tnghs y

5
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang sangat berpotensi bagi bangsa Indonesia. Hutan memberikan berbagai manfaat bagi kesejahteraan masyaraka secara langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan bertambahnya pendud pembangunan nasional, serta kebutuhan lahan mengakibatkan adanya a bagi keberadaan kawasan konservasi yang tujuannya sebagai perlindu pelestarian berbagai jenis makhluk hidup. Kawasan konservasi menja keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, sehingga upaya yang dilakukan untuk tetap menjaga dan mengupayakan pemanfaatan secara lestari. Pemerint membuat kebijakan dengan menetapkan berbagai kawasan tertentu untuk dijadikan kawasan hutan dengan berbagai fungsi pokok masingmasing satunya dengan penetapan hutan konservasi. !aman "asional #unung Halimun Salak merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di pulau jawa dan merupakan taman nasional denagn dataran rendah terluas di pulau jawa. Sebelum ditetapkannya sebag nasional, !"#HS merupakan cagar alam yang di bawah pengelolaan pemerintah hindia belanda dan $epublik Indonesia atau %jawatan Kehutanan &aw Pada (aman pemerintahan hindia belanda, terdapat kawasan hutan yang dibuk sebagai kawasan perkebunan teh sehingga bermunculan pemukiman penduduk, salah satunya desa )italahab. berdasarkan SK Kehutanan $I "o. *+ II- //0 dari 1/./// hektar menjadi **0.0 + hektar, desa tersebut ditetapkan termasuk ke dalam areal kawasan konservasi dan menyebabkan masyarakat tid boleh lagi membuka lahan yang ada di sana. Konflik antara pengel dengan masyarakat setempat jarang terjadi, karena pihak pengelola memberikan kesempatan untuk memanfaatkan lahan yang telah dibuka kepada masyarakat. Potensi desa konservasi )italahab sangat potensial dalam pengembanga kawasan wisata alam. !opografi berbukitbukit perkebunan teh, vegetasi hu hujan tropis, serta memiliki berbagai air terjun seperti curug piit, curu curug cikudapae, dan masih banyak lagi. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai ekowisata berbasis kemasyarakatan untuk meningkatkan pendapatan eko masyarakat di desa )italahab. Tujuan !ujuan dari artikel ilmiah ini adalah untuk mengkaji tingkat pendapa dan kesejahteraan masyarakat desa )italahab yang berada di dalam konservasi !aman "asional #unung Halimun Salak, serta menganalisis potens yang dapat dikembangkan dalam kawasan konservasi tersebut. 2ntuk mencapai tujuan tersebut, maka beberapa sasaran yang perlu dilakukan dalam observa adalah sebagai berikut3 a. 4engkaji karakteristik masyarakat %esa )italahab

Upload: dimas-ramdhani

Post on 03-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUANLatar BelakangHutan merupakan sumber daya alam yang sangat berpotensi bagi bangsa Indonesia. Hutan memberikan berbagai manfaat bagi kesejahteraan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Seiring dengan bertambahnya penduduk, pembangunan nasional, serta kebutuhan lahan mengakibatkan adanya ancaman bagi keberadaan kawasan konservasi yang tujuannya sebagai perlindungan dan pelestarian berbagai jenis makhluk hidup. Kawasan konservasi menjadi kunci keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, sehingga upaya yang dilakukan untuk tetap menjaga dan mengupayakan pemanfaatan secara lestari. Pemerintah membuat kebijakan dengan menetapkan berbagai kawasan tertentu untuk dijadikan kawasan hutan dengan berbagai fungsi pokok masing-masing, salah satunya dengan penetapan hutan konservasi.Taman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di pulau jawa dan merupakan taman nasional denagn dataran rendah terluas di pulau jawa. Sebelum ditetapkannya sebagai taman nasional, TNGHS merupakan cagar alam yang di bawah pengelolaan pemerintah hindia belanda dan Republik Indonesia atau Djawatan Kehutanan Jawa Barat. Pada zaman pemerintahan hindia belanda, terdapat kawasan hutan yang dibuka sebagai kawasan perkebunan teh sehingga bermunculan pemukiman penduduk, salah satunya desa Citalahab. berdasarkan SK Kehutanan RI No. 175/KTSP-II/2003 dari 40.000 hektar menjadi 113.357 hektar, desa tersebut ditetapkan termasuk ke dalam areal kawasan konservasi dan menyebabkan masyarakat tidak boleh lagi membuka lahan yang ada di sana. Konflik antara pengelola TNGHS dengan masyarakat setempat jarang terjadi, karena pihak pengelola TNGHS memberikan kesempatan untuk memanfaatkan lahan yang telah dibuka kepada masyarakat. Potensi desa konservasi Citalahab sangat potensial dalam pengembangan kawasan wisata alam. Topografi berbukit-bukit perkebunan teh, vegetasi hutan hujan tropis, serta memiliki berbagai air terjun seperti curug piit, curug macan, curug cikudapae, dan masih banyak lagi. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai ekowisata berbasis kemasyarakatan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa Citalahab.TujuanTujuan dari artikel ilmiah ini adalah untuk mengkaji tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa Citalahab yang berada di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak, serta menganalisis potensi yang dapat dikembangkan dalam kawasan konservasi tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka beberapa sasaran yang perlu dilakukan dalam observasi ini adalah sebagai berikut:a. Mengkaji karakteristik masyarakat Desa Citalahabb. Mengkaji kondisi umum Desa Citalahab dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.c. Mengkaji potensi ekowisata di Kawasan Taman Nasional khususnya Desa Citalahab dari segi ekologi dan ekonomi.d. Mengkaji secara teoritis manajemen pengembangan kawasan wisata dalam kawasan konservasi

