tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi...
TRANSCRIPT
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
POSISI MENERAN DI BPS WIJI SURYANTI
PALUR SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan D III Kebidanan
Disusun Oleh :
WILDA ARUNINDYA
NIM. 08.055
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi
meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo”.
Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Proposal Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT.,M.Kes., selaku Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis.
4. Ibu Wiji Suryanti selaku Pimpinan BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo RB
yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh ibu hamil di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo yang telah bersedia
menjadi responden dalam Karya Tulis Ilmiah.
6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
v
7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
vi
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Wilda Arunindya
B08.055
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
POSISI MENERAN DI BPS WIJI SURYANTI
PALUR SUKOHARJO
xiii + 49 halaman + 14 lampiran + 7 tabel + 6 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai
serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan
lahirnya bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Untuk menurunkan
angka kematian ibu sekaligus penyebabnya, maka diperlukan “Asuhan Sayang Ibu
Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa membiarkan ibu mengambil posisi
yang diinginkannya selama meneran dan saat melahirkan akan memberi banyak
manfaat, termasuk sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan, lama kala dua yang
lebih pendek, rupture perineum yang lebih sedikit, lebih membantu meneran dan
nilai apgar yang lebih baik
Tujuan : Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di
BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo pada 22 Mei 2012. Sampel dalam penelitian sebanyak 34 ibu hamil dengan teknik
sampling menggunakan accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Cara pengumpulan data menggunakan data Primer dan
data sekunder serta variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran. Analisis Data mengguanakan
analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian
untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang posisi meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo sebanyak 34
responden 7 responden (20,6%) dengan pengetahuan baik tentang posisi meneran,
pengetahuan cukup tentang posisi meneran sebanyak 23 responden (67,6%) dan
pengetahuan kurang tentang posisi meneran sebanyak 4 responden (11,8%).
Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo kebanyakan pada tingkat cukup yaitu sebanyak 23
responden (67,6%).
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu hamil, Posisi meneran
Kepustakaan : 19 literatur (tahun 2003 – 2011)
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun.
Di sanalah nanti akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan
Jangan takut pada masa depan dan jangan menangis untuk masa lalu
Betapapun Suburnya Tanah, Sejuknya Embun, Teraturnya Hujan Dan Bagusnya Sinar Matahari, Hasil Tak Pernah Dipetik
Tanpa Menabur
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan
kepada :
1. Kedua orang tua terima kasih semua ”tanpamu
aku bukanlah apa-apa”.
2. Anakku ”Farrel Al Fathoni” dan Suamiku,
terima kasih do’a dan kasih sayang selama ini
kau penyemangat dalam hidupku.
3. Adik-adikku yang telah memberikan doa dan
dukungannya.
4. Teman-temanku ”Arista, Siti, Mb Dina serta
Mb Dwi” yang setia menemani, menghibur dan
memotivasi serta telah mengajarkan arti
persahabatan.
5. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2009.
6. Almamaterku tercinta.
viii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama : Wilda Arunindya
Tempat / Tanggal Lahir : Sukoharjo, 10 Oktober 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Panjangrejo, RT 03/20 Palur, Sukoharjo
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri Babadan 123 Surakarta Lulus tahun 2002
2. SMP Negeri 20 Surakarta Lulus tahun 2005
3. SMA Negeri I Karangpandan Lulus tahun 2008
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2008
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
ABSTRAK .................................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .......................................................................... 7
1. Pengetahuan ......................................................................... 7
2. Kehamilan Normal ............................................................... 18
x
B. Kerangka Konsep ..................................................................... 29
C. Kerangka Konsep ..................................................................... 30
BAB III. METODOLOGI LAPORAN KASUS
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 31
C. Populasi dan Sampel dan Teknik Sampling ............................... 31
D. Instrumen Penelitian ................................................................. 32
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 35
F. Variabel Penelitian ................................................................... 36
G. Definisi Operasional ................................................................. 36
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ....................................... 36
I. Etika Penelitian ......................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum ..................................................................... 41
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 41
C. Pembahasan .............................................................................. 43
D. Keterbatasan ............................................................................. 47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 48
B. Saran ........................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Posisi Meneran Duduk atau Setengah Duduk ......................... 23
Gambar 2.2 Posisi Meneran Merangkak .................................................... 23
Gambar 2.3 Posisi Meneran Jongkok atau berdiri ...................................... 24
Gambar 2.4 Posisi Meneran terlentang (supine) ......................................... 25
Gambar 2.5 Kerangka Teori ...................................................................... 29
Gambar 2.6 Kerangka Konsep ................................................................... 30
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Mineral dan Untuk Ibu Hamil ................................. 22
Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan tentang Posisi Meneran ............................ 33
Tabel 3.2 Definisi Operasional ................................................................. 37
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ............................... 41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
PendidikanTerakhir ................................................................. 42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ........... 42
Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran
di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo ...................................... 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Ijin Permohonan Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Validitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 10. Koesioner Penelitian
Lampiran 11. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 12. Data Hasil Penelitian
Lampiran 13. Distribusi Frekuensi
Lampiran 14. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AKI di Indonesia saat ini masih jauh dari target yang dicapai pada
tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millenium.
