tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka...
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Pertanian Organik
Rasanya semakin banyak orang Indonesia saat ini yang mengerti apa itu
pertanian organik. Pertanian organik sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian
masyarakat dikota-kota besar. Menurut berbagai literatur tentang pertanian
organik maka hampir semuanya menyatakan bahwa pertanian organik adalah cara
bertani atau mengolah hasil pertanian tanpa melibatkan atau tanpa menggunakan
bahan-bahan kimia buatan, seperti pupuk kimia, pestisida kimia, dan zat pengatur
tumbuh. Sering juga pertanian organik disamakan dengan pertanian tradisional,
pertanian berkelanjutan, pertanian selaras alam, dan pertanian alami. Kamus
Wikipedia minsalnya menyebutkan bahwa usaha tani organic (organic farming)
adalah bentuk usaha tani yang menghindari atau secara besar-besaran
menyingkirkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, zat pengatur tumbuh
tanaman, dan perangsang (Sabastian, 2010).
Pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab
dengan lingkungan. Pertanian organik merupakan berusaha meminimalkan
dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama pertanian organik adalah
penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan
pupuk organik dan pestisida organik. Prtanian organic merupakan tuntutan zaman,
bahkan sebagai pertanian masa depan. Akhir-akhir ini kesadaran manusia untuk
menjaga kelestarian lingkungan mulai meningkat. Oleh karena dibudidayakan
Universitas Sumatera Utara
tanpa penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian
organik ini pun terbebas dari residu zat berbahaya. Manusia sebagai
konsumenakhir produk pertanian akan merasa aman dan terjaga kesehatannya
(Agus, 2006).
Pertanian organik ditakrifkan sebagai suatu sistem produksi pertanaman
yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui
sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah lainnya yang mampu
memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur ulang hara merupakan
teknologi tradisional yang sudah cukup lama dikenal sejalan dengan berkembang
peradaban manusia. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara
secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa
tanah yang selanjutnya setelah menggalami proses mineralisasi akan menjadi hara
dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau
lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda
sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikann unsur hara secara
cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran
dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
(Anonimus b , 2012).
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau
membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya
kimiawi. Pupuk organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata
dibandingkan dengan pupuk kimia.
Menurut deptan Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang
holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
Universitas Sumatera Utara
agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang
cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM (International
Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik
adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat
biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Serifikasi produk organik
yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus
sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini
penggunaan GMOs (Genetically Modified Organisme) tidak diperbolehkan dalam
setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen
(Sebastian, 2010).
Pertanian organik yang merupakan bentuk dari pemanfaatan secara
keseluruhan dari bahan-bahan organik dalam penarapannya akan memberikan
dampak yang baik bagi lingkungan sekitar, sehingga pertanian yang berkelanjutan
yang diharapkan mampu memberikan hasil yang konsisten setiap musim panen
dapat di capai. Saat ini dengan sistem pertanian moderen (pemanfaatan bahan-
bahan kimia anorganik) sebenarnya sudah mampu meberikan hasil yang
maksikmal, tetapi efek samping dari sistem pertanian moderen sangat merugikan
lingkungan dan konsumen produk pertanian seperti rusaknya ekosistem, dan
penyakit-penyakit jangka panjang pada manusia.
Pertanian organik yang merupakan bentuk dari pemanfaatan secara
keseluruhan dari bahan-bahan organik dalam penarapannya akan memberikan
dampak yang baik bagis lingkungan sekitar, sehingga pertanian yang
berkelanjutan yang diharapkan mampu memberikan hasil yang konsisten setiap
musim panen dapat di capai. Saat ini dengan sistem pertanian moderen
Universitas Sumatera Utara
(pemanfaatan bahan-bahan kimia anorganik) sebenarnya sudah mampu meberikan
hasil yang maksikmal, tetapi efek samping dari sistem pertanian moderen sangat
merugikan lingkungan dan konsumen produk pertanian seperti rusaknya
ekosistem, dan penyakit-penyakit jangka panjang pada manusia. Pertanian
organik selain melindungi lingkungan, juga dapat melindungi konsmen pemanfaat
hasil pertanian organik. Banyak sekali hasil penelitian yang mengungkapkan
penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh penerapan pertanian modern seperti
kanker dan tumor, akan tetapi masalah inipun masih menjadi polemik
dimasyarakat. Pemnfaatan pestisida berlebihan memang menimbulkan kerusakan
lingkunganan kesehatan, apalagi bahan-bahan kimia yang berasal dari pestisida
kimia susah untuk di daur ulang oleh lingkungan dan cenderung bertahan
dilingkungan yang mengakibatkannya sebagai sumber racun bagi mahluk hidup
disekitarnya (Anonimus a , 2012).
