tinjauan hukum isalm terhadap implementasi pembiayaan...
TRANSCRIPT
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI
PEMBIAYAAN IJARAH (PADA PT. AL-IJARAH INDONESIA
FINANCE)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam ( S.E.I )
Oleh :
NINA SHABRINA
NIM. 204046102958
KONSENTARASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
ii
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI
PEMBIAYAAN IJARAH (PADA PT. AL-IJARAH INDONESIA
FINANCE)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam ( S.E.I )
Oleh :
NINA SHABRINA
NIM. 204046102958
Pembimbing I
Dr. Syahrul A’ dam, M.Ag
NIP. 150 299 479
Pembimbing II
Hasanuddin, M.Ag
NIP. 150 275 289
KONSENTARASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M / 1429 H
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Isalm Terhadap Implementasi Pembiayaan
Ijarah ( Pada PT. AL-IJARAH INDONESIA FINANCE ) Telah diujikan dalam sidang munaqosah fakultas syariah dan hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Juni 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu untuk
Memperoleh Gelar Sarjan Ekonomi Islam (S.E.I) pada Program studi Muamalat
Jakarta, 3 Juni 2008 Disahkan Oleh Dekan,
Prof. DR. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
Nip 150 210 422 PANITIA UJIAN MUNAQOSAH Ketua : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag
Nip 150 275 509
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA Nip 150 269 678
Pembimbing I : Dr. Syahrul A’dham, M.Ag Nip 150 299 479
Pembimbing II : Hasanuddin, M.Ag Nip 150 275 289
Penguji I : Dr. Hj. Isnawati Rais, MA Nip 105 222 235
Penguji II : Drs. H. Ahmad Yani, MA Nip 150 269 678
(……………………….) (……………………….) (……………………….) (……………………….) (……………………….) (……………………….)
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata (S1) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan hasil karya saya/merupakan
hasil jiplakan dari hasil orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Mei 2008
Nina Shabrina
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam,
pemberi segala potensi dalam diri manusia. Tuhan yang menganugerahi
kehidupan dan semua fasilitasnya dibumi ini. Shalawat dan salam bagi Nabi
Muhammad SAW pembawa pesan suci Al-qur’an, pemberi sugesti terhadap
segala kebajikan. Rasul akhir jaman, suri tauladan para pejuang kebebasan. Salam
sejahtera tercurahkan untuk para pengikutnya yang tetap konsisten dalam
memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik
secara langsung/ tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak akan
mendekati kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu penulis memberikan
ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof Dr.H.M.Amin Suma, SH, MA, MM. Selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag, selaku ketua program studi Muamalat konsentrasi
perbankan syariah, Bapak Ah.Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku sekretaris
program studi muamalat kondsentrasi perbankan syariah, Bapak Drs.
Djawahir hejazziey, SH, MA.,selaku ketua program non regular perbankan
syariah, dan Bapak Drs. H. Aahmad Yani, MA., selaku sekretaris program non
regular perbankan syariah serta beserta staff dan dosen yang telah memberi
vi
ilmu, membimbing dn mengarahkan penulis sejak masa perkulihan hingga
berakhirnya skripsi ini.
3. Pembimbing skripsi, Bpk Dr. Syahrul A’dam, M.Ag dan Bpk Hasanuddin,
M.Ag. Terima kasih atas kesabaran dan waktu dalam memberikan bimbingan
dan saran bagi penulis.
4. Kepada pihak ALIF, terima kasih atas izinnya yang telah membantu penulis
dalam pengumpulan data.
5. Orang Tua tercinta dan tersayang, Ibunda Nurhaida dan Ayahanda Masri. Dua
orang yang berjasa dan memiliki pengaruh besar dalam proses kehidupan
penulis. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui do’a, daya dan
upaya selalu dicurahkan untuk penulis. Skripsi ini kupersembahkan untukmu
Mama dan Papa…I Love You So Much.
6. Buat kakak-kakakku tercinta, abang, muni, me’i, ichan, eci, mba naning, kak
sarwono, dan kak degol. Buat adikku yang paling nyebelin “Luthfi” (Becanda
kok Pes…). Serta buat keponakanku yang telah banyak menghibur penulis di
saat BT menyerang “ Amanda, Fawwaz, Nykos, Riyaz “ (tante Na sayang
sama kalian)…Walaupun kalian kadang nyebelin juga..hehe..
7. Buat Pak “Suprihanta Saleh S.Kom”, Thanx for all…yang terus memberi
motivasi bagi penulis, dan yang telah membantu penulis dalam skripsi . Thanx
ya Pak atas flashdisknya and pulpennya..
8. Buat sahabat-sahabatku Rah, Ani, Mukmin, Delay, Desmi, dan Kak
Arham…(You are the best my friends), buat teman-temanku Puji, Ipeh,
Rahma, Tuti, Fela, Siti dan anak-anak PS A (Ayo kapan nich nyusul…). Dan
vii
buat teman-teman satu perjuangan yang bareng penulis dalam ikut seminar
proposal skripsi “ Yessy, Dona, Inna “ (ayo buruan nyusul juga yach..). Serta
buat pengurus LTTQ ( Kak Ervan, Kak Dicky, Abe, dan Iip ).
Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak.
Semoga Allah SWT membalas dan melipat gandakan jasa dan kebaikan kalian.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.
Jakarta, 26 Mei 2008
NINA SHABRINA
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 9
D. Kajian Pustaka ................................................................... 10
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep ............................. 11
F. Metodelogi Penelitian ....................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ....................................................... 13
BAB II LANDASAN KERANGKA TEORI ..................................... 16
A. Pengertian Ijarah ............................................................... 16
B. Landasan Hukum Ijarah .................................................... 19
C. Rukun dan Syarat-Syarat Ijarah ........................................ 21
D. Ketentuan Objek Ijarah ..................................................... 24
E. Sistem Transaksi Ijarah ..................................................... 25
F. Macam-Macam Ijarah ....................................................... 29
G. Berakhirnya Akad Ijarah ................................................... 31
ix
H. Pembayaran Upah dan Sewa ............................................. 33
I. Hikmah Ijarah ................................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM .......................................................... 35
A. Profil PT. Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF).................. 35
B. Struktur Kepemilikan ........................................................ 36
C. Visi dan Misi ALIF ........................................................... 37
D. Produk-Produk ALIF ........................................................ 38
E. Target Pasar dan Fokus Bisnis ALIF……………………... 42
F. Struktur Organisasi ALIF................................................... 45
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................ 46
A. Prosedur Pelaksanaan Pembiayaan Pada PT. Al-Ijarah
Indonesia Finance (ALIF) ................................................. 46
B. Kebijakan Pembiayaan Pada PT. Al-Ijarah Indonesia
Finance (ALIF) .................................................................. 50
C. Tindakan Yang Diberikan Oleh Pihak ALIF Apabila
Terjadi Wanprestasi Terhadap Nasabah ............................ 52
D. Penerapan Pendapatan Pembiayaan Pada PT. Al-Ijarah
Indonesia Finance (ALIF) ................................................. 52
E. Tinjauan Hukum Isalm Terhadap Implementasi
Pembiayaan Ijarah.............................................................. 58
BAB V PENUTUP .............................................................................. 66
x
A. Kesimpulan ....................................................................... 66
B. Saran-Saran ....................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam adalah agama yang bersifat universal yang memuat berbagai
persoalan kehidupan manusia, baik diungkapkan secara global maupun secara
rinci. Adapun substantif dari ajaran Islam yang diturunkan Allah S.W.T.
kepada Rasulullah S.A.W., terbagi kepada tiga pilihan, yakni aqidah, syariah
dan akhlak.
Selain itu, ajaran Islam juga mengatur perilaku manusia, baik dalam
kaitannya sebagai mahluk dengan Tuhannya maupun kaitannya sebagai
sesama mahluk, maka sebagai konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa
fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni fiqih ibadah dan fiqih mu’amalah. Jadi
fiqih ibadah adalah tafsiran ulama atas perintah dan larangan dalam bidang
ibadah, sedangkan fiqih mu’amalah adalah tafsiran ulama atas perintah dan
larangan dalam bidang mu’amalah. Ibadah adalah syariah yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, sedangkan mu’amalah adalah
syariah yang mengatur hubungan antara antar sesama manusia.1
1 Adiwarman Karim,Bank Islam : Analis Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta , PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Ed. 2, Cet. 2, h.10
xii
Islam merupakan agama yang amat mengedepankan kemaslahatan.
Sebagai al – din (way of life) yang datang dari Allah, Pencipta manusia,
tentunya syariah Islam yang diturunkan-Nya memperhatikan keperluan dan
maslahat kehidupan manusia dan seluruh mahluknya. Dalam merealisasikan
pelaksanaan syariah Islam ini, para ulama dan cendekiawan muslim
memainkan peranan yang amat penting agar ajaran Islam itu benar- benar
dapat dilaksanakan sebagaimana yang dikehendaki oleh pencipta syariah
tersebut. Sebab semua tindakan manusia dalam tujuannya mencapai kehidupan
yang baik didunia ini, harus tunduk kepada Allah dan Rasulnya.2
Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat
kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai Islam terbagi faktor penghambat
pembangunan (an obstacle to economic growth). Pandangan ini berasal dari
para pemikir Barat. Meskipun demikian, tidak sedikit intelektual muslim yang
juga meyakininya.
Kesimpulan yang agak tergesa-gesa ini hampir dapat dipastikan
timbul karena kesalahan ritual, bukan sebagai suatu sistem yang komprehensif
dan mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah pembangunan
ekonomi serta industri perbankan sebagai salah satu mayor penggerak roda
perekonomian.
Manusia adalah khalifah dimuka bumi. Islam memandang bahwa
bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah
agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.
2 Drs. H.M.Hasbi Umar, MA, Ph.D, Nalar Fiqih Kontemporer,( Gaung Persada Press
Jakarta),Cet.I,2007,H.1
xiii
Oleh karena itu, syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa
oleh rasul terakhir, mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja
menyeluruh atau komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini
diperlukan sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk
menyempurnakannya.
Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek
kehidupan, baik ritual (ibadah) maupun sosial (mu’amalah). Ibadah diperlukan
untuk menjaga ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan khaliq-
Nya. Ibadah juga merupakan sarana untuk mengingatkan secara kontinu tugas
manusia sebagai khalifah-NYA dimuka bumi ini. Adapun muamalah
diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main manusia dalam
kehidupan sosial.
Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat sampai masa yang akan datang. Universal ini tampak jelas
terutama pada bidang mu’amalah. Selain mempunyai cakupan luas dan
fleksibel, mu’amalah tidak membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.
Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh
Sayyidina Ali :
“Dalam bidang mu’amalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan mereka adalah hak kita”.3
Analisa yang dikemukakan oleh banyak pihak, terutama para
pengamat ekonomi mengungkapkan bahwa krisis ekonomi yang mendera
3 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari teori ke praktek(Jakarta:Gema Insani
Press,2001),Cet.I,H.3-4
xiv
perekonomian nasional adalah akibat kegagalan sektor usaha besar yang
selama ini banyak mendapat proteksi dari pemerintah. Perusahaan –
perusahaan besar, tidak cukup untuk kuat fondasinya untuk bertahan dari
terpaan badai krisis yang terjadi. Mereka mengalami kebangkrutan karena
memang selama ini mereka menggantungkan sumber pendanaan pada faktor
eksternal.4
Dengan semakin berkembangnya perekonomian suatu negara,
semakin meningkat pula permintaan/ kebutuhan pendanaan untuk membiayai
proyek-proyek pembangunan. Namun, dana pemerintah yang bersumber dari
APBN sangat terbatas untuk menutup kebutuhan dana diatas, karenanya
pemerintah menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut serta
berperan dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa.
Indonesia, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragam
Isalm, telah lama mendampakan kehadiran sistem lembaga keuangan yang
sesuai tuntutan kebutuhan tidak sebatas finansial namun juga tuntutan
moralitasnya.5
Dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No.7
Tahun 1992 tentang perbankan serta dikeluarkannya fatwa bunga bank haram
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2003 menyebabkan banyak bank
yang menjalankan prinsip syariah. Baik dengan melakukan konversi system
perbankan dari konsep konvesonal menjadi syariah, ataupun pembukuan
4 Muhammad, Bank Syariah : Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia (
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005), Ed. I, h. 109 5 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, ( EKONISIA : Kampus Fakultas Ekonomi
UII, 2004 ), Cet.I.,h.195
xv
cabang syariah oleh bank-bank konvensional maupun pendirian BPRS. Hal ini
dilakukan karena bank syariah terbukti memiliki berbagai keunggulan dalam
mengatasi dampak krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu, serta mempunyai
potensi pasar yang cukup besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia
adalah muslim dan masih banyaknya kalangan umat Islam yang enggan
berhubungan dengan perbankan yang menggunakan sistem ribawi.
Visi perbankan Islam umumnya adalah menjadi wadah terpercaya
bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem bagi hasil
secara adil sesuai prinsip syariah. Memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak
dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas adalah misi utama perbankan
Islam.6
Dalam ilmu ekonomi konvensional, motif aktivitas ekonomi
mengarah kepada pemenuhan keinginan (wants) individu manusia yang tak
terbatas dengan menggunakan faktor – faktor produksi yang terbatas.
Akibatnya, masalah utama ekonomi konvensional adalah kelangkaan
(scarcity) dan pilihan (choices).
Dalam Islam, motif aktivitas ekonomi lebih diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar (needs) yang tentu ada batasnya, meskipun
bersifat dinamis sesuai tingkat ekonomi masyarakat pada saat itu. Selain itu,
kepuasaan dalam Islam tidak hanya terbatas pada benda – benda konkret
(materi), tetapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifar abstrak, seperti
amal saleh yang dilakukan manusia. Oleh karena itu, perilaku ekonomi dalam
6 Wirdaningsih, SH.MH,et al,Bank dan Asuransi di Indonesia(Jakarta:Kencana,2005)
Ed.I,Cet. 2,H.15
xvi
Islam tidak didominasi oleh nilai alami yang dimiliki oleh setiap individu
manusia, tetapi ada nilai diluar diri manusia yang kemudian membentuk
perilaku ekonomi mereka, yaitu Islam itu sendiri yang diyakini sebagai
tuntunan utama dalam hidup dan kehidupan manusia.7
Para pelopor pemikiran ekonomi Islam mengembangkan berbagai
aturan untuk menjalankan perbankan dan keuangan menurut prinsip syariah.
Salah satu keistimewaan hukum Islam adalah bahwa ia menjadi manifestasi
kehendak Tuhan yang pada waktu tertentu dalam sejarah, disampaikan kepada
umat manusia melalui Nabi Muhammad S.A.W., karena itu hukum Islam tidak
bersandar pada otoritas pembuat hukum dunia manapun.8
Definisi akad ijarah adalah pemanfaatan sesuatu yang dikehendaki
dan diketahui, dengan memungut imbalan (uang sewa) yang ditentukan, dan
penyewa boleh menggantikan pemanfaatan tersebut kepada orang lain. Ada
beberapa ketentuan dalam ijaroh, pemanfaatan yang berupa
pengambilan/perusahaan bendanya adalah tidak termasuk ijarah yang sah,
seperti menyewa kebun untuk diambil buahnya, menyewa kambing untuk
diambil air susunya, dan lain sebagainya yang sepadan, juga menyewa
kambing untuk diambil bulu dan anaknya, semua itu termasuk ijarah yang
batal (tidak sah).
Disamping itu, karena ijarah itu merupakan suatu akad, maka segala
hal yang disyaratkan yang menyangkut upah/uang sewa harus dipenuhi,
7 Ascarya , Akad dan Produk Bank Syariah ,(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007), Ed. I,
h. 6 8 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah, (PT. Serambi Ilmu
Semesta,2007), Cet. I, h. 33
xvii
apakah ditentukan dengan pembayaran kontan / ditentukan dengan
pembayaran bertempo. Sebab orang-orang mukmin itu harus menepati syarat-
syarat yang mereka tentukan sendiri.9
Ijarah didefinisikan sebagai hak memanfaatkan asset dengan
membayar imbalan tertentu. Hak kepemilikan tidak berubah, hanya hak guna
saja yang berpindah dari yang menyewakan kepada penyewa.10
Para ulama fiqih sepakat bahwa akad ijarah merupakan akad yang
bersifat mengingat (lazim) karena ijarah merupakan akad tukar menukar
(mu’awadlah) antara harta dengan manfaat. Sifat mengikat (luzum)tersebut
menurut para ulama fiqih merupakan prinsip dasar dari akad tukar menukar.
