tikus vs mencit
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
1/62
PENGGUNAAN MENCIT DAN TIKUS SEBAGAI
HEWAN MODEL PENELITIAN NIKOTIN
SKRIPSI
GUTAMA AGUS PRIBADI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
2/62
RINGKASAN
GUTAMA AGUS PRIBADI. D14102060. 2008. Penggunaan Mencit dan Tikus
Sebagai Hewan Model Penelitian Nikotin. Skripsi. Program Studi Teknologi
Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer
Pembimbing Anggota : dr. Anwar Wardy Warongan, Sp.S, DFM
Nikotin adalah suatu zat yang terkandung pada tembakau. Tembakau sebagai
salah satu produk sumber pendapatan negara, saat ini mulai terancam keberadaannya
dan mulai ditentang oleh beberapa kalangan karena hanya diihat dari sisi negatifnya
saja.. Nikotin berfungsi sebagai pengontrol nafsu makan, selain itu nikotin memiliki
manfaat yang positif yaitu dapat membantu dalam meningkatkan konsentrasi dan
daya ingat, meningkatkan perasaan senang serta mengurangi stress. Berbagai hewan
percobaan mulai dikembangkan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan penelitian-penelitian berbasis ternak dan kesehatan, diantaranya adalah mencit (Mus musculus)
dan tikus putih (Rattus novergicus). Mencit dan tikus putih sering digunakan sebagai
hewan percobaan (hewan model) karena murah, cepat berkembang-biak, sifat
anatomis dan karakter fisiologisnya mirip mamalia lain seperti manusia.
Penelitian ini laksanakan di Laboratorium Lapangan, Bagian Pemuliaan dan
Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan November sampai Desember 2006.
Materi yang digunakan 30 ekor mencit dan 30 ekor tikus putih jantan lepas sapih
yang diberi pakan dengan penambahan tepung tembakau yang terdiri dari tiga taraf
perlakuan yaitu 0; 0,16; dan 0,32%. Kadar nikotin dalam tepung tembakau yang
digunakan sebesar 10mg/g. Parameter yang diukur meliputi bobot badan,
pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, mortalitas, dan
pengamatan tingkahlaku harian mencit dan tikus. Data yang diperoleh dari hasil
percobaan dengan mencit dan tikus yang diberi perlakuan nikotin dianalisis
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), sedangkan untuk data
pengamatan tingkahlaku dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tikus memberikan respon perlakuan
yang lebih baik dibandingkan mencit. Semakin tinggi kadar nikotin yang diberikan
maka pertambahan bobot badan tikus semakin kecil. Pada mencit, pemberian nikotin
(0,32%) meningkatkan konsumsi pakan dibandingkan mencit yang tanpa diberi
nikotin, sedangkan pada tikus pemberian nikotin (0,16% dan 0,32%) berpengaruhpada penurunan daya konsumsi pakan. Konversi pakan tikus lebih rendah
dibandingkan mencit, artinya tikus lebih efisien dalam menggunakan pakan. Pada
mencit, semakin tinggi dosis nikotin yang diberikan maka semakin aktif makan,
tetapi tingkahlaku bergerak menurun dan aktivitas sosial cenderung meningkat. Pada
tikus, penambahan nikotin berpengaruh menurunkan tingkahlaku makan, tetapi
tingkahlaku minum meningkat. Pemberian nikotin pada tikus cenderung
meningkatkan aktivitas bergerak.
Kata-kata kunci: nikotin, mencit, tikus, bobot badan, tingkahlaku.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
3/62
ABSTRACT
Mice and Rats Utilization as Model Animals for Nicotine Reseach
Pribadi, G. A., S. S. Mansjoer, and A. W. Warongan
Nicotine is a substract which is consisted in tobbaco. Tobbaco as one of the nations
income, nowdays becomes a serious position agains the protest from several
communities who only observe its negative inputs. Nicotine is an appetite control, it
also helps to increase concentration and recall, improve pleasant feelings and
decreases stress. Various animals have been improved to support research activities
related to husbandry and medicals, both are mice (Mus musculus) and white haired
rats (Rattus novergicus). Mice and rats are very common as research model animals.
The anatomy and physiology are similiar to mammals such as human. This research
was done at the field laboratory of Animal Breeding and Genetics Division, Animal
Production and Technology Department, Faculty of Animal Science, Bogor
Agricultural University, from November up to the end of December 2006. Thematerials were 30 heads of mice and 30 heads of male white haired rats on post-
weaning. The animals were supplemented of tobbaco mashed which consisted of
three different treatments, 0, 0.16, and 0.32%. The levels of nicotine in tobacco
mashed was 10mg/g. Each treatment consisted 10 heads and were placed in cages,
each cage for two heads. The variables were body weight, body weight gain, feed
consumption, feed conversion, mortality, and daily behaviours. The data were
analysed by randomized group design, while the behaviours were analyzed
descriptively from the one-zero method. The results showed the rats gave better
respons to nicotine treatments. Supplementation of nicotine effected on decrease of
feed consumption and body weight gain. On mice, the feed consumption of 0.32%
treatment showed higher than control. Feed conversion of rats lower than mice. Rats
showed more efficient for feed. On mice, supplementation of nicotine increased
feeding and social behaviour but decreased on locomotion behaviour. On rats,
supplementation of nicotine could decrease feeding behaviour, but increased of
drinking and locomotion behaviour.
Keywords : nicotine, mice, rats, body weight, behaviour.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
4/62
PENGGUNAAN MENCIT DAN TIKUS SEBAGAI
HEWAN MODEL PENELITIAN NIKOTIN
GUTAMA AGUS PRIBADI
D14102060
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
5/62
PENGGUNAAN MENCIT DAN TIKUS SEBAGAI
HEWAN MODEL PENELITIAN NIKOTIN
Oleh
GUTAMA AGUS PRIBADI
D14102060
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21 Mei 2008
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dr.Anwar Wardy Warongan, Sp. S, DFM
NIP. 130 354 159 NIP. 5004 0228
Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr.
NIP. 131 955 531
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
6/62
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1984 di Bogor, Jawa Barat.
Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Jatmiko dan Ibu Anna Sutinah.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SD Negeri Cibuluh 2,
pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP
Negeri 1 Bogor dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002
di SMU Negeri 1 Bogor.
Pada tahun 2002 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai
mahasiswa Program Studi Ilmu Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan, Penulis pernah menjadi pengurus OSIS SMU
Negeri 1 Bogor, Ketua Komunitas Seni Fakultas Peternakan Theater Kandang
2004-2005, Ketua Persekutuan Mahasiswa Protestan-Katolik Fakultas Peternakan
(POPK) 2004-2005, mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2005. Selain
itu, Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kepanitiaan yang
diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) dan
Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak (HIMAPROTER).
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
7/62
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME yang dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan Model Penelitian Nikotin di bawah
bimbingan Dr. Ir. Sri Supraptini Mansjoer dan dr.Anwar Wardy Warongan, Sp.S,
DFM.
Skripsi ini ditulis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan
November hingga Desember 2006 di Bagian Pemulian dan Genetika Ternak,
Fakultas Peternakan IPB. Penulis tertarik melakukan penelitian nikotin dengan
menggunakan mencit dan tikus putih, karena mencit dan tikus putih merupakan
hewan model yang paling sering digunakan untuk penelitian, murah dan sifat-
sifatnya mirip dengan mamalia besar lainnya. Disamping itu tembakau sebagai bahan
yang mengandung nikotin saat ini keberadaannya mulai ditentang berbagai kalangan,
padahal keberadaannya sangat membantu dalam perolehan pendapatan negara kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, seperti kata
pepatah tak ada gading yang tak retak, sehingga kritik dan saran sangat Penulis
harapkan. Penulis berpendapat skripsi ini dibuat sebagai awal suatu proses
pembelajaran mandiri yang tidak pernah berhenti. Semoga hasil penelitian yang
tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juni 2008
Penulis
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
8/62
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiPENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Tujuan ......................................................................................................... 2
Manfaat ....................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
Mencit dan Tikus ........................................................................................ 3
Klasifikasi Mencit dan Tikus ...................................................................... 3
Pertumbuhan ................................................................................................ 7
Pertambahan Bobot Badan........................................................................... 7Konsumsi Ransum dan Air Minum ............................................................ 8
Konversi dan Keefisienan Ransum ............................................................. 9
Nikotin ......................................................................................................... 10
Dampak dari Nikotin .................................................................................. 12
Pengaruh Nikotin pada Reproduksi ............................................................ 12
METODE ................................................................................................................ 13
Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 13
Materi ......................................................................................................... 13
Hewan .............................................................................................. 13Pakan .............................................................................................. 13
Kandang dan Peralatan .................................................................. 14
Rancangan .................................................................................................. 15
Analisis Data .............................................................................................. 16
Prosedur ...................................................................................................... 17
Persiapan Penelitian ........................................................................ 17
Pengumpulan Data .......................................................................... 18
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
9/62
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 20
Kondisi Lingkungan .................................................................................. 20
Bobot Badan ............................................................................................... 21
Bobot Badan Mencit........................................................................ 21
Bobot Badan Tikus........................................................................ .. 22
Pertambahan Bobot Badan .......................................................................... 24
Pertambahan Bobot Badan Mencit dan Tikus................................. 24
Konsumsi Pakan ......................................................................................... 27
Konversi Pakan ........................................................................................... 31
Mortalitas .................................................................................................... 32
Tingkahlaku Mencit dan Tikus ................................................................... 33
Tingkahlaku Makan ........................................................................ 34
Tingkahlaku Minum ....................................................................... 35
Tingkahlaku Istirahat....................................................................... 36
Tingkahlaku Eliminasi..................................................................... 38Tingkahlaku Perawatan Tubuh ....................................................... 38
Tingkahlaku Agresi.......................................................................... 39
Tingkahlaku Sosial ......................................................................... 39
Tingkahlaku Bergerak/Lokomosi.................................................... 40
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 42
