toa 1508505051
DESCRIPTION
Toksikologi UmumTRANSCRIPT
TUGAS TOKSIKOLOGI UMUM
PENGARUH INDUKSI ENZIM
TERHADAP METABOLISME XENOBIOTIKA
OLEH :
NAMA : I Ketut Duantara
NIM : 1508505051
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Pengaruh Induksi Enzim Terhadap Metabolisme Xenobiotika
A. PenginduksiSenyawa asing dapat menstimulasi aktivitas enzim mikrosomal hati. Secara
historis, induksi enzim mikrosomal hati tikus terlibat dalam metabolisme oksidatif
dan reduksi dari zat warna amino azo telah diuji. Bukti telah diutarakan bahwa
sebagian kecil hidrokarbon polisiklik, seperti 3-metil kolantrena (3-MC atau biasa
disingkat MC) menaikkan protein enzim. Kelas kedua agen penginduksi,
barbiturat, telah ditemukan secara mandiri di dua laboratorium dan telah
disederhanakan oleh fenobarbital (PB). Kelas ketiga penginduksi enzim adalah
steroid, hingga kini telah ditunjukkan secara umum sebagai pregnenolon-16α-
karbonitril (PCN) (Manfred E. Wolff, 1994).
B. Induksi Enzim pada ManusiaSuatu ciri menarik dari beberapa substrat-substrat obat tertentu yang
berbeda secara kimia adalah kemampuan dalam pemberian obat secara berulang
untuk menginduksi sitokrom P-450 dengan menaikkan laju sintesisnya atau
mengurangi laju degradasinya. Induksi ini berakibat pada suatu akselerasi
metabolisme dan biasanya penurunan dalam kerja farmakologik penginduksi dan
juga obat-obat yang diberikan bersamanya. Namun, berkenaan dengan obat-obat
yang ditransformasi secara metabolik menjadi metabolit-metabolit reaktif, induksi
enzim kemungkinan memperbesar toksisitas jaringan yang dimediasi metabolit
(Bertram G. Katzung, 2001).
Banyak obat-obat yang saat ini digunakan dengan struktur kimia dan
farmakologi yang dikenal sekali menginduksi metabolismenya sendiri atau
biotransformasi dari obat lain pada manusia. Obat-obat yang menginduksi enzim
meliputi berbagai sedatif hipotonik, tranquilizer, antikonvulsan, dan insektisida.
Masalah besar dalam metabolisme oleh hati ialah bagaimana menaksir luasnya
induksi metabolisme obat hepatik (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Beberapa cara telah dikemukakan untuk mengkaji induksi pada manusia
termasuk meningkatnya klirens obat, menurunnya waktu paruh obat dalam
plasma, peningkatan ekskresi urin dari asam-D-glukarat, peningkatan 6β-
hidroksi-kortisol dalam urin, dan level bilirubin dalam plasma. Walau tidak satu
pun dari metode ini dapat membenarkan secara samar-samar induksi metabolisme
obat pada manusia, diambil secara kolektif mereka memberikan indikasi induksi
yang layak. Mekanisme-mekanisme yang terlibat dalam induksi metabolisme obat
pada manusia belum ditentukan secara jelas, induksi dari enzim-enzim yang
spesifik (terutama enzim-enzim oksidase fungsi campur dari retikulum
endoplasma) memegang peranan penting dan mempunyai implikasi-implikasi
yang besar dalam farmakologi klinis (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Daftar Agen Penginduksi Metabolisme Obat Pada Manusia
Penginduksi Obat yang Metabolismenya Ditingkatkan
Benzo[a]pyrene Theophylline
Chloryclizine Steroid hormones
Ethchlorvynol Warfarin
Glutethimide Antipyrine, gltethimide, warfarin
Griseofulvin Warfarin
Phenobarbital dan barbiturate Barbiturates, chloramphenicol,
chlorpromazine, cortisol, coumarin,
anticoagulants, desmethylimipramine,
doxorubicin, estradiol, phenylbutazone,
phenytoin, quinine, testosterone
Phenylbutazone Aninopyrine, cortisol, digitoxin
Penginduksi Obat yang Metabolismenya Ditingkatkan
Phenytoin Cortisol, dexamethasone, digitoxin,
theophylline
Rifampin Coumarin, anticoagulants, digitoxin,
glucocorticoids, methadone, metoprolol, oral
contraceptives, prednisone, propranolol,
quinidine
(Diambil dari Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Diterjemahkan oleh
Dripa Sjabana, dkk. Jakarta : Salemba Medika., dengan perubahan seperlunya.)
