toksikologi gabungan

60
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan.Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Jaman dahulu wadah dan pembungkus makanan dan bahan makanan, tidak lepas dari bahan-bahan yang bersumber dari alam khususnya daun-daunan seperti daun pisang, daun jagung, hingga wadah yang dianyam dari bambu, seperti besek misalnya. Namun sekarang, Hampir semua makanan yang dijual di masyarakat menggunakan pembungkus berbahan plastik maupun nonplastik. Kemasan yang terbuat dari plastik maupun nonplastik itu dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, harganya murah, dan untuk mendapatkannya sangat mudah. Tetapi di balik segi positifnya tersebut, ternyata plastik memiliki potensi buruk bagi kesehatan masyarakat.Sayangnya, masih banyak masyarakat yang kurang menyadari bahaya yang ditimbulkan penggunaan plastik maupun nonplastik sebagai pembungkus makanan. 1

Upload: dinda-rahma-vinanty

Post on 07-Dec-2015

176 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

dsdsdsdsdsdserfrfrfrfrfrfrfr

TRANSCRIPT

Page 1: TOKSIKOLOGI Gabungan

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi

sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung

dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan

kemasan.Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan,

penyeragaman, promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai

pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan

makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Jaman dahulu

wadah dan pembungkus makanan dan bahan makanan, tidak lepas dari bahan-bahan yang

bersumber dari alam khususnya daun-daunan seperti daun pisang, daun jagung, hingga wadah

yang dianyam dari bambu, seperti besek misalnya.

Namun sekarang, Hampir semua makanan yang dijual di masyarakat menggunakan

pembungkus berbahan plastik maupun nonplastik. Kemasan yang terbuat dari plastik maupun

nonplastik itu dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, harganya murah, dan

untuk mendapatkannya sangat mudah. Tetapi di balik segi positifnya tersebut, ternyata plastik

memiliki potensi buruk bagi kesehatan masyarakat.Sayangnya, masih banyak masyarakat yang

kurang menyadari bahaya yang ditimbulkan penggunaan plastik maupun nonplastik sebagai

pembungkus makanan.

Penggunaan plastik maupun nonplastik sebagai pembungkus makanan menyimpan bahaya

yang mengancam kesehatan. Selain sulit terurai, jika plastik digunakan untuk menyimpan

makananyang masih panas, maka akan terjadi reaksi kimia antara plastik dengan makanan

tersebut. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara suhu dan laju reaksi, yaitu semakin tinggi

suhusistem maka laju reaksinya akan berjalan lebih cepat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa plastik tidak boleh

digunakansebagai penyimpan makanan. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul bahaya

penggunaan Plastik dan Nonplastik sebagai Pembungkus Makanan karena masih banyak

masyarakat belum menyadari bahwa Plastik dan Nonplastik memiliki bahan bahan berbahaya

yang tidak baik untuk kesehatan manusia.

1

Page 2: TOKSIKOLOGI Gabungan

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ingin diangkat oleh penulis antara lain

1. Apa bahaya PVC sebagai pembungkus?

2. Apa bahaya STYROFOAM sebagai pembungkus?

3. Apa bahaya POLISTYRENE sebagai pembungkus?

4. Apa bahaya TEREPHTHALATE (PET) sebagai pembungkus ?

5. Apa bahaya PC (POLIKARBONAT) sebagai pembungkus?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain

1. Untuk mengetahui bahaya PVC sebagai pembungkus

2. Untuk mengetahui bahaya STYROFOAM sebagai pembungkus?

3. Untuk mengetahui bahaya POLISTYRENE sebagai pembungkus?

4. Untuk mengetahui bahaya TEREPHTHALATE (PET) sebagai pembungkus ?

5. Untuk mengetahui bahaya bahaya PC (POLIKARBONAT) sebagai pembungkus?

2

Page 3: TOKSIKOLOGI Gabungan

BAB IIPEMABHASAN

PVC

1. Sifat dan karakteristik PVC

Sifat PVC adalah keras, kaku, dan sedikit rapuh, dapat melunak pada pemanasan 80oC

tanpa titik lebir yang tajam. Jika suhu diturunkan, maka PVC akan menjadi rapuh dan

jika massanya dinaikkan maka sifat liatnya semakin besar. PVC murni sangat stabil

terhadap minyak tumbuhan, minyak mineral, alkohol, dan senyawa anorganik. Bahan

yang bersifat basa kuat dan bersifat mengoksidasi dapat mempengaruhi PVC.

2. Sumber dalam kehidupan sehari-hari

a. Pakaian

PVC telah digunakan secara luas pada bahan pakaian, yaitu membuat bahan serupa

kulit. PVC lebih murah dari karet, kulit, atau lateks sehingga digunakan secara luas.

PVC juga waterproof sehingga dijadikan bahan pembuatan jaket, mantel, dan tas.

b. Kabel Listrik

PVC yang digunakan sebagai insulasi kabel listrik harus memakai plasticizer agar

lebih elastis. Namun jika terpapar api, kabel yang tertutup PVC akan menghasilkan

asap HCl dan menjadi bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Aplikasi di mana asap

adalah bahaya utama (terutama di terowongan), PVC LSOH (low smoke, zero

halogen) adalah bahan insulasi yang pada umumnya dipilih.

c. Perpipaan

Secara kasar, setengah produksi resin PVC dunia dijadikan pipa untuk berbagai

keperluan perkotaan dan industri. Sifatnya yang ringan, kekuatan tinggi, dan

reaktivitas rendah, menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga

bisa dicampur dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh

panas,menciptakan sambungan permanen yang tahan kebocoran.

3

Page 4: TOKSIKOLOGI Gabungan

3. Jalur paparan

Terdapat tiga jalur utama pemaparan bahan toksik, yaitu penetrasi melalui kulit (dermal),

absorpsi melalui paru (inhalasi) dan absorpsi melalui saluran pencernaan (ingesti). Pada

PVC jalur paparan yang umum terjadi adalah inhalasi dan ingesti.

Paparan melalui paru (inhalasi) biasa terjadi pada pekerja industri, yaitu pekerja tersebut

bekerja di bagian polimerisasi polivinil klorida yang menggunakan bahan dasar monomer

vinil klorida. Hal itu, merupakan potensi besar bagi para pekerja bagian polimerisasi PVC

terhadap adanya paparan monomer vinil klorida melalui jalur paparan inhalasi yang

sangat berbahaya bagi tubuh. Karena monomer vinil klorida berukuran sangat kecil,

sehingga mudah sekali terhirup dan mengendap di paru-paru.

Paparan melalui saluran pencernaan (ingesti) biasa terjadi pada masyarakat umum yang

sering menggunakan PVC sebagai wadah makanan mereka.

4. Proses toksokinetik Monimer Vinil Cloride dalam tubuh

4

Monomer Vinil Cloride

Saluran Pernapasan

Absorpsi (Paru-Paru)

Distribusi (Liver dan Ginjal, Tulang

Zat Aktif Tersedia

Deposisi (Liver dan ginjal)

Ekskresi (Empedu)

Biotransformasi

FASE EKSPOSISI

FASE TOKSIKOKINETIK

FASE TOKSODINAMIK

Page 5: TOKSIKOLOGI Gabungan

A. Fase Eksposisi

Merupakan ketersediaan biologis suatu xenobiotik di lingkungan dan hal ini erat

kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikokimianya. Selama fase eksposisi,

Monomer Vinil Cloride (MVC) yang diserap manusia melalui udara akibat

kegiatan industri yang menghasilkan bahan pencemar, diubah melalui berbagai

reaksi kimia/fisika menjadi senyawa yang lebih toksik atau kurang toksik. Jalur

intoksikasinya adalah saluran pernapasan.

B. Fase Toksokinetik

Hanya sebagian dari jumlah zat yang diabsorpsi mencapai organ target suatu zat

toksik di dalam tubuh organisme, yakni di lokasi jaringan/molekul yang sesuai.

Proses toksokinetik dibedakan atas proses-proses absorpsi, distribusi,

biotransformasi dan ekskresi.

1. Absorpsi

MVC masuk dari tempat kontak (paparan) ke dalam sirkulasi sistemik tubuh

yaitu paru-paru. Untuk bisa masuk ke dalam paru-paru, MVC harus

menembus membran sel yang dapat dilakukan dengan proses difusi, osmosis

dan transport aktif. Pada fase ini dapat timbul efek lokal seperti batuk-batuk.

2. Distribusi

Setelah timbal mencapai sistem peredaran darah, ia bersama darah akan

disistribusikan ke seluruh tubuh. Dari sistem sirkulasi sistemik ini MVC akan

terdistribusi lebih jauh melewati membran sel menuju sistem organ atau ke

jaringan-jaringan tubuh. MVC bisa dideposisi (disimpan) di liver dan ginjal,

dibiotransformasikan atau diekskresikan.

3. Biotransformasi

MVC yang masuk ke dalam tubuh akan diperlakukan oleh sistem enzim

tubuh, sehingga MVC akan mengalami perubahan strukstur kimia dan pada

akhirnya dapat dieskresi dari dalam tubuh. Tujuan utama dari biotransformasi

adalah detoksifikasi. Hasil biotransformasi dapat berupa bioaktivasi (metabolit

5

Efek Toksik

Page 6: TOKSIKOLOGI Gabungan

yang lebih aktif) atau bioinaktivasi (metabolit kurang aktif). Proses

biotransformasi ini biasanya berlangsung di hati dan sebagian kecil di organ-

organ seperti ginjal dan paru-paru.