Hasil survei Depkes RI, 2007 AKI di Indonesia masih berada pada angka 228
per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian Ibu maternal paling banyak
adalah sewaktu bersalin sebesar 49,5%, kematian waktu hamil 26%, pada
waktu nifas 24% (Dinkes, 2011). Penyebab terjadinya angka kematian Ibu
(AKI) terbesar di Indonesia adalah pendarahan, infeksi dan eklamsi, selain
itu ada juga “4Terlalu “ terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak anak, terlalu
sering hamil, faktor fisiologis yang secara langsung dapat menambah angka
tersebut (Saifuddin, 2006).
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, meski begitu setiap kehamilan
tetap saja perlu perhatian, karena mungkin saja rawan bagi ibu atau janin
dalam kandungan. Karena itu perlu mengenal berbagai hal yang akan anda
alami per trimester dan langkah tepat untuk mengatasinya. Pada saat awal
memang belum terjadi perubahan fisik yang luar biasa, hanya saja pada pada
bulan ke-3 perut mulai membuncit (Maulana, 2010).
Proses fisiologis kala dua persalinan diartikan sebagai serangkaian
peristiwa yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya
bayi secara normal (dengan kekuatan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala dua
2
juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa
proses pengeluaran bagi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap,
beritahukan pada ibu bahwa dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia
untuk meneran dan kemudian beristirahat di antara kontraksi. Ibu dapat
memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat
mempersingkat kala dua. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara
selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkan atau dapat
mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya (APN, 2007).
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan.
Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan hatinya selama proses
persalinan berlangsung. Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan
tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri
penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong
akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa
yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan
(misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam) (Srifati, 2009).
Untuk menurunkan angka kematian ibu sekaligus penyebabnya, maka
diperlukan “Asuhan Sayang Ibu” dalam pemilihan posisi bersalin. Asuhan
sayang ibu yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu
standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif
dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, maka dari itu dalam
proses persalinan dan kelahiran diharapkan membangun ibu agar tetap tenang
dan rileks. Bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan
3
oleh ibu dalam persalinannya. Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa
membiarkan ibu mengambil posisi yang diinginkannya selama meneran dan
saat melahirkan akan memberi banyak manfaat, termasuk sedikit rasa sakit
dan ketidaknyamanan, lama kala dua yang lebih pendek, rupture perineum
yang lebih sedikit, lebih membantu meneran dan nilai apgar yang lebih baik
(Depkes, RI, 2007).
Hasil survey pendahuluan rata-rata jumlah kunjungan ibu hamil di
BPS Wiji Suryanti Sukoharjo pada bulan Desember 2011 yaitu sebanyak 35
kunjungan ibu hamil. Setelah peneliti melakukan wawancara terhadap 10 ibu
hamil yang berkunjung di BPS Wiji Suryanti Sukoharjo didapatkan 6 ibu
hamil belum mengerti apakah posisi meneran itu dan 4 ibu hamil sudah
mengerti posisi meneran
Berdasarkan survey data tersebut penulis tertarik melakukan penelitian
dengan mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Posisi
Meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis dapat merumuskan
“Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Posisi Meneran di BPS
Wiji Suryanti Palur Sukoharjo?”.
4
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan peneliti tentang kehamilan dan mampu
mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran di BPS
Wiji Suryanti Palur Sukoharjo.
