tokoh - tokoh pendidikan.doc

27

Upload: wendi-hardi

Post on 28-Dec-2015

144 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc
Page 2: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dahulu hingga sekarang pendidikan adalah hal penting di dunia. Dari mulai

kecil, anak sudah mulai di didik oleh orang tuanya di lingkungan sekitar. Begitu pula

dengan sekolah, sekolah adalah suatu lembaga yang sangat berperan penting dalam

pendidikan anak dan kemampuan anak.

Pendidikan tidak muncul begitu saja dalam hal ini banyak orang atau ahli berperan

penting dalam dunia pendidikan diseluruh dunia. Tokoh pendidikan inilah yang membuat,

mencetuskan,dan mencerdaskan anak-anak diseluruh dunia dengan karya-karyanya. kita

tidak boleh melupakan hasil jerih payah beliau, kita harus menerapkan semuanya

dimasyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah tokoh-tokoh ilmu pendidikan yang berpengaruh dari luar negeri?

2. Siapakah tokoh-tokoh ilmu pendidikan yang berpengaruh di Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa luas pengetahuan

kita tentang tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh baik di luar negeri maupun di

dalam negeri.

Serta sebagai bahan materi untuk penampilan diskusi kelompok 9 yang dibimbing

oleh Bapak Drs. Azman, M.Si. dalam mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan

Page 3: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh dari Luar Negeri

1. Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi lahir di Zurich, Switzerland pada tanggal 12 Januari

1746. Ayahnya meninggal ketika dia berumur lima tahun, dan ibunya membesarkannya

bersama adiknya sendiri. Pestalozzi mulai mengenyam pendidikan formal pada umur

sembilan tahun, tetapi dia sukses menempuh pendidikan dengan tepat waktu. Dia  belajar

di Universitas Zurich di mana dia bertemu dengan Johann Kasper Lavater yang

mempengaruhi dia dalam dunia politik. Kematian Lavater merubah pandangan dia dan

akhirnya dia memutuskan untuk mencurahkan hidupnya pada pendidikan (Heafford,

1967).

Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli dan pembaharu pendidikan Swiss

yang memberikan pengaruh besar pada pembangunan sistem pendidikan di Eropa dan

Amerika bahkan sampai sekarang. Tidak hanya karena dia seorang guru yang inovatif,

tetapi dia juga mempunyai komitmen untuk melakukan reformasi sosial, dan juga

melaksanakan proyek-proyek kemanusiaan yang melibatkan anak-anak yatim selama

perang. Metode pendidikannya menekankan pada pentingnya memberikan cinta dan

kasih sayang, menciptakan lingkungan kekeluargaan dimana anak dapat tumbuh dan

berkembang dengan alami menjadi a whole person dengan keseimbangan intelektual,

fisik, dan kemampuan teknis, dan dengan pertumbuhan emosional, moral, etika, serta

agama.

Melalui asosiasinya dengan para reformis, Pestalozzi menjadi sadar akan masalah-

masalah sosial, yang membantu dia dalam mengembangkan tiga hal, yaitu tujuan

pendidikan, metode pendidikan dan disiplin dalam kelas.

Prinsip dan Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan bukan untuk menanamkan pengetahuan, namun untuk

membentangkan kemampuan alami dan mengembangkan kemampuan yang tersembunyi

dalam setiap orang. Dengan kata lain, pendidik perlu memfokuskan pada human being,

pada anak, dan bukan pada pendidikan itu sendiri.

Page 4: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Pendapat Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro dalam makalah " Sketsa Pendidikan Humanis

Religius"(2008) tentang prinsip-prinsip pendidikan humanis sangat sejalan dengan

pandangan Pestalozzi  adalah sebagai berikut:

Tujuan pendidikan dan proses pendidikan berasal dari anak (siswa). Oleh

karenanya kurikulum dan tujuan pendidikan menyesuaikan dengan kebutuhan,

minat, dan prakarsa anak.

Siswa adalah aktif bukan pasif. Anak memiliki keinginan belajar dan akan

melakukan aktivitas belajar apabila mereka tidak difrustasikan belajarnya oleh

orang dewasa atau penguasa yang memaksakan keinginannya.

