter, 2011). Pada pengolahan
data kelompok sekuensial konkret dan sekuensial abstrak
dikelompokkan menjadi gaya berpikir sekuensial sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kelompok acak konkret dan acak absrak dikelompokkan menjadi
gaya berpikir acak.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi.
Hasil belajar peserta didik meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui
kemampuan berpikir, termasuk kemampuan menghafal, memahami,
dan mengaplikasikan. Indikator penilaian adalah nilai tes hasil belajar
pada materi klasifikasi makhluk hidup.
b. Ranah afektif
Ranah afektif adalah perilaku yang tercermin pada proses
pembelajaran yang meliputi teliti, kerja sama, dan tanggungjawab.
c. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu hasil belajar dalam bentuk keterampilan
proses sains yang meliputi mengamati, mengajukan pertanyaan dan
mengkomunikasikan.
E. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes, angket, dan
observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1. Tes
Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kreativitas,
gaya berpikir dan hasil belajar biologi. Bentuk tes yang digunakan
adalah tes uraian untuk tes kreativitas dan objektif untuk tes gaya
berpikir dan hasil belajar biologi.
2. Angket
Angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan
pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden, sumber data
atau jawabannya diberikan secara tertulis (Budiyono, 2009). Angket
digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar afektif
yang dilakukan setelah pembelajaran 1 KD selesai. Kriteria penilaian
tiap soal pernyataan adalah dengan skala 1 sampai 4, untuk soal
positif, pemberian skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk
jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk
jawaban sangat tidak setuju. Sedangkan soal negatif, pemberian skor 1
untuk jawaban sangat setuju, skor 2 untuk jawaban setuju, skor 3
untuk jawaban tidak setuju, skor 4 untuk jawaban sangat tidak setuju.
3. Observasi
Observasi diperlukan untuk mengambil data peserta didik selama
proses pembelajaran pada ranah afektif dan psikomotor. Instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
pengambilan data berupa lembar observasi yang disikan oleh
observerb.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup kelas
VIII semester gasal berupa: Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kegiatan peserta didik (LKPD). Instrumen
pembelajaran berupa RPP dan LKS dibuat terpisah, pertama RPP dan
LKS untuk kelas dengan pendekatan CTL disertai network tree, kedua
RPP dan LKS untuk kelas dengan pendekatan CTL dengan teknik spider
concept map.
2. Instrumen Pengambilan Data
Instrumen pengambilan data meliputi
a. Soal tes kreativitas, berupa tes uraian yang terdiri dari kreativitas
verbal dan vigural.
b. Tes gaya berpikir, terdiri dari sekuensial konkret, sekuensial
abstrak, acak konkret dan acak abstrak. Pada pengolahan data
kelompok sekuensial konkret dan sekuensial abstrak
dikelompokkan menjadi gaya berpikir sekuensial sedangkan
kelompok acak konkret dan acak absrak dikelompokkan menjadi
gaya berpikir acak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
c. Tes hasil belajar terdiri dari:
1) Soal afektif, kriteria penilaian tiap soal disesuaikan dengan
indikator yang telah dirumuskan (Rustaman, 2005).
2) Soal kognitif berupa pilihan ganda dengan empat opsi pilihan
jawaban. Kisi-kisi soal tes prestasi mengacu pada taksonomi
Bloom (Rustaman, 2005)
3) Soal psikomotor kriteria penilaian tiap soal disesuaikan dengan
indikator yang telah dirumuskan (Nur, 2011).
d. Lembar observasi.
Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai
ranah afektif dan psikomotor selama proses pembelajaran. Lembar
observasi dibuat berdasarkan indikator yang terdapat pada RPP dan
dituangkan dalam kisi-kisi penyusunan lembar observasi. Ranah afektif
diukur menggunakan rubrik dengan skala penilaian bergradasi 4-1.
Soal kreativitas sebelum digunakan untuk pengambilan data
penelitian, instrument tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kualitas soal. Data yang diperoleh dari hasil uji coba
instrumen tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas.
G. Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Menurut Budiyono (2009), suatu instrumen valid menurut validitas isi
apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang akan diukur. Untuk tes hasil belajar, supaya tes
mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut:
a. Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk
mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari
materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar.
b. Titik berat bahan yang diujikan harus seimbang dengan bahan yang telah
diajarkan.
c. Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk
menjawab soal-soal ujian dengan benar.
Untuk menilai instrumen tes mempunyai valditas isi yang tinggi, biasanya
penilaian ini dilakukan oleh para pakar atau validator (Budiyono, 2009).
Validasi instrumen tes penilaian ini telah dilakukan oleh Drs. Marsusi. MS.,
Ph.D. dan Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd.
Instrumen dikatakan valid jika memenuhi kriteria instrumen sebagai
berikut: butir tes dengan kisi-kisi tes, materi pada butir tes sesuai dengan
indikator, materi pada butir tes sudah pernah dipelajari oleh peserta didik,
materi pada butir tes sudah dapat dipahami oleh peserta didik, materi pada butir
tes tidak memberikan interprestasi ganda dan butir tes bukan termasuk kategori
soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi
Product Moment sebagai berikut:
[ ]( )( ){ } ( ){ }2222
)
ååååå å
--
-=
YYNXXN
YXNrxy
rxy = angka validitas item
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah subyek
Item tes dikatakan valid jika rhit > rxy-tabel pada taraf signifikasi 5%.
Tabel 3. 3. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes
Instrumen Jumlah Soal
Kategori No. Item Keterangan
Tes prestasi Kognitif
56 Valid 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 41, 42, 44, 46, 48, 49, 51, 52, 54
40 soal digunakan
Valid 2, 10, 12, 31, 38, 40, 45, 56 8 soal tidak digunakan
Tidak valid
9, 29, 33, 43, 47, 50, 53, 55 8 soal tidak digunakan
Tes Kreativi tas
28 Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28
25 soal digunakan
Tidak valid
4, 10, 12 3 soal tidak Digunakan
Soal yang yang digunakan dalam penelitian, tes kognitif 40 soal
karena selain telah valid semua indikator telah terpenuhi dan 16 soal tidak
digunakan. Tes kreativitas digunakan sebanyak 25 soal (tabel 3.3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur. Menurut
Budiyono (2009), suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran
dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut
dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-
orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang
berlainan.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder
Richardson (KR.20) sebagai berikut:
r11 = úúû
ù
êêë
é -úû
ùêë
é-
ås
s qp
nn
2
1
11
2
1
1
keterangan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen
n = jumlah item
s = standar deviasi
p = proporsi yang menjawab benar
q = proporsi yang menjawab salah
Dalam penelitian ini tes dikatakan reliabel jika r11 > 0,7.
