tinjauan terhadap pelanggaran lalu lintas oleh anak
TRANSCRIPT
TINJAUAN TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS
OLEH ANAK DIBAWAH UMUR
(Studi di Wilayah Polres Sampang).
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
Oleh:
VIVI EKA RISTA
NPM: 21601021273
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2020
ABSTRACT
One of the consequences of the increasing number of motorized vehicles is that many minors
driving motorized vehicles has become a habit that occurs everywhere. The problems raised
were the factors causing traffic violations by minors in the Sampang Police area and the
police's efforts to overcome these problems. Some of the factors causing traffic violations by
minors include family factors, school factors, and environmental factors. While the efforts
made by the police in overcoming this problem are by conducting traffic law education to
schools and Islamic boarding schools, collaborating with schools and Islamic boarding
schools, carrying out repressive actions against traffic offenders including minors and
installing related billboards and billboards. with sanctions for traffic offenders.
Keywords: Traffic violation, underage child
ABSTRAK
Salah satu konsekuensi dari meningkatnya jumlah kendaraan bermotor adalah banyaknya
anak dibawah umur mengendarai kendaraan bermotor sudah menjadi kebiasaan yang terjadi
dimana-mana. Permasalahan yang diangkat adalah factor penyebab pelanggran lalu lintas
oleh anak dibawah umur di wilayah Polres Sampang dan upaya kepolisian mengatasi masalah
tersebut. Beberapa faktor penyebab pelanggaran lalu lintas oleh anak dibawah umur meliputi
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan. Sementara upaya yang dilakukan oleh
aparat kepolisian dalam mengatasi maslah tersebut yaitu dengan melakukan penyuluhan
hukum lalu lintas baik ke sekolah maupun pesantren, melakukan kerjasama dengan pihak
sekolah dan pesantren, melakukan tindakan represif terhadap pelanggar lalu lintas termasuk
anak di bawah umur dan pemasangan benner dan baliho terkait dengan sanksi bagi pelanggar
lalu lintas.
Kata kunci: Pelanggaran Lalu lintas, Anak dibawah
Umur.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di dunia. Sebagai
Negara yang sedang berkembang Indonesia berupaya melakukan pembangunan di segala
bidang kehidupan, mobilisasi sangat mempengaruhi perkembangan masyarakatnya.
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan kemajuan ekonominya, semakin meningkat
pula taraf hidup masyarakatnya. Hal itu ditandai dengan meningkatnya gaya hidup
(lifestyle) masyarakat.
Dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, pasal 1 ayat
(3) menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Negara hukum yang
dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan
(akuntabel).1 Dalam suatu Negara hukum, maka hukumlah yang menjadi “panglima”
dalam mengatur tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hukum diatas
segalanya, dan semua hal harus tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tatanan ataupun aturan dalam hubungan
sesama warga Negara maupun dengan Pemerintah mutlak adanya agar tercapai
ketertiban, kedamaian dan keadilan. Negara sebagai wadah dari suatu bangsa untuk
mencapai cita-cita atau tujuannya harus berlandaskan hukum untuk demi menjamin hak-
hak dan kewajiban-kewajiban warga negaranya, jadi secara sederhana negara hukum
1 Penjelasan Pasal 1 UUD Negara Repuplik Indonesia Tahun 1945
2
adalah bahwa Negara dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan
atas hukum.
Dalam Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan
kedaulatan hukum dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum. Dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara banyak dijumpai permasalahan
yang berkaitan dengan pelanggaran tata tertib di masyarakat, mulai dari yang ringan
hingga yang berat, dimana setiap pelanggaran yang dilakukan harus diselesaikan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Permasalahan juga banyak terjadi dibidang lalu lintas dan angkutan jalan karena
lalu lintas semakin hari semakin ramai seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Semakin banyaknya kendaraan bermotor akan menambah
permasalahan di dunia lalu lintas yaitu berupa berbagai macam pelanggaran seperti
melanggar marka jalan, melanggar lampu lintas, tidak menyalakan lampu pada siang
hari, termasuk pelanggaran yang dilakukan anak dibawah usia yang mengendarai
kendaran bermotor, dan lain-lain.