Peran guru adalah sebagai penasehat, pembimbing, teman belajar bukan

penguasa kelas. Tugas guru membantu siswa belajar, sehingga siswa memiliki

kemandirian dalam belajar. Guru berperan sebagai pembimbing dan yang

melakukan kegiatan mencari dan menemukan pengetahuan bersama siswa.

Tidak boleh ada pembelajaran yang bersifat otoriter, dimana guru sebagai

penguasa dan murid menyesuaikan.

Sekolah sebagai bentuk kecil dari masyarakat luas. Pendidikan seharusnya

tidak sekedar dibatasi sebagai kegiatan di dalam kelas dengan dibatasi empat

dinding sehingga terpisah dari masyarakat luas. Karena pendidikan yang

bermakna adalah apabila pendidikan itu dapat dimanfaatkan dalam kehidupan

masyarakat

Aktivitas belajar harus berfokus pada pemecahan masalah, bukan sekedar

mengajarkan mata pelajaran. Pemecahan masalah adalah bagian dari kegiatan

kehidupan oleh karenanya pendidikan harus membangun kemajuan siswa untuk

memcahkan masalah. Kegiatan pendidikan bukan sebagai pemberian informasi

atau data dari guru pada siswa yang terbatas sebagai aktivitas mengumpulkan

dan mengingat kembali pengetahuan statis.

Iklim sekolah harus demokratis dan kooperatif. Karena kehidupan di

masyarakat selalu hidup bersama orang lain, maka setiap orang harus mempu

membangun kooperasi dengan orang lain. Namun dalam realita pendidikan

tradisional sering siswa dilarang untuk berbicara, berpindah tempat, atau

kerjasama dengan siswa lain. Iklim demokratis dalam kelas adalah dibutuhkan

agar siswa dapat hidup secara demokratis di masyarakat.

Page 5: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Metode Pendidikan

Pestalozzi menekankan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak, bukan

pada kurikulum ataupun guru. Karena pengetahuan terletak di dalam human being,

tujuan pembelajaran adalah untuk menemukan cara untuk membentangkan

pengetahuan yang tersembunyi. Pestalozzi mendukung bahwa pengalaman langsung

adalah metode yang paling baik. Dia juga mendukung spontanitas dan aktivitas

pribadi; hal ini berlawanan dengan metode yang berbasis kurikulum, metode berpusat

pada guru yang dulu berlaku.

Kehidupan Kelas

Pestalozzi menganjurkan agar kehidupan kelas seharusnya seperti kehidupan

keluarga. Atmosfer kelas harus mempunyai suasana loving and caring. Sebagaimana

yang terjadi dalam keluarga, harus ada kerjasama, saling mencintai satu sama lain,

baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Untuk  menciptakan kehidupan ruang kelas yang baik ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan guru, antara lain:

Pelajaran dilaksanakan dengan rambu-rambu kurikulum.

Siswa diberi motivasi agar mempunyai harapan tinggi dan diarahkan agar

berorientasi pada pelajaran.

Pelajaran jelas dan terfokus, apabila siswa tidak memahami, maka guru

mengulang kembali sampai siswa paham.

Waktu di kelas digunakan untuk belajar dan tidak terlalu banyak

mengurusi masalah kedisiplinan.

Kehidupan kelas diciptakan agar siswa senang dan melaksanakan kegiatan

dengan sukses dan efisien.

Kegiatan rutin dilaksanakan dengan efisien danInteraksi antara guru dan

murid positif.

Insentif dan reward bagi siswa dilakukan untuk meningkatkan prestasi

Apabila kehidupan ruang kelas bisa baik maka diharapkan tujuan instruksional

bisa dicapai. Akhirnya terwujud perubahan siswa melalui proses yang bermanfaat

bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga siswa bisa hidup dalam

masyarakat.

2. Maria Montessori

Page 6: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Ancona, Italia, 31 Agustus

1870 – meninggal di Noordwijk, Belanda, 6 Mei 1952 pada umur 81 tahun adalah

seorang pendidik, ilmuwan, dokter Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan

anak-anak dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan

mengatur acara harian. Metode ini kelak dikenal dengan Metode Montessor

Metode ini menyatakan bahwa anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar

sesuai dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan

orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya, saat

tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.