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Tes Kognitif dan Kreativitas
No Instrumen Reliabilitas Kriteria
1 Tes Prestasi kognitif 0,953 Tinggi
2 Tes Kreativitas 0.928
Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Reliabilitas tes kognitif dan kreativitas menunjukkan kriteria tinggi,
sehingga instrumen dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian (tabel
3.4).
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan seberapa jauh soal itu dijawab
dengan benar. Dalam penelitian ini derajat kesukaran dihitung dengan
rumus :
Keterangan:
IK = Indeks kesukaran
JBA =Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB =Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA = banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB = banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria
Interval IK Kriteria
0,00 < IK ≤ 0,30
0,30 < IK ≤ 0,70
0,70 < IK ≤ 1,00
Sukar
Sedang
Mudah
BA
BA
JSJS
JBJB IK
++
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 3.5. Hasil Uji Taraf Kesukaran
Instrumen tes Taraf
Kesukaran Nomor soal Jumlah
Tes kognitif Sukar 4, 11, 16, 19, 20, 24, 32, 39, 40, 48 10
Sedang 1, 3, 6, 8, 14, 15, 17, 18, 21, 22, 23, 30, 34, 36, 37, 42, 44, 46, 52, 54
20
Mudah 5, 7, 13, 25, 27, 28, 35, 41, 49’ 56 10
Uji taraf kesukaran diketahui jumlah antara soal kategori sukar, sedang dan
mudah dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Jumlah soal kategori sedang lebih banyak
dibanding dengan jumlah soal dengan kategori sukar dan mudah.
4. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta yang
berkemampuan rendah. Daya pembeda dihitung dengan menggunakan rumus:
DP = BA JJ
BA-
, dengan :
DP = daya pembeda
BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Banyaknya siswa kelompok atas
JB = Banyaknya siswa kelompok bawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Klasifikasi dari daya beda sebagai berikut:
Kriteria
Interval DP Kriteria
0,00 ≤ DP ≤ 0,20
0,20 < DP ≤ 0,40
0,40 < DP ≤ 0,70
0,70 < DP ≤ 1,00
Jelek
Cukup
Baik
Baik sekali
Tabel 3.6. Hasil Uji Daya Beda
Instrumen Tes
Kualifikasi Daya Beda
Nomor Soal Jum lah
Hasil belajar Kognitif
Sangat membedakan - - Membedakan 1, 3, 4, 6, 8, 11, 13, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 30, 32, 34, 35, 37, 40, 41, 44, 46, 48, 54,
30
Cukup membedakan 5, 7, 26, 27, 28, 36,39, 42, 49, 52 10 Kurang membedakan
- -
Daya beda ranah kognitif 30 soal dapat membedakan dan 10 soal
cukup membedakan. Hal ini menunjukkan semua soal mempunyai
kemampuan untuk membedakan antara peserta didik yang pandai dengan
yang kurang pandai.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
penelitian diambil dari populasi yang normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan Software PASW18. Statistik uji menggunakan
normalitas test dengan pendekatan Kolmogorov Smirnova. Pengambilan
kesimpulan dengan ketentuan Ho diterima jika P-value > 0,05 dengan taraf
signifikan 5%.
2. Uji Homogenitas Data
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data mempunyai varians
yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
Software PASW18. Statistik uji menggunakan levene’s test dengan ketentuan
Ho diterima jika P-value > 0,05 dengan taraf signifikan 5%.
I. Hipotesis Statistik
1. Uji Anava
Setelah terpenuhinya prasyarat analisis yaitu normalitas dan
homogenitas, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis untuk
mengetahui apakah hipotesis yang sudah diajukan ditolak atau tidak ditolak.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian digunakan uji Anava dengan
menggunakan Tests of Between-Subjects Effects, desain faktorial 2 x 2 x 2.
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika P-value < 0,05.
2. Uji Lanjut
Uji lanjut anava dilakukan untuk hipotesis dengan P-value < a, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
taraf signifikasi 5%. Uji lanjut dengan menggunakan Post Hoc tipe Scheffe
dan dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas manakah yang lebih besar
pengaruhnya terhadap variabel terikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
123
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pembelajaran biologi dengan pendekatan (CTL) dengan teknik network tree
dan spider concept map mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil
belajar afektif dan psikomotor tetapi tidak berpengaruh signifikasi terhadap
hasil belajar kognitif peserta didik
2. Kreativits tinggi dan rendah mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil
belajar kognitif dan afektif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar psikomotor peserta didik.
3. Gaya berpikir sekuensial dan acak tidak berpengaruh signifikasi terhadap
hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.
4. Interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik
dengan network tree dan spider concept map dengan kreativitas tinggi dan
rendah tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif, afektif,
dan psikomotor peserta didik.
5. Interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik
network tree dan spider concept map dengan gaya berpikir sekuensial dan
acak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar psikomotor tetapi tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif dan afektif peserta
didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
124
6. Interaksi antara kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya berpikir sekuensial
dan acak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif tetapi tidak
berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar afektif dan psikomotor peserta
didik.
7. Interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan teknik network tree dan
spider concept map, kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya berpikir
sekuensial dan acak tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah:
a. Ketepatan pemilihan pendekatan dan teknik pembelajaran dapat membantu
pemahaman materi peserta didik.
b. Hasil penelitian ini secara teoritis dapat digunakan sebagai bahan referensi
penelitiian lebih lanjut khususnya dalam hal pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL).
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah :
a. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
b. Teknik network tree dan spider concept map membantu peserta didik
menghubungkan konsep satu dengan konsep yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
125
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru
a. Penerapan pembelajaran bermakna dan upaya menghubungkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari hari dapat dilakukan melalui
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
b. Materi yang cakupannya luas dapat menerapkan teknik network tree.
2. Kepada Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain
dengan menggunakan variabel yang berbeda dan sedapat mungkin
mengurangi keterbatasan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Belajar
Deskripsi data disajikan dengan maksud untuk menjelaskan keadaan data
setelah pendekatan CTL diaplikasikan. Data yang terkumpul dalam penelitian ini
terdiri atas data kreativitas, gaya berpikir, hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor. Data tersebut diperoleh dari kelas VII B dan VII D sebagai kelas
dengan perlakuan eksperimen I pendekatan CTL dengan teknik network tree dan
kelas VII E dan VII F sebagai kelas dengan perlakuan eksperimen II pendekatan
CTL dengan teknik spider concept map.