METODE PELAKSANAAN

HASIL DAN PEMBAHASANKondisi Kawasan Kampung Konservasi CitalahabTaman Nasional Gunung Halimun Salak merupakan kawasan konservasi yang memiliki ciri khas khusus sebagai hutan hujan tropis, yang dibentuk pada tahun 1996. Awalnya taman nasional itu merupakan kawasan cagar alam yang dibentuk oleh pemerintahan Hindia Belanda guna untuk menjaga kawasan hutan, tetapi juga untuk pusat penelitian dan rekreasi alam.Di dalam kawasan konservasi tersebut terdapat perkebunan teh yang sangat luas yang dibentuk pada tahun 1968 oleh pemerintahan Hindia Belanda, luas areal perkebunan tersebut adalah 13,7 ha. .Perkebunan teh dikembangkan oleh pemerintah hindia belanda sebagai hutan HGU (Hak Guna Usaha) sebelum ditetapkannya Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Taman Nasional ini memiliki beberapa zona yang berbeda fungsi. Zona-zona tersebut dibagi berdasarkan dengan peta wilayah. Di taman nasional ini, ada beberapa desa, salah satunya Desa Citalahab. Terbentuknya Desa Citalahap diawali dengan para penduduk setempat yang membuka lahan dan dijadikan sebagai pemukiman. Setelah adanya penetapan perluasan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Warga Desa CitalahaB memanfaatkan lahan yang telah terbuka untuk menyuplai kebutuhan hidup mereka. Dengan begitu warga desa tersebut menjadi petani gurem sebgai pekerjaan sampingan. mereka bercocok tanam bahan pangan seperti padi. Untuk perternakan, mereka biasanya berternak kambing dan unggas seperti ayam dan itik. Empang yang mereka pelihara memberikan suplai akan protein yang tinggi seperti ikan nila, gurame dan ikan mas. Hasil yang mereka peroleh hanya untuk dikonsumsi , tetapi tidak untuk dijual.Di Citalahap ini , hanya terdapat 18 kepala keluarga. Setiap keluarga diwajibkan untuk bekerja sama dalam menjaga kelestarian kawasan taman nasional. Bukan hanya menjaga kelestarian, mereka juga harus mematuhi ketetapan peraturan taman nasional. Mereka tidak diperbolehkan memperluas daerah pemukiman, membuka lahan untuk perkebunan, tidak boleh merambah hasil hutan kayu ataupun non-kayu( untuk hasil hutan non-kayu,boleh dimanfaatkan oleh warga tetapi tidak sampai merusak lingkungan) dan tidak boleh pula menambah bangunan tanpa seizin pengelola taman nasional atau pemerintah. Hal tersebut ditetapkan agar tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi luas areal taman nasional. Apabila ada warga yang melanggar ketetapan yang telah berlaku , warga tersebut akan di tangkap dan ditindak lebih lanjut oleh petugas taman nasional. Mayoritas masyarakat Citalahab bekerja sebagai pemetik daun teh. Pendapatan rata rata yang mereka peroleh dari memetik teh sekitar Rp 750.000 per bulan. Selain itu, warga setempat ada juga yang bekerja di perusahaan bunga sekitar taman nasional gunung salak. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka, mereka lebih condong menyuplainya dengan bekerja sebagai petani gurem( sesuai dengan pembahasan sebelumnya). Pemenuhan kebutuhan mereka juga dapat berasal dari hutan tetapi dengan catatan tidak merusak hutan ataupun segala yag berhubungan dengan hutan di kawasan taman nasional ini. Mereka diperbolehkan untuk memungut hasil hutan dengan proporsi yang seimbang dan tidak mengambil komponen utamanya. Sehingga tetap menjaga kelestarian hutan konservasi tersebut.Untuk kearifan lokal masyarakat Desa Citalahap, masyarakat desa biasanya memanfaatkan berbagai taman obat-obatan dari hutan seperti tanaman obat hariang sebagai obat batuk,yang dimanfaatkan adalah batangnya yang direbus. Selain itu ,mereka juga sering memanen cacing sonari untuk bahan obat batuk dan memanfaatkan binatang rayap terutama ratunya untuk diberikan kepada anak-anak ,karena ratu rayap tersebut berkhasiat untuk menyehatkan dan menaikkan berat badan. Warga desa juga memanfaatkan hasil hutan seperti buah saninten , madu , rebung kelapa ,dan lalapan pohpohan. hasil hutan tersebut sudah jarang tersedia di hutan karena seringkali dimakan oleh babi hutan.Keadaan alam Desa Citalahap masih sangat bagun yang masih dan asri. Di sepanjang jalan menuju Desa Citalahap dari Desa Cikaniki, terlihat hutan yang masih terjaga kelestariannya dan jalan menuju desa itu masih terjal.Di desa ini juga memanfaatkan binatang rayap terutama ratu rayapnya untuk di makan oleh anak bayi yang berkhasiat untuk menaikkan berat badan.Hasil bukan kayu di kawasan ini yaitu seperti buah saninten, madu , rebung, popohan atau lalapan, akan tetapi tanaman seperti ini seringkali di makan babi hutan sehingga masyarakat merasa di rugikan.Sungai yang terdapat di kawasan ini juga dimanfaatkan untuk memancing ikan.Pengelolaan sawah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok.Tanaman padi ini tidak menggunakan pupuk karena daerah ini cukup subur.Keadaan alam di Taman Nasional ini masih baik dan asri.Udara yang masih segar serta air yang masih lancar dan berlimpah tidak ada kekeringan meskipun pada saat kemarau. Jasa lingkungan air ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pembangkit listrik sebelum PLN masuk ke desa ini.Di desa ini masyarakat mendapatkan jaminan sosial oleh pemerintah seperti raskin setiap kepala rumah tangga.Selain itu juga mendapatkan jaminan kesehatan, akan tetapi ini tergantung pada masyarakat itu sendiri mau atau tidaknya mengurus ke lurah. Bagi masyarakat yang bekerja di perusahaan maka jaminan kesehatan nya di tanggung oleh perusaahan itu sendiri. Aksesbilitas di Kawasan ini masih susah. Pembuatan jalan hanya setiap dua tahun sekali sepanjang dua kilometer, sehingga untuk mencapai jalan raya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam. Banyak dari anak-anak penduduk yang sekolah di kota.