Demplot (demonstrasi Plot) Pertanian Organik
Pengertian Demonstrasi
Demonstrasi (dalam kamus Bahasa Indonesia) ada dua makna, Pertama,
merupakan bentuk ekspresi berpendapat atau bentuk pernyataan protes yang
dikemukakan secara masal atau unjuk rasa. Kedua, peragaan yang dilakukan oleh
sebuah lembaga atau kelompok, misalnya demo masak, mendemonstrasikan
pencak silat dll.
ber·de·mon·stra·si : melakukan demonstrasi; melakukan unjuk rasa;
men·de·mon·stra·si : menentang suatu pihak atau seseorang dengan cara
berdemonstrasi;
Universitas Sumatera Utara
men·de·mon·stra·si·kan : mempertunjukkan; mempertontonkan;
memperagakan: dia ~ cara menggunakan alat pertanian modern
(Anonimus 𝑓𝑓 . 2010).
Demonstrasi merupakan metode penyuluhan pertanian yang dilakukan
dengan cara peragaan. Kegiatan demonstrasi dilakukan dengan maksud untuk
memperlihatkan suatu inovasi baru kepada sasaran secara nyata atau konkret.
Melalui kegiatan demonstrasi sasaran (audience) diajarkan mengenai
keterampilan, memperagakan cara kerja teknik-teknik baru termasuk
keunggulannya untuk menyempurnakan cara lama.
Tujuan :
- Meyakinkan petani terhadap suatu cara yang lebih baik dan
menguntungkan.
- Menunjukkan hasil suatu cara baru.
- Memperlihatkan suatu keuntungan dari suatu anjuran.
- Memberi kesempatan kepada petani untuk berperan aktif.
- Memberi kesempatan kepada petani untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan secara nyata
(Anonimus c , 2012).
Demonstrasi pada dasarnya merupakan tindak lanjut dari hasil pengujian
suatu produk atau teknologi, yang dianggap tepat diterapkan atau dikembangkan
di suatu daerah tertentu. Pembukaan awal dari penerapan teknologi di suatu
tempat yaitu demonstrasi plot (demplot). Contoh kegiatan demplot yang sering
Universitas Sumatera Utara
dilakukan adalah demplot penggunaan agroinput (benih, pupuk, dan pestisida)
pada budidaya tanaman padi.
Demontrasi adalah tulang punggung pendidikan informal dan adalah satu
alat yang paling efektif bagi pengajar dalam situasu yang lebih formal. Jika petani
hanya mendengarkan dari orang lain cara mengerjakan sesuatu dengan baik,
mereka akan lekas melupakannya. Orang perlu melihat sesuatu dikerjakan dan
dikerjakan sendiri olehnya yang membuatnya akan tetap mengingatnya. Satu
demonstrasi dimana orang mengambil bagian, adalah jalan yang paling efektif
untuk meyakinkan metode baru dan akan diingat (Ginting, 2006).
Teknik:
a. Prademonstrasi
- Menentukan isi peragaan.
- Mempersiapkan penyajian.
b. Pada saat demonstrasi dilaksanakan
- Menempatkan posisi audience/tempat duduk agar dapat
memperhatikan peragaan dengan baik.
- Setiap langkah proses demonstrasi diperagakan secara hati-hati.
- Tuntaskan peragaan tiap langkah sebelum beralih pada peragaan
berikutnya.