C. Induksi Metabolisme Obat pada Binatang PercobaanLama dan intensitas aksi farmakologis dari banyak obat terutama
ditentukan oleh laju metabolismenya, dan sebagai akibat wajar, penginduksi
kimia yang memodifikasi metabolisme obat obat akan diharapkan secara radikal
mengubah efek farmakologis dari obat-obat. Praperlakuan terhadap binatang
percobaan dengan fenobarbital atau benzo[a]piren, menghasilkan peningkatan
dalam metabolisme zoksazolamin, dan akibatnya penurunan nyata dalam waktu
paralisis yang ditimbulkan oleh obat (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Pengaruh Praperlakuan Fenobarbital
Parameter Kontrol Perlakuan
fenobarbital
Perlakukan
benzo[a]piren
Waktu paralisis (menit) 135 ± 15 62 ± 21 20 ± 12
Peluruhan seluruh tubuh (menit) 102 38 12
Metabolisme zoksazolamin
(nmol per mg protein per jam)
3,4 14 15,3
Keterangan :
Binatang percobaan diberi praperlakuan dengan fenobarbital (30 mg kg -1, intra peritoneal) dua
kali sehari selama 4 hari dan dibunuh 24 jam setelah injeksi terakhir.
Binatang percobaan diberi praperlakuan dengan injeksi benzo[a]piren (20 mg kg-1, intra
peritoneal tunggal) 24 jam sebelum dibunuh.
(Diambil dari Trevor, A. 1972. Fundamental of drug metabolism and drug disposition.
Baltimore., dengan perubahan seperlunya.)
D. Jenis-Jenis Induksi Enzim1. Induksi Sitokrom P-450
Pengkajian sebelumnya pada pertengahan tahun 1960-an dengan jelas
menunjukkan bahwa sitokrom P-450 dan asosiasi flavoprotein reduktaseya,
NADPH-sitokrom P-450 reduktase, pada dasarnya diinduksi dalam respon
terhadap praperlakuan fenobarbital dan disejajarkan dengan induksi
metabolisme obat. Namun, efek induksi fenobarbital yang diamati ini tidak
terbatas untuk enzim-enzim metabolisme. Penginduksi yang berbeda tidak
meningkatkan metabolisme dari semua obat sampai tingkat yang sama secara
seragam, bahkan penginduksi-penginduksi tertentu sebenarnya menurunkan
metabolisme beberapa obat (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Pengaruh Penginduksi Terhadap Metabolisme Berbagai Substrat Obat
Obat Kontrol PB PCN MC
Etilmorfin 13,7 ± 0,8 16,8 ± 4,3 24,9 ± 3,5 6,4 ± 0,5
Aminopirin 9,9 ± 0,8 13,9 ± 1,7 9,7 ± 1,3 7,6 ± 1,8
Benzfetamin 12,5 ± 1,2 45,7 ± 14,0 6,6 ± 0,7 5,7 ± 1,1
Kafein 0,48 ± 0,12 0,65 ± 0,07 0,52 ± 0,06
Benzo[a]piren 0,14 0,14 0,14 0,33
Keterangan : PB, Fenobarbital ; PCN, Pregnolon-16α-karbonitril ; MC, 3-metil kolantren.
Semua aktivitas dinyatakan sebagai nmol produk yang dibentuk per menit per nmol Sitokrom
P-450 (harga vmaks)
(Diambil dari Powis, G., Talcott, R.E. dan Schenkman, J.B. 1977. Microsomes and Drug
Oxidations. Pergamon Press., dengan perubahan seperlunya.)