Simpulan ..................................................................................................... 42
Saran ......................................................................................................... 42
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 44
LAMPIRAN ........................................................................................................... 47
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
10/62
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)
dan Tikus Putih (Rattus novergicus) ............................................................ 3
2. Karakteristik Biologi Mencit (Mus musculus)
dan Tikus Putih (Rattus novergicus) ............................................................ 6
3. Komposisi Ransum Penelitian.................................................................. ... 14
4. Rataan Suhu dan Kelembaban selama Penelitian........................................ 20
5. Rataan Bobot Badan Awal dan Akhir Mencit Penelitian............................ 21
6. Rataan Bobot Badan Awal dan Akhir Tikus Penelitian............................. . 23
7. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit dan Tikus Penelitian................. 25
8. Konsumsi Pakan Mencit dan Tikus per Hari.................................... ........... 28
9. Konversi Pakan Mencit dan Tikus selama Penelitian.................................. 31
10.Rataan Frekuensi Tingkahlaku Mencit dan Tikus.................................... ... 33
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
11/62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur Kimia Nikotin ................................................................................ 11
2. Kandang, Tempat Pakan dan Minum .......................................................... 14
3. Bagan Kandang Percobaan.......................................................................... 17
4. Kurva Pertumbuhan Mencit selama Penelitian............................................ 22
5. Kurva Pertumbuhan Tikus selama Penelitian....................................... ....... 24
6. Histogram Pertambahan Bobot Badan Mencit............................................ 26
7. Histogram Pertambahan Bobot Badan Tikus............................................... 27
8. Histogram Konsumsi Pakan Mencit................................................ ............ 29
9. Histogram Konsumsi Pakan Tikus..................................... ......................... 30
10. Tingkahlaku Makan Tikus Penelitian....................................... ................... 35
11. Tingkahlaku Minum Tikus Penelitian........................................................ . 36
12. Rataan Frekuensi Tingkahlaku Harian Mencit dan Tikus........................... 37
13. Tingkahlaku Istirahat Mencit dan Tikus Penelitian.................................... . 37
14. Tingkahlaku Bergerak Tikus....................................................... ................ 40
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
12/62
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Analisis Ragam Bobot Badan Awal Mencit Penelitian...................... 48
2. Hasil Analisis Ragam Bobot Badan Akhir Mencit Penelitian..................... 48
3. Hasil Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan Mencit
Selama Penelitian......................................................................................... 48
4. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Pakan Mencit Selama Penelitian............ 48
5. Hasil Analisis Ragam Konversi Pakan Mencit Selama Penelitian.............. 48
6. Hasil Analisis Ragam Bobot Badan Awal Tikus Penelitian........................ 49
7. Hasil Analisis Ragam Bobot Badan Akhir Tikus Penelitian....................... 49
8. Hasil Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan TikusSelama Penelitian......................................................................................... 49
9. Hasil Analisis Ragam Konsumsi Pakan Tikus Selama Penelitian............... 49
10. Hasil Analisis Ragam Konversi Pakan Tikus Selama Penelitian................ 49
11. Data Suhu dan Kelembaban Selama Penelitian....................................... .... 50
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
13/62
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) termasuk kelompok tumbuhan
beracun dan banyak dikonsumsi dalam bentuk rokok. Informasi yang beredar di
masyarakat tentang nikotin dalam tembakau atau rokok hanya terbatas pada
pengaruh negatifnya saja dan kurang sekali informasi sisi positifnya. Penggunaan
nikotin dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan kematian, namun dalam
batas normal efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar,
waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. Tembakau sebagai
bahan utama produksi rokok telah memberikan kontribusi yang besar terhadappenerimaan negara selama ini. Selama rentang waktu dari Tahun Anggaran
1995/1996 hingga semester I Tahun Anggaran 2003, peneriman cukai rokok telah
meningkat sekitar 7,6 kali, yaitu dari 3.667,60 miliar rupiah menjadi 27,945,60 miliar
rupiah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa peneriman dari cukai rokok masih
memiliki potensi yang cukup besar untuk terus ditingkatkan sebagai salah satu
sumber penerimaan Negara (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 2003). Nikotin
dalam tembakau akan memberikan efek kecanduan dan menimbulkan rasa kepuasan
bagi mereka yang mengkonsumsinya baik dalam bentuk rokok maupun nikotin
murni. Penggunaan nikotin dengan dosis yang tepat diharapkan dapat memberikan
efek positif bagi penggunanya.
Berbagai hewan percobaan mulai dikembangkan untuk mendukung kegiatan-
kegiatan dan penelitian-penelitian berbasis ternak dan kesehatan, diantaranya adalah
mencit (Mus musculus) dan tikus putih (Rattus novergicus). Mencit dan tikus putih
sering digunakan sebagai hewan percobaan (hewan model) karena murah, cepat
berkembang-biak, interval kelahiran pendek, jumlah anak per kelahiran tinggi, sifat
anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Malole dan Promono,
1989). Beberapa kendala yang dihadapi dalam peternakan mencit, salah satunya
adalah kepekaan ternak ini terhadap berbagai perubahan lingkungan, seperti cekaman
panas, kelembaban yang berfluktuasi dan ransum berkualitas rendah. Penggunaan
hewan model telah banyak digunakan dalam penelitian di bidang biomedis dan
farmasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap kesehatan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan manusia.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
14/62
Tembakau sebagai salah satu produk sumber pendapatan negara, saat ini mulai
terancam keberadaannya dan mulai ditentang oleh beberapa kalangan karena hanya
diihat dari sisi negatifnya saja. Tembakau mengandung nikotin, yaitu suatu zat yang
telah diakui oleh organisasi kedokteran internasional sebagai pembawa sifat
kecanduan. Perlakuan dengan menggunakan nikotin berfungsi sebagai pengontrol
nafsu makan, selain itu nikotin memiliki manfaat yang positif yaitu dapat membantu
dalam meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, meningkatkan perasaan senang
pada penderita penyakit alzeimer dan parkinson serta mengurangi stress.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sensitivitas respon
nikotin (asal tembakau Indonesia) terhadap mencit dan tikus putih sebagai hewan
model mamalia pada masa pertumbuhan, dalam menentukan hewan-coba yang lebih
tepat guna.
Manfaat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar informasi bagi penelitian
biomedis dan farmasi, untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang
menggunakan nikotin pada hewan model mamalia, yang dapat menjadi jembatan
dalam penggunaan hewan model lainnya yang mendekati karakteristik biologis
manusia.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
15/62
TINJAUAN PUSTAKA
Mencit dan Tikus
Klasifikasi Mencit dan TikusMenurut Malole dan Promono (1989), mencit hidup di berbagai daerah mulai
dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam kandang atau hidup
bebas sebagai hewan liar. Mencit liar lebih suka suhu lingkungan yang tinggi namun
dapat beradaptasi dengan baik pada suhu yang rendah. Bulu mencit liar berwarna
abu-abu dan warna perut sedikit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit
berpigmen. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa setelah
dibudidayakan dan diseleksi selama puluhan tahun, sekarang mencit memiliki warna
bulu dan galur dengan bobot badan yang bervariasi. Tikus putih (Rattus novergicus)
sangat baik sebagai hewan percobaan, lebih cepat menjadi dewasa, tidak
memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih mudah berkembang biak.
Menurut Arrington (1972) dan Priambodo (1995), mencit dan tikus masih merupakan
satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae. Klasifikasi mencit dan tikus di
sajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus) dan Tikus Putih (Rattus
novergicus)
Klasifikasi Mencit1) Tikus2)
Kerajaan Hewan Hewan
Filum Chordata Chordata
Sub-Filum Vertebrata Vertebrata
Kelas Mamalia Mamalia
Ordo Rodentia Rodentia
Sub-Ordo Myoimorphia -
Famili Muridae Muridae
Genus Mus Rattus
Spesies Mus musculus Rattus novergicus
Sumber: 1) Arrington (1972)2) Priambodo (1995)
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
16/62
Berdasarkan sifat genetiknya terdapat tiga macam mencit (Malole dan
Promono, 1989):
1)Random Breed Mice yaitu mencit yang dikawinkan secara acak dengan mencit
yang tidak ada hubungan keturunan,
2)Inbreed mice yaitu mencit hasil perkawinan antar saudara sebanyak lebih dari
20 turunan, dan
3)F1-Hybridyaitu mencit hasil perkawinan antara dua galur yang inbreed.
Berdasarkan lingkungan hidupnya mencit dibagi dalam empat kategori:
1)mencit bebas hama yaitu mencit yang bebas dari mikroorganisme yang dapat
dideteksi,
2)mencit yang hanya mengandung mikroorganisme tertentu,
3)mencit yang bebas mikroorganisme patogen tertentu, dan
4)mencit biasa yaitu mencit yang dipelihara tanpa perlakuan khusus.
Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan
model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Menurut Moriwaki
et al. (1994), mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya
digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan
seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-
sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya
mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Menurut Malole dan
Pramono (1989), berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak,
mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis
dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik.
Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi
manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik. Tikus yang banyakdigunakan sebagai hewan model laboratorium dan peliharaan adalah tikus putih
(Rattus novergicus). Tikus putih memiliki beberapa keunggulan antara lain
penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih,
kemampuan reproduksi tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki
karakteristik produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole
dan Pramono, 1989).
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
17/62
Mencit laboratorium merupakan hewan yang sejenis dengan mencit liar atau
mencit rumah yang tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan di dalam rumah
atau gedung-gedung yang tidak dihuni manusia sepanjang ada makanan dan tempat
untuk berlindung. Mencit liar makan segala makanan (omnivora) dan mau mencoba
makanan apapun yang tersedia termasuk makanan yang tidak biasa dimakan. Mencit
liar dapat dengan mudah memanjat dinding batu bata, masuk lubang yang kecil dan
liang di dinding maupun celah-celah atap (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun tetapi terdapat perbedaan usia
dari berbagai galur terutama berdasarkan kepekaan terhadap lingkungan dan
penyakit. Selama hidupnya, hewan ini beranak selama 7-18 bulan dan menghasilkan
anak rata-rata 6-10 anak/kelahiran dengan tingkat kesuburan sangat tinggi yaitu
dapat menghasilkan kurang lebih satu juta keturunan dalam kurun waktu kurang
lebih 425 hari dengan rataan jumlah anak 8 ekor per kelahiran. Mencit bila
diperlakukan dengan baik akan memudahkan penanganan, sebaliknya perlakuan
yang kasar akan menimbulkan sifat agresif bahkan dapat menggigit pada kondisi
tertentu. Mencit betina yang sedang menyusui anak akan mempertahankan sarangnya
dan bila anaknya dipegang dengan tangan yang kotor, induknya akan menggigit dan
memakan anak tersebut (Malole dan Pramono, 1989).