Materi Kompetensi Dasar (KD) 6.2 “Mengklasifikasikan makhluk hidup
berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki” pada silabus dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) memiliki alokasi waktu 6 jam pelajaran (6 x 40’) yang
mencakup 5 kingdom klasifikasi makhluk hidup, yaitu kingdom monera, protista,
fungi, plantae, dan animalia. Dalam penelitian ini ada tiga pertemuan yaitu
pertama membahas materi klasifikasi tumbuhan biji, kedua klasifikasi hewan
invertebrata, dan ketiga klasifikasi hewan vertebrata. Waktu yang yang
dibutuhkan 8 jam pelajaran, kurang 2 jam untuk materi monera, protista, dan
fungi. Kekurangan mengambil dari waktu cadangan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
1. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Teknik Pembelajaran
Tabel 4.1 Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Teknik network tree dan spider concept map.
Teknik Hasil Belajar
Kognitif Afektif Psikomotor
Network Tree 58,20 65,40 70,05 Spider concept map 54,30 60,57 64,72 Keterangan: Nilai rata-rata teknik network tree lebih baik dari spider
concept map.
Gambar 4.1. Histogram Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Teknik Network Tree dan Spider Concept Map.
Perbandingan nilai rerata kognitif teknik network tree 58,20
sedangkan spider concept map 54,30. Nilai rerata afektif teknik network
tree 65,40 sedangkan spider concept map 60,57. Nilai rerata
psikomotor teknik network tree 70,05 sedangkan spider concept map
64,72. Berdasarkan teknik pembelajaran tersebut peserta didik yang
belajar dengan menggunakan teknik network tree memperoleh nilai
hasil belajar lebih baik dari pada menggunakan teknik spider concept
map (tabel 4.1).
58.2 65.4 70.05
54.3 60.57 64.72
Kognitif Afektif Psikomotor
Hasil Belajar
Network Tree Spider concept map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Kreativitas
Tabel 4.2. Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Kreativitas
Kreativitas Hasil Belajar
Kognitif Afektif Psikomotor Kreativitas Tinggi 60,70 62,45 67,84 Kreativitas Rendah 48,71 60,76 66,32
Keterangan: Nilai rata-rata kreativitas tinggi lebih baik dari kreativitas rendah.
Gambar 4.2. Histogram Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Kreativitas
Perbandingan nilai rerata kognitif kreativitas tinggi 60,70
sedangkan kreativitas rendah 48,71. Nilai rerata afektif kreativitas tinggi
62,45 sedangkan kreativitas rendah 60,76. Nilai rerata psikomotor
kreativitas tinggi 67,84 sedangkan kreativitas rendah 66,32.
Berdasarkan kreativitas tersebut peserta didik yang memiliki kreativitas
tinggi memperoleh nilai hasil belajar lebih baik dari pada peserta didik
yang memiliki kreativitas rendah (tabel 4.2).
Sebaran hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor
berdasarkan kreativitas disajikan sebagai berikut:
60.7 62.45 67.84
48.71 60.76 66.32
Kognitif Afektif Psikomotor
Hasil Belajar
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
a. Hasil Belajar Kognitif
Tabel 4.3. Sebaran Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas
Niai Interval Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah
Frekuensi % Frekuensi %
18 - 24 0 0,00 1 2,94
25 - 31 1 1,79 5 14,71
32 - 38 2 3,57 3 8,82
39 - 45 10 17,86 6 17,65
46 - 52 4 7,14 6 17,65
53 - 59 8 14,29 7 20,59
60 - 66 9 16,07 1 2,94
67 - 73 11 19,64 2 5,88
74 - 80 7 12,50 2 5,88
81 - 87 3 5,36 1 2,94
88 - 94 1 1,79 0 0,00
Jumlah 56 100 34 100
Gambar 4.3. Histogram Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas
Kelompok kreativitas tinggi memperoleh nilai terendah pada
interval 25-31 sebanyak 1,79% atau 1 peserta didik, rentang nilai
paling banyak pada interval 67-73 sebanyak 19,64% atau 11 peserta
didik dan nilai tertinggi pada interval 88-94 sebanyak 1,79% atau 1
0
2
4
6
8
10
12
Frekuensi KreativitasTinggi
Frekuensi KreativitasRendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
peserta didik. Kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai
terendah pada interval 18-24 sebanyak 2,94% atau 1 peserta didik,
rentang nilai paling banyak pada interval 53-59 sebanyak 20,59% atau
7 peserta didik dan nilai tertinggi pada interval 81-87 sebanyak 2,94%
atau 1 peserta didik (tabel 4.3). Kesimpulan dari uraian di atas bahwa
hasil belajar kognitif kelompok kreativitas tinggi lebih baik daripada
kelompok kreativitas rendah.
b. Hasil Belajar Afektif
Tabel 4.4. Sebaran Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas
Niai Interval
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah
Frekuensi % Frekuensi %
49 - 55 4 7,14 3 8,82
56 - 62 17 30,36 19 55,88
63 - 69 23 41,07 10 29,41
70 - 76 12 21,43 2 5,88 Jumlah 56 100 34 100
Gambar 4.4. Histogram Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas
0
5
10
15
20
25
NilaiInterval
49 - 55 56 - 62 63 - 69 70 - 76
Frekuensi Kreativitas Tinggi
Frekuensi KreativitasRendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Kelompok kreativitas tinggi memperoleh nilai terendah pada
interval 49-55 sebanyak 7,14% atau 4 peserta didik, rentang nilai yang
paling banyak pada interval 63-69 sebanyak 41,07% atau 23 peserta
didik dan nilai tertinggi pada interval 70-76 sebanyak 21,43% atau 12
peserta didik. Kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai
terendah pada interval 49-55 sebanyak 8,82% atau 3 peserta didik,
rentang nilai paling banyak pada interval 56-62 sebanyak 55,88% atau
19 peserta didik dan nilai tertinggi pada interval 70-76 sebanyak
5,88% atau 2 peserta didik (tabel 4.4). Kesimpulan dari uraian di atas
bahwa hasil belajar afektif kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari
pada kelompok kreativitas rendah.
c. Hasil Belajar Psikomotor
Tabel 4.5. Sebaran Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas
Niai Interval
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah
Frekuensi % Frekuensi %
47 - 53 5 8,93 3 8,82
54 - 60 5 8,93 8 23,53
61 - 67 16 28,57 7 20,59
68 - 74 18 32,14 8 23,53
75 - 81 11 19,64 8 23,53
82 - 88 1 1,79 0 0 Jumlah 56 100 34 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 4.5. Histogram Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas
Kelompok kreativitas tinggi mendapatkan nilai terendah pada
interval 47-53 sebanyak 8,93% atau 5 peserta didik, rentang nilai yang
paling banyak pada interval 68-74 sebanyak 32,14% atau 18 peserta
didik dan nilai tertinggi pada interval 82-88 sebanyak 1,79 % atau 1
peserta didik. Kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai
terendah pada interval 47-53 sebanyak 8,82% atau 3 peserta didik,
rentang nilai yang paling banyak pada interval 54-60, 68-74, 75-81
masing-masing sebanyak 23,53% atau 8 peserta didik dan nilai
tertinggi juga pada interval 75-81 sebanyak 23,53% atau 8 peserta
didik (tabel 4.5). Kesimpulan dai uraian di atas bahwa hasil belajar
psikomotor kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari pada kelompok
kreativitas rendah.