Mereka mendasarkan pendapat tersebut pada firman Allah S.W.T: “ Hai
orang-orang yang beriman penuhilah atau laksanakan akad-akad kalian “.
Ayat ini menunjukkan wajibnya memenuhi akad, karenanya apabila salah satu
pihak membatalkan akad maka berarti tidak terlaksananya akad tersebut.
Walaupun demikian para ulama berpendapat bahwa ijarah bisa dibatalkan
secara umum karena adanya cacat atau halangan-halangan (al-’a’dzar).11
Dalam transaksi ijarah, bank menyewakan suatu asset yang
sebelumnya telah dibeli oleh bank kepada nasabahnya untuk jangka waktu
tertentu dengan jumlah sewa yang telah disetujui di muka.
Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract
dimana suatu bank / lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment)
9 Wiroso,SE,MBA,Jual Beli Murabahah()Yogyakarta:UII Press,2005),H.1 10 Al-imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini,Kifayatul Akhyat(PT Bina Ilmu
Surabaya),terjemahan II,H.183-189 11 IrH.Adiwarman A. Karim,SE,M.BA,M,A.E.P,Ekonomi Islam Suatu Kajian
Kontemporer (Jakarta: Gema Insani Press,2001),Cet.I,H.100
xviii
kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah
pasti ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).
Transaksi ijarah ditandai adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya
prinsip ijaroh sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaan terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang,
maka pada ijaroh objek transaksinya adalah jasa.12
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka topik ini jadi menarik
dibahas, alasan inilah yang mendorong penulis untuk mengajukan penulisan
skipsi dengan judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN IJARAH (PADA PT. AL-IJARAH
INDONESIA FINANCE).
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan judul yang diangkat, penulis membatasi
permasalahan hanya sebatas analisa implementasi ijarah dan aplikasinya di
PT. Al-ijarah Indonesia Finance. Selanjutnya, berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah tersebut, maka yang dijelaskan penulis dalam
mengajukan penulisan skipsi ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana target dan fokus yang diterapkan pada PT.Al-Ijarah Indonesia
Finance?
2. Apa yang dilakukan oleh pihak PT.Al-Ijarah Indonesia Finance apabila
terjadi wanprestasi?
12 Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam tata
huum perbankan Indonesia, (PT Pustaka Utama Grafiti, 1999), Cet. I, h. 70
xix
3. Bagaimana mekanisme prosedural sistem ijarah financing pada PT. Al-
Ijarah Indonesia Finance?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
a. Untuk memperoleh data dan informasi mengenai aplikasi pembiayaan
ijarah di PT. Al- Ijarah Indonesia Finance.
b. Untuk memberikan gambaran umum tentang sistem pembiayaan ijarah
yang ada di PT. Al- Ijarah Indonesia Finance.
c. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan dalam meraih gelar
kesarjanaan strata (S1) pada program studi Perbankan Syariah
(ekonomi Islam) jurusan Mu’amalah, fakultas Syariah dan Hukum
U.I.N. Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Manfaat penelitian
a. Bagi penulis sendiri, bermanfaat sebagai penambah wawasan,
menerapkan dan mengembangkan seluruh teori ilmu yang telah
diperoleh semasa perkuliahan serta mendapat pengetahuan dan
keterampilan yang aplikatif.
b. Bagi pihak PT. Al-Ijarah Indonesia Finance sebagai pertimbangan
dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan program yang telah
dilaksanakan dalam bidang pemberdayaan ekonomi.
xx
c. Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan
untuk memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya-karya penelitian
lapangan.
d. Memberikan informasi tentang perkembangan pembiayaan ijarah di
PT. Al-Ijarah Indonesia Finance.
D. KAJIAN PUSTAKA
Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini adalah:
Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Suhaemah dengan judul
“Ijaroh dalam sistem perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia”. Dan
dalam skripsi ini hanya membahas perbandingan ijaroh dan sistem perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia. Serta mengembangkan sistem perbankan
berdasarkan prinsip syariah yaitu membandingkan antara perbankan Indonesia
dengan Malaysia.
Pada tahun 2006 telah ditulis skripsi oleh Puspita Sari Juniati
dengan judul “Konsep dan Aplikasi Ijaroh dan IMBT (studi kasus di BPRS
Harta Insani Karimah, Ciledug)”. Dan dalam skripsi ini hanya membahas
konsep dan aplikasi ijaroh dan IMBT pada BPRS Harta Insani Karimah. Serta
hasil penelitian yaitu beliau membahas bagaimana proses analisa akad,
mekanisme prosedural ijarah dan IMBT, serta tindakan / sanksi yang diberikan
oleh pihak bank kepada terjadi wanprestasi.
Namun dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian yang
ada diatas, yaitu akan membahas analisa pembiayaan ijarah, dan
xxi
membandingkan antara teori dan praktek yang dijalankan pada PT. Al- Ijarah
Indonesia Finance apakah sesuai dengan teori yang ada.
E. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
Kerangka teori dalam penelitian ini membahas tentang pengertian
ijarah, landasan hukum ijarah, rukun dan syarat-syarat ijarah, ketentuan objek
ijarah, sistem transaksi ijarah, macam-macam ijarah, berakhirnya akad ijarah,
pembayaran upah dan sewa, dan hikmah ijarah.
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.
PT. Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF) adalah sebuah perseroan
terbatas yang dibentuk untuk melayani kebutuhan pembiayaan bagi komunitas
bisnis Indonesia khususnya dan komunitas bisnis Asia Tenggara pada
umumnya. Selain itu, ALIF juga menyediakan jasa konsultasi dibidang
investasi, perdagangan, dan keuangan internasional untuk komunitas bisnis di
Indonesia.
xxii
F. METODELOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur.
Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalis, penelitian
merupakan penelitian kualitatif, karena mengandalkan wawancara,
studi dokumentasi dan arsip-arsip yang terkait dengan permasalahan.
Dari segi tujuan penelitian ini cenderung deskripsi analisis, yaitu data
yang dikumpulkan berupa konsep-konsep dan gambaran permasalahan,
kemudian dianalisis dan dibuktikan, yang dideskripsikan adalah
tinjauan ijaroh financing, sedangkan yang akan dianalisis adalah
praktek ijaroh financing terhadap keadaan saat ini.
b. Sumber data
Sumber data penelitian ini ada dua :
1) Perpustakaan (literatur, buku-buku, majalah,jurnal-jurnal, surat
kabar, dan lain-lain).
2) Observasi lapangan.
c. Objek
Ojek penelitian ini adalah PT. Al-Ijarah Indonesia Finance. Metode
penarikan sampelnya adalah secara purpose sampling yang dilakukan
dengan cara mengambil subjek didasarkan atas tujuan tertentu.
d. Teknik pengumpulan data
xxiii
Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah :
Wawancara, hal ini penulis lakukan untuk menggali data penelitian
melalui percakapan langsung dengan pihak terkait, yaitu PT. Al- Ijarah
Indonesia Finance, untuk ini digunakan pedoman wawancara guna
mengarahkan permasalahan sesuai dengan kepentingan penelitian.
e. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Al- Ijarah Indonesia Finance, Gedung Arthaloka
Lantai 3, JL. Jenderal Sudirman No.2.
f. Teknik analisis data
Kemudian untuk mengetahui efektifitas perkembangan ijarah financing
yang dilakukan di PT. Al- Ijarah Indonesia Finance, digunakan analisa
agar diketahui faktor internal yang positif dan negatif yang dimiliki
PT. Al-Ijarah Indonesia Finance.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan hasil
penelitian, terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini sebagai pengantar untuk menuju
pendeskripsian isi skipsi kemudian pembatasan dan perumusan, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan kerangka
konsep, metode penelitian, sistematika penelitian.
xxiv
BAB II LANDASAN TEORI, penulis menguraikan tentang Pengertian
ijarah, landasan hukum, rukun dan syarat-syarat ijarah, ketentuan objek
ijarah, sistem transaksi ijarah, macam-macam ijarah, berakhirnya akad ijarah,
pembayaran upah dan sewa, serta hikmah ijarah.
BAB III GAMBARAN UMUM, dalam bab ini penulis menguraikan
tentang sejarah pendirian PT. Al-Ijarah Indonesia Finance, Struktur
kepemilikan, visi dan misi PT. Al- Ijarah Indonesia Finance, produk PT. Al –
Ijarah Indonesia Finance dan struktur organisasi PT. Al – Ijarah Indonesia
Finance.
BAB IV ANALISA IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN IJARAH penulis
membahas tentang bahasan pokok dari skripsi yaitu, Prosedur Pelaksanaan
Pembiayaan pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance, Kebijakan pembiayaan
pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance, Tindakan yang diberikan oleh pihak
ALIF apabila terjadi wanprestasi terhadap nasabah, Penerapan pendapatan
pembiayaan pada PT.Al Ijarah Indonesia, Analisa Implementasi Pembiayaan
pada PT.Al Ijarah Indonesia
BAB V PENUTUP. Dalam bab terakhir ini penulis membuat kesimpulan
dari uraian-uraian juga penjelasan yang sudah disajikan pada bab-bab
terdahulu dan selanjutnya memberikan saran-saran yang sekiranya berguna
dan bermanfaat bagi PT. Al-Ijarah Indonesia Finance.
xxv
BAB II
LANDASAN KERANGKA TEORI
A. PENGERTIAN IJARAH
Al- Ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al-iwadl yang arti dalam bahasa Indonesianya adalah ganti dan upah. Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefinisikan ijarah, antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Mazhab Hanafi, sebagaimana yang dikutip oleh M. Ali Hasan
bahwa ijarah adalah
عقد على منافع بعوض
” Transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan “.13
2. Menurut Malikiyah bahwa ijarah ialah:
عاقد على منفعة اآلدمى وبعض المنقوالنالتة تسمي
” Nama bagi akad-akad untuk kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan”.
3. Menurut Syaikh Syihab Al- Din dan Syaikh Umairah bahwa yang
dimaksud dengan ijarah adalah :
باحة بعوض منفعة معلومة مقصودة قابلة للبذل واإلىعقد عل
وضعا
13 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004
), cet.2, ed.1, h.227
16
xxvi
”Akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberi dan membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu”.14
4. Menurut Muhammad Al – Syarbini Al – Khatib bahwa yang dimaksud
dengan ijarah adalah :
تمليك منفعة بعوض بشروط”Kepemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.”
5. Menurut Sayyid Sabiq bahwa ijarah adalah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
6. Menurut Hasbi Ash – shiddiqie bahwa ijarah adalah
عقد موضوعة المبادلة على منفعة الشيءبمدة محدودة أى
كهابعض فحي بيع المنافعيتمل ” Akad yang objeknya ialah pemenuhan manfaat untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.
7. Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya mengambil manfaat tenaga
orang lain dengan jalan memberi ganti rugi menurut syarat – syarat
tertentu.15
Ijarah juga diinterpretasikan sebagai suatu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/ milkiyyah) atas barang itu
sendiri.16
Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah
manfaat bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk
diambil susunya, sumur untuk diambil airnya, dan lain – lain sebab semua itu bukan manfaatnya tetapi bendanya.
14 Drs. H. Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 ), cet.1, h.114 15 Prof. Dr. Rahmat Syafe’i, M.A, Fiqih Muamalah, ( Bandung : Pustaka Setia, 2004 ), cet.2, h.122-123 16 Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, SH, MH,Perbankan Syariah di Indonesia, (PT. Raja Grafindo Persada,2003), cet
1, h.45
xxvii
Menurut pendapat wahbah Al – juhaili bahwa manfaat sebagai asal ijarah sebagaimana ditetapkan ulama
fiqih adalah asal fasid (rusak) sebab tidak ada landasannya, baik dari Al – Qur’an, As – Sunnah, Ijma’ maupun Qiyas
yang shahih.
Menurutnya, benda yang mengeluarkan suatu manfaat sedikit demi sedikit, asalnya tetap ada, misalnya
pohon yang mengeluarkan buah, pohonnya tetap ada dan dapat dihukumi manfaat sebagaimana dibolehkan dalam
wakaf untuk mengambil manfaat dari sesuatu atau sama juga dengan barang pinjaman yang diambil manfaatnya.
Dengan demikian, sama saja antara arti manfaat secara umum dengan benda yang mengeluarkan suatu manfaat sedikit
dmi sedikit tetapi asalnya tetap ada.17
Ada dua jenis ijarah dalam hukum islam, yaitu ”
a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewakan. Pihak yang
mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang
dibayarkan disebut ujrah.
b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa asset (properti, yaitu memindahkan
hak untuk memakai dari asset itu atau properti tertentu kepada orang lain
dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing disebut
musta’jir, pihak yang menyewakan / lessor) disebut mu’jir / muajir,
sedangkan biaya sewa disebut ujrah.18
B. LANDASAN HUKUM IJARAH
Dasar-dasar hukum ijarah atau rujukan ijarah adalah Al- Qur’an, As- Sunnah, dan Al- Ijma’.
1. Dasar hukum al-ijarah dalam al-qur’an adalah
)٦:الطالق (فإن أرضعن لكم فآتوهن أجورهن
“ Jika mereka telah mnyusukan anakmu, maka erilah upah mereka (at-thalaq : 6)
17 ibid, Prof. DR. Rahmat Syafe’i, MA, Fiqih Muamalah,(Bandung : Pustaka Setia,2004), cet.2, h.125-128 18 Ibid, Ascarya,Akad dan produk Bank Syariah,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2007), Ed.I, h.99
xxviii
تأجرت القوي الأمينسقالت إحداهما ياأبت استأجره إن خير من ا
الق(صا ص
: ٢٦(
“ Salah seorang dari wanita itu berkata : wahai bapakku, ambilah dia
sebagai pekerja kita. Karena orang yang paling aik untuk dijadikan pekerja adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya ( Al-Qashash:26).
2. Dasar hukum ijarah dari Al- Hadits adalah
الوليد الدمشقي حدثنا وهب بن سعيد بن عطية السلمي حدثناالعباس بنرسول عن بن أسلم عن أبيه عبداهللا بن عمر قال حدثناعبدالرحمن بن زيد )رواه ابن ماجه(ألجيره قبل أن يجف عرقه اهللا عليه وسلم أعطواا
Artinya : Berikanlah upahnya sebelum keringatnya mengering ( HR. Ibnu
Majah dari Ibnu Umar .
3. Landasan hukum ijarah dalam ijma’ adalah
Mengenai disyariatkannya ijarah, para sahabat dan juga para tabi’in,
semua mereka telah membolehkan ijarah. Selain itu pula, ada yang
mengatakan bahwa ijma’ ulama perkara ijarah kmbali kepada nash Al-
qur’an dan Sunnah Nabi yang suci. Semua ulama bersepakat taki seorang
ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini.19
4. Landasan hukum ijarah dalam operasional adalah
a. UU No.7/92 Jo UU No.10 th.1998 Tentang Perbankan
19 Imam Tadiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, (terj) oleh K.H Syarifuddin Anwar dan K.H
Misbah Mustafa., ( Surabaya : CV. Bina Iman, 1994 ), cet I, h.694
xxix
b. Lampiran 6: SK BI No.32/34/SK Tgl 12/05/99 Dir BI, Tentang
Prinsip-prinsip Kegiatan Usaha Perbankan Syari’ah
c. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:09/DSN-MUI/IV/2000, Tentang
Pembiayaan Ijarah.20
C. RUKUN DAN SYARAT-SYARAT IJARAH
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah itu terdiri dari ijab (ungkapan
menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa-menyewa). Akan tetapi
jumhur ulama mengatakan bahwa rukun ijarah ada empat, yaitu :
1. Orang yang berakad
2. Sewa / imbalan
3. Manfaat
4. Shighat (ijab- qabul)
Sedangkan syarat- syarat ijarah yaitu :
a. Untuk kedua orang berakad (ai-muta’aqidain), menurut ulama Syafi’iyah
dan Hanabilah, disyaratkan telah baligh dan berakal. Oleh sebab itu,
apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang
gila, menyewakan harta mereka atau diri mereka (sebagai buruh), menurut
mereka ijarahnya tidak sah.
b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk
melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa
melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah.
20Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, PT Intermesa,2002), cet.2, h.165
xxx
c. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna,
sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari.
d. Objek ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan
tidak cacat. Oleh sebab itu, para ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa
tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak boleh diserahkan dan
dimanfaatkan langsung oleh penyewa.
e. Obyek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Oleh sebab itu para
ulama fiqih sepakat menyatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk
mengajarkan ilmu sihir, menyewa seseorang untuk membunuh orang lain
(pembunuh bayaran), dan orang islam tidak boleh menyewakan rumah
kepada orang non muslim untuk dijadikan tempat ibadah mereka.
f. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa. Misalkan
menyewa orang untuk melaksanakan shalat untuk diri penyewa. Para
ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa sewa menyewa seperti ini tidak
sah, karena shalat merupakan kewajiban bagi orang yang disewa.
g. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan, seperti rumah,
mobil, dan hewan tunggangan. Oleh sebab itu, tidak boleh dilakukan akad
sewa menyewa terhadap sebatang pohon yang akan dimanfaatkan
penyewa sebagai penjemur kain cucian, karena akad pohon bukan
dimaksudkan untuk penjemur cucian.
h. Upah / sewa dalam akad ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang
bernilai harta. Ulama Hanafiyah mengatakan upah/ sewa itu tidak sejenis
dengan manfaat yang disewa. Akan tetapi jumhur ulama tidak menyetujui
xxxi
syarat ini, karena menurut mereka antara sewa dengan manfaat yang
disewakan boleh sejenis.21
i. Objek sewa-menyewa haruslah dipenuhi (dilaksanakan) baik secara riil
ataupun formil karena itu segolongan fuqoha tidak membenarkan
penyewaan barang-barang pengikut tanpa induknya, karena hal itu tidak
dapat dipenuhi. Demikian pandangan Mazhab Abu Hanifah. Adapun
jumhur Fuqoha, berpendapat sebaliknya. Justru menurut mereka barang-
barang pengikut itu bermanfaat dan dapat dipisahkan (dibagi) dari
induknya, sebagaimana halnya dalam jual beli. Tetapi jika manfaatnya itu
kabur, maka sewa menyewa itu rusak (batal).
j. Uang sewa itu haruslah bernilai dan jelas. 22
Selain itu, ada syarat kelaziman diantaranya :
1) Ma’qud alaih (barang sewaan) terhindar dari cacat jika terdapat cacat
pada ma’qud alaih (barang sewaan), penyewa boleh memilih antara
meneruskan dengan membayar penuh atau membatalkannya.
2) Tidak ada uzur yang dapat membatalkan akad.
Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa ijarah batal karena adanya uzur
sebab kebutuhan atau manfaat akan hilang apabila ada uzur. Uzur yang
dimaksud adalah sesuatu yang baru yang menyebabkan kemudhorotan bagi
yang akad. Uzur dikategorikan menjadi tiga macam :
a) Uzur dari pihak penyewa, seperti berpindah – pindah dalam
mempekerjakan sesuatu atau pekerjaan menjadi sia – sia.
21 AH. Azharuddin Lathif, M.Ag, fiqih Muamalah, (UIN Jakarta Press,2005), cet.I, h.122-124 22 Hamzah Ya’kub, Ifiqih muamalah : kode etik dagang menurut islam, pola pembinaan hidup dalam berekonomi,
(Bandung : CV. Diponegoro,1992), cet. Ke-2, h.322-323
xxxii
b) Uzur dari pihak yang disewa, seperti barang yang disewakan harus dijual
untuk membayar utang dan tidak ada jalan lain, kecuali menjualnya.
c) Uzur pada barang yang disewa, seperti menyewa kamar mandi, tetapi
menyebabkan penduduk dan semua penyewa harus pindah.
Menurut jumhur ulama, ijarah adalah akad lazim, seperti jual – beli.
Oleh karena itu, tidak bisa batal tanpa ada sebab yang membatalkannya.
Menurut ulama Syafi’iyah, jika tidak ada uzur. Tetapi masih memungkinkan
untuk diganti dengan yang lain. Ijarah dapat dikatakan batal jika
kemanfaatannya betul-betul hilang seperti hancurnya rumah yang
disewakan.23
D. KETENTUAN OBJEK IJARAH
1. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan / atau jasa.
2. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
3. Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.
4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.
5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan ketidaktahuan (jahalah) yang akan mengakibatkan
sengketa.
6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka
waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
23 Rahmat Syafe’i,Fiqih Muamalah, h.140
xxxiii
7. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS
sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam
jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.
8. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama
dengan objek kontrak.
9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam
menentukan ukuran waktu, tempat dan jarak.24
E. SISTEM TRANSAKSI IJARAH
Dalam sistem transaksi ini yang akan di bahas ialah mengenai tatacara
bagaimana manusia melakukan transaksi sewa menyewa yang dikehendaki,
yang sesuai dengan syariat islam. Dimana didalamnya terdapat berbagai
peraturan yang harus dipatuhi seperti syarat-syarat dan rukunnya. Sebab
sebagai suatu transaksi umum, ijarah baru dianggap sah apabila telah
memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang berlaku secara umum
dalam transaksi lainnya.
Seperti telah dijelaskan pada pengertian ijarah yang lalu, yakni dimana
sistem transaksi ini adalah sistem yang menggunakan akad (kontrak) dalam
suatu pengertian manfaat, maka agar lebih mudah dipahami bahasanya,
alangkah lebih baiknya penulis terangkan dahulu apa yang dinamakan dengan
kontrak (akad) itu.
24 ibid, Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, SH, MH,Perbankan Syariah di Indonesia, (PT. Raja Grafindo Persada,2003),
cet 1, h.119-120
xxxiv
Kontrak atau perjanjian adalah akad yang secara harfiah berarti iakatan
atau kewajiban, maksudnya mengadakan ikatan untuk persetujuan atau ikatan
untuk memberi dan menerima bersama-sama dalam salah satu waktu. Artinya
ikatan itu menimbulkan sesuatu yang harus dipenuhi, sebagaimana firman
Allah :
ياأيها الذين ءامنوا أوفوا بالعقود أحلت لكم بهيمة الأنعام إلا ما يتلى عليكم )١: المائده (غير محلي الصيد وأنتم حرم إن الله يحكم ما يريد
Artinya : Hai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketikakamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Maidah : 1)
Ayat diatas menyatakan janji-janji (perjanjian dan lafaz uqud) dimana
uqud disini lebih bersifat komprehensif sebab menyangkut uqud pada huquq
Allah. Uquq ini mempunyai banyak konotasi dibanding kontrak atau
perjanjian pada hukum umum. Jadi dari segala macam hukum yang terjadi
harus senantiasa dipenuhi, mengikuti pada lafaz uquq yang diperintahkan oleh
Allah
Selanjutnya mengenai pel;aksanaan transaksi ijarah ini, haruslah
memperhatikan sejumlah dalil maka fuqaha merumuskan rukun sewa
menyewa itu terjadi dan sah apabila ada ijab dan qabul, baik dalam bentuk
xxxv
perkataan maupun dalam bentuk pernyataan lain yang menunjukkan adanya
persetujuan kedua belah pihak dalam melakukan sewa menyewa.25
Berikut adalah skema Transaksi ijarah dengan obyek manfaat barang dan
skema Transaksi dengan obyek manfaat jasa, adapun yang terkait adalah :
mustajir (penyewa), mu’ajir (pemilik barang), barang yang dapat diambil
manfaatnya, atau jasa yang dapat diambil tenaganya serta akad ijarah
Skema Transaksi Ijarah Dengan Obyek Manfaat Barang
1. Akad Ijaroh
25 ibid, Hamzah Ya’kub, Ifiqih muamalah : kode etik dagang menurut islam, pola pembinaan hidup dalam berekonomi,
(Bandung : CV. Diponegoro,1992), cet. Ke-2, h.320
Pengembalian Barang Saat Akhir Masa Akad
Musta’jir Mu’ajjir
2. Pembayaran Ujrah
3. Pengalihan Hak Guna Barang
xxxvi
Skema Transaksi Ijarah Dengan Obyek Manfaat Tenaga/Jasa
Keterangan gambar :
1. Akad ijarah di lakukan oleh mustajir (penyewa) kepada muajir (pemilik
barang) untuk membicarakan perihal, spesifikasi harga, jangka waktu
penyewaan atas barang yang akan disewa.
2. Pembayaran ujarah dilakukan oleh mustajir sebagai penyewa barang
kepada mu’ajir sebagai pemilik barang,
3. Mu’ajir menyerahkan barang kepada musta’jir untuk digunakan dan
diambil manfaatnya.
4. Setelah berakhir masa sewa maka musta’jr mengembalikan barang yang
telah digunakan kepada mua’jir.
Pembayaran Tunai
Musta’jir
Pengalihan Hak Guna Tenaga
Mu’ajjir
xxxvii
Sedangkan dalam skema transaksi ijarah dengan obyek manfaat tenaga/jasa
1. Akad ijarah di lakukan oleh mustajir (penyewa) kepada muajr (pemilik
barang) untuk membicarakan perihal, spesifikasi harga, jangka waktu
penyewaan atas barang yang akan disewa.
2. Musta’jir melakukan pembayaran secara tunai kepada mua’jir.
3. Kemudian menyerahkan pengalihan penggunaan hak guna tenaga kepada
musta’jir.26
F. MACAM-MACAM IJARAH
Dilihat dari segi objeknya, ijarah dibagi menjadi dua macam, yaitu :
ijarah manfaat benda atau barang (manafi’ al-a’yan) dan ijarah manfaat
manusia (manafi’ al- insan).
Ijarah manfaat benda atau barang (manafi’ al- a’yan) umpamanya adalah
sewa menyewa rumah, toko, kendaraan dan pakaian. Apabila manfaat itu
merupakan manfaat yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para
ulama fiqih sepakat menyatakan boleh dijadikan objek sewa menyewa.
Ijarah manfaat benda / barang dibagi menjadi tiga macam :
1. Ijarah benda yang tidak bergerak (uqar), yaitu mencakup benda-benda
yang tidak dapat dimanfaatkan kecuali dengan menggunakannya seperti
sewa rumah untuk ditempati atau sewa tanah untuk ditanami.
26 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktisi Transaksi Perbankan Syariah,( Jakarta : Zikrul Hakim : 2003), h.44
xxxviii
2. Ijarah kendaraan (kendaraan tradisional maupun modern) seperti unta,
kuda dan benda-benda yang memiliki fungsi sama seperti mobil, pesawat,
dan kapal.
3. Ijarah barang-barang yang bisa dipindah – pindahkan (al – manqul) seperti
baju, perabot, dan tenda.
Sedangkan ijarah yang berupa manfaat manusia merupakan ijarah yang
objeknya adalah pekerjaan atau jasa seseorang, seperti buruh bangunan,
tukang jahit, buruh pabrik, tukang sepatu, dokter, konsultan, dan advokat.
Ijarah jenis ini dibagi menjadi dua macam
a. Ijarah manfaat manusia yang bersifat khusus (al-khas), yaitu seseorang
yang disewa tenaga atau keahliannya secara khusus oleh penyewa untuk
waktu tertentu. Dan dia tidak bisa melakukan pekerjaan lain kecuali
pekerjaan atau jasa untuk penyewa tersebut, seperti pembantu rumah
tangga hanya mengerjakan pekerjaan untuk tuan rumahnya bukan pada
yang lain.
b. Ijarah manfaat manusia bersifat umum (mustarik), artinya pekerjaan atau
jasa seseorang disewa / diambil manfaatnya oleh banyak penyewa.
Misalnya jasa dokter tidak hanya disewa orang tertentu tetapi bisa banyak
orang dalam waktu tertentu.27
27 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (fiqih muamalah), Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada,2004, cet 2, h.237-238
xxxix
G. BERAKHIRNYA AKAD IJARAH :
Pada prinsipnya ijarah merupakan akad yang mengikat (lazim) kedua
belah pihak yang melakukannya. Artinya ketika akad terjadi, masing-masing
pihak harus menunaikan kewajiban dan menerima hak masing-masing serta
tidak boleh membatalkannya(fasakh) kecuali ada hal-hal yang menurut
ketentuan hukum (syara’) dapat dijadikan alasan pembatalan. Adapun hal-hal
yang bisa menyebabkan batalnya akad ijaroh yaitu:
1. Salah satu pihak meninggal dunia. Ini merupakan pendapat ulama mazhab
hanafi. Bagi mazhab ini, waris hanya berlaku pada sesuatu yang ada
(wujud fisiknya) dan menjadi hak milik. Sementara, manfaat yang
diperoleh dari ijaroh adalah sesuatu yang terjadi secara bertahap dan ketika
meninggalnya salah satu pihak manfaat tersebut tidak ada (ma’dum) dan
tidak sedang dimilikinya. Maka sesuatu yang dimuliki mustahil bisa
diwariskan. Oleh karena itu, akad ijaroh harus diperbaharui dengan ahli
waris, sehingga akad berlangsung dengan pemilikannya (yang baru).
Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijaroh tidak batal dengan
wafatnya salah seorang yang berakad, karena menurut jumhur ulama
manfaat itu boleh diwariskan dan ijaroh sama dengan jual beli, yaitu
mengikat kedua belah pihak.
2. Terjadinya kerusakan pada barang sewaan seperti rumah terbakar atau
mobil hilang.
3. Menurut ulama hanafiyyah, apabila ada udzur dari salah satu pihak seperti
rumahnya disewakan disita negara karena terkait utang yang banyak, maka
xl
akad ijaroh batal. Udzur-udzur yang dapat membatalkan akad ijaroh itu
menurut ulama hanafiyyah adalah, salah satu pihak mengalami kepailitan,
dan berpindah tempatnya penyewa, misalnya seorang digaji untuk
menggali sumur disuatu desa, sebelum sumur itu selesai penduduk desa itu
pindah kedesa lain. Akan tetapi menurut jumhur ulama, udzur yang dapat
membatalkan akda ijatoh hanyalah apabila objeknya mengandung cacat
atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan
dilanda banjir.
4. Berakhir dengan ’ikolah, yaitu pembatalan akad atas dasar kesepakatan
antara kedua belah pihak. Hal ini karena ijaroh merupakan akad pertukaran
(mu’awadloh) harta dengan harta. Oleh karena itu diperbolehkan adanya
ikolah sebagai mana dalam jual beli. 28
5. Habisnya tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah, apabila yang
disewakan itu rumah, maka rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya
dan apabila yang disewa itu jasa seseorang, maka ia berhak menerima
upah.29
Jika ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan
barang sewaan. Jika barang itu berbentuk barang bergerak, ia wajib
menyerahkannya kepada pemiliknya. Dan jika berbentuk barang tidak
28 Nazih Hammad, Mu’jam al-mustahahat al-iqtishodiyyah fi al-Lughot al-Fuqoha (al-ma’had’Ali lil al-fikri
al-islamy,1995) Cet ke 3, h.354 29 Abdul Aziz Dahlan (editor), ensiklopedia Hukum Islam, ( Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996),
Cet. Ke I, Jilid 2, h.660
xli
bergerak, ia berkewajiban menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan
kosong (tidak ada harta si penyewa).30
H. PEMBAYARAN UPAH DAN SEWA
Jika ijarah itu suatu pekerjaan, maka kewajiban pembayaran upahnya
pada waktu berakhir pekerjaan, bila tidak ada disyaratkan mengenai pembayar
dan tidak ada ketentuan penangguhannya, menurut Abu Hanifah wajib
diserahkan upahnya secara berangsur, sesuai dengan manfaat yang
diterimanya. Menurut imam sayafi’i dan Ahmad, sesungguhnya ia berhak
dengan akad itu sendiri, jika mu’jir, ia berhak menerima bayarannya. Karena
penyewa (musta’jir) sudah menerima kegunaan.