2. Bagi Profesi
Dapat memberikan informasi kepada tenaga kerja lainnya dan dapat
digunakan untuk kebijakan dalam promosi kesehatan kepada ibu hamil
tentang posisi meneran.
3. Bagi Institusi
a. Puskesmas
Dapat digunakan sebagai acuan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan dengan peningkatan pengetahuan ibu
hamil melalui penyuluhan-penyuluhan tentang posisi meneran.
b. Pendidikan
Menambah bahan bacaan atau referensi tentang pengetahuan ibu hamil
tentang posisi meneran.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di BPS
Wiji Suryanti Palur Sukoharjo.
5
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian, yaitu:
a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan,
pekerjaan di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran di
BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo pada tingkat baik.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran di
BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo pada tingkat cukup.
d. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran di
BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo pada tingkat kurang.
E. Keaslian Penelitian
Keaslian pada penelitian ini belum ada yang 1 variabel.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 bab, sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian
dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan
diteliti yaitu pengetahuan, kehamilan, posisi meneran serta
kerangka teori, kerangka konsep.
6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi
penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, alat
penelitian, pengumpulan data, variabel penelitian, definisi
operasional, metode pengolahan data dan analisa data serta etika
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisikan tentang hasil penelitian, pembahasan hasil
penelitian dan keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan
saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekedar menjawab pertanyaan “what”. (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil
pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik
atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha
manusia untuk tahu (Nashrulloh, 2009).
Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah
kejiwaan (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan yang
dicapai dalam domain kognitif yaitu :
8
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan
sebagainya
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya,
aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
9
4) Analisis (Analysys)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan
dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.
5) Sintesa (Syntesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada
misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
10
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2010) cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional
atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern
atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah (Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang
menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan
11
seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini
seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang
otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah
12
dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak
orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus
diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan,
terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak.
Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai
wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau
penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat
sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui
intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara yang rasional dan yang sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan
umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini
manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan
cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses
13
pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang
khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khsusuke pernyataan yang bersifat
umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke
dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi
berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada
kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa
yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology).
Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan
14
metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan
objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
Menurut Pro Health (2009), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, antara lain:
1) Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi
15
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan
sikap makin positif terhadap obyek tersebut .
2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
16
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
17
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan
professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan
lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
18
2. Kehamilan Normal
a. Pengertian
Masa kehamilan yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan
7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2002).
b. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2005), tanda-tanda kehamilan dibagi
menjadi 2 yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenore (tidak dapat haid), gejala ini penting karena wanita
hamil tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama
haid terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan.
b) Nausea (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi
hari, tetapi tidak selalu.
c) Mengidam terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
d) Mammae menjadi tegang dan membesar.
e) Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
f) Sering kencing terjadi karena kandung kencing tertekan oleh
uterus yang mulai membesar.
19
g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun.
h) Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon
kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
2) Tanda kemungkinan hamil
a) Perut membersar
b) Uterus membesar
c) Tanda hegar (hipertropi ismus, menjadi panjang dan lunak)
d) Tanda chadwik (hipervaskularisasi pada vagina dan vulva,
tampak lebih merah dan kelam
e) Tanda piscaceck (uterus membesar ke salah satu jurusan).
f) Kontraksi-kontraksi kecil atau braxton hicks.
g) Teraba ballotement
h) Reaksi kehamilan positif.
3) Tanda pasti kehamilan
a) Pada umur 20 minggu gerakan janin kadang-kadang dapat
diraba secara obyektif oleh pememeriksa dan bagian-bagian
janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua.
b) Bunyi denyut jantung janin dapat didengar pada umur
kehamilan 18 – 20 Minggu memakai Doppler dan stetoskop
Leannec.
c) Pada Primigravida ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada
usia kehamilan 18 minggu sedangkan multigravida umur 16
minggu.
20
d) Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka
janin dapat dilihat.
c. Klasifikasi kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2005), klasifikasi kehamilan dibagi menjadi 3
trimester yaitu meliputi :
1) Kehamilan trimester 1 : 0 sampai 12 minggu
2) Kehamilan trimester II : 12 sampai 28 minggu
3) Kehamilan trimester III : 28 sampai 40 minggu
d. Asuhan pada ibu hamil
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa
kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal
yang meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur
tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan
pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.