Pelanggaran lalu lintas di jalan raya bukanlah masalah yang sederhana dan
dianggap sebagai persoalan kecil, karena pelanggaran lalu lintas bisa mengakibatkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas. Banyak sekali kecelakaan lalu lintas yang semula
disebabkan karena adanya pelanggaran lalu lintas, Misalnya pelanggaran lampu
pengatur lalu lintas yang mengakibatkan terjadinya tabrakan, Pelanggara karena tidak
menyalakan lampu “zen” ketika kendaraannya mau berbelok arah, pelanggara marka
jalan dan lain sebagainya. Pelanggaran lalu lintas angkanya selalu meningkat setiap
tahunnya. Kerugian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas juga sangat besar, baik
hilanynya nyawa (meninggal dunia) maupun kerugian yang bersifat materiil.
3
Dalam menghadapi situasi tersebut, para penegak hukum khusunya polisi lalu
lintas harus berupaya mengambil langkah-langkan bahkan tindakan tegas bagi para
pelanggar, untuk mengurangi terjadinya pelanggaran sehingga bisa membantu menekan
angka kecelakaan lalu lintas. Penegakan hukum (law enforcement) menjadi salah satu
kunci untuk mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Lemahnya penegakan hukum
akan menjadikan masyarakat beranggapan bahwa melakukan pelanggaran dianggap
sebagai sesuatu yang biasa tanpa sanksi yang berarti. Untuk itu para pelanggar lalu
lintas harus diberi efek jera terhadap pelanggarannya tersebut agar tidak mengulangi
lagi.
Sampai saat ini pelanggaran lalu lintas masih sering terjadi di Indonesia, meskipun
sudah ada perubahan dari UU RI Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan menjadi UU RI Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lulu Lintas dan
Angkutan Jalan yang lebih komprehensip, akan tetapi para pengendara kendaraan
bermotor masih banyak melanggar. Seperti kita ketahui bahwa pelanggaran bukan
hanya berbahaya bagi diri sendiri, tetapi juga bisa membahayakan orang lain.
Pelanggaran yang mengakibatkan kecelakaan akan menimbulkan kerugian baik nyawa
maupun harta benda (kerugian materiil).
Menurut hasil jajak pendapat Litbang KORAN SINDO terhadap 400 responden.
ada 10 pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi di Indonesia, beserta besaran denda
tilangnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ):2
1. “Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1 juta (Pasal 281).
2 https://www.gridoto.com/read/221780655/jangan-coba-coba-10-pelanggaran-lalu-lintas-yang-sering-
terjadi-beserta-denda-tilangnya diakses tanggal 25 Mei 2020
4
Jenis pelanggran pasal 281 ini banyak sekali terjadi. Orang mengendarai kendaran
bermotor tanpa Surat Ijin Mengemudi (SIM), bahkan anak-anak dibawah umur sering
mengendarai kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Di Indonesia hal
ini sudah dianggap sebagai suatu hal yang sudah biasa.
2. Setiap pengendara kendaraan bermotor yang memiliki SIM namun tak dapat
menunjukkannya saat razia dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan
atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 288 ayat 2). Pelanggaran terhadap
ketentuan pasal ini juga sering terjadi disebabkan pelanggarnya lupa membawa
dokumen tersebut baik SIM maupun STNK.
3. Setiap pengendara sepeda motor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik
jalan seperti spion, lampu utama, lampu rem, klakson, pengukur kecepatan, dan
knalpot dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 285 ayat 1). Pelanggara jenis ini banyak sekali terjadi
khusunya anak-anak muda karena kendaraannya dimodifikasi sedemikian rupa untuk
mengikuti tren dikalangan anak muda, misalnya kalau motor yang ada spionnya
dianggap sebagai motornya orang tua.
4. Setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat
1). Seperti pelanggaran-pelanggaran jenis lainnya, pelanggaran terhadap pasal 287
ayat (1) lebih banyak, baik melanggar marka jalan, lampu lalu lintas dan lain
sebagainya.