Percobaan-percobaan tentang makanan, dan defisiensi zat makanan pada
semua jenis hewan termasuk manusia, kebanyakan menggunakan tikus daripada
hewan percobaan lain. Lama hidup tikus dapat mencapai umur 3,5 tahun, dengan
kecepatan tumbuh 5 g per hari. Dibandingkan dengan tikus lain, tikus laboratorium
lebih cepatr dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman dan lebih cepat
berkembang biak, bobot badan dewasa mencapai 450 g tergantung galur (Malole dan
Pramono, 1989).
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
18/62
Tabel 2. Karakteristik Biologi Mencit (Mus musculus) dan Tikus Putih
(Rattus novergicus)
Kriteria Mencit Tikus
Lama hidup (tahun) 1-31)
2,5-3,59)
Lama bunting (hari) 19-211)2) 21-239)
Umur disapih (hari) 18-281); 18-212) 219)
Umur dewasa kelamin (hari) 351) -
Umur dewasa tubuh (hari) 561) 40-609)
Bobot lahir (g/ekor) 0,5-1,01); 1,523); 1,374),
1,665); 1,486);1,587)
5-69)
Bobot sapih (g/ekor) 18-201); 10-122); 6,983),
7,54
4)
; 9,48
5)
;12,506); 6,987)
-
Bobot dewasa jantan (g/ekor) 20-401)2) 300-4001)
450-5209)
Bobot dewasa betina (g/ekor) 18-351)2) 250-3009)
Pertambahan bobot badan
(g/ekor/hari)
11); 0,498) 59)
Jumlah anak per kelahiran
(ekor)
6-151);9,063); 7,674), 7,725);
8,566); 10,57)
6-129)
Pernafasan (per menit) 140-1801); 1632) -
Denyut jantung (per menit) 600-6501)
; 6002)
-
Suhu tubuh (oC) 35-391) 35,9-37,59)
Suhu rektal (oC) 37-401) -
Konsumsi makanan
(g/ekor/hari)
3-51); 4-52); 4,208) 10 g/100g bobot
badan/ hari9)
Konsumsi air minum
(ml/ekor/hari)
4-81); 4-72); 5,635) -
Aktivitas Nokturnal1) Nokturnal9)
Sumber: 1) Smith dan Mangkoewidjojo (1988). 5) Huda (2004). 9) Malole dan Pramono (1989)
2) Arrington (1972). 6) Rosa (2004).3) Singarimbun (2003). 7) Jaenudin (2002).4) Fitriawati (2001). 8) Hadian (2004).
Menurut Blakely dan David (1991), mortalitas merupakan jumlah atau
persentase ternak yang mati dalam suatu populasi pada tempat dimana ternak
tersebut berada, kondisi lingkungan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ternak
dapat menurunkan angka mortalitas. Nilai mortalitas dalam bentuk persentase
diperoleh dengan cara membagi jumlah tikus yang mati selama selang waktu tertentu
dengan jumlah populasi awal, dikalikan 100%. Mortalitas mencit dipengaruhi oleh
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
19/62
kualitas pakan, kepekaan terhadap penyakit, suhu dan kelembaban kandang serta
manajemen pemeliharaan mencit. Menurut penelitian Hadian (2004), mortalitas
mencit dari umur 3-8 minggu sebesar 5% pada lingkungan yang normal dengan
pemberian ransum berkadar protein 23%. Menurut Raimon (2006), tingkat mortalitas
tikus dengan pemberian ransum berkadar protein 16% adalah 0%, artinya tidak ada
tikus yang mati selama penelitian.
Pertumbuhan
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur
pertumbuhan yaitu suatu proses yang sangat kompleks yang meliputi pertambahan
bobot hidup dan perkembangan semua bagian tubuh secara serentak dan merata
(Maynard et al. 1979). Nilai pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran
bobot badan yang dilakukan secara berkala pada waktu tertentu (Tillman, 1989).
Menurut Sudono (1981), kurva pertumbuhan mencit merupakan titik-titik
pertemuan antara bobot badan dengan waktu, pola kurva pertumbuhan mencit
berbentuk sigmoid. Pertumbuhan mencit ada dua fase yaitu fase tumbuh cepat saat
laju pertambahan bobot badan mencit meningkat tajam, dan fase yang kedua yaitufase tumbuh lambat saat laju pertambahan bobot badan mulai menurun sampai
menjadi nol yaitu hewan telah mencapai dewasa tubuh. Titik antara dua fase tersebut
disebut titik peralihan dan terjadi pada umur 29-30 hari. Laju pertumbuhan tertinggi
terjadi pada umur 21-29 hari baik pada mencit jantan maupun pada mencit betina
masing-masing sebesar 0,55 dan 0,50 g/hari. Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
menyatakan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan seekor mencit adalah 1
g/ekor/hari. Hasil penelitian Hadian (2004) menunjukkan rata-rata pertambahan
bobot badan mencit umur 3-8 minggu sebesar 0,49 g/ekor/hari. Bobot badan yang
dicapai pada umur 35 hari sebesar 20,49 g dengan pemberian ransum berkadar
protein 23%. Menurut hasil penelitian Feri (2004), pertambahan bobot badan mencit
jantan dari umur 3-8 minggu sebesar 0,60 g/ekor/hari lebih tinggi (P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
20/62
berkadar protein 16%. Menurut Gultom (2003), pertambahan bobot badan tikus
sebesar 2,36 g/ekor/hari dengan pemberian pakan berkadar protein 21-23%. Smith
dan Mangkoewidjojo (1988), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan tikus
dapat mencapai 5 g/ekor/hari.
Konsumsi Ransum dan Air Minum
Menurut Anggorodi (1985), ransum merupakan makanan yang disediakan
bagi hewan untuk kebutuhannya selama 24 jam. Menurut Parakkasi (1999),
konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh hewan dalam
jangka waktu tertentu. Tingkat energi dalam ransum menentukan banyaknya ransum
yang dikonsumsi, semakin tinggi energi ransum maka konsumsinya semakin
menurun. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), ransum yang dapat diberikan
pada mencit adalah ransum ayam komersial dengan kandungan protein kasar 20-
25%, lemak 10-12%, pati 44-55%, serat kasar 4% dan abu 5-6%, seekor mencit
dewasa dapat mengkonsumsi ransum 3-5 g/ hari. Menurut penelitian Hadian (2004),
rata-rata konsumsi ransum mencit sebesar 4,20 g/ekor/hari dengan menggunakan
ransum berkadar protein 23%, penelitian Feri (2004) menghasilkan rata-rata
konsumsi ransum mencit jantan 4,23 g/ekor/hari lebih tinggi (P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
21/62
mineral tertentu. Menurut Malole dan Pramono (1989), tikus dewasa membutuhkan
10g makanan per hari per 100g bobot badan. Tingkat konsumsi ransum dipengaruhi
oleh temperatur kandang, kelembaban, kesehatan, dan kualitas makanan itu sendiri.
Menurut Anggorodi (1973) air merupakan zat kimiawi anorganik terpenting
dalam tubuh hewan, berfungsi sebagai cairan interseluler dan intraseluler pengangkut
zat-zat makanan, metabolit dan zat-zat sisa dari dan ke seluruh tubuh, melumas
persendian, bantalan bagi sistem syaraf dan banyak lagi manfaat dari air.
Berdasarkan jenis fungsi dan kegunaannya, air dapat dianggap sebagai suatu zat
makanan yang sangat esensial sehingga menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
air minum untuk mencit harus selalu tersedia (ad libitum), tidak terkontaminasi, tidak
kotor dan disterilkan sekurang-kurangnya satu kali setiap dua minggu. Tillman
(1989) mengatakan bahwa air adalah salah satu zat makanan yang penting bagi
hewan dan kebutuhan hewan akan air sangat tinggi karena air berfungsi sebagai
media untuk aktivitas metabolik. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyarankan
kebutuhan air minum seekor mencit setiap hari berkisar antara 4-8 ml. Menurut
Malole dan Pramono (1989), air minum yang diperlukan seekor mencit berkisar
antara 3-6 ml/hari dengan bobot badan antara 20-40 g. Menurut penelitian Huda
(2004), konsumsi air minum mencit sebesar 5,63 ml/ekor/hari. Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988), tiap hari seekor tikus dewasa minum 20-45 ml air. Tingkat
konsumsi ransum dan air minum bervariasi menurut suhu kandang, kelembaban,
kualitas makanan, kesehatan, dan kadar air dalam makanan..
Konversi dan Keefisienan Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah konsumsi dengan
produksi yang dicapai pada periode tersebut. Tujuan utama pemberian pakan adalahuntuk menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat dengan jumlah pakan paling
sedikit serta hasil yang memuaskan (Blakely dan David, 1991). Menurut penelitian
Hadian (2004), konversi ransum mencit sebesar 8,84 dengan ransum berkadar
protein 23%, sedangkan menurut penelitian Feri (2004), konversi mencit jantan
sebesar 7,29 lebih besar (P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
22/62
konversi pakan, yaitu perbandingan jumlah produksi yang dicapai dengan jumlah
konsumsi ransum. Keefisienan pakan tergantung dari suhu, kualitas pakan dan umur
ternak tersebut. Rata-rata keefisienan pakan mencit umur 3-8 minggu adalah 0,167
dengan keefisienan tertinggi terjadi pada umur 21-29 hari yaitu sebesar 0,255.
Menurut Raimon (2006), konversi tikus jantan sebesar 8,35 lebih besar
(P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
23/62
Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang dengan panjang antara 50-70
cm, akar serabut akan tumbuh setelah dipindah tanam, yang berkembang disekitar
leher akar. Pada tanaman tembakau, akar merupakan tempat sintetis nikotin sebelum
diangkut melalui pembuluh kayu ke daun. Oleh karena itu faktor-faktor yang
mendorong pertumbuhan akar, seperti kekeringan dan pemangkasan pucuk dapat
mengakibatkan meningkatnya kadar nikotin. Tanaman tembakau dapat mensintesis
nikotin dari nitrogen yang diserap sebelum maupun setelah dipangkas. Daun
tembakau mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, dan polifenol
Nikotin memiliki nama kimia 3-(1-methyl-2-pyrrolidinyl)pyridine, rumus
kimia C10H14N2, titik didihnya 247C, dan memiliki kepadatan 1,01 g/ml.
