tinjauan hukum islam terhadap praktik akad sewa … · 2019. 9. 26. · tinjauan hukum islam...
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD
SEWA MENYEWA MOBIL HARDTOP
(Studi Kasus Pasar Tumpang Malang)
SKRIPSI
Oleh :
Moch. Hadi Khusnul Yakin
NIM. C02212026
Universitas Islam Negeri SunanAmpel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2019
ii
iii
iv
xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiii
ABSTRAK
Skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Sewa Menyewa Mobil Hardtop (Studi Kasus Pasar Tumpang Malang), penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan, 1) Bagaimana praktik akad sewa menyewa mobil hardtop di pasar tumpang malang? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad sewa menyewa mobil hardtop di pasar tumpang malang?
Jenis Penelitian adalah Penelitian lapangan (Field research) dengan menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena tentang data yang diperoleh, yaitu tentang praktik akad sewa menyewa hartop di pasar tumpang malang. Kemudian dianalisis dengan menggunakan pola pikir Induktif, yakni dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan setelah itu dihubungkan dengan teori akad, dan teori ijarah. Di mana setelah pihak yang menyewakan membuat akad dengan pihak yang menyewa kemudian setelah itu pihak yang menyewakan meminta tambahan biaya yang telah di setjui keduanya dengan tmbahan yang di lakukan secara sepihak dan tanpa sepengetahuan sebelumnya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, praktik akad sewa menyewa hartop kurang memenuhi rukun dan syarat ijarah, karena dalam praktiknya tambahan biaya yang dilakukan oleh pihak yang menyewakan membuat pihak penyewa kurang rela dengan adanya tambahan biaya dan merasa terpaksa untuk membayar dengan biaya yang lebih dari yang telah disebutkan pada akad yang disebutkan di awal. Bagaimana juga kerelaan dan tidak adanya paksaan merupakan suatu hal untuk mencapai akad yang sah sesuai dengan hukum Islam. Selain itu pihak yang menyewakan juga melanggar perjanjian biaya yang telah disepakati di awal akad, menurut hukum islam akad tersebut rusak/ fasid atau bisa di katakana batal.
Dari kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran kepada pihak yang menyewakan dimohon untuk tidak melakukan penambahan biaya di luar dari biaya yang telah disebutkan pada awal akad/ kesepakatan antara kedua belah pihak meskipun sudah biasa dilakukan, Kepada pihak yang menyewa hendaknya lebih berhati hati dan menanyaka apa ada biaya lain selain yang disebutkan di awal akad, sehingga tidak ada pihak yang saling dirugikan atau merasa terpaksa agar terhindar dari perselisihan yang timbul di kemudian hari.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM……. ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN….. ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…. .......................................................................... iii
PENGESAHAN................. ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................... v
MOTTO ......................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. viii
DAFTAR TRANSLITERASI ...................................................................................... x
ABSTRAK ..................................................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah .................................................. 9
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................ 12
G. Definisi Operasional....................................................................... 13
H. Metode Penelitian .......................................................................... 13
I. Sistematika Pembahasan ............................................................... 17
BAB II: TEORI AKAD dan IJA>RAH DALAM ISlAM .....................................
A. Teori akad ...................................................................................... 18
1. Pengertian akad ....................................................................... 18
2. Dasar Hukum akad ................................................................... 21
3. Rukun akad ............................................................................. 22
4. Syarat akad .............................................................................. 25
5. Pembagian akad ...................................................................... 27
6. Berakhirnya akad .................................................................... 28
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
B. Teori Ija<rah ................................................................................. 30
1. Pengertian Ija<rah ................................................................... 30
2. Dasar hukum ........................................................................... 33
3. Rukun dan syarat Ija<rah ....................................................... 36
4. Macam-macam Ija<rah… ....................................................... 39
BAB III: PRAKTIK AKAD SEWA MENYEWA MOBIL HARDTOP DI PASAR
TUMPANG MALANG…… ......................................................................................
A. Letak geografis .............................................................................. 44
B. Latar Belakang Berdirinya Persewaan Mobil Hardtop di
Pasar Tumpang Malang................................................................. 46
C. Praktik Akad Sewa-Senyewa Mobil Hardtop di
Pasar Tumpang Malang…………………………………………. 47
BAB IV: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD
SEWA MENYEWA MOBIL HARDTOP DI PASAR TUMPANG MALANG.. ...
A. Tinjauan terhadap praktik akad sewa menyewa mobil hardtop di pasar tumpang malang……………………………………………. 58
B. Tinjauan hukum islam terhadap praktik akad sewa menyewa hardtop di pasar tumpang malang……………………………… 61
BAB V: PENUTUP .......................................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................... 70
B. Saran .............................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang bersifat universal dan berlaku sepanjang
zaman. Keabadian Islam dan kekuatan Islam tersebut telah terbukti sepanjang
sejarah, dimana setiap kurun waktu dan perkembangan peradapan manusia
senantiasa dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-Qur’an sebagai
landasannya. Keuniversalan konsep Islam merupakan jawaban terhadap
keterbatasan manusia dalam berfikir.1
Islam juga agama yang lengkap dan sempurna dengan meletakkan kaidah-
kaidah dasar dan aturan dalam semua sisi kehidupan manusia, baik dalam ibadah
maupun muamalah (hubungan antar makhluk). Setiap orang membutuhkan
interaksi dengan orang lain untuk saling menutupi kebutuhan dan tolong-
menolong di antara mereka.
Manusia diciptakan dalam keadaan saling membutuhkan dan saling
melengkapi, tidak mungkin bagi siapapun untuk memenuhi seluruh kebutuhannya
dengan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.2
1 Muhammad Sholikhul Hadi, Pegadaian Syari’ah( Jakarta:Selemba Diniyah, 2003), 2. 2 Muhammad Arifin bin Badri Sifat Perniagaan Nabi ; Panduan Praktis Fiqih Perniagaan Islam, (Bogor: Darul Ilmi Publising, 2012), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Menurut Ahmad Azhar Basyir, disadari atau tidak untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya, manusia selalu berhubungan satu sama lain. Menurutnya
hubungan manusia sebagai makhluk sosial ini dalam Islam disebut mua>malah.3
Setiap manusia juga mempunyai kepentingan baik secara individu
maupun secara bersama sama untuk memperjuangkan suatu tujuan dalam
mendirikan serikat usaha. Adakalanya manusia itu yang memiliki kelebihan harta
namun tidak memiliki waktu dan keahlian dalam mengelola dan
mengembangkannya. Disisi lain ada yang memiliki skill kemampuan namun tidak
memiliki modal. Manusia juga menerima andil dan perannya kepada orang lain,
saling bermuamalah yaitu hubungan antara sesama manusia yang berkaitan
dengan harta dan kebutuhannya.
Salah satu dari ajaran Islam diantaranya adalah syariah. Syariah
merupakan segala apa yang telah di gariskan atau ditetapkan oleh allah dalam
ajaran agama unruk mengatur hidup hamba hambanya, berarti mengatur aspek
kehidupan manusia baik berupa aspek ibadah,politik, sosial, ekonomi, dan
sebagainya. Sebagai mana firman allah dalam QS. An-nahl ayat 89 :
ن عليهم شهيدا أمة كل في نـبـعث ويـوم نا ◌ أنفسهم م اب الكت عليك ونـزلنا ◌ ؤلاء ه على شهيدا بك وجئـ Mيا للمسلمين وبشرى ورحمة وهدى شيء لكل تبـ
3 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Muamalat(Yogyakarta: UII Press, 2000), 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Artinya: (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap
umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.4
Menjalankan suatu usaha, objek mua>malah dalam islam mempunyai
bidang yang sangat luas, sehingga al-quran dan as-sunnah secara mayoritas lebih
banyak berhubungan dalam bentuk global dan umum saja. Hal ini menunjukkan
bahwa islam memberikan peluang bagi manusia untuk melakukan inovasi
terhadap berbagai bentuk mua>malah yang di butuhkan dalam kehidupan mereka,
dengna syarat bahwa bentuk mua>malah itu tidak keluar dari prinsip prinsip yang
ditentukan oleh Islam
Dalam ajaran Islam terdapat dua dimensi hubungan yang harus dipelihara,
yaitu hubungan manusia dengan Tuhan yang lebih bersifat perorangan, seperti
salat, zakat, puasa, haji ataupun dalam bentuk hubungan manusia dengan manusia
lainnya atau benda yang ada di sekitarnya mua>malah yang bersifat kesejahteraan
ekonomi umat, seperti jual-beli, ija>rah, utang-piutang, sewa-menyewa dan lain
sebagainya.
Kajian hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, sebagai
terjemahan dari al-Fiqh al-Islamy, istilah ini dalam wacana ahli hukum barat
4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya: Dana Karya, 2007),
215.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
digunakan istilah Islamic Law. Dalam Al-Qur’an maupun Sunnah, istilah hukum
Islam tidak dijumpai, yang digunakan adalah kata syariah yang dalam
penjabarannya kemudian lahir istilah Fiqh. Dalam penjelasan hukum Islam dari
literature barat, menurut Joseph Schacht dalam bukunya: An Introduction to
Islamic Law yaitu: keseluruhan khitab Allah yang mengatur kehidupan seorang
muslim dari segala aspeknya.5
Kegiatan mua>malah merupakan kegiatan-kegiatan yang menyangkut
hubungan antar manusia. Kegiatan ini sama halnya dengan transaksi,
sebagaimana mua>malah transaksi juga banyak macamnya salah satunya yaitu
sewa-menyewa. Adapun sistem sewa-menyewa dalam al-Qur’an dan al-Hadist
telah diatur dan diperluas penjelasannya lebih rinci dalam al-Hadist. Dengan
adanya dalil-dalil tersebut, maka sudah sepatutnya manusia mematuhi aturan-
aturan yang telah ditetapkan di dalamnya.
Kata muamalah berasal dari bahasa arab berasal dari kata mua>malah, yang
secara etimologi kata ini menggambarkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan
masing-masing.6
Adapun juga dalam hal subyek mua>malah yaitu manusia sebagai makhluk
social yang merupakan fitrah yang ditetapka oleh allah SWT bagi mereka. Suatu
5 Mardani, Ushul Fiqh(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2013), 30-31. 6 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah(Gaya Media Pratama: Jakarta, 2007), 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
hal yang paling mendasar dalam memenuhi kebutuhan seseorang manusia adalah
adanya interaksi social dengan manusia lain. Dalam kaitan ini, Islam dating
dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang mengatur secara baik persoalan yang
dilalui oleh setiap manusia dalam kehidupan sosial mereka.
Perkembangan jenis dan bentuk mua>malah yang dilaksanakan oleh
manusia sejak dahulu sampai sekarang sejalan dengan perkembangan kebutuhan
dan pengetahuan manusia itu sendiri. Atas dasar itu, dijumpai dalam berbagai
jenis dan bentuk mua>malah yang beragam, yang pada dasarnya saling melakukan
interaksi sosial dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.
Dalam ber-mua>malah manusia telah diberi keleluasaan untuk
menjalankannya. Namun, keleluasaan itu bukan berarti semua cara dapat di
kerjakan. Untuk menjamin keselarasan dan keharmonisan antara sesama di
butuhkan adanya kerelaan dalam bermuamalah. Dalam konsep islam muamalah
merupakan cerminan nilai di bidang muamalat, hokum muamalah bersumber dari
al quran, sunnah rasul dan ra’yu atau ijtihad.7 Sebagaimana di jelaskan dalam
QS.An-nisa ayat 29:
نكم Vلباطل إلا أن تكون تجارة عن تـراض منكم ] أيـها الذين آمنوا لا Wكلوا أموالكم بـيـ ولا تـقتـلوا أنـفسكم إن ا[ كان بكم رحيما
7 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Muamalat(Yogyakarta: UII Press, 2000), 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janagnlah kalian memakan harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang kepada kalian.8
Ada beberapa bentuk mua>malah, antara lain jual beli, sewa menyewa,
kerjasama dagang, utang piutang, dan lain sebagainya. Salah satu bentuk kegiatan
manusia dalam lapangan mua>malah adalah jual beli atau tukar menukar. Menurut
fiqih mua>malah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditentukan dalam literatur fiqih Islam. Kegiatan bermuamalah
senantiasa mengikuti arus perkembangan zaman. Perkembangan teknologi dan
informasi serta kebutuhan manusia yang semakin meningkat menjadikan banyak
peluang untuk membuka usaha baik dalam aspek kebendaan maupun jasa. Akad-
akad yang dikenal sejak zaman Rasulullah saw pun semakin berkembang bentuk
pengaplikasiannya. Hal-hal yang dijadikan sebagai objek akad juga semakin
beragam.
