toleransi beragama mahasiswa - simbisimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi...

186
TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA (Studi tentang Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri) Editor : H. Bahari, MA Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan Jakarta, 2010

Upload: lycong

Post on 02-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA (Studi tentang Pengaruh Kepribadian,

Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap

Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri)

Editor : H. Bahari, MA

Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan Jakarta, 2010

Page 2: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 ii

Perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan (KDT) Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian,

Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7

Perguruan Tinggi Umum Negeri)

Ed. I. Cet. 1. ------- Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama 2010

xiii + 171 hlm; 21 x 29 cm

ISBN 978-979-797-287-5

Hak Cipta 2010, pada Penerbit

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara menggunakan mesin fotocopy,

tanpa izin sah dari penerbit

Cetakan Pertama, September 2010

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA (STUDI TENTANG PENGARUH KEPRIBADIAN, KETERLIBATAN ORGANISASI, HASIL BELAJAR

PENDIDIKAN AGAMA, DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN TERHADAP TOLERANSI MAHASISWA BERBEDA AGAMA PADA 7 PERGURUAN

TINGGI UMUM NEGERI)

Editor: H. Bahari, MA

Desain cover dan Lay out oleh: H. Zabidi

Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Gedung Bayt al-Qur’an Museum Istiqlal Komplek Taman Mini

Indonesia Indah, Jakarta Telp/Fax. (021) 87790189, 87793540

Diterbitkan oleh: Maloho Jaya Abadi Press, Jakarta Anggota IKAPI No. 387/DKI/09

Jl. Jatiwaringin Raya No. 55 Jakarta 13620 Telp. (021) 862 1522, 8661 0137, 9821 5932 Fax. (021) 862 1522

Page 3: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  iii

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG DAN DIKLAT

KEMENTERIAN AGAMA RI

asalah toleransi beragama adalah masalah yang selalu hangat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sampai dewasa ini

masih banyak kelompok masyarakat yang melakukan perbuatan intoleransi. Oleh karenanya, sikap intoleransi harus dideteksi sejak dini dan dijadikan dasar untuk mengembangkan budaya toleransi, demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam realitasnya, konflik akibat intoleransi sampai saat ini masih sering terjadi dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mungkin juga termasuk mahasiswa. Padahal, mestinya kenyataan adanya perbedaan agama, paham, penafsiran dan organisasi keagamaan haruslah diterima sebagai kenyataan yang harus diterima. Solusi yang harus diupayakan adalah bagaimana mengelola perbedaan itu menjadi kekuatan dalam kehidupan sosial keagamaan dan mencerminkan kedewasaan beragama dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu sejak dini harus sudah ditanamkan kesadaran kepada anak-anak, pelajar, pemuda dan mahasiswa tentang adanya realitas kemajemukan bangsa ini.

Mahasiswa sebagai harapan masa depan bangsa dalam mengemban amanah kepemimpinan dan agen perubahan sosial, kiranya harus dibekali dengan pengetahuan, penga-laman dan kebijaksanaan yang cukup dalam menyikapi pluralitas bangsa yang memang sangat tinggi. Untuk itulah sangat perlu dilakukan penelitian berkaitan dengan toleransi umat berbeda agama di kalangan mahasiswa. Oleh karena itu, kami menyambut baik diterbitkannya buku Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh Kepribadian,

M

Page 4: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 iv

Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum Negeri). Pertama, penerbitan buku ini merupakan salah satu media untuk mensosialisasikan hasil-hasil pengembangan yang dilakukan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, dalam hal ini Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Kedua, dapat memberikan informasi tentang berbagai pandangan keagamaan para mahasiswa berkaitan dengan toleransi kehidupan beragamaan.

Selama ini belum diketahui benar, bagaimana sikap para mahasiswa terhadap pandangan keagamaanya ber-kaitan dengan toleransi kehidupan beragama. Dengan diter-bitkannya hasil penelitian ini diharapkan dapat tersosialisa-sikan dengan baik bagaimana sebenarnya sikap mahasiswa berkaitan dengan pandangan keagamaan yang berhubungan dengan toleransi kehidupan beragama.

Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi dalam membangun pemahaman masyarakat yang moderat, tawa-suth, tawazun dan toleran. Dengan pemahaman seperti itu diharapkan mendorong para mahasiswa untuk dapat mema-hami dirinya akan perlunya membangun toleransi kehidup-an keagamaan yang lebih baik di masa depan, ketika akan mengelola negeri di segala bidang kehidupan.

Jakarta, September 2010 Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. NIP: 19570414 198203 1 003

Page 5: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  v

KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN

emajemukan agama bangsa Indonesia pada satu sisi menjadi modal kekayaan budaya dan memberikan keuntungan bagi bangsa karena

dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi yang kaya bagi pro-ses konsolidasi demokrasi. Namun, pada sisi lain, kema-jemukan bisa pula berpotensi mencuatkan social conflict antar-umat beragama yang bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama bila kemaje-mukan tersebut tidak disikapi dan dikelola secara baik. Dalam konteks kemajemukan agama di Indonesia tersebut, toleransi beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuh kembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik antarumat beragama, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat, dari tingkat anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, baik pelajar, pegawai, birokrat maupun mahasiswa. Lebih dari itu, prinsip-prinsip toleransi harus betul-betul bekerja mengatur perikehidupan masyarakat secara efektif.

Salah satu komponen penting masyarakat dalam rangka menjaga tetap bekerjanya prinsip-prinsip toleransi adalah para mahasiswa. Mahasiswa merupakan sebutan bagi mereka yang menempuh pendidikan lanjutan setelah Sekolah Menengah Umum (SMU). Pendidikan tersebut dapat berupa perguruan tinggi, sekolah tinggi, institut, akademi, dan sebagainya. Usia saat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, umumnya

K

Page 6: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 vi

berkisar antara 18-21 tahun. Secara fisiologis, usia ini sangat rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang belum mapan dan selalu memegang idiom ketokohan.

Dalam masyarakat, mahasiswa dianggap sebagai salah satu kelompok yang menjadi sub elemen penting masyara-kat sebab memiliki potensi besar dalam menciptakan suatu bentuk tatanan tertentu. Mahasiswa adalah manusia yang dipenuhi idealisme. Mahasiswa dianggap tunas-tunas baru yang akan menggantikan peran para pemimpin di masa yang akan datang. Di tangan para mahasiswa masa depan bangsa ini akan bergantung. Tongkat estafet kepemimpinan ini akan diteruskan oleh mahasiswa. Di samping mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini, ternyata mahasiswa ber-peran lebih besar sebagai agent of change. Potensi ini di-punyainya tidak terlepas dari tingkat pendidikannya yang tergolong tinggi dalam masyarakat. Beberapa sosiolog pen-didikan, seperti Halsey dan Psacharopoulos menyatakan bahwa pendidikan memainkan bagian penting dalam determi-nan-determinan status dan penghasilan. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi cara pandang, wawasan dan daya kritis yang memungkinkan mahasiswa untuk memikirkan masa depan masyarakat tempat mereka hidup, meminjam istilah William Fulbright, Education is slow but a powerful force. Karena tingkat pendidikan yang tinggi ini, pada akhirnya nanti, dari kalangan mahasiswa akan muncul tokoh-tokoh masyarakat yang akan berperan dominan dalam perkemba-ngan masyarakat, termasuk dalam hal hubungan antarumat beragama.

Dari hasil penelitian dapat ditarik gambaran sementara bahwa setiap upaya meningkatkan toleransi di kalangan ma-hasiswa masih perlu dilakukan. Sebab, kendati survei SETARA Institute menunjukkan hasil menggembirakan ter-hadap kondisi toleransi kaum muda berbeda agama, namun pada sisi lain masih ditemukan konflik sosial yang melibatkan

Page 7: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  vii

mahasiswa. Bertolak dari berbagai masalah dan kenyataan serta harapan seperti dikemukakan di atas, maka diperlukan sebuah penelitian tentang toleransi mahasiswa berbeda agama pada perguruan tinggi. Dari penelitian ini diketahui toleransi dan apresiasi antarmahasiswa, baik intra maupun antarumat beragama, sebagai modal akademis guna mengarahkan kehidupan sosial yang lebih kohesif di masa depan.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan yang telah memberi sambutan dan arahan untuk terbitnya buku ini. Kemudian tak lupa kami sampaikan terima kasih juga kepada Editor yang telah mengkoreksi ulang hasil penelitian ini, sehingga menjadi buku yang layak terbit. Mudah-mudahan buku ini menjadi bahan pembelajaran yang berharga bagi para peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan khususnya dan pembaca pada umumnya.

Demi sempurnanya buku ini, kami dengan senang hati akan menerima masukan dan kritik dari pembaca sekalian. Semoga Allah selalu memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Amien.

Jakarta, Juli 2010 Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Prof. H. Abd. Rahman Mas`ud, Ph.D NIP. 19600416 198903 005

Page 8: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 viii

Page 9: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  ix

PENGANTAR EDITOR

lhamdulillahi Rabbi al-`alamin, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah mem-berikan kekuatan pada kami sehingga bisa menyelesaikan editorial tentang laporan

penelitian Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama pada Perguruan Tinggi Umum Negeri (Studi di 7 Universitas) dengan baik. Penelitian ini merupakan 1 di antara 3 penelitian yang menggunakan pendekatan kuan-titatif, yang dilakukan Puslitbang Kehidupan Keagamaan pada tahun anggaran 2009. Dengan adanya penelitian ini, Puslitbang Kehidupan Keagamaan cukup konsisten untuk terus mengembangkan pendekatan kuantitatif dalam beberapa penelitiannya.

Penelitian ini terasa dilakukan dengan cara cukup serius, dengan harapan penelitian berjalan sesuai harapan. Dalam tahapan penelitian ini pastilah terasa agak berat mengingat bahwa penelitian bercorak kuantitaif saat ini relatif merupakan tradisi baru di Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Penyusunan desain operasional penelitian terutama berkaitan dengan kerangka teorinya tentu sangat melelahkan dibandingkan dengan penelitian yang bercorak kualitatif, penyusunan kuesioner, uji coba kuesioner, validitasi dan reliabilitasi kuesioner, penyusunan ulang kuesioner hasil uji coba, penyusunan pedoman wawancara, pengumpulan data, analisis data, display data, diseminasi hasil penelitian, dan penyusunan laporan penelitian.

Sebagai hasil penelitian ilmiah, penelitian ini telah mampu menggambarkan bagaimana Pengaruh Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi Mahasiswa Berbeda

A

Page 10: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 x

Agama pada Perguruan Tinggi Umum Negeri. Kami tidak perlu menyimpulkan atau membuat ringkasan mengenai hasil penelitian ini, tetapi substansi dapat dicerna sendiri oleh para pembaca dalam buku ini.

Buku ini secara substansial memang sudah pernah terdengar dilakukan penelitian meskipun dengan judul yang berbeda. Namun hasil penelitian ini tetap menarik untuk tetap dibaca, mengingat bahwa terjadinya ketidakrukunan di berbagai tempat di Indonesia selama ini selalu diawali oleh kaum muda, bahkan terkadang juga para mahasiswa. Nah dari buku ini akan terlihat, bagaimana sikap para mahasiswa di perguruan tinggi umum yang berkaitan dengan toleransi beragama.

Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengedit buku hasil penelitian ini, sehingga hasil penelitian ini juga membantu saya memahami sikap mahasiswa berkaitan dengan toleransi beragama itu, yang selama ini belum dilakukan. Demikian semoga bermanfaat.

Jakarta, Juli 2010 Editor, Drs, H. M. Bahari, MA

Page 11: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  xi

DAFTAR ISI Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama .......................................................... iii Kata Pengantar Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan ........................................................................... v Pengantar Editor ................................................................. ix Daftar Isi ............................................................................... xi Bab I Pendahuluan ........................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................. 1 B. Identifikasi Masalah ........................................ 12 C. Pembatasan Masalah ...................................... 26 D. Perumusan Masalah ....................................... 27 E. Tujuan Penelitian ............................................ 28 F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................ 28

Bab II Penyusunan Kerangka Teoritik dan Pengajuan

Hipotesis ............................................................... 31 A. Deskripsi Teoritik ............................................ 31

1. Variabel Kepribadian (X1) ........................ 31 2. Variabel Keterlibantan Organisasi (X2) .. 39 3. Variabel Hasil Belajar Pendidika Agama

(X3) ............................................................... 43 4. Variabel Lingkungan Pendidikan (X4) ... 44 5. Variabel Toleransi Beragama (Y) ............. 50

B. Hasil Penelitian yang Relevan ....................... 61 C. Kerangka Berpikir ........................................... 80 D. Hipotesis Penelitian ........................................ 90

Bab III Metodologi Penelitian ........................................ 91

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................ 91 B. Metode dan Desain Penelitian ...................... 92 C. Populasi dan Sampel ...................................... 93

Page 12: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 xii

D. Instrumen Penelitian .................................... 94 1. Variabel Kepribadian (X1) ........................ 95 2. Variabel Keterlibatan Organisasi (X2) .... 96 3. Variabel Hasil Belajar Pendidikan Agama

(X3) ............................................................... 97 4. Variabel Lingkungan Pendidikan (X4) ... 98 5. Variabel Toleransi Beragama (Y) ............. 100

E. Teknik Analisis Data ....................................... 102 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................... 105

A. Profil Responden ............................................. 105 B. Deskripsi Data dan Temuan ......................... 107

1. Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama 7 Universitas .................................................. 108

2. Kepribadian ................................................ 110 3. Keterlibatan Organisasi ............................. 116 4. Hasil Belajar Pendidikan Agama ............. 117 5. Lingkungan Pendidikan ........................... 119

C. Analisis Inferensial ........................................ 121 1. Pengaruh kepribadian terhadap

keterlibatan organisasi .............................. 121 2. Pengaruh kepribadian terhadap hasil

belajar ........................................................... 122 3. Pengaruh keterlibatan organisasi

terhadap hasil belajar pendidikan agama 124 4. Pengaruh kepribadian terhadap

lingkungan pendidikan.............................. 125 5. Pengaruh keterlibatan organisasi

terhadap lingkungan pendidikan............. 126 6. Pengaruh hasil belajar terhadap

lingkungan pendidikan.............................. 127 7. Pengaruh kepribadian terhadap toleransi

beragama...................................................... 127 8. Pengaruh keterlibatan organisasi

terhadap toleransi beragama .................... 129

Page 13: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  xiii

9. Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama .................... 129

10. Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama .................... 129

D. Model Empiris Hubungan Antar Variabel .. 131 E. Pembahasan ...................................................... 134

Bab V Penutup ................................................................. 141

A. Kesimpulan ...................................................... 141 B. Implikasi............................................................ 143 C. Rekomendasi ................................................... 144

Daftar Pustaka ..................................................................... 115 Daftar Pustaka ...................................................................... 145 Lampiran .............................................................................. 153 Daftar Pertanyaan (Kuesioner) .......................................... 153 Pedoman Wawancara ......................................................... 154 Hasil Penelitian Kualitatif .................................................. 155

Page 14: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 xiv

Page 15: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ndonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dari sisi budaya, etnis, bahasa, dan agama. Dari sisi agama, di negara ini hidup berbagai agama besar

di dunia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain itu, tumbuh dan berkembang pula berbagai aliran atau kepercayaan lokal yang jumlahnya tidak kalah ba-nyak. Pada sensus tahun 2000, religious demography di Indone-sia menunjukkan 213 juta jiwa penganut agama yang berbeda dengan komposisi 88.2% pemeluk Islam, 5.9% Kristen, 3.1% Katolik, 1.8% Hindu, 0.8% Buddha, dan 0.2% agama serta kepercayaan lainnya. Pada Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 juga masih menunjukkan angka yang hampir sama, yaitu pemeluk Islam (88.58%), Kristen (5.79%), Katolik (3.08%), Hindu (1.73%), Buddha (0.60%), Khonghucu (0.10%), dan lainnya (0.12%). Data tersebut mengungkapkan bahwa penduduk beragama Islam merupakan mayoritas secara nasional, namun tidak demikian dalam sebaran perpropinsi atau kabupaten/kota. Agama-agama tertentu lainnya menun-jukkan jumlah mayoritas penduduk di propinsi tertentu seperti Hindu di Bali serta Kristen di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Komposisi jumlah penduduk Islam dan Kristen cukup berimbang di Maluku. Sedangkan di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Maluku Utara penduduk Kristen merupakan minoritas tetapi dengan jumlah signifikan.1

                                                            1Dari sisi etnis, di Indonesia terdapat lebih kurang 658 etnis. Dari enam

ratusan etnis itu, 109 kelompok etnis berada di Indonesia belahan barat, sedangkan

I

Page 16: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

2

Kemajemukan agama tersebut pada satu sisi menjadi modal kekayaan budaya dan memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia karena dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi yang sangat kaya bagi proses konsolidasi demokrasi di Indonesia. Namun, pada sisi lain, kemajemukan bisa pula berpotensi mencuatkan social conflict antarumat beragama yang bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama bila kemajemukan tersebut tidak disikapi dan dikelola secara baik.2 Dalam konteks ke-majemukan agama di Indonesia tersebut, maka toleransi beragama---dalam pengertian kesediaan umat beragama hidup berdampingan secara damai dengan penganut agama lain---merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik an-tarumat beragama, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat, dari tingkat anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, baik pelajar, pegawai, birokrat maupun mahasiswa. Lebih dari itu, prinsip-prinsip toleransi harus betul-betul bekerja mengatur perikehidupan masyarakat secara efektif. Salah satu subelemen penting masyarakat da-lam rangka menjaga tetap bekerjanya prinsip-prinsip toleransi adalah para mahasiswa. Mahasiswa merupakan sebutan bagi mereka yang menempuh pendidikan lanjutan setelah Sekolah

                                                                                                                              Indonesia timur terdiri atas 549 etnis. Dari 549 etnis itu 300 lebih di antaranya menyebar di Papua. Dengan kata lain, kemajemukan etnis di belahan timur lebih tinggi dari belahan barat. Amiruddin al Rahab. “Kekerasan Komunal di Indonesia: Sebuah Tinjauan Umum” dalam Jurnal Dignitas. Volume V No. 1 Tahun 2008. hlm. 34.  