4. Ekskresi

Setelah diabsorpsi dan didistribusikan di dalam tubuh. MVC dapat

dikeluarkan dengan cepat atau perlahan. MVC akan diekskresikan oleh

empedu. Begitu MVC masuk ke dalam empedu, umumnya mereka tidak akan

diserap kembali ke dalam darah dan dikeluarkan lewat feses.

C. Fase Toksodinamik

Tidak semua molekul MVC dapat diekskresikan dengan cepat oleh tubuh. Zat

aktif yang tersedia hasil dari biotransformasi akan saling berinteraksi pada tempat

kerja spesifik, yaitu reseptor dan akhirnya timbul efek toksis.

5. Efek terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

a. Plasticizer ftalat

Banyak produk vinil mengandung bahan kimia tambahan untuk mengubah

konsistensi kimia dari produk. Beberapa dari bahan tambahan kimia ini dapat keluar

dari PVC ketika digunakan. Plasticizer yang ditambahkan untuk memfleksibelkan

PVC dapat berbahaya bagi kesehatan dan tidak ramah lingkungan.

b. Monomer vinil klorida

bahaya monomer vinil klorida terhadap risiko penyakit kanker. Para pekerja di bagian

polimerisasi PVC didiagnosa menderita angiosarkoma hati yang merupakan penyakit

langka.

c. Plastik yang dibakar akan mengeluarkan asap toksik yang apabila dihirup dapat

menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.

Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang dapat mengganggu keseimbangan

hormon estrogen manusia.

d. Dapat mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam

kondisi cacat.

e. Dalam pembuatan PVC ditambahkan penstabil seperti senyawa timbal (Pb), kadmium

(Cd), timah putih (Sn) atau lainnya, untuk mencegah kerusakan PVC. Kadang-kadang

agar lentur atau fleksibel ditambahkan senyawa ester flalat, ester adipat. Residu VCM

6

Page 7: TOKSIKOLOGI Gabungan

terbukti mengakibatkan kanker hati, senyawa Pb merupakan racun bagi ginjal dan

saraf, senyawa Cd merupakan racun bagi ginjal dan dapat mengakibatkan kaker paru-

paru.

6. Penanganan keracunan bahan tsb

Jangan rangsang muntah

Pindahkan/jauhkan korban dari pemaparan

Berikan susu untuk menetralisir, lalu bawa ke rumah sakit atau puskesmas

7. Pengendalian tingkat individu, keluarga dan pemerintah

PVC yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan sehari-hari tentunya menjadi sebuah

dilema ketika dampak dari penggunaannya membahayakan manusia sendiri. Meski

demikian, pada dasarnya, pengolahan yang tidak baiklah sehingga senyawa tersebut

menjadi polutan. Oleh karena itu, pengendalian dari dampak negatifnya dapat dilakukan

dengan :

a. Tingkat Individu : kurangi penggunaan plastik, sampah plastik harus dipisahkan

dengan sampah organik, sehingga dapat didaur ulang, jangan membuang sampah

plastik sembarangan, sampah plastik jangan dibakar.

b. Tingkat Keluarga : menjaga dan mengingatkan keluarga kita untuk tidak kontak

langsung dengan PVC terutama anak-anak agar tidak memasukan mainannya yang

mengandung bahan berbahaya PVC ke dalam mulut nya serta tidak menggunakan

bahan yang terbuat dari PVC sebagai wadah makanan.

c. Tingkat Pemerintah : mengeluarkan peraturan yang ketat terhadap ambang batas

paparan untuk pekerja di industri kimia, industri plastik maupun industri lain yang

menggunakan monomer vinil klorida. Selain itu, harus dilakukan juga monitoring

setiap bulannya terhadap konsentrasi monomer vinil klorida yang ada di udara

lingkungan kerja maupun limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut untuk

mencegah adanya monomer vinil klorida yang mungkin terbawa pada limbah pabrik

dan mengurangi resiko paparan yang luas ke area sekitar lingkungan kerja.

7

Page 8: TOKSIKOLOGI Gabungan

STYROFOAM

1. Defenisi dan Sifat Styrofoam

Styrofoam atau plastik busa masih termasuk golongan plastik. Umumnya Styrofoam

berwarna putih dan terlihat bersih. Bentuknya juga simpel dan ringan (Khomsam, 2003).

Sebenarnya Styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh Perusahaan Dow

Chemical untuk polystyrene foam. Oleh pembuatnya, Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan

sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan, bukan untuk kemasan makanan. Styrofoam

merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran

dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi

udara yang tidak dapat menghantar panas sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas

yang baik (InfoPOM, 2008).

Sifat – sifat styrofoam :

Mempunyai berat jenis yang relatif ringan.

Mudah larut dalam pelarut hidrokarbon aromatik dan berklor, seperti benzena dan carbon

tetrachlorida.

Tahan terhadap asam, basa, dan zat korosif lainnya.

Mempunyai titik leleh pada suhu 102-106oC.

Mampu menahan panas.

Gambar 1. Styrofoam Sebagai Bahan Pembungkus

8

Page 9: TOKSIKOLOGI Gabungan

2. Sumber dalam kehidupan sehari hari

Stirena pertama kali diproduksi secara komersil pada tahun 1930 sebelum terjadi perang

dunia ke-II dan memegang peranan penting dalam perkembangan kimia polimer. Setelah perang

dunia II sudah banyak pengolahan stirena menjadi polistirena dan kopolimernya secara

komersial. Polistirena banyak dipakai dalam produk-produk pembungkus makanan, elektronik

sebagai casing, kabinet dan komponen-komponen lainya. Peralatan rumah tangga yang terbuat

dari polistirena, misalnya: sapu, sisir, baskom, gantungan baju, ember.

3. Jalur paparan

Terdapat dua jalur utama pemaparan bahan toksik, yaitu melalui kulit (dermal), dan absorpsi

melalui saluran pencernaan (ingesti). Pada Styrofoam, jalur paparan yang umum terjadi adalah

ingesti.

4 Proses Toksokinetik di dalam Tubuh

Proses toksokinetik Styrofoam dalam tubuh

9

Biotransformasi

Ekskresi (Urin)

Deposisi (Liver dan ginjal)

Zat Aktif Tersedia

Distribusi (Liver , Sumsum Tulang, Jar

Lemak)

Styrofoam

Oral

Absorpsi (pencernaan, Usus Kecil)

FASE EKSPOSISI

FASE TOKSODINAMIK

Efek Toksik

FASE TOKSIKOKINETIK

Page 10: TOKSIKOLOGI Gabungan

A. Fase Eksposisi

Merupakan ketersediaan biologis suatu xenobiotik di lingkungan dan hal ini erat

kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikokimianya. Selama fase eksposisi,

Styrofoam yang masuk ke tubuh manusia melalui jalur oral akibat pembungkus

makanan yang mengandung bahan pencemar, diubah melalui berbagai reaksi

kimia/fisika menjadi senyawa yang lebih toksik atau kurang toksik. Jalur

intoksikasinya adalah saluran ingesti

B. Fase Toksokinetik

Hanya sebagian dari jumlah zat yang diabsorpsi mencapai organ target suatu zat

toksik di dalam tubuh organisme, yakni di lokasi jaringan/molekul yang sesuai.

Proses toksokinetik dibedakan atas proses-proses absorpsi, distribusi,

biotransformasi dan ekskresi.

1. Adsorbsi

Styrofoam dapat masuk ke dalam tubuh melalui ingesti. Ketika seseorang

terpajan Zat yang terkandung dalam styrofoam secara ingesti yaitu tertelan

maka sebagian besar bahan yang terkandung dalam styrofoam akan masuk ke

dalam jaringan gastrointestinal lalu akan masuk ke dalam jarigan darah.

2. Distribusi

Zat yang telah masuk ke dalam jaringan darah akan beredar ke seluruh tubuh

dan disimpan sementara dalam sumsum tulang dan lemak kemudian akan

dikonversi menjadi produk metabolisme di dalam hati dan sumsum tulang.

Zat yang terkandung dalam styrofoam mimiliki sifat lipofilik maka distribusi

terbesar benzene adalah di jaringan lemak. Jaringan lemak, sumsum tulang

dan urin mengandung benzena kira-kira 20 lebih banyak dari yang terdapat

dalam darah. Kadar benzena dalam otot dan organ 1-3 kali lebih banyak

dibandingkan dalam darah. Sel darah merah mengandung benzena dua kali

lebih banyak dari dalam plasma. Sebagian besar hasil metabolisme akan

keluar melalui urin dalam waktu 48 jam setelah terpajan

3. Metabolisme

Hasil metabolisme zat yang di produksi di hati akan dibawa ke sumsum

tulang. Tahapan pertama dari metabolisme zat terjadi di hati.