Di dalam melakukan kegiatan sosial (muāmalah), Islam memiliki prinsip-
prinsip muāmalah. Karya yang ditulis oleh Mardani, di dalam bukunya yang
berjudul Fiqh Ekonomi Syariah menyebutkan bahwa terdapat sebelas prinsip-
prinsip mua>malah prinsip halal, prinsip maslahah, prinsip kebebasan berinteraksi,
prinsip kerjasama, prinsip membayar zakat, prinsip keadilan, prinsip amanah,
8 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya: Dana Karya, 2007),
105.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
prinsip komitmen terhadap al-akhlāq al-karīmah, dan prinsip terhindar dari jual
beli dan investasi yang dilarang.9
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam mua>malah adalah ija>rah.
Menurut bahasa ija>rah berarti upah, ganti atau imbalan, dalam istilah umum
dinamakan sewa-menyewa, oleh karena itu ijarah mempunyai pengertian umum
meliputi upah atau imbalan atas pemanfaatan barang atau suatu kegiatan.10
Pengertian ija>rah dalam buku karangan Muhammad, ija>rah atau sewa
adalah memberi penyewa kesempatan dari barang sewaan untuk jangka waktu
tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama.11
Dalam Surat Al-qashas ayat 26:
القوي استأجرت من خير إن ◌ استأجره أبت ] إحداهما قالت
Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".12
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sewa menyewa adalah
suatu perjanjian atau kesepakatan di mana penyewa harus membayarkan atau
9 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 7. 10 Helmi Karim, fiqh muamalah (Rajawali Press: Jakarta, 1993), 9. 11 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah(Yogyakarta : UII Press, 2000), 34. 12 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Dana Karya,
2007), 188.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
memberikan imbalan atas manfaat dari benda atau barang yang dimiliki oleh
pemilik barang yang dipinjamkan.
Sewa ija>rah berasal dari kata al-ajru yang artinya ganti, upah atau menjual
manfaat. Transaksi sewa ija>rah identik dengan jual beli, tetapi dalam sewa ija>rah
pemilikan dibatasi dengan waktu. Secara istilah syariah, menurut ulama fikih,
antara lain disebutkan oleh Al-Jazair, sewa ija>rah dalam akad terhadap manfaat
untuk masa tertentu dengan harga tertentu. Menurut Sabiq sewa adalah suatu
jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.13
Ija>rah, baik dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk upah-
mengupah, merupakan bentuk muamalah yang dibenarkan. Diantara sekian
banyak jasa transportasi yang ditawarkan di daerah Malang, transportasi hartop
merupakan usaha jasa yang saat ini banyak di minati pengunjung untuk
mempermudah akses menuju Ranupani.
Latar belakang terjadinya praktik sewa-menyewa mobil hartop di pasar
tumpang Malang ini meliputi beberapa pihak diantaranya yaitu pemilik hartop
dengan penyewa hartop (wisatawan dan pendaki) yang bertujuan ke-arah
Ranupani. Dari penyewaan tersebut terdapat hal yang tidak sewanajarnya dari
penyewaan mobil seperti biasanya. Awalnya pemilik hartop menyewakan mobilnya
dengan perjanjian awal seharga Rp.650.000 satu hartop untuk sekali berangkat
yang maksimal di gunakan untuk 12 orang, pada waktu sampai di lokasi Ranupani
13 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik Dan Kontemporer(Bogor:Ghalia Indonesia, 2012), hal. 185.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
tersebut pemilik hartop meminta tambahan biaya Rp.10.000 / orang, dari sini kami
penulis berpendapat bahwa ada ketidak-sesuaian akad yang awal atau adanya
penambahan biaya, yang mana biaya tersebut tidak diketahui untuk apa oleh
penyewa. Dari masalah tersebut penulis tertarik untuk membahas sebagai skripsi
yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Sewa Menyewa
Mobil Hardtop (Studi Kasus Pasar Tumpang Malang)”.
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang ada di atas maka dapat diangkat sebuah penelitian
dari banyaknya masalah antara penyewa dan pengguna jasa transportasi
(Hardtop), antara lain:
1. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya praktik akad sewa hardtop di pasar
Tumpang Malang.
2. Praktik akad sewa menyewa hardtop di pasar Tumpang Malang.
3. Manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari praktik akad sewa menyewa
hardtop di pasar Tumpang Malang.
4. Pandangan hukum Islam dalam praktik akad sewa menyewa hardtop di pasar
Tumpang Malang.
Agar permasalahan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapkan, maka
masalah penelitian dibatasi masalah berikut:
1. Praktik akad sewa menyewa hardtop di pasar Tumpang Malang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
2. Tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad sewa menyewa hardtop di pasar
Tumpang Malang.
C. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, timbullah suatu permasalahan yang
menjadi perhatian peneliti yaitu:
1. Bagaimana praktik akad sewa menyewa mobil hartop di pasar Tumpang
Malang?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad sewa menyewa mobil
hartop di pasar Tumpang malang?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran yang
berhubungan dengan topik yang akan diteliti dengan peneliti yang sejenis yang
pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya sehingga tidak ada pengulangan
kembali.
Dalam penelusuran awal sampai saat ini penulis belum menemukan
penelitian atau tulisan yang secara spesifik mengkaji tentang tinjauan hukum
Islam terhadap praktik sewa-menyewa tersebut.
1. Skripsi saudari Ari Rachmawati yang berjudul “Analisis hukum Islam terhadap
praktek usaha persewaan mobil di Dusun Buaran Keboguyang Kecamatan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Jabon Kabupaten Sidoarjo”, skripsi ini membahas tentang sewa mobil, tetapi
tidak dijelaskan kapan berakhirnya akad tersebut.14
2. Skripsi saudara Mohammad Rofiuddin yang berjudul “Analisis Hukum Islam
Terhadap Pemberian Uang Muka Persewaan Mobil Marem Jaya
Transportation Di Desa Keboharan Krian Sidoarjo”. skripsi tersebut
menjelaskan tentang mobil. Hasil dari penelitian mengandung pemaksaan dan
mengandung ghoror.15
3. Skripsi saudara Achmad Fatchul Bari yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Penetapan Perpanjangan Sewa Menyewa Secara Sepihak Dari Pihak
Rental Di Rental Mobil Semut Jalan Stasiun Kota Surabaya” hasil dari skripsi
tersebut dalam akad sewa menyewa tidak sah karena terjadi transaksi diluar
akad perjanjian.16
Dari beberapa skripsi yang sudah dipaparkan di atas sangatlah jelas
bahwa dalam penelitian ini pembahasannya berbeda dengan skripsi
sebelumnya. Selain karena perbedaan pada objeknya, penelitian ini juga titik
14 Ari Rachmawati, “Analisis hukum Islam terhadap praktek usaha persewaan mobil di Dusun Buaran
Keboguyang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012). 15 Mohammad Rofiuddin, “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Uang Muka Persewaan Mobil
Marem Jaya Transportation Di Desa Keboharan Krian Sidoarjo” (Skripsi-UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2015). 16 Achmad Fatchul Bari, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Perpanjangan Sewa Menyewa
Secara Sepihak Dari Pihak Rental Di Rental Mobil Semut Jalan Stasiun Kota Surabaya” (Skripsi-UIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2016).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
penekanannya terletak pada penambahan biaya yang tidak dijelaskan dalam
akad awal.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang peneliti lakukan ini adalah:
1. Untuk mengetahui praktik akad sewa menyewa hardtop di pasar Tumpang
Malang.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap praktik akad sewa menyewa
hardtop di pasar Tumpang Malang.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat bermanfaat dan berguna
bagi peneliti maupun pembaca lain diantaranya:
Secara teoretis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khusunya ilmu
Hukum Ekonomi Syariah (mua>malah).
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dan
manfaat bagi:
1. Peneliti
Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan
gelar S-1 dan juga diharapkan menjadi penambah wawasan keilmuan
khususnya dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
2. Akademisi
Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa
sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
Hukum Ekonomi Syariah.
3. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan pemahaman yang lebih
mendalam kepada masyarakat dalam melakukan berbagai macam kegiatan
ekonomi yang sesuai dengan syariat Islam.
G. Definisi Operasional
1. Hukum Islam adalah hukum atau ketentuan-ketentuan yang dihasilkan dari
ijtihad para Imam madzhab atau ahli fiqih yang bersumber dari al-Qur'an dan
As-Sunnah sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab fiqih ija>rah berarti upah,
ganti atau imbalan, dalam istilah umum dinamakan sewa-menyewa, oleh
karena itu ija>rah mempunyai pengertian umum meliputi upah atau imbalan
atas pemanfaatan barang atau suatu kegiatan.
2. Praktik akad Sewa hardtop ini terjadi pasar tumpang malang yang di gunkan
para wisatawan atau pendaki yang melanjutkan perjalan ke arah ranupani yang
berjarak tempuh sekitar 2 jam dari pasar tumpang malang.
H. Metode Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Adapun langkah-langkah atau tahapan-tahapan dalam menyelesaikan
penelitian ini meliputi metode sebagai berikut:
1. Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
a. Data yang berhubungan dengan latar belakang terjadinya akad sewa
menyewa mobil hardtop di Pasar Tumpang Malang.
b. Praktik akad sewa-menyewa dan penentuan harga sewa menyewa.
2. Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data
primer dan data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber pertama di mana sebuah data
dihasilkan, yaitu sumber yang terkait secara langsung.17
Sumber data primer dalam penilitian ini adalah :
1) 5 pemilik hartop
2) 10 wisatawan ataupun pendaki.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan yang bersifat
membantu atau menunjang dalam melengkapi serta memperkuat data.
17 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Memberikan penjelasan mengenai sumber data primer, berupa buku daftar
pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian.18
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang kongkrit, peneliti menggunakan tiga metode
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan
langsung atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki
baik secara langsung maupun tidak langsung.19
Agar memperoleh data yang objektif dan valid. Dalam hal ini, yang diobservasi
oleh peneliti adalah akad sewa menyewa hartop di Pasar Tumpang Malang.
b. Wawancara
Yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan
dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung
informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Dalam penelitian ini keterangan
diperoleh langsung dari para wisatawan ataupun pendaki dengan pemilik hartop.
c. Studi Dokumen
18 Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 143. 19 Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach (Yogyakarta: FT UGM, 1988), 136.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
Teknik pengumpulan data yang diambil dari sejumlah besar fakta dan data
yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.20 Meliputi foto dan
hasil catatan wawancara kepada pihak terkait
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketepatan data
tersebut.21 Dalam hal ini yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh dari
transaksi akad sewa menyewa.
b. Organizing
Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.22
5. Teknik Analisis Data
Teknik yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Deskriptif: yaitu dengan menggambarkan karakteristik suatu objek, disini
objek yang dimaksud adalah akad sewa menyewa hartop di Pasar Tumpang
Malang, yang kemudian dianalisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
20 Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Renika Ilmu, 2004), 39. 21 Ibid., 97. 22 Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 89.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
b. Deduktif: yaitu dengan mengungkapkan beberapa dalil yang berhubungan
dengan akad sewa menyewa yang kemudian dikaji berdasarkan hukum Islam.
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis agar mempermudah
pembahasan dalam penelitian ini, adapun sistematika pembahasannya sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua Merupakan kerangka teoretis atau landasan teori yang
mendasari penelitian. Dalam hal ini mencakup pengertian sewa-menyewa, dasar
hukum sewa-menyewa, syarat dan rukun sewa-menyewa menurut Hukum Islam.
Bab ketiga praktik akad sewa menyewa mobil hardtop di Pasar Tumpang
Malang, bab ini menjelaskan latar belakang akad sewa menyewa hartop di Pasar
Tumpang Malang, dan proses terjadinya praktik akad sewa menyewa mobil hartop
di Pasar Tumpang Malang.
Bab keempat ini membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap hukum
sewa-menyewa, yang pertama teoretis dan analisis latar belakang praktik akad
sewa menyewa mobil hartop di Pasar Tumpang Malang dan yang kedua yaitu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
analisis hukum islam terhadap praktik akad sewa menyewa mobil hartop di Pasar
Tumpang Malang.