2Muhammad Hisyam et.al. Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Rentan Konflik. Jakarta: LIPI Press. 2006. hlm. 1.  

Page 17: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

3

Menengah Umum (SMU). Pendidikan tersebut dapat berupa perguruan tinggi, sekolah tinggi, institut, akademi, dan sebagainya. Usia saat menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, umumnya berkisar antara 18-21 tahun. Secara fisiologis, usia ini sangat rentan terhadap segala sesuatu, kejiwaan yang labil dan selalu memegang idiom ketokohan.

Dalam masyarakat, mahasiswa dianggap sebagai salah satu kelompok yang menjadi subelemen penting masyarakat sebab memiliki potensi besar dalam menciptakan suatu bentuk tatanan tertentu. Mahasiswa adalah manusia yang dipenuhi idealisme. Mahasiswa dianggap tunas-tunas baru yang akan menggantikan peran para pemimpin di masa yang akan datang. Di tangan para mahasiswa masa depan bangsa ini akan bergantung. Tongkat estafet kepemimpinan ini akan diteruskan oleh mahasiswa. Di samping mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini, ternyata mahasiswa ber-peran lebih besar sebagai agent of change.3 Potensi ini di-punyainya tidak terlepas dari tingkat pendidikannya yang tergolong tinggi dalam masyarakat. Beberapa sosiolog pendidikan, seperti Halsey dan Psacharopoulos menyatakan bahwa pendidikan memainkan bagian penting dalam determi-nan-determinan status dan penghasilan. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi cara pandang, wawasan dan daya kritis yang memungkinkan mahasiswa untuk memikirkan masa depan masyarakat tempat mereka hidup. Karena tingkat pendidikan yang tinggi ini, pada akhirnya nanti, dari kalang-an mahasiswa akan muncul tokoh-tokoh masyarakat yang akan berperan dominan dalam perkembangan masyarakat, termasuk dalam hal hubungan antarumat beragama.4

                                                            3“Menggugat Intelektualisme Mahasiswa” dalam http:// bermula.

wordpress.com/ 2008/06/25/menggugat-intelektualisme-mahasiswa/.  4Lucia Ratih Kusumadewi. Sikap dan Toleransi Beragama di Kalangan

Mahasiswa: Studi di Tiga Perguruan Tinggi di Jakarta. Skripsi. Depok: FISIP UI. 1999. hlm. 11-12.  

Page 18: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

4

Andreas A. Yewangoe dalam Agama dan Kerukunan, optimis akan peran yang dapat dimainkan mahasiswa dalam meningkatkan kerukunan umat beragama. Dia memberikan 4 (empat) alasan, yaitu: Pertama, mahasiswa adalah calon-calon intelektual yang diharapkan dapat meninjau berbagai relasi antar manusia, termasuk hubungan antarumat beragama secara rasional dan berkepala dingin; Kedua, mahasiswa, paling tidak ditinjau dari sejarah kemahasiswaan di Indonesia selama ini masih belum terkontaminasi oleh berbagai tekanan di mana agama-agama cenderung diperalat; Ketiga, mahasiswa, dengan idealismenya yang tinggi, selalu berupaya mewujudkan persatuan dan kesatuan melalui perbuatan nyata; dan Keempat, mahasiswa adalah calon-calon pemimpin bangsa. Saling pengertian yang dicapai hari ini di antara para mahasiswa berbeda-beda agama merupakan modal yang ber-harga apabila mereka nanti menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.5

Banawiratma mengatakan bahwa selayaknya kaum ter-didik (baca: mahasiswa) dapat menjadi fasilitator dalam mencoba untuk membaca dan menilai situasi hidup nyata ini, begitu pula untuk menemukan langkah maju dalam kehi-dupan antarumat beragama. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan kesadaran penuh dari kalangan terdidik, untuk: Pertama, bersikap dan berperilaku terhadap pemeluk agama lain yang secara konkret mendukung dan dapat menciptakan toleransi antarpemeluk agama; dan Kedua, mempengaruhi masyarakat supaya dapat bersikap dan berperilaku yang mengarah pada toleransi yang tinggi antarpemeluk agama. Pertanyaan kemudian muncul, apakah dari kalangan terdidik sendiri (baca: mahasiswa), telah terdapat sikap-sikap yang berpotensi mendukung terciptanya toleransi antarumat

                                                            5http://books.google.co.id/books, hlm. 31-32.  

Page 19: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

5

beragama. Ataukah justru sebaliknya, sikap-sikap yang diperlihatkan berpotensi untuk menciptakan intoleransi antarumat beragama.6

Pertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab, mengingat masalah hubungan antarumat beragama yang baik merupakan syarat bagi terciptanya integrasi sosial. Dengan mengetahui gambaran tersebut diharapkan dapat disajikan kerangka pandang yang cukup memadai dalam usaha-usaha menuju kepada kehidupan antarumat beragama yang lebih baik, khususnya di kalangan terdidik. Sebab, konflik sosial, baik yang bernuansa agama, etnis, maupun politik, yang pernah terjadi di Indonesia7 ternyata melibatkan banyak pihak, strata dan jenis kelamin---dan itu berarti---mahasiswa juga patut diduga terlibat di dalamnya.

Konflik bernuansa agama di Ambon misalnya, memperlihatkan bahwa Universitas Pattimura menjadi basis perlawanan kalangan Kristiani. Wilayah kampus tersegregasi antara mahasiswa dari kalangan Kristen dan dari kalangan Islam. Di sana para mahasiswa Kristiani menggalang kekuatan dan turut terlibat secara aktif dalam konflik bernuansa agama tersebut. Di Fakultas Teknik, dengan me-manfaatkan peralatan yang ada membuat senjata-senjata rakitan, anak panah, dan tombak bermata besi. Sikap serupa dilakukan pula oleh para mahasiswa muslim di STAIN Ambon atau mereka yang terlibat dalam organisasi

                                                            6Ibid.  7Konflik bernuansa agama yang terjadi di Indonesia, misalnya peristiwa

Situbondo (10 Oktober 1996), Tasikmalaya (26 Desember 1996), Ambon (1999), Pekalo-ngan (24-26 Maret 1997), Temanggung (6 April 1997), Banjarnegara (9 April 1997), dan lain-lain. Konflik bernuansa etnik misalnya peristiwa Sanggauledo (Januari dan Februari 1997) dan peristiwa Sampit pada 7 Maret 1999 yang kemudian merembet ke Kualakapuas. M. Mukhsin Jamil. Mediasi dan Resolusi Konflik. Semarang: Walisongo Mediation Centre. 2007. hlm. xviii-xxi; Heru Cahyono. Ed. Konflik Kalbar dan Kalteng: Jalan Panjang Meretas Perdamaian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan P2P-LIPI. 2008.  

Page 20: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

6

kemahasiswaan, sebagaimana dituturkan Abu Bakar Riri, mantan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang belakangan menjadi aktivis rekonsiliasi Gerakan Baku Bae Maluku.8

Konflik bernuansa agama yang melibatkan mahasiswa terjadi pula di Jakarta, misalnya kasus bentrok antara warga Kampung Pulo dengan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Injili Arastamar (SETIA) pada 25 Juli 2008. Pemicu terjadinya konflik disebabkan keberadaan SETIA dan perilaku mahasis-wa yang sering meresahkan warga. Mahasiswa SETIA diduga sering terlibat bentrok antarsuku, pencurian, pacaran, bahkan warga sering menemukan kondom dan celana dalam di sepanjang jalan sepi tempat mahasiswa biasa jalan-jalan. Bentrokan 25 Juli 2008 lalu bermula dari tertangkapnya se-orang mahasiswa SETIA yang diduga melakukan pencurian mesin pompa di salah satu rumah warga. Suasana menegang ketika ada teriakan provokasi dari dalam kampus yang tidak terima si pencuri dibawa ke kantor polisi. Sempat terjadi lempar batu tetapi berhenti setelah dilerai pihak kepolisian. Sesaat kondisi keamanan terkendali tetapi selang sehari kemudian kembali menegang ketika tiba-tiba ada seorang mahasiswa SETIA melempar Masjid Baiturrahim yang berjarak 50 meter dari kampus, yang saat itu tengah diadakan pengajian. Setelah melakukan pelemparan, pelaku lari menuju asrama putri. Kelakuan mahasiswa kriminal ini, mengundang reaksi warga. Mereka pun berkumpul menuju asrama putri meminta pertanggungjawaban, namun kedatangan warga justru disambut lemparan batu, serpihan kaca, ketapel dan anak panah besi.9

                                                            8“Gerakan Baku Bae Maluku Perlawanan terhadap Penganjur Perang”

dalam Ambon Berdarah On-Line, www. geocities.com.  9“Mahasiswa Kriminal Picu Konflik Kampung Pulo”, dalam

www.sabili.co.id.  

Page 21: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

7

Menjaga kondisi yang tak diharapkan sebab kemarahan warga meningkat, pada Ahad sore puluhan mahasiswi putri dievakuasi ke Kantor Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Proses evakuasi berlangsung aman tanpa diganggu warga. Selasa (29/7), sekitar 200 mahasiswa SETIA didampingi beberapa dosen, rektor dan pimpinan Aras Gereja Nasional (AGN) menyambangi perwakilan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Fraksi Partai Damai Sejahtera (PDS) di Komisi VII DPR. Mereka mengadu ke DPR agar tetap bisa kuliah di kampusnya. Mereka menginap sela-ma dua malam di Komplek DPR/MPR Senayan Jakarta, dan baru pada hari Jumat (1/8) sekitar 400 mahasiswa SETIA dievakuasi ke Wisma Transito, Jl. Naman Kalimalang, Jakarta Timur. Pascabentrokan warga menuntut tiga hal, yaitu pergi, tutup dan bubarkan Yayasan SETIA dari Kampung Pulo, apa pun alasannya.10

Konflik sosial yang melibatkan mahasiswa terjadi pula di D.I. Yogyakarta, sebuah kota budaya dan kota pendidikan yang selama ini dikenal sebagai miniatur Indonesia dan tem-pat persemaian multikulturalisme.11 Kali ini bernuansa etnis, seperti penyerangan asrama mahasiswa Papua oleh orang tidak dikenal, pada 23 November 2004 dan penyerangan asrama mahasiswa Sulawesi Selatan, pada 15 Januari 2008, atau bentrokan antar mahasiswa di sebuah tempat kos di Tambakbayan, Babarsari, Kecamatan Depok, Kab. Sleman, tanggal 29 Juni 2007.

                                                            10Ibid.  11Multikulturalisme adalah gagasan yang merujuk pada sebuah truisme

bahwa masyarakat-masyarakat manusia niscaya memiliki budaya yang beragam. Hikmat Budiman. “Minoritas, Multikulturalisme, Modernitas” dalam Hikmat Budi-man. Ed. Hak Minoritas Dilema Multikulturalisme di Indonesia. Jakarta: The Interseksi Foundation. 2005. hlm. 3.  

Page 22: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

8

Catatan yang dibuat berdasarkan pemberitaan media massa dan juga sejumlah penelitian sosial dari lingkungan perguruan tinggi, memperlihatkan adanya pola yang ber-ulang. Pertama, konflik meletup hanya karena penyebab yang sangat sepele. Hampir semua konflik antaretnis mahasiswa di Yogyakarta disebabkan oleh kesalahpahaman belaka. Kedua, konflik terjadi antara: (a) kelompok mahasiswa pendatang dengan penduduk asli; (b) kelompok mahasiswa pendatang dari suatu daerah atau suatu etnis dengan kelompok ma-hasiswa dari daerah/etnis lain; dan (c) kelompok mahasiswa pendatang dengan kelompok profesi tertentu (misalnya pe-ngemudi becak).

Sebuah temuan menarik, konflik antaretnis justru sangat jarang terjadi antara kelompok mahasiswa asli Yogyakarta dan juga Jawa Tengah, dengan kelompok mahasiswa dari etnis lain dari luar Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kalaupun kadang-kadang terjadi konflik antaretnis dari luar Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan kelompok mahasiswa asli Yogyakarta atau Jawa Tengah, biasanya tidak berkembang menjadi konflik dalam skala cukup besar, misalnya dalam bentuk perusakan. Pada umumnya, penyebabnya pun hanya berupa gesekan kecil, seperti saat pertandingan olahraga.12

Konflik antarmahasiwa yang bisa mengarah pada sentimen keagamaan terjadi antara mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (FH UKI) dan Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI) patut juga dicatat. Sempat mesra pada saat menurunkan Soeharto hingga tahun 2000, konflik mulai terjadi ketika YAI membeli tanah kosong milik Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang berada persis di kampus tersebut. Tanah kosong tersebut pada mulanya digunakan                                                             

12www.antara.co.id.  

Page 23: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

9

untuk para pedagang berjualan. Perlawanan muncul saat mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)---sebagian besar mahasiswa UKI---mengadvokasi para pedagang yang sering bentrok dengan Satpol PP Jakarta Pusat. Tidak bisa dipastikan bagaimana mulanya, yang jelas, kemudian yang berhadap-hadapan bukan antara Satpol PP dengan mahasiswa GMNI tetapi antara mahasiswa UKI dan YAI. Sejak peristiwa itu muncul sentimen-sentimen antar-mahasiswa kedua kampus yang berujung pada tawuran. Tawuran bisa terjadi meski hanya saling pandang atau bersenggolan. Ditambah lagi ada semacam doktrin menurut penuturan Mangapul Silalahi, yang dilakukan oleh mahasiswa senior terhadap yunior bahwa mahasiswa UKI adalah yang terbaik. Ini menyebabkan sikap mahasiswa yunior cenderung reaksioner, arogan, dan sombong.13

Bentrok antarmahasiswa juga terjadi di Sulawesi Selatan, misalnya bentrok antara mahasiswa Fakultas Hukum dan Fakultas Teknik Universitas 45 Makassar, yang terjadi tanggal 19 November 2008. Akibat tawuran tersebut, seorang mahasiswa bernama Mursal luka berat karena tikaman di bagian leher dan anak panah juga menancap di sekitar perutnya, sedangkan dua mahasiswa lain mengalami luka ringan. Buntut tawuran antarfakultas tersebut, polisi melakukan razia di dalam kampus. Hasilnya, pihak kepolisian menurut Kepala Kepolisian Resort Makassar, Ajun Komisaris Besar Kamaruddin, menemukan beberapa senjata tajam dan botol bekas minuman keras di wilayah kampus.14

Paparan beberapa kasus konflik yang melibatkan mahasiswa di atas hanya beberapa contoh yang barangkali                                                             

13“Mahasiswa UKI dan YAI Sempat ‘Mesra’ di Era Reformasi”, 16 Oktober 2008, www.tempointeraktif.com.  

14“Polisi Temukan Senjata Tajam dalam Kampus”, 19 November 2008, www.nasional.vivanews.com.  