10

Page 11: TOKSIKOLOGI Gabungan

Proses metabolisme zat akan menghasilkan produk metabolit. Produk

metabolit adalah bahan yang dihasilkan secara langsung oleh reaksi

bistransformasi. Setelah reaksi oksidasi terjadi, beberapa metabolit sekunder

terbentuk secara enzymatik dan non enzymatik. Biotransformasi zat tersebut

dalam tubuh manusia berupa metabolit akhir yaitu fenol yang diekskresikan

melalui urin dalam bentuk terkonjugasi dengan asam sulfat atau glukoronat.

4. Eliminasi Dan Ekskresi

Eliminasi zat berlangsung melalui jalur ekskresi dan ekshalasi di dalam tubuh.

Hasil ekshalasi zat ke udara bebas dalam bentuk yang tidak berubah. Proporsi

zat yang diabsorbsi dan kemudian diekskresikan melalui ekshalasi adalah

sekitar 8-17%. Zat tersebut juga diekskresikan dalam urin dengan metabolit

berupa fenol,glucuronic, dan sulphuric acid. Jumlah rata-rata fenol yang

dieliminasi adalah sekitar 30% dari dosis yang diabsorbsi.

C. Fase Toksodinamik

Tidak semua yang terkandung dalam styrofoam dapat diekskresikan dengan

cepat oleh tubuh. Zat aktif yang tersedia hasil dari biotransformasi akan

saling berinteraksi pada tempat kerja spesifik, yaitu reseptor dan akhirnya

timbul efek toksis. Target utama pajanannya adalah sumsum tulang belakang,

dapat mengakibatkan sumsum tulang belakang menjadi terganggu sehingga

akan berakibat terganggunya proses pembuatan sel darah yang pada akhirnya

menyebabkan dampak kesehatan akibat tidak normalnya sel darah pada

manusia.

5. Bahaya Penggunaan Kemasan Styrofoam Bagi Kesehatan & Lingkungan

Kesehatan

Residu monomer styrene dalam makanan sangat berbahaya. Jika residu monomer styrene

> 5.000 mg/l akan berbahaya bagi tubuh. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter

(EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan

reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan (Yuliarti, 2007).

Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak. Sifatnya akumulatif dan dalam

jangka panjang baru timbul akibatnya (Sulchan & Endang, 2007). Bahaya monomer styrene

terhadap kesehatan setelah terpapar dalam jangka panjang, antara lain (InfoPOM, 2008):

11

Page 12: TOKSIKOLOGI Gabungan

1. Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala,

letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi, dan

kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati peripheral.

2. Menyebabkan anemia. Paparan jangka panjang terhadap styrene akan menyebabkan

neurotoxic (kelelahan, nervous, dan sulit tidur) dan haemoglobin rendah. Haemoglobin

adalah bagian dari darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen. Bila haemoglobin

rendah maka banyak sel-sel tubuh yang akan kekurangan oksigen yang memunculkan

gejala lesu, letih, dan lemah. Penyakit haemoglobin yang rendah disebut anemia.

3. Meningkatnya resiko leukemia dan limfoma.

4. Styrene termasuk bahan yang diduga dapat menyebabkan kanker pada manusia (2B),

yaitu terdapat bukti terbatas pada manusia dan kurang cukup bukti pada binatang.

5. Monomer styrene dapat masuk ke dalam janin jika kemasan Styrofoam digunakan untuk

mewadahi pangan beralkohol karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Hal ini

menjelaskan mengapa dalam jaringan tubuh anak-anak ditemukan monomer styrene

meskipun anak-anak tersebut tidak pernah terpapar secara langsung.

6. Monomer styrene juga dapat mengkontaminasi ASI.

Kemungkinan toksisitas plastik (Styrofoam) sebagai pengemas makanan juga berasal dari

komponen aditif. Zat aditif yang ditambahkan untuk kelenturan pada proses pembuatan

Styrofoam adalah dioktil ptalat (DOP). DOP menyimpan zat benzene, suatu larutan kimia yang

sulit dilumat oleh sistem pencernaan. Benzene tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin.

Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa

memicu timbulnya penyakit kanker (Sulchan & Endang, 2007).

Lingkungan

Selain berefek negatif bagi kesehatan, Styrofoam juga sering menimbulkan masalah pada

lingkungan dan tidak ramah lingkungan. Kemasan plastik jenis polystyrene ini sering

menimbulkan masalah pada lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan secara alami

dan sulit didaur ulang sehingga tidak diminati oleh pemulung. Proses daur ulang Styrofoam yang

telah dilakukan selama ini sebenarnya hanyalah dengan menghancurkan Styrofoam lama

kemudian membentuknya menjadi Styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi

wadah makanan dan minuman. Sebagai gambaran, di Amerika Serikat setiap tahun diproduksi 3

juta ton bahan ini, tetapi hanya sedikit yang didaur ulang, sehingga sisanya masuk ke

12

Page 13: TOKSIKOLOGI Gabungan

lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, Styrofoam akan menumpuk begitu saja dan

menjadi sumber sampah yang mencemari lingkungan, baik lingkungan air maupun tanah

(InfoPOM, 2008).

Sementara itu, CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan Styrofoam, meskipun bukan

gas yang beracun, memiliki sifat mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini

baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun (Sulchan & Endang, 2007). Dalam pembuatan Styrofoam

ternyata 90% CFC yang digunakan akan dilepaskan di atmosfer yang kemudian akan mengikis

lapisan ozon. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan stratosfer dan akan terjadi reaksi

serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan timbul efek

rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi

yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanker (Khomsan, 2003).

Menurut Presiden National Wildlife Federation, sebuah cup terbuat dari Styrofoam

mengandung 10 pangkat 18 molekul CFC. Ketika mereka terpecah karena radiasi ultraviolet,

maka setiap molekul CFC akan menghancurkan 100.000 molekul ozon (Khomsan, 2003).

6. Penanganan Keracunan Bahan Toksik

Penanganan keracunan bahan beracun dari Styrofoam yakni dengan :

Memindahkan / menjauhkan korban dari pemaparan

Tidak rangsang untuk korban muntah

Memberikan susu untuk menetralisir, lalu bawa ke rumah sakit atau puskesmas

Dalam jangka waktu yang lama apabila pengaruh bahan toksik sudah signifikan, dapat

dilakukan perawatan meliputi  paliatif, pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi

7. Pengendalian Untuk Meminimalisir Dampak Negatif Penggunaan Styrofoam

Tingkat Individu : Antisipasi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi bahaya syrofoam

bagi kesehatan perseorangan adalah dengan membawa sendiri wadah yang akan kita

gunakan untuk membungkus makanan dan segeralah pindahkan makanan yang sudah

dibungkus dengan styrofoam kedalam wadah yang lebih aman sepeti piring kaca atau

mangkuk kaca. Setelah itu kumpulkan bahan pembungkus makanan styrofoam ini agar

nantinya dapa di daur ulang.

13

Page 14: TOKSIKOLOGI Gabungan

Tingkat Keluarga : Memberikan saran dan arahan kepada anggota keluarga yang lain untuk

menghentikan penggunaan Styrofoam serta mengajak anggota keluarga untuk Melakukan

Upaya Prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) pada Styrofoam.

Tingkat Pemerintah : Arahan fokus pengemas baru yang ramah lingkungan, Mengeluarkan

larangan untuk penjual makanan menggunakan Styrofoam. Sudah banyak negara yang

mengeluarkan peraturan untuk tidak menggunakan styrofoam contohnya kanada, korea,

jepang dan masih banyak lagi.

14

Page 15: TOKSIKOLOGI Gabungan

POLISTYRENE

1. Sifat dari Bahan Polistyrene

Polistirena adalah sebuah polimer dengan monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair

yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat

termoplastik padat, dapat mencair pada suhu yang lebih tinggi. Stirena tergolong senyawa

aromatik. Ini karakteristik dari polistirena

Sifat-sifat umum dari poli stirena :

Sifat mekanis. Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras,

mempunyai bunyi seperti metallic bila dijatuhkan.

Ketahanan terhadap bahan kimia. Ketahanan PS terhadap bahan-bahan kimia umumnya

tidak sebaik ketahanan yang dipunyai oleh PP atau PE. PS larut dalam eter, hidrokarbon

aromatic dan chlorinated hydrocarbon. PS juga mempunyai daya serap air yang rendah,

dibawah o,25 %.

Abrasion resistance. PS mempunyai kekuatan permukaan relative lebih keras

dibandingkan dengan jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian, bahanini mudah

tergores.

Transparansi. Sifat optis dari PS adalah mempunyai derajat transparansi yang tinggi,

dapat melalui semua panjang gelombang cahaya (A 90%). Disamping itu dapat

memberikan kilauan yang baik yang tidak dipunyai oleh jenis plastic lain, dimana bahan

ini mempunyai indeks refraksi 1,592.

Sifat elektrikal. Karena mempunyai sifat daya serap air yang rendah maka PS digunakan

untuk keperluan alat-alat listrik. PS foil digunakan untuk spacers, slot liners dan covering

dari kapasitor, koil dan keperluan radar.

Ketahanan panas. PS mempunyai softening point rendah (90oC) sehingga PS tidak

digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi, atau misalnya pada makanan yang panas.

Suhu maksimum yang boleh dikenakan dalam pemakaian adalah 75oC. Disamping itu,

PS mempunyai sifat konduktifitas panas yang rendah.