Tujuan asuhan antenatal menurut Saifuddin (2003), antara lain :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi.
21
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI eksklusif
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
Jadwal pemeriksaan :
a) Usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir sampai 28
minggu : 4 minggu sekali
b) 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
c) Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan
intensif.
e. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Pada permulaan kehamilan ibu telah harus makan-makanan
yang mempunyai nilai gizi yang bermutu tinggi, maka oleh karena itu
harus banyak makan yang mengandung protein, banyak ditemukan
defisiensi Fe dan vitamin B12 pada calon ibu baik diberikan Fe
sehingga sulfas ferosus 200 mg 3 kali sehari, kalsium dengan tablet
berisi macam-macam vitamin seorang wanita hamil memerlukan 2000
kalori sehari (Wiknjosastro, 2005).
22
Untuk tetap sehat dilanjutkan makanan yang mengandung zat-
zat berikut :
Tabel 2.1
Kebutuhan Mineral dan Untuk Ibu Hamil
Mineral dan Vitamin Jumlah/Hari
Protein 65 gr Kalsium 1 g
Besi 17 g Vitamin A 4500 mcg
Thiamin 1 mg
Riboflavin 1,3 mg
Niazin 1,5 mg
Vitamin C 170 mg
Sumber : Wiknjosastro (2005).
3. Posisi Meneran
a. Pengertian
Meneran menurut Kamus Besar (2009), yaitu menahan napas
dan menekan. Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala
dua persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tenteramkan
hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan
perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran
proses persalinan dan kelahiran bayi.
b. Macam-Macam Posisi Meneran
Macam-macam posisi meneran menurut APN (2007), meliputi:
1) Duduk atau setengah duduk
Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam
membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat
memperhatikan perineum.
23
Gambar 2.1 Posisi Meneran Duduk atau setengah duduk
2) Merangkak
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit
punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta
peregangan pada perineum berkurang.
Gambar 2.2 Posisi Meneran merangkak
3) Jongkok atau berdiri
Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin,
memperluas panggul sebesar dua puluh delapan persen lebih besar
pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran.
Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi (perlukaan jalan
lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa
lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung
24
kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian
bawah janin.
Gambar 2.3 Posisi Meneran Jongkok atau berdiri
4) Berbaring miring kekiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada
vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat
member suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan
dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
5) Posisi terlentang (supine)
Posisi terlentang tidak dianjurkan bagi ibu sebab dapat
menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan
aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain
sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang,
dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal
distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga menyebabkan waktu
persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya
25
laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf
kaki dan punggung.
Gambar 2.4 Posisi Meneran terlentang (supine)
c. Cara Meneran
Cara meneran menurut Asuhan Persalinan Normal (APN) (2007),
yaitu:
1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya
selama kontraksi.
2) Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara
kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin
merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut ke arah
dada dan menempelkan dagu ke dada.
5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu
kelahiran bayi.
7) ibu agar tetap tenang dan rileks, maka penolong persalinan tidak
boleh mengatur posisi meneran. Penolong persalinan harus
memfasilitasi ibu di dalam memilih sendiri posisi meneran dan
26
menjelaskan alternative-alternatif posisi meneran yang dipilih ibu
tidak efektif.
d. Manfaat Posisi Meneran
Menurut APN (2007), pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu
memberikan banyak manfaat, antara lain :
1) Sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan
2) Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
3) Laserasi perineum lebih sedikit
4) Lebih membantu meneran
5) Nilai agar lebih baik
e. Mengatur Posisi Meneran
Menurut Srifati (2009), pengaturan posisi meneran antara lain:
1) Menganjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan melahirkan bayi serta anjurkan suami dan
pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu
boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau
merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok
dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering kali
memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti
posisi selama persalinan.
2) Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10
menit, karena jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan
isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dan lain-lain) akan menekan
vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran
27
darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada
janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan
terhadap proses kemajuan persalinan.
3) Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai
dengan dorongan alamiahnya, dan beristirahat diantara kontraksi.