0
5
10
15
20
Frekuensi Kreativitas Tinggi
Frekuensi KreativitasRendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
3. Deskripsi Data Hasil Belajar Berdasarkan Gaya Berpikir
Tabel 4.6. Rata-rata Prestasi Belajar berdasarkan Gaya berpikir
Gaya Berpikir Hasil Belajar
Kognitif Afektif Psikomotor Sekuensial 55,13 62,85 67,16 Acak 57,80 62,91 67,43
Keterangan: Nilai rata-rata Gaya berpikir acak lebih baik Gaya berpikir sekuensial
Gambar 4.6. Histogram Rata-rata Hasil Belajar Berdasarkan Gaya
Berpikir
Perbandingan nilai rerata hasil belajar kognitif gaya berpikir
sekuensial 55,13 sedangkan gaya berpikir acak 57,80. Nilai rerata
afektif gaya berpikir sekuensial 62,85 sedangkan berpikir acak 62,91.
Nilai rerata psikomotor gaya berpikir sekuensial 67,16 sedangkan gaya
berpikir acak 67,43. Berdasarkan gaya berpikir tersebut peserta didik
yang memiliki gaya berpikir acak memperoleh nilai lebih baik dari pada
peserta didik yang memiliki gaya berpikir sekuensial (tabel 4.6).
Sebaran hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor
berdasarkan gaya berpikir disajikan sebagai berikut:
55.13 62.85 67.16
57.8 62.91 67.43
Kognitif Afektif Psikomotor
Hasil Belajar
Sekuensial Acak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
a. Hasil Belajar Kognitif
Tabel 4.7 Sebaran Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Gaya Berpikir
Niai Interval Gaya Berpikir Sekuensial Gaya Berpikir Acak
Frekuensi % Frekuensi %
18 - 24 1 1,79 0 0
25 - 31 3 5,36 3 8,82
32 - 38 3 5,36 2 5,88
39 - 45 13 23,21 3 8,82
46 - 52 6 8,93 5 17,65
53 - 59 10 17,86 5 14,71
60 - 66 6 10,71 4 11,76
67 - 73 8 14,29 5 14,71
74 - 80 4 7,14 5 14,71
81 - 87 1 3,57 2 2,94
88 - 94 0 0,00 1 2,94 Jumlah 55 100 35 100
Gambar 4.7. Histogram Hasil Belajar Kognitif Berdasarkan Gaya Berpikir
Kelompok gaya berpikir sekuensial memperoleh nilai terendah
pada interval 18-24 sebanyak 1,79% atau 1 peserta didik, rentang nilai
yang paling banyak pada interval 39-45 sebanyak 23,21% atau 13
0
5
10
15
20
25
Nia
i Int
erva
l
18 -
24
25 -
31
32 -
38
39 -
45
46 -
52
53 -
59
60 -
66
67 -
73
74 -
80
81 -
87
88 -
94
% Gaya Berpikir Sekuensial
% Gaya Berpikir Acak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
peserta didik dan nilai tertinggi pada interval 81-87 sebanyak 3,57 %
atau 1 peserta didik. Kelompok gaya berpikir acak memperoleh nilai
terendah pada interval 25-31 sebanyak 8,82% atau 3 peserta didik,
rentang nilai yang paling banyak interval 46-52, 53-59, 67-73, 74-80
masing-masing sebanyak 14,71% atau 5 peserta didik dan nilai
tertinggi pada interval 88-94 sebanyak 2,94% atau 1 peserta didik
(tabel 4.7). Kesimpulan dari uraian diatas bahwa hasil belajar kognitif
kelompok gaya berpikir acak lebih baik dari kelompok gaya berpikir
sekuensial.
b. Hasil Belajar Afektif
Tabel 4.8 Sebaran Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Gaya berpikir
Niai Interval
Gaya Berpikir Sekuensial Gaya Berpikir Acak
Frekuensi % Frekuensi %
49 – 55 5 9,09 2 5,71
56 – 62 20 36,36 16 45,71
63 – 69 21 38,18 12 34,29
70 – 76 9 16,36 5 14,29 Jumlah 55 100 35 100
Gambar 4.8. Histogram Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Gaya Berpikir
0
10
20
30
40
50
NiaiInterval
49 – 55 56 – 62 63 – 69 70 – 76
% Gaya BerpikirSekuensial
% Gaya Berpikir Acak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Kelompok gaya berpikir sekuensial memperoleh nilai
terendah pada rentang 49-55 sebanyak 9,09% atau 5 peserta didik,
interval nilai paling banyak pada rentang 63-69 sebanyak 38,18%
atau 21 peserta didik dan nilai tertinggi pada rentang 70-76
sebanyak 16,36% atau peserta didik. Kelompok gaya berpikir acak
memperoleh nilai terendah pada rentang 49-55 sebanyak 5,71%
atau 2 peserta didik, interval nilai paling banyak pada rentang 56-62
sebanyak 45,71% atau 16 peserta didik dan nilai tertinggi pada
rentang 70-76 sebanyak 14,29% atau 5 peserta didik (tabel 4.8).
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa hasil prestasi belajar afektif
kelompok gaya berpikir acak lebih baik dari pada kelompok gaya
berpikir sekuensial.
c. Hasil Belajar Psikomotor
Tabel 4.9. Sebaran Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan Gaya Berpikir
Niai Interval
Gaya Berpikir sekuensial Gaya Berpikir Acak
Frekuensi % Frekuensi %
47 - 53 5 9,09 3 8,57
54 - 60 8 14,55 5 14,29
61 - 67 13 23,64 10 28,57
68 - 74 18 32,73 8 22,86
75 - 81 10 18,18 9 25,71
82 - 88 1 1,82 0 0,00 Jumlah 55 100 35 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 4.9. Histogram Hasil Belajar Psikomotor Berdasarkan Gaya
Berpikir
Kelompok gaya berpikir sekuensial memperoleh nilai
terendah pada interval 47-53 sebanyak 9,09% atau 5 peserta didik,
rentang nilai paling banyak pada interval 68-74 sebanyak 32,73%
atau 18 peserta didik, dan nilai tertinggi pada interval 82-88
sebanyak 1,82% atau 1 peserta didik. Kelompok gaya berpikir acak
memperoleh nilai terendah pada interval 47-53 sebanyak 8,57%
atau 3 peserta didik, rentang nilai paling banyak pada interval 61-67
sebanyak 28,67% atau 10 peserta didik, dan nilai tertinggi pada
interval 75-81 sebanyak 25,71% atau 9 peserta didik (tabel 4.9).