2. Sumber Toksikan Polistyrene Dalam Kehidupan Sehari-Hari

15

Page 16: TOKSIKOLOGI Gabungan

Polistirene adalah jenis plastik termoplast yang termurah dan paling berguna serta

bersifat jernih, keras, halus, mengkilap, dapat diperoleh dalam berbagai warna, dan secara kimia

tidak reaktif. Busa polistirena digunakan untuk membuat gelas dan kotak tempat makanan,

polistirena juga digunakan untuk peralatan medis, mainan, alat olah raga, sikat gigi, dan lainnya.

Sumber toksikan polistirene dalam kehidupan sehari-hari adalah bungkus makanan, wadah

dasaran daging potong, karton wadah telur, botol aspirin, gelas, cangkir, piring, sendok garpu

sekali pakai. Polystyrene dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan

tersebut bersentuhan. Salah satu sumber toksik yang sering digunakan adalah bahan pengemas

styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis

pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam

yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah

kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga

mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan

kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli

2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam

dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC),

yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan

reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan

3. Jalur Paparan Toksikan Polystyrene

Sumber paparan berasal melalui inhalasi (indoor dan outdoor udara ambien, dan rokok)

dan dari pencernaan makanan. Kenaikan paparan dapat terjadi pada orang yang hidup di

perkotaan atau yang tinggal di dekat sumber paparan seperti di daerah padat lalu lintas, fasilitas

industry dan pembuangan limbah-limbah berbahaya. Sedangkan paparan dari air minum dan

yang melalui kulit tidak ada. Karena konsentrasi yang rendah pada air minum (Cohen et al

2002). Tetapi paparan dari makanan dapat terjadi,seperti yang terjadi di amerika, bahwa rata-rata

masyarakat amerika terpapar stirena melalui makanan sebesar 9µg/hari (Lickly et al 1995).

Paparan juga dapat terjadi oleh asap rokok. Rokok ini dapat memberikan paparan baik

kepada perokok maupun kepada orang yang tidak merokok. Perokok mendapatkan paparan 6

kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok (Cohen et al). paparan dari rokok sebesar 400

sampai 960 µg/hari berdasarkan 20 batang rokok per hatinya dan inhalasi sebesar 20 sampai 48

µg stirena per batang (Fishbein, 1992). Sedangkan pada pekerja paparan dapat terjadi pada saat

16

Page 17: TOKSIKOLOGI Gabungan

proses produksi dan penggunaan monomer stirena, polistirena, fiber glass, styrene-butadiene

rubber dan polimer berbasis stirena lainnya (ATSDR 1992, IARC 2002). Pekerja pada industri

plastik berpotensial untuk terpapar styrene 7,8 oxide. Nylander-French et al 1999, mendapatkan

bahwa 237 pekerja yang bekerja 8 jam dengan konsentrasi diudara stirena 28,6 ppm dengan

rentang 0,75 sampai 142,7 ppm,didapatkan konsentrasi rata-rata styrene 7,8 oxide adalah 0,04

ppm dengan rentang 0 sampai 0,21 ppm.Selain melalui pernapasan / inhalasi para pekerja di

pabrik plastic ini juga dapat terpapar melalui kulit. Karena di pabrik plastik stirena ada dalam

bentuk cairan maupun uapnya.Paparan melalui kulit di industri sudah dipelajari oleh Eriksson

dan Wilklund (2004).Sedangkan pada industristyrene-butadiene rubber, yaitu sebuah kopolimer

dari butadiene dengan stirena yang biasa digunakan pada pembuatan karet sintetis.Mayoritas

paparan berasal dari pernapasan. The US EPA melaporkan bahwa 100% dari manusia memiliki

stirena dalam tubuh mereka, yang berasal dari kontak melalui wadah makanan, menghirup asap

dalam ruangan, atau minum air yang terkontaminasi. Paparan setiap hari dapat berkisar dari 1 mg

/ orang / hari untuk> 100 mg / orang / hari, tetapi paparan kerja dapat jauh lebih besar, terjadi

di pabrik-pabrik polystyrene, industri plastik diperkuat, dan dalam pembuatan perahu.

4. Proses Toksikokinetik Dalam Tubuh

Fase arbsobsi

Ingesti : pada manusia, penyerapan styrene melalui pencernaan

Inhalasi : Pada manusia, penyerapan styrene terutama terjadi melalui penghirupan dan

lebih dari 90% stirena melalui inhalasi dipertahankan (Fustinoni et al, 1998.)

Dermal : penyerapan stirena melalui rute dermal mungkin rendah dibandingkan

penyerapan melalui rute lain (ATSDR, 1991). penyerapan melalui dermal dari uap

styrene yang berkontribusi sekitar 5% dengan jumlah yang diserap di saluran pernapasan

di bawah kondisi yang sama (Wieczorek, 1985).

Distribusi

Studi inhalasi pada manusia dan hewan menghasilkan distribusi styrene meluas dengan

konsentrasi tertinggi dalam jaringan adiposa (ATSDR, 1991). Sebagai koefisien partisi

antara udara dan jaringan tubuh yang berbeda 4100 untuk lemak, 84-154 untuk organ

lainnya dan 59 untuk darah, disimpulkan bahwa styrene menumpuk secara eksklusif di

jaringan lemak (Droz dan Guillemin, 1983 dikutip dalam IARC, 1994).

Metabolisme

17

Page 18: TOKSIKOLOGI Gabungan

Langkah pertama dalam jalur metabolisme utama adalah pembentukan styrene 7,8-oksida

oleh sitokrom P450-dimediasi sistem monooksigenase. (Informasi lebih rinci tentang

styrene 7,8-oksida dapat ditemukan di styrene berkas 7,8-oksida ). Styrene 7,8-oksida

terhidrasi untuk styrene glikol oleh microsome epoksida hidrolase atau terkonjugasi

dengan glutathione dalam reaksi enzim-dikatalisasi (glutathione S-transferase). Produk

ekskresi urin utama, asam mandelic, phenylglyoxylic dan asam hipurat, terkait dengan

stirena glikol, menunjukkan pembentukan menengah styreneoxide menjadi jalur utama

dari aktivasi dan detoksifikasi styrene, terhitung lebih dari 85% dari dosis yang diserap.

Jadi, tampaknya ada sedikit bukti untuk glutathione konjugasi pada manusia. Kejenuhan

metabolisme terjadi antara 100 dan 200 ppm stirena.

Eliminasi

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa stirena hampir seluruhnya diekskresikan

melalui metabolisme kemih pada manusia dan pada dosis yang lebih tinggi, profil

eliminasi menunjukkan kejenuhan ekskresi metabolik atau proses. Sebagian besar styrene

yang terhirup diekskresikan dalam urin sebagai asam mandelic dan asam phenylglyoxylic

(ATSDR, 1991). Hanya 0,7-4,4% dari jumlah stirena diserap ditemukan untuk

dihembuskan tidak berubah (IARC, 1994).

Dalam sebuah studi penyerapan styrene cair diterapkan pada lengan relawan laki-laki,

sekitar 13% dari dosis yang diserap diekskresikan sebagai asam mandelic (ATSDR,

1991).

5. Efek Buruk Yang Dapat Ditimbulkan Bagi Kesehatan Manusia Dan Lingkungan

1. Efek buruk polistyrene yang ditimbulkan bagi kesehatan

Polistirena merupakan plastik yang inert sehingga relatif tidak berbahaya bagi kesehatan,

yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya migrasi dari monomer stirena ke dalam

pangan yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Efek buruk yang di timbulkan akibat

penggunaan bahan yang mengandung stirine dalam jangka panjang bagi manusia dapat berasal

dari barang-barang yang digunakan sehari-hari, seperti Styrofoam yang sering digunakan orang

untuk membungkus makanan atau untuk kebutuhan lain dapat menimbulkan masalah.

Menurut Prof Dr Hj Aisjah Girindra, ahli biokimia Departemen Biokimia FMIPA-IPB, hasil

survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika

mengandung styrene yang berasal dari styrofoam.

18

Page 19: TOKSIKOLOGI Gabungan

Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang

batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Lebih mengkhawatirkan lagi pada

penelitian di New Jersey ditemukan 75% ASI (air susu ibu) terkontaminasi styrene. Hal ini

terjadi akibat si ibu menggunakan wadah styrofoam saat mengonsumsi makanan. Penelitian yang

sama juga menyebutkan bahwa styrene bisa bermigrasi ke janin melalui plasenta pada ibu-ibu

yang sedang mengandung.

Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam tubuh.

Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia. Efek

karsinogenik styrene mencakup meningkatnya tingkat limfoma, hematopoiesis, dan leukemia di

diperkuat pekerja plastik, terutama melalui inhalasi. Paparan styrene juga bisa menyebabkan

iritasi membran mucous, iritasi mata, efek gastrointestinal, kelesuan, penurunan keseimbangan,

dan gangguan sistem saraf pusat seperti depresi, sakit kepala, kelelahan, dan kelemahan otot di

antara banyak lainnya. Selain menyebabkan kanker, sistem reproduksi seseorang bisa terganggu.