5. Setiap pengendara yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling
rendah dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 5). Pelanggaran jenis ini sebenarnya cukup
5
banyak cuma karena keterbatassan alat deteksi sehingga para pelanggar tidak
terpantau, kecuali di jalan tol.
6. Setiap pengendara yang tidak dilengkapi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor
atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 2 bulan atau dendapaling banyak Rp 500 ribu (Pasal 288 ayat 1). Pelanggaran
jenis ini juga banyak terjadi baik karena kendaraanya tidak ada STNKnya (hilang atau
motornya hasil kejahatan) maupun karena pengendaranya lupa untuk membawanya.
7. Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan tanpa menyalakan lampu
utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak
Rp 100 ribu (Pasal 293 ayat 2). Pelanggaran terhadap ketentuan pasal ini banyak
sekali terjadi hal ini disebabkan karena peraturan ini masih baru (aturannya baru ada
pada Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU RI Nomor 22 Tahun
2009), juga disebabkan oleh karena persoalan budaya masyarakat yaitu menyalakan
lampu seharusnya dilakukan pada malam hari. Akan tetapi untuk saat ini mulai
berkurang karena konstruksi kendaran bermotor roda 2 yang baru lampunya secara
otomatis menyala baik siang maupun malam hari.
8. Setiap pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau balik arah tanpa memberi
isyarat lampu dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp
250 ribu (Pasal 294). Terhadap pelanggaran jenis ini juga masih sering terjadi karena
faktor kealpaan saja.
9. Setiap pengendara atau penumpang sepeda motor yang tak mengenakan helm standar
nasional dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 291 ayat 1). Pelanggaran terhadap pasal 291 ayat (1)
6
mungkin yang paling banyak terjadi hal ini disebabkan baik karena faktor kelalaian
maupun karena faktor kesengajaan dari pengendaranya.
10. Setiap pengemudi atau penumpang yang duduk disamping pengemudi mobil tak
mengenakan sabuk keselamatan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu (Pasal 289). Pelanggaran ini banyak
terjadi bagi pengendara kendaraan roda empat atau lebih, baik karena faktor kelalaian
maupun faktor kesengajaan”.
Dalam konfrensi pers Dirlantas Polda Jatim Kombes Pol. Budi Indra Dermawan
mengungkapkan hasil Operasi Patuh Semeru 2019, yang digelar selama 14 hari, yakni
mulai 29 Agustus hingga 11 September. Berdasarkan data yang dipaparkan, jumlah
pelanggaran mengalami kenaikkan dibanding tahun sebelumnya.3 Pelanggaran paling
banyak ditindak adalah pelanggaran yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Dalam
Operasi Patuh Semeru 2019 sebanyak 56.192 kasus. Jumlah ini naik sekitar 50 persen
dibanding tahun sebelumnya yang hanya 37.513 kasus.
Kasus kedua yang banyak ditindak selama dijalankannya Operasi Patuh Semeru
2019 adalah terkait kepatuhan menggunakan helm berstandar SNI. Menurut Budi ada
sekitar 33.573 kasus dimana pengendara tidak mengenakan helm SNI pada 2019. Jumlah
ini naik sekitar lima persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 31.940 kasus.4
Kasus pelanggaran terhadap penggunaan helm maupun pelanggaran yang dilakukan
anak dibawah umur merupakan kasus yang sangat umum terjadi di seluruh Indonesia.
Hal ini harus mendapat perhatian khusus bagi para penegak hukum agar supaya ada
penurunan untuk tahun-tahun yg akan datang.
3https://nasional.republika.co.id/berita/pxp6z4335/anak-di-bawah-umur-dominasi-pelanggaran-lalu-lintas
diakses tanggal 25 Mei 2020 4Ibid
7
Meningkatnya volume kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua
membawa konsekwensi yang cukup memprihatinkan pada kita yaitu dengan semakin
banyaknya anak dibawah umur yang mengendarahi kendaraan bermotor. Anak dibawah
umur yang mengendarahi kendaraan bermotor sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran
oleh masyarakat, orang tua, guru dan sebagainya sehingga cenderung adanya pembiaran.