Page 24: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

10

bisa menjadi dasar pemikiran bahwa usia yang relatif matang dan tingkat pendidikan yang tinggi ternyata tidak menjamin mahasiswa lepas dari konflik. Beberapa literatur psikologi memang menjelaskan bahwa tidak selalu bertambahnya usia itu membuat seseorang semakin dewasa---dalam arti---seseorang itu mampu berpikir abstrak serta bertindak mandiri dan sistematis. Sebab, ada juga orang yang tinjau dari usia dianggap dewasa tetapi sikap dan perilakunya kekanak-kanakkan.15 Konflik muncul ketika mahasiswa tidak mampu berpikir secara rasional dan berkepala dingin, sudah terkontaminasi dan sarat kepentingan sehingga cenderung bersikap emosional primordial, membeda-bedakan orang berdasarkan suku, agama, ras dan golongan, mahasiswa tidak mampu membedakan antara yang benar dan yang salah, tidak mampu memahami persoalan secara utuh, pemahaman agama yang sempit, atau punya pengalaman buruk dengan orang lain sehingga cenderung berprasangka (prejudice) pada satu etnis atau umat agama tertentu.

Kondisi di atas sangat mungkin terjadi pada semua orang, tidak terkecuali pada mahasiswa sebagai komunitas terdidik. Penelitian Melissa, terhadap sejumlah mahasiswa di Jakarta, menunjukkan kemungkinan kecenderungan seperti itu. Dalam penelitiannya, ia mengasumsikan mahasiswa sebagai golongan muda yang kritis, sehingga bebas prasangka, termasuk prasangka agama, khususnya dalam memilih presiden wanita. Namun, hasil penelitiannya membuktikan lain, yaitu bahwa untuk mahasiswa, agama tetap merupakan hal yang tidak dapat dikritik. Dengan demikian, berarti bahwa faktor rasio yang seharusnya sudah terasah melalui proses pendidikan tinggi, tidak mengubah pola pikir mereka jika menyangkut agama. Jika temuan

                                                            15Enung Fatimah. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia. 2006.  

Page 25: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

11

Melissa ini benar dan berlaku umum, bangsa ini akan menghadapi kesulitan yang cukup serius di masa yang akan datang, khususnya yang menyangkut kehidupan antarumat beragama. Hal yang lebih mencemaskan adalah bahwa gejala ini bukan hanya tipikal Indonesia, melainkan sudah merupakan gejala global.16

Namun demikian, Andreas A. Yewangoe tetap memandang positif dan meyakini bahwa mahasiswa mampu tampil sebagai garda depan pengembangan toleransi dalam rangka peningkatan kerukunan umat beragama. Sebab, mahasiswa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, sehingga persoalan-persoalan yang dikemukakan di atas, juga merupakan keprihatinan mereka. Mahasiswa sebagai sebagai orang-orang intelektual dan masih muda tentu diharapkan akan sanggup memilih dan memilah persoalan dengan kritis dan obyektif. Pergaulan mereka yang secara umum cenderung tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan, kiranya dapat membantu untuk me-ngambil jarak dari persoalan-persoalan dan sanggup pula memberikan solusi-solusi yang dapat menolong semua orang.17

Argumen tentang masih pentingnya posisi mahasiswa dalam ikut serta mengembangkan sikap toleransi beragama dapat merujuk pada hasil survei yang dilakukan SETARA Institute tahun 2008 terhadap 800 responden yang berumur antara 17-22 tahun dengan latar belakang agama beragam. Hasilnya menunjukkan, bahwa sebanyak 87.1% responden ti-dak menjadikan perbedaan agama dalam berteman sebagai halangan dan 67.4% responden dapat menerima fakta

                                                            16Sarlito Wirawan Sarwono. Psikologi Prasangka Orang Indonesia. Jakarta:

RajaGrafindo Persada. 2006. hlm. 92.  17http://books.google.co.id/books, hlm. 40.  

Page 26: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

12

perpindahan agama. Dengan demikian, menurut SETARA Institute, modal sosial (social capital) toleransi kaum muda sangat kuat sebagaimana teruji dalam beberapa indikator yang diajukan. Namun demikian, karena para penyelenggara negara, termasuk partai politik tidak menjalankan fungsinya dengan baik, modal sosial itu tidak berkembang dan terpasung. Minusnya transformasi nilai-nilai Pancasila, pola indoktrinasi pendidikan kewarganegaraan, dan keterbatasan teladan dari para penyelenggara negara, telah membentuk pemahaman kaum muda akan Pancasila mengalami kontradiksi.18

Dari elobarasi di atas dapat ditarik gambaran sementara bahwa setiap upaya meningkatkan toleransi di kalangan mahasiswa masih perlu dilakukan. Sebab, kendati survei SETARA Institute menunjukkan hasil mengembirakan terhadap kondisi toleransi kaum muda berbeda agama, namun pada sisi lain masih ditemukan konflik sosial yang melibatkan mahasiswa. Bertolak dari berbagai masalah dan kenyataan serta harapan seperti dikemukakan di atas, maka diperlukan sebuah penelitian tentang toleransi mahasiswa berbeda agama pada perguruan tinggi. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui toleransi dan apresiasi antarmahasiswa, baik intra maupun antarumat beragama, sebagai modal akademis guna mengarahkan kehidupan sosial yang lebih kohesif di masa depan.

B. Identifikasi Masalah

Setelah memaparkan posisi penting mahasiswa dalam mengembangkan sikap toleransi, berikut akan ditelusuri faktor-faktor yang diduga menjadi sebab munculnya sikap toleransi dan intoleransi. Dalam perspektif psikologi diketahui                                                             

18Toleransi dalam Pasungan: Pandangan Generasi Muda terhadap Masalah Ke-bangsaan, Pluralitas dan Kepemimpinan Nasional. Jakarta: SETARA Institute. 2008.  

Page 27: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

13

bahwa toleransi dan intoleransi adalah karakteristik mental yang merupakan bagian dari perilaku manusia (behavior). Ia adalah sikap individu yang muncul ketika ia berhadapan dengan sejumlah perbedaan dan bahkan pertentangan, baik di tingkat sikap, pandangan, keyakinan dan juga tindakan, yang tumbuh di tengah masyarakat.19

Kurt Lewin menyatakan bahwa sikap dan perilaku manusia merupakan fungsi dari kepribadian (personality) dan pengalaman (experience).20 Artinya, secara umum, munculnya sikap toleransi dan intoleransi pada seseorang atau kelompok masyarakat dipengaruhi oleh faktor kepribadian dan pengalaman. Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri orang. Aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap, dan motivasi. Gagasan tersebut memberikan gambaran kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat, yang terungkap melalui perilaku.21 Artinya, sikap dan perilaku into-leran misalnya, bisa dikatakan muncul dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan kemudian diperbuat seseorang terhadap orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, salah satunya disebabkan adanya prasangka negatif (negative prejudice).

Kata prejudice diartikan M. Ainul Yaqin sebagai “sebuah penilaian akhir yang tidak dilandasi dengan bukti-bukti terda-hulu”. Sedangkan secara sosiologis, prejudice adalah sebuah opini, sikap, kepercayaan, dan perasaan yang negatif dan tidak fair terhadap seseorang atau kelompok masyarakat yang lain (etnis, kewarganegaraan, agama, ras, jenis kelamin, partai politik, keluarga, organisasi tertentu, kelas sosial, dan lain-                                                            

19Saiful Mujani dkk. Benturan Peradaban: Sikap dan Perilaku Islamis Indonesia terhadap Amerika Serikat. Jakarta: Nalar. 2005. hlm. 92.  

20Sarwono. op.cit. hlm. 77.  21Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. hlm. 3.  

Page 28: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

14

lain).22 Nelson mengatakan, seperti dikutip Sarlito Wirawan Sarwono, prasangka merupakan suatu evaluasi negatif seseorang atau sekelompok orang terhadap orang atau kelompok lain, semata-mata karena orang atau orang-orang itu merupakan anggota kelompok lain yang berbeda dari kelompoknya sendiri.

Menurut Turner dan Hogg, dalam kehidupan, individu selalu akan mengindentifikasikan dan mendefinisikan diri berdasarkan kelompok sosialnya. Untuk sampai pada identifikasi dan definisi diri itu, tentunya ada proses tertentu. Turner dan Tajfel, menyatakan bahwa ada tiga hal yang dilakukan manusia dalam proses itu, yaitu: (1) kategorisasi; (2) identifikasi; dan (3) membandingkan. Dalam kategorisasi sosial, manusia menyederhanakan dunia sosial dengan menggolong-golongkan berbagai hal yang dianggap mem-punyai karakteristik yang sama ke dalam suatu kelompok tertentu. Beberapa di antara pengelompokan sosial yang paling sering dilakukan adalah ras, etnik, agama, dan status sosial, atau tidak tertutup kemungkinan bahwa orang melaku-kan pengelompokan sosial berdasarkan hal-hal lain. Selanjutnya, individu akan memasukkan dirinya ke dalam salah satu kelompok yang sudah diimajinasikannya sendiri, misalnya aku orang Jawa, aku muslim, atau aku murid STM. Dengan demikian, definisi sosial mengenai siapa dirinya, seperti etnik, agama, jenis kelamin, dan golongan sosial, serta pendidikan juga berarti mencakup siapa yang bukan dirinya. Hal ini kemudian dapat menciptakan munculnya persepsi ingroup-outgroup dalam perilaku kelompok.

                                                            22M. Ainul Yaqin. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media. 2005.

hlm. 17. Bandingkan dengan Alo Liliweri. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: LKiS. 199-203.  

Page 29: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

15

Selanjutnya, membandingkan adalah bahwa anggota ingroup selalu akan memandang kelompoknya sendiri lebih menyenangkan, lebih baik, dan lebih positif dibanding anggota outgroup yang hampir selalu dipandang secara lebih negatif. Selanjutnya, ketika individu berada dalam ingroup-nya, mereka mempersepsi anggota kelompoknya memiliki keunikan dan berbeda dibandingkan kelompok lainnya. Kecenderungan berpikir seperti itu merupakan bentuk dari outgroup homogeneity dan ingroup bias. Hal ini kemudian menyebabkan individu melakukan bias dalam memandang outgroup sehingga muncul stereotipe terhadap kelompok outgroup.23 Prejudice biasanya cenderung melakukan generalisasi dalam melihat dan menilai seseorang atau kelompok lainnya tanpa memperdulikan kenyataan bahwa setiap individu mempunyai ciri-ciri dan karakter yang berbeda-beda.

Prejudice dalam masalah agama misalnya, adanya prasangka atau anggapan umum dari sebagian masyarakat non-muslim di Barat bahwa orang Islam lebih suka melakukan kekerasan terhadap pengikut agama lain sebagai wujud dari pengamalan “jihad” dalam Islam. Islam bukan agama damai, tidak melindungi nilai-nilai moral, tidak menghargai HAM, tidak menghargai perempuan, tidak toleran terhadap non-muslim, dan lain sebagainya. Sebaliknya, ada anggapan dari sebagian masyarakat muslim bahwa orang Nasrani dan Yahudi tidak akan pernah merelakan orang Islam hidup dalam damai dan mencapai kemajuan, karena kemajuan Islam dianggap sebagai ancaman bagi mereka. Kedua anggapan yang tidak berdasar dari kedua pemeluk agama yang berbeda ini adalah contoh dari prejudice

                                                            23Sarwono. op.cit. hlm. 17-26.  

Page 30: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

16

yang sangat menyesatkan dan berbahaya bagi penciptaan kerukunan umat beragama.24

Prejudice yang kemudian tampil dalam bentuk sikap dan perilaku intoleran dapat dimiliki siapapun, tidak terkecuali para mahasiswa. Asumsi ini tidak terlalu berlebihan, ketika mencermati bahwa beberapa konflik sosial di masyarakat ternyata melibatkan mereka. Tampak jelas, dalam kasus bentrok antara mahasiswa UKI dan YAI ada unsur fanatisme kelompok yang menganggap kelompoknya lebih hebat dibandingkan kelompok lain. Ironisnya, sikap ini diwariskan oleh para senior ke yuniornya. Dalam kasus konflik di Ambon dan penelitian Melissa, fanatisme agama menjadi salah satu pemicunya. Dalam kasus di Yogyakarta, tombol sentimen kesukuan dihidupkan sebagai pemicu bentrok. Sedangkan dalam kasus bentrok antara masyarakat dan mahasiswa SETIA, selain adanya mahasiswa yang bertindak kriminal, juga ketidaktoleran mahasiswa terhadap lingkungan dengan membuang barang-barang yang dianggap tabu secara sembarangan di jalan kampung, yang membuat masyarakat marah.

Persoalannya sekarang, mengapa prejudice dan sikap toleran atau intoleran itu muncul di kalangan mahasiswa. Secara umum telah disinggung di atas, bahwa aspek agama dan nonagama dapat menjadi sebab sikap intoleran di kalangan umat beragama. Aspek agama meliputi fanatisme agama dan ketaatan serta penyiaran agama, sedang aspek nonagama meliputi ekonomi, politik, budaya, sosial, dan lain-lain. Fanatisme agama dan ketaatan merupakan aktualisasi jiwa keagamaan yang dibentuk dari tradisi keagamaan.

                                                            24Yaqin, loc.cit. Selengkapnya baca Robert Spencer. Islam Ditelanjangi:

Pertanyaan-pertanyaan Subversif Seputar Doktrin dan Tradisi Kaum Muslim (Islam Unveiled). Penerjemah Mun`im A. Sirry. Jakarta: Paramadina. 2003. 

Page 31: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

17

Mengacu kepada pendapat Erich Fromm bahwa karakter ter-bina melalui asimilasi dan sosialisasi. Suatu tradisi keagamaan membuka peluang bagi warganya untuk berhubungan dengan warga lainnya (sosialisasi). Selain itu juga, terjadi hubungan dengan benda-benda yang mendukung berjalannya tradisi keagamaan tersebut (asimilasi), seperti institusi keagamaan dan sejenisnya. Hubungan ini menurut tesis Erich Fromm berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang.

David Riesman melihat ada tiga model konfirmitas karakter, yaitu: (1) arahan tradisi (tradition directed); (2) arahan dalam (inner directed); dan (3) arahan orang lain (other directed), sebagai jabaran tipe karakter. Tetapi tulis Gardon Allport, Buss, dan Plomin, perkembangan emosional merupakan sentral bagi konsep temperamen dan kepribadian. Pendapat tersebut mengungkapkan bahwa karakter terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan dalam pembentukan kepribadian, aspek emosional dipandang sebagai unsur dominan. Fanatisme dan ketaatan terhadap ajaran agama agaknya tak dapat dilepaskan dari peran aspek emosional.

David Riesman25 melihat bahwa tradisi kultural sering dijadikan penentu di mana seseorang harus melakukan apa yang telah dilakukan nenek moyang. Dalam menyikapi tradisi keagamaan juga tak jarang munculnya kecenderungan seperti itu. Jika kecenderungan taklid keagamaan tersebut di-pengaruhi unsur emosional yang berlebihan, maka terbuka peluang bagi pembenaran spesifik (truth claim) yang cenderung mengabaikan dialog yang jujur dan argumentatif. Sikap eksklusif ini yang oleh Ian G. Barbour dalam Issues in

                                                            25M. Amin Abdullah. “Keimanan Universal di Tengah Pluralisme Budaya:

Tentang Kebenaran Agama dan Masa Depan Ilmu Agama” dalam Ulumul Qur’an, No. 1 Vol. IV Th. 1993. hlm. 88-96.  

Page 32: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

18

Science and Religion disebut-sebut sebagai ingridient yang pa-ling dominan dalam proses pembentukan sikap dogmatism dan fanaticism.26 Sifat fanatisme dinilai merugikan bagi kehidupan beragama. Sifat ini dibedakan dari ketaatan. Sebab, ketaatan merupakan upaya untuk menampilkan arahan dalam (inner direct) dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama.27 Berdasarkan argumen di atas maka penelitian ini mengasumsikan bahwa tradisi keagamaan berpengaruh terha-dap pembentukan sikap toleransi dan intoleran seseorang.

Selain tradisi keagamaan, pada umumnya para ahli mengakui peran pendidikan dalam menanamkan rasa dan sikap keberagamaan pada manusia. Dengan kata lain, pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang.28 Kemudian, melalui pendidikan pula dilakukan pembentukan sikap keagamaan tersebut. Jalaluddin menyebutkan tiga lingkup pendidikan yang berpengaruh, yaitu: (1) pendidikan keluarga; (2) pendidikan kelembagaan; dan (3) pendidikan di ma-syarakat.

Guna menjelaskan tentang pentingnya pendidikan keluarga bagi pembentukan sikap seseorang, Jalaluddin mengutipkan kisah dua ahli psikologi anak Prancis bernama Itard dan Sanguin yang pernah meneliti anak-anak asuhan serigala. Mereka menemukan dua orang bayi yang dipelihara oleh sekelompok serigala disebuah gua. Ketika ditemukan, kedua bayi manusia itu sudah berusia kanak-kanak. Namun, kedua bayi tersebut tidak menunjukkan kemampuan yang

                                                            26M. Amin Abdullah. “Relevansi Studi Agama di Era Pluralisme Agama”

dalam Mohammad Sabri. Keberagamaan yang Saling Menyapa: Perspektif Filsafat Perennial. Yogyakarta: Ittaqa Press. 1999. hlm. xiii.  