Berdasarkan hasil penelitian, styrofoam bisa menyebabkan kemandulan atau menurunkan

kesuburan. Anak yang terbiasa mengonsumsi styrene juga bisa kehilangan kreativitas dan pasif.

Mainan anak yang terbuat dari plastik yang diberi zat tambahan ftalat agar mainan menjadi lentur

juga dapat menimbulkan masalah. Hasil penelitian ilmiah yang dilakukan para pakar kesehatan

di Uni Eropa menyebutkan bahwa bahan kimia ftalat banyak menyebabkan infeksi hati dan

ginjal. Oleh karena itu Komisi Eropa melarang penggunaan ftalat untuk bahan pembuatan

mainan anak.

Beberapa efek yang ditimbulkan dari terpaparnya styrene

Organ sasaran

Saluran pernapasan: iritasi pada dosis rendah, bronkitis kronis dan perubahan paru

obstruktif pada konsentrasi tinggi (> 100 mg / m³)

Kulit dan mata: iritasi

Ginjal: peningkatan ekskresi albumin (dicatat dalam satu studi)

Hati: Evaluasi potensi yang mengakibatkan kerugian styrene pada hati telah

menghasilkan hasil yang beragam dalam penelitian pada manusia dan hewan. Tidak ada

tren yang jelas terhadap fungsi hati diubah dapat dibuktikan (ATSDR, 1991, IARC,

1994)

19

Page 20: TOKSIKOLOGI Gabungan

Central Nervous System (CNS): elektroensefalografik, dopaminergik, gangguan

fungsional dan kejiwaan telah dicatat (efek yang paling telah terlihat pada konsentrasi

sekitar 100 ppm) (IARC, 1994)

Decrements kinerja relatif untuk beberapa tes neurobehavioural (termasuk diskriminasi

penglihatan warna) telah diamati di styrene -exposed perahu-pembangun dibandingkan

dengan pekerja non-terpapar dari tanaman yang sama (Chia et al., 1994, dikutip oleh

Checkoway dan Cullen))

Peripheral sistem saraf: penurunan kecepatan konduksi saraf telah diamati (IARC, 1994).

Cherry dan Gautrin (1990) menunjukkan hubungan dosis-respons yang jelas untuk

kecepatan konduksi saraf sensorik dalam kaitannya dengan konsentrasi udara styrene

(Cherry dan Gautrin dikutip oleh Checkoway dan Cullen).

Teratogenisitas

Mayoritas studi yang ada tidak menunjukkan peningkatan risiko untuk aborsi spontan

dalam hubungan dengan pajanan stirena. Tidak ada peningkatan yang jelas dalam risiko

cacat bawaan pada anak-anak perempuan stirena-terpapar atau perempuan menikah

dengan laki-laki stirena terpajan telah dilaporkan (IARC, 1994)

Genotoksisitas

Produksi Styrene menyebabkan penyimpangan kromosom (istirahat dan kesenjangan)

dalam limfosit perifer dari pekerja di industri styrene telah dilaporkan.

Namun, temuan positif yang dibatasi oleh fakta bahwa para pekerja sering terpapar bahan

kimia lain di samping stirena, dan bahwa penyimpangan juga tergantung pada parameter

seperti usia dan merokok. Di sisi lain, studi negatif mungkin juga disebabkan oleh

variabilitas untuk kadar penyimpangan. Dengan demikian bukti stirena diinduksi

penyimpangan kromosom pada manusia adalah sugestif, tetapi tidak konklusif.

Data yang tersedia menunjukkan bahwa penyimpangan kromosom (CA) lebih sering

terjadi pada limfosit bertulang laminotors plastik (sumber yang paling penting dari

paparan stirena) daripada melakukan pertukaran kromatit (SCE) atau micronuclei (MN).

Karsinogenik

Styrene diduga menjadi agen penyebab untuk keganasan limfosit - hematopoietik.

20

Page 21: TOKSIKOLOGI Gabungan

2. Efek buruk yang ditimbulkan polistyrene terhadap lingkungan

Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data EPA (Enviromental

Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses

pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengkategorikan proses

pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu,

proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan

dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara. Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan,

sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer.

Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon

setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan

penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.

Kemasan plastik jenis polistirena sering menimbulkan masalah pada lingkungan karena

bahan ini sulit mengalami peruraian biologik dan sulit didaur ulang sehingga tidak diminati oleh

pemulung. Sebagai gambaran, di Amerika setiap tahun diproduksi 3 juta ton bahan ini, tetapi

hanya sedikit yang didaur ulang, sehingga sisanya masuk ke lingkungan.

Kini kebanyakan produk polistirena tidak didaur ulang karena kurangnya fasilitas daur ulang

yang sesuai. 3, 10 Amerika serikat belum melarang penggunaan kemasan polistirena secara

nasional, meski beberapa kota di Amerika Serikat sudah melarang penggunaannya.

Pelarangan penggunaan styrofoam lebih dikarenakan pada masalah lingkungan karena

produk tersebut sulit terurai.

6. Penanganan Keracunan Dari Toksikan Polistyrene

Pertolongan Pertama penanganan keracunan polistyrene

1. Terhirup

Pindahkan korban ke tempat berudara bersih. Jika tidak bernapas berikan bantuan

pernapasan dari mulut ke mulut. Jika kesulitan bernapas, berikan oksigen. Segera

hubungi bantuan medis. Kontak dengan kulit Segera cuci kulit yang terkontaminasi

dengan sabun dan air yang banyak. Jika iritasi menetap, segera hubungi petugas medis.

2. Kontak dengan mata.

21

Page 22: TOKSIKOLOGI Gabungan

Segera bilas mata korban dengan air yang banyak selama kurang lebih 15 menit.

Konsultasikan dengan petugas medis.

3. Tertelan

Segera berikan segelas air. Hubungi bantuan medis.

Penatalaksanaan Stabilisasi

a) Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran

udara.

b) Penatalaksanaan fungsi pernafasan, yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara

memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan

pengeluaran karbon dioksida, Bila terinhalasi disarankan berikan oksigen

c) Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

Dekontaminasi

A. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit :

Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata

yang terkena atau terburuk kondisinya.

Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan sejumlah air bersih dingin

atau larutan NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit.

Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.

Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.

Jangan biarkan pasien menggosok matanya.

Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter mata.

B. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)

Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.

Cuci segera bagian kulit yamg terkena dengan air mengalir air dingin atau hangat dan

sabun minimal 10 menit.

Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara

lembut.

Jangan digosok.

Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan

22

Page 23: TOKSIKOLOGI Gabungan

buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung

tangan, masker hidung dan apron.

Hati-hati untuk tidak menghirupnya.

Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

7. Pengendalian Efek Buruk Toksikan Polistyrene Bagi Manusia Dan Lingkungan Dalam

Tingkatan

1. Pengendalian efek buruk toksikan polistyrene bagi manusia dalam tingkat individu

Untuk mengurangi besarnya migrasi stirena dari kemasan polistirena foam dapat dilakukan

yaitu:

o Gunakan kemasan polistirena foam hanya untuk sekali pakai

o Hindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang panas

o Hindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang mengandung alkohol,

asam, dan lemak.

o Jika pangan yang akan dikemas bersuhu tinggi, mengandung alkohol, asam, atau lemak

maka sebisa mungkin gunakanlah kemasan pangan yang terbuat dari keramik atau

kaca/gelas.

o Jangan pernah memanaskan atau memasukkan makanan dengan kemasan polistirena

foam ke dalam microwave.

o Hindari kontak langsung dengan pangan, untuk itu sebelum mengemas pangan kemasan

polistirena dapat dipasang alas jenis plastik lain seperti polietilena (PE)/polipropilena

(PP)

2. Pengendalian efek buruk toksikan bagi lingkungan dalam tingkat individu

Pemanfaatan zat polistirene yang terkandung dalam styrofoam sebagai pembuat bensin

ramah lingkungan

Mengurangi penggunaan styrofoam yang telah dilakukan oleh beberapa industri makanan

seperti mc donald’s pada tahun 1987 yang telah menyatakan berhenti menggunakan

bahan pembungkus makanan menggunakan styrofoam.

23

Page 24: TOKSIKOLOGI Gabungan

PT pembangunan Jaya Ancol juga mendeklarasikan area wisata di utara Jakarta sebagai

kawasan area bebas styrofoam, sebagai realisasi kawasan rekreasi yang peduli terhadap

kesehatan keluarga dan keberlangsungan lingkungan makhluk hidup.

3. Pengendalian efek buruk toksikan bagi manusia dalam tingkat keluarga

Hindari penggunaan kemasan ini oleh wanita hamil dan anak-anak

Melihat kandungan mainan yang akan diberikan kepada anak-anak

Tidak memberikan alat -alat elektronik pada anak-anak sebagai mainan.