Jika diinginkan, ibu dapat mengubah posisinya. Posisi berdiri atau
jongkok, dapat mempersingkat kala dua persalinan. Biarkan ibu
untuk mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran
berlangsung.
4) Sebagian besar penolong akan memimpin persalinan dengan
menginstruksikan untuk menarik nafas panjang dan meneran,
segera setelah pembukaan lengkap. Biasanya, ibu dibimbing untuk
meneran tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai
empat kali per kontraksi. Meneran dengan cara ini dikenal sebagai
meneran dengan tenggorokan terkatup atau manuver Valsava. Hal
ini ternyata dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin. Pada
banyak penelitian, meneran dengan cara tersebut di atas,
berhubungan dengan kejadian menurunya denyut jantung janin
(DJJ) dan rendahnya Apgar. Karena cara ini berkaitan dengan
buruknya keluaran janin, maka cara ini sebaiknya tidak digunakan.
Dianjurkan untuk menatalaksana kala dua persalinan secara
fisiologis.
28
f. Membimbing Ibu untuk Meneran
Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan
pemantauan kondisi ibu dan bayi. Persalinan merupakan suatu
peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung/progresif.
Penolong persalinan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks,
maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran.
Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu di dalam memilih sendiri
posisi meneran dan menjelaskan alternative-alternatif posisi meneran
yang dipilih ibu tidak efektif (APN, 2007).
29
B. Kerangka Teori
Gambar 2.5 Kerangka Teori
Sumber: Notoatmodjo 2010 dan APN (2007)
Pengetahuan Ibu Hamil Posisi Meneran
1. Pengertian
2. Macam-Macam Posisi
Meneran
3. Cara Meneran
4. Manfaat Posisi Meneran
Faktor Yang mempengaruhi
Pengetahuan 1. Tingkat Pendidikan
2. Informasi 3. Sosial ekonomi
4. Pengalaman 5. Budaya
30
C. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Gambar 2.6. Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Posisi Meneran
Baik
Cukup
Kurang
Faktor Yang mempengaruhi Pengetahuan
1. Tingkat Pendidikan 2. Informasi
3. Sosial ekonomi 4. Pengalaman
5. Budaya
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena yang ditemukan
dan hasil penelitian disajikan apa adanya (Sugiyono, 2007). Penelitian
deskritptif kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan meggambarkan suatu
fenomena dengan berbentuk angka-angka (Hidayat, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini telah dilakukan
di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2003).
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 22 Mei 2012.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
32
ditetapkan oleh peneliti, dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Alimul, 2007 ). Populasi yang akan diteliti adalah seluruh ibu hamil yang
berkunjung di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo pada bulan Desember
2011 – Maret 2012 rata-rata per bulan berjumlah 34 ibu hamil.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
adalah seluruh Ibu hamil yang berkunjung di BPS Wiji Suryanti Palur
Sukoharjo yaitu sebanyak 34 ibu hamil
3. Teknik sampling
Tehnik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Alimul, 2007).
Teknik sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh
yaitu tehnik pemenetuan sampel bila semua anggota popoulasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2007).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh
responden. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal
yang ia ketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2006).
33
Dalam penelitian ini menggunakan alternatif jawaban “benar” dan
“salah”, kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana pernyataan dengan
kriteria positif skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah
pernyataan negatif skor 0 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban
salah.
Tabel. 3.1
Kisi-kisi Pertanyaan tentang Posisi Meneran
Variabel Sub Variabel Pertanyaan Jumlah
Soal Favourable Unfavourable
Pengetahuan
ibu hamil
tentang
posisi
meneran
1. Pengertian 1 1
2. Macam Posisi
Meneran
2,3,5,6,7,15,
16,17
4,8 10
3. Cara Meneran 9,10,12,14,
19
5
4. Manfaat Meneran 11,13,18,20 4
Jumlah 20
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan
komputerisassi, rumus product moment, yaitu:
Keterangan:
N : Jumlah responden
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 ΣΣΣ−Σ
ΣΣΣ=
Nrxy
34
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Pertanyaan dinyatakan valid jika nilai rhitung > rtabel. Setelah dilakukanya uji
validitas instrument penelitian terhadap 30 ibu hamil di BPS Nur Hidayah
Mojolaban Sukoharjo didapatkan hasil pertanyaan valid semua
dikarenakan memenuhi taraf signifikasi 5% dengan menggunakan SPSS
for Windows.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).
Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha
Chronbach adalah sebagai berikut:
Σ−
−
=t
b
k
kr
2
2
11 11 σ
σ
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
35
σt2
= Varians total
Setelah dilakukan uji instrumen didapatkan nilai 0,807 > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Sehingga pernyataan dikatakan reliabel dapat dipercaya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada Ibu hamil di BPS
Wiji Suryanti Palur Sukoharjo, kemudian menjelaskan tentang cara
pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan
kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri
dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2006).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner
pengetahuan tentang posisi meneran.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2006). Data sekunder didapatkan dari data
Ibu hamil di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo
36
F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu hamil
tentang posisi meneran.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2005).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Nama
Variabel
Pengertian Indikator Alat
Ukur
Skala
Pengetahuan Ibu hamil
tentang
Posisi Meneran
Kemampuan Ibu hamil menjawab
kuesioner tentang
Posisi meneran
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh
(x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
(Riwidikdo, 2009)
Kuesioner Ordinal
37
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2006)
adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing
dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak
sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-
tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
2. Analisis Data
Analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap
penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2005).
38
Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase adalah :
P = n
xx 100%
Keterangan:
P = Skor prosentase
x = Nilai yang diperoleh responden
n = Jumlah responden
Menurut Riwidikdo (2009), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
hamil tentang posisi meneran maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
a. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
b. Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ + 1 SD
c. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Menurut Riwidikdo (2009), rumus mean yaitu:
Rumus : X = n
x∑
Keterangan :
X : rata-rata ( mean )
∑ x : Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
Menurut Riwidikdo (2009), Simpangan baku (standard deviation)
adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran
nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya.
39
Rumus :
SD = 1
)(1
2
1
−
−∑=
n
xxn
i
Keterangan:
x : Nilai responden
n : Jumlah responden
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian
peneliti menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan
serta manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya.
40
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo. BPS
Wiji Suryanti Palur Sukoharjo memiliki 2 tenaga medis yaitu 2 bidan. Untuk
menunjang perawatan kebidanan BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo
mempunyai 1 kamar bersalin, 1 kamar nifas dan 1 ruang periksa. BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo memberikan pelayanan kebidanan yaitu pelayanan
ANC dan Imunisasi, Pelayanan Persalinan, Kesehatan Ibu dan Anak serta
KB. Waktu pelayanan setiap hari pukul 06.00 – 08.00 WIB dan pukul 16.00 –
21.00 WIB.
B. Hasil penelitian
1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan umur
Umur
(tahun)
Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
< 20 tahun 1 2,9
20 – 35 tahun 29 85,3
> 35 tahun 4 11,8
Jumlah 34 100
Sumber: Data Primer, 2012.
Dari tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 34 ibu terdapat 1 responden
(2,9%) berumur kurang dari 20 tahun, responden yang berumur 20 - 35
tahun dan sebanyak 29 responden (85,3%) dan responden yang berumur
42
> 35tahun sebanyak 4 responden. Ibu yang umurnya kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun tergolong resiko tinggi.
2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan PendidikanTerakhir
Pendidikan
Terakhir
Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
SMP 13 38,2
SMA 18 52,9
Sarjana 3 8,8
Jumlah 34 100
Sumber: Data Primer terolah, 2012
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 34 responden yang
berpendidikan SMP sebanyak 13 responden (38,2%), pendidikan SMA
sebanyak 18 responden (52,9%) dan jenjang pendidikan sarjana sebanyak
3 responden (8,8%).
3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi
(F)
Prosentase
(%)
IRT 6 17,6
Swasta 25 73,5 PNS 3 8,8
Jumlah 34 100
Sumber: Data Primer terolah, 2012
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 34 responden terdiri dari
6 responden (17,5%) sebagai Ibu Rumah Tangga dan 25 responden
(73,6%) pekerja swasta dan sebanyak 3 responden (8,8%) sebagai PNS.