Kesimpulan dari uraian di atas bahwa hasil belajar psikomotor
kelompok gaya berpikir acak lebih baik dari kelompok gaya
berpikir sekuensial.
A. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan variansinya
05
101520253035
% Gaya Berpikir sekuensial
% Gaya Berpikir Acak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
homogen atau tidak. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Pengujian hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis. Uji
prasyarat analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
software PASW 18.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnova.. Uji
normalitas ini menggunakan signifikansi α = 0,05, jika harga P-Value
data yang di peroleh lebih besar atau sama dengan α = 0,05 maka Ho
diterima atau dikatakan bahwa data tersebut dari populasi normal.
Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar
No Variabel Kognitif Afektif Psikomotor
p-value
Kesimpulan p-value
Kesimpulan
p-value Kesimpulan
1 Peserta didik yang diberi CTL melalui network tree
0.083 Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
2 Peserta didik yang diberi CTL melalui spider concept map
0. 200* Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
3 Peserta didik yang memiliki kreativitas rendah
0. 200* Normal 0. 164 Normal 0. 132 Normal
4 Peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi
0.068 Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
5 Peserta didik yang memiliki gaya berpikir acak
0.140 Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
6 Peserta didik yang memiliki gaya berpikir sekuensial
0.200* Normal 0.200* Normal 0,058 Normal
7
Pendekatan CTL melalui netwoork tree untuk peserta didik yang memiliki kreativitas rendah dan gaya berpikir acak
0. 200* Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
8
Pendekatan CTL melalui netwoork tree untuk peserta didik yang memiliki kreativitas rendah dan gaya berpikir sekuensial
0.147* Normal 0. 200* Normal 0,075 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
9
Pendekatan CTL melalui netwoork tree untuk peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan gaya berpikir acak
0.200* Normal 0.200* Normal 0.200* Normal
10
Pendekatan CTL melalui netwoork tree untuk peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan gaya berpikir sekuensial
0.200* Normal 0.200* Normal 0.200* Normal
11
Pendekatan CTL melalui spider concept map untuk peserta didik yang memiliki kreativitas rendah dan gaya berpikir acak
0.200* Normal 0.200* Normal 0.200* Normal
12
Pendekatan CTL melalui spider concept map untuk peserta didik yang memiliki kreativitas rendah dan gaya berpikir sekuensial
0. 200* Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
13
Pendekatan CTL melalui spider concept map untuk peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan gaya berpikir acak
0.200* Normal 0.200* Normal 0,089 Normal
14
Pendekatan CTL melalui spider concept map untuk peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan gaya berpikir sekuensial
0.169* Normal 0. 200* Normal 0. 200* Normal
Keterangan: p-value > 0,05 berarti Ho diterima
Uji normalitas terhadap hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor diperoleh p > 0.05 berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal (tabel 4.10).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
semua sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-F dengan
bantuan software PASW 18 test Levene’s dengan tingkat signifikan α
= 0,05, jika harga P-value data yang diperoleh lebih besar atau sama
dengan α=0,05 maka Ho diterima atau dikatakan bahwa data tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen.
Lanjutan tabel 4.1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Jika uji homogenitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji analisis
variansi (anava).
Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar
No Variabel Kognitif Afektif Psikomotor
p-value Kesimpu
lan p-value Kesimpu
lan p-value Kesimpu
lan
1 Pendekatan CTL melalui network tree dan spider concept map
0,803 Homogen 0,384 Homogen 0,945 Homogen
2 Kreativitas 0,823 Homogen 0,267 Homogen 0,173 Homogen
3 Gaya berpikir 0,703 Homogen 0,847 Homogen 0,658 Homogen
4 Pendekatan CTL melalui network tree dan spider concept map * kreativitas
0,704 Homogen 0,898 Homogen 0,480 Homogen
5
Pendekatan CTL melalui network tree dan spider concept map * Gaya berpikir
0,978 Homogen 0,785 Homogen 0,124 Homogen
6 Kreativitas * Gaya berpikir 0,673 Homogen 0,520 Homogen 0,527 Homogen
7 Setiap Sel 0,777 Homogen 0,165 Homogen 0,323 Homogen
Uji homogenitas hasil belajar diperoleh P-value > 0,05 bahwa
semua data berasal dari populasi yang homogeny (tabel 4.11).
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Anava
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh pembelajaran dengan teknik network tree dan
spider concept map ditinjau dari kreativitas dan gaya berpikir peserta
didik terhadap hasil belajar. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan teknik anava 3 jalan yang melibatkan tiga variabel
bebas yaitu teknik pembelajaran, kreativitas dan gaya berpikir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hasil uji hipotesis pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor, dapat dilihat pada tabel berikut
dengan ketentuan jika p-value > 0,05 maka hipotesis nol diterima,
sedangkan jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol ditolak.
a. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Tabel 4.12. Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Ranah Kognitif
No. Yang di Uji F hitung p-value Keputusan Kesimpulan
1. CTL 0.149 0.701 H0A Tidak ditolak
Tidak ada pengaruh
2. Kreativitas 15.547 0.000 H0B ditolak ada berpengaruh
3. Gaya_berpikir 0.107 0.745 H0c Tidak ditolak
Tidak ada Berpengaruh
4. CTL * kreativitas 0.307 0.581 H0AB Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
5. CTL * gaya_berpikir
0.931 0.337 H0AC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
6. Kreativitas * gaya_berpikir
5.921 0.017 H0BC ditolak
Ada Interaksi
7. CTL * kreativitas * gaya_berpikir
0.000 0.989 H0ABC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 0,149 dengan probabilitas p-
value=0,701. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti
tidak ada pengaruh signifikan pendekatan CTL melalui network tree dan
spider concept map terhadap hasil belajar kognitif.
2. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung = 15,547 dengan probabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
p- value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti
ada pengaruh signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap hasil
belajar kognitif.
3. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung= 0,107 dengan p-value = 0,745.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan antara gaya berpikir acak dan sekuensial terhadap
hasil belajar kognitif.
4. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 0,307 dengan p-value =
0,581. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui network tree
dan spider concept map dengan kreativitas terhadap hasil belajar kognitif.
5. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,931 dengan p-value =
0,337. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara Pendekatan CTL melalui network tree
dan spider concept map dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar
kognitif.
6. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 5,921 dengan p-value =
0,017. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
pengaruh signifikan interaksi antara kreativitas dan gaya berpikir terhadap
hasil belajar kognitif.
7. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 0,000 dengan p-value =
0,989 Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui network tree
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
dan spider concept map, kreativitas dan gaya berpikir terhadap hasil
belajar kognitif.
b. Hasil Belajar Ranah Afektif
Tabel 4.13 Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Afektif
No. Yang di Uji F hitung p-value Keputusan Kesimpulan
1. CTL 14.474 0.000 H0A ditolak ada berpengaruh
2. Kreativitas 8.336 0.005 H0B ditolak ada berpengaruh
3. Gaya_berpikir 0.001 0.972 H0c Tidak ditolak
Tidak ada Berpengaruh
4. CTL * kreativitas 0.858 0.357
H0AB Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
5. CTL * gaya_berpikir 0.004 0.948
H0AC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
6. Kreativitas * gaya_berpikir 0.892 0.348
H0BC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
7. CTL * kreativitas * gaya_berpikir
0.827 0.366 H0ABC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 14,474 dengan probabilitas
p-value=0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti
ada pengaruh signifikan pendekatan CTL melalui network tree dan spider
concept map terhadap hasil belajar afektif.
2. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung = 8,336 dengan probabilitas
p-value = 0,005. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti
ada pengaruh signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
hasil belajar afektif.
3. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung= 0,001 dengan p-value=
0,972. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada pengaruh signifikan antara gaya berpikir acak dan sekuensial
terhadap hasil belajar afektif.
4. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 0,858 dengan p-value =
0,357. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui
network tree dan spider concept map dengan kreativitas terhadap hasil
belajar afektif.
5. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,004 dengan p-value =
0,948. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui
network tree dan spider concept map dengan gaya berpikir terhadap hasil
belajar afektif.
6. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 0,892 dengan p-value =
0,348. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara kreativitas dan gaya berpikir
terhadap hasil belajar afektif.
7. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 0,827 dengan p-value =
0,366 Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui network
tree dan spider concept map, kreativitas dan gaya berpikir pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
terhadap hasil belajar afektif.
c. Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Ranah Psikomotor
No. Yang di Uji F
hitung p-
value Keputusan Kesimpulan
1. CTL 5.044 0.027
H0A ditolak Ada berpengaruh
2. Kreativitas 0.236 0.629
H0B Tidak ditolak
Tidak ada berpengaruh
3. Gaya_berpikir 0.096 0.757 H0c Tidak ditolak
Tidak ada Berpengaruh
4. CTL * kreativitas
0.105 0.747 H0AB Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
5. CTL *
gaya_berpikir 8.107 0.006 H0AC
ditolak Ada Interaksi
6. Kreativitas *
gaya_berpikir 1.217 0.273
H0BC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
7. CTL *
kreativitas * gaya_berpikir
0.376 0.542 H0ABC Tidak ditolak
Tidak Ada Interaksi
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 5,044 dengan probabilitas p-
value=0,027. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
pengaruh signifikan pendekatan CTL melalui network tree dan spider
concept map terhadap hasil belajar psikomotor.
2. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung = 0,236 dengan probabilitas p-
value = 0,629. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho diterima, berarti
tidak ada pengaruh signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap
hasil belajar psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
3. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 0,096 dengan p-value =
0,757. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan antara gaya berpikir acak dan sekuensial terhadap
hasil belajar psikomotor.
4. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 0,105 dengan p-value =
0,747. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui network tree
dan spider concept map dengan dan kreativitas terhadap hasil belajar
psikomotor.
5. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 8,107 dengan p-value =
0,006. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui network tree
dan spider concept map dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar
psikomotor.
6. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 1,217 dengan p-value =
0,273. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara kreativitas dan gaya berpikir terhadap
hasil belajar psikomotor.
7. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 0,376 dengan p-value =
0,542 Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak ada
pengaruh signifikan interaksi antara pendekatan CTL melalui network tree
dan spider concept map, kreativitas dan gaya berpikir terhadap hasil
belajar psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2. Uji Lanjut Anava
Berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama
dengan prosedur General Linear Model (GLM), maka yang perlu diuji lanjut
adalah interaksi empat sampai tujuh jika diperoleh p-value < 0,05 maka
hipotesis Ho: ditolak, artinya ada interaksi. Uji lanjut dilakukan untuk
mengetahui pengaruh intraksi perlakuan/tinjauan yang lebih kuat.
Adapun yang perlu diuji lanjut adalah:
a. Hipotesis ke lima ranah psikomotor (HOAC). Pengaruh interaksi antara
pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL dengan teknik network
tree dan spider concept map dengan gaya berfikir skuensial dan acak
terhadap hasil belajar psikomotor peserta didik (p-value = 0,006).
Tabel 4.15 Post Hoc Test: Schefe Hipotesis Lima
Interaksi (A) Interaksi (B) Selisih Rerata (A-B)
p-value
Network Tree- Acak
Spider CM-Sekuensial 4,2799 .404
Network Tree-Sekuensial
Network Tree -Acak 4,7466 .329
Network Tree-Sekuensial
Spider CM-Acak 4,2564 .412
Network Tree-Sekuensial
Spider CM-Sekuensial
9,0265* .002
Spider Concept Map-Acak
Network Tree -Acak
0.4902 .999
Spider Concept Map-Acak
Spider CM-Sekuensial
4,7701 .291
Peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
CTL dengan teknik network tree dan spider concept map dengan gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
berpikir sekuensial memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil
belajar psikomotor dengan p-value 0,002 (Tabel 4.15).
b. Hipotesis ke enam ranah kognitif (HOBC). Pengaruh interaksi antara
kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya berfikir sekuensial dan acak
terhadap hasil belajar kognitif peserta didik (p-value = 0,017).