Sensitive periodsc adalah suatu masa dimana anak-anak akan sangat mudah

menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak dicegah untuk menikmati pengalaman-

pengalaman yang dipandu secara alamiah itu, maka kemampuan-kemampuan yang

harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi

perkembangan anak selanjutnya

Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional, diantaranya:

Kemandirian dan Konsentrasi

Montessori percaya bahwa anak-anak dapat belajar dengan sendirinya jika

mereka menemukan hal yang menarik bagi mereka. Guru-guru di sekolah

Montessori hanya sebagai fasilitator dengan menyediakan material-material.

Pilihan Bebas

Pilihan bebas biasanya membawa anak-anak kepada pengerjaan tugas-tugas

yang paling berkesan bagi anak. Guru percaya kalau anak-anak akan

memilih dengan bebas tugas-tugas yang sesuai dengan kebutuhan batiniah

mereka pada saat itu. Selain itu tugas guru juga memperkenalkan tugas baru

yang disesuaikan dengan kesiapan anak-anak.

Hukuman dan Penghargaan

Montessori berpendapat bahwa otoritas dari luar justru akan mengganggu

proses belajar mandiri anak, anak-anak akan belajar dengan dorongan

sempurna sesuai dengan kapasitasnya jika mereka menemukan material-

material yang sesuai.

Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan

Page 7: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Keterampilan yang lebih sulit membutuhkan beberapa keahlian untuk

dikuasai, Montessori mengembangkan material-material yang

memungkinkan anak mempelajari suatu keterampilan secara bertahap.

Membaca dan Menulis

Anak-anak akan diajari membaca dan menulis secara bertahap, anak akan

diajari menulis pada saat berada di masa peka terhadap bahasa. anak-anak

tidak akan diberikan buku sebelum bisa membaca, hal ini untuk

menghindari rasa frustasi membaca buku.

Menekan prilaku yang tidak diharapkan

Walaupun hukuman dan penghargaan diharapkan tidak ada, tetapi

Penghargaan terhadap material pelajaran dan penghargaan terhadap anak

lain berusaha dikembangkan secara alamiah, jika seorang anak menggangu

anak lain, maka anak itu akan ditinggalkan/tak diacuhkan agar secara tak

sadar anak itu belajar menghargai keinginan anak lain untuk tidak diganggu,

terkadang guru turut campur dengan mengisolasi anak itu.

Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada

anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut “direktur” atau “pembimbing”).

Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan

tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis

dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak

(koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.

B. Tokoh Pendidikan yang Berpengaruh di Indonesia

1. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir

dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga

kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun

menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak

saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini

dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun

hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi

kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda)

Page 8: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai

tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara

lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja

Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal.

Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu

membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya. Selain ulet sebagai seorang

wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia

aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah

kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan

kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr.

Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij

(partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember

1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan

organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda.

Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha

menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret

1913.

Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari

alat perjuangan meraih kemerdekaan. Ia mendirikan sebuah perguruan yang bercorak

nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa)

pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada

peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk

memperoleh kemerdekaan. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia

pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis.

Mendekati proses pendidikan dalam sebuah pemikiran cerdas untuk mendirikan

sekolah taman siswanya, jauh sebelum Indonesia mengenal arti kemerdekaan. Konsepsi

Taman Siswa pun coba dituangkan Ki Hajar Dewantara dalam solusi menyikapi

kegelisahan-kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu,

sebagaimana digambarkan dalam asas dan dasar yang diterapkan Taman Siswa. Orientasi

Asas Dan Dasar Pendidikan Dari Ki Hajar Dewantara diupayakan sebagai asas

perjuangan yang diperlukan pada waktu itu menjelaskan sifat pendidikan pada umumnya.