Bab kelima merupakan penutup yang memuat hasil akhir dari penelitian
yaitu berupa kesimpulan yang menjawab rumusan masalah serta memberikan
saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
BAB II
TEORI AKAD dan IJARAH DALAM ISLAM
A. Teori Akad
1. Pengertian Akad
Dalam menjelaskan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah masalah
akad (perjanjian). Akad sebagai salah satu cara untuk memperoleh harta dalam
syariat Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akad
merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya. Secara bahasa
akad adalah ikatan antara dua hal, baik ikatan secara nyata maupun ikatan
secara maknawi, dari segi maupun dari dua segi.1
Sebagai mana di jelaskan dalam al qur’an al maidah ayat 1 dan ali imron
ayat 76 di bawah ini :
◌ Vلعقود اوفـوا منـواا الذين ]يـها
Artinya: wahai orang-orang beriman penuhilah janji-janji.2
1 Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah(Surabaya: UIN SA Press: 2014), 5.
2 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya: Dana Karya, 2007), 105.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
لمتقين ٱ يحب [ ٱ فإن تـقى ٱو ۦبعهده أوفى من بـلى
Arinya: (Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.3
Istilah ‘ahdu dalam Al quran mengacu kepada pernyataan seseorang
untuk mengerjakaan sesuatu atau untuk tidak mengerjakan sesuatu dan tidak
ada sangkut pautnya dengan orang lain. Perjanjian yang dibuat seseorang tidak
memerlukan persetujuan pihak lain baik setuju maupun tidak, tidak
berpengaruh kepada janji yang dibuat oleh orang tersebut, seperti yang
dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 76 bahwa janji tetap mengikat orang yang
membuatnya4
Dalam istilah fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi
tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti
wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual
beli, sewa, wakalah, dan gadai. Sedangkan menurut ahli hukum Islam, akad
dapat diartikan secara umum dan khusus.5
3 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya: Dana Karya, 2007), 59.
4 Ismail Nawawi,Fiqh Muamalah(Jakarta : Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 31. 5 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 35.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yang dimaksud dengan
akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.6
Menurut al-jurjani, bertitik tolak pada kata ‘aqd atau ‘uqudah yang
berarti simpul atau buhul seperti yang terdapat pada benang atau tali, maka
terjadilah perluasan pemakaian kata ‘aqd pada semua yang dapat diikat atau di
kukuhkan. Oleh karena itu menanamkan ikatan syari antara satu manusia
dengan manusia yang lainnya dalam rangka kegiatan usaha seperti jual
beli,sewa menyewa ataupun yang lainnya.7
Sementara dalam arti khusus diartikan sebagai perikatan yang
ditetapkan dengan i>ja>b qabu>l berdasarkan ketentuan sy>ara’ yang
berdampak pada objeknya atau menghubungkan ucapan salah seorang yang
berakad dengan lainnya sesuai sy>ara’ dan berdampak pada objeknya. Contoh
i>ja>b adalah pernyataan seorang penjual, “Saya telah menjual barang ini
kepadamu.” Atau “Saya serahkan barang ini kepadamu.” Contoh qabu>l
adalah,” Saya beli barangmu.” Atau “Saya terima barangmu.”8
6 Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009), 15.
7 Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah(Surabaya: UIN SA Press: 2014), 5.
8 H. Rachmat Syafe’i, M.A, Fiqih Muamalah(Bandung: Pustaka Setia: 2001), 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Dengan demikian, i>ja>b-qabu>l adalah suatu perbuatan atau pernyataan
untuk menunjukkan suatu keridaan dalam berakad di antara dua orang atau lebih,
sehingga terhindar atau keluar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan sy>ara’.
Oleh karena itu, dalam Islam tidak semua bentuk kesepakatan atau perjanjian dapat
dikategorikan sebagai akad, terutama kesepakatan yang tidak didasarkan pada
keridaan dan sy>ari’at Islam.9
2. Dasar Hukum Akad
Pada dasarnya hukum mua>malah seperti halnya dengan jual beli, a>riyah,
gadai dan lain-lain adalah halal dan diperbolehkan sebagaimana asal hukum
sesuatu yang ada di bumi itu halal dan dibolehkan kecuali ada dalil yang
melarangnya. Ini adalah pendapat jumhur ulama, madzhab Maliki, madzhab
Syafi’i, madzhab Hambali dan sebagaian besar ulam madzhab Hanafi. Bahkan
Ibnu Rajab r.a mengatakan sebagian ulma mengatakan ini adalah kesepakatan para
ulama. Berikut ini merupakan dalil kaidah dalam hal muamalah dan akad :
Dalil Umum Firman Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat 29 :
يعا الأرض في ما لكم لق خ الذي هو جم
9 Ibid., 45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Artinya: “Dialah (Allah) yang menciptakan semua apa yang ada di muka bumi ini untuk kalian”10.
Dalil Khusus Firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 1 :
Vلعقود أوفوا آمنوا الذين أيـها ]
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.11
Ayat ini mencakup semua akad perjanjian, baik itu perjanjian manusia kepada
Allah atau sesama makhluknya. Allah memerintahkan agar manusia memenuhi akad-
akad itu semuanya, dan ini menunjukkan bahwa pada dasarnya hukum muamalah dan
akad adalah boleh dan halal. Seandainya akad-akad itu hukumnya haram, pasti Allah
tidak akan memerintahkan manusia untuk memenuhinya. Dan juga terdapat firman
Allah swt yang lainnya dalam surat al-Baqarah ayat 275 :
الرV وحرم البـيع ا[ وأحل
Artinya : “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.12
10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya (Surabaya: Dana Karya, 2007),5.
11 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya: Dana Karya, 2007), 106.
12 Ibid., 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Dalam ayat tersebut, Allah swt menghalalkan berbagai macam jual beli karena
didalamnya ada maslahat manusia secara umum, dan mengharamkan riba karena
terdapat kezhaliman, dan makan harta orang lain dengan cara batil. Ini menunjukkan
bahwa asal hukum mua>malah dan akad adalah halal dan dibolehkan selagi tidak ada
kezhaliman dialamnya dan dan makan harta orang lain dengan cara batil.
3. Rukun dan Syarat Akad
Suatu akad baru terbentuk bila terpenuhi rukun (unsur) nya. Adapun unsur akad
yaitu sebagai berikut:
1. Para pihak yang membuat akad (‘aqiday>n).
para pihak yang membuat atau disebut juga dengan subjek akad (Subjek
hukum). Subjek akad, dapat berbentuk orang perorang dan dapat juga dalam
bentuk badan hukum.
Adapun syarat subjek akad tersebut, yaitu:
a. Seseorang yang mukallaf, yaitu orang yang telah memiliki kedudukan
tertentu sehingga dia dibebani kewajiban-kewajiban tertentu. Patokan atau
baligh, yaitu telah mencapai umur tertentu sesuai ketentuan undang-undang,
atau ditandai dengan datangnya tanda-tanda kedewasaan, seperti menstruasi
pada wanita dan perubahan suara dan mimpi pada pria dan yang ukuran
kedua adalah a>qil yaitu tidak cacat akal pikiran. Keguanaan dari penentuan
mukallaf ini adalah sebagai dasar pembebanan kewajiban.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
b. Badan hukum. Yang dimaksud dengan badan hukum suatu persekutuan
(sya>rikah) yang dibentuk berdasrkan hukum dan memiliki tanggung jawab
kehartaan yang terpisah dari pendirinya.13
2. Pernyataan kehendak para pihak (shi>ghat ‘aqd).
Shighat akad atau ijab qabul (serah terima), yaitu perkataan yang
menunjukkan kepada kedua belah pihak.
Syarat shi>ghat ‘aqd diantaranya, yaitu:
a. Ja>la>’u>l ma>‘na>(dinyatakan dengan ungkapan yang jelas dan pasti
maknanya), sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.
b. Tawa>fuq ( persesuian antara ijab dan kabul).
c. Jazmul ‘iradataini ( ijab dan kabul mencerminkan kehendak masing-masing
pihak secara pasti, mantap) tidak menunjukka adanya unsur keraguan dan
paksaan.
d. Itt>ishad al-Kabul bil-hijab, di mana kedua pihak dapat hadir dalam satu
majelis.14
3. Objek akad (maha>llul ‘aqd).
Syarat objek akad, yaitu:
a. Halal menurut sy>ara’
b. Bermanfaat (bukan merusak atau digunakan untuk merusak)
13 Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam, 147.
14 Ibid,. 147.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
c. Dimiliki sendiri atau atas kuasa pemilik
d. Dapat diserahterimakan (benda dalam kekuasaan)
e. Dengan harga jelas.15
4. Tujuan akad (mau>dhu‘ al-‘aqd).
Syarat akad atau mau>dhu’ al’aqd atau dalam istilah hukum perjanjian disebut
“prestasi”. Tujuan ini sesuai dengan jenis akadnya, seperti tujuan dalam jual beli
(buyu’/ba’i) ialah menyerahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan
gabti/bayaran (iwadh), dalam hibah ialah menyerahkan barang kepadai penerima
hibah (mauhub) tanpa ganti (iwadh) dan pada akad sewa (ija>rah) ialah meberikan
manfaat dengan ganti (iwadh).16
4. Syarat-Syarat Akad
Syarat adalah perkara yang di jadikan sebagai landasan atas wujudnya sesuatu dan
bukan merupakan bagian inheren atas hakikat sesuatu itu.17
Sedangkan mengenai syarat sahnya suatu akad secara umum dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Tidak menyalahi hukum syariah yang di sepakati adanya
15 Ibid,. 147.
16 Ibid,. 147.
17 Dimyauddin djuwaini, pengantar fiqh muamalah(Yogyakarta: pustaka pelajar: 2008), 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Perjanjian yang di adakan oleh para pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan
dengan hukum atau perbuatan yang melawan hukum syariah, sebab perjanjian yang
bertentangan dengan ketentuan hukum syariah adalah tidak sah, dan dengan
sendirinya tidak ada kwajiban bagi masing masing pihak untuk menepati atau
melaksanakan perjanjian tersebut,atau dengan perkataan lain apabila isi perjanjian
itu merupakan perbuatan melawan hukum (hukum syariah), maka perjanjian yang
di adakan dengan sendirinya batal demi hukum.
Dengan dasar hukum yang merujuk pada ketentuan hukum yang terdapat dalam
hadist rasulullah saw yang artinya :
“ segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam kitab Allah adalah bathil,
sekalipun seribu syarat’’.18
2. Harus sama ridha dan ada pilihan
Perjanjian yang di adakan oleh para pihak haruslah didasarkan kepada
kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing pihak ridha/rela akan isi
perjanjian tersebut, jadi harus merupakan kehendak bebas masing-masing pihak,
berarti tidak boleh ada paksaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain, dengan
sendirinya perjanjian yang di adakan tidak mempunyai kekuatan hukum apabila
tidak disandarkan kepada kehendak bebas pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian.19
18 Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah, 26.
19 Ibid., 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
3. Harus jelas dan gamblang
Sesuatu yang di perjanjikan oleh para pihak harus jelas dan gmblang tentang
apa yang menjadi isi perjanjian, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
kesalahpahaman di antara kedua belah pihak tentang apa yang telah mereka
perjanjikan di kemudian hari.
Pihak yang mengadakan perjanjian atau yang mengikatkan diri dalam
perjanjian, pada saat pelaksanaan atau penerapan perjanjian haruslah
mempunyai interpretasi yang sama tentang apa yang telah mereka perjanjikan,
baik terhadap isi maupun akibat yang di timbulkan oleh isi perjanjian tersebut20.
5. Pembagian Akad
Akad dibagi menjadi beberapa macam, yang setiap macamnya bergantung
pada sudut pada sudut pandangnya. Diantara bagian akad yang terpenting adalah
berikut ini:
a. Akad Sahih
Akad Sahih adalah akad yang memenuhi unsur dan syarat yang telah
ditetapkan oleh syara’. Dalam istilah ulama’ Hanafiyah akad sahih adalah akad
yang memenuhi ketentuan syari;at pada asalnya dan sifatnya.21
20 Ibid., 26.
21 H. Rachmat Syafe’i, M.A, Fiqih Muamalah(Bandung: Pustaka Setia: 2001), 66.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Akad bisa sah, jika memiliki kondisi seperti dibawah ini:
1. Semua elemen yang diwajibkan oleh hukum harus lengkap.
2. Tambahan kondisi harus dipenuhi.
3. Tujuan dari akad dan isinya harus sesuai dengan prinsip Islam.22
b. Akad Tidak Sahih
Akad tidak sahih adalah akad yang tidak memenuhi unsur-unsur dan
syaratnya. Dengan demikian, akad ini tidak berdampak hukum atau tidak sah.