27Jalaluddin. op.cit. hlm. 288-289; .  28Zakiyuddin Baidhawy. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural.

Jakarta: Erlangga. 2007.  

Page 33: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

19

seharusnya dimiliki oleh manusia pada usia kanak-kanak. Tak seorang di antara keduanya yang mampu mengucapkan kata-kata, kecuali suara auman layaknya seekor serigala. Keduanya juga berjalan merangkak dan makan dengan cara menjilat. Dan terlihat pertumbuhan gigi serinya paling pinggir lebih runcing menyerupai taring serigala. Setelah dikembalikan ke lingkungan masyarakat manusia, ternyata kedua anak-anak hasil asuhan serigala tersebut tak dapat menyesuaikan diri, akhirnya mati. Peristiwa yang serupa pernah terjadi pula di India, bahkan dia ditemukan pada usia 14 tahun. Sebagaimana juga terjadi di Prancis, anak yang ditemukan dalam asuhan serigala yang kemudian diberi nama Manu itu pun akhirnya mati, karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan manusia pada umumnya.

Contoh di atas menunjukkan bagaimana pengaruh pendidikan, baik dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembentukan kebiasaan terhadap masa depan perkembangan seorang anak. Meskipun Manu seorang bayi manusia yang dibekali potensi kemanusiaan, namun di lingkungan pemeli-haraan serigala potensi tersebut tidak berkembang. Kondisi seperti itu tampaknya menyebabkan manusia memerlukan pemeliharaan, pengawasan dan bimbingan yang serasi dan sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara baik dan benar. Di sinilah peran penting pendidikan keluarga---di mana orang tua sebagai pendidiknya---memberikan pendidikan dasar bagi pem-bentukan jiwa keagamaan sang anak. Apakah anak akan bersikap terbuka (inklusif) atau tertutup (eksklusif), dogmatisme dan fanatisme, toleran atau intoleran, sangat ber-gantung bagaimana orang tua menanamkan sikap keberagamaan kepada sang anak.

Page 34: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

20

Adapun mengenai pendidikan kelembagaan, para ahli mengaku kesulitan mengungkapkan secara tepat mengenai seberapa jauh pengaruh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan terhadap perkembangan jiwa keagamaan para anak. Berdasarkan penelitian Gillesphy dan Young, walaupun latar belakang agama di lingkungan keluarga lebih dominan dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak, barangkali pendidikan agama yang diberikan di kelembagaan pendidikan ikut berpengaruh dalam pembentukan jiwa keagamaan anak. Kenyataan sejarah me-nunjukkan kebenaran itu. Sebagai contoh adalah adanya tokoh-tokoh keagamaan yang dihasilkan oleh pendidikan agama melalui kelembagaan pendidikan khusus seperti pondok pesantren, seminari maupun vihara. Young menulis bahwa pendidikan keagamaan (religious pedagogyc) sangat mempengaruhi tingkah laku keagamaan (religious behavior).29

Pendidikan keluarga dan kelembagaan mempunyai masa asuhan yang terbatas, sedangkan masa asuhan pendidikan di masyarakat berlangsung selamanya. Oleh sebab itu, lingkungan masyarakat akan memberi dampak dan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang terintegrasi dalam pertumbuhan psikis. Jiwa keagamaan yang memuat norma-norma kesopanan tidak akan dikuasai hanya dengan mengenal saja. Menurut Emerson, norma-norma kesopanan---dan itu berarti juga termasuk sikap toleransi dan intoleransi (pen.)---menghendaki adanya norma-norma kesopanan atau sikap toleransi dan intoleransi pula pada orang lain.30

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa sikap toleran dan intoleran akan lebih efektif jika seseorang berada dalam

                                                            29Jalaluddin. op.cit. hlm. 269-270; .  30Ibid. 273.  

Page 35: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

21

lingkungan yang menjunjung tinggi sikap-sikap tersebut. Sebagai contoh, hasil penelitian Masri Singarimbun terhadap kasus kumpul kebo di Mojolama. Ia menemukan 13 kasus kumpul kebo ini ada hubungannya dengan sikap toleran masyarakat terhadap hidup bersama tanpa nikah, di mana kasus seperti itu mungkin akan lebih kecil di lingkungan masyarakat yang menentang pola hidup seperti itu.31 Dari penjelasan di atas maka dapat diasumsikan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pembentukan sikap toleran dan intoleran. Artinya apa, bahwa situasi dan kondisi pergaulan seseorang akan sangat menentukan tingkat toleransinya. Apabila dia hidup dalam sebuah keluarga atau kerabat yang mungkin menganut agama yang beragam, patut diduga dia mempunyai toleransi yang tinggi. Apabila mahasiswa banyak berkecimpung dalam kegiatan intrakurikuler atau ekstrakulikuler yang di dalamnya tidak sedikit melibatkan mahasiswa beda agama, patut diduga pula dia mempunyai toleransi yang tinggi. Apabila mahasiswa tinggal di lingkungan masyarakat yang beragam pula .

Dalam ilmu psikologi sosial dinyatakan bahwa perilaku seseorang dapat dibedakan menjadi tiga aspek penyusunnya, yakni pengetahuan (aspek kognitif), sikap (aspek persuasif), dan keterampilan (aspek psikomotorik). Pengetahuan adalah semua buah pikiran dan pemahaman kita tentang dunia, yang diperoleh tanpa melalui daur hipotetiko-dedukto-verikatif (gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesa), atau tanpa metode ilmiah.

Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu, namun demikian sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri                                                             

31Ibid. 274.  

Page 36: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

22

manusia itu. Hubungan antara sikap dan perilaku seseorang, menurut Ajzen (1988) bahwa keyakinan tentang konsekuensi perilaku dan penilaian tentang keyakinan akan menumbuhkan sikap seseorang terhadap sesuatu obyek. Sikap tersebut bersama-sama dengan norma subyektif yang mereka miliki selanjutnya melahirkan intensi untuk berperilaku. Dalam taksonomi Bloom, keterampilan ini merupakan terjemahan dari psychomotor yaitu kompetensi yang berkaitan dengan tugas dalam suatu sistem dan perilaku sistematis yang relevan untuk mencapai tujuan. Lebih spesifik lagi keterampilan ini dapat bermakna kemampuan (ability) yang menggambarkan suatu sifat (bawaan atau dipelajari) yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik.

Alimron menjelaskan, secara garis besar, penyebab munculnya intoleransi terbagi ke dalam dua faktor, yaitu fak-tor agama dan faktor nonagama. Faktor agama meliputi fanatisme sempit dan pelaksanaan misi atau dakwah agama. Pertama, fanatisme sempit. Keberagamaan manusia erat kaitannya dengan masalah keyakinan yang bersifat subyektif dan emosional. Oleh sebab itu, setiap pemeluk agama musti meyakini agamanya sebagai kebenaran yang mutlak (absolut). Namun demikian, keyakinan ini harus diletakkan dalam sisi subyektifitas dan obyektifitas. Secara subyektifitas seorang penganut suatu agama lebih jauh akan meyakini bahwa agamanyalah sebagai satu-satunya agama yang benar, dan mengatakan bahwa semua ajaran (agama) yang berbeda dan bertentangan dengan agamanya adalah ajaran yang salah. Namun pada sisi obyektif, orang tersebut harus memberi hak kepada pemeluk agama lain untuk berkeyakinan dan mengatakan hal yang serupa.

Page 37: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

23

Tidak bisa dipungkiri bahwa semua pemeluk agama mempunyai keyakinan sebagai tersebut di atas. Dalam hal ini permasalahan akan muncul jika masing-masing umat beragama hanya mengutamakan sisi subyektifitasnya dan mengabaikan obyektifitas, atau bahkan berupaya memaksakan kemutlakan subyektif kepada orang lain. Implikasi dari fenomena ini adalah lahirnya sikap eksklusif yang tertutup, otoriter, merasa benar sendiri, dan tidak toleran terhadap perbedaan. Hal ini sikap eksklusivisme agama. Memang dalam penganutan suatu agama harus didukung dengan fanatisme ini. Jika tidak agama tersebut akan kehilangan nilai dan makna bagi penganutnya bahkan besar kemungkinan akan terancam eksistensinya. Dalam hal ini, ada kategori fanatisme, positif dan negatif. Fanatisme positif adalah sikap fanatik yang bertolak dari pemahaman dan penghayatan ajaran agama, sehingga terbentuk pribadi yang teguh dalam memegang ajaran agamanya, tetapi pada waktu yang sama, juga mau mengerti dengan pengalaman beragama orang lain. Sedangkan fanatisme negatif adalah sikap fanatik yang tidak didasarkan pada pemahaman dan penghayatan ajaran agama yang benar atau hanya berdasarkan taqlid semata. Dalam tataran praktis, fanatisme ini seringkali melahirkan sikap keberagamaan yang eksklusif, intoleran, defensif, dan reaktif, serta cenderung lebih mengutamakan konfrontatif dengan pihak lain.32

Kedua, pelaksanaan misi atau dakwah agama. Misi atau dakwah agama merupakan tugas suci bagi tiap pemeluk agama. Tugas ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pemeluk agama yang bersangkutan, demi untuk mempertahankan ekstensinya atau untuk menyelamatkan

                                                            32Alimron. Toleransi Antarumat Beragama dalam Perspektif al-Quran. Tesis.

Padang: IAIN Imam Bonjol. 1999. hlm. 21-25.  

Page 38: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

24

manusia dari kesesatan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari keyakinan akan kemutlakan ajaran agamanya, apalagi kalau agama yang bersangkutan diklaim sebagai agama yang universal, yang ditujukan kepada seluruh umat manusia. Pemeluk agama demikian merasa dirinya berkewajiban untuk menyiarkan agamanya kepada seluruh manusia, jika perlu de-ngan paksaan. Selain itu, karena keyakinan bahwa agama-nyalah yang benar, ia memandang agama lain salah, pemeluk agama itu tidak akan mencapai keselamatan. Didorong oleh keinginan untuk memberi petunjuk kepada orang lain yang dianggap sesat dan untuk menyelamatkan sesama manusia, timbullah usaha-usaha untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan agama orang lain sambil menyatakan kebenaran agamanya sendiri yang kemudian dilanjutkan lagi dengan usaha-usaha untuk menarik pemeluk agama lain untuk mengubah agamanya. Upaya-upaya ini pada mulanya mungkin didasari niat baik, dapat menimbulkan intoleransi beragama dan mengakibatkan tegangnya hubungan antara kedua masyarakat pemeluk agama bersangkutan. Dalam hal ini ketegangan dalam penyebaran agama muncul ketika cara-cara yang digunakan dirasakan kurang wajar itu, dibumbui dengan ungkapan-ungkapan, tulisan maupun lisan yang mnyudutkan atau merendahkan agama lain.

Dari agama-agama yang ada, sifat misionaris ini paling konkret memang terlihat pada Islam dan Kristen, karena keduanya sama-sama mengklaim sebagai agama universal. Oleh karena itu, bagi Islam dan Kristen, penyebaran agama merupakan konsekuensi logis dan bagian inherent dalam agama masing-masing. Berbeda dengan agama Hindu, Buddha, dan Khonghucu misalnya, yang lebih mengutamakan pada aspek pembinaan pribadi pemeluknya. Karena itu, jarang ada pertentangan atau ketegangan yang terjadi adalah ketegangan antara sesama agama misioner, yakni Islam dan

Page 39: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

25

Kristen. Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak di-inginkan tersebut, maka perlu diwujudkan adanya modus vivendi (cara hidup bersama) yang mengatur hubungan atau pergaulan antarumat beragama, termasuk tentang tata cara dan kode etik penyiaran agama.

Sedangkan faktor nonagama dijelaskan Alimron, secara hakiki, pada dasarnya tidak ada agama di dunia ini yang lahir untuk bermusuhan, menghina atau menjelek-jelekkan agama atau penganut agama lain. Baik pada agama samawi (agama dengan kitab suci dari nabi) maupun agama ardhi (agama tanpa kitab suci dan nabi). Oleh karena itu, munculnya intoleransi antarumat beragama pada hakikatnya bukanlah berasal dari ajaran agama, melainkan bertolak dari pengertian dan pemahaman ajaran agama, melainkan bertolak dari pengertian dan pemahaman ajaran agama yang kurang utuh dan benar (kaffah), serta cara keberagamaan para pemeluknya.

Selain karena sentimen keagamaan di atas, intoleransi dalam kehidupan beragama juga dapat timbul karena adanya pengaruh dari faktor-faktor lain, seperti politik, ekonomi, dan sosial budaya yang lain. Sebagai contoh, berbagai kerusuhan dan konflik yang melibatkan antarumat beragama di Indonesia, sebagaimana telah disinggung di atas, pada dasarnya lebih didominasi oleh faktor-faktor eksternal tersebut. Dalam hal ini faktor agama sebenarnya hanya menempel saja pada faktor-faktor tersebut, dengan kata lain, sentimen agama telah dijadikan alat atau pemicu untuk mem-bangkitkan emosi masyarakat sehingga termobilasi untuk melakukan tindakan destruktif dan kekerasan.33

Berdasarkan elaborasi di atas dapat diidentifikasi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi sikap toleran

                                                            33Ibid.  

Page 40: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

26

dan intoleran mahasiswa, yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal mahasiswa, seperti pribadi dan ke-pribadian, serta eksternal mahasiswa, seperti pengalaman. Pribadi dan kepribadian bisa meliputi aspek genetis, usia, jenis kelamin, pola pengasuhan dan pendidikan dalam keluarga, pekerjaan, pendapatan, pemahaman keagamaan, dan lain-lain. Sedangkan kondisi eksternal---pengalaman---bisa meliputi aspek pendidikan kelembangaan (sekolah, pesantren), interaksi dalam kegiatan intra dan ekstrakurikuler, pendidikan di masyarakat (lingkungan homogen atau hete-rogen, pengalaman berinteraksi dengan pemeluk agama berbeda, tradisi keagamaan, dan sebagainya).34

Banyaknya faktor yang diduga mempengaruhi sikap toleran dan intoleran mahasiswa menunjukkan bahwa masalah toleransi merupakan masalah yang kompleks. Artinya, masalah ini tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja tetapi harus dilihat dari berbagai sudut pandang.

C. Pembatasan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan di atas, faktor-faktor yang dapat menyebabkan munculnya sikap toleransi dan intoleransi cukup banyak, di antaranya kepribadian (personality), prasangka (prejudice), persepsi ingroup-outgroup, fanatisme keagamaan, tradisi keagamaan, pengetahuan dan pemahaman keagamaan, sosial-budaya, lingkungan pendidikan (keluarga, akademik, masyarakat), sikap inklusif-eksklusif, penyiaran agama, politik, ekonomi, atau pengalaman berinteraksi dengan pemeluk agama berbeda. Namun, dalam rangka lebih fokus, penelitian ini hanya membatasi diri pada upaya untuk mengkaji lebih jauh                                                             

34Agus Purnomo. Ideologi Kekerasan: Argumentasi Teologis-Sosial Radikalisme Islam. Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press & Pustaka Pelajar. 2009.  

Page 41: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

27

mengenai pengaruh kepribadian, keterlibatan organisasi, hasil belajar pendidikan agama, dan lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dikonstruksikan dalam bentuk pertanyaan se-bagai berikut:

1. Apakah kepribadian berpengaruh langsung terhadap keterlibatan organisasi?

2. Apakah kepribadian berpengaruh langsung terhadap hasil belajar?

3. Apakah keterlibatan organsiasi berpengaruh langsung terhadap hasil belajar?

4. Apakah kepribadian berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan?

5. Apakah keterlibatan organisasi berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan?

6. Apakah hasil belajar berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan?

7. Apakah kepribadian berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama?

8. Apakah keterlibatan organisasi berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama?

9. Apakah hasil belajar pendidikan agama berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama?

10. Apakah lingkungan pendidikan berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama?

Page 42: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

28

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah guna menjawab 10 butir rumusan masalah di atas, yaitu mengkaji:

1. Pengaruh kepribadian terhada keterlibatan organisasi

2. Pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar

3. Pengaruh keterlibatan organsiasi terhdap hasil belajar

4. Pengaruh keprbadian terhdap lingkugan pendidikan

5. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan

6. Pengaruh hasil belajar terhadap pendidikan

7. Pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama

8. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama

9. Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama

10. Pengaruh pendidikan terhadap toleransi beragama

F. Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi para pihak berkepentingan mengetahui gambaran toleransi maha-siswa berbeda agama perguruan tinggi umum negeri, yaitu:

1. Bagi Pemerintah (Departemen Pendidikan Nasional dan Depar-temen Agama), penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan bagi penyusunan dan pengembangan kurikulum nasional pendidikan agama di perguruan tinggi umum.