Pengaruh pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap

orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan pengajaran

Page 9: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan,

berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian tujuannya dan perlunya kemajuan sejati

untuk diperoleh dalam perkembangan kodrati. Hak mengatur diri sendiri berdiri

(Zelfbeschikkingsrecht) bersama dengan tertib dan damai (orde en vrede) dan bertumbuh

menurut kodrat (natuurlijke groei).

Ketiga hal ini merupakan dasar alat pendidikan bagi anak-anak yang disebut

“among metode” (sistem-among) yang salah satu seginya ialah mewajibkan guru-guru

sebagai pemimpin yang berdiri di belakang tetapi mempengaruhi dengan memberi

kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan “Tut

Wuri Handayani”. Menyinggung masalah kepentingan sosial, ekonomi dan politik

kecenderungan dari bangsa kita untuk menyesuaikan diri dengan hidup dan penghidupan

ke barat-baratan telah menimbulkan kekacauan. Menurut Kihajar Dewantara Sistem

pengajaran yang terlampau memikirkan kecerdasan pikiran yang melanggar dasar-dasar

kodrati yag terdapat dalam kebudayaan sendiri. Sementara hal yang menyangkut tentang

dasar kerakyatan untuk memepertinggi pengajaran yang dianggap perlu dengan

memperluas pengajarannya. dan memiliki pokok asas untuk percaya kepada kekuatan

sendiri. Dalam dunia pendidikan mengharuskan adanya keikhlasan lahir-batin bagi guru-

guru untuk mendekati anak didiknya. Sesungguhnya semua hal tersebut merupakan

pengalaman dan pengetahuan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan barat yang

mengusahakan kebahagian diri, bangsa dan kemanusiaan.

2. Mohammad Syafei

Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan

diangkat jadi anak oleh Ibarahim Marah Sutan dan ibunya Andung Chalijah, kemudian

dibawah pindah ke Sumatra Barat dan menetap Bukit Tinggi. Marah Sutan adalah

seorang pendidik dan intelektual ternama. Dia sudah mengajar di berbagai daerah di

nusantara, pindah ke Batavia pada tahun 1912 dan aktif dalam Indische Partij.

Pendidikan yang ditempuh Moh. Syafei adalah sekolah raja di Bukit tinggi, dan

kemudian belajar melukis di Batavia (kini Jakarta), sambil mengajar di Sekolah Kartini.

Pada tahun 1922 Moh. Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Di

sini ia bergabung dengan "Perhimpunan Indonesia", sebagai ketua seksi pendidikan.

Di negeri Belanda ini ia akrab dengan Moh. Hatta, yang memiliki banyak

kesamaan dan karakteristik dan gagagasan dengannya, terutama tentang pendidikan bagi

Page 10: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

pengembangan nasionalisme di Indonesia. Dia berpendapat bahwa agar gerakan

nasionalis dapat berhasil dalam menentang penjajahan Belanda, maka pendidikan rakyat

haruslah diperluas dan diperdalam. Semasa di negeri Belanda ia pernah ditawari untuk

mengajar dan menduduki jabatan di sekolah pemerintah. Tapi Syafei menolak dan

kembali ke Sumatara Barat pada tahun 1925. Ia bertekad mendirikan sebuah sekolah yang

dapat mengembangkan bakat murid-muridnya dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat

Indonesia, baik yang hidup di kota maupun di pedalaman.

Mohamad Syafei mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische

Nederland School (INS) pada tanggal 31 oktober 1926. Di Kayu Tanam, sekitar 60 km di

sebelah Utara Kota Padang. Sekolah ini didirikan di atas lahan seluas 18 hektar dan

dipinggir jalan raya Padang Bukit Tinggi. Ia menolak subsidi untuk sekolahnya, seperti

halnya Thawalib dan Diniyah, tapi ia membiaya sekolah itu dengan menerbitkan buku-

buku kependidikan yang ditulisnya. Sumber keuangan juga berasal dari sumbangan-

sumbangan yang diberikan ayahnya dan simpatisan-simpatisan serta dari berbagai acara

pengumpulan dana seperti mengadakan pertunjukan teater, pertandingan sepak bola,

menerbitkan lotere dan menjual hasil karya seni buatan murid-muridnya. Pengajaran di

dalam kelas menggunanakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai pelajaran

bahasa asing yang pokok, ditekan pada pelajaran-pelajaran yang akan terpakai oleh

murid-murid apabila mereka kelak kembali.