Jumhur Ulama’ selain Hanafiyah menetapkan bahawa akad yang batil atau fasid
termasuk golongan ini, sedangkan ulama’ Hanafiyah membedakan antara fasid
dan batal.23
Menurut ulama’ Hanafiyah, akad batal adalah akad yang tidak memenuhi
rukun atau tidak ada barang yang diakadkan, seperti akad yang dilakukan oleh
salah seorang yang bukan golongan ahli akad, seperti gila, dan lain-lain. Adapun
akad fasid adalah golongan akad yang memenuhi persyaratan dan rukun, tetapi
dilarang sy>ara’, seperti menjual barang yang tidak diketahui sehingga dapat
menimbulkan percekcokan.24
6. Berakhirnya Akad
22 Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah, 26.
23 H. Rachmat Syafe’i, M.A, Fiqih Muamalah,. 67.
24 Ibid., 67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Suatu akad dipandang berakhir apabila telah tercapai tujuannya. Dalam akad
jual beli misalnya, akad dipandang telah berakhir apabila barang telah berpindah
milik kepada pembeli dan harganya telah menjadi milik penjual. Dalam akad gadai
dan pertanggungan (ka>falah), akad dipandang telah berakhir apabila utang telah
dibayar.25
Selain telah tercapai tujuannya, akad dipandang berakhir apabila terjadi
fasakh (pembatalan) atau telah berakhir waktunya.
Fasakh terjadi dengan sebab-sebab sebagai berikut:
1. Di-fasakh (dibatalkan), karena adanya hal-hal yang tidak dibenarkan syara’,
seperti yang disebutkan dalam akad rusak. Misalnya, jual beli barang yang tidak
memenuhi syarat kejelasan.
2. Dengan sebab adanya kh>iyar, baik kh>iyar rukyat, cacat, syarat, atau majelis.
3. Salah satu pihak dengan persetujuan pihak lain membatalkan karena menyesal
atas akad yang baru saja dilakukan. Fasakh dengan cara ini disebut iqal>ah.
Dalam hubungan ini Hadis Nabi Riwayat Abu Daud mengajarkan, bahwa barang
siapa mengabulkan permintaan pembatalan orang yang menyesal atas akad jual
beli yang dilakukan, Allah akan menghilangkan kesukarannya pada hari kiamat
kelak.
4. Karena kewajiban yang ditimbulkan, oleh adanya akad tidak dipenuhi oleh
pihak bersangkutan. Misalnya, dalam kh>iyar pembayaran (kh>iyar naqd) penjual
25 Mardani, Hukum Sistem Ekonomi Islam,. 151.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
mengatakan, bahwa ia menjual barangnya kepada pembeli, dengan ketentuan
apabila dalam tempo seminggu harganya tidak dibayar, akad jual beli menjadi
batal. Apabila pembeli dalam waktu yang ditentukan itu membayar, akad
berlangsung. Akan tetapi apabila ia tidak membayar, akad akan menjadi rusak
(batal).
5. Karena habis waktunya, seperti dalam akad sewa-menyewa berjangka waktu
tertentu dan tidak dapat diperpanjang.
6. Karena tidak dapat izin pihak yang berwenang.
7. Karena kematian.26
B. Teori Ija>rah
1. Pengertian Ija>rah
Lafal al-ija>rah dalam bahasa Arab berarti upah, sewa, jasa, atau
imbalan. al-ija>rah merupakan salah satu bentuk kegiatan mua>malah
dalam memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak,
atau menjual jasa perhotelan dan lain-lain.27
Dalam fiqh mua>malah, sewa-menyewa disebut dengan kata
ija>rah. Ija>rah berasal dari kata ”al-ajru” yang secara bahasa berarti “al-
26 Ibid,. 151.
27 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), 228.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
‘iwadhu” yaitu ganti. Sedangkan menurut istilah syara’, ija>rah ialah suatu
jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.28
Sedangkan menurut bahasa ija>rah berarti ‚upah‛ atau‚ganti‛ atau
‚imbalan‛. Dalam arti luas, ija>rah bermakna suatu akad yang berisi
penukaran manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah
tertentu. Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat sesuatu benda, bukan
menjual ‘ain dari benda itu sendiri.29
Ada yang menerjemahkan, ija>rah sebagai jual-beli jasa (upah-
mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang
menerjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang.30
Selain pengertian di atas, para ulama madzhab juga memberikan
definisi terhadap ija>rah: Kelompok Hanafiyah mengartikan ija>rah dengan
menggunakan akad yang berisi pemilikan manfaat tertentu dari suatu benda
yang diganti dengan pembayaran dalam jumlah yang disepakati.31
Definisi lain menurut ulama Hanafiyah yaitu transaksi terhadap suatu
manfaat dengan imbalan. Ulama Syafi’iyah mengidentifikasikan ija>rah
28 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqh Muamalah), (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 194.
29 Helmi Karim,Fiqh Muamalah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), 29.
30 Rachmat Syafei,Fiqih Muamalah,. 122.
31 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqh Muamalah)(Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,2014), 194.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
sebagai transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju tertentu, bersifat mubah
dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu.32
Adapun menurut pendapat Amir Syarifudin al-ija>rah secara sederhana
dapat diartikan denganakad atau transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan
tertentu. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu
benda disebut ija>rah al’Ain, seperti sewa-menyewa rumah untuk ditempati33
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa ija>rah adalah
pengambilan manfaat suatu benda, dalam hal bendanya tidak berkurang sama
sekali. Dengan perkataan lain, dalam praktik sewa-menyewa yang berpindah
hanyalah manfaat dari benda yang disewakan, sedangkan kepemilikan tetap
pada pemilik barang. Sebagai imbalan pengambilan manfaat dari suatu benda,
penyewa berkewajiban memberikan bayaran. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa ija>rah merupakan suatu kesepakatan yang dilakukan
oleh satu atau beberapa orang yang melaksanakan kesepakatan yang tertentu
dan mengikat, yaitu dibuat oleh kedua belah pihak untuk dapat menimbulkan
hak serta kewajiban antara keduanya.
Dalam hukum Islam, orang yang menyewakan diistilahkan dengan
”mu’ajjir”, sedangkan penyewa disebut dengan “musta’jir” dan benda yang
disewakan disebut “ma’jur”. Imbalan atas pemakaian manfaat disebut “ajran”
32 Ibid., 195.
33 Amir Syarifuddin,Garis-Garis Besar Fiqh(Jakarta: Kencana, 2003), 216.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
atau “ujrah”. Perjanjian sewa-menyewa dilakukan sebagaimana perjanjian
konsensual lainnya, yaitu setelah berlangsung akad, maka para pihak saling
serah terima. Pihak yang menyewakan (mu’ajjir) berkewajiban menyerahkan
barang (ma’jur) kepada penyewa (musta’jir) dan pihak penyewa berkewajiban
memberikan uang sewa (ujrah).34
2. Dasar Hukum Ija>rah
Adapun dasar hukum dari ija>rah terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW. Dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 233 Allah SWT
berfirman :
تم سلمتم إذا عليكم جناح فلا دكم أول تسترضعوا أن أردتم وإن [ ٱ تـقواٱو ◌ لمعروف ٱب ماءاتـيـ بصير تـعملون بما [ ٱ أن علمواٱو
Artinya: …Dan jika ka mu ingin anakmu disusuka oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu pula kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian suart al-Baqarah ayat 233 merupakan dasar yang
dijadikan landasan hukum dalam persoalan sewa-menyewa. Sebab pada ayat
tersebut diterangkan bahwa memakai jasa juga merupakan suatu bentuk sewa-
34 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqh Muamalah),. 194.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
menyewa, oleh karena itu harus diebrikan upah ataupembayaran sebagai ganti
dari sewa terhadap jasa tersebut.35
Dalam periwayatan hadis-hadis tentang al-ija>rah, sering kali terkait
dengan beberapa aspek hukum mua>malah lainnya seperti jual beli (buyu’),
musyarakah dan lain sebagainya. Karena hal tersebut berkenaan dengan
hukum perjanjian (akad). Unsur yang terpenting untuk diperhatikan yaitu
kedua belah pihak cakap bertindak dalam hukum yaitu punya kemampuan
untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk (berakal/tidak gila).
Dengan demikian terjadi perjanjian sewa-menyewa yang kontras dan
transparan dan tidak ada saling merugikan di antara kedua belah pihak.
Adapun dasar hukum dari hadist adalah :
من رجلا بكر وأبو وسلم عليه الله صلى الله رسول إستأجر: قالت عنها الله رضى عائشة عن
ليال ثلاثة بعد ثور غار ووأعداه لتيهماراح الله فدفعا قريش كفار دين وهوعلى خريتا، الديل بنى براحلتيهما
Artinya: Dari Aisyah r.a. beliau mengabarkan: Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyewa seorang penunjuk jalan yang ahli dari Bani ad-Dail dan orang itu memeluk agama kafir Quraisy, kemudian beliau membayarnya dengan kendaraannya kepada orang tersebut dan menjanjikannya di Gua Tsur sesudah tiga malam dengan kendaraan keduanya (HR. Bukhari).36
35 Ibid,. 196.
36 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqh Muamalah)(Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 196.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
Pada hadits di atas dijelaskan bahwa Rasul SAW sendiri telah
melakukan praktik ija>rah, yaitu dengan menyewa seseorang guna dipakai
jasanya untuk menunjukkan jalan ke tempat yang dituju dan beliau membayar
orang yang disewanya dengan memberikan kendaraannya. Dalam hal ini,
Rasul tidak membeda-bedakan dari segi agama terhadap orang yang disewa
atau dipakai jasanya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwa Rasulullah SAW, bersabda :
.عرقه يجف أن قبل أجره الأجير أعطوا: قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي عن
Artinya: Dari Abi Hurairah sesungguhnya Rasul SAW bersabda: berikanlah
olehmu upah orang sewaan sebelum kering keringatnya. (HR. Ibnu Majah).37
Hadist di atas menjelaskan bahwa, dalam persoalan sewa-menyewa,
terutama yang memakai jasa manusia untuk mengerjakan suatu pekerjaan,
upah atau bayaran harus segera diberikan sebelum keringatnya kering.
37 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqh Muamalah), 197.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
Maksudnya, pemberian upah harus segera dan langsung, tidak boleh ditunda-
tunda pembayarannya.38
Dari semua ayat dan hadist di atas, Allah menegaskan kepada manusia
bahwa apabila seseorang telah melaksanakan kewajiban, maka mereka berhak
atas imbalan dari pekerjaan yang telah dilakukan secara halal sesuai dengan
perjanjian yang telah mereka perjanjikan. Allah juga menegaskan bahwa
sewa-menyewa dibolehkan dalam ketentuan Islam, karena antara kedua belah
pihak yang melaksanakan perjanjian (akad) sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban yang harus mereka terima.39
Dengan demikian, dalam ija>rah pihak yang satu menyerahkan barang
untuk dipergunakan oleh pihak yang lainnya dalam jangka waktu tertentu dan
pihak yang lain mempunyai keharusan untuk membayar harga sewa yang
telah mereka sepakati bersama. Dalam hal ini, ija>rah juga benar-benar
merupakan suatu perbuatan yang sama-sama menguntungkan antara kedua
belah pihak yang melakukan perjanjian (akad).40
Sayyid Sabiq menambahkan landasan ijma’ sebagai dasar hukum
berlakunya sewa-menyewa dalam mua>malah Islam. Menurutnya, dalam hal
disyari’atkan ija>rah, semua umat bersepakat dan tidak seorang ulama pun
38 Ibid,. 197.
39 Ibid,. 198.
40 Ibid,. 198.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
yang membantah kesepakatan ini. Para ulama menyepakati kebolehan sewa-
menyewa karena terdapat manfaat dan kemaslahatan yang sangat besar bagi
umat manusia.41
3. Rukun dan Syarat-syarat Ija>rah
Ija>rah merupakan bagian dari mua>malah yang sering diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian mua>malah adalah hubungan antar
sesame manusia, maksudnya disini adalah hubungan antara penyewa dengan
orang yang menyewakan harta benda dan lainnya. Di mana dalam kehidupan,
manusia tidak dapat terlepas dari manusia lainnya untuk saling melengkapi
dan saling membantu serta bekerja sama dalam suatu usaha. Oleh sebab itu,
mua>malah menyangkut hubungan sesama manusia dan kemaslahatannya,
keamanan serta ketentraman, maka pekerjaan ini harus dilakukan dengan tulus
dan ikhlas oleh penyewa dan yang menyewakan.42
Rukun merupakan hal yang sangat esensial artinya bila rukun tidak
terpenuhi atau salah di antaranya tidak sempurna (cacat), maka suatu
perjanjian tidak sah (batal).