- Berilah penjelasan mengapa, bagaimana dan kapan langkah itu
tepat dilakukan. Tulislah butir-butir inti yang penting dalam papan
tulis.
- Peragaan hendaknya mendapat tahapan penjelasan secara lisan atau
dengan alat bantu.
- Berikan kesempatan pada audience untuk mencoba peragaan secara
langsung.
- Rangsanglah audience untuk bertanya.
Universitas Sumatera Utara
- Berikan waktu untuk berdiskusi.
Berikan rangkuman apa yang telah dilakukan dalam proses peragaan
tersebut (Anonimuse , 2010).
Jenis Demonstrasi
1. Berdasarkan Materi
a. Demonstrasi cara
Demonstrasi ini mempertunjukkan suatu cara kerja baru atau suatu cara
lama tetapi dilakukan dengan lebih baik, misalnya bagaimana cara menanam padi
menurut sistem jajar Legowo, cara melakukan vaksinasi, cara pembuatan pupuk
organik (bokasi), dan sebagainya. Metode demonstrasi cara tidak mempersoalkan
mengenai hasilnya,tetapi bagaimana melakukan suatu cara kerja. Yang perlu
diingat bahwa demonstrasi bukanlah suatu percobaan atau pengujian, tetapi suatu
usaha pendidikan atau percontohan. Manfaat demonstrasi cara, yaitu
• efektif untuk mengajarkan keterampilan,
• menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri,
• merangsang kegiatan, dan
• mempunyai efek publisitas.
Sedangkan hambatannya, yaitu:
• tidak semua dapat didemonstrasikan,
• memerlukan banyak persiapan, dan
• akan merugikan program penyuluhan apabila demonstrasi berjalan buruk.
Universitas Sumatera Utara
b. Demonstrasi hasil
Demonstrasi untuk memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penerapan
teknik baru, misalnya demonstrasi pemupukan dengan dosis pupuk tertentu,
adaptasi varitas tanaman padi, dan sebagainya. Metode demonstrasi hasil
memperlihatkan atau membuktikan pemanfaatan satu atau beberapa seri teknologi
yang dianjurkan. Selain itu, agak memerlukan banyak waktu dan biasanya
diperlukan perbandingan dan pencatatan. Manfaat demonstrasi hasil, yaitu
• mempecepat proses adopsi,
• memperoleh keterangan dan data yang nyata, dan
• memberi pengalamankepada petugas sehingga memperbesar keyakinan
atas tugasnya.
Sedangkan hambatannya, yaitu;
• memerlukan banyak persiapan, pelaksanaan dan pengawasan yang teliti,
• biaya besar,
• sering gagal karena faktor agroklimat, dan
• dapat menimbulkan persaingan tidak sehat.
2. Berdasarkan Materi & Demonstratornya
a. Demonstrasi plot (demplot); demonstrasi usaha tani perorangan dengan
penerapan teknologi pertanian pada usaha tani kecil dengan komoditi tertentu
(tanaman pangan, perkebunan, ternak, ikan, danpenghijauan). Luas lahan yg
digunakan 0,1 ha. Pembiayaannya berasal dari pemerintah atau pihak swasta
yang bertujuan mempromosikan produk atau teknologinya
Universitas Sumatera Utara
b. Demonstrasi farming (demfarm); demonstrasi usaha tani dengan penerapan
teknologi pertanian pada usaha tani yang dilakukan secara kelompok. Luas
lahan yang digunakan 1 - 5 ha.c.
c. Demonstrasi area (dem-area); demonstrasi usaha tani gabungan kelompok
dengan penerapan teknologi pertanian pada usaha tani yang dilakukan secara
kerja sama antara kelompok dalam satu gabungan kelompok. Luas lahan yang
digunakan 25 – 100 ha. Dem-area ini merupakan pola dasar dari model
intensifikasi khusus (INSUS)
d. Demonstrasi unit (dem-unit); demonstrasi yg dilaksanakan antar gabungan
kelompok tani dalam suatu hamparan Wilayah Kerja Penyuluhan. Kegiatan
utamanya meliputi, produksi, pengolahan, penguasaan, dan pemasaran hasil
pertanian, menuju kepada pembangunan masyarakat perdesaan.