Kondisi ini hampir terjadi dimana-mana di Indonesia. Padahal membiarkan anak
dibawah umur mengendarahi kendaraan bermotor sangat beresiko terhadap keamanan
dan keselamatan pengendaranya maupun keselamatan orang lain.
Di Kabupaten Sampang Madura Jawa Timur, sama halnya dengan daerah-daerah
lain di Indonesia, pelanggaran lalu lintas yang banyak terjadi yaitu pelanggaran terhadap
kepatuhan menggunakan helm khusunya helm standar (Standar Nasional Indonesia-SNI)
pelanggaran pasal 291 ayat (1) (kewajiban menggunakan Helm SNI) dan Palanggaran
terhadap ketentuan pasal 281 yaitu kewajiban memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM)
yang banyak terjadi khususnya anak dibawah umur yang mengendarai kendaraan
bermotor.
Berdasar latar belakang yang telah penulis paparkan di atas penulis tertarik untuk
menulis skripsi dengan judul “TINJAUAN TERHADAP PELANGGARAN LALU
LINTAS OLEH ANAK DIBAWAH UMUR (Studi di Wilayah Polres Sampang).
B. Rumusan Masalah.
Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan banyaknya pelanggaran lalu lintas oleh
anak di bawah umur di Wilayah Polres Kabupaten Sampang?
8
2. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Aparat Kepolisian Wilayah
Polres Sampang Untuk mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas oleh Anak dibawa
Umur?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas maka tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan banyaknya
pelanggaran lalu lintas oleh anak di bawah umur di Wilayah Polres
Kabupaten Sampang?
b. Untuk menganalisis bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak
Aparat Kepolisian Wilayah Polres Sampang Untuk mengurangi
Pelanggaran Lalu Lintas oleh Anak dibawa Umur?
2. Kegunaan Penelitian
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi peneliti dan kalangan akademisi dalam memahami dan mendalami
teori ilmu hukum.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi kalangan aparat penegak hukum, khususnya aparat kepolisian yang
menangani masalah faktor-faktor penyebab kecelekaan lalu lintas di
jalan raya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
masyarakat dalam berpartisipasinya terhadap penanggulangan
9
kecelakaan lalu lintas di Indonesia umumnya dan Wilayah Sampang
khususnya.
D. Metode Penelitian
Penelitian adalah sebuah proses kegiatan mencari kebenaran terhadap suatu
fenomena ataupun fakta yang terjadi dengan cara yang terstruktur dan sistematis.
Dalam rangka mencari kebenaran tersebut agar tujuannya tercapai peneliti
menggunakan metode. Metode yang digunakan untuk peneliti untuk mencari
data-data yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini yaitu dengan cara:
1. Jenis Penelitian
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
yuridis sosiologis atau yuridis empiris, maksudnya adalah pendekatan dengan
melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologi
hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek
hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai
penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum
bagi keperluan penelitian atau penulisan5
2. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Maxi J.Moleong sumber data penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain6.
Data yang digunakan oleh penelitian ini ada dua yaitu:
a). Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dilapangan (Frield Research)
dari sumber pertama, data ini diperoleh melalui wawancara (interview)
5 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 105. 6 Maxi J.Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2002,hal.112.
10
dengan para pihak yang bersangkutan dan yang berhubungan dengan data
yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini7.
b). Sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari kajian
keperpustakaan (Liberary Research), dari berbagai literature, baik peraturan
perundang-undangan, buku-buku literatur yang lain.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data seperti yang dinginkan sesuai kebutuhan penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut yaitu:Data yang di
kumpulkan oleh penulis dalam hal ini diperoleh dari beberapa cara, yaitu:
a. interview atau wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah
mengumpulkan data secara langsung dengan melakukan tatap muka dan
berdialog dengan responden. Respondennya adalah:
1. Petugas Kepolisian Lalu Lintas Polres Sampang
2. Orang tua atau wali anak
3, Para tokoh masyarakat
b. Observasi
Pengertian observasi merupakan teknik pengumpulan data,
dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
4. Teknik Analisa Data
Menurut Lexy J.Moleong, analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, katagori, dan
7Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 30.