Tabel 4.16. Post Hoc Test: Schefe Hipotesis Enan
Interaksi (A) Interaksi (B) Selisih Rerata
(A-B) P-value
Kreatif Rendah- Sekuensial
Kreativitas Rendah-Acak 6,5429 .676
Kreativitas Tinggi-Acak
Kretivitas Rendah-Acak 21,5714* .001
Kreativitas Tinggi-Acak
Kre Rendah-Sekuensial 15,0286* .023
Kreativitas Tinggi-Acak
Kre Tinggi-Sekuensial
9,1714 .195
Kreatif Tinggi-Sekuensial
Kreativias Rendah-Acak
12,4000 .091
Kreatif Tinggi-Sekuensial
Kre Rendah-Sekuensial
5,8571 .596
Peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah
dengan gaya berpikir acak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar kognitif dengan p-value 0,001 sedangkan
peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi gaya berpikir acak
dengan kreativitas rendah gaya berpikir sekuensial memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif dengan p-
value 0,023 (Tabel 4.16). Sehingga interaksi yang paling berpengaruh
yaitu kreativitas tinggi dan rendah dengan gaya berpikir acak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
D. Pembahasan Hasil Analisis
1. Hipotesis Pertama
Pendekatan pembelajaran CTL dengan teknik network tree
dan spider concept map memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar afektif dan psikomotor. Pendekatan CTL disertai
network tree dan spider concept map memberikan dampak yang relatif sama
terhadap hasil belajar kognitif. Peserta didik menerima pembelajaran dengan
CTL dengan tujuh komponen yaitu modeling, questioning, inquiry, learning
community, constructivism, reflection, dan authentic assisment memberikan
kontribusi yang baik untuk materi klasifikasi makhluk hidup.
Teknik network tree dan spider concept map merupakan bagian dari
peta konsep. Network tree memuat ide pokok yang terdiri dari beberapa
konsep yang dihubungkan dengan garis-garis. Garis-garis menunjukkan
hubungan antara ide-ide. Kata penghubung yang ditulis pada garis
memberikan hubungan antara konsep. Teknik spider concept map memuat
ide pokok yang terdiri dari beberapa konsep. konsep-konsep yang
merupakan bagian dari ide pokok. Banyak ide yang berhubungan dengan ide
pokok tetapi belum jelas hubungannya satu sama lain. Persamaan network
tree dan spider concept map adalah bagian dari peta konsep yang
menghubungkan konsep satu dengan konsep lain sedangkan perbedaannya
network tree konsep-konsep yang dituliskan memvisualisasikan sesuatu
yang hierarki sedangkan spider concept map memvisualisasikan sesuatu
yang tidak hierarki (lampiran 48).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
CTL disertai network tree dan spider concept map membuat peserta
didik aktif untuk melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan,
berkomunikasi kemudian menyimpulkan dengan dituangkan dalam network
tree/spider concept map membuat pembelajaran kondusif dengan gerak
peserta didik yang aktif. Komunikasi dalam pengamatan maupun presentasi
membuat peserta didik percaya diri dan merasa dihargai. Selain itu peserta
didik juga melakukan pengamatan dengan teliti, tanggung jawab, dan kerja
sama yang baik di dalam kelompok maupun dengan kelompok lain juga
dengan guru sehingga membentuk sikap yang mandiri dan berkarakter.
Pendekatan dan teknik yang tepat dalam pembelajaran
mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini relevan dengan teori belajar
Bruner bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungan dengan
secara aktif perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan tetapi pada diri
orang itu sendiri. Interaksi secara langsung antara peserta didik dengan
peserta didik maupun peserta didik dengan benda atau lingkungan di
sekitarnya dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Dahar, 1989).
2. Hipotesis kedua
Kreativits tinggi dan rendah memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar kognitif dan afektif. Kreativitas yang
dipunyai oleh peserta didik mempunyai kontribusi terhadap hasil belajar
kognitif dan afektif. Pada tabel dan gambar 4.2 terlihat bahwa rerata hasil
belajar peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi mempunyai nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
rerata lebih tinggi dari peserta didik yang mempunyai kreativitas rendah.
Hal ini juga terlihat dari hasil kerja network tree dan spider concept map
peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi lebih lengkap dibandingkan
dengan peserta didik yang memiliki kreativitas rendah (Lampiran 44).
Munandar (2011) dikatakan bahwa salah satu faktor untuk menentukan
keberbakatan seseorang adalah kreativitas untuk berprestasi. Kreativitas atau
daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu
dan teknologi serta dalam semua bidang usaha maupun lainnya.
Dalam proses pembelajaran kreativitas yang dimiliki peserta didik
belum sepenuhnya tertuang dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang
baru kelas tujuh kemungkinan masih ada yang mempunyai rasa malu atau
takut untuk melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan baik kepada
teman dalam kelompok atau kepada guru. Sedangkan untuk melakukan
pengamatan sangat bersemangat. Dengan demikian kreativitas peserta didik
kurang memberikan kontribusi terhadap hasil belajar psikomotor.
3. Hipotesis ketiga
Gaya berpikir sekuensial dan acak tidak berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan
pasikomotor. Dalam penelitian ini gaya berpikir hanya
menunjukkan perbedaan perolehan nilai rerata, ditunjukkan bahwa
peserta didik yang memiliki gaya berpikir acak memperoleh nilai
rerata lebih tinggi dari pada yang mempunyai gaya berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
sekuensial (tabel 4.6). Dalam proses pembelajaran materi klasifikasi
makhluk hidup, gaya berpikir tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap proses pemahaman, kemampuan untuk
mengamati, mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan hasil
pembelajaran, juga sikap teliti, tanggung jawab dan kerja sama.
Gaya berpikir adalah suatu bentuk perilaku yang diakibatkan
oleh dominansi otak (kiri atau kanan) dalam memproses informasi hingga
menciptakan solusi yang lebih seimbang untuk menyelesaikan
permasalahan dalam situasi dan kondisi rangsangan yang berbeda-beda
seperti pada Nathony Gregorc (dalam DePorter, 2011). Bahwa otak
menyerap dan memproses informasi sesuai dengan gaya berpikir
masing-masing tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal
ini kemungkinan karena teknik network tree dan spider consept
map haya menyertai pembelajaran yaitu muncul pada akhir
pembelajaran pada fase constructivism.
4. Hipotesis keempat
Interaksi antara pendekatan CTL dengan teknik network
tree dan spider concept map dengan kreativitas tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor. Hal ini terjadi kemungkinan karena pendekatan CTL
network tree dan spider concept map membuat peserta didik lebih
tertarik. Akibat ketertarikan tersebut pemahaman, sikap ketelitian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
kerja sama, tanggung jawab, dan gerak dalam mengamati,
mengajukan pertanyaan dan komunikasi dalam penerimaan materi
klasifikasi makhluk hidup peserta didik secara umum baik. Begitu
juga kreativitas membuat peserta didik tertarik untuk mengikuti
pembelajaran.
Menurut teori belajar Ausubel “belajar bermakna
(meaningful learning)” yaitu proses belajar yang menghubungkan
informasi baru dengan struktur yang telah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Berhubungan dengan kreativitas menurut Munandar
(2011) salah satu faktor untuk menentkan keberbakatan seseorang
adalah kreativitas untuk berprestasi. Pada pembelajaran materi
klasifikasi makhluk hidup teknik nekwork tree dan spider concept
map dan kreativitas yang dimiliki peserta didik memberikan
kontribusi yang sama terhadap hasil belajar, sehingga tidak ada
pengaruh interaksi yang signifikan.