(Anonimus d , 2010).
Universitas Sumatera Utara
PUSAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH BAHOROK)
Agrotechnopark adalah suatu kawasan untuk menerapkan berbagai jenis
teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan hasil (pasca
panen) yang telah dikaji oleh berbagai lembaga penelitian Pemerintah / Swasta
untuk diterapkan dalam skala ekonomi yang berfungsi sebagai tempat pelatihan
dan pusat transfer teknologi ke masyarakat luas. Strategi umum yang dilakukan
dalam pengembangan agrotechnopark yakni : keterpaduan, business approach,
sustainability/keberlanjutan, pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan Iptek
(Kemenristek, 2002).
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan ProvSU pada tanggal 27 Oktober 2008 bekerjasama dengan
Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) menandatangani kesepakatan Pengembangan
Kawasan Agrotechnopark Yayasan Ekosistem Lestari. Pengembangan
Agrotechnopark dilakukan pada Kebun Organik (Ecofarming Center) Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bohorok yang berlokasi di Desa Timbang
Lawan, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (PPLH, 2012).
Profil Ecofarming Center
Yayasan Ekosistem Lestari melalui salah satu Divisi-nya, yaitu Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bohorok mengubah sebidang lahan tidur
menjadi sebuah kebun pertanian terpadu yang dikelola secara organik. Kebun
tersebut bernama Ecofarming Center (Kebun Organik PPLH Bohorok).
Universitas Sumatera Utara
Kebun terletak di tengah-tengah lahan masyarakat, tepatnya di Desa Timbang
Lawan, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Pembangunan Ecofarming Center (EFC) dimulai pada Bulan Desember
2005 di atas lahan ± 1.88 Ha. Pembangunan dan pemeliharaan dilakukan dengan
melibatkan masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Dusun VII dan Dusun VIII,
Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bohorok. Ecofarming Center diharapkan dapat
menjadi pusat informasi dan tempat belajar bagi para petani dan pihak-pihak lain
tentang hal-hal yang menyangkut pertanian dalam artian luas, khususnya
pertanian organik. Lahan dan media-media EFC dijadikan lahan percontohan
untuk penerapan sistem pertanian organik serta sebagai salah satu media
pendidikan lingkungan hidup PPLH Bohorok. Selain itu, berdasarkan Nota
Kesepakatan antara YEL dengan Balitbang Sumut tanggal 27 Oktober 2008, EFC
diharapkan dapat menjadi salah satu Agrotechnopark di Sumatera Utara.
Terdapat beberapa media di EFC yang dibuat sebagai model kegiatan
pertanian yang dikelola secara organik dan berkesinambungan. Sebagian besar
lahan EFC dikelola sebagai kebun yang ditanami beberapa sayuran dataran
rendah, perikanan dan peternakan. Jenis komoditas yang diusahakan adalah
tanaman pangan, tanaman hortikultura, rempah-rempah dan tanaman obat,
tanaman untuk pestisida nabati dan pupuk organik, produk olahan, peternakan
(bebek, sapi, kambing) dan perikanan air tawar (nila, mas, tawes dan lele). Pada
lahan EFC juga terdapat 2 unit biofitrasi, aquaponic, periphyton, serta lahan yang
ditanami dengan beberapa koleksi tanaman hutan, buah, dan obat dengan sistem
polykultur.
Universitas Sumatera Utara
Selain lahan yang ditanami dengan berbagai tanaman, di EFC juga
terdapat beberapa sarana dan prasarana pendukung lainnya. Bangunan yang
terdapat di EFC dibuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh dari daerah
tersebut, seperti bambu, tanah liat dan kayu kelapa. Beberapa bangunan yang
terdapat di EFC di antaranya adalah rumah ekologis yang di dalamnya terdapat
kantor kebun, laboratorium sederhana, perpustakaan, ruang simpan benih dan
gudang. Bangunan lainnya adalah kandang ternak, rumah pembibitan, rumah
kompos, dan ruang pertemuan dari bambu sebanyak 2 unit.