41 Ibid,. 198.
42 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqh Muamalah), 198.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
Para ulama telah sepakat bahwa yang menjadi rukun ija>rah adalah:
1. Aqid (pihak yang melakukan perjanjian atau orang yang berakad).
2. Ma’qud ‘alaihi (objek perjanjian atau sewa/imbalan).
3. Manfaat.
4. Sighat.43
Dewasa ini perjanjian ija>rah lazimnya dilakukan dalam bentuk
perjanjian tertulis, oleh karenanya ija>b dan qabu>l tidak lagi diucapkan,
tetapi tertuang dalam surat perjanjian. Tanda tangan dalam surat perjanjian
berfungsi untuk ijab dan qabu>l dalam bentuk kiasan (kinayah).44
Disamping rukun yang telah disebutkan di atas, ija>rah juga
mempunyai syarat-syarat tertentu, yang apabila syarat-syarat ini tidak
terpenuhi, maka ija>rah menjadi tidak sah. Syarat-syarat tersebut adalah:
a) Adanya kerelaan para pihak dalam melakukan perjanjian sewa-menyewa
Maksudnya bila di dalam perjanjian sewa-menyewa itu terdapat unsur
pemaksaan, maka sewa-menyewa iti tidak sah. Hal ini senada dengan firman
Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29 :
نكم أموالكم Wكلوا لا آمنوا الذين أيـها ] تـراض عن تجارة تكون أن إلا Vلباطل بـيـرحيما بكم كان ا[ إن أنـفسكم تـقتـلوا ولا منكم
43 Ibid,. 199.
44 Ibid,. 199.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.45
Berdasarkan ayat ini dapat dijelaskan bahwa ija>rah yang dilakukan
secara paksaan ataupun dengan jalan yang batil, maka akad ija>rah tersebut tidak
sah, kecuali apabila dilakukannya secara suka sama suka di antara kedua belah
pihak.46
b.) Segala hal yang berhubungan dengan objek sewa-menyewa harus jelas dan
transparan.
c.) Hendaklah barang yang menjadi objek transaksi (akad) dapat dimanfaatkan
kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara’.
d.) Dapat diserahkan sesuatu yang disewakan berikut kegunaan (manfaat).
e.) Bahwa manfaat adalah hal yang mubah, bukan diharamkan.47
Dalam buku Fath al-Qarib, dijelaskan bahwa untuk sahnya ija>rah sebagai berikut:
1. Untuk sahnya ija>rah bahwa setiap benda dapat diambil manfaat serta tahan
keadaan tetapi jika tidak kuat, maka tidak sah sewa-menyewa.
45 Departemen Agama Republik Indonesia(Surabaya: Dana Karya, 2007), 83
46 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqih Muamalah), 200.
47 Ibid., 201.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
2. Harus adanya ucapan i>ja>b qabu>l antara kedua belah pihak, lafadznya yaitu:
“Saya menyewakan rumah ini kepadamu” dan jawabnnya: “Saya terima rumah
ini”.48
4. Macam-macam Ija>rah
Dilihat dari segi objeknya, para ulama fiqh membagi akad ijarah kepada
dua macam:
a. Ija>rah bil ‘amal, yaitu sewa-menyewa yang bersifat pekerjaan/jasa.
Ija>rah yang bersifat pekerjaan/jasa ialah dengan cara mempekerjakan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Menurut para ulama’ fiqh,
ija>rah jenis ini hukumnya dibolehkan apabila jenis pekerjaan itu jelas,
seperti buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik dan tukang sepatu.
Ija>rah seperti ini terbagi dua yaitu:
1. Ija>rah yang bersifat pribadi, seperti menggaji seorang pembantu rumah
tangga.
2. Ija>rah yang bersifat serikat yaitu, seseorang atau sekelompok orang yang
menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak, seperti tukang sepatu,
buruh pabrik dan tukang jahit.
48 Ibid., 202.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Kedua bentuk ija>rah terhadap pekerjaan ini (buruh, tukang dan pembantu),
menurut para ulama fiqh hukumnya boleh.49
a. Ija>rah bil manfaat, yaitu sewa-menyewa yang bersifat manfaat. Ija>rah yang
bersifat manfaat contohnya adalah:
1. Sewa-menyewa rumah.
2. Sewa-menyewa toko.
3. Sewa-menyewa kendaraan.
4. Sewa-menyewa pakaian.
5. Sewa-menyewa perhiasaan dan lain-lain.
Apabila manfaat dalam penyewaan sesuatu barang merupakan manfaat yang
dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama fiqh sepakat menyatakan
boleh dijadikan objek sewa-menyewa.
Dalam pembahasan lain, menurut ketentuan fiqh mua>malah, ija>rah dibagi
kepada 3 macam yaitu:
1) Sewa-menyewa tanah
Melihat betapa pentingnya keberadaan tanah, Islam sebagai agama yang luwes
membolehkan persewaan tanah dengan prinsip kemaslahatan dan tidak merugikan
para pihak, artinya antara penyewa yang menyewakan sama-sama diuntungkan
dengan adanya persewaan tersebut.
49 Ibid., 202.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Dalam suatu perjanjian persewaan tanah, haruslah disebutkan secara jelas
tujuan persewaan tanah tersebut, apakah untuk pertanian, mendirikan tempat tinggal
atau mendirikan bangunan lainnya yang dikehendaki penyewa.
Bila persewaan tanah dimaksudkan untuk pertanian, maka penyewa harus
menyebutkan jenis tanaman yang akan ditanaminya kecuali pemilik tanah
memberikan kebebasan kepada penyewa untuk menanam sesuai dengan yang
diinginkannya. Menurut Sayyid Sabiq, jika syarat yang tersebut di atas tidak
terpenuhi, maka rusaklah sewa-menyewa tersebut, karena pada dasarnya kegunaan
tanah sangatlah beragam.50
2) Sewa menyewa binatang
Dalam perjanjian sewa-menyewa binatang, hendaklah disebutkan dengan jelas
jangka waktu penyewaan, kegunaan atau tujuan penyewaan, apakah untuk alat
pengangkutan atau untuk kepentingan lainnya.
Sebagaimana halnya dengan persewaan lainnya maka persewaan binatang juga
mengandung resiko. Resiko dalam persewaan binatang adalah terjadinya
kecelakaan atau matinya binatang sewaan. Bila binatang sewaan sejak awal sudah
mempunyai cacat atau aib kemudian mati ketika dalam gangguan penyewa maka
persewaan menjadi batal. Tetapi bila binatang tersebut tidak cacat kemudian terjadi
50 Ibid., 204.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
kecelakaan dan mati ketika berada dalam tanggungan penyewa maka persewaan itu
tidak batal dan orang yang menyewakan wajib menggantinya.51
3) Sewa-menyewa toko dan rumah
Toko merupakan tempat seseorang menjalankan usahanya dengan cara
berdagang. Tidak semua orang bisa mempunyai toko pribadi, tetapi bila seseorang
berkeinginan untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan cara berdagang. Islam
memberikan kemudahan dengan membolehkan persewaan toko atau rumah untuk
dijadikan tempat usaha atau sebagai tempat tinggal.
Ulama fiqh yang sangat popular pembahasannya tentang persewaan toko dan
rumah adalah ulama Hanafiyah. Mereka memasukkan persewaan toko dan rumah
ke dalam pembahasan barang-barang yang sah disewakan, disamping persewaan
tanah, binatang, tenaga manusia dan pakaian. Menurut beliau toko-toko dan rumah-
rumah boleh disewakan tanpa ddisertai dengan penjelasan tentang tujuan
persewaan.
Pada dsarnya Islam membolehkan persewaan berbagai barang yang
mempunyai manfaat dan memberikan keuntungan kepada manusia. Islam hanya
memberikan batasan-batasan agar terciptanya kerja sama yang baik antar berbagai
pihak dan terlaksananya prinsip sewa-menyewa itu sendiri yaitu keadilan dan
kemurahan hati, serta tidak saling menxalimi antara kedua belah pihak yakno
51 Ibid., 204.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
penyewa dan yang menyewakan sehingga tidak menimbulkan masalh di kemudian
hari.52
5. Sifat dan hukum ija>rah
a. Sifat ija>rah
Menurut ulama hanfiyah, ija>rah adalah akad lazim yang di dasarkan
pada firman allah yang boleh di batalkan pembatan tersebut dikaitkan pada
asalnya,bukan pada pemenuhan akad. Sebaliknya jumhur ulama berpendapat
bahwa ija>rah adalah akad lazin yang tidak dapat dibatalkan kecuali dengan
adanya sesuatu yang merusak pemenuhannya.53
b. Hukum ija>rah
hukum ija>rah sahih adalah tetapnya kemanfaatan bagi penyewa dan
tetapnya upah bagi pekerja atau orang yang menyewakan sebab ija>rah
termasuk jual beli pertukaran, hanyasaja dengan kemanfaatan. Adapun hukum
ija>rah rusak, menurut ulama hanafiyah, jika penyewa telah mendapakan
manfaat tetapi orang yang menyewakan atau yang bekerja dibayar lebih kecil
atau lebih besar pada kesepakatan pada waktu akad. Ini bila kerusakan tersebut
terjadi pada syarat. Akan tetapi, jika kerusakan disebabkan penyewa tidak
memberitahukan jenis pekerjaannya atau perjanian upah harus di berikan
semestinya. Dan ulama syafi’iyah berpendapat bahwa ija>rah fasid sama
52 Ibid., 205.
53 H. Rachmat Syafe’i, M.A, Fiqih Muamalah, 130.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
dengan jual beli fasid, yakni harus di bayar sesuai dengan nilai atau ukuran yang
di capai oleh barang sewaan.54
54 Ibid., 131.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
BAB III
PRAKTIK AKAD SEWA MENYEWA MOBIL HARDTOP
(Studi Kasus di Pasar Tumpang Malang)
A. Letak Geografis
Tumpang adalah salah satu Kecamatan dari 33 kecamatan di Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur. Dahulu Tumpang dikenal sebagai sentra padi
"Ganjarawe" yang menghasilkan "Beras Tumpang". Jumlah penduduk
Tumpang kurang lebih 71.985 jiwa yang terdiri dari 35.507 laki-laki, 36.478
perempuan. Kecamatan Tumpang mempunyai potensi dan produk unggulan di
bidang pertanian, perkebunan, Industri, dll. dan letak yang strategis untuk
menuju objek-objek wisata di mana jalan satu satunya dari arah barat untuk
menuju ke Gunung Bromo dan Semeru.1
Secara administratif, Kecamatan Tumpang dikelilingi oleh kecamatan
lainnya yang ada di Kabupaten Malang. Di sebelah utara, Kelurahan Tumpang
berbatasan langsung dengan Kecamatan Jabung. Sedangkan di sebelah timur,
kecamatan ini berbatasan langsung dengan Pegunungan Bromo Semeru. Di
1 Sutikno, http://desa-tumpang.malangkab.go.id di akses pada tanggal 22 agustus 2017
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
sebelah selatan, Kecamatan Tumpang berbatasan dengan Kecamatan
Poncokusumo. Lalu, di sebelah barat, kecamatan ini berbatasan dengan Kota
Malang.2
Kecamatan Tumpang memiliki luas wilayah 6.915,420 Ha. Daerah
Kecamatan Tumpang adalah daerah agraris yang berbasis pada persawahan,
sayuran dan pertanian lahan kering serta buah-buahan seperti apel, jeruk,
klengkeng, durian, nangka, langsep, dan alpukat. Kecamatan ini berada di
ketinggian 597 meter di atas permukaan laut. Suhu minimum dan
maksimumnya berkisar antara 20-29 derajat celsius. Sedangkan curah hujan
rata-ratanya mencapai 1.030 mm pertahun.
Terdapat banyak potensi wisata di Kecamatan Tumpang. Sebut saja
Agro Wisata di desa Duwet, Air Terjun Sumber Pitu di desa Duwetkrajan, Air
Terjun Coban Cindhe di desa Benjor, Air Terjun Coban Jahe di desa Tumpang,
Candi Jajaghu (Jago) di desa Tumpang, Candi Kidal di desa Kidal, Pemandian
Sumberingin di desa Wringinsongo.