4. Pengendalian efek buruk toksikan bagi manusia dalam tingkat pemerintah

Pemerintah italia membuat kebijakan mensyaratkan memberi batas maksimum migrasi

tidak boleh lebih dari 50 ppm untuk kemasan makanan berukuran 250 ml ke atas,

sedangkan untuk kemasan kecil batas maksimumnya 8 mg per dm2 lembaran film.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan penyusunan Undang-undang standarisasi

kemasan berapa dasar hukum yang bisa dijadikan acuan untuk kemasan pangan antara

lain : UU No.7/1996 tentang peraturan pengemasan berkaitan dengan keamanan pangan

dalam rangka melindungi konsumen, (UU No 7/1999) dan peraturan Menteri Kesehatan

RI No.329/Menkes/XII/76 tentang produksi dan peredaran pangan, serta Peraturan

Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan mutu dan gizi pangan. Pada bagian

ke IV pasal 16 19 dari undang-undang ini membahas tentang kemasan bahan pangan,

sedangkan bagian ke V pasal 30-35 membahas tentang pelabelan dan periklanan produk

pangan.

5. Pengendalian efek buruk toksikan bagi lingkungan dalam tingkat pemerintah

Alternatif solusi kedua adalah kebijakan pemerintah setempat untuk mengurangi

penggunaan kantung plastik. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan

membebankan biaya bagi para produsen dan konsumen yang menggunakan kantung

plastik. Kebijakan ini seperti yang telah diterapkan di San Fransisco atas inisiatif dari

Komisi Lingkungan San Fransisco. Komisi ini telah berhasil mendesak Walikota

setempat untuk mengenakan biaya sebesar 17 sen terhadap kantung plastik yang

disediakan oleh penjual toko bahan pangan. Biaya ini tidak hanya dibebankan kepada

24

Page 25: TOKSIKOLOGI Gabungan

toko-toko bahan pangan setempat, namun juga kepada para konsumennya.

Alternatif lainnya antara lain seperti yang direkomendasikan bagi pemecahan masalah

sampah kantung plastik di New Zealand, sebagai berikut:

Meningkatkan jumlah pajak bagi semua kantung plastik yang disediakan oleh

supermarket dan toko-toko eceran.

Mensyaratkan agar para produsen barang-barang atau para importir menggunakan

kandungan-kandungan yang mudah didaur ulang untuk kantung plastik.

Mengkampanyekan pola hidup berkelanjutan.

Mensosialisasikan peraturan penggunaan bahan bioplastics bagi industri-industri

pengepakan makanan dan para pelaksana sistem penyembuhan organik.

POLYETHYLENE TEREPHTHALATE (PET)

1. Sifat/karakteristik PET

25

Page 26: TOKSIKOLOGI Gabungan

1) jika digunakan terlalu sering dan terpengaruh dengan suhu tinggi/ panas akan

menyebabkan melelehnya lapisan polimer pada botol tersebut dan akan mengeluarkan zat

yang bersifat karsinogenik (beracun).

2) tidak mudah di urai oleh alam.

3) Jernih, kuat, liat, dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas terhadap

gas, aroma maupun air rendah. 

2. Sumber Toksikan Dalam Kehidupan Sehari-Hari

PET adalah singkatan dari Polyethylene Terephthalate, suatu senyawa kimia termasuk

golongan ester: polyester termoplastik linier yang disintesis melalui esterifikasi dengan

asam tereftalat (TPA) dan etylen glycol (EG) atau dengan transesterifikasi dimetil

tereftalat dan etilen glikol. PET memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, transparan, tidak

beracun, tidak pengaruh pada rasa, dan permeabilitas yang dapat diabaikan untuk karbon

dioksida.

3. Jalur Paparan PET

Dalam membuat PET, menggunakan bahan antimoni trioksida, yang berbahaya bagi para

pekerja yang berhubungan dengan pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni

trioksida masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu

yang mengandung senyawa tersebut.

4. Proses Toksikokinetik Dalam Tubuh

Jika bahan toksikologi PETE dapat masuk dalam tubuh dengan cara melalui udara

apabila bahab PETE itu terbakar dan udara nya terhirup dan masuk dalam tubuh tanda dan

gejala dari keracunan ini berupa gangguan pernapasan, gangguan pada perut. Sedangkan pada

wanita hamil, mengakibatkan kematian bayi dalamkandungan serta bayi lahir cacat.

5. Efek buruk yang dapat ditimbulkan

1) Bagi kesehatan

a) iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini

meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak

mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga

usia 12 bulan.

b) Resiko jangka panjangnya dapat menyebabkan kanker.

26

Page 27: TOKSIKOLOGI Gabungan

2) Bagi lingkungan

Akan mencemari tanah, karena pet ini tidak mudah terurai dialam . walaupun terurai itu

akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

6. Penanganan keracunan dari PET

Apabila bahan PET ini terbakar dan terhirup pindahkan korban ke tempat berudara

bersih. Jika tidak bernapas berikan bantuan pernapasan dari mulut ke mulut. Jika kesulitan

bernapas, berikan oksigen. Segera hubungi bantuan medis. Kontak dengan kulit Segera cuci kulit

yang terkontaminasi dengan sabun dan air yang banyak. Jika iritasi menetap, segera hubungi

petugas medis. Dan apabila tertelan segera beri segelas air susu atau segelas air putih, dan bisa

langsung pergi ke rumah sakit atau pukesmas.

7. Pengendalian Efek Buruk Toksikan Bagi Manusia Dan Lingkungan Dalam Tingkatan

1) Individu

Salah satunya dengan melihat kodenya. Mengetahui simbol-simbol daur ulang pada

produk plastik, kita dapat memilah produk plastik yang terbaik untuk digunakan dalam

pemakaian sehari-hari.

Hal yang dapat kita perhatikan adalah melihat kode yang biasanya terdapat di bawah

wadah plastik. Kode tersebut menunjukkan dari jenis bahan apa plastik itu dibuat.

Kode tersebut berupa segitiga yang terdiri dari tiga anak panah atau dengan huruf yang

merupakan singkatan nama bahan pembuat plastik. Dengan mengetahui jenis bahan baku

plastik, kita dapat mengetahui apakah jenis tersebut berbahaya terhadap makanan atau

tidak.

2) Pemerintah

Pemerintah harus bisa tegas lagi dalam penyebaran bahan plastic yang bisa digunakan

atau pun yang tidak bisa digunakan untuk pembungkus makanan. Pemerintah juga

memberi sanksi keras pada orang yang menggunakan bahan berbahaya pada plastic

pembungkus makanan.

3) Keluarga

Peran Keluarga sangat sangat penting dalam memilih bahan-bahan yang berbahaya dan

tidak nya untuk di gunakan. Disini peran orang tua sangat di butuh kan untuk dapat

melilih dengan cermat barang-barang plastic yang di gunakan dalam rumah tangga. Agar

27

Page 28: TOKSIKOLOGI Gabungan

tidak salah menggunakan barang-barang plastic yang menggunakan bahan kimia

berbahaya.

PC (POLIKARBONAT)

1. Sifat dan karakteristik PC (Polikarbonat)

- Polikarbonat adalah material yang tahan lama dan dapat dilaminasi menjadi kaca anti

peluru. Meski memiliki ketahanan yang tinggi terhadap benturan, namun polikarbonat

28

Page 29: TOKSIKOLOGI Gabungan

cukup mudah tergores sehingga dibutuhkan pelapisan keras (hard coating) untuk

membuat lensa kaca mata dan eksterior otomotif menggunakan polikarbonat dan

material optis lainnya karena polikarbonat sangat bening dan memiliki kemampuan

mentransmisikan cahaya yang sangat baik dibandingkan dengan jenis kaca lainnya.

- Sifat polikarbonat mirip dengan polimetil metakrilat (akrilik), namun polikarbonat lebih

kuat dan dapat digunakan pada suhu tinggi, meski lebih mahal.

- Polikarbonat akan mengalami transisi gelas pada temperatur 150 oC sehingga

polikarbonat akan menjadi lembek secara bertahap di atas temperatur ini, dan mulai

mencair pada temperatur 300 oC.

2. Sumber dalam kehidupan sehari-hari

Ditemukan banyak pada pembuatan botol susu bayi, kemasan pangan, perabot untuk

makan dan minum (termasuk botol air minum), lensa kacamata, CD, DVD, komputer,

perlengkapan olah raga, perlengkapan medis, struk ATM dan mesin penghitung uang.

3. Jalur paparan

Terdapat dua jalur utama pemaparan bahan toksik, yaitu melalui kulit (dermal), absorpsi

melalui dan absorpsi melalui saluran pencernaan (ingesti). Pada PC, jalur paparan yang

umum terjadi adalah ingesti.

4. Proses toksokinetik Bisphenol-A (kandungan dalam polikarbonat) dalam tubuh:

29

Page 30: TOKSIKOLOGI Gabungan

BPA dapat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai rute paparan, namun yang utama

adalah tertelan melalui pangan. BPA bermigrasi ke dalam pangan melalui epoksi resin yang

melapisi kaleng atau melalui kemasan pangan yang terbuat dari polikarbonat. Pangan yang

disimpan dalam kemasan atau dipanaskan dalam wadah yang mengandung BPA dapat tercemar

BPA yang bermigrasi dari kemasan ke dalam pangan pada saat dipanaskan. Nilai asupan harian

yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake) untuk BPA yang ditetapkan oleh European

Commission adalah 0,05 mg/kg berat badan/hari. Namun, umumnya kadar paparan BPA lebih

rendah daripada nilai TDI tersebut.