2. Bagi Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan

Page 43: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

29

terukur dalam menggali akar masalah intoleransi beragama di kalangan mahasiswa perguruan tinggi umum. Selain itu, penelitian ini juga sebagai pengejawantahan tugas dan fungsi Badan Litbang dan Diklat Dep. Agama untuk menyediakan data bagi pemerintah dalam perumusan kebijakan pendidikan agama di perguruan tinggi umum.

3. Bagi Perguruan Tinggi Umum, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam menyusun model pembinaan keagamaan dalam rangka menciptakan toleransi beragama di kalangan mahasiswa berbeda agama. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penyusunan kurikulum lokal pendidikan agama yang berbasis kema-jemukan.

4. Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan sebagai bahan renungan bersama dan pengetahuan bagi mahasiswa untuk mengembangkan wawasan toleransi beragama di komunitas mereka.

5. Bagi Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sosialisasi nilai-nilai kerukunan dan toleransi dalam keluarga dan masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bertanggung jawab dalam memberikan penyadaran tentang toleransi beragama.

Page 44: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

30

Page 45: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  31

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

ebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa terdapat lima variabel penelitian, yaitu variabel kepribadian,

keterlibatan organisasi, hasil belajar pendidikan agama, lingkungan pendidikan, dan toleransi beragama, yang secara konseptual barangkali tidak banyak diketahui. Oleh karena itu, sehubungan penelitian ini, pengertian dari masing-masing variabel tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu guna menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian dan batasan konsep lima variabel penelitian tersebut.

1. Variabel Kepribadian (X1)

Disiplin ilmu psikologi menjelaskan bahwa istilah yang dikenal untuk kepribadian bermacam-macam, di antaranya adalah: (a) mentality, yaitu situasi mental yang dihubungkan dengan kegiatan mental atau intelektual; (b) personality, yang dalam Webters Dictionary dijelaskan sebagai the totality of personality’s characteristic dan an integrated group of constitution of trends behavior tendencies act; (c) individuality, adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat berbeda dari orang lainnya; dan (d) identity, yaitu sifat kedirian sebagai suatu kesatuan dari sifat-sifat mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar (unity and persistance of personality).1

                                                            1Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2008.

hlm. 191.  

S

Page 46: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 32

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona yang berarti topeng, yakni alat untuk menyembunyikan identitas diri. Adapun pribadi yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris person, atau persona dalam bahasa Latin yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri orang sendiri. Sumber lain melihat, pribadi (persona, personeidad) adalah akar struktural dari kepribadian, sedang kepribadian (personality, personalidad) adalah pola perilaku seseorang di dalam dunia. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pribadi adalah “aku yang sejati” dan kepribadian me-rupakan “penampakan sang aku” dalam bentuk perilaku tertentu. Di sini muncul gagasan umum bahwa kepribadian adalah kesan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang diperoleh dari apa yang dipikir, dirasakan, dan diperbuat yang terungkap melalui perilaku.

Banyak definisi tentang kepribadian sebagaimana dikemukakan oleh Mark A. May, Morrison, Woodworth, Hartmann, L.P. Thorp, dan C.H. Judd, tetapi uraian paling lengkap adalah yang dikemukakan oleh G.W. Allport. Dikatakan bahwa, kepribadian adalah organisasi (susunan) dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan. David Lykken mengatakan bahwa kepribadian sebagai suatu perangai dan langkah serta semua kekhasan yang membuat orang berbeda dari orang lain. Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri orang. Aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap, dan motivasi. Gagasan tersebut memberikan gambaran dan kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat, yang terungkap melalui perilaku.2 Hariwijaya menyatakan, kepribadian merupakan

                                                            2Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. hlm. 3.  

Page 47: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  33

kesatuan unik dari ciri-ciri fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang. Contoh karakteristik fisik misalnya pandangan mata, senyum, sosok tubuh, perangai, dan sebagainya. Sedangkan contoh karakteristik mental adalah kebijaksanaan, toleransi dan ketekunan. Kombinasi yang muncul dari keduanya merupakan kepribadian seseorang.3

Selanjutnya Wetherington menjelaskan bahwa kepribadian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) manusia karena keturunannya mula sekali hanya merupakan individu dan kemudian barulah merupakan suatu pribadi karena pengaruh belajar dan lingkungan sosialnya; (b) kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dan keseluruhan itu; (c) kata kepribadian menyatakan ketentuan tertentu saja yang ada pada pikiran orang lain dan isi pikiran itu ditentukan oleh nilai perangsang sosial seseorang; (d) kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyer-takan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang; dan (e) kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, setiap orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan sosial.

Berdasarkan elaborasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah perangai atau perilaku yang muncul sebagai akibat interaksi dinamis antara karakteristik fisik dan mental pada diri individu yang berkembang sesuai dengan pendidikan dan lingkungan sosialnya. Dengan perkataan lain, terdapat dua unsur pembentuk kepribadian yang saling mempengaruhi, yaitu hereditas (fisik dan mental) dan lingkungan. Adanya kedua unsur yang membentuk

                                                            3M. Hariwijaya. Tes Kepribadian. Yogyakarta: Media Ilmu. 2009.

hlm. 1.  

Page 48: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 34

kepribadian itu menyebabkan munculnya konsep tipologi4 dan karakter. Tipologi lebih ditekankan kepada unsur bawaan, sedangkan karakter lebih ditekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.

Beranjak dari pemahaman tersebut, maka para psikolog cenderung berpendapat bahwa tipologi menunjukkan bahwa manusia memiliki kepribadian yang unik dan bersifat individu yang masing-masing berbeda. Sebaliknya karakter menunjukkan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan pengalaman dengan lingkungan.5 Berkenaan dengan kepribadian, Carl Gustav Jung menjelaskan bahwa kepribadian dalam individu dapat dibedakan antara dua sisi yang introvert dan extrovert. Pada diri yang introvert umumnya memiliki sifat-sifat cenderung menarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara sosial. Individu yang extrovert pada umumnya memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan terbuka secara sosial, berminat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam menghadapi pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok.

Extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dari dirinya, sehingga segala minat, sikap, keputusan yang diambil lebih ditentukan oleh

                                                            4Tipologi (typology) adalah satu skema klasifikatori, yang

merupakan hasil dari proses mentipekan (typication) yang mengacu pada ciri tipikal kualitas individu atau orang, benda-benda, atau peristiwa, oleh karenanya tipologi merupakan satu kategori niskal yang memiliki acuan empirikal. M.M. Billah. “Tipologi dan Praktek Pelanggaran Hak Asasi Ma-nusia di Indonesia”. Makalah disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Dep. Hukum dan HAM RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003. hlm. 4.  

5Jalaluddin. op.cit. hlm. 282-283.  

Page 49: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  35

peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Pada dasarnya orang-orang yang bersifat extrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan menerima masukkan dari pihak luar, aktif, suka berteman, dan ramah tamah. Umumnya mereka sudah senada dengan kebudayaan dan orang-orang yang berada di sekitarnya, serta berupaya untuk mengambil keputusan sesuai dan serasi dengan permintaan dan harapan lingkungan. Adapun tipe introvert kecenderungan seseorang untuk menarik dari dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap, dan keputusan yang diambil selalu didasarkan perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Pada dasarnya orang yang introvert cenderung pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya dapat dipenuhinya sendiri.

Di samping penampakkan umum tersebut, introvert menunjukkan tempat tertutup dan lebih berhati-hati, pengambilan keputusan agak terlepas dari kendala dan penelaahan mengenai situasi, kebudayaan, perorangan atau benda di sekitar mereka, mereka tenang, rajin, bekerja sendiri, dan agak tertutup secara sosial. Umumnya orang introvert tidak suka diinterupsi apabila sedang bekerja dan cenderung melupakan muka dan nama orang. Meskipun demikian, keduanya masing-masing memiliki kecenderungan ciri stable dan unstable. Meskipun demikian baik extrovert dan introvert hanya merupakan suatu tipe reaksi yang terus menerus, dan bila seseorang menunjukkan reaksi semacam itu secara kontinyu atau dengan kata lain reaksi semacam itu lelah menjadi kebiasaan, maka barulah dapat dianggap seseorang mempunyai kepribadian satu dari kedua tipe itu.

Pada perkembangan melalui adaptasi maupun intervensi terhadap lingkungan, sebagian individu mengadakan penyesuaian, sehingga menjadi sifat yang

Page 50: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 36

ambivalen, yakni sifat di antara introvert dan extrovert. Seseorang yang mempunyai sifat introvert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan serta rasa percaya dirinya yang semakin bertambah akan cenderung bergerak ke arah extrovert. Demkian juga seseorang extrovert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan tetapi percaya diri yang semakin berkurang akan cenderung bergerak ke arah introvert.6

Berbeda dengan Jung, jauh sebelumnya Galenus membagi secara umum kepribadian manusia menjadi empat kriteria yaitu: (a) Sanguinis, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar periang, optimistis, dan percaya diri. Sifat perasaannya mudah menyesuaikan diri, tidak stabil, baik hati, tidak serius, kurang dapat dipercaya karena kurang begitu konsekuen; (b) Melankolis, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar pemurung, sedih, pesimistis, kurang percaya diri. Sifat lainnya merasa tertekan dengan masa lalunya, sulit menyesuaikan diri, berhati-hati, konsekuen, dan suka menepati janji; (c) Koleris, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar selalu merasa kurang puas, bereaksi negatif dan agresif. Sifat-sifat lainnya mudah tersinggung (emosional), suka membuat provokasi, tidak mau mengalah, tidak sabaran, tidak toleran, kurang mempunyai rasa humor, cenderung beroposisi, dan banyak inisiatif (usaha); dan (d) Plegmatis, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan stabil. Sifat lainnya merasa cukup puas, tidak peduli (acuh tak acuh), dingin hati (tak mudah terharu), pasif, tidak mempunyai ba-nyak minat, bersifat lambat, sangat hemat, dan tertib/teratur.7

                                                            6Djaali. op.cit. hlm. 11-12.  7Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan. Teori Kepribadian.

Bandung: Sekolah Pascasarjana & Remaja Rosdakarya. 2008. hlm. 26.  

Page 51: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  37

Sedangkan Hariwijaya menjelaskan, bahwa emosi orang Sanguinis umumnya menarik, pandai bicara, pandai menghidupkan forum dan punya rasa humor yang hebat. Ia mempunyai ingatan kuat untuk warna, rasa dan gaya. Di dalam forum, secara fisik mampu memukau pendengar, emo-sional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat. Kepalanya penuh dengan rasa ingin tahu. Ia adalah orator yang baik di panggung, lugu dan polos dalam sikap, berhati tulus dan kadang kekanak-kanakan. Ia realistis dalam cita-cita, hidup di masa sekarang, mudah diubah jika memang ada ide yang lebih baik. Bukan hanya pandai mengontrol emosinya sendiri, ia juga pandai memainkan emosi orang lain. Seorang Sanguinis adalah sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di per-mukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara cemerlang, serta mampu mengilhami orang lain untuk ikut serta. Ia pandai untuk mempesona dan mendorong orang lain untuk bekerja. Sebagai rekan, orang Sanguinis mudah berteman karena ia mencintai orang, suka dipuji dan selalu tampak menyenangkan. Karena itu ia sering dicemburui orang lain, meski ia bukan pendendam dan cepat minta maaf jika merasa bersalah. Ia mempunyai daya impro-visasi yang tinggi sehingga pintar mencegah saat-saat membosankan dengan kegiatan spontan.

Ciri emosi orang Melankolis adalah pemikir yang mendalam, analitis, serius dan tekun. Ia cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik atau musical, filosofis dan puitis. Ia sangat menghargai dan menjunjung tinggi keindahan, perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis. Ia akan memendam emosinya demi menjaga harmoni. Di dalam hubungan dengan pekerjaan, orang Melankolis berorientasi pada jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib dan terorganisasi, teratur

Page 52: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 38

dan rapih. Dalam pengeluaran ia ekonomis, melihat masalah secara cermat hingga mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik, bagan, daftar. Kendali emosinya sangat tinggi. Orang melankolis hati-hati dalam berteman. Ia lebih puas tinggal sebagai orang kedua dalam sebuah organisasi dan menghindari perhatian. Meski demikian orang Melankolis setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain, terharu oleh air mata penuh dengan belas kasihan, mencari teman hidup ideal.

Ciri emosi orang Koleris berbakat sebagai pemimpin karena ia dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, progresif memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, tidak emosional bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, dan bisa menjalankan apa saja. Ia akan memperoleh banyak pendukung dari teman-teman dekatnya. Salah satu sifat penting orang Koleris adalah disiplin tinggi. Seorang Koleris berorientasi target, melihat seluruh gambaran, berorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan. Seorang Koleris tidak terlalu perlu teman, mau bekerja untuk kegiatan, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar dan paling bijak, unggul dalam keadaan darurat. Ia fleksibel, mampu bekerja sendiri maupun berkelompok. Keduanya menguntungkan bagi dia. Emosinya sangat terjaga jika tidak dimulai oleh suatu pelanggaran kode etik yang mengganggu pribadinya. Pemimpin yang berjiwa Koleris adalah seseorang yang secara luar biasa mampu menggerakan orang lain untuk melangkah. Mereka bisa mengajak orang lain keluar dari zona kenyaman dan bergerak menuju tujuan mereka. Mereka mampu

Page 53: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  39

membangkitkan gairah, antusiasme, dan tindakan para pengikut.8

2. Variabel Keterlibatan Organisasi (X2)

Salah satu sikap manusia ditentukan oleh pengalaman. Pengayaan pengalaman ditentukan oleh seberapa besar keinginan seseorang terlibat dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan, atau bagi mahasiswa, kehidupan kampus melalui kegiatan organisasi kemahasiswaan atau sejenisnya. Keinginan untuk terlibat dalam organisasi kemahasiswaan sesungguhnya merupakan pemenuhan kebutuhan untuk hidup bermasyarakat (live of society) ataupun kehidupan berkelompok (live of group).

Keterlibatan atau partisipasi menurut Soerjono Soekanto merupakan setiap proses identifikasi atau menjadi peserta, suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu.9 Dalam hidup bersama atau berkelompok, manusia menginginkan penampilannya sebaik mungkin agar dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Miftah Thoha mengatakan bahwa dasar pokok yang amat penting atas keterlibatan seseorang dalam kehidupan berkelompok adalah kesempatannya untuk berinteraksi de-ngan pihak lain. Bila seseorang jarang melihat atau berbicara dengan pihak lain, akan sulit dapat tertarik. Oleh karena itu, keterlibatan seseorang dalam berorganisasi atau berkelompok, ditentukan oleh adanya daya tarik. Daya tarik ini ditimbulkan oleh adanya interaksi antara sesama organisasi. Kesempatan

                                                            8M. Hariwijaya. op.cit. hlm. 118-130; Jalaluddin. op.cit. hlm. 195;

Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. hlm. 22.  

9Soerjono Soekanto (1993: 355), sebagaimana dikutip Sismarni. “Teori Partisipasi dalam Dinamika Sosial” dalam www.lppbi-fiba.blogspot.com.  

Page 54: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 40

berinteraksi ini secara langsung mempunyai pengaruh terha-dap daya tarik dan pembentukan kelompok. Di samping itu juga, keterlibatan itu didasarkan atas teori kedekatan. Menurut teori ini, seseorang tersebut dapat berhubungan dengan orang lain karena adanya kedekatan ruang dan daerahnya (spatial and geographical proximity). Selanjutnya Thoha menyebutkan keterlibatan juga didasarkan atas alasan-alasan praktis (practicalities of group formation). Karyawan-karyawan suatu organisasi, misalnya, akan mengelompok atas alasan ekonomi, keamanan dan sosial. Yang terpenting dalam teori ini adalah bahwa kelompok-kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dan substansial dari orang-orang yang mengelompok tersebut.

Teori lain, dikemukakan oleh George Hommans yang melihat keterlibatan itu didasarkan pada aktifitas-aktifitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan ataupun emosi). Ketiga elemen ini saling berhubungan secara langsung dengan alasan bahwa semakin banyak dilakukan aktifitas seseorang dengan hal yang berhubungan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka. Kemudian semakin banyak interaksi antara seseorang dengan yang lainnya, maka semakin banyak kemungkinan aktifitas dan sentimen yang ditularkan kepada orang lain. Dan yang terakhir, semakin ba-nyak aktifitas yang ditularkan kepada orang lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin banyak pula kemungkinan ditularkannya aktifitas-aktifitas dan interaksi-interaksi.