Daerah Kecamatan Tumpang adalah daerah agraris yang berbasis
pada Persawahan, sayuran dan pertanian lahan kering serta buah – buahan
2 Sutikno, http://desa-tumpang.malangkab.go.id, di akses pada tanggal 22 agustus 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
(Apel, jeruk, klengkeng, Durian, Nangka, Langsep, Alpokat) sedangkan
Topografi Kecamatan Tumpang dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Tumpang Bagian Timur terdiri dari Desa Benjor, Duwet dan
Duwetkrajan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 700
dpl, dimana daerah ini cocok untuk pengembangan tanaman buah – buahan
(Apel, durian, alpokat dan pisang) serta tanaman sayuran (Kentang, kobis,
wortel dll.
2. Tumpang bagian Tengah terdiri dari Desa Tumpang, Malangsuko, Jeru,
Tulusbesar yang merupakan daerah perkotaan
3. Tumpang bagian barat terdiri dari Desa Wringinsongo, Bokor, Slamet,
Kidal, Kambingan, Ngingit, Pandanajeng dan Pulungdowo daerah ini
merupakan daerah pertanian sawah serta potensial untuk
pengembangan peternakan ayam ras, sapi perah serta tanaman jahe
Adapun curah hujan rata – rata pertahun antara 1297 s.d 1925 mm
setiap tahunnya dengan suhu rata – rata 18 – 26 C.3
B. Latar Belakang Berdirinya Persewaan Mobil Hardtop di Pasar Tumpang
Malang
3 Sutikno, http://desa-tumpang.malangkab.go.id, di akses pada tanggal 22 agustus 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang keadaan dan untuk
memudahkan pembahasan serta pemecahan masalah yang dihadapi terlebih dahulu
harus mengetahui sejarah berdirinya praktik usaha persewaan Hartop di Pasar
Tumpang Malang, karena sejarah merupakan suatu rantaian peristiwa yang tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan maupun masalah yang dihadapi.
Latar belakang berdirinya praktik usaha ini adalah sejumlah orang yang
memiliki kendaran hartop karena memang jalur yang sulit di lalui untuk mobil mobil
biasa serta ingin memenuhi kbutuhan sehari sahri dengan tujuan mengambil
keuntungan karena banyak nya pendtang atau wisatawan yang ingin melanjutkan
perjalanna dari tumpang menuju ranupani untuk kemudian melanjutkan pendakian
ke gunung semeru ataupun wisata sekitar ranupani.
Usaha persewaan ini berbentuk perorangan yang mana pemilik hartop
menyewakan hartopnya kepada pengujung yang ingin melanjutkan perjlanan ke
arah ranupani. 1 hartop di sewakan maksimal untuk 12 orang dengan biaya
Rp.650.000 untuk sekali berangkat.4
C. Praktik akad sewa-menyewa Hardtop di Pasar Tumpang Malang
1. Akad
4 Faris, wawancara, 10 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Dalam menjelaskan bisnis, satu hal yang sangat penting adalah masalah
akad (perjanjian). Akad sebagai salah satu cara untuk memperoleh harta dalam
syariat Islam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Akad
merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya. Secara bahasa
akad adalah ikatan antara dua hal, baik ikatan secara nyata maupun ikatan
secara maknawi, dari segi maupun dari dua segi.5 melakukan akad tidak boleh
ada unsur penipuan, baik yang datang dari mu’jir ataupun dari musta’jir.
Banyak ayat ataupun riwayat yang berbicara tentang tidak bolehnya berbuat
khianat ataupun menipu dalam berbagai lapangan kegiatan, dan penipuan ini
merupakan suatu sifat yang amat dicela agama. Kedua pihak yang melakukan
akad ijarahpun dituntut memiliki pengetahuan yang memadai akan obyek yang
mereka jadikan sasaran dalam berijarah, sehingga antar keduanya tidak merasa
dirugikan atau tidak mendatangkan perselisihan dikemudian hari.
Akad perjanjian sewa menyewa pertamakali di laksakan ketika penyewa
dan orang yang menyewakan bertemu untuk menyewa hartop dengan tujuan
untuk melanjutkan perjalan ke arah ranupani. Dalam ijab qubul pihak yang
menyewakan dengan ijab memberikan harga sebesar Rp.650.000 untuk sekali
berangkat sedangkan pihak penyewa dengan qobul iya saya mau dengan harga
Rp.650.000 untuk sekali berangkat. Tanpa sepengetahuan pihak penyewa ,
5 Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah, 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
pihak yang menyewakan meminta tambhan biaya setelah sampai di tujuan .
Bagi yang sudah pernah kesana ini di anggap hal yang wajar namun terasa berat
bagi yang belum pernah kesana atau yang baru pertama kali kesana.untuk yang
sudah pernah menganggap ini sebagai tip atau bonus bagi supirnya tetapi jika
yang belum merasa berat dengan tambahan biaya yang tidak di sebutkan d awal.
2. biaya
Biaya merupakan sejumlah uang yang harus di berikan ketika terjadi
suatu akad atau kesepakan antara dua belah pihak atau lebih, dalam hal ini biaya
harus di berikan kepada pemilik hartop selaku sebagai pnyewa hartop dengan
biaya Rp. 650.000 / hartop untuk sekali berangkat dengan maksimal di gunakan
untuk 12 orang.6
3. pembayaran
Pembayaran merupakan kesepakatan antara kedua belah pihakn dalam
hal ini yakni antara pihak penyewa hartop atau pihak yang menyewakan hartop.
Pembayaran bisa di lakukan dengan cara setelah sampai tujuan ataupun
sebelum berangkat, pembayaran bisa juga di lakukan d jauh hari yang di
6 Ruslan, wawancara, 15 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
gunakan sebagai uang muka karena memesan hartop jauh hari melalui via
telepon ataupun whastapp.7
Pihak yang mempunyai Hartop antara lain:
1. Bapak Alip warga Indonesia yang berasal dari Kabupaten Malang
sendiri, dan beliau mempunyai 2 Hartop untuk disewakan kepada
pengunjung untuk mendaki, beliau membangun usaha Penyewaan
Hartop tersebut sudah 3 tahun yang lalu. Beliau melihat banyaknya
pengunjung yang datang untuk mendaki, lalu pak Alip berfikir untuk
membangun usaha tersebut. Untuk pembayaran beliau biasanya
langsung diberi ketika sebelum berangkat namun ada juga yang
memberi uang muka, namun ketika sepi atau bukan musim pengunjung
beliau meminta tambahan kepada yang menyewakan dengan alasan
sudah biasa atau bisa di katakan uang rokok.8
2. Bapak Ruslan warga Indonesia yang berasal dari Kabupaten Malang dan
beliau mempunyai hanya 1 Hartop karena beliau baru membuka usaha
tersebut karena di ajak temannya, beliau juga baru 4 bulan membuka
usaha tersebut. Beliau terkadang meminta tambahan dengan alasan
sudah biasa di lakukan9
7 Fariz, wawancara, 10 oktober 2017.
8 Alip, wawancara, 15 oktober 2017.
9 Ruslan, wawancara, 15 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
3. Mas Putra berasal dari Kota Blitar dan beliau menikah dengan orang
Pasar Tumpang tersebut dan beliau mempunyai 1 Hartop untuk
disewakan kepada pengunjung yang ingin mendaki, karena usaha
tersebut sangat marak di daerah Pasar Tumpang10
4. Bapak Anas warga Indonesia yang berasal dari Kabupaten Malang juga
dan mempunyai 1 Hartop saja, beliau baru memulai usaha penyewaan
Hartop tersebut, sebelumnya Bapak Anas bekerja sebagai petani.11
5. Bapak Eko warga Indonesia yang berasal dari Kabupaten Malang beliau
orang yang bias dikatakan pertama falam membuka usaha tersebut,
beliau mempunyai 3 Hartop saja. Bapak Eko mengajak teman-temannya
untuk menyewakan Hartop tersebut karena banyaknya permintaan dari
pengunjung.12
Kemudian pihak yang menyewa Hartop antara lain:
1. Mas irfan merupakan warga indonesia yang berasal dari pacar kembang
Surabaya yang baru ke pasar tumpang dan menyewa hartop yang di
gunakan untuk 10 orang.13
2. Mas azmi merupakan warga Indonesia yang bertempat tinggal di
10 Putra, wawancara, 16 oktober 2017.
11 Anas, wawancara, 16 oktober 2017.
12 Eko, wawancara, 16 oktober 2017.
13 Irfan, wawancara, 18 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
wilayah ketintang Surabaya dan baru pertama kali brkunjung kearash
ranupane yang melalui pasar tumpang dengan menyewa hartop yang
akan di gunakan untuk 7 orang.14
3. Mas joni adalah warga indonesia yang berasal dari wilayah taman
sepanjang sidoarjo yang bertujuan kearah desa wisata ranupane dengan
mnggunakan hartop dari pasar tumpang dengan d tumpangi 7 orang.15
4. Mas mujib merupakan warga Indonesia yang bertempat tinggal di
wilayah sumberejo bojonegoro yang akan melakukan pendakian kea rah
semeru dengan mnggunakan hartop dari pasar tumpang dengan di
gunakan untuk 10 orang.16
5. Mas candra merupakan warga Indonesia yang menetap di tropodo
sidoarjo mnyewa hartop untuk 9 orang dengan tujuan desa wisata
ranupane.17
6. Cak muklis merupakan warga Indonesia yang bertempat tinggal di
wilayah baureno bojonegoro yang akan melakukan pendakian kearah
semeru dengan mnggunakan hartop dari pasar tumpang dengan di
14 Azmi, wawancara, 18 oktober 2017.
15 Joni, wawancara, 18 oktober 2017.
16 Mujib, wawancara, 19 oktober 2017.
17 Candra, wawancara, 19 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
gunakan untuk 6 orang.18
7. Mas andik warga Indonesia yang bertempat tinnggal di wilayah putat
gede Surabaya yang akan melakukan pendakian kearah semeru dengan
mnggunakan hartop dari pasar tumpang dengan di gunakan untuk 8
orang.19
8. Pak rizal merupakan warga Indonesia yang bertempat tinnggal di
wilayah jetis mojokerto yang akan melanjutkan perjalan kearah
ranupane kearah dengan mnggunakan hartop dari pasar tumpang dengan
di gunakan untuk 6 orang.20
9. Mas ahnan adalah warga Indonesia yang berkediaman di wilayah pasar
pacet mojokerto yang akan melakukan pendakian melalui ranupane
dengan menggunakan hartop dari tumpang dengan di tumpangi 10
orang.21
10. Mas faruq warga inonesia yang bertempat tinggal di desa kedungadem
bojonegoro yang menyewa haertop dari tumpang dengan tujuan
ranupani untuk 6 orang.22
18 Mukhlis, wawancara, 19 oktober 2017.
19 Andik, wawancara, 19 oktober 2017.
20 Rizal, wawancara, 19 oktober 2017.
21 Ahnan, wawancara, 19 oktober 2017.
22 Faruq, wawancara, 19 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
Berikut ini adalah akad yang telah terjadi dari hasil wawancara
penelitian
a. Bapak alip surono sebagai pemilik hartop dan mas irfan dan mas azmi
sebagai penyewa hartop mereka pengunjung asal kota Surabaya , bapak
alip menawarkan hartopnya di sewakan dengan harga Rp.650.000 sekali
berangkat dengan maksimal 12 orang kepada mas irfan dan mas azmi,
sehingga mas irfan dan mas azmi mnyetujui biaya yang di tawarkan
oleh bapak alip kepada mas irfan dan mas azmi, namun setalah
keberangkatan si penyewa meminta tmbahan biaya kisaran Rp.10.000
per orang seperti hasil wawancara dengan mas irfan dan mas azmi
“padahal sudah di sepakati di awal harga Rp.650.000 sekali berangkat
tetapi tiba tiba meminta tambahan biaya pada saat keberangkatan
kalaupun iti uang rokok atau apa bisa di jelaskan di awal harusnya’’.23
b. Bapak ruslan sebagai pemilik hartop dan mas joni dan mas mujib
sebagai penyewa hartop, bapak ruslan menawarkan hartopnya di
sewakan dengan harga Rp.650.000 sekali berangkat dengan maksimal
di gunakan untuk 12 orang kepada mas joni dan mas mujib, sehingga
mas joni dan mujib mnyetujui biaya yang di tawarkan oleh bapak ruslan
kepada mas joni dan mujib, namun setalah keberangkatan si penyewa
23 Irfan dan azmi, wawancara, 18 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
meminta tmbahan biaya kisaran Rp.10.000 per orang yang menurut
beliau karena sudah biasa di lakukan seperti hasil wawancara dengan
mas joni dan mujib “padahal sudah di setujui di awal tetapi kok minta
tambahan, gini jadi merasa keberatan saya uang menipis juga’’.24
c. Mas putra sebagai pemilik hartop dan mas candra dan cak muklis
sebagai penyewa hartop, bapak alip menawarkan hartopnya di sewakan
dengan harga Rp.650.000 sekali berangkat dengan maksimal 12 orang
kepada mas candra dan cak muklis, sehingga mas candra dan cak muklis
mnyetujui biaya yang di tawarkan oleh mas putra kepada mas candra
dan cak muklis, namun setalah keberangkatan si penyewa meminta
tmbahan biaya kisaran Rp.10.000 per orang seperti hasil wawancara
dengan mas candra dan cak muklis “kok gak sesuai sama yang awal di
sepakati’’.25
d. Bapak anas sebagai pemilik hartop dan mas andik dan pak rizal sebagai
penyewa hartop, bapak anas menawarkan hartopnya di sewakan dengan
harga Rp.650.000 sekali berangkat dengan maksimal 12 orang kepada
mas andik dan pak rizal, sehingga mas andik dan pak rizal mnyetujui
biaya yang di tawarkan oleh bapak anas kepada mas andik dengan
temannya, namun setalah keberangkatan si penyewa meminta tmbahan
24 Joni dan mujib, wawancara, 19 oktober 2017.
25 Candra dan muklis, wawancara, 19 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
biaya kisaran Rp.10.000 per orang seperti hasil wawancara dengan mas
andik “saya sudah deal dan sepakat di awal dengan harga Rp.650.000
sekali berangkat tetapi pak anas meminta tambahan biaya pada saat
keberangkatan saya sempat berdebat dengan pak anas tapi beliau tetap
meminta tambahan’’.26
e. Bapak eko sebagai pemilik hartop dan mas ahnan dan mas faruq sebagai
penyewa hartop, bapak eko menawarkan hartopnya di sewakan dengan
harga Rp.650.000 sekali berangkat dengan maksimal 12 orang kepada
mas ahnan dan mas faruq, sehingga mas ahnan dan mas faruq mnyetujui
biaya yang di tawarkan oleh bapak eko kepada mas ahnan dengan
temannya, namun setalah keberangkatan si penyewa meminta tmbahan
biaya kisaran Rp.10.000 per orang seperti hasil wawancara dengan mas
ahnan “saya deal dengan kesepakatan awal dengan harga Rp.650.000
sekali berangkat tetapi bpak eko meminta tambahan biaya pada saat
keberangkan, saya kaget mengapa tidak seperti kesepakatan awal? Saya
tidak berani bertanya mas karena menghormati beliau saja,kalo emang
ada uang rokok harusnya bilang dari awal biar kita sama-sama enak dan
tidk mengecewakan’’.27
Berdasarkan wawancara di atas dapat di simpulkan bahwasannya:
26 Andik dan rizal, wawancara, 19 oktober 2017.
27 Ahnan dan faruq, wawancara, 19 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
1. Rata-rata warga di sekitar Pasar Tumpang Malang tersebut
mempunyai 1 sampai 3 hartop yang biasa di gunakan sehari hari
ataupun sebagai komunitas karena memang jalan yang di lalui cupuk
sulit untuk ukuran mobil biasa.
2. Banyaknya minat pengunjung ataupun wisatawan merupakan alasan
warga di sekitar lokasi tersebut yang memiliki hartop untuk
menyewakan hartopnya bagi yang membutuhkan.
3. Minat atau keinginan orang yang datang untuk menggunakan jasa
tersebut sangatlah membantu perputaran roda ekonomi bagi warga
ataupun bagi pihak yang mnyediakan jasa persewaan hartop.
4. Biaya yang di tetapkan pihak pnyewa sebesar Rp.650.000 untuk satu
hartop dengan sekali jalan untuk maksimal 12 orang. Harga yang
diberikan adalah harga yang sudah pasti dan tidak ada tawar
menawar.
5. Persewaan ini sangatlah membantu pndatang ataupun pendaki yang
ingin melanjutkan kearah ranupane karena memang medan yang
sangat sulit.
6. Akad yang dilakukan awalnya biasa sperti akad sewa pada
umumunya yakni adanya ijab dan qobul dari kedua belah pihak
namun setelah terjadi antara kedua belah pihak, pihak yang
menyewakan meminta tambahan biaya dari biaya awal yang sudah di
tentukan . Sangat di sayangkan ketika adanya tambahan dari harga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
yang disepakati, meskipun sudah biasa harusnya tetap ada penjelasan
mungkin ada orang yang baru pertama menggunakan jasa sewa
tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD SEWA-
MENYEWA MOBIL HARDTOP
(Studi Kasus Pasar Tumpang Malang)
A. Tinjauan Terhadap Praktik Akad Sewa-menyewa Hartop di Pasar Tumpang
Malang
Sewa-menyewa dalam bahasa Arab disebut al-ija>rah yang diartikan sebagai
suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Adapun yang
boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Dari praktek sewa-menyewa
harus sesuai dengan prinsip dasar hukum Islam. Salah satu bentuk sewa-menyewa
yang sangat populer dimasa kini dan sangat dibutuhkan masyarakat saat ini ialah
penyewaan mobil jeep atau bisa disebut dengan hardtop. dengan adanya praktek
sewa menyewa ini masyarakat atau wisatawan dari pasar tumpeng menuju ke
ranupani dapat menikmati mobil jeep yang diinginkan tanpa harus memikirkan biaya
perawatan kendaraan.
Ija>rah merupakan salah satu kegiatan mua>malah dalam memenuhi keperluan
hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak, atau menjual jasa dan lain-lain.
Ija>rah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.Dengan demikian akad al-ija>rah tidak
ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang
menyewakan kepada penyewa.
Di dalam melakukan akad tidak boleh ada unsur penipuan, baik yang datang dari
mu’jir ataupun dari musta’jir. Banyak ayat ataupun riwayat yang berbicara tentang
tidak bolehnya berbuat khianat ataupun menipu dalam berbagai lapangan kegiatan,
dan penipuan ini merupakan suatu sifat yang amat dicela agama. Kedua pihak yang
melakukan akad ija>rah pun dituntut memiliki pengetahuan yang memadai akan
obyek yang mereka jadikan sasaran dalam ber-ija>rah, sehingga antar keduanya
tidak merasa dirugikan atau tidak mendatangkan perselisihan dikemudian hari.
Salah satu bentuk sewa-menyewa yang ada di Pasar tumpang ini yaitu sewa
Hartop yang sangat di butuhkan untuk para pendatang ataupun wisatawan yang ingin
melanjutkan pejalanan ke ranupani yang bertujuan kearah gunung semeru ataupun
wisata desa yang ada di ranupani. Dengan adanya usaha persewaan ini sangat
memudahkan pengunjung yang ingin melanjutkan perjalanannya tanpa harus
memikirkan perawatan ataupun lainnya, seperti halnya yang ada di daerah pasar
tumpeng yang mana banyak penduduk yang memiliki kendaraan hartop yang di
sewakan karena jalanan yang susah untuh di lalui kendaraan biasa sehingga angat
memudahkan para pengunjung yang datang.
Dalam praktiknya usaha persewaan mobil ini di lakukan perseorangan yang ada
di sekitaran pasar tumpeng malang mempunyai akad yang wajar dan biasa di lakukan
dalam urusan sewa menyewa, dalam sekali sewa yang biasa di tumpangi maksimal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
12 orang untuk sekali jalan dari pasar tumpeng kearah ranupani maupun dari ranupani
ke pasar tumpang dengan biaya sebesar Rp.650.000,namun setelah akad di sepakati
pihak pnyewa meminta tambahan sebersar Rp.10.000/orang dengan alasan sudah
biasa dan di lakukan secara sepihak tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.1
Praktik penambahan biaya yang di lakukukan oleh pihak penyewa ini di lakukan
tanpa sepengetahuan pihak yang menyewa bagi pihak yang sudah pernah menjadi hal
biasa yang di lakukan namun bagi pihak yang baru pertama di nilai sangat merugikan
pihak yang menyewa karena harus mengeluarkan biaya tambahan lagi dari harga yang
telah di tentukan sebelumnya.
Dengan adanya penambahan biaya secara sepihak ini tentu telah merugikan
pihak yang menyewa dan melanggar salah satu syarat syah ija>rah dimana akad
berdasarkan persetujuan kedua belah pihak dan adanya saling rela dan menerima
meskipun iti sudah biasa dilakukan. Selain itu penambahan biaya secara sepihak juga
tidak sesuai dengan prinsip sewa-menyewa berdasarkan hukum Islam yang
mengedepankan prinsip keadilan, kejujuran, transparansi saling menguntungkan dan
tidak saling merugikan antara yang satu dengan yang lain
1 Fariz, wawancara, 10 oktober 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik akad Sewa-menyewa Mobil Hartop
di Pasar Tumpang Malang
Agama Islam memberikan peluang bagi manusia. Untuk melakukan inovasi
terhadap berbagai muamalah yang mereka butuhkan dalam kehidupan mereka,
dengan syarat bahwa bentuk muamalah ini tidak keluar dari prinsip-prinsip yang telah
ditentukan dalam Islam. Perkembangan Jenis dan bentuk mua>malah yang
dilaksanakan oleh manusia sejak dahulu sampai sekarang, sejalan dengan
perkembangan kebutuhan dan pengetahuan manusia itu sendiri. disisi lain, sesuai
dengan perkembangan peradaban manusia, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, banyak bermunculan bentuk-bentuk transaksi yang belum ditemui
pembahasannya dalam khazanah fiqh klasik.
Dalam kehidupan sehari hari, manusia dalam melakukukan kegiatan juga
membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhinya seperti halnya sewa-menyewa
yang harus memberi imbalan ataupun upah setelahnya.
1. Analisis dari Segi Subjek dan Objek
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan yang ditemukan oleh penulis, bahwa
kedua orang (subyek) atau pelaku sudah aqil baligh, dan sudah berkata dalam sewa
menyewa pada dasarnya sudah sesuai dengan syariat Islam, karena pemilik mobil
telah merelakan mobilnya untuk dimanfaatkan oleh penyewa.
Dalam segi obyek, pihak persewaan hanya menyediakan obyek yang berupa
mobil yang mana mobil adalah suatu barang tidak dilarang oleh syara’ (boleh atau
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
mubah). kemudian pihak persewaan telah menyerahkan barang sewaan (obyek)
yang berupa mobil kepada si penyewa untuk dipakai atau diambil manfaatnya, dan
mereka menyepakati pula dalam hal prosedur pembayaran yaitu dengan membayar
uang sewa sebesar Rp. 650.000 sekali berangkat. dan kedua belah pihak ini telah
saling rela untuk melakukan perjanjian sewa menyewa. Dalam hal ini sudah sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang diterapkan dalam sewa menyewa suatu barang.
Jika dilihat dari segi obyek dan subyeknya jenis transaksi akad sewa menyewa
Hardtop di Pasar Tumpang Malang ini diperbolehkan menurut aturan hukum Islam
tidak ada satu dalih apapun yang membuat pratek sewa menyewa ini tidak
diperbolehkan.
2. Analisis dari segi Akad ija>rah
Pada dasarnya, semua bentuk mua>malah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya. Dari kaidah tersebut dapat dipahami bahwa dalam urusan
dunia termasuk di dalam mua>malah, Islam memberikan kebebasan kepada
manusia untuk mengaturnya sesuai dengan kemaslahatan mereka. Oleh karena itu
semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya
sah dan dibolehkan, asalkan tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum
yang ada dalam syara’. Namun, dalam hukum Islam kecurangan ataupun penipuan
dan ketidakjelasan termasuk salah satu perbuatan yang terlarang. Larangan tersebut
agar seseorang tidak memakan harta orang lain secara batil dengan melakukan
perbuatan yang dilarang berdasarkan hukum Islam. Seperti halnya telah di jelaskan
bahwa ada syarat akad yang harus di penuhi yaitu :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
1. Tidak menyalahi hukum syariah yang di sepakati adanya Perjanjian yang di
adakan oleh para pihak itu bukanlah perbuatan yang bertentangan dengan
hukum atau perbuatan yang melawan hukum syariah, sebab perjanjian yang
bertentangan dengan ketentuan hukum syariah adalah tidak sah, dan dengan
sendirinya tidak ada kwajiban bagi masing masing pihak untuk menepati atau
melaksanakan perjanjian tersebut,atau dengan perkataan lain apabila isi
perjanjian itu merupakan perbuatan melawan hukum (hukum syariah), maka
perjanjian yang di adakan dengan sendirinya batal demi hukum.Dengan dasar
hukum yang merujuk pada ketentuan hukum yang terdapat dalam hadist
rasulullah saw yang artinya : “ segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam
kitab allah adalah bathil, sekalipun seribu syarat’’.2
2. Harus sama ridha dan ada pilihan Perjanjian yang di adakan oleh para pihak
haruslah didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-
masing pihak ridha/rela akan isi perjanjian tersebut, jadi harus merupakan
kehendak bebas masing-masing pihak, berarti tidak boleh ada paksaan dari
pihak yang satu kepada pihak yang lain, dengan sendirinya perjanjian yang di
adakan tidak mempunyai kekuatan hukum apabila tidak disandarkan kepada
kehendak bebas pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.3
2 Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah(Surabaya; UINSA Perss: 2014), 26.