Gambar 1. Struktur Kimia Nikotin (Wikipedia, 2006)
Pada dosis yang rendah nikotin memiliki efek merangsang, meningkatkan aktivitas,
kewaspadaan dan daya ingat. Dosis mematikan pada nikotin yang dilaporkan dapat
membunuh 50% populasi adalah 50mg/kg bobot badan untuk tikus dan 3mg/kg
bobot badan untuk mencit (Wikipedia, 2006).
Dari segi farmakologi ada tiga masalah yang perlu diperhatikan tentang
nikotin yaitu absorbsi nikotin, keracunan nikotin, dan daya kerja nikotin. Nikotin
dapat diserap melalui kulit, saluran pernafasan dan saluran pencernaan yang
bernuansa basa (Gilman et al. 1980). Keracunan dapat terjadi karena pemakaian
dosis yang kurang tepat dalam arti terlalu tinggi. Dengan kontrol yang ketat dan
berhati-hati dalam pemakaian dosis, efek buruk nikotin dapat diatasi (Jones, 1974).
Menurut Gilman et al. (1980), pada dosis rendah, nikotin akan merangsang aktifitas
urat syaraf dan otot-otot licin, tetapi pada dosis tinggi nikotin memblokir aktifitas
organ-organ tersebut.
http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Nicotine_chemical_structure.png -
7/29/2019 Tikus vs Mencit
24/62
Dampak dari Nikotin
Menurut Grunberg (2007), nikotin memiliki dampak negatf, yaitu dapat
menekan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan pada tikus jantan, namun
tidak berpengaruh pada tikus betina pada masa pertumbuhan. Penghentian pemberian
nikotin dapat meningkatkan konsumsi pakan dan bobot badan pada tikus jantan,
namun tidak pada tikus betina. Selain itu nikotin memiliki manfaat yang positif, yaitu
dapat membantu dalam meningkatkan konsentrasi dan daya ingat, meningkatkan
perasaan senang pada penderita penyakit alzeimer dan parkinson serta mengurangi
stress. Menurut June Russell's Health Facts (2004), nikotin juga dapat dijadikan
sebagai obat radang usus besar, selain itu nikotin dapat memperkuat syaraf pada
hippocampus (struktur otak) yang berperan dalam proses belajar dan daya ingat.
Pengaruh Nikotin pada Reproduksi
Menurut Kakisina (2004), nikotin berpengaruh terhadap penampilan
reproduksi induk mencit antara lain penurunan berat badan induk mencit, berat fetus,
panjang fetus, jumlah fetus hidup, peningkatan kematian intrauterus meliputi jumlah
fetus mati dan embrio diresorpsi pada umur kebuntingan hari ke12 dengan dosis 12
mg/kg bobot badan, sehingga dapat dikatakan bahwa nikotin bersifat embriotoksik
dan teratogenik. Nikotin menyebabkan kelainan anggota pada fetus mencit yaitu
talipes pada umur kebuntingan hari ke-10 dengan dosis 6 mg/kg bobot badan.
Nikotin menyebabkan kelainan perkembangan pada rangka fetus mencit antara lain
kelainan perkembangan tulang sternum, terutama pada umur kebuntingan hari ke-8
dan hari ke-10 dengan dosis 3 dan 6 mg/kg bobot badan. Kelambatan penulangan
pada tulang supraoksipital terutama pada hari ke-8 dan hari ke-12 dengan dosis 12
mg/kg bobot badan. Kelambatan penulangan pada tulang sakrokaudalis terutamapada umur kebuntingan hari ke-10 dan hari ke12 dengan dosis nikotin 6 dan 12
mg/kg bobot badan. Kelambatan penulangan tulang anggota depan dan belakang
terutama pada umur kebuntingan hari ke-10 dan hari ke-12 dengan dosis 6 dan 12
mg/kg bobot badan. Nikotin menyebabkan kelainan internal fetus mencit berupa
hidrosefalus pada umur kebuntingan hari ke-8 dengan dosis 10 dan 12 mg/kg bobot
badan. Kelainan ginjal ektopik terutama pada umur kebuntingan hari ke-8 dengan
dosis 3 dan 6 mg/kg bobot badan.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
25/62
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan, Bagian Pemuliaan danGenetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Pakan, Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari awal bulan
November hingga pertengahan Desember 2006.
Materi
Hewan
Penelitian ini akan menggunakan mencit albino jantan lepas sapih sebanyak
30 ekor, tikus putih jantan lepas sapih sebanyak 30 ekor yang diperoleh dari Bagian
Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pakan
Ransum yang diberikan pada hewan penelitian berupa ransum komersial
untuk ayam peranggang (broiler) periode awal yang diproduksi oleh PT. Charoen
Pokphand dengan kode CP 511 karena kebutuhan protein mencit dan tikus berkisar
20%. Ransum dibeli dari toko pakan di Pasar Anyar Bogor. Komposisi ransum dapat
dilihat pada Tabel 3. Sebelum diberikan pada mencit dan tikus, ransum dihaluskan
dan disaring agar ukurannya seragam. Bahan penyusun ransum tersebut adalah
jagung, dedak, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan
tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun, vitamin, kalsium, fosfat
dan mineral mikro.
Nikotin yang diberikan berasal dari daun tembakau rajangan. Tepung
tembakau dibuat dengan cara menggiling daun tembakau rajangan, sehingga menjadi
tepung, kemudian dianalisis kadar nikotin yang terkandung dalam tepung tembakau.
Tepung tembakau penelitian telah dianalisis, memiliki kadar nikotin 10 mg/g.
Tepung tembakau yang telah dianalisis dicampurkan kedalam ransum sesuai dengan
taraf perlakuan. Komposisi ransum penelitian disajikan pada Tabel 3.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
26/62
Tabel 3. Komposisi Ransum Penelitian
Komposisi TembakauP1
Kontrol (0%)
P2
(0,16%)
P3
(0,32%)
Label pakan Analisis
------------------------------------ (%)-----------------------------------
Bahan Kering 86,06 87,00 88,67 88,59 87,38
Kadar Air 13,94 13,00 11,33 11,41 12,62
Abu 11,33 7,00 5,78 5,87 5,86
Protein Kasar 7,56 21,00-23,00 21,15 19,86 19,36
Serat Kasar 13,86 5,00 4,67 4,82 5,18
Lemak 1,60 5,00 3,50 3,72 4,06
Beta-N 51,83 - 53,57 54,32 52,92
Sumber: Hasil analisis proksimat dari Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas PeternakanIPB (2007)
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan untuk memelihara mencit selama penelitian
sebanyak 15 kandang mencit dengan ukuran 28x18x22 cm dan 15 kandang tikus
dengan ukuran 35x27x12 cm. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan
plastik, botol air minum kapasitas 265 ml, sekam padi sebagai alas kandang dan
kawat kasa penutup. Peralatan lain yang digunakan terdiri dari timbangan elektrik
dengan tingkat ketelitian 0,1 g, termometer, higrometer, gelas ukur, alkohol 70%,
sikat botol, sarung tangan, pengaduk, kertas label dan alat tulis.
Gambar 2. Kandang, Tempat Pakan dan Minum
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
27/62
Rancangan
Pengaruh nikotin pada mencit dan tikus diamati dari segi pertumbuhan dan
tingkah laku. Masing-masing data pertumbuhan dan tingkah laku diolah dan
dianalisis.
Pertumbuhan
Untuk mendapatkan informasi pengaruh nikotin terhadap mencit dan tikus
digunakan rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 3 perlakuan dengan
5.kelompok, setiap kelompok ada 2 ekor. Perlakuannya adalah penambahan nikotin
berupa tepung tembakau dalam ransum yang terdiri dari 3 taraf yaitu 0% (P1), 0,16%
(P2), dan 0,32% (P3).
Tingkahlaku
Pengamatan tingkah laku dilakukan dengan metode sampling dan mengamati
tingkah laku hariannya. Masing-masing taraf perlakuan nikotin pada mencit dan tikus
dilakukan pengamatan dengan jumlah individu 2 ekor. Data yang diperoleh diolah
dan dijadikan data frekuensi tingkahlaku harian.
Model Matematika (Untuk Pertumbuhan)
Model matematika rancangan menurut Matjik dan Sumertajaya (2002):
Yij = + i+j+ij
Keterangan:
Yij = hasil pengamatan pada perlakuan pakan taraf ke-i dan kelompokkandang ke-j
= rataan umum
i = pengaruh perlakuan pakan taraf ke-i (i = 1, 2, 3)j = pengaruh kelompok kandang ke-j (j=1,2,3,4,5)
ij = pengaruh acak pada perlakuan pakan taraf ke-i kelompok kandang ke-j
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
28/62
Analisis Data
Analisis Data Pertumbuhan
Data hasil penelitian seperti bobot badan, pertambahan bobot badan,konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas dianalisis dengan analisis ragam
atau Analysis of Variance (ANOVA), jika ada hasil yang berbeda karena pengaruh
perlakuan diuji lanjut menggunakan uji lanjut Tukey untuk mengetahui besarnya
perbedaan tersebut. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan program
komputer dengan bantuan perangkat lunak MINITAB.
Analisis Data Tingkahlaku
Data tingkah laku dianalisis secara deskriptif, yaitu tabulasi hasil, interpretasi,
dan penjelasan jenis aktivitas (lama beraktivitas dan frekuensi setiap aktivitas) yang
dilakukan. Frekuensi tingkahlaku dihitung, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Frekuensi Tingkahlaku = %100xY
X
Keterangan :
X..= jumlah kali suatu tingkahlaku dalam delapan jam pengamatan per individu.
Y..= jumlah kali seluruh tingkahlaku yang diamati dalam delapan jam pengamatan
per individu.
Peubah
Peubah yang diamati adalah:
1. Bobot badan
2. Pertambahan bobot badan
3. Konsumsi pakan
4. Konversi pakan
5. Mortalitas
6. Tingkahlaku
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
29/62
Prosedur
Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, kandang dan semua peralatan yang akan
digunakan dicuci dengan sabun cuci dan disterilkan dengan alkohol 70%, kandang
diberi alas sekam, tempat pakan dan tempat minum dipasang pada tempatnya.
Selanjutnya mencit dan tikus ditimbang dan diberi tanda cat hitam pada ekornya
untuk membedakan setiap individu. Mencit dan tikus dimasukkan dalam kandang
secara acak, masing-masing 2 ekor/kandang. Bagan percobaan dapat dilihat pada
Gambar 3.