Hak menerima upah bagi musta’jir adalah sebagai berikut :
1. Ketika pekerjaan selesai dikerjakan, beralasan kepada hadits yang di
riwayatkan ibnu majah, Rasulullah SAW bersabda:
رواه أبو يعلى وابن ماجه (أعطوااألجيرأجره قبل أن يجف عرقه
) والطبرني والترميذ
Artinya :”Berikanlah upah sebelum keringat pekerja itu kering”(HR.Abu ya’la, Ibnu Majah, Thabrani, dan Turmidzi).
2. Jika menyewa barang, maka uang sewaan dibayar ketika akad sewa,
kecuali bila dalam akad ditentukan lain. Manfaat barang yang diijarahkan
mengalir selama penyewaan berlangsung.31
30Sayyid Sabiq, fiqih Sunnah (terjemahan) Oleh H. Kamluddin A Marzuki, (Bandung : PT Al-ma’rif,1997),
cet. Ke-7, jilid 13, h.20 31 Ibid, Rahmat Syafe’i,fiqih muamalah, h.125
xlii
I. HIKMAH IJARAH
Bentuk sewa menyewa ini dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena
itulah maka syariat islam membenarkannya. Seseorang terkadang dapat
memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya tanpa melakukan pembelian barang
karena jumlah uangnya yang terbatas, misalnya menyewa rumah, sementara
pihak yang lainnya memiliki kelebihan rumah dan dapat menyewakannya
untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan lainnya.
Tidak semua orang dapat membeli kendaraan karena harganya yang tak
terjangkau. Namun demikian setiap orang dapat menikmati kendaraan tersebut
dengan cara menyewa. Demikian juga banyak pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan sendiri, karena terbatasnya tenaga dan keterampilan, misalnya
mendirikan bangunan dalam keadaan dimana kita mesti menyewa tenaga
buruh yang memiliki kesanggupan dalam pekerjaan tersebut.32
32 Ibid, Rahmat Syafe’i,fiqih muamalah, h.127
xliii
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan teoritis pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan
membahas mengenai analisa implementasi pembiayaan yang terjadi pada PT.
Al Ijarah Indonesia Finance.
A. Prosedur Pelaksanaan Pembiayaan pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance
Dalam memberikan pembiayaan kepada mustajir, PT. ALIF harus
selektif dalam memilih calon mustajir yang akan melakukan ijarah. Dengan
demikian prosedur PT.ALIF dalam penerimaan calon mustajir maupun dalam
pelaksanaan pembiayaan bertujuan agar kegiatan permodalan berlangsung
dengan baik. Selain itu agar PT. ALIF tidak salah memilih mustajir sebagai
konsumennya, karena pembiayaan ini akan memupuk suatu kepercayaan dan
tidak menutup kemungkinan bahwa mustajir tidak akan mengembalikan
pembiayaan yang diberikan oleh PT.ALIF dan akan menimbulkan kredit
macet, hal tersebut akan yang menyebabkan suatu lembaga keuangan
mengalami kerugian atau terjadinya likuiditas. Untuk memperoleh keyakinan
tersebut, sebelum memberikan pembiyaan, PT. ALIF harus melakukan
penilaian yang cermat dan benar terhadap watak, kemampuan, modal, prospek
46
xliv
usaha nasabah dan agunan.33 Oleh sebab itu PT.ALIF menetapkan prosedur
dalam pelaksanaan pembiayaan sebagai berikut:
1. Prosedur penerimaan calon mustajir
Dalam permohonan pembiayaan PT. ALIF mensyaratkan kepada
mustajir memuat lampiran – lampiran sebagai berikut:
a. Gambaran umum usaha, yaitu calon musta’jir harus mendeskripsikan
profil perusahaannya, serta juga menjelaskan apa tujuan dari penggunaan
pembiayaan yang akan dilakukan.
b. Rencana atau prospek usaha, artinya calon musta’jir menjelaskan
bagaimana prospek usahanya kedepan nanti, yang nantinya akan dianalisis
oleh PT. ALIF untuk melihat apakah dimasa mendatang calon musta’jir
akan mampu membayar uang sewa yang telah ditetapkan PT. ALIF
dengan usaha yang dijalankannya.
c. Legalitas perusahaan, yang di dalamnya harus termuat antara lain Akte
pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, Surat Keterangan Domisili
Usaha, Surat Izin Usaha Perusahaan serta identitas lainnya.
d. Laporan keuangan dari calon mustajir periode 3 tahun terakhir,
maksudnya PT. ALIF akan melihat kondisi laporan keuangan calon
mustajir apakah layak untuk mendapatakan pembiayaan dari PT.ALIF atau
tidak.
e. Proyeksi cashflow, maksudnya untuk melihat sumber pengembalian
pembiayaan yang akan diberikan oleh calon mustajir kepada PT. ALIF.34
33 Wawancara Pribadi, Ir. H.Herbudhi S. Tomo, Direktur Utama ALIF, Rabu 30 April 2008 34 Wawancara Pribadi, Ibu Irmi, Account Officer ALIF, Rabu 30 April 2008
xlv
f. Data jaminan, artinya calon mustajir harus dapat memberikan data
jaminan kepada PT.ALIF untuk memastikan bahwa calon mustajir akan
tetap membayar tarif sewa yang ditetapkan oleh PT.ALIF.
2. Prosedur Pembiayaan
Dalam hal ini PT. ALIF berkenaan dengan pinjaman/pembiayaan
(pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik) yang di dukung oleh
surat pengakuan hutang atau hutang lainnya yang ditandatangani oleh Debitur.
Bagian umum dan administrasi membukukan pinjaman/pembiayaan setelah
menerima pesetujuan tertulis seperti yang digariskan pada kebijaksanaan
pembiayaan. Catatan pembiayaan (TTUN/Tanda Terima Uang Nasabah,
Promes Non Interes Bearing) dan dokumen pinjaman/pembiayaan lainnya
disiapkan dalam keadaan bagaimanapun juga transaksi pinjaman/pembiayaan
tidak boleh dibukukan sebelum persetujuan tertulis untuk dasar menyiapkan
Kartu Pinjaman/Pembiayaan adalah copy Halfsheet (NPP/Nota Persetujuan
Pembukuan) yang telah disahkan sebagaimana disyaratkan dalam
Kebijaksanaan Pembiayaan. Paraf pada Catatan Pembiayaan ( Surat Promes
Non Interest Bearing, TTUN) dan dokumen – dokumen lain yang mungkin
ditunjukkan di depan pengadilan sebagai bukti sah (legal evidence) dari
adanya pemberian pinjaman/pembiayaan, wajib dilakukan dengan
menggunakan pensil terlebih dahulu.35
Tanggung jawab utama untuk mendapatkan dokumen – dokumen
secara lengkap yang berhubungan dengan pemberian pinjaman / pembiayaan
dalam PT.ALIF terletak pada Account Manager, kemudian membubuhkan
35 Wawancara Pribadi, Ibu Nofri, Head Marketing ALIF, Rabu 30 April 2008
xlvi
parafnya pada dokumen – dokumen tersebut sebagai bukti bahwa kebenaran
dokumen telah diperiksa Kepala Sport Pembiayaan/Business Head Division.
Account Manager memeriksa kembali kelengkapan dokumen dengan jalan
membandingkannya terhadap checklist yang tersedia, serta
memberitahukannya kepada Business Head Division jika terdapat
kekurangan.
Perjanjian Pembiayaan, Pengikatan Barang jaminan, Promes Non
Interest Bearing, TTUN dan dokumen – dokumen lain yang membuktikan
berhutangnya debitur, disimpan baik – baik agar terjamin keamanannya.
Penarikan atau pembayaran sebagian pinjaman / pembiayaan dan sisa
saldo pinjaman/pembiayaan yang masih berjalan wajib dicatat pada Kartu
Pinjaman Pembiayaan, sebagai tambahan lembur tickler yang bersangkutan
(untuk pemberian pinjaman/pembiayaan atau untuk pembayaran
pinjaman/pembiayaan) dan diperbaharui jika terjadi pembayaran baik
seluruhnya maupun sebagian.
Perubahan jatuh tempo wajib disetujui oleh Komite Pembiayaan secara
tertulis. Setiap persetujuan pemberian pinjaman/ pembiayaan atau perubahan
suatu fasilitas, hanya dapat dilaksanakan setelah menerima konfirmasi.
Pembiayaan akan didaftarkan terlebih dahulu oleh account manager
mengenai data nasabah, dan mengisi data jaminan, berdasarkan halsheet dan
memorandum droping. Lalu dibukukan ke dalam sistem mengenai
pembiayaan tersebut, dimana setiap fasilitas mendapatkan satu nomor kartu.
Kepala bagian loan/Business Head Division meneliti kebenaran
pencantuman data yang tertera pada copy Halfsheet ke dalam pembukuan
xlvii
Kartu Pinjaman/Pembiayaan ( nama debitur, nisbah bagi hasil/ mark up), jatuh
tempo, plafond pinjaman/pembiayaan, dan lain sebagainya. Setelah diteliti
kebenarannya, kepala bagian loan/Business Head Division mengotorisasi dan
membubuhkan parafnya pada memorandum perintah droping dan halfsheet.
Setiap terdapat pinjaman/pembiayaan, kepala bagian loan/Business Head
Division membubuhkan parafnya pada kolom yang tersedia.
Setelah karyawan yang ditunjuk menerima Check List Dokumentasi
Pinjaman/Pembiayaan berikut dokumen – dokumennya, lalu meneliti
kelengkapannya, kemudian membubuhkan paraf pada ruang yang tersedia
sebagai bukti tanda terima dan tanda telah diperiksa.36
B. Kebijakan pembiayaan pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance
Kebijakan pembiayaan yang diterapkan pada PT. ALIF yaitu sebagai
berikut:
1. Dalam menentukan pembiayaan terhadap mustajir, PT.ALIF mempunyai
klasifikasi dengan 2 metode yaitu :
a. Ijarah
PT.ALIF melakukan pembiayaan terhadap mustajir dengan membeli
barang sewa kemudian di sewakan kepada mustajir. Dengan masa
angsuran yang telah ditetapkan pada kesepakatan bersama yang
disertai dengan analisis yang telah dilakukan oleh Account Manager
pada PT. ALIF.
36 Ibid, Wawancara Pribadi, Ir. H.Herbudhi S. Tomo, Direktur Utama ALIF, Rabu 30 April 2008
xlviii
b. Ijarah Muntahiya Bit tamlik
Finance Lease proses pembiayaan yang dilakukan oleh PT.ALIF
dengan memberikan pembiayaan kepada mustajir yang pada akhir
periode mustajir mendapatkan hak opsi bahkan pada akhir periode
mustajir diharuskan untuk membeli barang sewa sebesar sisa cicilan
sewa.
2. Ijarah yang dalam bahasa konvensionalnya yaitu Leasing atau sewa guna
usaha, perusahaan atau lembaga yang bergerak dalam bidang pembiayaan
tersebut lebih menganut pada asas ekonomi karena dalam leasing
mempunyai barang yang disewakan, barang sewa tersebut mempunyai
masa atau umur ekonomis. Barang sewa tersebut harus di depresiasikan
atau disusutkan, oleh sebab itu metode penyusutan merupakan asas
ekonomi. Besarnya biaya penyusutan aktiva ijarah/ ijarah muntahiya bit
tamlik yang dilakukan pada PT.ALIF dihitung selama masa akad
pembiayaan.
3. Pendapatan PT. ALIF diakui secara pendekatan dasar kas (cash basis).
4. Setiap perusahaan wajib untuk melaporkan laporan keuangannya untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan PT.ALIF adalah
sebulan sekali. PT.ALIF melaporkan laporan keuangannya tiap bulan
kepada Departemen Keuangan dan BAPEPAM dan di setujui oleh Bank
Indonesia.37
37 Ibid, Wawancara Pribadi, Ibu Novri, Head Marketing ALIF, Rabu 30 April 2008
xlix
C. Tindakan yang diberikan oleh pihak ALIF apabila terjadi wanprestasi
terhadap nasabah.
Tindakan yang dilakukan oleh pihak ALIF terhadap nasabah yang
melakukan wanprestasi dilakukan dengan 3 cara yaitu: apabila nasabah tidak
melaksanakan kewajibannya, pihak ALIF akan menegur secara baik-baik dan
memberikan surat peringatan pertama. Dan apabila nasabah belum juga
melaksanakan kewajibannya yang kedua maka pihak ALIF akan menegur
secara baik-baik dan memberikan surat peringatan kedua. Serta jika nasabah
belum juga melaksanakan kewajibannya maka pihak ALIF secara tegas
memberikan surat peringatan ketiga disertai surat peringatan yang berisi
bahwa pihak ALIF akan melakukan eksekusi terhadap agunan/jaminan
kemudian akan melelang agunan/jaminan yang diberikan oleh nasabah.
D. Penerapan pendapatan pembiayaan pada PT.Al Ijarah Indonesia
1. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik pada
PT.ALIF diakui dengan pendekatan dasar kas, yaitu pada saat pembayaran
sewa sebesar nilai angsuran yang di dalamnya terdapat harga pokok
pembiayaan serta marginnya dan dihitung secara proposional.
2. Perhitungan Margin
l
PT.ALIF menentukkan tarif sewa kepada mustajir dengan menetapkan
margin terlebih dahulu. Dalam perhitungan margin ijarah dan ijarah
muntahiya bit tamlik dihitung dengan menggunakan metode margin
keuntungan efektif.
Perhitungan margin dapat dilakukan berdasarkan rumus dengan
menghitung jumlah angsuran, porsi margin, dan porsi pokok, yaitu:
a. Formula jumlah angsuran
Rumus :ATn = ( P x m )
1 -1 n
( 1 + m/12)
Dimana: ATn = Jumlah Angsuran perbulan atau tarif sewa perbulan
P = Pokok pembiayaan
m = Persentase margin perbulan
n = Jangka waktu pembiayaan
b. Formula Porsi Margin
Rumus : Mn = OSn x m 12
Dimana: Mn : Porsi margin bulan ke n = 1,2,3,4......12
OSn: Outstanding pembiayaan bulan ke n = 1,2,3,......12
m: Persentase margin perbulan.
c. Formulasi Porsi Pokok
Rumus : APn = ATn – Mn
li
Dimana : APn : Porsi Pokok ( dalam bulanan)
ATn : Jumlah angsuran perbulan
Mn : Porsi margin ( dalam bulanan )
d. Formulasi Total Sewa
Rumus : TS = ATn x n
Dimana: TS : Total Sewa
Tn : Jumlah angsuran perbulan
n: Jangka waktu pembiayaan
e. Formulasi Margin Sewa Maksimal
Rumus : MS = TS – P
Dimana : MS : Margin sewa maksimal
TS : Total sewa
P : Pokok Pembiayaan
3. Perhitungan Penyusutan atas Aktiva ijarah
Secara prinsip aset ijarah sebagai objek sewa kepemilikannya dimiliki
oleh PT. ALIF. Aset ijarah disusutkan secara straight line method dengan
masa sewa. Masa manfaat atas aset ijarah akan menurun tiap bulannya, oleh
sebab itu PT. ALIF menghitung penyusutan atas aset ijarah dengan rumus
sebagai berikut:
= Harga Perolehan – Nilai sisa
Jangka waktu
4. Contoh Kasus Pembiayaan Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
PT. AIL mengajukan pembiayaan ijarah muntahiya bit tamlik kepada
PT. ALIF. Dengan pembelian 5 unit Truck Nissan Tronton Type CWA 211
lii
MHRSS beserta spare part dari PT. BUANA FINANCE Tbk sebesar
Rp.2.000.000.000,-. Kelima truck tersebut digunakan untuk pekerjaan
pengangkutan batu bara yang digunakan untuk proyek dengan perusahan lain.
Maka dengan itu PT. ALIF memberikan fasilitas Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
sebagai berikut:
Margin sewa Maksimal Rp. 770,084,060.00
Total Harga Sewa Rp. 2,770,084,062.00
Sewa Bulanan Maksimal Rp. 57,710,085.00
Security Deposit Rp. 200,000,000.00
Biaya Administrasi Rp. 30,000,000.00
Persentase Margin 17 %
Masa Sewa 48 bulan
a.Perhitungan margin
1). Jumlah angsuran ( lihat formula jumlah angsuran)
AT = Rp. 2.000.000.000 x 17%/12
1 -1
( 1 + 17% / 12)
= Rp. 57.710.085
Maka jumlah angsuran atau tarif sewa yang dibebankan kepada PT.