3 Ibid., 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
3. Harus jelas dan tidak gamblang Sesuatu yang di perjanjikan oleh para pihak
harus jelas dan tidak gamblang tentang apa yang menjadi isi perjanjian,
sehingga tidak mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman di antara kedua
belah pihak tentang apa yang telah mereka perjanjikan di kemudian hari. Pihak
yang mengadakan perjanjian atau yang mengikatkan diri dalam perjanjian, pada
saat pelaksanaan atau penerapan perjanjian haruslah mempunyai interpretasi
yang sama tentang apa yang telah mereka perjanjikan, baik terhadap isi maupun
akibat yang di timbulkan oleh isi perjanjian tersebut.4
Dari segi akad sewa menyewa pada praktek sewa menyewa Hardtop
tersebut menurut penulis sah saja karena kedua belah pihak sudah melakukan
i>ja>b qobu>l pada awal trasaksi sewa menyewa Hardtop itu. Namun dalam
perjalannya transaksi tersebut rusak ketika pihak penyewa meminta tambahan
biaya dari biaya yang telah di tentukan di awal akad sehingga disini terjadi
sebuah perubahan akad secara sepihak yang dilakukan pihak penyewa hardtop
tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak secara tidak langsung hal ini tidak
sesuai dengan prinsip sewa menyewa yang ada di Islam, seharusnya yang di
ajarkan pada prinsip Islam ketika terjadi sebuah akad sewa menyewa akad akan
dianggap sah jika dengan i>ja>b qa>bul atau ada persetujuan kedua buah pihak.
Sebagai mana firman allah dalam surat al maidah ayat 1 :
4 Ibid., 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
Vلعقود أوفوا آمنوا الذين أيـها ]
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”.5
Berkaitan dengan ayat, yang menjelaskan bahwa dalam melakukan suatu
perjanjian, harus menjalani kewajiban yang telah ditentukan bersama atas
kesepakatan kedua belah pihak. Pada hakikatnya akad dapat dikatakan sah apabila
terdapat i>ja>b dan qabu>l. i>ja>b adalah permulaan penjelasan yang keluar dari
seorang yang berakad sebagai gambaran kehendak dalam mengadakan akad
ija>rah. Sedangkan qabul adalah suatu pernyataan yang diucapkan dari pihak yang
berakad pula. (musta’jir) untuk penerimaan kehendak dari pihak pertama, yaitu
setelah adanya i>ja>b. I>>ja>b dan qabu>l disyaratkan harus jelas maksud dan
isinya harus tegas. Harus jelas artinya, bahwa ungkapan baik lisan, tulisan, isyarat
maupun yang lainnya, yang dinyatakan untuk menyatakan i>ja>b dalam setiap
akad,menunjukkan secara jelas jenis akad yang dikehendaki. Karena akad itu satu
sama lain berbeda baik tujuannya maupun akibat hukum apa yang diciptakan harus
jelas.6
5 Departemen Agama Republik Indonesia(Surabaya: Dana Karya, 2007), 105.
6 Syamsul Anwar,Hukum Perjanjian Syari’ah(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), 104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
Pada penjelasan pada bab sebelumnya tentang selain rukun akad ada juga
rukun ija>rah yang mana Rukun merupakan hal yang sangat esensial artinya bila
rukun tidak terpenuhi atau salah di antaranya tidak sempurna (cacat), maka suatu
perjanjian tidak sah (batal).
Para ulama telah sepakat bahwa yang menjadi rukun ija>rah adalah:
a. A>qid (pihak yang melakukan perjanjian atau orang yang berakad).
b. Ma’qud ‘alaihi (objek perjanjian atau sewa/imbalan).
c. Manfaat.
d. Sighat.7
Disamping rukun yang telah disebutkan di atas, ija>rah juga mempunyai
syarat-syarat tertentu, yang apabila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka ija>rah
menjadi tidak sah. Syarat-syarat tersebut adalah:
a. Adanya kerelaan para pihak dalam melakukan perjanjian sewa-menyewa
Maksudnya bila di dalam perjanjian sewa-menyewa itu terdapat unsur
pemaksaan, maka sewa-menyewa iti tidak sah. Hal ini senada dengan firman
Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29 :
7 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah)(Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
2014), 199.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
نكم أموالكم Wكلوا لا آمنوا الذين أيـها ] تـراض عن تجارة تكون أن إلا باطل Vل بـيـرحيما بكم كان ا[ إن أنـفسكم تـقتـلوا ولا منكم
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. (QS. An-Nisa’: 29).8
Berdasarkan ayat ini dapat dijelaskan bahwa ija>rah yang dilakukan
secara paksaan ataupun dengan jalan yang batil, maka akad ija>rah tersebut
tidak sah, kecuali apabila dilakukannya secara suka sama suka di antara kedua
belah pihak.
b) Segala hal yang berhubungan dengan objek sewa-menyewa harus jelas
dan transparan.
c) Hendaklah barang yang menjadi objek transaksi (akad) dapat
dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria, realita dan syara’.
d) Dapat diserahkan sesuatu yang disewakan berikut kegunaan (manfaat).
e) Bahwa manfaat adalah hal yang mubah, bukan diharamkan.
Dalam buku Fath al-Qarib, dijelaskan bahwa untuk sahnya ija>rah sebagai
berikut:
8 Departemen Agama Republik Indonesia(Surabaya: Dana Karya, 2007), 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
a. Untuk sahnya ija>rah bahwa setiap benda dapat diambil manfaat serta
tahan keadaan tetapi jika tidak kuat, maka tidak sah sewa-menyewa.
b. Harus adanya ucapan i>ja>b qa>bul antara kedua belah pihak, lafadznya
yaitu: “Saya menyewakan rumah ini kepadamu” dan jawabnnya: “Saya
terima rumah ini”.9
Perjanjian akad sewa menyewa ini adalah persoalan anatar manusia yang
memerlukan kerelaan jiwa dan di butuh kan adanya untuk saling meridhoi antara
pihak penyea dan pihak yang menyewa dengan maksud agar terhindarnya sebuah
akad yang di dasari atas unsur paksaan sehigga saling merugikan dan batalnya akad
atau rusak nya akad karena adanya unsur tersebut.
Oleh karena itu syarat akad menetapkan, ketika terjadi akad katakanlah yang
menjadi ungkapan yang terdapat di dalam jiwa yang sesuai dengan keadaan yang
ada. Namun dalam kasus ini penambahan biaya sewa menyewa dilakukan secara
sepihak oleh penyewa hartop, dalam hal ini tidak terjadi kesepakatan terlebih dahulu
antara penyewa hardtop dengan pihak yang menyewa, hanya ketika si penyewa
mengatakan biaya sekali berangkat tanpa mengatakan bila adanya tambahan yang
di lakukan sebesar Rp.10.000/ orang yang seharusnya di lakukan akad atau
persetujan i>ja>b dan qo>bul antara pnyewa dan yang meyewakan sebelumnya.
Dari kasus yang terjadi pada transaksi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
ada hal yang kurang memenuhi syarat dalam syarat sahnya akad yaitu dimana ketika
9 Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam(Fiqih Muamalah)., 202.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
si penyewa melakukan penambahan biaya yang di lakukan oleh pihak penyewa
secara lagsung dan di lakukan sepihak yang tidak di akadkan ketika pada waktu
perjanjian sewa menyewa. Secara tidak langsung hal ini membuat suatu tindakan
tanpa ada persetujuan kedua belah pihak, jelas dalam hal ini menciderai salah satu
syarat dalam hal sewa menyewa yaitu kerelaan dari kedua pihak yang bertransaksi.
Dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa kasus ini ketika ditinjau dari segi akad
sewa menyewa sangat tidak diperkenankan atau dalam hal ini menurut penulis
akadnya tidak sah/akad rusak. Seharusnya dalam transaksi tersebut harus juga diatur
sejak awal jika terjadi penambahan biaya dari biaya yang telah di tentukan meskipun
itu sudah biasa dilakukan, biar bagaimana bisa memenuhi sebuah syarat dan rukun
sahnya dalam trasaknsi sewa menyewa ini.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Sewa-
menyewa Mobil Hardtop (studi kasus di Pasar Tumpang Malang) maka penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal:
1. Praktik akad sewa-menyewa Mobil Hardtop yang terjadi di pasar tumpang
Malang tersebut terjadi karena banyaknya pengunjung yang ingin mendaki.
Dalam proses penyewaan Hardtop tersebut terjadilah suatu pembicaraan antara
penyewa Hardtop dan pemilik Hardtop. Pada awalnya kedua belah pihak
bersepakat dengan harga yang tertera, namun di akhir akad si pemilik Hardtop
meminta tambahan uang lagi dengan alasan sudah biasa dilakukan. Dalam hal ini
penyewa merasa keberatan dengan adanya tambahan uang sewa tersebut.
2. Praktik tambahan biaya sewa mobil hardtop yang dilakukan jika ditinjau menurut
hukum Islam belum memenuhi rukun dan syarat ijārah, karena dalam praktiknya
tambahan biaya yang dilakukan oleh pihak penyewa membuat pihak penyewa
kurang rela dengan adanya tambahan biaya dan merasa terpaksa untuk membayar
dengan biaya yang lebih dari yang telah disebutkan pada awal akad atau
kesepakatan di awal meskipun hal ini sudah biasa dilakukan dan menjadi tradisi
adanya uang tambahan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
B. Saran
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi para penyewa yang akan menyewa Hardtop tersebut. Harusnya lebih
berhati-hati dengan kesepakatan awal dan menanyakan dengan pemilik
Hardtop.
2. Kepada pihak yang menyewakan di mohon untuk tidak melakukan
penambahan biaya yang di lakukan di luar kesepakatan di awal akad meskipun
sudah biasa dilakukan namun harus ada penjelasan di awal agar tidak ada yang
merasa terpaksa atau dirugikan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syari’ah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.
Arifin bin Badri, Muhammad. Sifat Perniagaan Nabi, Panduan Praktis Fiqih Perniagaan Islam. Bogor: Darul Ilmi Publising, 2012.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Azhar, Basyir. Asas-asas Muamalat. Yogyakarta: UII Press, 2000. Bari, Achmad Fatchul. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Perpanjangan
Sewa Menyewa Secara Sepihak Dari Pihak Rental Di Rental Mobil Semut Jalan Stasiun Kota Surabaya” (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016).
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Dimyauddin djuwaini, Dimyauddin. pengantar fiqh muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Fatmah, ST. MM, Kontrak Bisnis Syariah, Surabaya: UIN SA Press, 2014.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Reseach. Yogyakarta: FT UGM, 1988.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007. Ismail Nawawi,Fiqh Muamalah, Jakarta : Dwiputra Pustaka Jaya, 2010.
Karim, Helmi. fiqh muamalah, Jakarta, Rajawali Press, 1993.
Mardani, Ushul Fiqh. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2013. Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Renika Ilmu, 2004.
Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta : UII Press, 2000.
Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
Rachmawati, Ari. “Analisis hukum Islam terhadap praktek usaha persewaan mobil di Dusun Buaran Keboguyang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2012).
Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010. Rofiudin, Mohammad. “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Uang Muka
Persewaan Mobil Marem Jaya Transportation Di Desa Keboharan Krian Sidoarjo” (Skripsi-UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015).
Syafe’i, Rachmat. Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003.
Yazid, Muhammad. Hukum Ekonomi Islam (Fiqh Muamalah), Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014.