11
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.8
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Jadi dalam analisis data
bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang telah diperoleh. Setelah
data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan data yang telah
dijelaskan diatas, maka penulis akan mengelola dan menganalisi data
tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif analisis, artinya Analisis
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisas.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini penulis membagi tulisan ini dalam empat bab
dengan maksud agar memiliki susunan yang sistematis sehingga dapat
memdahkan untuk mengetahui dan memahami hubungan antar bab yang satu
dengan yang lain sebagai suatu rangkaian yang konsisten dan tidak dapat
dilakukan secara acak. Masing-masing bab akan digolongkan dalam sub bab-
sub bab.
Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
8 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2002, hal.103.
12
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, kemudian
dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang Kajian Pustaka yang terkait dengan masalah
lalu lintas dan angkutan jalan meliputi, Tinjauan Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan terdiri dari Pengertian-pengertian dan istilah-
istilah umum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Arti Penting Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Tinjauan Tentang Pelanggaran Lalu Lintas
pengertian pelanggaran lalu lintas, macam-macam pelanggaran lalu
lintas, Tinjauan Tentang Anak, pengertian anak, peran orang tua
terhadap anak, dan Tinjauan Tentang Kepolisian Negara Repuplik
Indonesia.
BAB III : HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang
terdiri dari dua hal yaitu pertama faktor-faktor apa yang menyebabkan
banyaknya pelanggaran lalu lintas oleh anak di bawah umur di Wilayah
Polres Kabupaten Sampang, dan yang kedua membahas bagaimana
upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Aparat Kepolisian Wilayah
Polres Sampang Untuk mengurangi Pelanggaran Lalu Lintas oleh Anak
dibawa Umur.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan dalam bab empat berisi kesimpulan dan saran-saran dari
hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah dipaparkan dalam pembahasan, maka dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran lalu lintas bagi anak dibawah
umur adalah:
a. Faktor Keluarga
Kita ketahui bahwa faktor keluarga ini sangat menentukan terhadap terjadinya
pelanggaran lalu lintas oleh anak, karena adanya pembiaran terhadap anak
mengendarai kendaraan bermotor. Anak-anak belum cukup umur untuk dapat
mengendarai kendaraan bermotor karena harus memiliki Surat Ijin Mengemudi
(SIM). Pembiaran anak mengendarai kendaraan bermotor oleh orang tua sama
halnya dengan dukungan keluarga.
b. Faktor Pendidikan dan Sekolah
Faktor pendidikan dan sekolah ini juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya
pelanggaran lalu lintas oleh anak. Seperti kita ketahui juga bahwa sudah
menjadi hal yang lumrah ketika anak mengendarai kendaraan bermotor ke
sekolah meskipun sudah diketahui anak tersebut belum memiliki Surat Ijin
Mengemudi (SIM). Sama halnya dengan faktor keluarga, yaitu adanya
pembiaran oleh sekolah dalam hal ini.
c. Faktor pergaulan atau Lingkungan Anak
Liingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prilaku dan
perkembangan anak. Anak-anak dibawah umur mengendarahi kendaraan bermotor
karena pengaruh lingkungan sekitar yaitu, banyak anak sebaya yang melakukan hal
yang sama mengendarai kendaraan bermotor meskipun belum cukup umur. Hal ini
sudah dainggap sebagai hal yang biasa dalam masyarakat. Pelanggaran lalu lintas
akan tetapi dianggap sebagai bukan pelanggaran karena masyarakat tidak
mempermasalahkan.
2. Upaya-upaya Kepolisian Polres Sampang untuk mengurangi Pelanggaran
Lalin Oleh Anak.
a. Penyuluhan dan Pembelajaran tentang Etika berlalu lintas di Sekolah-
sekolah dan Pesantren.