AIL adalah sebesar Rp. 57.710.085 dengan jangka waktu 48 bulan.
2) Jumlah Porsi margin (lihat formula porsi margin)
liii
Mn = Rp. 2.000.000.000, x 17% 12
= Rp. 28.333.333
Porsi margin PT. AIL pada bulan pertama sebesar Rp. 28.333.333
terdiri dari nilai outstanding yaitu hasil dari pokok pembiayaan di
kurangi dengan margin bulan pertama. Nilai tiap bulannya akan
berubah dan nilainya akan menurun, begitu pula dengan nilai
outstanding karena nilai outstanding akan dipengaruhi dengan porsi
margin perbulannya.
3). Jumlah Porsi Pokok ( Lihat formulasi porsi pokok )
APn = Rp. 57.710.085 – Rp. 28.333.333
= Rp. 29.376.752
Dilihat dari formulasi di atas maka jumlah porsi pokok PT. AIL pada
tahun pertama yaitu sebesar Rp 29.376.752
4). Jumlah Total Sewa ( Lihat Formulasi total sewa)
TS = Rp. 57.710.085 x 48
= Rp. 2.770.084.062
Total sewa sebesar Rp. 2.770.084.062 didapat dari angsuran perbulan
dikalikan dengan jumlah waktu angsuran karena total sewa merupakan
keseluruhan dari angsuran PT.AIL yang harus dibayar selama 48 bulan
masa sewa.
5). Jumlah Margin Sewa Maksimal ( Lihat formulasi margin sewa
maksimal )
MS = Rp. 2.770.084.062 - Rp. 2.000.000.000
liv
= Rp. 770.084.062
Margin sewa didapatkan dari Total sewa PT. AIL dikurangi dengan
Pokok Pembiayaannya dan hasilnya sebesar Rp. 770.084.062. Sewa
margin maksimal adalah total dari porsi margin PT. AIL selama 48
bulan waktu angsuran.
b.Perhitungan penyusutan atas aset ijarah ( lihat rumus penyusutan )
= Rp. 2.000.000.000 - 0
4
= Rp. 500.000.000 ( perhitungan penyusutan pertahun)
Maka penyusutan tiap bulannya pada akhir pelaporan yaitu:
= 1 x Rp. 500.000.000
12
= Rp. 41.666.667
PT. ALIF akan menyusutkan aset ijarah-nya pada tiap bulan sebesar
Rp. 41.666.67 selama masa ijarah. Penyusutan atas aset ijarah tidak dicatat
oleh PT.ALIF tiap bulan tetapi hanya dicatat sebagai rek. Administrasi.38
E. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Pembiayaan Ijarah
Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang /
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa / upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
38 Sumber Dari Laporan ALIF,tahun 2007
lv
Ijma’ ulama sepakat menyatakan bahwa akad ijarah dibolehkan karena
mengandung maksud dan tujuan yang baik, yaitu tolong-menolong antara
sesama manusia dalam masalah sewa-menyewa. Hal ini sesuai dengan firman
Allah :
☺ ☺
☺
⌫ ⌧
⌫ ☺
☺
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.(Q.s 43 : Ayat .32)
Disamping itu dibolehkannya ijarah ini karena memang pada dasarnya
semua bentuk Muamalah boleh dilakukan selama tidak ada dalil yang
melarangnya / mengharamkannya, hal ini sesuai dengan kaidah fiqih:
األصلوفي المعامالت اإلباحة إالأن يدل دليل على تحريمها
Artinya : “ Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya “.
Selain itu, agar akad ijarah sesuai dengan ajaran Islam. Maka Dewan
Syariah Nasional (DSN) memndang perlu menetapkan fatwa tentang akad
ijarah untuk dijadikan pedoman oleh LKS, sebagaimana sesuai dengan hadis
Nabi :
lvi
من الزرع وماسعدبالماءمنها آنانكري األرض بماعلى السوافي ى اهللا عليه وسلم عن ذلك وأمرناأن نكريهابذهب فنهانارسول اهللا صل
أوفضة
Artinya : “Kami menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya. Maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak“.
Kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah adalah :
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa :
a. Menyediakan aset yang disewakan
b. Menanggung biaya pemeliharaan asset
c. Menjaminkan bila terdapat cacat pada asset yang disewakan.
2. Kewajiban nasabah sebagai penyewa :
a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan asset yang disewa serta
menggunakannya sesuai kontrak
b. Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya ringan (tidak materiil)
c. Jika asset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga
bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas
kerusakan tersebut.39
Ulama fiqih juga mengemukakan dari beberapa sabda Rasulullah
SAW, diantaranya : “Berikanlah upah / jasa kepada orang yang kamu
pekerjakan sebelum kering keringat mereka” (HR.Abu Ya’la, Ibnu Majah, At-
Tabrani, dan At-Tirmidzi).
Secara umum dapat dikatakan bahwa konsep dan operasional ijarah
yang terdapat di ALIF telah memenuhi kriteria hulum berdasarkan Syariah
Islam. Hal ini jika ditinjau dari :
1. Sifat Akad Ijarah
Ulama fiqih berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah, apakah bersifat
mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama Mazhab Hanafi berpendirian
39 Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah, h.64
lvii
bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, tetapi bisa dibatalkan secara sepihak
apabila terdapat uzur dari salah satu pihak yang berakad, seperti salah pihak
wafat atau kehilangan kecakapan bertindak hukum. Akan tetapi, jumhur ulama
mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau
barang itu tidak bisa dimanfaatkan. Akibat perbedaan pendapat ini terlihat
dalam kasus apabila salah seorang meninggal dunia. Menurut ulama Mazhab
Hanafi, apabila sa;lah seorang yang berakad meninggal dunia, maka akad
ijarah batal, karena manfaat tidak bisa diwariskan. Akan tetapi, jumhur ulama
mengatakan bahwa manfaat itu bisa diwariskan karena termasuk harta (al-
mal). Oleh sebab itu, kematian salah satu pihak yang berakad tidak
membatalkan akad ijarah.
2. Tanggung Jawab Orang yang Diupah/Digaji
Apabila orang yang dipekerjakan itu bersifat pribadi, maka seluruh
oekerjaan yang ditentukan untuk dikerjakan menjadi tanggung jawabnya.
Akan tetapi, ulama fiqih sepakat menyatakan bahwa apabila objek yang
dikerjakannya itu rusak ditangannya, bukan karena kelalaian dan kesengajaan,
maka ia tidak bisa dituntut ganti rugi. Apabial kerusakan itu terjadi atas
kesengajaan atau kelalaiannya, maka menurut kesepakatan ahli fiqih ia wajib
membayar ganti rugi. Misalnya, sebuah piring terjatuh dari tangan pembantu
rumah tangga ketika mencucinya. Dalam kasus seperti ini, karena pecahnya
piring itu bukan disengaja atau karena kelalaiannya.
Penjual jasa untuk kepentingan orang banyak, seperti tukang jahit dan
tukang sepatu orang yang diperbaikinya rusak atau pakaian yang dijahit
penjahit itu rusak, maka ulama kiqih berbeda pendapat dalam masalah ganti
rugi terhadap kerusakan tersebut. Imam Abu Hanifah, Zufar bin Hudail bin
lviii
Qais al-Kufi, ulama Mazhab Hanbali dan Syafe’i, berpendapat bahwa apabila
kerusakan itu bukan karena unsur kesengajaan dan kelalaian tukang sepatu
atau tukang jahit tersebut, maka ia tidak dituntut ganti rugi barang yang rusak
itu. Imam Abu Yusuf dan Muhammad Hasan asy-Syaibani, keduanya sahabat
Imam Ahmad bin Hanbal, berpendapat bahwa penjual jasa untuk kepentingan
umum bertanggung jawad atas kerusakan barang yang sedang dikerjakannya,
baik dengan sengaja maupun tidak, kecuali kerusakan itu diluar batas
kemampuannya untuk menghindari, seperti banjir besar atau kebakaran.
Ulama Mazhab Maliki berpendapat bahwa apabila sifat pekerjaan itu
membekas pada barang yang dikerjakan, seperti pekerjaan itu membekas pada
barang yang dikerjakan, seperti pekerjaan binatu, juru masak, dan buruh
angkat (kuli), maka baik sengaja maupun tidak sengaja, segala kerusakan yang
terjadi menjadi tanggung jawab mereka dan wajib mereka ganti.
3. Rukun dan Syarat Ijarah
Menurut Hanafi, rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
menyewakan) dan kabul (persetujuan terhadap sewa-menyewa). Jumhur
ulama mengatakan bahwa rukun ijarah ada empat, yaitu : orang yang berakad,
sewa/imbalan, manfaat, dan sigah (ijab dan kabul). Ulama Mazhab
Hanafimenyatakan bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan, dan manfaat,
termasuk syarat ijarah, bukan rukunnya.
Sebagai sebuah transaksi umum, ijarah baru dianggap sah telah
memenuhi rukun dan syaratnya. Sebagaimana yang berlaku secara umum
dalam transaksi lainnya. Adapun syarat akad ijarah adalah sebagai berikut:
a. Untuk kedua orang yang berakad, menurut ulama Mazhab Syafi’i dan Hanbali, disyaratkan telah baligh dan
berakal. Oleh sebab itu, apabila orang yang belum atau tidak berakal, seperti anak kecil dan orang gila,
menyewakan harta mereka atau diri mereka (sebagai buruh), maka ijarahnya tidak sah. Akan tetapi, ulama
lix
Mazhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa kedua orang yang berakad itu tidak harus mencapai usia baliq,
tetapi anak yang telah mumayiz pun boleh melakukan akad ijarah. Namun, mereka mengatakan apabila
seorang anakyang mumayiz melakukan akad ijarah terhadap harta atau dirinya, maka akad itu baru dianggap
sah apabila disetujui oleh walinya.
b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad ijarah. Apabila salah seorang
diantaranya terpaksa melakukan akad itu, maka akadnya tidak sah. Hal ini berdasarkan pada firman Allah
SWT dalam surah an-Nisa ayat 29
Artinya :”Hai orang –orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka...”
c. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus diketahui secara sempurna sehingga tidak muncul perselisihan di
kemudian hari. Apabila manfaat yang akan menjadi objek ijarah tersebut tidak jelas, maka akadnya tidak sah.
Kejelasan manfaat itu dapat dilakukan dengan menjelaskan jenis manfaatnya, dan penjelasan berapa lama
manfaat di tangan penyewa. Dalam masalah penentuan waktu sewa ini, ulama Mazhab Syafi’i memberikan
syarat yang ketat. Menurut mereka, apabila seseorang menyewakan rumahnya selama satu tahun dengan harga
sewa Rp 1 juta sebulan, maka akad sewa-menyewa batal, karena dalam akad seperti ini diperlukan
pengulangan akad baru setiap bulan.
d. Objek ijarah itu bisa diserahkan dan dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat. Oleh karena itu, ulama
fiqih sepakat menyatakan bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak bisa diserahkan dan dimanfaatkan
langsung oleh penyewa. Misalnya, apabila seseorang menyewa rumah, maka rumah rumah itu langsung ia
terima kuncinya dan langsung bisa ia manfaatkan. Apabila rumah itu masih berada ditangan orang lain, maka
akad ijarah hanya berlaku sejak rumah itu bisa diterima dan ditempati oleh penyewa kedua. Demikian juga
halnya apabila atap rumah itu bocor dan sumurnya kering, sehingga membawa mudarat bagi penyewa. Dalam
kaitan ini ulama fiqih sepakat meenyatakan bahwa pihak penyewa berhak memilih apakah akan melanjutkan
akad tersebut atau membatalkannya.
e. Ulama Mazhab Hanafi berpendapat bahwa upah/sewa itu tidak sejenis dengan manfaat yang disewa. Misalnay,
dalam sewa-menyewa rumah. Jika sewa rumah dibayar dengan penyewaan kebun, menurut mereka ijarah
seperti ini dibolehkan. Apabila sewa rumah itu dilakukan dengan cara mempertukarkan rumah, seperti A
menyewakan rumahnya pada B. B dalam membayar sewa rumah tersebut menyewakan pula rumahnya pada A,
sebagai sewa sedangkan dari segi kualitas dan kuantitas tidak berbeda. Sewa-menyeaw seperti ini tidak sah.
lx
Akan tetapi, jumhur ulama tidak menyetujui syarat ini, karena menurut mereka antara sewa dan manfaat yang
disewakan boleh sejenis.
4. Berakhirnya Akad Ijarah
a. Habisnya tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah. Apabila yang disewakan itu rumah, maka
rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu adalah jasa seseorang. Maka ia
berhak menerima upahnya, kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqih.
b. Menurut ulama Mazhab Hanafi, wafatnya salah seorang yang berakad, karena akad ijarah. Menurut
mereka, tidak bisa diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak batal dengan
wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat menurut mereka, bisa diwariskan dan ijarah sama
dengan jual beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.
c. Menurut ulama Mazhab Hanafi, apabila ada uzur dari salah satu pihak, seperti rumah yang disewakan
disita negara karena terkait utang yang banyak, maka akad ijarah batal. Uzur yang dapat membatalkan
akad ijarah tersebut, menurut ulama Mazhab Hanafi adalah salah satu pihak jatuh pailit, dan berpindah
tempatnya penyewa. Misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumur suatu desa, namun sebelum sumur
itu selesai penduduk desa itu pindah kedesa lain. Akan tetapi, menurut jumhur ulama uzur yang bisa
membatalkan akad ijarah tersebut hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atau manfaat yang
dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.40
40 Abdul Aziz Dahlan, (Ed), Ensiklopedia Hukum Islam, h.661-663
lxi
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan teoritis pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan
membahas mengenai perlakuan akuntansi leasing syariah yang terjadi pada PT.Al
Ijarah Indonesia Finance.yang dimaksud perlakuan akuntansi leasing syariah
tersebut yaitu perlakuan akuntansi ijarah dan perlakuan akuntansi ijarah
muntahiya bittamlik.
4.1 Prosedur Pelaksanaan Pembiayaan Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik
Dalam memberikan pembiayaan kepada mustajir, PT. ALIF harus
seleksi dalam memilih calon mustajir yang akan melakukan ijarah. Dengan
demikian prosedur PT.ALIF dalam penerimaan calon mustajir maupun
dalam pelaksanaan pembiayaan bertujuan agar kegiatan permodalan
berlangsung dengan baik.Selain itu agar PT. ALIF tidak salah memilih
mustajir sebagai konsumennya, karena pembiayaan ini akan memupuk suatu
lxii
kepercayaan dan tidak menutup kemungkinan bahwa mustajir tidak akan
mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh PT.ALIF dan akan
menimbulkan kredit macet, hal tersebut akan yang menyebabkan suatu
lembaga keuangan mengalamai kerugian atau terjadinya likuiditas. Untuk
memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan pembiyaan, PT.
ALIF harus melakukan penilaian yang cermat dan benar terhadap watak,
kemampuan, modal, prospek usaha nasabah dan agunan. Oleh sebab itu
PT.ALIF menetapkan prosedur dalam pelaksanaan pembiayaan sebagai
berikut:
4.1.1. Prosedur penerimaan calon mustajir
Dalam permohonan pembiayaan PT. ALIF mensyaratkan kepada
mustajir memuat lampiran – lampiran sebagai berikut:
1. Gambaran umum usaha, yaitu calon musta’jir harus mendeskripsikan
profil perusahaannya, serta juga menjelaskan apa tujuan dari penggunaan
pembiayaan yang akan dilakukan.
2. Rencana atau prospek usaha, artinya calon musta’jir menjelaskan
bagaimana prospek usahanya kedepan nanti, yang nantinya akan
dianalisis oleh PT. ALIF untuk melihat apakah dimasa mendatang calon
musta’jir akan mampu membayar uang sewa yang telah ditetapkan PT.
ALIF dengan usaha yang dijalankannya.
lxiii
3. Legalitas perusahaan, yang di dalamnya harus termuat antara lain Akte
pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, Surat Keterangan Domisili
Usaha, Surat Izin Usaha Perusahaan serta identitas lainnya.