Sistem pengelolaan kebun di EFC dilakukan dengan sistem pertanian
terpadu dengan menerapkan sistem Bio – Cycle Farming (BCF). Input pertanian
seperti pupuk organik, biopestisida, benih, serta pakan untuk ternak dan ikan,
semaksimal mungkin diberikan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan produk
yang terdapat di EFC atau lingkungan di sekitar EFC. Untuk memastikan proses
yang dilakukan dan produk yang dihasilkan di EFC sesuai dengan sistem dan
prinsip-prinsip dalam Pertanian Organik, sejak Bulan Juli 2009, EFC telah
memperoleh Sertifikat Organik terhadap produk yang dihasilkannya dengan
nomor registrasi KAN-LSPO-005-007 yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi
Organik Seloliman (LeSOS). Kebijakan mutu EFC disusun berdasarkan SNI 01-
6729-2002 tentang Standar Nasional Pangan Organik
Proses pembangunan dan pemeliharaan EFC dilakukan dengan melibatkan
masyarakat di sekitar EFC. Masyarakat yang telah terlatih dan terampil dalam
pengelolaan pertanian organik juga dilibatkan menjadi fasilitator yang akan
menerangkan proses dan tehnik-tehnik pertanian organik kepada pengunjung yang
terdiri atas pelajar, mahasiswa, petani, dll. yang datang ke EFC. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
kelompok Ibu-Ibu dan remaja di sekitar EFC juga dilibatkan dalam pengelolaan
kebun, berupa penyediaan makanan dan minuman untuk pengunjung atau peserta
pelatihan yang datang.
Melalui Program Community Development, PPLH Bohorok juga
merangkul masyarakat, khususnya di Kecamatan Bohorok dalam
mengembangkan sistem pertanian organik di lahan-lahan pertanian mereka.
PPLH Bohorok saat ini mendampingi 7 (tujuh) kelompok petani dampingan yang
terdapat di Desa Timbang Lawan, Timbang Jaya, dan Sampe Raya.
Sebagai salah satu Sub Divisi pada PPLH Bohohorok, EFC juga didukung
oleh fasilitas dan media pendukung lainnya yang terdapat pada Sub Divisi lainnya
di PPLH Bohorok yaitu, Ecolodge dan Program Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH) yang berlokasi di daerah wisata Bukit Lawang (sekitar 7 km dari
EFC). Ecolodge merupakan penginapan ekologis dengan fasilitas pengolahan
limbah cair (biofiltrasi) dan limbah padat organik (composting), serta bangunan
dan makanan ekologis. Sedangkan Program PLH, menjalankan sosialisasi
Pendidikan Lingkungan Hidup, khususnya di sekolah-sekolah Kecamatan
Bohorok dan mengelola kegiatan outbound dan beberapa paket program, seperti
Wisata Pendidikan Hutan Hujan Tropis, Lintas Kampung, Pengelolaan Sampah,
dll (PPLH, 2012).
Kegiatan Ecofarming Center / Agrotechnopark YEL
Beberapa kegiatan yang saat ini telah dan akan dilakukan di Ecofarming
Center/ Agrotechnopark YEL sebagai salah satu media pendidikan lingkungan
hidup PPLH Bohorok - YEL, di antaranya adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Melakukan Pelatihan Pertanian Organik (teori dan praktek), baik untuk para
petani dan masyarakat umum di Kecamatan Bohorok, maupun dari daerah-
daerah lainnya.
2. Melakukan pendampingan di lapangan untuk para petani di Kecamatan
Bohorok dan daerah lainnya, khususnya yang berkaitan dengan Pertanian
Organik
3. Melalui program pendidikan lingkungan hidup melakukan pengenalan pada
sistem dan prinsip Pertanian Organik untuk para pelajar (TK, SD, SMP, SMA)
dan mahasiswa serta masyarakat umum
4. Sebagai lokasi penelitian dan fieldtrip (kunjungan ke lapangan) bagi para
mahasiswa Fakultas Pertanian untuk melihat pengelolaan lahan pertanian
organik di tengah-tengah masyarakat.