Mencit 30 ekor Tikus putih 30 ekor
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
P1
(2 ekor
P2
(2 ekor)
P3
(2 ekor)
Keterangan: P1= 0%
P2= 0,16%
P3= 0,32%
Gambar 3. Bagan Kandang Percobaan
Pengambilan data dilakukan pada awal penelitian dengan penimbangan bobot
badan awal mencit, setiap hari dilakukan pengamatan suhu, kelembaban dan
pencatatan mortalitas. Setiap tiga hari dilakukan penimbangan bobot badan,
penimbangan sisa pakan untuk mengetahui pertambahan bobot badan dan konversi
pakannya, dan penggantian air minum, sedangkan penggantian sekam dilakukan
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
30/62
setiap enam hari sekali. Penimbangan bobot badan akhir mencit dan tikus dilakukan
pada akhir penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan dengan
perlakuan pakan, dengan pemberian pakan 6.g/ekor/hari bagi mencit dan
25.g/ekor/hari bagi tikus. Ransum yang diberikan adalah ransum ayam broileryang
ditambah dengan nikotin yang terdapat dalam tepung tembakau sebanyak 3 taraf,
yaitu 0, 0,16 dan 0,32%. Pemberian jumlah tepung tembakau dalam setiap 6.g
ransum mencit adalah 0.g untuk perlakuan pertama (P1) sebagai kontrol, 0,01g (P2),
0,02.g (P3), sedangkan pemberian tepung tembakau dalam setiap 25 g ransum tikus
adalah 0.g untuk perlakuan pertama (P1)sebagai kontrol, 0,04.g (P2), dan 0,08.g
(P3). Pencampuran ransum broiler dengan tepung tembakau dilakukan secara
manual yaitu dengan mencampur dan mengaduknya dalam baskom dan diaduk
secara merata dengan sendok. Mencit yang akan digunakan diberi pakan percobaan
tiga hari sebelum periode pengambilan data agar hewan dapat beradaptasi terhadap
ransum perlakuan. Air minum diberikan ad libitum, pakan diberikan satu kali sehari
pada sore hari pukul 16.00 WIB.
Pengumpulan Data
Peubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bobot badan (g/ekor)Pengambilan data bobot badan dilakukan selama penelitian setiap tiga hari
sekali. Data bobot badan ini dapat dijadikan acuan dalam menghitung
pertambahan bobot badan harian dan konversi pakan selama penelitian.
2. Pertambahan bobot badan mencit dan tikus (g/ekor/hari)Pertambahan bobot badan dihitung dengan menimbang mencit setiap tiga hari
sekali, setiap enam hari sekali dilakukan penggantian sekam. Pertambahan
bobot badan dihitung berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan
penimbangan sebelumnya kemudian dibagi dengan jumlah hari.
3. Konsumsi pakan (g/ekor/hari)Konsumsi pakan dihitung dengan mengurangi jumlah pakan yang diberikan
dalam kandang dengan sisa pakan dalam kandang tersebut kemudian dibagi
dengan jumlah hari dan dibagi lagi dengan jumlah mencit dalam kandang.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
31/62
4. Konversi pakanKonversi pakan dihitung dengan menjumlah konsumsi pakan per ekor dibagi
dengan jumlah pertambahan bobot badannya selama penelitian.
5. Mortalitas (%)Mortalitas merupakan angka kematian yang diamati dan dicatat setiap hari
selama penelitian dan dihitung dengan cara membagi jumlah mencit yang
mati selama penelitian dengan jumlah populasi awal, kemudian dikalikan
100%.
6. TingkahlakuTingkahlaku yang diamati selama delapan jam pengamatan adalah
tingkahlaku harian yang meliputi tingkahlaku makan, minum, istirahat,
eliminasi, perawatan tubuh, agresi, sosial dan bergerak. Pengamatan
dilakukan dengan interval 15 menit, secara bergantian. Pencatatan
pengamatan dengan menggunakan metode pencatatan one-zero, jika
melakukan suatu aktivitas diberi nilai satu, tetapi jika tidak melakukan
aktivitas diberi nilai nol (Martin dan Bateson, 1999). Respon nikotin
menyebabkan abnormalitas pada mencit dan tikus penelitian.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
32/62
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Lingkungan
Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan, konsumsi pakan dan mortalitas. Suhu dan kelembaban yang ideal
dapat meningkatkan konsumsi pakan sehingga mencit dan tikus dapat tumbuh
dengan optimal, selain itu angka kematian (mortalitas) dapat ditekan seminimal
mungkin. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban selama penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Suhu dan Kelembaban selama Penelitian
Waktu Suhu Kelembaban
(OC) (%)Pagi (07:00 WIB) 23,39 81,28
Siang (12:00 WIB) 32,75 74,03
Sore (16:00 WIB) 30,89 74,86
Selama penelitian, tidak terjadi fluktuasi suhu dan kelembaban yang ekstrem
dengan rata-rata suhu 23,39OC pada pagi (pukul 07:00 WIB), 32,75OC pada siang
(pukul 12:00 WIB) dan 30,89OC pada sore hari (pukul 16:00 WIB). Rata-rata
kelembabannya 81,28% pada pagi, 74,03% pada siang dan 74,86% pada sore hari.
Menurut Malole dan Pramono (1989), rata-rata suhu yang ideal untuk pertumbuhan
mencit berkisar antara 21-29OC, sedangkan kelembaban udaranya 30-70%. Secara
umum suhu kandang selama penelitian sesuai dengan suhu ideal untuk pertumbuhan
mencit yaitu 29OC, namun hasil pengukuran menunjukkan kelembaban kandang rata-
rata 76,72% lebih tinggi dari kelembaban ideal untuk pertumbuhan mencit. Namun
kondisi tersebut masih dapat ditoleransi oleh mencit sehingga mortalitas mencit
selama penelitian tidak ada, selain itu sirkulasi udara pada kandang penelitian cukup
baik sehingga kelembaban yang cukup tinggi ini dapat diminimalkan agar mencit dan
tikus dapat beraktivitas dengan nyaman.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
33/62
Bobot Badan
Bobot Badan Mencit
Menurut Sudono (1981), kurva pertumbuhan mencit merupakan titik-titik
pertemuan antara bobot badan dengan waktu, pola kurva pertumbuhan mencit
berbentuk sigmoid. Pertumbuhan mencit ada dua fase yaitu fase tumbuh cepat saat
laju pertambahan bobot badan mencit meningkat tajam, dan fase yang kedua yaitu
fase tumbuh lambat saat laju pertambahan bobot badan mulai menurun sampai
menjadi nol yaitu hewan telah mencapai dewasa tubuh. Titik antara dua fase tersebut
disebut titik peralihan. Hasil rataan bobot badan awal dan akhir mencit disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Bobot Badan Awal dan Akhir Mencit Penelitian
Awal AkhirPakan
Rataan Sb KK Rataan Sb KK
(g/ekor) (%) (g/ekor) (%)
P1 12,72 0,91 7,22 27,79 3,04 10,96P2 12,27 1,18 9,69 29,29 2,58 8,82P3 12,16 1,33 10,96 26,74 1,76 6,58
Keterangan : P1 : Pakan dengan 0% tepung tembakau Sb : Simpangan bakuP2 : Pakan dengan 0,16% tepung tembakau KK: Koefisien keragamanP3 : Pakan dengan 0,32% tepung tembakau
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rata-rata bobot badan awal mencit
penelitian tidak berbeda (P>0,05), artinya bobot awal mencit masih homogen. Bobot
awal mencit P1 lebih seragam (7,22%) dibandingkan mencit P2 dan P3, yaitu dengan
koefisien keragaman masing-masing sebesar 9,69% dan 10,96%. Pencatatan bobot
badan mencit dilakukan hingga mencit berumur 8 minggu, sehingga dapat diketahui
bobot akhirnya pada saat mencit memasuki umur dewasa tubuh.
Hasil analisis ragam menunjukkan bobot badan mencit pada akhir penelitian
tidak berbeda (P>0,05) dengan rataan bobot akhir mencit P1, P2, dan P3. Menurut
Gono (1987), pertumbuhan setelah penyapihan dipengaruhi oleh faktor kandungan
gizi ransum, jenis kelamin, umur, bobot sapih, dan lingkungan. Data hasil pencatatan
bobot akhir menunjukkan bahwa mencit dengan tingkat pemberian 0,32% tepung
tembakau lebih seragam (6,58%) dibandingkan mencit P2 dan P3. Kurva
pertumbuhan mencit selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
34/62
0
5
10
15
20
25
30
35
21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
Umur (hari )
BobotBadan(g
)
0%
0,16%
0,32%
Gambar 4. Kurva Pertumbuhan Mencit selama Penelitian
Pada Gambar 4, mencit dengan pemberian tepung tembakau 0,16% (P2)
memiliki laju pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan mencit P1 (0%) dan P3
(0,32%). Kurva pertumbuhan mencit berbentuk sigmoid dan cenderung mengalami
peningkatan yang cepat (akselerasi) pada umur 21-42 hari karena pada saat itu
mencit mulai memasuki masa dewasa kelamin dan mengalami penurunan sesaat
kemudian meningkat kembali hingga memasuki umur 54 hari. Titik infleksi mulai
terlihat pada umur 54-57 hari karena pada saat itu mencit memasuki umur dewasa
tubuh, dimana pertumbuhannya sudah mulai konstan dan sedikit mengalami
peningkatan. Meskipun pada kurva menunjukkan bahwa nikotin dengan kadar yang
sesuai (0,16%) dapat memberikan respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan kontrol dan pemberian nikotin dengan tingkat yang lebih tinggi (0,32%)
justru akan memberikan respon yang negatif atau dengan kata lain pertumbuhannya
tidak lebih baik dari mencit yang tanpa pemberian nikotin, namun perbedaan tersebutsecara statistik tidak bermakna (P>0,05).