4. Laporan keuangan dari calon mustajir periode 3 tahun terakhir,
maksudnya PT. ALIF akan melihat kondisi laporan keuangan calon
mustajir apakah layak untuk mendapatakan pembiayaan dari PT.ALIF
atau tidak.
5. Proyeksi cashflow, maksudnya untuk melihat sumber pengembalian
pembiayaan yang akan diberikan oleh calon mustajir kepada PT. ALIF.
6. Data jaminan, artinya calon mustajir harus dapat memberikan data
jaminan kepada PT.ALIF untuk memastikan bahwa calon mustajir akan
tetap membayar tarif sewa yang ditetapkan oleh PT.ALIF.
4.1.2 Prosedur Pembiayaan
Dalam hal ini PT. ALIF berkenaan dengan pinjaman/pembiayaan
(pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik) yang di dukung oleh
surat pengakuan hutang atau hutang lainnya yang ditandatangani oleh
Debitur. Bagian umum dan administrasi membukukan pinjaman/pembiayaan
setelah menerima pesetujuan tertulis seperti yang digariskan pada
kebijaksanaan pembiayaan. Catatan pembiayaan (TTUN/Tanda Terima
Uang Nasabah, Promes Non Interes Bearing) dan dokumen
pinjaman/pembiayaan lainnya disiapkan dalam keadaan bagaimanapun juga
transaksi pinjaman/pembiayaan tidak boleh dibukukan sebelum persetujuan
tertulis untuk dasar menyiapkan Kartu Pinjaman/Pembiayaan adalah copy
lxiv
Halfsheet (NPP/Nota Persetujuan Pembukuan) yang telah disahkan
sebagaimana disyaratkan dalam Kebijaksanaan Pembiayaan. Paraf pada
Catatan Pembiayaan ( Surat Promes Non Interest Bearing, TTUN) dan
dokumen – dokumen lain yang mungkin ditunjukkan di depan pengadilan
sebagai bukti sah ( legal evidence ) dari adanya pemberian
pinjaman/pembiayaan, wajib dilakukan dengan menggunakan pensil terlebih
dahulu.
Tanggung jawab utama untuk mendapatkan dokumen – dokumen
secara lengkap yang berhubungan dengan pemberian pinjaman / pembiayaan
dalam PT.ALIF terletak pada Account Manager, kemudian membubuhkan
parafnya pada dokumen – dokumen tersebut sebagai bukti bahwa kebenaran
dokumen telah diperiksa Kepala Sport Pembiayaan/Business Head Division.
Account Manager memeriksa kembali kelengkapan dokumen dengan jalan
membandingkannya terhadap checklist yang tersedia, serta
memberitahukannya kepada Business Head Division jika terdapat
kekurangan.
Perjanjian Pembiayaan, Pengikatan Barang jaminan, Promes Non
Interest Bearing, TTUN dan dokumen – dokumen lain yang membuktikan
berhutangnya debitur, disimpan baik – baik agar terjamin keamanannya.
Penarikan atau pembayaran sebagian pinjaman / pembiayaan dan sisa
saldo pinjaman/pembiayaan yang masih berjalan wajib dicatat pada Kartu
Pinjaman Pembiayaan, sebagai tambahan lembur tickler yang bersangkutan
(untuk pemberian pinjaman/pembiayaan atau untuk pembayaran
lxv
pinjaman/pembiayaan) dan diperbaharui jika terjadi pembayaran baik
seluruhnya maupun sebagian.
Perubahan jatuh tempo wajib disetujui oleh Komite Pembiayaan secara
tertulis. Setiap persetujuan pemberian pinjaman/ pembiayaan atau perubahan
suatu fasilitas, hanya dapat dilaksanakan setelah menerima konfirmasi.
Pembiayaan akan didaftarkan terlebih dahulu oleh account manager
mengenai data nasabah, dan mengisi data jaminan, berdasarkan halsheet dan
memorandum droping. Lalu dibukukan ke dalam sistem mengenai
pembiayaan tersebut, dimana setiap fasilitas mendapatkan satu nomor kartu.
Kepala bagian loan/Business Head Division meneliti kebenaran
pencantuman data yang tertera pada copy Halfsheet ke dalam pembukuan
Kartu Pinjaman/Pembiayaan ( nama debitur, nisbah bagi hasil/ mark up),
jatuh tempo, plafond pinjaman/pembiayaan, dan lain sebagainya. Setelah
diteliti kebenarannya, kepala bagian loan/Business Head Division
mengotorisasi dan membubuhkan parafnya pada memorandum perintah
droping dan halfsheet. Setiap terdapat pinjaman/pembiayaan, kepala bagian
loan/Business Head Division membubuhkan parafnya pada kolom yang
tersedia.
Setelah karyawan yang ditunjuk menerima Check List Dokumentasi
Pinjaman/Pembiayaan berikut dokumen – dokumennya, lalu meneliti
kelengkapannya, kemudian membubuhkan paraf pada ruang yang tersedia
sebagai bukti tanda terima dan tanda telah diperiksa.
lxvi
4.2 Kebijakan Akuntansi pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance
Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada PT. ALIF yaitu sebagai berikut:
1. Dalam menentukan leasing terhadap mustajir, PT.ALIF mempunyai
klasifikasi dengan 2 metode yaitu :
a. Ijarah
PT.ALIF melakukan pembiayaan terhadap mustajir dengan
membeli barang sewa kemudian di sewakan kepada mustajir.
Dengan masa angsuran yang telah ditetapkan pada kesepakatan
bersama yang disertai dengan analisis yang telah dilakukan oleh
Account Manager pada PT. ALIF.
b. Ijarah Muntahiya Bit tamlik
Finance Lease proses pembiayaan yang dilakukan oleh
PT.ALIF dengan memberikan pembiayaan kepada mustajir yang
pada akhir periode mustajir mendapatkan hak opsi bahkan pada
akhir periode mustajir diharuskan untuk membeli barang sewa
sebesar sisa cicilan sewa.
2. Ijarah yang dalam bahasa konvensionalnya yaitu Leasing atau sewa guna
usaha, perusahaan atau lembaga yang bergerak dalam bidang pembiayaan
tersebut lebih menganut pada asas ekonomi karena dalam leasing
mempunyai barang yang disewakan, barang sewa tersebut mempunyai
masa atau umur ekonomis. Barang sewa tersebut harus di depresiasikan
atau disusutkan, oleh sebab itu metode penyusutan merupakan asas
ekonomi.
lxvii
Besarnya biaya penyusutan aktiva ijarah/ ijarah muntahiya bit tamlik yang
dilakukan pada PT.ALIF dihiutng selama masa akad pembiayaan.
3. Pendapatan PT. ALIF diakui secara pendekatan dasar kas (cash basis).
4. Setiap perusahaan wajib untuk melaporkan laporan keuangannya untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan PT.ALIF adalah
sebulan sekali. PT.ALIF melaporkan laporan keuangannya tiap bulan
kepada Departemen Keuangan dan BAPEPAM dan di setujui oleh Bank
Indonesia.
4.3 Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik
4.3.1 Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik pada
PT.ALIF diakui dengan pendekatan dasar kas, yaitu pada saat pembayaran
sewa sebesar nilai angsuran yang di dalamnya terdapat harga pokok
pembiayaan serta marginnya dan dihitung secara proposional.
4.3.2 Perhitungan Margin
PT.ALIF menentukkan tarif sewa kepada mustajir dengan menetapkan
margin terlebih dahulu. Dalam perhitungan margin ijarah dan ijarah
muntahiya bit tamlik dihitung dengan menggunakan metode margin
keuntungan efektif.
lxviii
Perhitungan margin dapat dilakukan berdasarkan rumus dengan
menghitung jumlah angsuran, porsi margin, dan porsi pokok, yaitu:
a. Formula jumlah angsuran
ATn = ( P x m )
1 - 1 n
( 1 + m/12)
Dimana: ATn = Jumlah Angsuran perbulan atau tarif sewa perbulan
P = Pokok pembiayaan
m = Persentase margin perbulan
n = Jangka waktu pembiayaan
b. Formula Porsi Margin
Rumus : Mn = OSn x m 12
Dimana: Mn : Porsi margin bulan ke n = 1,2,3,4......12
OSn: Outstanding pembiayaan bulan ke n = 1,2,3,......12
m: Persentase margin perbulan
c. Formulasi Porsi Pokok
Rumus : APn = ATn – Mn
Dimana : APn : Porsi Pokok ( dalam bulanan)
ATn : Jumlah angsuran perbulan
Mn : Porsi margin ( dalam bulanan )
d. Formulasi Total Sewa
Rumus : TS = ATn x n
Dimana: TS : Total Sewa
lxix
Tn : Jumlah angsuran perbulan
n: Jangka waktu pembiayaan
e. Formulasi Margin Sewa Maksimal
Rumus : MS = TS – P
Dimana : MS : Margin sewa maksimal
TS : Total sewa
P: Pokok Pembiayaan
4.3.3 Perhitungan Penyusutan atas Aktiva ijarah
Secara prinsip aset ijarah sebagai objek sewa kepemilikannya dimiliki
oleh PT. ALIF. Aset ijarah disusutkan secara straight line method dengan
masa sewa. Masa manfaat atas aset ijarah akan menurun tiap bulannya, oleh
sebab itu PT. ALIF menghitung penyusutan atas aset ijarah dengan rumus
sebagai berikut:
= Harga Perolehan – Nilai sisa
Jangka waktu
4.3.4 Contoh Kasus Pembiayaan Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
PT. AIL mengajukan pembiayaan ijarah muntahiya bit tamlik kepada
PT. ALIF. Dengan pembelian 5 unit Truck Nissan Tronton Type CWA 211
MHRSS beserta spare part dari PT. BUANA FINANCE Tbk sebesar
Rp.2.000.000.000,-. Kelima truck tersebut digunakan untuk pekerjaan
pengangkutan batu bara yang digunakan untuk proyek dengan perusahan
lxx
lain. Maka dengan itu PT. ALIF memberikan fasilitas Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik sebagai berikut:
Margin sewa Maksimal Rp. 770,084,060.00
Total Harga Sewa Rp. 2,770,084,062.00
Sewa Bulanan Maksimal Rp. 57,710,085.00
Security Deposit Rp. 200,000,000.00
Biaya Administrasi Rp. 30,000,000.00
Persentase Margin 17 %
Masa Sewa 48 bulan
Sumber: PT. Al Ijarah Indonesia Finance.
Perhitungan margin
a. Jumlah angsuran ( lihat formula jumlah angsuran)
AT = Rp. 2.000.000.000 x 17%/12
1 - 1 48
( 1 + 17% / 12)
= Rp. 57.710.085
Maka jumlah angsuran atau tarif sewa yang dibebankan kepada PT.
AIL adalah sebesar Rp. 57.710.085 dengan jangka waktu 48 bulan.
b. Jumlah Porsi margin (lihat formula porsi margin)
Mn = Rp. 2.000.000.000, x 17% 12
lxxi
= Rp. 28.333.333
Porsi margin PT. AIL pada bulan pertama sebesar Rp. 28.333.333
terdiri dari nilai outstanding yaitu hasil dari pokok pembiayaan di kurangi
dengan margin bulan pertama. Nilai tiap bulannya akan berubah dan
nilainya akan menurun, begitu pula dengan nilai outstanding karena nilai
outstanding akan dipengaruhi dengan porsi margin perbulannya.
c. Jumlah Porsi Pokok ( Lihat formulasi porsi pokok )
APn = Rp. 57.710.085 – Rp. 28.333.333
= Rp. 29.376.752
Dilihat dari formulasi di atas maka jumlah porsi pokok PT. AIL pada
tahun pertama yaitu sebesar Rp 29.376.752
d. Jumlah Total Sewa ( Lihat Formulasi total sewa)
TS = Rp. 57.710.085 x 48
= Rp. 2.770.084.062
Total sewa sebesar Rp. 2.770.084.062 didapat dari angsuran perbulan
dikalikan dengan jumlah waktu angsuran karena total sewa merupakan
keseluruhan dari angsuran PT.AIL yang harus dibayar selama 48 bulan masa
sewa.
e. Jumlah Margin Sewa Maksimal ( Lihat formulasi margin sewa maksimal )
MS = Rp. 2.770.084.062 - Rp. 2.000.000.000
= Rp. 770.084.062
lxxii
Margin sewa didapatkan dari Total sewa PT. AIL dikurangi dengan
Pokok Pembiayaannya dan hasilnya sebesar Rp. 770.084.062. Sewa margin
maksimal adalah total dari porsi margin PT. AIL selama 48 bulan waktu
angsuran.
Perhitungan penyusutan atas aset ijarah ( lihat rumus penyusutan )
= Rp. 2.000.000.000 - 0
4
= Rp. 500.000.000 ( perhitungan penyusutan pertahun)
Maka penyusutan tiap bulannya pada akhir pelaporan yaitu:
= 1 x Rp. 500.000.000
12
= Rp. 41.666.667
PT. ALIF akan menyusutkan aset ijarah-nya pada tiap bulan
sebesar Rp. 41.666.67 selama masa ijarah. Penyusutan atas aset ijarah tidak
dicatat oleh PT.ALIF tiap bulan tetapi hanya dicatat sebagai rek.
Administrasi.
4.3.4 Jurnal Pembiayaan Ijarah dan Ijarah Bit Tamlik
Berikut ini adalah pencatatan akuntansi selama akad ijarah berlangsung:
1. Pada saat pembelian barang oleh PT.ALIF dari supplier
Pada tanggal 02 Oktober 2007 PT. ALIF membeli truk beserta spare part
dengan harga perolehan Rp.2.000.000.000,- kepada supplier (PT. Buana).
Dalam pembelian truk beserta spare part PT. ALIF mencatat transaksi
pembelian aktiva tersebut yaitu sebagai berikut:
lxxiii
Jurnal:
Aktiva ijarah Rp. 2.000.000.000,-
Kas Rp, 2.000.000.000,-
Dalam droping (transaksi pembelian barang sewa) PT. ALIF
mendebet aktiva ijarah dan mengkredit kas karena pada saat pembelian
aktiva PT. ALIF langsung membayar kepada supplier maka aktiva akan
bertambah dan mengurangi kas. Aktiva tersebut kepemilikannya dimiliki
oleh PT. ALIF dan Kas yang dikeluarkan oleh PT. ALIF masuk ke dalam
Rek. PT.Buana.
2. Pada saat penerimaan pendapatan dari Biaya Administrasi
PT.AIL dengan PT. ALIF mengadakan akad perjanjian pembiayaan ijarah
yang diajukan oleh PT.ALIF. Dan pada saat akad tersebut yaitu pada tanggal
02 Oktober 2007 PT.AIL dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.
30.000.000 dan dicatat oleh PT.ALIF sebagai berikut
Jurnal:
Kas Rp. 30.0000.000
Pendapatan fee ijarah Rp 30.000.000
Biaya administrasi yang dibayar oleh PT.AIL merupakan pendapatan
fee bagi PT.ALIF dan menambah kas. Maka PT. ALIF mendebet kas dan
mengkredit pendapatan fee ijarah.
3. Pada saat menerima dana security deposit
lxxiv
Pada saat droping yaitu tanggal 02 Oktober 2007 PT.AIL memberikan dana
security deposit sebesar Rp. 200.000.000 sebagai jaminan dalam
pembiayaan ijarah muntahiya bit tamlik pada saat droping. Dana tersebut
dicatat oleh PT.ALIF sebagai berikut:
Jurnal:
Kas Rp. 200.000.000
Security Deposit PT.AIL Rp. 200.000.000
Dana security deposit ini adalah sebagai jaminan dalam pembiayaan
ijarah yang merupakan titipan deposit dari PT.AIL kepada PT.ALIF dalam
rangka pembiayaan IMBT maka dana yang diterima diakui sebagai hutang
PT.ALIF kepada PT. AIL. Oleh sebab itu PT. ALIF mendebet kas karena
menambah kas dan mengkredit deposit PT. AIL karena dana tersebut
merupakan hutang. Security Deposit dimasukan kedalam laporan keuangan
Neraca.