Selain melalui rute tertelan, BPA dapat pula masuk ke dalam tubuh melalui kontak kulit,

misalnya pada pekerja industri yang terlibat langsung pada pembuatan produk yang mengandung

BPA serta pada individu yang menggunakan mesin penghitung uang. BPA juga terkandung

30

Proses toksikokinetik

(ADME) Bisphenol-A

Bisphenol-A dalam kemasan platik

polikarbonatSaluran Pencern

aanKulit

Absorbsi oleh usus dan kulit

Distribusi oleh saluran

cerna, perdaran

darah

Metabolisme (hati) menjadi BPA-glucuronic acid dan BPA

sulfatKetersediaan BologikEfek Farmakolo

gis

Fase Eksposisi

Deposisi dalam ginjal

dan live

r

Eksresi

(Urine,

empedu)

Fase Toksokinetik

Fase Toksodinamik

Page 31: TOKSIKOLOGI Gabungan

dalam kadar rendah di udara dan debu di dalam ruangan, serta pada dental sealants, namun

tingkat paparannya terhadap manusia relatif lebih kecil daripada paparan melalui pangan.

BPA yang masuk ke tubuh melalui pangan dapat diserap dalam saluran cerna lalu

dimetabolisme di dalam hati membentuk senyawa yang inaktif, yaitu konjugat BPA-glucuronic

acid yang tidak memiliki aktivitas hormonal dan tidak berbahaya. Senyawa ini bersifat larut

dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Selain itu ada pula senyawa inaktif

lain yang dihasilkan dalam jumlah yang lebih sedikit, yaitu BPA sulfat. Baik BPA-glucuronic

acid maupun BPA sulfat, keduanya dapat diukur kadarnya di dalam tubuh, namun demikian

hanya BPA bentuk bebas (BPA bentuk aktif) saja yang berpotensi menimbulkan efek merugikan

bagi kesehatan.

Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa BPA, baik dalam bentuk aktif maupun

inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas yang telah menembus plasenta dan mencapai

fetus, kebanyakan tetap berada dalam bentuk aktifnya, sedangkan bila senyawa yang menembus

plasenta adalah bentuk inaktifnya maka senyawa tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA

bentuk aktif. Pada fetus, perubahan BPA inaktif menjadi aktif ini dimungkinkan karena organ

hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang mampu mengubah senyawa konjugat BPA-

glucuronic acid menjadi BPA estrogenik yang toksik.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fetus mempunyai kemungkinan tertinggi

terpapar BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan estrogen pada waktu yang tidak tepat

dalam kadar yang melebihi atau kurang dari normal dapat menyebabkan efek merugikan

terhadap perkembangan berbagai organ dan sistem, termasuk sistem reproduksi (pada perempuan

dan laki-laki), perkembangan otak, kelenjar susu, dan sistem imun. Oleh karena BPA dapat

meniru aktivitas estrogen, maka paparannya juga diasumsikan dapat menyebabkan hal yang

sama dengan estrogen.

Jika rute paparannya melalui pangan yang tertelan, maka bayi mempunyai kemungkinan

untuk terpapar BPA lebih besar daripada kelompok umur lainnya. Sumber utama paparan BPA

pada bayi baru lahir (newborn) dan bayi di bawah usia setahun adalah BPA yang bermigrasi dari

lapisan epoksi kaleng ke dalam cairan formula bayi serta dari botol susu bayi yang terbuat dari

plastik polikarbonat ke dalam cairan yang ada di dalamnya setelah adanya penambahan air

mendidih. Menurut U.S. Food and Drug Administration (U.S. FDA), bayi merupakan populasi

yang sensitif terhadap BPA karena sistem saraf dan sistem endokrinnya sedang dalam tahap

31

Page 32: TOKSIKOLOGI Gabungan

perkembangan demikian juga dengan sistem hepatiknya untuk mendetoksifikasi dan

mengeliminasi senyawa kimia, misalnya BPA.

Sedangkan pada orang dewasa yang dalam urinnya ditemukan BPA dalam kadar tinggi

memiliki kemungkinan lebih tinggi menderita penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan

kekebalan tubuh, dan ketidaknormalan enzim pada hati.

5. Efek terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

1) Obesitas

Sebuah tinjauan tahun 2008 menyimpulkan meningkatnya obesitas akibat terpapar BPA.

Penelitian lain di tahun 2009 menyimpulkan bahwa BPA berpotensi memiliki efek plelotropik,

mempengaruhi beberapa mekanisme regulasi berat badan, penyerapan glukosa dan homeostatis.

Tijauan penelitian yang lain memberi kesimpulan yang serupa bahwa tidak menggunakan BPA

dapat mengurangi resiko obesitas dan penyakit terkait lainnya.

BPA dapat meningkatkan resiko obesitas

2) Gangguan Otak

32

Page 33: TOKSIKOLOGI Gabungan

Pada tahun 2008 sebuah penelitian menyimpulkan bahwa dalam jangka panjang BPA

berpotensi mempengaruhi kerja otak, terutama pada sistem memori. Meskipun dalam dosis yang

sangat kecil yaitu nano molar. Bagian otak yang diserang adalah hippocampus.

Otak Manusia

Dari tahun ke tahun penelitian tentang dampak negatif BPA terhadap kesehatan terus

dikembangkan. Pada penelitian yang dilakukan tahun 2009 menyimpulkan efek BPA dapat

mengganggu inti anteroventral periventrikular. Penelitian terbaru di tahun 2012 Para penulis

menyatakan bahwa mereka percaya bahwa penelitian mereka adalah yang pertama untuk

menunjukkan bahwa BPA memiliki tindakan trans-generasi pada perilaku sosial dan ekspresi

saraf.

3) Fungsi Tiroid

Berdasarkan penelitian tahun 2007 disimpulkan bahwa BPA memiliki kemampuan

mengikat reseptor hormon tiroid dan dimungkinkan juga mempengaruhi fungsi tiroid. BPA juga

sangat berpengaruh buruk pada wanita hamil, janin dan anak-anak.

Tiroid

4) Kanker 

Dalam studi tahun 2010 menyimpulkan BPA berpotensi dalam meningkatkan insiden

kanker dan dapat mengurangi sensitivitas terhadap pengobatan kemoterapi tumor tertentu. Selain

itu, BPA, mengubah perkembangan payudara dan meningkatkan risiko kanker payudara. Tahun

2009 dalam studi in vitro telah menyimpulkan bahwa BPA dapat menginduksi transformasi

neoplastik pada sel epitel payudara manusia.

33

Page 34: TOKSIKOLOGI Gabungan

Kanker Payudara

5) Prostat

Tahun 2007 studi in vitro telah menemukan bahwa BPA dikaitkan dengan peningkatan

permanen ukuran prostat. Sebuah studi 2009 menemukan bahwa tikus yang baru lahir terkena

dosis rendah dari BPA (10 mg / kg) menunjukkan peningkatan kemungkinan terkena kanker

prostat ketika dewasa.

6) Sistem Reproduksi

Penelitian yang dirilis tahun 2013 menunjukkan bawa BPA dalam konsentrasi yang sangat

kecil dapat mempengaruhi testis manusia, yaitu dengan menurunkan produksi sperma. Selain itu

juga meningkatkan resiko terjadinya kanker testis pada orang dewasa. Para ahli meyakini apabila

ibu hamil terpapar BPA bisa mengakibatkan cacat bawaan bagi bayi.

7) Jantung

Para peneliti menemukan bahwa bisphenol A tingkat yang lebih tinggi secara signifikan

terkait dengan penyakit jantung, diabetes dan penurunan kekebalan tubuh. 

6. Penanganan keracunan dari bisphenol A (BPA)

Beristirahat.

Minum banyak cairan dan oralit untuk mencegah dehidrasi. Oralit akan

mengganti garam, glukosa dan mineral penting lainnya yang hilang karena dehidrasi.

Hindari memakan sesuatu hingga sembuh (kecuali cairan). Ketika sudah sembuh, makan

makanan yang mudah dicerna, seperti roti, kerupuk, pisang dan nasi lembut.

34

Page 35: TOKSIKOLOGI Gabungan

Kompres hangat pada perut. Hal ini akan meringankan kejang dan nyeri di perut dan

kecenderungan untuk muntah.

Pindahkan/jauhkan korban dari pemaparan

Berikan susu untuk menetralisir, lalu bawa ke rumah sakit atau puskesmas

7. Pengendalian Efek Buruk Bisphenol A (BPA) Bagi Manusia dan Lingkungan Dalam

Tingkatan Individu, Keluarga dan Pemerintah

Paparan BPA dalam kadar rendah dijumpai pada populasi manusia secara umum, baik

pada kelompok usia bayi, balita, anak-anak, hingga orang dewasa. Penelitian mengenai BPA

terus dilakukan untuk mengetahui berapa besar kadar yang dapat menimbulkan efek terhadap

kesehatan, terutama efeknya terhadap kelompok usia bayi hingga anak-anak karena tubuh

mereka masih dalam tahap tumbuh kembang dan sistem tubuh untuk mendetoksifikasi bahan

kimia masih belum sempurna.