5. Sebagai alternatif lokasi kunjungan turist di Bohorok.
(PPLH, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Landasan Teori
Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak. Sikap dikatakan sebagai suatu respons
evaluative. Respon evaluative berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
member kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-
negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai
potensi reaksi terhadap objek sikap.
Sikap adalah determinasi perilaku, karena mereka berkaitan dengan
persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap
mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang-
orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Defenisi
Universitas Sumatera Utara
tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang
(Winardi, 2004).
Sikap manusia atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefenisikan
dalam berbagai versi oleh para ahli. Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih
dari tiga puluh defenisi sikap. Puluhan defenisi dan pengertian itu pada umumnya
dapat dimasukkan ke dalam salah satu diantara tiga kerangka pemikiran. Pertama
adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis
Thurstone (salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuran sikap), Rensis
Likert (seorang pionir di bidang pengukuran sikap), dan Charles Osgood. Menurut
mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz
(1972) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara
lebih spesifik, Thurstone sendiri memformulasikan sikap sebagai derajat efek
positif atau negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 1995).
Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara
antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam
tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai
apa yang diyakini), respon efektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan
afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan
mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon
tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi
lengkap mengenai sikap individu tentu haru diperoleh dengan melihat ketiga
macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan
individual, sikap dapt pula dibeddakan sebagai berikut.
1. Sikap Positif, Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-
norma yang berlaku diman individu itu berada.
2. Sikap Negatif, Sikap negatif yaitu yang menunjukkan atau memperlihatkan
penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana
individu itu berada.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah serangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisi
atau mengatakan hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimatnya bersifat
mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut
dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula
berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung
maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan ini yang disebut dengan
pernyataan yang unfavourable.Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar
terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang seimbang.
Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua
negatif yang
Skala Likert
seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali
objek sikap (Azwar, 2005).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusi adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap
sangat populer di kalangan ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini
dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik opada
umumnya memiliki relibilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan
pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa
sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor)
dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).
Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang,
pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran
sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai
berikut.
1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran
sikap.
2. Sikap itu digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral
ke positif.
Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan popular dengan
nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap
yang menggunakan distribusi respon sebaga dasar penentuan nilai skalanya.
Prosedur penskalaan Model Likert didasari oleh dua asumsi yaitu sebagai berikut.
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakatiu sebagai termasuk
pernyataan yan favorable atau pernyataan yang unfavorable.
Universitas Sumatera Utara
2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempuyai sikap positif harus
diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh
responden yang mempunyai sikap negatif.
Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan
telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada
rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan
kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam
kategori jawaban yaitu, ”sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak
dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS).
Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah
skor T, yaitu :
T = 50 − [X − X𝑆𝑆
]
Keterangan :
T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
X = mean skor kelompok
S = deviasi standar kelompok
Karakteristik Sosial Ekonomi
Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan
hidup manusia dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandung di dalamnya
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai kebersamaan, solidaritas dan kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu
kelompok. Untuk berinteraksi dalam masyarakat dan dalam usaha penangkapan
ikan seseorang nelayan pastinya memiliki karakteristik masing-masing yang
berbeda seperti umur, pendidikan, pengalaman melaut, jumlah tanggungan dan
jumlah pendapatan.
1. Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang
dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka
kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal
(Hasyim, 2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin
turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur
tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman
(Suratiyah, 2008).
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas
manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.
Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah
(Kartasapoetra, 1994).
Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan
menanamkan pengertian sikap yang megguntungkan menuju penggunaan praktek
Universitas Sumatera Utara
pertanian yang lebih modern. Menurut Ahmadi (2003) menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti: kualitas
sumber daya manusia, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya
birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien dan sebagainya. Namun demikian,
tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan faktor
yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia
bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan, tetapi sekaligus juga
merupakan subyek pembangunan.