Penginduksian yang terlihat dalam tabel dikenal menginduksi sitokrom
P-450 mikrosom hati, dan pengaruhnya pada laju metabolisme obat
tergantung substrat yang diuji. Di samping menunjukkan suatu derajat
spesifitas substrat tertentu, penginduksi diketahui memperlihatkan selektivitas
stereo dan regio terhadap metabolisme isomer R- dan S- warfarin, kedua
isomer warfarin ini dihidroksilasi pada berbagai posisi molekul dengan sistem
oksidasi fungsi campur yang tergantung pada sitokrom P-450 (G. Gordon
Gibson dan Paul Skett, 2006).
Pengaruh Induksi P-450 Terhadap R- dan S- Warfarin In Vitro
Penginduksi
Metabolit warfarin terhidroksilasi
Isomer R- Isomer S-
7-OH 8-OH 7-OH 8-OH
Tidak diinduksi 0,22 0,04 0,04 0,01
Fenobarbital 0,36 0,07 0,09 0,02
3-metil kolantren 0,08 0,50 0,04 0,04
Keterangan : metabolisme dinyatakan sebagai nmol metabolit warfarin yang dibentuk per
nmol sitokrom P-450 per menit.
(Diambil dari Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press., dengan perubahan seperlunya.)
Mekanisme molekuler secara tepat dari induksi sitokrom P-450 sekarang
ini tidak dimengerti sepenuhnya. Induksi metabolisme obat bisa timbul
sebagai akibat meningkatnya sintesis, berkurangnya peruraian, aktivasi
komponen-komponen yang ada sebelumnya atau kombinasi dari tiga proses
ini. Penginduksi enzim mempunyai efek bervariasi terhadap komponen-
komponen fungsional dari sistem oksidase fungsi campur, terutama terhadap
hemoprotein terminal sitokrom P-450. Kedua jenis penginduksi yang banyak
dikaji adalah golongan fenobarbital dan golongan hidrokarbon aromatik
poliksik (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Mekanisme yang mungkin dari induksi sitokrom P-450
Peningkatan sintesis atau stabilitas dari prekursor inti 45S rRNA.
Penambahan RNA polymerase yang tergantung pada DNA.
Peningkatan transport nukleositoplasma dari ribonukleoprotein.
Peningkatan sintesis atau stabilitas dari pemberian kode mRNA untuk
NADPH-sitokrom P-450 reduktase atau sitokrom P-450.
Induksi biosintesis fosfolipid.
Peningkatan biosintesis haem atau flavin.
Pengurangan apoprotein atau peruraian haem/flavin.
(Diambil dari Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press., dengan perubahan seperlunya.)
2. Induksi dari Bentuk-Bentuk Ganda (Isoenzim) Sitokrom P-450
Kekhasan substrat dari sitokrom P-450 pada mulanya dikemukakan
bahwa pengamatan ini dapat dirasionalisasi dengan mengganggap keberadaan
lebih dari satu bentuk isoenzim sitokrom P-450. Jadi, penginduksi yang
berbeda mempunyai potensi meningkatkan level subpopulasi dari sitokrom P-
450 spesifik. Konsep penggandaan sitokrom P-450 telah diterima luas dalam
tahun-tahun akhir ini. Hipotesis ini disahkan seiring perkembangan teknik
pemurnian P-450 (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Jumlah isoenzim sitokrom P-450 yang tepat tidak diketahui dengan
pasti, tapi jelas ada perbedaan galur dan perbedaan jaringan dari isoenzim-
isoenzim ini. Tambahan lagi ada lebih dari satu bentuk dalam suatu jaringan
dari spesies tertentu. Alasan ketidakpastian dalam jumlah varian sitokrom P-
450 yang tepat adalah bahwa karakteristik bentuk-bentuk ganda merupakan
suatu kejadian yang relatif baru, dengan pemurnian (parsial) pertama pada
tahun 1968. Masalah lain sehubungan dengan varian-varian jumlah sitokrom
P-450 adalah kriteria yang berbeda dalam menaksir heterogenitas sitokrom P-
450 dan kurangnya teknik-teknik standar dalam menaksir sifat-sifat struktural
dan fungsional (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Kekhasan Substrat dari Dua Bentuk Sitokrom P-450 hati tikus yang
diinduksi oleh 3-metil kolantren
Substrat
Bentuk yang diinduksi
fenobarbital
Bentuk yang diinduksi
3-metil kolantren
(nmol metabolit yang terbentuk per menit per
nmol sitokrom P-450)
Benzfetamin 52,0 2,5
Benzo[a]piren 0,2 3,9
Etoksikumularin 4,1 56,0
6β-hidroksilat 0,2 0,3
7α-hidroksilat 0,7 1,0
16α-hidroksilat 1,5 0,2
(Diambil dari Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press., dengan perubahan seperlunya.)