Prinsip pertama yang dipegang teguh oleh M. Syafei dalam pendidikannya adalah

"belajar, bekerja, dan berbuat". Apabila murid hanya mendengarkan saja ilmu

pengetahuan yang diajarkan guru melalui kata-kata yang kadang-kadang tidak

dimengerti,  tidak  akan  berguna bagi  murid  karena mereka tidak tahu dan tidak akan

pandai mempergunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupannya atau untuk

memperbaiki tingkat kehidupannya kelak di kemudian hari sesudah tamat belajar. Murid

hanya akan dipenuhi oleh bermacam pengetahuan yang tinggi dan muluk-muluk, tetapi

apabila sudah memasuki kehidupan masyarakat yang sesungguhnya mereka akan bingung

dan serba tanggung, sebab mereka tidak pandai mempergunakan ilmu yang banyak

mereka miliki itu. Dengan demikian ilmu yang telah diperoleh tidak bermanfaat bagi

murid, dan orang lain, ibarat sepotong emas yang terbenam di dalam lumpur.

Sistem pendidikan yang demikian hanya akan membuat murid menjadi orang

suka meniru, karena sudah dibiasakan barang siapa yang pandai menirukan apa yang

dikatakan gurunya, dialah yang akan mendapatkan nilai yang tinggi atau dianggap tinggi

Page 11: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

prestasinya. Orang yang berprestasi demikian di dalam kelas, dalam masyarakat belum

tentu berhasil. Pendidikan yang demikian akan melahirkan bangsa yang suka meniru

tanpa berpikir dan bangsa itu tidak akan dapat menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang

demikian tergantung hidupnya terhadap bangsa lain, tidak dapat mengambil inisiatif

sendiri.

M. Syafei menghendaki supaya pendidikan itu didapat melalui pengalaman yang

terus-menerus untuk dapat membentuk kebiasaan. Supaya kebiasaan yang akan diperoleh

murid sesuai dengan yang diharapkan, maka pendidikan yang akan dialaminya itulah

yang diarahkan. Kurikulum sekolah harus disesuaikan dengan kebiasaan murid yang

diharapkan itu. Kebiasaan yang sudah  membaku  pada  diri seorang murid, menyebabkan

mereka terbiasa pula berpikir secara terpola, karena kebiasaan yang sudah membaku itu

didapatnya melalui pengalaman yang sudah direncanakan terlebih dahulu. Jadi, dengan

memberikan pengalaman dengan berulang-ulang akan menimbulkan kebiasaan dan

kebiasaan ini akan menimbulkan cara berpikir yang lebih aktif, karena pikirannya sudah

biasa dilatih melalui pengalaman yang terarah secara terus-menerus.

Dalam sistem pendidikan semacam ini tugas guru hanya sebagai pengontrol saja

sesudah memberi tahukan bagaimana proses mengerjakannya, sedangkan dalam proses

pengerjaannya seluruhnya tergantung kepada aktivitas murid sendiri. Murid diberikan

kebebasan untuk mengerjakan, boleh sama dengan yang diajarkan guru dan boleh juga

berbeda sama sekali. Yang penting adalah bahwa proses pengerjaannya harus benar dan

tepat. Dengan demikian murid akan terbiasa bekerja secara aktif, efektif, dan efisien

mengingat waktu yang diberikan untuk mengerjakan sesuatu terbatas.

Dengan sistem yang demikian M. Syafei berusaha menanamkan watak yang

teguh dan pendirian yang kuat terhadap murid-muridnya serta merupakan pekerja yang

ulet dan pantang menyerah. Hal demikianlah yang menyebabkan tamatan INS selalu

berhasil dalam setiap bidang usahanya dalam masyarakat.

3. K.H. Ahmad Dahlan

Page 12: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

K.H. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 dan meninggal di

Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun adalah seorang Pahlawan Nasional

Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar.

KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan

Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim

yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu

Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam

dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui

pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses

pembangunan umat.