Perencanaan Pengembangan Wisata Desa CitalahabDalam pengembangan Desa Citalahab perlu adanya dukungan dari pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dukungan tersebut dapat berupa pembinaan, pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan. Melihat potensi alam yang ada, desa citalahab dapat dikembangkan menjadi desa wisata konservasi. Masyarakat setempat dijadikan sebagai mitra oleh pihak TNGHS sehingga dapat menambah added value bagi masyarakat maupun pihak Taman Nasional Halimun Salak. Pihak TNGHS memberikan masyakarat ruang untuk mengembangkan wisata alam konservasi. Pengelolaan tempat wisata tersebut diberikan sepenuhnya kepada masyarakat desa citalahab yang hanya berjumlah 18 kepala keluarga. Desa Citalahab dapat di kembangkan menjadi ekowisata. Program yang dikembangkan dapat berupa paket wisata desa konservasi. Paket yang ditawarkan dalam program ini berupa wisata ekologi kawasan konservasi, pengamatan hewan endemic, dan kebutuhan penelitian. Dalam pengembangan ecotourism desa wisata di desa citalahab diperlukan kolaborasi antara masyarakat dan pihak pengelola TNGHS. Kolaborasi tersebut mengenai sistem manajeman kawasan yang dapat di jadikan kawasan wisata, service atau pelayanan terhadap pengunjung, publikasi serta infrastruktur penunjang. Sistem manajeman dilakukan dengan cara masyarakat diberikan pembinaan berupa penjelasan mengenai kawasan konservasi, bagaimana hak dan kewajiban masyarakat yang ada di sekitar wilayah konservasi dan mengikutsertakan masyarakat dalam perlindungan kawasan konservasi. Pengelolaan Zona Inti pada kawasan konservasi TNGHS menjadi tanggung jawab organisasi multi pihak yang dibentuk secara khusus dan mempunyai tugas sebagai pelindung keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan. Manajemen sangat penting dalam pengendalian nilai dukung lingkungan untuk pengembangan kawasan desa wisata dan menjaga keberlanjutan kawasan konservasi tersebut. Dalam pengembangan wisata di daerah kawasan konservasi perlu adanya aturan yang mengatur tata kelola kawasan desa konserasi tersebut. Untuk mengembangkan desa wisata tersebut perlu dibuat sebuah organisasi atau struktur pengurusan kampong konservasi. Struktur berupa bagian-bagian yang ada dalam program paket wisata alam kampong konservasi. Pengelola TNGHS melakukan pembekalan kepada masyarakat, mulai dari promosi kawasan wisata, akomodasi penginapan, serta guide / pemandu wisata. Pelatihan pelayanan terhadap pengunjung juga perlu diberikan kepada masyarakat untuk menambah kepuasan terhadap pengunjung. Kemudian selain itu juga menentukan titik-titik atau spot untuk pengamatan hewan endemic seperti oa jawa (hylobates moloch), macan tutul jawa(panther pardus melas), lutung (trachypithecus auratus), serta elang jawa(spizaetus bartelsi). Di mana hewan-hewan tersebut merupakan hewan-hewan langka yang terdapat dikawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. sehingga pemandirian masyarakat dapat tercapai.

KESIMPULAN