Kriteria yang Berbeda untuk Tugas Heterogenitas Sitokrom P-450 dalam
Sediaan yang Sangat Murni
Sifat spektra keadaan ferri, ferro, dan karbonmonoksi-ferro.
Interaksi spektra dengan substrat obat.
Kekhasan substrat dalam membentuk sistem enzim kembali.
Sifat-sifat imunologis yang meliputi ketiadaan reaktivitas silang dari
antibodi-antibodi ke antigen heterolog sitokrom P-450.
Bobot molekul monomerik.
Komposisi asam amino.
Urutan asam amino terminal N- dan C-.
Pola fragmentasi peptida dengan cara kimia atau enzimatik.
(Diambil dari Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press., dengan perubahan seperlunya.)
3. Induksi Enzim di Luar Hati
Walaupun hati merupakan organ utama yang bertanggungjawab untuk
metabolisme obat pada kebanyakan spesies, aktivitas nyata ada dalam
jaringan-jaringan di luar hati termasuk paru-paru, ginjal, kulit, dan mukosa
usus. Hati tampak sebagai organ target yang sensitif untuk induksi enzim-
enzim pemetabolisasi obat secara umum, khususnya sitokrom P-450, respon
induktif pada jaringan-jaringan di luar hati lebih bervariasi. Induksi enzim di
luar hati juga tergantung pada substrat obat tertentu yang diselidiki. Sebagai
contoh, asap rokok (mengandung zat-zat penginduksi berupa hidrokarbon
aromatik polisiklik) pada dasarnya meningkatkan hidroksilasi benzo[a]piren
dalam paru-paru dan plasenta, serta merupakan suatu zat penginduksi yang
kurang efektif di usus halus. Demikian pula, induksi metabolisme fenasetin
dalam paru-paru 5% dari yang diamati dengan metabolisme benzo[a]piren
pada jaringan yang sama (G. Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Induksi Metabolisme Fenasetin dan Benzo[a]piren oleh Asap Rokok pada
Jaringan-Jaringan di Luar Hati Tikus
Aktivitas
Enzim
Induksi (sebagai persen dari harga kontrol)
Hati Usus Halus Paru-Paru Plasenta
Deetilasi
fenasetin20 100 60
Hidroksilasi
benzo[a]piren120 120 1200 500
(Diambil dari Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press., dengan perubahan seperlunya.)
4. Induksi Enzim-Enzim Pemetabolisme yang Bukan Sitokrom P-450
Sitokrom P-450 bukan satu-satunya enzim pemetabolisasi obat yang
levelnya diinduksi dalam respon terhadap bahan kimia atau obat. Sebenarnya,
kebanyakan enzim yang tercakup dalam metabolisme obat diinduksi sampai
keluasan yang bervariasi dengan suatu kelompok bahan kimia dan obat yang
berbeda secara struktural. Penginduksi yang relatif tidak spesifik
menyebabkan penebalan pada membran retikulum endoplasma hati atau pada
enzim-enzim pemetabolisasi obat. Induksi dari enzim nonsitokrom P-450
yang bertanggungjawab untuk memetabolisme obat menjatuhkan level kontrol
lainnya dari kontrol pada keseluruhan nasib metabolisme suatu obat. (G.