5. Hipotesis kelima
Interaksi antara pendekatan CTL dengan teknik network
tree dan spider concept map dengan gaya berpikir berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar psikomotor. Hal ini terjadi
karena interaksi antara pendekatan CTL disertai network tree dan
spider concept map dengan gaya berpikir mempunyai kontribusi
yang sama terhadap hasil belajar kognitif dan afektif. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Network tree dan spider concept map sebagai teknik membantu peserta
didik menghubungkan konsep satu dengan yang lain dalam materi
klasifikasi makhluk hidup dengan gaya berpikir dominansi otak kiri dan
kanan dalam memproses informasi tidak memerikan pengaruh yang
signifikan terhadap pemahaman materi dan sikap teliti, tanggung jawab,
dan kerja sama dalam proses pembelajaran.
Hasil uji anava lanjut interaksi yang mempunyai pengaruh lebih
besar pendekatan CTL disertai network tree dan spider concept map dengan
gaya berpikir sekuensial (Tabel 4.15). Pembelajaran sains khususnya biologi
tidak hanya berupa transfer pengetahuan saja tetapi juga bagaimana cara
memperoleh penegetahuan tersebut. Menurut Gagne (cit Dahar, 1984:11)
yang yaitu “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Oleh karena itu dalam proses
belajar mengajar biologi yang terpenting adalah pengalaman yang dapat
membuat perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.
Tingkah laku dalam penelitian ini adalah mengamati, mengajukan
pertanyaan, dan berkomunikasi.
6. Hipotesis keenam
Interaksi antara kreatifitas tinggi dan rendah dengan gaya
berpikir sekuensial dan acak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar konitif. Peserta didik yang mempunyai kreativitas
tinggi dan gaya berpikir acak memiliki nilai rerata kognitif lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
dibandingkan dengan kreativitas tinggi dan gaya berpikir sekuensial, juga
dengan kreativitas rendah dan gaya berpikir acak dan sekuensial.
Interaksi kreativitas dan gaya berpikir dalam materi klasifikasi
makhluk hidup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pemahaman konsep materi klasifikasi makhluk hidup, karena
peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi cenderung mempunyai
kemampuan memahami materi lebih baik dari pada yang mempunyai
kreativitas rendah. Peserta didik yang mempunyai gaya berpikir acak
cenderung mempunyai keinginan melakukan coba-salah (trial and error)
sehingga sering terjadi lompatan intuitif. Sebaliknya yang berpikir
sekuensial cenderung untukberpikir sistematis dan teratur. Hasil uji lanjut
anava menunjukkan interaksi antara kreativitas rendah dan tinggi dengan
gaya berfikir acak memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil belajar
kognitif (Tabel 4.16).
Peserta didik yang memiliki ciri-ciri kreativitas menurut
munandar (2011) diantaranya adalah rasa ingin tahu yang luas dan
mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan
banyak gagassan dan mempunyai daya imajinasi. Dalam
pembelajaran klasifikasi makhluk hidup peserta didik yang memiliki
kreativitas tinggi akan cenderung mengembangkan ide-idenya
didukung dengan gaya berpikir yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan
ciri gaya berpikir acak, bahwa peserta didik mampu menyelesaikan
tugasnya sendiri dengan cara mereka sendiri walaupun sering terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kesalahan-kesalahan, namun tidak membuat putus asa untuk terus
mencoba, sehingga sering terjadi lompotan intuitif ketika
menyelesaikan tugasnya (DePorter, 2011).
7. Hipotesis ketujuh
Interaksi antara pembelajaran biologi dengan pendekatan CTL
dengan teknik network tree dan spider concept map, kreativitas tinggi
dan rendah dengan gaya berpikir sekuensial dan acak tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar kognitif,
afektif, dan psikomotor. Menurut Ausubel (cit Dahar, 1989) belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan
pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua
menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu
pada struktur kognitif yang telah ada. Menurut Piaget perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh tiga proses dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi. Pemaduan materi klasifikasi makhluk hidup yang telah ada
disesuaikan dengan materi yang diterima kemudian disusun menjadi konsep
klasifikasi yang sempurna.
Dari hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa teknik
nertwork tree dan spider concept map yang diinteraksikan dengan
kreativitas dan gaya berpikir menjadikan hasil belajar yang diperoleh
dari kedua kelompok penelitian tidak berbeda. Dengan tidak adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa ketiga variabel yang
diinteraksikan saling independen.
8. Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Pendekatan CTL Dengan Teknik NT dan SCM (D)
Ha
sil
Bel
aja
r
Kognitif (A)
A D
Krea
tivita
s (E)
A D A E
E F A F
Afektif (B)
B D B D E F B E B F
Psikomotor
(C)
C D C D E F C E C F
Gaya Berpikir (F)
Ket: ada pengaruh ada interaksi
Penjelasan:
1. Pendekatan CTL dengan network tree dan spider concept map
bagi peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan
berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif dan afektif tetapi
tidak berpengaruh terhadap hasil belajar psikomotor.
2. Jika ada pengaruh antara hasil belajar kognitif maupun
psikomotor dengan variabel lain, dapat menyebabkan terjadinya
interaksi dengan variabel yang lain pula.
3. Jika ada pengaruh antara hasil belajar afektif dengan salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
atau dua variabel yang lain tidak menyebabkan terjadinya
interaksi seluruh variabel.
4. Hasil belajar kognitif dan psikomotor memiliki pengaruh untuk
terjadinya interaksi antar variabel.
E. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini sudah diupayakan semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil penelitian yang optimal dengan meminimalisasi kekurangan
dan atau kesalahan yang mungkin terjadi. Kelemahan dan keterbatasan tersebut
diantaranya:
1. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data yang terdiri atas,
tes kreativitas, tes prestasi belajar, tes untuk penilaian afektif dan psikomotor,
angket soal afektif, lembar observasi (LO), semuanya sudah divalidasi oleh
pakar (expert) dan kemungkinan belum memenuhi instrumen yang standar. Hal
ini disebabkan karena instrumen tersebut disusun dan dikembangkan oleh
penulis sendiri dan baru diujicobakan satu kali sehingga masih memerlukan uji
coba dan analisis lebih lanjut agar benar-benar standar.
2. Pendekatan pembelajaran dengan (CTL) memerlukan persiapan yang
cukup matang karena harus menyediakan bahan yang dibutuhkan
berkaitan dengan materi klasifikasi makhluk hidup.
3. Pembelajaran biologi dengan teknik network tree dan spider concept
map baru bagi peserta didik, sehingga harus memotivasi dengan
sungguh-sungguh.