Pendidikan Islam yang dalam hal ini diwakili oleh pondok pesantren telah

tersebar sebelum kedatangan penjajah kolonial Belanda ke Indonesia. Ia merupakan

lembaga pendidikan tingkat menengah dan tinggi. Pendidikan Islam untuk tingkat

permulaan diberikan di masjid, langgar, musallah atau surau. Santri diberi kebebasan

memilih bidang studi dari guru yang diingininya. Ada santri senior yang diberi wewenang

untuk mengajar. sorogan dan bandongan atau weton. Di pondok pesantren tidak ada

sistem kelas, tidak ada ujian atau pengontrolan (evaluasi proses belajar) kemajuan santri

dan tidak ada batas lamanya belajar [kelas]. Penekanannya pada kemampuan menghafal

saja, tidak merangsang santri untuk berdiskusi dengan sesama santri. Cabang-cabang ilmu

yang dipelajari terbatas pada ilmu-ilmu agama Islam yang meliputi hadits, musthalah

hadits, fikih sunnah/ushul fikih, ilmu tauhid, ilmu tasauf, ilmu mantik, ilmu falaq dan

bahasa Arab.

Kyai Ahmad Dahlan, melihat kondisi sosial pendidikan umat Islam pada waktu

itu, tergerak untuk melakukan aktivitas yang menerapkan sistematika kerja organisasi ala

Barat. Melalui pelembagaan amal usahanya, Kyai Ahmad Dahlan melakukan

penangkalan kultural (budaya) atas penetrasi pengaruh kolonial Belanda dalam

kebudayaan, peradaban dan keagamaan, utamanya adalah intensifnya upaya Kristenisasi

yang dilakukan misi zending dari Barat.

Usaha-usaha pembaharuan Islam bidang pendidikan yang dilakukan Kyai Ahmad

Dahlan dan para pemimpin persyarikatan Muhammadiyah meliputi dua segi yaitu segi

cita-cita dan tehnik pendidikan dan pengajaran.

Kyai Ahmad Dahlan dianggap sebagai tokoh pembaharuan Islam yang cukup

unik,dan dikagumi karena usaha pembaharuan Islamnya merupakan upaya terobosan-

Page 13: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

terobosan terhadap masalah-masalah umat yang mendesak untuk diatasi. Ia juga tidak

memiliki background pendidikan Barat, tetapi gagasannya yang maju membuka lebar-

lebar pintu ijtihad, (kesungguhan perubahan dalam Islam) dan melarang pengikutnya

bertaklid, (mengikuti tanpa mengetahui alasan dalilnya yang tepat). Format pembaharuan

dalam Islam persyarikatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan Islam, tercermin

dan dapat dilihat dari ide-ide dasar yang merupakan cita-cita penyelenggaraan

pendidikan, seperti yang dituturkan pendirinya yaitu konsepsi kyai intelek dan intelek

kyai

Usaha modernisasi dan pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang

dilakukan persyarikatan Muhammadiyah pada awal kelahiran organisasi ini, nampak dari

pengembangan kurikulum melalui dua jalan yaitu :

Mendirikan tempat-tempatpendidikan dimana ilmu agama dan ilmu umum

diajarkan bersama-sama.

Memberikan tambahan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum yang

sekuler.

Untuk mengaktualisasikan gagasan besarnya dalam dunia pendidikan tersebut,

Ahmad Dahlan langsung mengaplikasikannya sebagai praktisi dalam tindakan dan

karya nyata. Jika ditelisik sepak terjang Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan,

setidaknya ada poin poin penting dalam konsep pemikiran pendidikannya berkait

dengan lembaga pendidikan:

Landasan Pendidikan

Pelaksanaan pendidikan hendaknya didasarkan pada landasan yang kokoh. Landasan

ini merupakan kerangka filosofis dalam merumuskan konsep dan tujuan ideal

pendidikan Islam, baik secara vertikal (Al-Khaliq) maupun horizontal (makhluk).

Dalam pandangan Islam, paling tidak ada dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitu

sebagai ‘abdullah (hamba Allah) dan khalifah fil ardh (pemimpin di bumi).