Untuk mengurangi bahkan menghindari efek negatif BPA terhadap kesehatan, ada

berbagai cara yang dapat dilakukan, antara lain:

-Tingkatan Individu

a. Para ibu menyusui dihimbau untuk memberikan ASI kepada bayinya sehingga akan

menurunkan kemungkinan bayinya terpapar BPA melalui pengurangan penggunaan botol

susu bayi polikarbonat dan susu formula yang dikemas dalam kaleng.

b. Hindarkan penggunaan botol susu bayi yang terbuat dari polikarbonat; Carilah tanda "BPA-

free" pada kaleng atau botol susu yang Anda beli

c. Jangan menggunakan botol susu bayi yang telah tergores, karena selain dapat menjadi tempat

pertumbuhan mikroba juga dapat melepaskan sejumlah monomer yang menyusunnya.

d. Tidak menuangkan air mendidih, susu panas, atau cairan panas lain ke dalam botol plastik.

e. Tidak memanaskan botol susu bayi atau wadah makanan plastik di dalam microwave.

f. Tidak memanaskan pangan atau meletakkan pangan yang masih panas dalam wadah

polikarbonat.

g. Tidak mencuci wadah plastik polikarbonat dalam mesin pencuci piring (dishwasher) atau

menggunakan sikat yang keras untuk menghindari terjadinya goresan. Cucilah botol dan

wadah plastik dengan spons agar tidak merusak lapisan plastiknya.

35

Page 36: TOKSIKOLOGI Gabungan

h. Kurangi mengkonsumsi produk pangan, baik dalam bentuk cair maupun serbuk yang dikemas

dalam kaleng yang terbuat dari logam. Sebagai gantinya dapat dipilih yang menggunakan

kemasan kardus atau kertas karton tanpa lapisan epoksi.

i. Hindarkan penggunakan alat makan yang terbuat dari polikarbonat. Sebagai gantinya dapat

digunakan alat makan yang terbuat dari kaca, porselen, atau stainless steel.

j. Belajar membaca kandungan dalam plastik. Singkirkan produk plastik yang mengandung

bahan-bahan seperti DBP dan DEP, DEHP, DMP. Gunakan polyethylene (#5), dan

hindari polikarbonat (#7). Jika terdapat tanda nomor 7 di dalam suatu segitiga (simbol daur

ulang) atau tulisan “PC”, sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan pangan, terutama yang

masih panas.

-Tingkatan Keluarga

Adanya peran dari anggota keluarga untuk saling memperhatikan dan memberitahu mengenai

bahaya dari plastik plokarbonat yang mengandung bisphenol A serta memperingatkan ciri-ciri

dari plastik tersebut serta tindakan yang harus dilakukan terhadap jenis plastik polikarbonat itu.

- Tingkat Pemerintah

Pengawasan BPOM mengenai makanan yang mengandung plastik polikarbonat itu lebih

digalakan lagi, terutama untuk menimalisir bahan makanan yang memakai plastik polikarbonat

sehingga bisa mengurangi dampak dari Bisphenol A yang lebih berbahaya lagi.

36

Page 37: TOKSIKOLOGI Gabungan

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Plasticizer yang ditambahkan untuk memfleksibelkan PVC dapat berbahaya bagi

kesehatan dan tidak ramah lingkungan. Bahaya monomer vinil klorida yang dapat

meningkatkan risiko penyakit kanker. Pembakaran PVC akan mengeluarkan DEHA yang

dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen manusia. PVC juga Dapat

mengakibatkan kerusakan kromosom dan menyebabkan bayi-bayi lahir dalam kondisi cacat.

Styrofoam dapat Menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, Menyebabkan

anemia, Meningkatkan resiko leukemia dan limfoma. Styrofoam juga diduga dapat

menyebabkan kanker pada manusia (2B), Monomer styrene dapat masuk ke dalam janin jika

kemasan Styrofoam digunakan untuk mewadahi pangan beralkohol karena alkohol bersifat

dapat melintasi plasenta serta dapat mengkontaminasi ASI. Sedangkan bagi lingkungan

Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, Styrofoam akan menjadi sumber sampah yang

mencemari lingkungan, baik lingkungan air maupun tanah, Mengikis lapisan ozon sehingga

akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan

terus menembus bumi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanker dan Ketika mereka

37

Page 38: TOKSIKOLOGI Gabungan

CFC terpecah karena radiasi ultraviolet, maka setiap molekul CFC akan menghancurkan

100.000 molekul ozon

Terpapar dalam jangka panjang, tentu akan menyebabkan penumpukan styrene dalam

tubuh. Akibatnya bisa muncul gejala saraf, seperti kelelahan, gelisah, sulit tidur, dan anemia.

Efek karsinogenik styrene mencakup meningkatnya tingkat limfoma, hematopoiesis, dan

leukemia di diperkuat pekerja plastik, terutama melalui inhalasi. Paparan styrene juga bisa

menyebabkan iritasi membran mucous, iritasi mata, efek gastrointestinal, kelesuan,

penurunan keseimbangan, dan gangguan sistem saraf pusat seperti depresi, sakit kepala,

kelelahan, dan kelemahan otot di antara banyak lainnya. Selain menyebabkan kanker, sistem

reproduksi seseorang bisa terganggu. Kemasan plastik jenis polistirena sering menimbulkan

masalah pada lingkungan karena bahan ini sulit mengalami peruraian biologik dan sulit

didaur ulang sehingga tidak diminati oleh pemulung. Sebagai gambaran, di Amerika setiap

tahun diproduksi 3 juta ton bahan ini, tetapi hanya sedikit yang didaur ulang, sehingga

sisanya masuk ke lingkungan

PET mempu menyebabkan iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita,

senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak

mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.

PET pula mampu mencemari tanah, karena pet ini tidak mudah terurai dialam . walaupun

terurai itu akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Paparan PC mampu menyebabkan Obesitas, Gangguan Otak, Fungsi Tiroid, Kanker,

Prostat dan Gangguan Jantung

38

Page 39: TOKSIKOLOGI Gabungan

DAFTAR PUSTAKA

Hasanuddin, Iqbal. “Kajian dampak penggunaan plastik PVC terhadap lingkungan dan

alternatifnya di Indonesia”. 2 September 2014. http://digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-

117090.pdf

Alamedah. 8 November 2014. “Styrofoam atau sterefoam Sang Sampah Abadi”.

http://alamendah.org/2012/05/16/styrofoam-atau-sterefoam-sang-sampah-abadi/

Anonim. 7 November 2014. “Bahaya Styrofoam Bagi Kesehatan”.

http://itd.unair.ac.id/index.php/health-news-archive/318-bahaya-styrofoam-bagi-

kesehatan.html

Anonim. “Bahaya Kemasan Styrofoam”. 9 November 2014.

http://ilmupangan.fp.uns.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=183:bahaya-kemasan-styrofoam&catid=103:berita

BADANPOMRI. “Styrofoam”. 9 November 2014.

http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/0508.pdf

Kumala, Vinka. 8 November 2014. “Mari Bersama Kurangi Penggunaan Styrofoam”

http://www.tanyadokteranda.com/berita/2011/10/mari-bersama-kurangi-penggunaan-

styrofoam

39

Page 40: TOKSIKOLOGI Gabungan

http://www.medicinenet.com/plastic/page2.htm ( diakses pada tanggal 1 november 2014)

http://allthingsisnew.blogspot.com/2010/01/zat-kimia-pada-plastik.html ( diakses pada tanggal

28 oktober 2014)

http://lordbroken.wordpress.com/2010/05/10/bahan-pengemas-makanan-%E2%80%9Cplastik

%E2%80%9D/ ( diakses pada tanggal 7 november 2014)

http://www.bangirul.com/2013/07/kandungan-pet-pada-botol-kemasan-plastik.html ( diakses

pada tanggal 1 november 2014)

http://lordbroken.wordpress.com/2009/12/27/jenis-plastik-dan-bahayanya/ ( diakses pada tanggal

1 november 2014)

http://www.bangirul.com/2013/07/kandungan-pet-pada-botol-kemasan-plastik.html ( diakses

pada tanggal 2 november 2014)

Http://perpustakaan.pom.go.id.

Http://repository.usu.ac.id

Http://www.theplasticfreetimes.com/health-impacts-phthalates-polystyrene-and-other-chemicals-

used-make-plastic

Http://kao.akprind.ac.id/sites/kao.akprind.ac.id

Http://ocw.usu.ac.id/teknologi-pengemasan/thp_407_handout_peraturan-

peraturan_dalam_kemasan_pangan.

Http://ik.pom.go.id/v2012/katalog/STIREN_edit1.

Http://www.crios.be/Styrene/toxicology.htm

Http://www.epa.gov/oppt/aegl/pubs/styrene_interim_feb_2008.v1.pdf

Http://repository.usu.ac.id

www.atsdr.cdc.gov/toxguides/toxguide-53.pdf

http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Bisphenol-A

40

Page 41: TOKSIKOLOGI Gabungan

http://www.fda.gov/newsevents/publichealthfocus/ucm064437.htm

http://www.niehs.nih.gov/health/assets/docs_a_e/bisphenol_a_bpa_508.pdf

http://informasitips.com/bahaya-bisphenol-a-bpa-pada-botol-bayi

http://www.yohanli.com/polikarbonat-polycarbonate.html

http://www.medkes.com/2014/05/gejala-dan-penanganan-keracunan-makanan.html

http://www.mambaby-ind.com/index.php?mod=news&id=20

41