Penyuluhan tentang UU Lalu lintas dan Angkutan Jalan secara rutin di
lakukan oleh Polres Sampang ke sekolah-sekolah dan pesantren. Hal ini
untuk memberikan pengetahuan tentang etika berlalu lintas kepada para
siswa dan para santri. Penyuluhan disamping bertujuan untuk memberikan
pengetahuan tentang peraturan lalu lintas juga dimaksudkan untuk
menumbuhkan kesadaran bagi para siswa dan santri.
b. Membuat MoU dengan Instansi Terkait.
Kerjasama dengan instansi terkait (sekolah dan pesantren) sangat penting
karena dengan kerjasama ini diharapkan pihak sekolah dan pihak
kepolisian untuk saling melakukan pembinaan secara bersama-sama
terhadap peserta didik baik di sekolah-sekolah maupun di pesantren-
pesantren.
c. Penindakan Oleh Aparat Kepolisian
Penindakan dengan tegas oleh aparat Kepolisian Resort Sampang kepada
pelaku pelanggaran lalu lintas harus terus dilakukan untuk memberikan
efek jera kepada anak dibawah umur yang melakukan pelanggaran lalu
lintas. Tindakan tegas dari aparat yang berwenang disamping akan
memberikan efek jera bagi para pelaku juga bisa menjadi peringatan
kepada para orang tua untuk tidak membiarkan anaknya yang belum
mempunyai SIM mengendarai kendaraan bermotor.
d. Pemasangan Benner dan Baliho
Pemasangan benner dan baliho terkait dengan beberapa sanksi apabila
melakukan pelanggaran lalu lintas.
B. Saran-saran
1. Hendaknya orang tua selalu melakukan pengawasan terhadap kegiatan anak
dan melarang dengan tegas apabila anaknya yang tidak mempunyai SIM
mengendarai kendaraan bermotor. Ketegasan dari orang tua ini sangat
berpengaruh terhadap prilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sekolah-sekolah dan pesantren-pesantren mempunyai kontribusi besar dengan
untuk mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas oleh anak di bawah umur.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara melarang anak-anak yang tidak memiliki
SIM tidak boleh membawa kendaraan bermotor ke sekolah atau pesentren.
Disamping itu sekolah dan pesantren secara berkala mengadakan penyuluhan
hukum lalu lintas dengan bekerjasama dengan Polres Sampang khususnya saat
penerimaan siswa atau santri baru.
3. Memanggil orang tua atau wali ke Kantor Polisi apabila anaknya melakukan
pelanggaran lalu lintas, hal ini dimaksudkan agar orang tua memiliki
komitmen yang sama dengan aparat kepolisian dalam penegakan peraturan
lalu lintas. Orang tua diharuskan untuk membuat pernyataan untuk tidak
membiarkan anaknya mengendarai kendaraan bermotor.
4. Pemberian sanksi tegas kepada anak pelaku pelanggaran lalu lintas untuk
meberikan efek jera.harus selalu dilakukan
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya
Bakti, Bandung. Abubakkar Iskandar. 1996. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Yang Tertib. Jakarta: Departemen Perhubungan Indonesia. Andrew R. Cecil, et al. Penegakan Hukum Lalu Lintas Panduan bagi Polisi
dan Pengendara, Nuansa, Bandung. Idwan Santoso. 1997. Manajemen Lalu-Lintas Perkotaan. Bandung: ITB. Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung Moejatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta Ramdlon Naning, 1983, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat
dan Disiplin Penegak Hukum dalan Lalu Lintas, Bina Ilmu, Surabaya..
Asep Supriadi, Kecelakaan Lalu Lintas dan Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia, Alumni, Bandung.
Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, LaksBang PRESSindo,
Yogjakarta. Soejono. 1990. Kejahatan dan penegakan hukum di Indonesia.
Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soerjono Soekanto. 1990. Polisi Lalu Lintas Analisa Menurut
Sosiologi Hukum. Bandung: Maju Mundur. Suwardjoko P. Warpani. 2002. Pengelolaan Lalu lintas dan Angkutan
Jalan. W.J.S. Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Balai Pustaka. Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Repuplik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPdt) Undang-Undang Repuplik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Repuplik Indonesia Nomor 74 Tahun 2012 tentang
Angkutan Jalan