Menurut Thibaut dan Kelly, bahwa terbentuknya suatu organisasi didasarkan atas teori tukar menukar, teori persamaan sikap dan teori saling melengkapi. Menurut teori

Page 55: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  41

tukar menukar ini, interaksi dalam suatu kelompok terjadi dalam proses tukar-menukar antara imbalan (reward) dengan ongkos (cost) dalam setiap terjadinya interaksi. Seseorang selalu mendapatkan imbalan berupa kepuasan atau terpenuhinya sebahagian kebutuhannya. Menurut teori tukar menukar ini, seseorang menciptakan dan memelihara hubung-an antarperorangan karena ia berpendapat bahwa imbalan yang diperolehnya masih lebih besar daripada ongkos yang harus ia keluarkan.

Festinger mengatakan bahwa orang yang memasuki suatu kelompok sosial, pada hakikatnya mempunyai dorongan untuk mengadakan evaluasi terhadap dirinya. Dengan memasuki suatu organisasi, seseorang akan mengetahui pendapat orang lain mengenai dirinya termasuk apa yang baik, yang boleh dan yang tidak boleh dikerjakan. Melalui interaksi dalam organisasi itulah ia dapat mengetahui apakah pendapatnya, gagasan dan pertimbangannya sesuai dengan kenyataan sosial.10]

Sementara itu, menurut Helbert dan Ray keterlibatan seseorang dalam berorganisasi didasarkan pada keinginan untuk memuaskan tujuan-tujuan pribadinya. Organisasi dapat menuntunnya untuk mencapai cita-citanya yang tidak dapat dicapai dengan sendirian. Dasar lainnya ialah karena organisasi merupakan mobilitas bagi usaha pencapaian tersebut. Di samping itu, organisasi juga menjadikan seseorang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan atau menyempurnakan barang-barang (dalam arti luas) yang termasuk dalam tujuan pribadi. Hal itu akan sulit atau kurang memungkinkan untuk diselesaikan tanpa keterlibatan organisasi. Kemudian keterlibatan juga untuk memenuhi kebutuhan biologis seperti sandang, pangan, perumahan, air,                                                             

10Ibid.  

Page 56: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 42

udara dan lain-lain guna mempertahankan hidupnya. Selain itu, juga untuk mengharapkan sejumlah keuntungan atau kontribusi tertentu dari organisasi dan menyempurnakan tujuan-tujuan tertentu. Menurut Abdulsyani, keterlibatan seorang dalam kelompok didasarkan karena hasratnya untuk bersatu dengan manusia-manusia yang lain disekitarnya. Ka-rena naluri manusia itu ingin hidup bersama atas kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas. Karena itu, dalam usaha untuk memenuhi kehendak dan kepentingan tersebut, tidak dapat dilakukan sendirian melainkan harus dilakukan secara bersama-sama. Dengan demikian, proses untuk mencapai tujuan tersebut dapat melalui kerjasama dan berfikir secara bersama-sama pula.

Sementara itu, menurut Witch bahwa tertariknya seseorang untuk melakukan interaksi di tentukan oleh prinsip atau asas saling melengkapi (the principle of complementary). Artinya, seseorang tertarik untuk mengadakan interaksi bukan karena adanya kesamaan sikap, tetapi justru karena adanya perbedan-perbedaan yang tercipta. Adanya perbedaan, misalnya, dalam merasakan kekurangan diri sendiri dibandingkan dengan orang lain, justru akan mendo-rong seseorang tersebut untuk mendapatkan yang kurang itu dari orang lain.11 Paparan di atas menggambarkan keuntungan yang dapat diperoleh oleh seseorang bila terlibat dalam organisasi. Melalui keterlibatan organisasi, selain akan memperoleh informasi berharga, tanggapan dan saran, ide-ide berharga, juga dapat memperkecil kesalahpahaman antarindividu dan kelompok, sehingga akan terwujud saling pengertian dan toleransi antaranggota. Para mahasiswa yang terlibat dalam organisasi diasumsikan memiliki cakrawala pandang yang luas dan toleran terhadap orang lain.

                                                            11Ibid.  

Page 57: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  43

Sedangkan organisasi (organization) artinya sistem disiplin yang mengatur sejumlah manusia dalam melaksanakan usaha sosial atau politik berdasarkan azas-azas dan mengikuti metode-metode yang terarah. Dalam konteks kemahasiswaan, ada dua jenis organisasi kemahasiswaan, yaitu yang bersifat intrakampus seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan, Senat Mahasiswa Fak. Badan Eksekutif Mahasiswa, Lembaga Dakwah Kampus, dan lain-lain serta ekstrakampus, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan lain-lain.

3. Variabel Hasil Belajar Pendidikan Agama (X3)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).12 Definisi lain, pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitar. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran.13 Sedangkan keagamaan artinya “yang berhubungan dengan agama”, yang dalam kaca mata Wade Clark Roof sebagai hasil pengembangan gagasan Durkheim memiliki unsur: (a) kepercayaan (beliefs); (b) ritus (ibadah); dan (c) komunitas moral. Dengan demikian, pengetahuan keagamaan dapat didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang berkenaan

                                                            12Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 2005. Hlm. 1121.  13Israq. “Substansi dan Definisi Pengetahuan” dalam

www.israq.wordpress.com.  

Page 58: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 44

dengan agama yang meliputi aspek kepercayaan, ritus, dan komunitas moral”.14

Dalam konteks pendidikan di perguruan tinggi, penguasaan pengetahuan keagamaan diukur melalui huruf dan angka tertentu, biasanya dalam 5 kategori: A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, E = 0. Huruf A diasosiasikan sebagai simbol yang mewakili penguasaan pengetahuan keagamaan yang tertinggi (kategori sangat baik), baru menyusul kemudian peringkat di bawahnya B (baik), C (cukup), D (kurang), dan E (sangat ku-rang). Artinya, bila ada mahasiswa memperoleh nilai A maka yang bersangkutan diasumsikan mempunyai penguasaan pengetahuan keagamaan yang sangat baik. Sebaliknya, bila mendapat huruf E maka diasumsikan mempunyai penguasaan pengetahuan keagamaan yang sangat kurang. Dengan penguasaan pengetahuan keagamaan yang sangat baik maka diasumsikan mempunyai sikap toleransi beragama yang sangat baik pula. Sebaliknya, dengan penguasaan pe-ngetahuan keagamaan yang sangat kurang maka diasumsikan mempunyai sikap toleransi beragama yang sangat kurang pula.

Asumsi di atas tentu tidak baku, karena antara aspek kognitif (pengetahuan keagamaan) dan psikomotorik (toleransi beragama) tidak selalu mempunyai hubungan sebab-akibat. Banyak faktor---sebagaimana akan diuraikan pada penjelasan tentang toleransi beragama---yang mempengaruhi sikap toleransi beragama seseorang.

4. Variabel Lingkungan Pendidikan (X4)

Memahami lingkungan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan konsepsi pendidikan, sebab

                                                            14Bandingkan dengan pengertian pengetahuan keagamaan menurut

Endang Saifuddin Anshari dalam Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu. 1987. hlm. 46.  

Page 59: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  45

pendidikan itu merupakan suatu proses yang berlanjut dan berlangsung dalam bermacam-macam situasi dan lingkungan.

Dalam Dictionary of Education yang dikutip oleh A. Mury Yusuf, mengatakan bahwa: “Pendidikan itu adalah merupakan (1) suatu proses (sejumlah proses secara bersama-sama) perkembangan, kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya yang berlaku dalam masyarakat di mana ia hidup; (2) suatu proses di mana seseorang dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan terkontrol (misalnya kampus) sehingga ia dapat mengembangkan diri pribadi secara optimum dan kompeten dalam kehidupan masyarakat (sosial). Dengan demikian interaksi dalam diri individu dan dengan masyarakat sekitarnya baik dilihat dari segi kecerdasan/ kemampuan, minat maupun pengalamannya”15

Sehubungan dengan lingkungan pendidikan, oleh Hadari Nawawi dijelaskan bahwa: “Di dalam kegiatan kependidikan sekurang-kurangnya dua orang atau lebih yang masing-masing menjalankan fungsi sebagai pendidik dan si terdidik atau anak yang harus dibantu, ditolong dan diarahkan agar mencapai kedewasaannya masing-masing sebagai tujuan. Realita kegiatannya sengaja atau tidak sengaja akan berwujud organisasi atau kegiatan kelompok manusia sebagai suatu sistem yang bersifat tetap berlaku universal, dan tidak terkait pada organisasi yang lain. kegiatan kependidikan seperti itu antara lain diwujudkan dalam keluarga, sekolah/kampus, dan lembaga pendidikan formal lainnya”.16

Berdasarkan pendapat di atas, pada dasarnya lingkungan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi:

                                                            15A. Muri Yusuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia

Indonesia. 1996. hlm. 23. 16Hadari Nawawi. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta:

Gunung Agung. 1985. hlm. 7. 

Page 60: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 46

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (sosial).

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil di dalam masyarakat yang merupakan persekutuan hidup antarsekelompok orang dan mempunyai kepentingan masing-masing dalam mendidik. Ayah dan Ibu sebagai pimpinan keluarga memberikan suatu konsekuensi berupa tanggung jawab memelihara dan mendi-dik setiap anak yang dilahirkannya. Konsekuensi itu didasarkan pada norma-norma sosial dan norma agama yang menempatkan manusia sebagai makhluk individual, sosial dan bermoral. Dengan demikian sebuah keluarga tidak hanya sekadar berstatus sebagai lembaga sosial akan tetapi juga me-rupakan lembaga pendidikan informal.

Raymond W. Murray menyatakan fungsi keluarga sebagai berikut: (1) kesatuan turunan biologis dan juga kebahagiaan bermasyarakat; (2) berkewajiban meletakkan dasar pendidikan, rasa keagamaan, kemauan, rasa kesukaan pada keindahan, kecakapan berekonomi, pengetahuan penja-gaan pada diri si anak. Di samping itu pula dilengkapi bahwa keluarga perlu meletakkan kerangka berpikir pada diri si anak.”17 Selanjutnya status keluarga sebagai lembaga pendidikan dijelaskan Sutjipto Wirawidjojo dengan pernyata-annya: “Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama”.18

Pentingnya pendidikan anak-anak dalam keluarga sangat menentukan perkembangan anak itu pada fase-fase selanjutnya. Tanpa adanya pendidikan anak yang terorganisasi dalam keluarga, maka anak akan tumbuh dan

                                                            17A. Mury Yusuf. op.cit. hlm. 26. 18Slameto. lot cit. hlm. 62. 

Page 61: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  47

berkembang secara tidak sewajarnya. Karena tujuan pendidikannya untuk membina, membimbing dan mengarahkan kepada tujuan suci, yakni terbentuknya mental, sikap serta penonjolan tingkah laku yang positif dan membangun, bukan saja dalam lingkungan keluarga tetapi disetiap lingkungan di mana ia berada. Dengan demikian mahasiswa yang mendapat keluarga yang baik akan mampu mengidentifikasikan pola sikap dan tingkah laku yang baik dalam keluarganya dan dalam konteks yang lebih luas (lingkungan sosial).

b. Lingkungan Perguruan Tinggi (Kampus)

Perguruan Tinggi adalah organisasi kerja sebagai wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Oleh sebab itu Perguruan Tinggi dinamakan juga sebagai lembaga atau institusi. Perguruan Tinggi pada prinsipnya merupakan salah satu wadah tempat berlangsungnya pendidikan yang memiliki peranan dan kedudukan sebagai lembaga pendidikan. Di dalamnya terdapat pengelompokan yang berbeda-beda tetapi merupakan satu kesatuan yang integral sebagai komponen-komponen yang saling berinterak-si. Dari konteks inilah sehingga kampus diimplementasikan sebagai lingkungan pendidikan.

Peranan Sekolah/Perguruan Tinggi sebagai institusi dinyatakan sebagai berikut: “peranan sekolah/kampus sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individu-al maupun sebagai anggota masayarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna memncapai tujuan tertentu. tujuan itu harus mengandung nilai-nilai yang serasi

Page 62: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 48

dengan kebudayaan masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan sebagai lembaga pendidikan.”19

Melalui Perguruan Tinggi mahasiswa dipersiapkan menjadi manusia yang memiliki pengetahuan, keteram pilan/keahlian di dalam mengola lingkungannya yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial guna menciptakan berbagai kelengkapan untuk memper mudah dan menyenang-kan kehidupannya. Dilihat dari sudut sosial dan spiritual Perguruan Tinggi berfungsi mengembangkan sikap mental yang erat hubungannya dengan norma-norma kehidupan.

Muhlas, menyatakan bahwa pendidikan memiliki tiga dimensi, yaitu: dimensi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dimensi jangka pendek pendidikan diartikan sebagai proses kegiatan belajar mengajar, dimensi jangka menengah diartikan sebagai proses penyiapan sumber daya manusia, dan dimensi jangka panjang adalah sebagai proses pengembangan budaya.20

Berdasarkan uraian di atas, berarti Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa agar mampu meneruskan sejarah dan tata cara kehidupan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Karena kebudayaan itu bukanlah sesuatu yang statis akan tetapi terus menerus berkembang secara dinamis. Oleh sebab itu Perguruan Tinggi diharapkan bukan sekadar berfungsi untuk mempertahankan kebudayaan yang ada sesuai dengan martabat manusia yang selalu dituntut dengan kebutuhan yang selalu meningkat.

                                                            19Hadari Nawawi. op.cit. hlm. 27. 20Muhlas. Pendidikan Profesi Guru. Jakarta: Irjen Dikti Depdiknas.

2009. 

Page 63: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  49

c. Lingkungan Masyarakat

Menurut A. Muri Yusuf, lingkungan masyarakat adalah lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak. Lingkungan masyarakat akan memberikan sumbangan yang berarti dalam diri anak apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Tidak semua ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan maupun performansi dapat dikembangkan oleh sekolah/kampus ataupun dalam keluar-ga, karena keterbatasan dan kelengkapan lembaga tersebut. Kekurangan yang dirasakan akan dapat diisi dan dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina pribadi anak”.21

Dalam pendapat tersebut di atas terlihat bahwa fungsi pendidikan dalam masyarakat adalah sebagai: (1) komplemen, yaitu berorientasi untuk melengkapi kemampuan keterampilan kognitif, perfomansi seseorang, sebagai akibat belum lengkapnya (mantapnya) apa yang mereka terima dalam sekolah atau dalam keluarga; (2) substitusi, yakni menyediakan pendidikan bukan sekadar tambahan atau pelengkap, tetapi mengadakan pendidikan yang sama dengan sekolah; dan (3) sebagai suplemen terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan yang lain yakni penambahan pengetahuan keterampilan. Misalnya mengadakan kursus-kursus, pelatihan, dan kegiatan dalam suatu organisasi kemasyarakatan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka bentuk dan jenis lingkungan sangat menentukan dan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap, penerimaan, tingkah laku, dan toleransi setiap mahasiswa terhadap berbagai kemajemukan (etnis, organisasi, dan agama). Hal tersebut mengindikasikan bahwa bentuk dan jenis lingkungan pendidikan tidak bisa

                                                            21A. Mury Yusuf, op.cit., hlm. 34 

Page 64: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 50

diabaikan sebagai faktor penting dalam mengukur toleransi beragama di kalangan mahasiswa. Pengabaian terhadap masalah ini barangkali dapat membuat pembacaan terhadap toleransi beragama di kalangan mahasiswa itu tidak utuh (bias).

5. Variabel Toleransi Beragama (Y)

Dalam Webster’s World Dictionary of American Language,22 kata “toleransi” secara etimologis berasal dari bahasa Latin, to-lerare yang berarti “menahan, menanggung, membetahkan, membiarkan, dan tabah”. Dalam bahasa Inggris, kata itu berubah menjadi tolerance yang berarti “sikap membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan”. Wikipedia Ensiklopedia, mengutip Perez Zagorin, menjelaskan bahwa toleransi adalah termi-nologi yang berkembang dalam disiplin ilmu sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.23 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, toleransi adalah sifat atau sikap toleran, yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri, misalnya toleransi agama (ideologi, ras, dan sebagainya).24

                                                            22David G. Gularnic, Webster’s World Dictionary of American Language.

New York: The World Publishing Company. 1959. p. 799; William L. Reese. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. Expanded Edition. New York: Humanity Books. 1999. p. 774-775..  

23www.wikipedia.org.id.  24Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. hlm. 1204; W.J.S. Poerwadarminta.