Gordon Gibson dan Paul Skett, 2006).
Induksi Enzim-Enzim Nonsitokrom P-450
Enzim Penginduksi
Glukoronil-transferase
Dieldrin, isosafrol, 3- metil
kolantren, fenobarbital, bifenil
poliklorinat, dan 2,3,7,8-tetrakloro
dibenzo-p-dioksin
Epoksida-hidrase
2-asetil amino flouren, aldrin,
aroklor 1254, dieldrin, etoksikuin,
isosafrol, 3-metil kolantren,
fenobarbital, dan trans-Stilben
oksida
NADPH-Sitokrom P-450 reduktase
2-asetil amino flouren, dieldrin,
isosafrol, 3-metil kolantren,
fenobarbital, bifenil poliklorinat,
dan trans-Stilben oksida
Glutation-S-transferase
2-asetil amino flouren, 3-metil
kolantren, fenobarbital, trans-
Stilben oksida, dan 2,3,7,8-
tetrakloro dibenzo-p-dioksin
Sitokrom b5
2-asetil amino flouren, hidroksi
toluen butilat, dan griseofulvin
(Diambil dari Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press., dengan perubahan seperlunya.)
4.1 Induksi pada Glukuronil-transferase
Penginduksi dari aktivitas oksigenase mikrosomal tidak spesifik
untuk enzim glukuronil-transferase. Fenobarbital misalnya adalah suatu
penginduksi yang baik untuk aktivitas glukuronil-transferase dalam hati
dan jaringan lain dari laboratorium hewan. Penemuan ini telah dinyatakan
oleh beberapa studi, dan lebih dini lagi keduanya 3-metil kolantren serta
pregnolon-16α-karbonitril telah ditemukan juga untuk menginduksi
enzim ini (B. G. Lake, et al, 1975).
Jadi perlakuan hewan dengan penginduksi ini dapat mengarahkan
hasil yang tidak diharapkan. Misalnya, praperlakuan hewan dengan
fenobarbital menaikkan toksisitas hati dari asetaminofen dalam beberapa
spesies. Tetapi dalam tupai fenobarbital hanya sedikit menaikkan
pembentukan metabolit reaktif, membentuk toksisitas, tetapi secara nyata
menaikkan kecepatan pembentukan konjugat glukuronoid. Hasil ini
keseluruhannya menurunkan dalam kejadian dan kekerasan nekrosis
spesies ini (W. Z. Potter, et al, 1974).
Ini telah disarankan bahwa aktivitas glukuronil-transferase
dikaitkan dengan aktivitas oksigenase-mikrosomal. Hal ini mungkin betul
untuk induksi oleh fenobarbital, tetapi disulfiran, inhibitor yang diketahui
dari aktivitas oksiigenase-mikrosomal hepatik, lebih besar dua kali dari
glukuronidasi p-nitrofenol (M. Marselos, M. Lang, dan R. Torronen,
1976).
4.2 Induksi Enzim Epoksida-hidrase dan Glutation-S-transferase
Efek 3-metil kolantren dan fenobarbital pada epoksida-hidrase dan
glutation-transferase telah diuji kenyataan kedua enzim ini menjadi secara
dekat terlibat dalam pendeterminasian efek toksik dari banyak senyawa
elektrofilik. Aktivitas epoksida-hidrase selalu ditemukan dalam semua
organ dari tikus dan mencit, tetapi aktivitas spesifik untuk hidrasi oksida
benzo[a]piren ditingkatkan oleh aroklor 1254 hanya dalam hati. Aroklor
1254 adalah campuran dari bifenil poliklorinasi (PCB) yang menginduksi
kedua bentuk 3-metil kolantren dan fenobarbital dari P-450. Suatu studi
terpisah dengan 3-metil kolantren dan fenobarbital menyatakan bahwa
fenobarbital penginduksi aktivitas-aktivitas epoksida-hidrase hepatik
terhadap beberapa epoksida, sementara 3-metil kolantren tidak
mempunyai efek (A. P. Alvares, D. R. Bickers, dan A. Kappas, 1973).