3. Pengalaman bertani
Pengalaman seseorang sangat berpengaruh dalam menerima inovasi dari
luar. Di dalam mengadakan suatu penelitian pengalaman diukur mulai sejak kapan
orang tersebut aktif secara mandiri mengusahakan usahanya sampai diadakan
penelitian (fauziah, 1991).
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai
pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari
pada pemula.
Senada dengan hal diatas, Lubis (2000) juga berpendapat bahwa orang
yang mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan
usahanya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih
baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman.
4. Jumlah Tanggungan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani
untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan
keluarganya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup
yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan dalam berusaha. (Soekartawi, 1999).
5. Jumlah Pendapatan
Pendapatan usahatani yang seringkali ada hubungannya dengan tingkat
difusi pertanian. Kemauan untuk melakukan percobaan atau perubahan dalam
difusi inovasi yang cepat sesuai kondisi pertanian yang dimiliki oleh petani, hal
ini yang menyebabkan pendapatan petani yang lebih tinggi. Sebaliknya banyak
kenyataan petani yang berpenghasilan rendah adalah lambat dalam melakukan
difusi inovasi.
Kerangka Pemikiran
Sistem pertanian organik banyak memberikan keuntungan jangka panjang
kepada petani. Selain melestarikan sumber hara dalam tanah, sistem pertanian
organik juga menjaga kesehatan tanah juga konsumen yang mengkonsumsi
produk-produk dari pertanian organik. Hal ini dikarenakan sistem pertanian
organik bebas dari zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Dewasa ini, kesadaran masyarakat akan kesehatan juga semakin tinggi.
Kesadaran akan bahaya kimia di dalam makanan membuat konsumen mulai
Universitas Sumatera Utara
memilih bahan makanan yang organik. Sehingga permintaan akan produk-produk
pertanian organik juga semakin tinggi.
Permintaan terhadap produk pertanian organik yang tinggi sebenarnya
menjadi peluang yang besar bagi petani untuk mengusahakan pertanian dengan
sistem organik. Tetapi, kebanyakan petani masih ragu untuk mengusahakannya
dengan berbagai alasan.
PPLH Bahaorok telah memberikan contoh melalui program demplot
pertanian organik yang bertujuan untuk menarik minat dan menambah wawasan
pengunjung terkhusus petani untuk memulai pertanian organik.
Program demplot pertanian organik ini tentunya mengundang tanggapan
dari para petani berupa sikapnya terhadap program tersebut. Sikap tersebut dibagi
atas sikap positif dan sikap negatif. Sikap tersebut dikelompokkan berdasarkan
intensitas/jumlah kunjungan petani terhadap demplot pertanian organik. Intensitas
kunjungan di kelompokan menjadi 2,yaitu kelompok sering (jumlah kunjungan 2-
5 kali selama 1 tahun), dan kelompok jarang (jumlah kunjungan 1 kali selama 1
tahun). Sikap petani dalam menanggapi program tersebut dapat dipengaruhi oleh
karakteristik petani itu sendiri yang meliputi: umur, tingkat pendidikan,
pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah pendapatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat kerangka pemikiran penelitian
dalam skema berikut:
Universitas Sumatera Utara
Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran sikap petani terhadap demplot
pertanian organic
PETANI
2-5 x / tahun (Sering)
K Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani:
- Umur - Tingkat Pendidikan - Pengalaman Bertani Jumlah tanggungan
Sikap
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani:
Umur Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani Jumlah Tanggungan Jumlah Pendapatan
1x / tahun
Intensitas
Demplot
P i
Positif
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis penelitian:
1. Program demplot pertanian organik mengalami perkembangan dari
tahun ke tahun.
2. Sikap petani terhadap program demplot pertanian organik adalah
positif.
3. Ada hubungan antara karakteristik petani dengan sikap petani terhadap
demplot pertanian organik .
4. Ada beberapa hambatan yang dihadapi pelaksana program demplot
pertanian organik.
Universitas Sumatera Utara