4. Pada saat PT.ALIF menerima pendapatan sewa dari PT. AIL
Pada tgl 02 November 2007 PT. ALIF menerima angsuran pertama dari PT.
AIL sebesar Rp. 57.710.085 . Dan PT.ALIF mencatat transaksi tersebut
sebagai berikut:
Jurnal:
Kas Rp. 57.710.085
Pendapatan ijarah Rp. 57.710.085
lxxv
Angsuran di bayar pertama kali oleh PT.AIL yaitu pada bulan Oktober,
angsuran sebesar Rp. 57.710.085 sesuai dengan perhitungan porsi jumlah
angsuran berdasarkan atas nilai pokok pembiayaan dan porsi margin yang
ditetapkan oleh PT.ALIF sesuai pada kesepakatan bersama pada saat akad.
Kas di debet oleh PT.ALIF karena dengan pembayaran angsuran yang
dilakukan oleh PT.AIL menambah akun kas dan mengkredit akun
pendapatan ijarah karena pembayaran angsuran tersebut merupakan
pendapatan bagi PT.ALIF. Pendapatan di posting di kredit karena
pendapatan ijarah bertambah dan mengurangi angsuran PT.AIL. Pendapatan
sewa di terima oleh PT.ALIF tiap bulan.
5. Pada saat pembebanan perbaikan dan pemeliharaan
Diasumsikan apabila terjadi kerusakan objek sewa pada tanggal 06
Desember 2007. Maka PT. ALIF sebagai pemberi sewa menanggung atas
pembebanan perbaikan dan pemeliharaan biaya tersebut diasumsikan
sebesar Rp. 10.000.000 . Dengan begitu PT.ALIF mencatat atas kerusakan
tersebut yaitu sebagai berikut:
Jurnal:
Beban perbaikan & pemeliharaan aktiva ijarah Rp.10.000.000
Kas Rp.10.000.000
Secara prinsip objek sewa tersebut merupakan aktiva PT. ALIF oleh
sebab itu segala perbaikan dan pemeliharaan secara rutin menjadi tanggung
jawab PT.ALIF tanpa kecuali terjadi karena kelalaian atau kesalahan yang
lxxvi
diperbuat oleh mustajir, dengan begitu PT. ALIF akan melakukan penelitian
terlebih dahulu karena biaya tersebut nantinya akan dibebankan oleh
PT.ALIF sebagai muajir. Kemudian PT. ALIF mendebet beban perbaikan &
pemeliharaan aktiva ijarah dan mengkredit kas karena PT.ALIF
mengeluarkan kas untuk biaya perbaikan dan pemeliharaan oleh sebab itu
kas PT.ALIF berkurang. Biaya perbaikan dan pemeliharaan aktiva ijarah
jumlahnya akan selalu berubah.
Dan berikut ini adalah pencatatan akuntansi ijarah muntahiya bit tamlik yang
berlangsung, yaitu sebagai berikut:
1. Pada saat pembayaran cicilan terlambat dan dikenai pinalty
Diasumsikan apabila PT. AIL mengalami keterlambatan 15 hari dalam
pembayaran angsuran bulan ke- 4 yaitu pada bulan febuari 2008 dengan
keterlambatan pembayaran angsuran maka PT.AIL dikenakan pinalty
sebesar 0,05% perhari. PT.ALIF mencatatnya dengan perhitungan pinalty
yaitu sebagai berikut:
Denda berdasarkan perhitungan penalty perhari
= 0,05% * Rp. 57.710.085 * 15 hari keterlambatan
= Rp. 432.825,63
Kemudian pinalty tersebut dicatat oleh PT.ALIF sebagai berikut:
Jurnal:
Kas Rp. 432.825,63
Denda pinalty PT.AIL Rp.432.825,63
lxxvii
PT. ALIF telah menetapkan kepada nasabahnya apabila terjadi
keterlambatan dalam pembayaran angsuran maka dikenakan pinalty sebesar
0,05% perhari. Pinalty tersebut dihitung berdasarkan besarnya angsuran dan
jumlah keterlambatan, kemudian hasil pinalty tersebut di catat sebagai denda
yang akan disalurakan. Pinalty tersebut nantinya akan disalurkan kepada
yayasan atau sebagainya. PT.ALIF mendebet kas karena pinalty menambah
kas PT.ALIF. Ketika denda pinalty tersebut disalurkan maka jurnalnya
dibalik yaitu sebagai berikut:
Denda pinalty PT. AIL Rp. 432.825,63
Kas Rp. 432.825,63
Denda pinalty PT. AIL dicatat disebelah debet karena denda tersebut
sudah disalurkan kepada Yayasan dan Kas PT. ALIF berkurang.
2. Pada saat pemindahan hak kepemilikan atas objek sewa
Hak kepemilikan atas objek sewa ini terjadi pada akhir masa sewa
berakhir yaitu tepatnya pada tanggal 02 Oktober 2011 sesuai dengan contoh
kasus diatas, dan diasumsikan bahwa tanggal 28 Mei 2011 PT.AIL
menggunakan hak opsinya untuk membeli objek sewa sebesar sisa sewa 5
bulan sewa sebesar Rp. 288.550.423 ( lihat jadwal angsuran ). Dan besarnya
penyusutan pada tanggal 28 Mei 2011 adalah Rp. 1.791.666.681 (Rp.
41.666.667 x 43 bulan) kemudian PT. ALIF mencatatnya sebagai berikut:
lxxviii
Jurnal:
Kas Rp. 288.550.423
Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Rp. 1.791.666.681
Aktiva yg diperoleh utk ijarah Rp. 2.000.000.000
Keuntungan penjualan aktiva ijarah Rp. 80.217.104
Pada pemindahan hak sewa yang dilakukan pada tanggal 28 Mei 2008
PT. AIL mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa ijarah dan PT.
ALIF mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 80.217.104 karena penjualan
atas objek sewa tersebut dijual dengan harga sekedarnya dan tanpa nilai
sisa. PT.ALIF Mencatat kas sebesar Rp. 288.550.423 karena PT. AIL
melakukan pemindahan hak kempemilikan pada bulan ke – 43 maka kas
sebesar nilai sisa angsuran. Penyusutan selama 43 bulan yaitu sebesar Rp.
1.791.666.681 dan diakui sebagai akumulasi di sebelah debet karena objek
sewa dibeli oleh PT. AIL sebagai mustajir dan penyusutan yang awalnya
ditanggung oleh PT.ALIF pada saat terjadi pemindahaan objek sewa
ijarah penyusutan atas aktiva ijarah pun berpindah dan di tanggung oleh
PT. AIL. Dan aktiva yang diperoleh untuk ijarah sebesar harga perolehan
yaitu Rp. 2.000.000.000 di kredit oleh PT. ALIF karena aktiva ijarah
sudah berpindah kepemilikan kepada PT. AIL.
lxxix
Pada saat terjadinya ijarah muntahiya bit tamlik PT. ALIF
mengembalikan security deposit yang diberikan oleh PT. AIL pada saat
droping, kemudian security deposit di catat oleh PT.ALIF sebagai berikut:
Jurnal :
Security deposit Rp. 200.000.000
Kas Rp. 200.000.000
Security deposit di kredit oleh PT. ALIF karena jaminan tersebut
dikembalikan dan mendebet kas.
4.4 Analisa Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah dalam Pembiayaan Ijarah
dan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
Setelah melihat penerapan dan perlakuan akuntansi atas transaksi ijarah
dan ijarah muntahiya bit tamlik yang terjadi pada PT. ALIF berdasarkan
contoh kasus diatas, maka dapat dilakukan analisis mengenai perlakuan
akuntansinya berdasarkan kesesuaiannya dengan PSAK No. 59 yaitu sebagai
berikut:
1. PT. ALIF menggunakan pencatatan atas pendapatannya secara pendekatan
dasar kas (cash basis) yaitu pendapatan diakui pada saat penerimaan kas.
PT. ALIF melaporkan laporan keuangannya kepada BAPEPAM dan
Departemen Keuangan setiap akhir bulan tetapi PT. ALIF tidak melakukan
jurnal penyesuaian pada setiap akhir bulannya.
lxxx
2. Aset ijarah disusutkan oleh PT. ALIF setiap bulannya karena ada
pengurangan atas manfaat aset ijarah. Disusutkan tanpa nilai sisa dan telah
di hitung dengan straight line method berdasarkan jangka waktu angsuran/
masa sewa. Penyusutan tidak dicatat sebagai jurnal penyesuaian pada
setiap akhir bulan melainkan dicatat ke dalam rekening administrasi pada
PT. ALIF hanya sebagai pengukuran saja.
3. PT. ALIF tidak membuat jurnal penyesuaian pada akhir bulan ketika
memberikan Laporan Keuangan kepada BAPEPAM dan Departemen
Keuangan.
4. Laporan keuangan PT. ALIF masih Relevan karena PT.ALIF merupakan
perusahaan baru beroperasi dalam kegiatannya.
PT. ALIF adalah lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan
syariah berupa ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik ini menggunakan
penerapan akuntansinya dengan kesesuaian PSAK No. 59 dikarenakan
belum ada peraturan yang merinci mengenai pembiayaan ijarah dan ijarah
muntahiya bit tamlik bagi Lembaga Keuangan Leasing Syariah. Dari
kegiatan PT. ALIF yang merupakan lembaga keuangan non bank
seharusnya menggunakan PSAK No. 30 tentang Sewa Guna Usaha tetapi
dikarenakan dalam syariah tidak ada bunga maka PT. ALIF memakai
PSAK No. 59 tentang Perbankan Syariah sebagai acuan dalam pencatatan
akuntansi karena didalamnya terdapat penjelasan mengenai pembiayaan
ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik.
lxxxi
Untuk lebih jelasnya perlakuan akuntansi leasing syariah atas
pembiyaan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik dapat dibandingkan
dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi leasing Syariah atas
Pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik pada PT.ALIF dengan
PSAK No.59
No Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah pada PT.Al Ijarah Indonesia Finance
Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah menurut PSAK No. 59
Keterangan
1.
Pada saat pembelian aktiva PT. ALIF mencatatnya sebesar harga perolehan dan diakui pada saat pembelian aktiva ijarah.
Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan saat perolehan objek sewa.
Pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh PT. ALIF dalam pembelian aktiva ijarah sesuai dengan PSAK No.59 yaitu pada saat pembelian dicatat sebesar harga perolehan dan diakui pada saat pembelian aktiva ijarah
2. PT. ALIF mengakui pendapatan fee ijarah dari biaya administrasi PT.AIL dicatat sebagai pendapatan fee ijarah di kredit dan mengakui kas di debet.
Mengenai pendapatan yang berasal dari biaya administrasi dalam PSAK No.59 belum diatur secara rinci.
Biaya administrasi belum terinci dalam PSAK No.59 tetapi PT. ALIF telah mencatat dan mengakui biaya administrasi tersebut sebagai pendapatan fee ijarah dalam laporan keuangan rugi/laba.
3. PT.ALIF mengakui dana security deposit sebagai hutang dan mencatat di sebelah kredit dan mendebit kas.
Di dalam PSAK No. 59 mengenai dana security deposit belum terinci.
Security deposit dicatat oleh PT.ALIF sebagai jaminan dari PT.AIL dalam PSAK No. 59 belum merincikan mengenai hal tersebut .
lxxxii
4.
Pada saat penerimaan sewa PT. ALIF mencatatnya berdasarkan porsi margin yang didalamnya terdapat harga pokok dan marginnya diakui selama masa sewa secara proposional
Pendapatan sewa menurut PSAK No.59 diakui selama masa akad secara proposional.
Pencatatan pendapatan sewa dicatat oleh PT.ALIF sesuai dengan PSAK No.59 yaitu di hitung berdasarkan porsi margin dan diakui secara proposional.
No Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance
Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah menurut PSAK No. 59
Keterangan
5. PT. ALIF mengakui pendapatan secara dasar kas. Maka tidak ada realisasi piutang pendapatan pada akhir periode pelaporan.
Piutang pendapatan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan.
Pendapatan diakui secara dasar kas yaitu diakui pada saat PT. ALIF menerima kas dengan begitu dalam pencatatan yang dilakukan oleh PT.ALIF terdapat ketidaksesuaian dengan PSAK No. 59 karena PT. ALIF tidak mereali-sasikan piutang penda-patan pada akhir periode pelaporan akuntansi.
4
Pada saat pembebanan perbaikan dan pemeliharaan PT.ALIF mengakui sebagai beban dan di catat di debet dan mengkredit kas pada saat terjadinya perbaikan. Dan mengakui perbaikan dan pemeliharaan atas aktiva ijarah secara rutin.
Menurut PSAK No. 59 jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek sewa dengan persetujuan pemilik objek sewa maka biaya dibebankan kepada pemilik objek sewa dan diakui sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada perbaikan.
Dalam pencatatan dan pengakuan beban perbaikan &pemeliharaan rutin atas objek sewa yang dilakukan oleh PT.ALIF sesuai dengan PSAK No. 59 karena PT.ALIF sebagai pemilik objek sewa menanggung atas perbaikan dan pemeliharaan rutin objek tersebut.
6. PT. ALIF mengakui penyusutan atas aktiva ijarah dihitung sesuai dengan masa sewanya dengan dicatat di rekening administratif setiap bulannya disebelah kredit dan akan diakui sebagai beban pada akhir tahun. Dengan begitu maka pencatatan biaya menggunakan pendekatan dasar akrual.
Objek sewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah dan masa sewa jika merupakan transaksi IMBT
Penyusutan yang diakui PT.ALIF sesuai dengan PSAK No.59 dengan mengakui penyusutan aktiva ijarah dihitung sesuai dengan masa sewa. Dicatat ke dalam rek.adm tiap bulannya dan diakui pendapatan pada akhir tahun. Dan pencatatan biaya menggunakan pendekatan dasar akrual.
7 PT. ALIF mencatat denda Mengenai denda penalty PSAK No.59 belum
lxxxiii
yang belum disalurkan yang diakui sebagai hutang yang akan disalurkan sebagai zakat atas keterlambatan pembayaran angsuran yang dilakukan oleh PT. AIL.
yang dicatat oleh PT. ALIF dalam PSAK No. 59 belum mengatur secara rinci.
mengatur secara rinci mengenai denda pinalty tetapi PT.ALIF mencatat denda penalty dan diakui sebagai hutang karena merupakan denda yang akan disalurkan.
No Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance
Perlakuan Akuntansi Leasing Syariah menurut PSAK No. 59
Keterangan
8. Dalam perpindahan kepemilikan objek sewa ijarah PT ALIF mengakuinya sebesar harga cicilan dan diakui pada saat mustajir membeli objek sewa dan keuntungan atau kerugian diakui oleh PT. ALIF sebesar selisih dari harga jual dengan niali buku.
Perpindahan hak milik objek sewa dalam IMBT melalui penjualan objek sewa sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan /kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku objek sewa.
Pencatatan transaksi IMBT dalam perpindahan hak atas kepemilikan objek sewa ijarah yang dilakukan oleh PT. ALIF sesuai dengan PSAK No. 59. Keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh PT. ALIF sesuai dengan PSAK No. 59 yaitu sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku objek sewa.
lxxxiv
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian lapangan, mekanisme PT. ALIF dalam
memberikan pembiayaan modal kerja Ijarah terhadap nasabahnya yaitu
dengan langkah-langkah berikut :
1) PT. ALIF harus seleksi dalam memilih calon mustajir yang akan
melakukan Ijarah.
2) PT. ALIF harus melakukan penilaian yang cermat dan benar terhadap
watak, kemampuan, modal, prospek, usaha, nasabah dan agunan.
2. Dalam menentukan pembiayaan terhadap mustajir PT. ALIF mempunyai
klasifikasi dengan dua metode yaitu:
1) Ijarah
PT. ALIF melakukan pembiayaan terhadap mustajir dengan membeli
barang sewa kemudian disewakan kepada mustajir. Dengan masa
angsuran yang telah ditetapkan pada kesepakatan bersama yang
disertai dengan analisis yang telah dilakukan oleh accoun manager
pada ALIF.
lxxxv
2) Ijarah Muntahiya Bit Tamlik
Finance Lease proses pembiayaan yang dilakukan oleh PT. ALIF
dengan memberikan pembiayaan kepada mustajir yang pada akhir
periode mustajir mendapatkan hak obsi bahkan pada akhir periode
mustajir diharuskan untuk membeli barang sewa sebesar sisa cicilan
sewa.