Efek dari 3-metil kolantren dan fenobarbital juga diukur pada
aktivitas glutation-S-epoksida transferase menggunakan fraksi
supernatant hati tikus. Kedua praperlakuan menambah aktivitas
transferase hingga 40%-60%. Sebaliknya, β-naftoflavon tidak
mempengaruhi aktivitas. Begitu pula kedua 3-metil kolantren dan
fenobarbital menaikkan aktivitas spesifik dari glutation-transferase B
(ligantin) terhadap 1-kloro-2,4-dinitrobenzen dan 1,2-dikloro-4-
nitrobenzen (B. F. Hales dan A. H. Neims, 1977).
Deretan pengaruh telah diamati setelah uap rokok menunjukkan
aktivitas dari benzo[a]piren, epoksida-hidrase, dan UDP-glukuronil-
tranferase dalam paru-paru tikus, ginjal, dan intestin kecil. Aktivitas
benzo[a]piren ditingkatkan dalam semua jaringan. Epoksida-hidrase
diturunkan dalam paru-paru, dalam ginjal tidak berubah, dan dinaikkan
dalam intestin. Aktivitas UDP-glukuronil-transferase kelihatannya hanya
naik pada intestin kecil (P. Uotila, 1977).
Efek 3-Metil Kolantren dan Fenobarbital pada Aktivitas Epoksid
Hidrase dan Glutation-S-Transferase dalam tikus Sprague-Dawley
Praperlakuan
Stiren oksida nmol/(mg)
(5min)
3-metil-11,12-oksida
nmol/(mg)(5min)
DiolKonjugasi
GSHDiol
Konjugasi
GSH
Saline 12,7 ± 1,0 86,4 ± 2,6 6,7 ± 0,7 10,8 ± 0,4
Fenobarbital
(72 jam)29,7 ± 1,3 131 ± 4,9 15,6 ± 1,5 14,6 ± 0,3
Minyak
jagung12,2 ± 0,9 82, 6 ± 2,0 7,1 ± 0,3 9,4 ± 0,3
3-metil
kolantren
(48 jam)
12,5 ± 0,4 118 ± 4,5 8,0 ± 0,4 12,0 ± 0,5
(Diambil dari Bresnick, E., et al. 1977. Biochemi. Pharmacol., dengan perubahan
seperlunya.)
Daftar PustakaWolff, Manfred E. 1994. Asas-Asas Kimia Medisinal. Edisi Keempat. Diterjemahkan
oleh Muljadi, Salbikis, dan Sumarno. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Pertama.
Diterjemahkan oleh Dripa Sjabana, dkk. Jakarta : Salemba Medika.
Gibson, G. Gordon dan Paul Skett. 2006. Pengantar Metabolisme Obat.
Diterjemahkan oleh Iis Aisyah B. Jakarta : UI-Press.
Trevor, A. 1972. Fundamental of drug metabolism and drug disposition. Baltimore.
Powis, G., R. E. Talcott dan J. B. Schenkman. 1977. Microsomes and Drug
Oxidations. New York : Pergamon Press.
Lake, B. G., et al. 1975. Biochem. Soc. Trans.
Potter, W. Z., et al. 1974. Pharmacology.
Marselos, M., M. Lang, dan R. Torronen. 1976. Chem. Biol. Interact.
Alvares, A. P., D. R. Bickers, dan A. Kappas. 1973. Proc. Nat. Acad. Sci. (US).
Hales, B. F. dan A. H. Neims. 1977. Biochem. Pharmacol.
Uotila, P. 1977. res. Commun. Chem. Pathol. Pharmacol.
Bresnick, E., et al. 1977. Biochemi. Pharmacol.