Bobot Badan Tikus
Smith dan Mangkoewidjojo (1988), menyatakan bahwa bobot badan dewasa
dipengaruhi oleh litter size, bobot lahir (bobot awal), produksi susu induk dan
pemberian pakan. Pencatatan bobot awal dilakukan pada saat tikus berumur 21 hari
dan pencatatan bobot akhir dilakukan pada saat akhir penelitian yaitu ketika tikus
berumur 57 hari (8 minggu). Rataan bobot awal tikus disajikan pada Tabel 6.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
35/62
Tabel 6. Rataan Bobot Badan Awal dan Akhir Tikus Penelitian
Awal AkhirPakan
Rataan Sb KK Rataan Sb KK
(g/ekor) (%) (g/ekor) (%)P1 28,86 5,54 19,20 166,21 21,62A 13,00P2 26,50 4,91 18,54 151,84 9,23AB 6,07P3 26,13 3,53 13,53 137,33 13,03B 9,48
Keterangan : A dan B dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P0,05) dengan tikus P2 dan P3, dengan kata lain rataan bobot
awal tikus penelitian masih homogen. Tingkat keragaman bobot awal tikus P1 lebih
tinggi dibanding tikus P2 dan P3. Pencatatan bobot badan tikus dilakukan hingga
tikus mencapai umur 57 hari (8 minggu), dimana pada saat tersebut tikus memasuki
masa dewasa tubuh. Menurut Malole dan Pramono (1989), dewasa tubuh yaitu umur
saat organ-organ tubuh dan reproduksi telah tumbuh dengan sempurna.
Rataan bobot akhir tikus P1 (0%) lebih besar dibandingkan P2 (0,16%) dan
P3(0,32%). Bobot akhir tikus juga dipengaruhi oleh konsumsi pakan, tikus yang
diberi pakan dengan penambahan nikotin memiliki daya konsumsi yang lebih rendah
dengan tikus yang diberi pakan tanpa penambahan nikotin. Hasil analisis ragam
menyatakan bahwa rataan bobot akhir tikus P1 (0%) tidak berbeda (P>0,05) dengan
tikus P2 (0,16%), namun rataan bobot akhir tikus P1 (0%) berbeda (P0,05)
dengan rataan tikus P3 (0,32%), hasil ini menunjukkan bahwa pemberian nikotin
dalam pakan mempengaruhi bobot akhir tikus penelitian dan memberikan efek yangnegatif terhadap bobot akhir tikus. Pengaruh metabolisme nikotin dalam tubuh dapat
meningkatkan aktivitas minum dan menurunkan aktivitas makan sehingga
mengakibatkan bobot badan cenderung menurun (Benowitz et al., 1994). Koefisien
keragaman menunjukkan bahwa bobot akhir tikus dengan pemberian tepung
tembakau sebesar 0,32% lebih seragam dibanding tikus P2 (0,16%) dan P3 (0,32%).
Kurva pertubuhan tikus selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
36/62
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
Umur (hari )
BobotBadan(g
)
0%
0,16%
0,32%
Gambar 5. Kurva Pertumbuhan Tikus selama Penelitian
Tikus yang diberi pakan tanpa penambahan tepung tembakau memiliki
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tikus P2 (0,16%) dan P3 (0,32%). Pada
umur 51 hari tikus penelitian mengalami penurunan bobot badan secara bersamaan,
hal ini disebabkan karena pengaruh suhu lingkungan. Pada hari tersebut suhu
lingkungan kandang pada sore hari mencapai 33C, meningkat dua derajat dari hari-
hari sebelumnya yang cenderung stabil yaitu 31C, sehingga mengakibatkan tikus
lebih cenderung banyak minum dan sedikit makan agar suhu tubuhnya menurun dan
dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Apabila dilihat secara statistik,
perbedaan bobot badan ini hanya terlihat pada tikus yang diberi pakan dengan tanpa
penambahan tepung tembakau (P1) jika dibandingkan dengan tikus yang tanpa diberi
pakan penambahan tepung tembakau 0,32% (P3). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian nikotin pada tikus menimbulkan respon yang negatif terhadap
pertumbuhan tikus tersebut.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan Bobot Badan Mencit dan Tikus
Rataan pertambahan bobot badan mencit selama penelitian berkisar antara
0,40-0,47 g/ekor/hari sedangkan pada tikus berkisar antara 3,08-3,81 g/ekor/hari.
Menurut penelitian Sudono (1981), rata-rata laju pertumbuhan mencit jantan dan
betina umur 21-56 hari masing-masing sebesar 0,43 dan 0,38 g/ekor/hari dengan laju
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
37/62
tertinggi dicapai pada saat umur 29 hari, pada jantan dan betina masing-masing
sebesar 0,55 dan 0,50 g/ekor/hari. Menurut penelitian Feri (2004), laju pertambahan
bobot badan mencit umur 3-8 minggu sebesar 0,60 g/ekor/hari pada jantan dan 0,45
g/ekor/hari pada betina. Menurut hasil penelitian Raimon (2006), pertambahan bobot
badan tikus jantan dari umur 3-8 minggu sebesar 2,74 g/ekor/hari dengan pemberian
ransum berkadar protein 16%. Menurut Gultom (2003), pertambahan bobot badan
tikus sebesar 2,36 g/ekor/hari dengan pemberian pakan berkadar protein 21-23%.
Smith dan Mangkoewidjojo (1988), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan
tikus dapat mencapai 5 g/ekor/hari. Data pertambahan bobot badan harian mencit dan
tikus selama penelitian disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit dan Tikus per Hari
Mencit TikusPakan
Rataan Sb KK Rataan Sb KK
(g/ekor/hari) (%) (g/ekor/hari) (%)
P1 0,41 0,08 19,94 3,81 0,51 A 13,51
P2 0,47 0,05 11,70 3,48 0,31 AB 8,91
P3 0,40 0,05 12,75 3,08 0,33 B 10,89Keterangan : A dan B dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
38/62
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
Umur (hari)
g/ekor/hari
0%
0,16%
0,32%
Gambar 6. Histogram Pertambahan Bobot Badan Mencit
Rataaan PBB tertinggi terjadi saat mencit berumur antara 24 hari dan mulai
menurun hingga mencit berumur 39 hari pada semua perlakuan, hal ini terjadi karena
mencit pada masa pertumbuhan atau baru saja mencapai umur dewasa kelamin.
Penurunan PBB cukup jelas terlihat saat mencit berumur 45 hari. Hal ini terjadi
karena mencit telah mencapai dewasa tubuh dan kelamin, sehingga yang terjadi
hanya sebatas pertumbuhan jaringan lemak tubuh (Rose, 1997). Pertumbuhan
selanjutnya rataan PBB yang terjadi cenderung naik-turun.
Hasil analisis ragam menunjukkan, bahwa perlakuan jenis pakan sangat nyata
(P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
39/62
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
Umur (hari )
g/ekor/hari
0%
0,16%
0,32%
Gambar 7. Histogram Pertambahan Bobot Badan Tikus
Pada histogram di atas (Gambar 7) dapat dilihat bahwa pertambahan bobot
badan tikus cenderung stabil dibandingkan dengan mencit walaupun terlihat pada
gambar pertambahan bobot badan tikus cenderung naik-turun. Pertambahan bobot
badan tikus P1 (0%) cenderung lebih tinggi, hal ini karena tikus P1 mengkonsumsi
pakan relatif lebih banyak daripada tikus yang diberi nikotin sehingga penyerapan
makanan cenderung lebih tinggi dan mengakibatkan pertambahan bobot badannya
ikut meningkat dibandingkan tikus yang diberi nikotin. Pertambahan bobot badan
tertinggi tikus dicapai pada umur 54 hari, hal ini terjadi karena pada umur tersebut
tikus memasuki umur dewasa tubuh sehingga pada umur selanjutnya PBB tikus
mulai mengalami penurunan.
Konsumsi Pakan
Salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah kualitas pakan
yang diberikan. Kandungan protein pada pakan penelitian adalah 19,36-21,15%
(Tabel 3). Rataan konsumsi pakan mencit selama penelitian berkisar antara 4,77-4,86
g/ekor/hari, hasil ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Mangkoewidjojo (1988),
menyatakan bahwa mencit dapat mengkonsumsi pakan sebanyak 3-5 g/ekor/hari.
Rataan konsumsi pakan tikus selama penelitian berkisar antara 12,07-16,54
g/ekor/hari. Menurut Gultom (2003), rata-rata konsumsi tikus dengan pemberian
pakan berkadar protein 21-23% adalah 16,09 g/ekor/hari. Tikus putih dewasa makan
setiap hari antara 12-20.g, kualitas pakan merupakan faktor penting yang
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
40/62
mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh (Smith dan
Mankoewidjojo, 1988). Menurut Malole dan Pramono (1989), tikus dewasa
membutuhkan 10.g makanan per hari per 100.g bobot badan. Tingkat konsumsi
ransum dipengaruhi oleh temperatur kandang, kelembaban, kesehatan, dan kualitas
makanan itu sendiri. Hasil pengukuran konsumsi mencit dan tikus terhadap pakan
yang diberikan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Konsumsi Pakan Mencit dan Tikus per Hari
Mencit TikusPakan
Rataan Sb KK Rataan Sb KK
(g/ekor/hari) (%) (g/ekor/hari) (%)
P1 4,77 0,04B 1,01 16,54 0,19A 1,20
P2 4,78 0,09B 1,90 14,35 0,17B 1,21P3 4,86 0,05A 1,08 12,07 0,43C 3,60
Keterangan : A dan B dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P0,05) dengan yang diberi tepung tembakau 0% (kontrol), sedangkan
rataan konsumsi pakan mencit yang diberi tepung tembakau 0,32% lebih tinggi
(P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
41/62
4,5
4,5
4,6
4,6
4,7
4,7
4,8
4,8
4,9
4,9
5,0
5,0
24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
Umur (hari)
g/ekor/hari
0%
0,16%
0,32%
Gambar 8. Histogram Konsumsi Pakan Mencit
Rata-rata konsumsi pakan mencit pada taraf pemberian tepung tembakau 0%
dan 0,16% dalam ransum dari umur 27-48 hari cenderung meningkat tajam, mulai
ada penurunan dari umur 48 hari. Pada umur 35 hari mencit mencapai umur dewasa
kelamin (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988) sehingga aktivitas reproduksi
meningkatkan nafsu makan mencit untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
organ-organ reproduksinya. Rata-rata konsumsi ransum mencit jantan umur 6-8
minggu cenderung menurun karena mencit jantan mulai memasuki umur dewasa
tubuh (Malole dan Pramono, 1989). Dewasa tubuh yaitu umur saat organ-organ
tubuh dan reproduksi telah tumbuh dengan sempurna sehingga konsumsi ransumnya
mulai menurun. Rataan konsumsi pakan mencit pada taraf pemberian tepung
tembakau 0,32% lebih tinggi dibandingkan yang lain namun pertambahan bobot
badannya tidak mengalami perbedaan dengan mencit P1 dan P2, kemungkinan
disebabkan pengaruh adiksi nikotin dalam tepung tembakau yang ditambahkan kedalam pakan mencit. Hal ini berbeda dengan konsumsi pakan pada tikus, tikus yang
diberi pakan dengan penambahan nikotin memiliki daya konsumsi pakan yang
rendah dibanding dengan tikus yang diberi pakan tanpa penambahan nikotin.