Tujuan Pendidikan

Page 14: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha

membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas

pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk

kemajuan masyarakatnya.

Materi pendidikan

Kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:

Pendidikan akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang

baik berdasarkan Al-Qur`an dan Sunnah.

Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran

individu yang utuh lagi berkesinambungan antara perkembangan mental dan

gagasan, antara keyakinan dan intelektual serta antara dunia dengan akhirat.

Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan

kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.

Model Mengajar

Dalam menyampaikan pelajaran agama, KH. Ahmad Dahlan tidak menggunakan

pendekatan yang tekstual melainkan kontekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup

hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi

dan kondisi.

Ijtihad Sistem Pengajaran

Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut bukan merupakan hal yang mudah,

terutama bila dikaitkan dengan kondisi objektif lembaga-lembaga pendidikan Islam

tradisional waktu itu. Proses perumusan kerangka ideal yang demikian, menurut

Ahmad Dahlan disebut sebagai proses ijtihad, yaitu mengarahkan otoritas intelektual

untuk sampai pada suatu konklusi tentang berbagai persoalan. Dalam konteks ini,

pendidikan merupakan salah satu bentuk artikulasi tajdid (modernisasi) yang strategis

dalam memahami ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur`an dan Sunnah secara

proporsional.

4. Rahmah El Yunusiah

Page 15: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

Rahmah El-Yunusiah adalah anak bungsu dari lima bersaudara, lahir dari

pasangan Muhammad Yunus bin Imanuddin dan Rafiah, pada 29 Desember 1900 /1

Rajab 1318 H, di Bukit Surungan, Padang Panjang.

Pada 1 November 1923 dia mendirikan sekolah untuk kaum perempuan dengan

nama Madrasah Diniyah lil al-Banat yang dipimpin selama 46 tahun. Ia juga mendirikan

Diniyah School Putri di Kwitang dan Tanah Abang pada 2 dan 7 September 1935, di

Jatinegara dan Rawasari, Jakarta, pada 1950. Tidak saja untuk pendidikan dasar, tapi

berlanjut sampai perguruan tinggi.

Rahmah memandang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Perempuan

adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak yang akan menjadi generasi penerus

bangsa. Atas dasar itu, untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan

perempuan diperlukan pendidikan khusus kaum perempuan yang diajarkan oleh kaum

perempuan sendiri. Dalam hal ini perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan

kaum perempuan, baik di bidang intelektual, kepribadian ataupun keterampilan.

Cita-cita pendidikan Rahmah diwujudkannya dengan mendirikan Diniyah Putri

pada 1923. Melalui lembaga pendidikan ini Rahmah el-Yunusiyah, memperluas misi

kaum modernis untuk menyediakan sarana pendidikan bagi kaum perempuan yang akan

menyiapkan mereka menjadi warga yang produktif dan muslim yang baik. Ia

menciptakan wacana baru di Minangkabau dan meletakkan tradisi baru dalam pendidikan

bagi kaum perempuan di kepulauan Indonesia. Diniyah Putri adalah akademi agama

pertama bagi putri yang didirikan di Indonesia.

Rahmah merasa bahwa pendidikan bersama (campuran) membatasi kemampuan

kaum perempuan untuk menerima pendidikan yang cocok dengan kebutuhan mereka.

Rahmah ingin menawarkan kepada anak–anak perempuan pendidikan sekuler dan agama

yang setara dengan pendidikan yang tersedia bagi kaum laki–laki, lengkap dengan

program pelatihan dalam hal keterampilan yang berguna sehingga kaum perempuan dapat

menjadi anggota masyarakat yang produktif.