43
4. Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo
Tabel 4.4
Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo
No Pengetahuan Jumlah Persentase
(%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
7
23
4
20,6
67,6
11,8
Total 34 100
Sumber: Data Primer terolah, 2012
Berdasarkan tabel 4.4 di atas tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi
meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo sebanyak 34 responden 7
responden (20,6%) dengan pengetahuan baik tentang posisi meneran,
pengetahuan cukup tentang posisi meneran sebanyak 23 responden
(67,6%) dan pengetahuan kurang tentang posisi meneran sebanyak 4
responden (11,8%). Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi
meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo kebanyakan pada tingkat
cukup yaitu sebanyak 23 responden (67,6%).
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan tingkat pengetahuan
ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo dari
34 ibu hamil sebanyak 7 responden (20,6%) dengan pengetahuan baik tentang
posisi meneran, pengetahuan cukup tentang posisi meneran sebanyak 23
44
responden (67,6%) dan pengetahuan kurang tentang posisi meneran sebanyak
4 responden (11,8%). Umur resiko tinggi masuk ke pengetahuan kurang.
Menurut pendapat Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan
merupakan hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud
barang-barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang
dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan
masalah kejiwaan.
Menurut Nashrulloh (2009), pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”. Menurut
pendapat Notoatmodjo (2010). Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh
manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu
merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses
usaha manusia untuk tahu.
Memahami (Comprehention) diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
tentang posisi meneran (Notoatmodjo, 2010).
Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo kebanyakan pada tingkat cukup yaitu sebanyak 23
responden (67,6%). Sesuai dengan karakteristik sebagian besar responden
45
tingkat pendidikan SMA sebanyak 18 responden (52,9%). Menurut Pro
Health (2009), pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal.
Pengetahuan ibu dalam katagori baik, dikarenakan ada beberapa ibu
tidak mengerti tentang pengertian dan macam posisi meneran. Meneran
menurut Kamus Besar (2009), yaitu menahan napas dan menekan. Macam-
macam posisi meneran menurut Asuhan Persalinan Normal (2007) salah
satunya adalah duduk atau setengah duduk dengan posisi ini penolong lebih
leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat
46
memperhatikan perineum. Pengetahuan ibu dikatakan cukup, dikarenakan ada
beberapa ibu yang tidak mengerti tentang manfaat posisi meneran. Manfaat
posisi meneran menurut Asuhan Persalinan Normal (2007) salah satunya
adalah laserasi jalan lahir lebih sedikit. Pengetahuan ibu dikatakan kurang,
dikarenakan ada beberapa ibu yang tidak mengerti tentang macam posisi
meneran. Menurut Asuhan Persalinan Normal (2007), salah satu dari posisi
meneran adalah terlentang, posisi ini tidak dianjurkan oleh ibu sebab dapat
menyebabkan hipotensi karena karena bobot uterus dan isinya menekan aorta,
vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga
menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu
dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
Pendapat Pro Health (2009), faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, antara lain pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
47
D. Keterbatasan Penelitian
1. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi
meneran saja dan faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak diteliti.
Penelitian ini akan berbeda hasil jika faktor yang mempengaruhi diteliti.
2. Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya
bisa menjawab ya atau tidak dan jawaban responden belum bisa untuk
mengukur pengetahuan secara mendalam.
48
48
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini dilakukan di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo dengan
responden yang berjumlah 34 responden.
1. Karakteristik responden ibu hamil di BPS Wiji Suryanti Palur Sukoharjo
kebanyakan berumur 20 - 35 tahun yaitu sebanyak 29 responden (85,3%),
pendidikan SMA sebanyak 18 responden (52,9%) dan karakteristik
berdasarkan pekerjaan sebanyak 25 responden (73,6%) pekerja swasta.
2. Tingkat Pengetahuan Ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo pada tingkat pengetahuan baik sebanyak
7 responden (20,6%).
3. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo pada tingkat pengetahuan cukup sebanyak
23 responden (67,6%)
4. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang posisi meneran di BPS Wiji
Suryanti Palur Sukoharjo pada tingkat pengetahuan kurang sebanyak
4 responden (11,8%).
49
B. Saran
1. Bagi BPS
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan
masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dengan peningkatan
pengetahuan ibu hamil melalui penyuluhan-penyuluhan khususnya tentang
posisi meneran.
2. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu
hamil tentang posisi meneran dan kehamilan, sehingga akan mengurangi
rasa sakit pada saat persalinan nanti.