Rataan konsumsi pakan tikus pada saat penelitian berkisar antara 12,07-16,54
g/ekor/hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa, rata-rata konsumsi pakan
tikus kontrol (0%) sangat nyata (P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
42/62
jenis pakan memberi pengaruh yang sangat nyata (P
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
43/62
Konversi Pakan
Konversi pakan merupakan perbandingan jumlah konsumsi pada periode
tertentu dengan produksi yang dicapai pada periode tersebut, sehingga bila konsumsi
yang tinggi namun tidak diikuti dengan pertambahan bobot badan yang tinggi, maka
akan menghasilkan nilai konversi yang tinggi, artinya nilai konversi yang semakin
tinggi menunjukkan jumlah konsumsi pakan semakin banyak untuk menambah satu
satuan bobot badan. Rataan konversi pakan mencit berkisar antara 10,23-12,18
sedangkan pada tikus berkisar antara 3,94-4,40. Hasil konversi pakan mencit dan
tikus selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Konversi Pakan Mencit dan Tikus selama Penelitian
Mencit TikusPakan
Rataan Sb KK Rataan Sb KK
(%) (%)
P1 11,82 2,50 21,14 4,40 0,55 12,51
P2 10,23 1,17 11,51 4,15 0,37 9,11
P3 12,18 1,56 12,82 3,94 0,38 9,81Keterangan : P1 : Pakan dengan 0% tepung tembakau Sb : Simpangan baku
P2 : Pakan dengan 0,16% tepung tembakau KK: Koefisien keragamanP3 : Pakan dengan 0,32% tepung tembakau
Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada perbedaan (P>0,05) pada
konversi pakan mencit di semua taraf perlakuan. Konversi pakan tertinggi diperoleh
pada mencit yang diberi pakan dengan taraf penambahan tepung tembakau 0,32%
yaitu sebesar 12,18 dan konversi pakan terendah pada mencit yang mengkonsumsi
pakan dengan penambahan tepung tembakau 0,16%, yaitu sebesar 10,23. Hal ini
menunjukkan bahwa mencit yang diberi pakan dengan penambahan 0,16% tepung
tembakau lebih baik dalam mengkonversi pakan dibanding mencit kontrol dan
mencit yang diberi pakan 0,32% tepung tembakau, walaupun secara statistik
perbedaan tersebut tidak bermakna. Walaupun mencit P3 mongkonsumsi pakan lebih
tinggi, namun tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badannya
karena kandungan serat kasar pada pakan mencit P3 lebih banyak dibandingkan
mencit P1 dan P2, sehingga daya serap terhadap pakan yang dikonsumsi kecil dan
mengakibatkan konversi pakannya tinggi.
Sama halnya dengan mencit, pada tikus hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa penambahan nikotin berupa tepung tembakau tidak berpengaruh terhadap
konversi pakan. Konversi pakan tertinggi diperoleh pada tikus yang diberi pakan
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
44/62
dengan taraf penambahan tepung tembakau 0% (kontrol) yaitu sebesar 4,40 dan
konversi pakan terendah pada tikus yang mengkonsumsi pakan dengan penambahan
tepung tembakau 0,32%, yaitu sebesar 3,94. Hal ini menunjukkan bahwa tikus yang
diberi pakan tanpa penambahan tepung tembakau lebih baik dalam mengkonversi
pakan dibanding tikus yang diberi pakan dengan penambahan tepung tembakau,
walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Konversi pakan sangat
berhubungan erat dengan daya serap mencit dan tikus terhadap pakan, menurut hasil
penelitian tikus memiliki daya serap pakan yang lebih baik dibandingkan mencit.
Secara keseluruhan, rataan konversi pakan tikus lebih rendah dibandingkan dengan
mencit, dengan kata lain tikus lebih efisien dalam menggunakan pakan.
Mortalitas
Mortalitas mencit dan tikus 0%, artinya tidak ada mencit dan tikus yang mati
selama penelitian berlangsung. Hal ini disebabkan mencit dan tikus mampu
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan perlakuan yang diberikan selama
penelitian. Suhu selama penelitian rata-rata berkisar antara 23,39-32,75OC dan rata-
rata kelembaban berkisar anatra 74,03%-81,28%. Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988), suhu yang ideal untuk pertumbuhan tikus berkisar antara
20-25OC sedangkan menurut Malole dan Pramono (1989), rata-rata suhu yang ideal
untuk pertumbuhan mencit berkisar antara 21-29OC. Suhu lingkungan saat penelitian
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu ideal untuk pertumbuhan mencit dan tikus,
namun mencit dan tikus masih mampu beradaptasi pada suhu lingkungan tersebut
dan tidak sampai menyebabkan kematian. Faktor lain yang dapat menekan angka
mortalitas adalah kebersihan kandang, sirkulasi udara dan manajemen pemeliharaan
yang baik Sirkulasi udara memiliki peran penting agar mencit dan tikus merasanyaman dan lebih mudah membuang panas tubuh, walaupun suhu dan kelembaban
kandang selama penelitian lebih tinggi dari suhu dan kelembaban ideal namun
mencit dan tikus masih merasa nyaman sehingga tidak terjadi kematian selama
penelitian
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
45/62
Tingkahlaku Mencit dan Tikus
Tingkahlaku mencit dan tikus yang diamati adalah tingkah laku harian, yang
meliputi makan, minum, istirahat atau diam, eliminasi, perawatan tubuh, agresi,
sosial dan bergerak. Jenis-jenis tingkahlaku yang disebutkan merupakan jenis-jenis-
jenis tingkahlaku dasar yang dilakukan mencit dan tikus, yang biasa disebut sebagai
tingkah laku harian. Pengamatan tingkahlaku dilakukan pada setiap perlakuan
dengan total pengamatan selama 8 jam yang dilakukan pada pagi, siang, dan malam
hari. Total rataan frekuaensi tingkahlaku mencit selama pengamatan meliputi makan
(10,74%), minum (0,24%), istirahat atau diam (68,17%), eliminasi (0,04%),
perawatan tubuh (3,13%), agresi (0%), sosial (0,60%) dan bergerak (17,08%).
Mencit adalah binatang nokturnal, oleh karena itu mencit lebih aktif pada saat
malam hari dan lebih banyak melakukan aktivitas istirahat atau diam pada siang
hingga sore hari. Mereka akan kembali beraktivitas menjelang sore hari ketika diberi
pakan dan lebih banyak beraktivitas makan dan bergerak pada malam hari. Frekuensi
tingkahlaku mencit dan tikus selama pengamatan delapan jam dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Rataan Frekuensi Tingkahlaku Mencit dan Tikus
TingkahlakuPakan
Mkn Mnm Ist Elm Pt Agr Sos Bgr
-------------------------------------(%)-------------------------------------
Mencit P1 7,30 0,25 68,44 0,05 3,73 0 0,27 19,97
P2 11,69 0,23 68,94 0,04 0,69 0 0,00 18,41
P3 13,23 0,24 67,13 0,03 4,96 0 1,54 12,87
Tikus P1 13,02 1,50 71,57 0,10 5,41 0 1,12 7,29
P2 9,53 1,84 66,02 0,11 3,10 0 0,00 19,39
P3 7,74 4,07 71,09 0,14 6,08 0 0,42 10,47Keterangan : P1 : Pakan dengan 0% tepung tembakau Elm : Tingkah laku eliminasi
P2 : Pakan dengan 0,16% tepung tembakau Pt : Tingkah laku perawatan tubuhP3 : Pakan dengan 0,32% tepung tembakau Agr : Tingkah laku agresi
Mkn : Tingkah laku makan Sos : Tingkah laku sosialMnm: Tingkah laku minum Bgr : Tingkah laku bergerakIst : Tingkah laku istirahat
Sama halnya dengan mencit, tikus juga merupakan binatang nokturnal yang
akan lebih aktif ketika malam hari. Total rataan tingkahlaku tikus yang diamati
meliputi makan (10,10%), minum (2,47%), istirahat atau diam (69,56%), eliminasi
(0,11%), perawatan tubuh (4,86%), agresi (0%), sosial (0,51%) dan bergerak
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
46/62
(12,38%). Pengamatan dilakukan dengan hati-hati dan tenang, agar tidak
menyebabkan tikus dan mencit yang diamati menjadi panik. Selama pengamatan
berlangsung tidak ditemukan tingkah laku yang abnormal. Selama pengamatan
berlangsung, aktivitas yang paling banyak adalah istirahat atau diam, hal ini
dikarenakan data pengamatan paling banyak pada pengamatan pagi hingga sore hari,
dimana tikus dan mencit lebih banyak melakukan aktivitas istirahat atau diam saat
pagi hingga sore hari.
Tingkahlaku Makan
Tingkah laku makan mencit diawali dengan mendekati tempat pakan,
menaiki tempat pakan, masuk ke dalam tempat pakan, mengendus pakan, mengais
pakan menggunakan kakinya dengan maksud memilih tekstur pakan yang disukai,
lalu dilanjutkan memegang pakan yang berbentukmash dengan menggunakan kedua
kaki bagian depan dan mulai memasukan pakan ke dalam mulut dengan posisi
duduk. Setelah pakan yang digenggam habis, mencit mulai mengulang tahap
mengais pakan kembali dan begitu selanjutnya dilakukan berulang-ulang hingga
mencit merasa cukup, lalu mulai meninggalkan tempat pakan. Menurut hasil
pengamatan, tingkahlaku makan mencit paling banyak dilakukan oleh mencit yang
diberi pakan dengan penambahan tepung tembakau 0,32% (P3) dengan rataan
frekuensi sebanyak 13,23%, kemudian diikuti mencit P2 sebanyak 11,69% dan
paling sedikit adalah mencit yang diberi pakan tanpa penambahan tepung tembakau
(P1) yaitu dengan rataan frekuensi sebanyak 7,30%. Tingginya frekuensi makan
mencit P3 kemumungkinan disebabkan oleh kecanduan nikotin dalam pakan dan
membuat mencit banyak melakukan aktivitas makan dan malas melakukan aktivtas
bergerak.