3. Tindakan yang diberikan oleh pihak ALIF apabila terjadi wanprestasi
terhadap nasabah.
Tindakan yang dilakukan oleh pihak ALIF terhadap nasabah yang
melakukan wanprestasi dilakukan dengan 3 cara yaitu: apabila nasabah
tidak melaksanakan kewajibannya, pihak ALIF akan menegur secara baik-
baik dan memberikan surat peringatan pertama. Dan apabila nasabah
belum juga melaksanakan kewajibannya yang kedua maka pihak ALIF
akan menegur secara baik-baik dan memberikan surat peringatan kedua.
Serta jika nasabah belum juga melaksanakan kewajibannya maka pihak
ALIF secara tegas memberikan surat peringatan ketiga disertai surat
peringatan yang berisi bahwa pihak ALIF akan melakukan eksekusi
terhadap agunan/jaminan kemudian akan melelang agunan/jaminan yang
diberikan oleh nasabah.
4. Target dan fokus yang akan dilakukan oleh pihak ALIF :
1) Target ALIF.
66
lxxxvi
ALIF akan membantu seluruh lembaga ekonomi (dari mulai sektor
swasta, BUMN, dan pemerintah daerah) di Indonesia yang mencari
pemodal besar atau investor strategis dari kawasan teluk untuk proyek-
proyek potensial di Indonesia. Selain itu, ALIF juga akan
menggunakan keahlian lokalnya untuk menjadi patner yang dapat
diandalkan bagi pihak asing (terutama dari negara-negara kawasan
teluk) yang tertarik untuk melakukan penetrasi pasar di Indonesia, baik
bidang pembiayaan, investasi, atau perdagangan.
2) Fokus ALIF
ALIF berperan sebagai penghubung aktivitas investasi, perdanganan,
dan pembiayaan antara Indonesia dan pasar-pasar lainnya yang sedang
tumbuh. Selain itu, ALIF akan menggunakan jaringannya untuk
mengatur sindikasi internasional dengan mengundang lembaga-
lembaga keuangan besar yang berada di negara-negara teluk.
B. Saran-saran
Sebagai program perbaikan kedepan, penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Karena terbukti bahwa jumlah pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan
yang diberikan mempengaruhi tingkat pendapatan. Pihak ALIF harus terus
menjaga hubungan baik kepada nasabah dan mengetahui perkembangan
usaha nasabah
2. Meningkatkan kinerja, karena dengan kinerja yang baik akan sangan terasa
sekali hubungannya dengan nasabah
lxxxvii
3. Untuk menarik minat para nasabah pihak ALIF harus lebih meningkatkan
promosi dan melahirkan produk-produk yang menarik dan inovatif,
sehingga dikedepannya ALIF bisa lebih maksimal lagi.
lxxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Al-Husaini,Al-imam Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Akhyat, PT
Bina Ilmu,Surabaya,terjemahan 2
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek,
Jakarta : Gema Insani Press, 2001,cet.I
Ascarya,Akad dan produk Bank Syariah,(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2007),
Ed.I.
Drs. H. Suhendi Hendi, Fiqih Mu’amalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), cet. Ke-1.
Hammad Nazih, Mu’jam al-mustahahat al-iqtishodiyyah fi al-Lughot al-Fuqoha (al-
ma’had’Ali lil al-fikri al-islamy,1995) Cet ke 3, h.354Abdul Aziz Dahlan (editor), ensiklopedia
Hukum Islam, ( Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), Cet. Ke I, Jilid 2.
Hamzah Ya’kub, Ifiqih muamalah : kode etik dagang menurut islam, pola pembinaan
hidup dalam berekonomi, (Bandung : CV. Diponegoro,1992), cet. Ke-2,
Hasan M. Ali, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (fiqih muamalah), Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada,2004, cet 2
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta, PT Intermesa,2002), cet.2.
Karim, Adiwarman, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan,
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004
lxxxix
, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer,
Jakarta: Gema Insani Press, 2001, cet.I
Lathif, AH. Azharudin, M.Ag, Fiqih Muamalat ,UIN Jakarta Press,
2005,cet.I
Perwataatmadja,Drs.H.Karnaen dan Antonio Muhammad
Syafi’i,M.Ec, Apa dan bagaimana Bank Islam, PT. Dana Bhakti Yasa,
Yogyakarta, 1992, cet 3
Prof. Dr. Anshori Abdul Ghofur, SH, MH,Perbankan Syariah di
Indonesia, (PT. Raja Grafindo Persada,2003), cet 1.
Prof. DR. Syafe’i Rahmat, MA, Fiqih Muamalah,(Bandung : Pustaka
Setia,2004), cet.2.
Sabiq Sayyid, fiqih Sunnah (terjemahan) Oleh H. Kamluddin A Marzuki, (Bandung :
PT Al-ma’rif,1997), cet. Ke-7, jilid 13.
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, penerbit:
EKONISA, Yogyakarta,2003.
Umar, Drs. H.M.Hasbi, MA,Ph.D, Nalar Fiqih Kontemporer, Gaung
Persada Prees Jakarta, 2007,cet.I
Wirdyaningsih, SH.MH,et al, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2005, ed.I.Cet 2
Wiroso, SE, MBA, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005
Zulkifli Sunarto, Praktisi Transaksi Perbankan Syariah,( Jakarta : Zikrul Hakim :
2003).
xc
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Kapan ALIF mulai beroperasi ?
ALIF mulai beropersasi pada bulan februari tahun 2007.
2. Apa visi dan Misi ALIF ?
Visinya adalah Menjadi perusahaan pembiayaan syariah terkemuka di
Indonesia yang menawarkan produk dan jasa keuangan yang inovatif.
Sedangkan misinya adalah menjadi model perusahaan pembiayaan syariah di
Indonesia yang menekankan pada kepuasaan konsumen dan keuntungan bagi
pemegang saham.
3. Produk-produk apa saja yang ada di ALIF ?
a. Murabahah
Adalah kontrak jual beli barang sesuai harga asal yang ditambahkan dengan
keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa
perjanjian.
b. Ijarah
Adalah perjanjian antara perusahaan pembiayaan (muajjir) dengan konsumen
(mustajir) sebagai penyewa suatu barang milik perusahaan dan perusahaan
mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewakannya.
c. Ijarah Muntahia Bittamlik
Adalah perjanjian antara perusahaan pembiayaan (muajjir) dengan konsumen
sebagai penyewa (mustajir). Penyewa setuju akan membayar uang sewa selama
masa sewa yang diperjanjikan dan bila sewa berakhir, perusahaan (muajjir)
mempunyai hak opsi untuk memindahkan kepemilikan obyek sewa tersebut.
xci
4. Apa Tujuan dan objektif utama ALIF ?
a. Membangun Infrastruktur Perusahaan Tantangan awal perusahaan adalah membangun tim yang terdiri dari karyawan-karyawan handal, melatih
mereka dan mengembangka dan/ atau membangun kebijakan, prosedur, dan sistem yang mendukung kebutuhan
karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan efisien. Dengan begitu diharapkan perusahaan akan
mampu segera memulai bisnisnya dengan sistem kerja yang siap sedia pada pertengahan tahun pertama
beroperasi.
b. Membangun Nama dan Pengakuan terhadap Perusahaan Untuk sampai ke objektif ini, ALIF menghadapi tantangan untuk membangun pengakuan atas nama dan
keahlian ALIF. Ini melibatkan penetrasi pasar langsung kewilayah-wilayah tertentu di Indonesia. Seiring
pertumbuhan perusahaan, diperlukan usaha untuk menggabungkan keseluruhan area pasar yang di inginkan
perusahaan.
c. Membangun hubungan dengan institusi keuangan lainnya
Untuk melebarkan jangkauan pembiayaannya, ALIF akan mengoptimalkan
struktur permodalannya dan juga reputasi para pemegang sahamnya dalam
berpartner dengan penyandang dana dari luar negeri.
5. Siapa saja yang ikut berperan dalam mendirikan ALIF ?
Yang ikut berperan dalam mendirikan ALIF adalah Bank Muamalat
Indonesia, Bank Boubyan Kuwait, dan Internasional Leasing & Investment
Company ( ILIC ) Kuwait.
6. Bagaimana mekanisme yang dilakukan oleh PT. ALIF?
Dalam memberikan pembiayaan kepada mustajir, PT. ALIF harus seleksi
dalam memilih calon mustajir yang akan melakukan ijarah. Dengan demikian
prosedur PT. ALIF dalam penerimaan calon mustajir maupun dalam
pelaksanaan pembiayaan bertujuan agar kegiatan permodalan berlangsung
dengan baik. Selain itu, agar PT. ALIF tidak salah memilih mustajir sebagai
konsumennya, karena pembiayaan ini akan memupuk suatu kepercayaan dan
tidak menutup kemungkinan bahwa mustajir tidak akan mengembalikan
pembiayaan yang diberikan oleh PT. ALIF dan akan menimbulkan kredit
macet, hal tersebut akan yang menyebabkan suatu lembaga keuangan
xcii
mengalami kerugian atau terjadinya likuiditas. Untuk memperoleh keyakinan
tersebut sebelum memberikan pembiayaan, PT. ALIF harus melakukan
penilaian yang cermat dan benar terhadap watak, kemampuan, modal, prospek
usaha nasabah dan agunan.
7. Bagaimana prosedur penerimaan calon mustajir di PT.ALIF ?
Dalam permohonan pembiayaan PT. ALIF mensyaratkan kepada mustajir
memuat lampiran – lampiran sebagai berikut:
g. Gambaran umum usaha, yaitu calon musta’jir harus mendeskripsikan
profil perusahaannya, serta juga menjelaskan apa tujuan dari penggunaan
pembiayaan yang akan dilakukan.
h. Rencana atau prospek usaha, artinya calon musta’jir menjelaskan
bagaimana prospek usahanya kedepan nanti, yang nantinya akan dianalisis
oleh PT. ALIF untuk melihat apakah dimasa mendatang calon musta’jir
akan mampu membayar uang sewa yang telah ditetapkan PT. ALIF
dengan usaha yang dijalankannya.
i. Legalitas perusahaan, yang di dalamnya harus termuat antara lain Akte
pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, Surat Keterangan Domisili
Usaha, Surat Izin Usaha Perusahaan serta identitas lainnya.
j. Laporan keuangan dari calon mustajir periode 3 tahun terakhir,
maksudnya PT. ALIF akan melihat kondisi laporan keuangan calon
mustajir apakah layak untuk mendapatakan pembiayaan dari PT.ALIF atau
tidak.
k. Proyeksi cashflow, maksudnya untuk melihat sumber pengembalian
pembiayaan yang akan diberikan oleh calon mustajir kepada PT. ALIF.
l. Data jaminan, artinya calon mustajir harus dapat memberikan data
jaminan kepada PT.ALIF untuk memastikan bahwa calon mustajir akan
tetap membayar tarif sewa yang ditetapkan oleh PT.ALIF.
8. Bagaimana Prosedur Pembiayaan yang dilakukan oleh PT.ALIF ?
xciii
Dalam hal ini PT. ALIF berkenaan dengan pinjaman/pembiayaan (pembiayaan
ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik) yang di dukung oleh surat pengakuan
hutang atau hutang lainnya yang ditandatangani oleh Debitur. Bagian umum
dan administrasi membukukan pinjaman/pembiayaan setelah menerima
pesetujuan tertulis seperti yang digariskan pada kebijaksanaan pembiayaan.
Catatan pembiayaan (TTUN/Tanda Terima Uang Nasabah, Promes Non
Interes Bearing) dan dokumen pinjaman/pembiayaan lainnya disiapkan dalam
keadaan bagaimanapun juga transaksi pinjaman/pembiayaan tidak boleh
dibukukan sebelum persetujuan tertulis untuk dasar menyiapkan Kartu
Pinjaman/Pembiayaan adalah copy Halfsheet (NPP/Nota Persetujuan
Pembukuan) yang telah disahkan sebagaimana disyaratkan dalam
Kebijaksanaan Pembiayaan. Paraf pada Catatan Pembiayaan ( Surat Promes
Non Interest Bearing, TTUN) dan dokumen – dokumen lain yang mungkin
ditunjukkan di depan pengadilan sebagai bukti sah (legal evidence) dari
adanya pemberian pinjaman/pembiayaan, wajib dilakukan dengan
menggunakan pensil terlebih dahulu.
9. Bagaimana Kebijakan pembiayaan pada PT. Al Ijarah Indonesia Finance
?
Kebijakan pembiayaan yang diterapkan pada PT. ALIF yaitu sebagai berikut:
a. Dalam menentukan pembiayaan terhadap mustajir, PT.ALIF mempunyai
klasifikasi dengan 2 metode yaitu :
1) Ijarah
PT.ALIF melakukan pembiayaan terhadap mustajir dengan membeli
barang sewa kemudian di sewakan kepada mustajir. Dengan masa
angsuran yang telah ditetapkan pada kesepakatan bersama yang
disertai dengan analisis yang telah dilakukan oleh Account Manager
pada PT. ALIF.
2) Ijarah Muntahiya Bit tamlik
Finance Lease proses pembiayaan yang dilakukan oleh PT.ALIF
dengan memberikan pembiayaan kepada mustajir yang pada akhir
xciv
periode mustajir mendapatkan hak opsi bahkan pada akhir periode
mustajir diharuskan untuk membeli barang sewa sebesar sisa cicilan
sewa.
b. Ijarah yang dalam bahasa konvensionalnya yaitu Leasing atau sewa guna
usaha, perusahaan atau lembaga yang bergerak dalam bidang pembiayaan
tersebut lebih menganut pada asas ekonomi karena dalam leasing
mempunyai barang yang disewakan, barang sewa tersebut mempunyai
masa atau umur ekonomis. Barang sewa tersebut harus di depresiasikan
atau disusutkan, oleh sebab itu metode penyusutan merupakan asas
ekonomi. Besarnya biaya penyusutan aktiva ijarah/ ijarah muntahiya bit
tamlik yang dilakukan pada PT.ALIF dihitung selama masa akad
pembiayaan.
c. Pendapatan PT. ALIF diakui secara pendekatan dasar kas (cash basis).
d. Setiap perusahaan wajib untuk melaporkan laporan keuangannya untuk
mengukur kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan PT.ALIF adalah
sebulan sekali. PT.ALIF melaporkan laporan keuangannya tiap bulan
kepada Departemen Keuangan dan BAPEPAM dan di setujui oleh Bank
Indonesia.
10. Tindakan yang diberikan oleh pihak ALIF apabila terjadi wanprestasi
terhadap nasabah ?
Tindakan yang dilakukan oleh pihak ALIF terhadap nasabah yang melakukan
wanprestasi dilakukan dengan 3 cara yaitu: apabila nasabah tidak
melaksanakan kewajibannya, pihak ALIF akan menegur secara baik-baik dan
memberikan surat peringatan pertama. Dan apabila nasabah belum juga
melaksanakan kewajibannya yang kedua maka pihak ALIF akan menegur
secara baik-baik dan memberikan surat peringatan kedua. Serta jika nasabah
belum juga melaksanakan kewajibannya maka pihak ALIF secara tegas
memberikan surat peringatan ketiga disertai surat peringatan yang berisi bahwa
pihak ALIF akan melakukan eksekusi terhadap agunan/jaminan kemudian akan
melelang agunan/jaminan yang diberikan oleh nasabah.
xcv
. )/ll~g CX6 !CJt It p_ /fa.. fl./!39-t. . ICI'\J~IOmn~ lu~~uu E 'VItY 1 o 1 1.2/18946 1'11ti" href="https://vdocuments.net/it-440-ejc-llg-cx6-cjt-it-p-fa-fl39-t-icijiomn.html">It - RIDpis.rid.go.th/systemwork/chanburi/rsource/r1000010331093759.pdf · 44~0 (E_"[JC/>. )/ll~g CX6 !CJt It p_ /fa.. fl./!39-t. . ICI'\J~IOmn~ lu~~uu E 'VItY 1 o 1 1.2/18946 1'11ti