Page 65: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  51

Dalam bahasa Arab, kata toleransi---mengutip Kamus al-Munawir---biasa disebut dengan istilah tasamuh yang berarti sikap membiarkan atau lapang dada.25 A. Zaki Badawi menga-takan, tasamuh (toleransi) adalah pendirian atau sikap yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa toleransi ini erat kaitannya dengan masalah kebebasan atau kemerdekaan hak asasi manusia dalam tata kehidupan bermasyarakat, sehingga mengizinkan berlapang dada terha-dap adanya perbedaan pendapat dan keyakinan dari setiap individu.26Kamus Oxford menegaskan bahwa toleransi adalah kemampuan untuk menenggang rasa atas keyakinan dan tindakan orang lain dan membiarkan mereka melakukannya. Kamus tersebut juga menggambarkan toleransi sebagai “kemampuan untuk menanggung penderitaan atau rasa sa-kit”. Deklarasi Prinsip-prinsip Toleransi UNESCO menyatakan bahwa “toleransi adalah rasa hormat, pe-nerimaan, dan penghargaan atas keragaman budaya dunia yang kaya, berbagai bentuk ekspresi diri, dan cara-cara menjadi manusia. Toleransi adalah kerukunan dalam perbeda-an”.

Sullivan, Pierson, dan Marcus, sebagaimana dikutip Saiful Mujani, toleransi didefinisikan sebagai a willingness to “put up with” those things one rejects or opposes, yakni

                                                                                                                              Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989. hlm. 702; Binsar A. Hutabarat. Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama. www.google.com.  

25Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawir. Yogyakarta: PP Krapyak. 1994. hlm. 702.  

26A. Zaki Badawi. Mu`jam Musthalahat al-`Ulum al-Ijtima`iyat. Beirut: Maktabah Lubnan. 1982. hlm. 426; Khaled Abou El Fadl. Cita dan Fakta Toleransi Islam: Puritanisme versus Pluralisme. Bandung: Arasy. 2003; `Ala Abu Bakar. Islam yang Paling Toleran: Kajian tentang Fanatisme dan Toleransi dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.  

Page 66: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 52

“kesediaan untuk menghargai, menerima, atau menghormati segala sesuatu yang ditolak atau ditentang oleh seseorang”.27 J.P. Chaplin mengatakan, toleransi adalah satu sikap liberalis, atau tidak mau campur tangan dan tidak mau campur tangan dan tidak mengganggu tingkah laku dan keyakinan orang lain.28 Lorens Bagus menjelaskan, toleransi adalah sikap se-seorang yang bersabar terhadap keyakinan filosofis dan moral orang lain yang dianggap berbeda, dapat disanggah, atau bahkan keliru. Dengan sikap itu ia juga tidak mencoba memberangus ungkapan-ungkapan yang sah keyakinan-keyakinan orang lain tersebut. Sikap semacam ini tidak berarti setuju terhadap keyakinan-keyakinan tersebut. Juga tidak berarti acuh tak acuh terhadap kebenaran dan kebaikan, dan tidak harus didasarkan atas agnostisisme, atau skeptisisme, melainkan lebih pada sikap hormat terhadap pluriformitas dan martabat manusia yang berbeda.29

Benyamin Intan dalam bukunya, Public Religion and the Pancasila-Based State of Indonesia mengutip David Little membagi pengertian toleransi dalam dua bagian: Pertama, dalam definisinya yang minimal, yaitu “jawaban pada seperangkat kepercayaan, praktik atau atribut, yang pada awalnya dianggap sebagai menyimpang atau tidak bisa diterima, dengan ketidaksetujuan, tetapi tanpa menggunakan kekuatan atau paksaan”. Kedua, dalam bentuknya yang paling kuat, toleransi bisa didefinisikan sebagai “(sebuah) jawaban

                                                            27Saiful Mujani. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan

Partisipasi Politik di Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007. hlm. 162.  

28J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2006. hlm. 512; Paul Edwards. Editor in Chief. “Toleration” in The Encyclopedia of Pholosophy. Volume 7 and 8 Paul Edwars (New York & London: Macmillan Publisher. 1967, hlm 143.  

29Lorens Bagus. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1996. hlm. 1111-1112.  

Page 67: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  53

kepada seperangkat kepercayaan, praktik atau atribut, yang awalnya dianggap sebagai menyimpang atau tidak bisa diterima, dengan ketidaksetujuan yang disublimasi, tetapi tanpa menggunakan kekuatan atau paksaan”. Menurut Little, “ketidaksetujuan yang disublimasi” adalah “ada sesuatu yang bisa dinilai, sesuatu yang membangun, baik di dalam bagian kepercayaan-kepercayaan yang menyimpang itu sendiri atau di dalam proses memberi-menerima yang terjadi di antara para pendukung ide-ide yang sedang bertikai, betapapun besarnya ketidaksepakatan yang ada”. Dalam definisi Little yang pertama ada hidup bersama, namun tak ada kebersama-an, sedang dalam definisi yang kedua, hidup bersama itu diwarnai dengan kebersamaan, suatu kehidupan yang saling memberi dan menerima. Kehidupan bersama yang harmonis tentu saja mensyaratkan penerimaan definisi yang kedua. Dengan demikian, jelaslah, sikap toleran itu bukan hanya membutuhkan kesadaran, tetapi juga semangat, gairah, perjuangan dalam bersikap toleran demi hidup bersama yang lebih baik.30

Dengan menggunakan perspektif psikologi sosial, Yayah Khisbiyah menjelaskan, toleransi adalah kemampuan untuk menahankan hal-hal yang tidak kita setujui atau tidak kita sukai, dalam rangka membangun hubungan sosial yang lebih baik. Toleransi mensyaratkan adanya penerimaan dan penghargaan terhadap pandangan, keyakinan, nilai, serta praktik orang/kelompok lain yang berbeda dengan kita. Intoleransi adalah ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk bertoleran, muncul karena kita tidak bisa atau tidak mau menerima dan menghargai perbedaan. Intoleransi bisa terjadi pada tataran hubungan interpersonal, seperti hubungan antara kakak dan adik, orangtua dan anak, suami

                                                            30www.commongroundnews.org.  

Page 68: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 54

dan isteri, antarteman, atau antarkelompok, misalnya suku, agama, bangsa, dan ideologi.31

Penjelasan menarik tentang konsep dan praktik toleransi diungkapkan Walzer. Walzer, sebagaimana dikutip Trisno Sutanto, mengambil pendekatan berbeda ketimbang para pemikir yang sibuk mencari kaidah-kaidah universal. Baginya praktik-praktik toleransi---atau, sederhananya, koeksistensi damai kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki sejarah, budaya, dan identitas berbeda---harus selalu diletakkan dalam situasi historis-konkret. Soalnya, ko-eksistensi damai itu dapat mengambil bentuk pengaturan politik yang berbeda-beda, masing-masing dengan implikasinya sendiri-sendiri. Toleransi sebagai suatu sikap, menurut Walzer, merujuk pada berbagai matra di dalam suatu garis kontinum. Pertama, yang mencerminkan toleransi keagamaan di Eropa sejak abad ke 16 dan 17 adalah sekadar penerimaan pasif perbedaan demi perdamaian setelah orang merasa capek saling membantai. Jelas ini tidak cukup dan karenanya dapat dicandra gerak dinamis menuju matra kedua: ketidakpedulian yang lunak pada perbedaan. Di situ sang liyan diakui ada, tetapi kehadirannya tidak bermakna apa-apa. Matra ketiga melangkah lebih jauh: ada pengakuan secara prinsip bahwa sang liyan punya hak-hak sendiri sekalipun mungkin ekspresinya tidak disetujui. Matra keempat bukan sa-ja memperlihatkan pengakuan, tetapi juga keterbukaan pada yang lain, atau setidaknya keingintahuan untuk lebih dapat memahami sang liyan. Posisi paling jauh dalam kontinum ini, yakni matra kelima, tidak sekadar mengakui dan terbuka, tetapi juga mau mendukung atau bahkan merawat dan

                                                            31Yayah Khisbiyah. Menepis Prasangka, Memupuk Toleransi untuk

Multikulturalisme: Dukungan dari Psikologi Sosial. Surakarta: PSB-PS UMS. 2007. hlm. 4.  

Page 69: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  55

merayakan perbedaan, entah karena alasan estetika-religius (keragaman sebagai ciptaan Tuhan) entah karena keyakinan ideologis (keragaman merupakan tanah subur bagi perkemba-ngan umat manusia). 32

Dalam hubungannya dengan agama dan kepercayaan, toleransi berarti menghargai, membiarkan, membolehkan kepercayaan, agama yang berbeda itu tetap ada, walaupun berbeda dengan agama dan kepercayaan seseorang. Toleransi tidak berarti bahwa seseorang harus melepaskan ke-percayaannya atau ajaran agamanya karena berbeda dengan yang lain, tetapi mengizinkan perbedaan itu tetap ada.33 Toleransi beragama pertama kali ditelaah oleh John Locke dalam konteks hubungan antara gereja dan negara di Inggris. Toleransi di sini mengacu pada kesediaan untuk tidak men-campuri keyakinan, sikap, dan tindakan orang lain, meskipun mereka tak disukai. Negara tidak boleh terlibat dalam urusan agama, dan juga tidak boleh ditangani oleh kelompok agama tertentu. Dalam masyarakat muslim, toleransi merujuk pada sikap dan perilaku kaum muslim terhadap nonmuslim, dan sebaliknya. Secara historis, toleransi secara khusus mengacu pada hubungan antara kaum muslim dan para pengikut agama Semitis lainnya, yakni Yahudi dan Kristen. Hubungan antara kaum muslim, Kristen, dan Yahudi sangat rumit dan mengalami pasang surut dari abad ke abad.34 Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

                                                            32Trisno Sutanto. “Melampaui Toleransi?: Merenung Bersama

Walzer” dalam Ihsan Ali-Fauzi, dkk. Demi Toleransi Demi Pluralisme. Jakarta: Paramadina. 2007. hlm. 346-353.  

33www.in-christ.net.  34Saiful Mujani. op.cit. hlm. 159.  

Page 70: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 56

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dijelaskan, toleransi beragama adalah sikap bersedia menerima keanekaragaman dan kebebasan beragama yang dianut dan kepercayaan yang diyakini oleh pihak atau golongan lain. Hal ini dapat terjadi karena keberadaan dan eksistensi suatu golongan, agama atau kepercayaan, diakui atau dihormati oleh pihak lain. Pengakuan tersebut tidak terbatas pada persamaan derajat, baik dalam tatanan kenegaraan, tatanan kemasyarakatan maupun di hadapan Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga perbedaan-perbedaan dalam cara penghayatan dan per-ibadatannya yang sesuai dengan alasan kemanusiaan yang adil dan beradab.35 Dalam toleransi ini semua umat beragama harus berpegang pada prinsip agree in disagreement (setuju dalam perbedaan).36 Perbedaan tidak harus mengakibatkan permusuhan, karena bagaimanapun perbedaan akan selalu ada di dunia ini. Oleh karena itu, ia tidak harus menimbulkan pertentangan. Dalam konteks ini, prinsip tersebut mengandung pengertian, semua penganut agama setuju untuk hidup rukun dengan tetap memelihara eksistensi semua agama yang ada. Dengan demikian, toleransi antar-umat beragama bukan hanya sekadar hidup berdampingan secara pasif tanpa adanya saling keterlibatan satu sama lain, melainkan lebih dari itu, yakni toleransi yang bersifat aktif dan dinamis, yang diaktualisasikan dalam bentuk hubungan saling menghargai dan menghormati, berbuat baik dan adil antarsesama, dan bekerjasama dalam membangun masyarakat yang harmonis, rukun dan damai.

                                                            35Tim Penyusun. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid XVI. Jakarta:

Cipta Adi Pustaka. 1996. hlm. 384; Karl Rahner. Ed. Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi. Wellwood, North Farm Road, Tunbridge Wells, Kent: Burns & Oates. 1993. p. 1721-1726.  

36Istilah agree in desagreement dipopulerkan oleh Menteri Agama, A. Mukti Ali.  

Page 71: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  57

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut A.M. Hardjana, toleransi beragama terdiri atas dua kategori, yaitu toleransi dogmatis dan toleransi praktis. Toleransi dogmatis adalah toleransi yang terbatas atau hanya menyangkut ajaran agama. Dalam hal ini para penganut agama tidak saling me-ngambil pusing akan ajaran agama orang lain. Sedangkan dalam toleransi praktis, para penganut agama saling membiarkan dalam mengungkapkan iman, menjalankan ibadat dan praktik keagamaan lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam aplikasinya, kedua macam toleransi tersebut dapat bergabung atau terpisah. Para penganut agama dapat saling toleran dalam kedua hal itu, dapat menentang di bidang yang satu, misalnya ajaran, tetapi membiarkan praktiknya dan sebaliknya. Dalam toleransi beragama, dibutuhkan adanya kejujuran, kebesaran jiwa, kebijaksanaan dan bertanggung jawab, hingga menumbuhkan perasaan solidaritas dan mengeliminir egoistis golongan. Oleh kare-nanya, setiap pemeluk agama hendaknya dapat menghayati ajaran agamanya secara mendalam. Sebab, sebagaimana dikemukakan Djohan Effendi, penghayatan terhadap aspek kedalaman dari agama akan dapat membuat seseorang lebih mampu bersikap menghormati orang lain secara lebih manusiawi. Dengan kata lain, aspek kedalaman dari agama itulah yang membuat seseorang lebih toleran terhadap orang lain. Hal ini membuat seseorang pada aspek kedalaman dari agama terdapat titik-titik temu yang lebih banyak dari agama-agama.37

Meskipun demikian dalam kaitannya dengan toleransi antarumat beragama, menurut Anwar Harjono, ada dua hal

                                                            37Djohan Effendi. “Persahabatan Lebih Penting Daripada

Kesepakatan Formal” dalam Mimbar Ulama, No. 128 Tahun XII/1988. hlm. 29-30.  

Page 72: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 58

yang sama besar bahayanya, yaitu: Pertama, apabila kita hanya terpaku kepada tugas-tugas dalam lingkungan agama kita sendiri tanpa menghiraukan hak-hak golongan agama lain. Kedua, apabila kita terlalu bersemangat menjalankan toleransi sehingga kita menganggap semua agama sama saja, sama benarnya, atau sama salahnya.38 Bahaya pertama akan mendo-rong seseorang kepada penyiaran agama tanpa mengindahkan peraturan yang ada, sehingga siapa saja dijadikan sebagai sasaran penyiaran agama. Semangat demiki-an kelihatannya sangat luhur karena didorong oleh motif suci melaksanakan perintah agama yang ganjarannya adalah surga. Akan tetapi, jika semua orang begitu keyakinan dan perilakunya, akibatnya akan terjadi “perang agama” secara permanen, baik terbuka maupun terselubung. Bahaya kedua, akan mendorong seseorang melakukan pendangkalan terha-dap ajaran agama. Dicari-carilah persamaan-persamaan di antara agama-agama yang ada. Berdasarkan persamaan-persamaan itu, mereka merumuskan apa yang disebut sebagai “hakikat” atau “intisari” agama---jika tidak diwaspadai---bahkan berpotensi pula untuk menegasikan agama yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, dalam menjalankan toleransi setiap umat beragama hendaknya berpedoman kepada prinsip-prinsip yang telah digariskan oleh ajaran agamanya masing-masing, supaya tidak terjebak atau terjerumus kepada bahaya di atas.

Muhammad Ali menjelaskan, toleran merupakan satu sikap keberagamaan yang terletak antara dua titik ekstrim sikap keberagamaan, yaitu eksklusif dan pluralis. Guna lebih jelasnya perhatikan skema berikut.

                                                            38Anwar Harjono. Indonesia Kita: Pemikiran Berwawasan Iman-Islam.

Jakarta: Gema Insani Press. 1995. hlm. 153.  

Page 73: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  59

Eksklusif Toleran Pluralis

Pada titik paling kiri, ada mereka yang eksklusif: menutup diri dari (seluruh atau sebagian) kebenaran pada yang lain. Ada yang bersikap toleran: membiarkan yang lain, namun masih secara pasif, tanpa kehendak memahami, dan tanpa keterlibatan aktif untuk bekerjasama. Bersikap toleran sangat dekat dengan sikap selanjutnya pada titik paling kanan, yaitu sikap pluralis. Yakni sikap meyakini kebenaran diri sendiri, sambil berusaha memahami, menghargai, dan menerima kemungkinan kebenaran yang lain, serta lebih jauh lagi, siap bekerja sama secara aktif di tengah perbedaan itu.39

Dari uraian di atas diketahui bahwa kendati toleransi merupakan sikap keberagamaan yang positif, namun masih bersifat pasif sebab hanya sekadar membiarkan yang lain (the other), tanpa kehendak memahami, dan tanpa keterlibatan aktif untuk bekerjasama. Namun demikian, konsep tersebut tidak mengurangi nilai penting sikap toleran sebagai satu sikap yang sangat penting untuk dimiliki setiap warga negara demi terwujudnya kerukunan umat beragama. Sebaliknya, tidak toleran (intolerant) merupakan satu sikap yang harus dijauhi karena dapat menimbulkan ketegangan, gesekan, bah-kan konflik antarumat beragama.40

Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa toleransi sebenarnya tidaklah bersifat pasif, tetapi dinamis. Sehubungan hal tersebut, al-Qardhawi mengategorikan toleransi keagamaan dalam tiga tingkatan. Pertama, toleransi dalam bentuk hanya sebatas memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memeluk agama yang diyakininya, tetapi tidak                                                             

39Muhammad Ali. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003. hlm.xii.  