Tingkahlaku makan tikus hampir sama dengan mencit tetapi pada saat ingin
makan, tikus tidak masuk ke dalam tempat pakan melainkan hanya kepalanya saja
karena postur tubuh tikus lebih besar sehingga tikus tidak dapat masuk sepenuhnya
ke dalam tempat pakan, setelah itu dilanjutkan mengais pakan dengan menggunakan
kedua kaki bagian depan dan seterusnya sama dengan tingkahlaku makan mencit,
yaitu makan dengan posisi duduk terkadang sambil menyandarkan tubuhnya pada
tempat pakan. Gambar tingkahlaku makan tikus dapat dilihat pada Gambar 10 .
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
47/62
Gambar 10 .Tingkahlaku Makan Tikus Penelitian
Berbeda dengan mencit, tikus yang diberi pakan tanpa penambahan tepung
tembakau (P1) ternyata memiliki rataan frekuensi tingkahlaku makan lebih banyak
dibanding tikus yang diberi pakan dengan penambahan tepung tembakau 0,16% (P2)
dan 0,32% (P3), masing-masing secara berurutan memiliki rataan frekuensi
tingkahlaku makan sebanyak 13,02%; 9,53%; dan 7,74%. Tikus dengan pemberian
nikotin tertinggi paling sedikit melakukan aktivitas makan namun aktivitas
minumnya meningkat, hal ini merupakan pengaruh dari nikotin yang dapat
menyebabkan tikus cenderung banyak minum sehingga mengurangi konsumsi pakan.
Dari hasil rataan frekuensi pengamatan tingkahlaku makan pada tikus dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak atau lama aktivitas makan, maka semakin
banyak pakan yang dikonsumsi.
Tingkahlaku Minum
Tingkahlaku minum mencit dan tikus memiliki beberapa kesamaan tahap
yaitu diawali dengan mencari ujung pipa botol tempat minum kemudian berdiri
dengan kaki bagian belakang, lalu memegang ujung botol dengan kedua kaki bagian
depan dan dilanjutkan dengan menjilati air yang menetes di ujung pipa botol tempat
minum, namun terkadang tikus melakukan tingkahlaku minum tanpa memegang
botol minum. Gambar tingkahlaku minum tikus dapat dilihat pada Gambar 11.
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
48/62
Gambar 11.Tingkahlaku Minum Tikus Penelitian
Tahapan tingkahlaku minum ini dilakukan berulang-ulang sampai mencit dan
tikus merasa cukup minum, terkadang mencit atau tikus saling berebutan minum
dengan mencit atau tikus lain di dalam kotak kandang. Pada mencit, aktivitas minum
tidak jauh berbeda antar mencit perlakuan (P1,P2,P3) yaitu berkisar antara 0,23-
0,25%, sedangkan pada tikus terlihat perbedaan mencolok pada tikus dengan
penambahan pakan tepung tembakau 0,32% (P3) yaitu dengan rataan frekuensi
tingkahlaku minum sebanyak 4,07%, sedangkan tikus P1 dan P2 masing-masing
1,50% dan1,84%. Nikotin yang diserap ke dalam tubuh kemudian dimetabolis di hati
dan sebanyak 10-20% dikeluarkan melalui urine (Benowitz et al., 1994), sehinggatikus yang mengkonsumsi nikotin cenderung lebih banyak melakukan urinasi.
Karena tikus sering melakukan aktivitas minum maka tikus jarang melakukan
aktivitas makan, hal ini disebabkan saluran pencernaan tikus yang banayak terisi air
sehingga daya tampung pakan sedikit.
Tingkahlaku Istirahat
Tingkahlaku istirahat atau diam adalah suatu keadaan ketika mencit atau tikus
tidak melakukan aktivitas apapun selain diam. Tingkahlaku beristirahat atau diam
merupakan tingkahlaku yang paling sering muncul ketika pengamatan dilakukan.
Mencit lebih sering beristirahat di dalam tempat pakan dan di bawah tempat pakan
karena posisi tempat pakan mencit agak sedikit menggantung, terkadang mencit
terlihat diam di sudut kotak kandang bersama mencit lain dengan terlebih dahulu
menyingkirkan sekam yang berada di sudut kotak kandang. Ketika dalam keadaan
istirahat atau diam, biasanya terjadi cukup lama dibandingkan tingkahlakau lainnya
apalagi ketika pagi hingga sore hari. Rataan tingkahlaku mencit dan tikus relatif
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
49/62
sama, namun tikus sedikit lebih sering terlihat beristirahat dibandingkan mencit.
Rataan frekuensi tingkahlaku mencit dan tikus selama pengamatan dapat dilihat pada
Gambar 12.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
makan
minum
istirah
at
elimina
si
perawat
an
agre
si
sosialisa
si
berger
ak
Tingkah La
Mencit 0%
ku
Frekuensi Mencit 0,16%
Mencit 0,32%Tikus 0%
Tikus 0,16%
Tikus 0,32%
Gambar 12. Rataan Frekuensi Tingkahlaku Harian Mencit dan Tikus
Tingkahlaku yang paling banyak dialakukan mencit dan tikus ketika
pengamatan adalah beristirahat atau diam, tingkahlaku ini mencapai rataan frekuensi
68,17% pada semua mencit perlakuan, namun rataan frekuensi tertinggi adalah pada
mencit yang diberi pakan dengan penambahan tepung tembakau 0,16% (P2) yaitu
68,94% dan rataan frekuensi paling rendah terdapat pada mencit yang diberi pakan
dengan penambahan tepung tembakau 0,32% (P3) yaitu dengan rataan sebesar
67,13%, hal ini dimungkinkan karena pengaruh nikotin yang tekandung dalam pakan
lebih tinggi sehingga menyebabkan mencit lebih tenang dan enggan untuk
beraktivitas bergerak. Sama halnya dengan mencit, tikus juga paling sering terlihat
beristirahat selama pengamatan. Gambar tingkahlaku istirahat mencit dan tikus dapat
dilihat pada Gambar 13.
a. Mencit b. Tikus
Gambar 13. Tingkahlaku Istirahat Mencit dan Tikus Penelitian
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
50/62
Tikus lebih sering beristirahat dalam posisi telungkup di sudut kotak
kandang, terkadang terlihat tikus beristirahat dalam posisi terlentang. Tikus berbeda
dengan mencit, tikus tidak pernah terlihat beristirahat di dalam tempat pakan karena
postur tubuh tikus yang lebih besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam tempat
pakan. Tingkahlaku istirahat pada tikus merupakan tingkahlaku yang paling banyak
dilakukan selama pengamatan dengan rataan frekuensi mencapai 69,56%, rataan
frekuensi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan mencit karena selama
pengamatan tikus terlihat lebih banyak beristirahat atau diam bila dibandingkan
mencit. Tikus yang paling banyak menampilkan tingkahlaku istirahat atau diam
adalah tikus yang diberi pakan tanpa penambahan tepung tembakau (P1) dengan
rataan frekuensi sebanyak 71,57%, sedangkan untuk tikus P2 dan P3 masing masing
memiliki rataan frekuensi sebanyak 66,02% dan 71,09%.
Tingkahlaku Eliminasi
Saat membuang kotoran (defekasi) posisi mencit berada dalam posisi diam,
sehingga sulit untuk melihat peristiwa eliminasi karena mencit lebih sering diam di
dalam tempat pakan. Terkadang mencit melakukan proses defekasi di atas sekam
dengan diawali dengan posisi berdiri dengan keempat kakinya dan diam, sesekali
mencit melakukan proses defekasi sambil bergerak dan bermain-main di atas botol
minum yang menggantung. Tingkahlaku eliminasi pada tikus lebih jelas terlihat,
karena tikus memiliki postur yang lebih besar dibandingkan mencit, selain itu ketika
proses defekasi tikus lebih tenang, tidak terlihat berjalan-jalan seperti yang dilakukan
pada mencit, walaupun rataan persentase frekuensi tingkahlaku eliminasi mencit dan
tikus samas-sama kecil yaitu 0,04% pada mencit dan 0,11% pada tikus.
Tingkahlaku Perawatan Tubuh
Tingkahlaku perawatan diri adalah salah satu tingkahlaku yang dilakukan
mencit dan tikus, tingkahlaku ini dilakukan dengan tujuan menjaga kebersihan tubuh
mencit dan tikus. Tingkahlaku perawatan tubuh dapat dilakukan secara individual
dan dengan bantuan mencit atau tikus lain. Secara individual mencit dan tikus
melakukan tingkah laku perawatan tubuh dengan diawali duduk dengan
menggunakan kaki bagian belakang kemudian membasahi kaki bagian depan dengan
cara menjilati, lalu mulai mengusap-usap bagian muka dan dilanjutkan pada bagian
-
7/29/2019 Tikus vs Mencit
51/62
tubuh lainnya. Selain secara individual, proses perawatan diri dapat dilakukan
dengan bantuan mencit atau tikus lain. Proses ini biasanya dilakukan dengan diawali
dengan proses perawatan diri secara individual dengan posisi tubuh berdekatan,
setelah itu mencit atau tikus lain mulai menggaru-garuk bagian punggung lawannya
dan mengusap-usap tubuh lawannya dengan menggunakan kaki bagian depan.
Tingkah laku perawatan tubuh memiliki rata-rata frekuensi sebesar 3,13% pada
mencit dan 4,86% pada tikus. Tingkahlaku perawatan tubuh biasanya diikuti dengan
tingkah laku sosial.
Tingkahlaku Agresi
Tingkahlaku agresi adalah jenis tingkah laku harian ketika mencit atau tikus
berada dalam keadaan berkelahi atau menyerang lawan. Pada saat pengamatan tidak
ditemukan jenis tingkahlaku agresi pada mencit dan tikus yang diamati. Artinya
dengan frekuensi tingkahlaku agresi pada mencit dan tikus adalah 0%, berarti tidak
terjadi perkelahian.
Tingkahlaku Sosial
Secara umum mencit dan tikus merupakan makhluk sosial, mereka lebih suka
berkelompok. Tingkah laku sosial terjadi ketika mencit atau tikus melakukan
interaksi satu sama lain dengan teman sekandang. Tingkahlaku sosial yang sering
terlihat saat pengamatan adalah bermain, dan mengusik individu lain namun tidak
sampai terjadi tingkahlaku agresi. Tingkahlaku sosial pada mencit dan tikus
dilakukan dengan po