Tujuan pendidikan perempuan menurut Rahmah adalah meningkatkan kedudukan

kaum perempuan dalam masyarakat melalui pendidikan modern yang berlandaskan

prinsip–prinsip Islam. Ia percaya bahwa perbaikan posisi kaum perempuan dalam

masyarakat tidak dapat diserahkan kepada pihak lain, hal ini harus dilakukan oleh kaum

perempuan sendiri. Melalui lembaga seperti itu, ia berharap bahwa perempuan bisa maju,

sehingga pandangan lama yang mensubordinasikan peran perempuan lambat laun akan

Page 16: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

hilang dan akhirnya kaum perempuan pun akan menemukan kepribadiannya secara utuh

dan mandiri dalam mengemban tugasnya sejalan dengan petunjuk agama. Rahmah selalu

memohon petunjuk kepada Allah perihal cita–citanya itu, sebagaimana tertuang dalam

doanya yang ditulis di buku catatannya:

Cita – citanya dalam bidang pendidikan perempuan adalah agar semua

perempuan Indonesia memperoleh kesempatan penuh menuntut ilmu pengetahuan yang

sesuai dengan fitrah wanita sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari–hari dan

mendidik mereka sanggup berdiri sendiri di atas kekuatan kaki sendiri, yaitu menjadi ibu

pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab kepada kesejahteraan bangsa dan

tanah air, dimana kehidupan agama mendapat tempat yang layak Rahmah merumuskan

cita-cita pendidikanya menjadi tujuan Perguruan Diniyah Putri yang didirikannya, yaitu:

“Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan ajaran Islam dengan tujuan

membentuk putri yang berjiwa Islam dan Ibu Pendidik yang cakap, aktif serta

bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air dalam pengabdian

kepada Allah subhanahu wa ta’ala”.

Gagasan Rahmah untuk mendirikan pendidikan bagi kaum perempuan sempat

dirundingkannya dengan teman–temannya di Persatuan Murid-murid Diniyah School

(PMDS) yang ia pimpin, merekapun menyetujui dan mendukung gagasan itu. Maka pada

tanggal 1 November 1923, sekolah itu di buka dengan nama Madrasah Diniyah lil al–

Banat, dipimpin oleh Rangkayo Rahmah el–Yunusiyah, yang oleh murid–muridnya dari

angkatan tiga puluhan akrab dipanggil “ Kak Amah”. Murid angkatan pertama terdiri dari

kaum ibu muda berjumlah 71 orang, dengan menggunakan Mesjid Pasar Usang sebagai

tempat belajar. Pada waktu itu proses belajar berlangsung dengan sistem halaqah, dan

hanya mempelajari ilmu–ilmu agama dan gramatika bahasa Arab.

Tampaknya pikiran Rahmah el-Yunusiyah setengah abad yang lalu sejalan

dengan pendapat kaum wanita dewasa ini yaitu: “membangun masyarakat tanpa

mengikutsertakan kaum wanita adalah sebagai seekor burung yang ingin terbang dengan

satu sayap saja. Mendidik seorang wanita berarti mendidik seluruh manusia

BAB III

Page 17: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan di Indonesia tertuang dalam UUD 1945 (versi Amendemen),

Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-

undang." Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan

teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia."

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No.

20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab."

Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam dunia pendidikan baik di dalam maupun di

luar negeri sama-sama bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar

mereka menjadi generasi yang berilmu dan berpengetahuan.

B. Saran

Untuk melengkapi pengetahuan pembaca dalam mengetahui tokoh-tokoh

pendidikan sebaiknya silahkan membaca sumber yang kami ambil dikarenakan masih

banyaknya tokoh-tokoh pendidikan yang berpengaruh baik itu di dalam maupun di luar

negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Tokoh - Tokoh Pendidikan.doc

http://syafieh.blogspot.com/2013/02/pemikiran-pendidikan-rahmah-el-yunusia.html

http://www.anekamakalah.com/2012/06/ki-hajar-dewantara-tokoh-pendidikan.html

http://www.pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=v_artikel&id=27

http://mazkah-co.blogspot.com/2012/03/biografi-dr-maria-montessori.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Pestalozzi

http://newindonesiaonline.wordpress.com/2012/08/31/dr-maria-montessori-ilmuwan-dan-

pendidik-anak/

http://nanayuli.wordpress.com/2010/01/05/pestalozzi/

http://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-pendidikan-indonesia.htm

http://asepyana666.blogspot.com/2013/02/pendidikan-menurut-mohammad-syafei.html

http://asipansa.blogspot.com/2013/03/makalah-tokoh-pendidikan-kh-ahmad-dahlan.html