40Ibid.  

Page 74: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 60

memberinya kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diwajibkan atas dirinya. Kedua, memberinya hak untuk memeluk agama yang diyakininya, kemudian tidak memaksanya mengerjakan sesuatu sebagai larangan dalam agamanya. Ketiga, tidak mempersempit gerak mereka dalam melakukan hal-hal yang menurut agamanya halal, meskipun hal tersebut diharamkan menurut agama kita.41

Berdasarkan elaborasi di atas, secara konseptual dan metodologis, maka pertama, toleransi tidak merujuk kepada perbedaan, tetapi penerimaan terhadap perbedaan. Sebab itu berapapun besar dan jauhnya perbedaan tidak menggambarkan kondisi toleransi beragama. Kedua, toleransi beragama sebenarnya merujuk kepada suatu situasi relasional yang relatif damai di antara berbagai umat beragama yang berlainan. Terlepas dari kegaduhan dan ketegangan yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas berbagai kelompok par-tisan di ranah publik, sepanjang mereka tidak benar-benar me-nolak apalagi menghilangkan eksistensi kelompok-kelompok keagamaan lain, skala toleransi beragama sesungguhnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Ini seharusnya merujuk kepada salah satu indikator demokrasi yang memungkinkan siapa pun bebas mengekspresikan diri dalam ruang publik, termasuk penolakannya kepada kelompok beragama lain.42 Hal tersebut berarti, konsep tentang toleransi mengandaikan pondasi nilai bersama sehingga idealitas bahwa agama-agama dapat hidup berdampingan secara koeksistensi harus diwujudkan.43

                                                            41Yusuf al-Qardhawi. Minoritas Nonmuslim di dalam Masyarakat Islam.

Penerjemah Muhammad Baqir. Bandung: Mizan. 1985. Hlm. 95-97.  42Resume Studi Toleransi dan Kerentanan Religi di 4 Kota Jawa, dari

Labsosio Departemen Sosiologi, FISIP Universitas Indonesia. 2008. hlm. 1.  43Biyanto. Pluralisme Keagamaan dalam Perdebatan: Pandangan Kaum

Muda Muhammadiyah. Malang: UMM Press. 2009. hlm. 160.  

Page 75: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  61

Berangkat dari beberapa penjelasan mengenai pengertian toleransi beragama tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa toleransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai, menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan, kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan ke-biasaan, perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan hubungan sosial yang lebih baik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Perhatian para sarjana terhadap isu-isu toleransi beragama di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya cukup intens. Hal itu setidaknya ditunjukkan dengan digelarnya banyak seminar, lokakarya, dan penelitian yang menjadikan isu toleransi beragama sebagai temanya. Sebagian besar hasil kegiatan tersebut sudah dipublikasikan secara luas, baik dalam bentuk buku maupun press release yang dimuat di media massa. Dalam rangka memperkaya penelitian ini berikut akan disajikan beberapa publikasi dimaksud.

Penelitian tentang toleransi---termasuk toleransi beragama---banyak jenisnya dan bergantung pada pokok masalah dan metodenya. Beberapa penelitian berusaha untuk mengukur toleransi masyarakat dengan menentukan indikator yang akan diukur dan dilakukan dengan menggunakan pendekatan survei. Penelitian yang layak disebut di sini misalnya penelitian yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat SETARA Institute. Sungguh menarik apa yang diakukan lembaga swadaya masyarakat (LSM) ini di mana pada tahun 2008 telah mensurvei 800 responden yang dipilih secara acak sistematik. Sampel dalam

Page 76: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 62

penelitian adalah generasi muda yang berumur 17-22 tahun dengan latar belakang agama majemuk. Dengan jumlah sampai 800 orang, toleransi kesalahan (margin of error) penelitian lebih kurang 3.5% pada tingkat kepercayaan 95%. Sementara pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan panduan kuesioner. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 87.1% responden tidak menjadikan perbedaan agama dalam berteman sebagai hala-ngan dan 67.4% responden dapat menerima fakta perpindahan agama. Dengan demikian, modal sosial toleransi kaum muda sangat kuat. Namun demikian, karena para penyelenggara negara, termasuk partai politik tidak menjalankan fungsinya dengan baik, modal sosial itu tidak berkembang dan terpasung. Minusnya transformasi nilai-nilai Pancasila, pola indoktrinasi pendidikan kewarganegaraan, dan keterbatasan teladan dari para penyelenggara negara, telah membentuk pemahaman kaum muda akan Pancasila mengalami kontradiksi. Kontradiksi pertama terkait dengan kebolehan negara melakukan intervensi dalam urusan agama/keyakinan. Kaum muda menganggap sebaiknya urusan agama/keyakinan diatur oleh negara. Pandangan kaum muda muncul oleh karena teladan kontradiktif yang dipraktikkan para penyelenggara negara. Persetujuan kaum terhadap munculnya peraturan-peraturan daerah yang berbasis agama adalah kontradiksi kedua yang muncul dalam survei ini. Perda-perda, yang secara substantif mengancam kebangsaan Indonesia, disetujui oleh sebagian besar kaum muda. Atas fenomena ini penelitian mengkonstatasikan bahwa kecenderungan menurunnya semangat kebangsaan yang direpresentasikan oleh pandangan responden terhadap soal kebebasan beragama/berkeyakinan dan sikap akomodatifnya terhadap perda-perda berbasis agama, merupakan gejala baru yang tidak berbasis pada karakter

Page 77: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  63

dasar kaum muda. Namun demikian, pembenaran intervensi negara dalam urusan agama dan persetujuannya terhadap perda berbasis agama, di mana keduanya dianggap tidak ber-tentangan dengan Pancasila, merupakan pandangan yang membahayakan bagi kaum muda Indonesia. Penelitian mengungkapkan pula bahwa konflik dan kekerasan yang bernuansa agama dipahami oleh kaum muda sebagai sesuatu yang bukan disebabkan oleh faktor kebencian antarumat ber-agama ataupun karena persaingan ekonomi umat beragama. Sebagian besar kaum muda menilai konflik bernuansa agama dipicu oleh adanya provokasi pihak-pihak tertentu. Pemicu yang hadir di tengah masyarakat yang bingung akibat tidak adanya panduan berbangsa dan bernegara serta fakta menguatnya fundamentalisme menjadi efektif memantik massa untuk berkonflik. Fundamentalisme adalah salah satu alat pasung toleransi yang saat ini berkembang. Hampir tak seorang pun di kalangan kaum muda yang dapat membenarkan atau menerima konflik dan kekerasan atas nama agama. Organisasi-organisasi tertentu yang sering me-lakukan tindakan kekerasan atas nama agama niscaya akan sulit diterima oleh kaum muda.44

Penelitian serupa dilakukan oleh Lucia Ratih Kusumadewi yang mengambil sampel di Universitas Indonesia, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah (sekarang Universitas Islam Negeri Syarif Hi-dayatullah), dan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara menunjukkan bahwa sikap pluralisme merupakan sikap yang dominan dimiliki oleh kalangan mahasiswa (55.8%). Kategori sikap lainnya, yaitu non-pluralis yang terdiri atas sikap

                                                            44Tim Penyusun. Toleransi dalam Pasungan: Pandangan Generasi Muda

terhadap Masalah Kebangsaan, Pluralitas dan Kepemimpinan Nasional. Jakarta: SETARA Institute. 2008.  

Page 78: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 64

inklusif dan eksklusif mendapat angka 44.2%. Tema-tema yang menjadi indikator bagi pengukuran sikap adalah sikap terhadap kebenaran ajaran agamanya dan agama lain, anggapan terhadap kedudukan ajaran agamanya terhadap nilai-nilai universal, anggapan sebagai orang/golongan terpilih, anggapan terhadap kehidupan setelah mati bagi pemeluk agamanya dan pemeluk agama lain serta anggapan terhadap perangkat keagamaannya dari agama lain, misalnya kitab suci dan nabi/rasul. Temuan di atas berkaitan dengan variabel sikap keberagamaan di kalangan mahasiswa. Se-dangkan yang berkaitan dengan variabel toleransi beragama di kalangan mahasiswa, temuan penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki toleransi yang tinggi yaitu sebesar 61.7% dan selebihnya sejumlah 38.3% dari 120 responden yang memiliki tingkat toleransi yang rendah. Keseluruhan pengukuran terhadap variabel toleransi secara umum itu, didapat berdasarkan penjumlahan terhadap pe-ngukuran tema-tema toleransi yang dirumuskan. Tema-tema tersebut adalah toleransi berkaitan dengan hal keinginan supaya orang lain memiliki sikap yang sama, toleransi berkaitan dengan hal perpindahan agama dan toleransi berkaitan dengan hal kawin beda agama. Angka yang ditunjukkan untuk toleransi dalam hal keinginan supaya orang lain memiliki sikap yang sama berada pada tingkat toleransi yang tinggi (74.2%), perpindahan agama mendapat prosentasi yang sedikit lebih besar (75%) dan kawin beda agama mendapat toleransi yang paling tinggi (85.8%). Kesimpulan yang dapat diambil berkaitan dengan data di atas adalah bahwa tema kawin beda agama merupakan tema yang paling dapat ditolerir dibanding perpindahan agama dan keinginan supaya orang lain memiliki sikap yang sama. Selan-jutnya, faktor-faktor apakah yang turut mempengaruhi terjadinya kondisi di atas? Kusumadewi telah menentukan

Page 79: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  65

dua faktor yaitu agama dan komunitas kampus. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa agama adalah faktor dominan yang memiliki andil besar dalam pembentukan sikap keberagamaan setidaknya di kalangan mahasiswa yang diteliti. Sikap keberagamaan ini sedikit banyak kemudian mempengaruhi terciptanya toleransi pada tingkat tertentu. Sedang faktor komunitas kampus disimpulkan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dua di antara banyak dimensi aga-ma yang dapat dilihat adalah ajaran dan institusi agama. Dalam penelitian ini, kedua hal ini diidentifikasikan dapat me-lahirkan sikap keberagamaan yang berbeda dan tingkat toleransi yang berbeda pula. Pada dua agama yang diteliti yaitu Islam dan Katolik, penjelasan ini setidaknya dapat diajukan. Agama Islam, memiliki ajaran yang dekat dengan sifat-sifat inklusifistik dan struktur institusinya tidak terikat. Kedua hal ini kemudian menimbulkan kondisi sosialisasi agama yang cenderung inklusif dan beragam dalam Islam. Sikap-sikap keberagamaan yang dimiliki kelompok ini kemudian cenderung inklusif. Namun karena beragamnya sosialisasi ajaran karena banyaknya aliran pemikiran, terdapat juga ekskluisif dan pluralis. Sedang agama Katolik yang memiliki ajaran yang bersifat pluralis dengan struktur institusi yang hirarkis sentralistis menghasilkan sikap cenderung pluralis dalam kelompoknya.45

Selanjutnya survei nasional yang dilakukan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2002, mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia (67%) menyatakan kebencian dan karenanya tidak bersedia hidup

                                                            45Lucia Ratih Kusumadewi. Sikap dan Toleransi Beragama di Kalangan

Mahasiswa: Studi di Tiga Perguruan Tinggi di Jakarta. Skripsi. Jakarta: FISIP-UI. 1999. hlm. 65-78.  

Page 80: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 66

berdampingan dengan kelompok sosial-politik dan ke-agamaan lain khususnya komunis, selanjutnya Yahudi (7%) dan Kristen (3%). Khusus menyangkut hubungan dengan kaum Kristen, kondisi kurang toleran bisa dijelaskan sebagai berikut. Anggota masyarakat yang membolehkan orang Kristen menjadi Presiden hanya 22%, kalau orang Kristen melakukan kebaktian di daerah sekitar tempat tinggal responden (31%), dan jika di lingkungan tersebut didirikan gereja, persentase persetujuan tampak meningkat (40%). Di samping itu, mereka yang tidak keberatan jika orang Kristen menjadi guru di sekolah umum juga kurang dari separuhnya (42%). Begitu pula gambaran serupa terjadi menyangkut saling percaya sesama warga (interpersonal trust), satu kultur politik masyarakat yang juga bisa berdampak positif bagi penciptaan demokrasi di Indonesia. Dalam hal ini kultur politik masyarakat Indonesia tidak begitu mendukung. Hanya 29% yang menyatakan selalu atau sering percaya pada orang lain. Pada umumnya masyarakat menyatakan bahwa setiap orang harus hati-hati terhadap orang lain, jangan mudah percaya (86%). Proporsi ini sangat besar, dan menunjukkan masih tipisnya budaya kewargaan kalau dilihat sisi saling percaya sesama warga.46

Survey lain dilakukan kembali oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, bersama Freedom Institute dan Jaringan Islam Liberal tentang orientasi sosial politik Islam pada tahun 2004. Hasilnya terdapat cukup banyak warga Indonesia yang setuju dengan kegiatan aktivis Islam, yang selama ini dianggap radikal. Survey yang melibatkan 1200 responden yang dipilih secara random lewat metode multistage random sampling dengan

                                                            46Saeful Mujani. Islam dan God Goverment. Jakarta: PPIM IAIN Syarif

Hidayatullah. 2002. 

Page 81: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  67

terlebih dahulu menetapkan proporsionalitas populasi yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan, proporsi laki-laki dan perempuan, dan proporsi populasi di seluruh propinsi. Dari hasil penelitian, soal tindakan yang dilakukan aktivis Islam, data menunjukkan ada sekitar 6% responden dalam 5 tahun terakhir yang pernah ikut dalam kegiatan boikot produk atau jasa yang bertentangan dengan Islam. Selain itu ada 2% yang pernah ikut merazia tempat-tempat maksiat dan 2% lainnya, pernah terlibat dalam kegiatan demonstrasi sebagai bentuk solidaritas. Data hasil penelitian itu menunjuk-kan 18% responden, setuju kegiatan yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI), seperti merazia tempat judi, dan kegiatan maksiat atau hiburan malam di Bulan Ramadhan, 15% masyarakat responden mendukung kegiatan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), 5% mendukung kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memperjuangkan diterapkannya Sya-riat Islam, serta 13% setuju dengan Jamaah Islamiyah (JI) melakukan tindakan kekerasan terhadap Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, yang dianggap menindas umat Islam di dunia. Bahkan ada sekitar 16% responden yang mendukung aksi pengeboman sebagai bentuk pembelaan terhadap Islam. Hasil survey lain yang juga menarik adalah sikap para responden terhadap agenda Islamis dan tingkat toleransi terhadap Kristen-Katolik. Data menunjukkan ada sekitar 40% responden yang setuju dengan agenda Islamis, meliputi sikap masyarakat terhadap aturan di mana perempuan tidak boleh jadi presiden, kemudian pelarangan bunga bank, hukum rajam, poligami, dan hukuman potong tangan. Sedangkan dalam hal tingkat toleransi terhadap Kristen-Katolik, nyaris separuh responden setuju bahwa masyarakat Nasrani tidak boleh melakukan kebaktian di lingkungan yang mayoritas beragama Islam dan separuh responden juga tidak setuju bila orang Kristiani membangun gereja di lingkungan muslim. Pe-

Page 82: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 68

nelitian ini juga mengukur tingkat pendidikan masyarakat dengan pengaruh dukungan terhadap aktivis muslim. Kesimpulannya, semakin tinggi pendidikan seseorang, makin besar kemungkinannya untuk setuju dengan kegiatan aktivis Islam. Saiful Mujani menganalisis bahwa cukup banyak di antara masyarakat muslim Indonesia yang terlibat dalam aktivitas Islamis. Hal tersebut memperlihatkan adanya dukungan yang cukup luas terhadap kelompok-kelompok Islamis, meski bukan menjadi kekuatan mayoritas. Masya-rakat muslim Indonesia terbelah dalam mensikapi agenda-agenda Islami dan itu ternyata cukup membuat banyak kaum muslim bersikap tidak toleran kepada umat Kristiani.47

Penelitian yang mencoba melihat hubungan antara Islam dan agama lain dengan pendekatan kualitatif pernah pula dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Nurhayati berjudul Toleransi Antara Umat Beragama: Studi Kasus Umat Islam dan Hindu di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (a) bentuk-bentuk toleransi antar umat Islam dan Hindu di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung-Bali; (b) faktor-faktor penghambat adanya sikap toleransi di Kamung Lebah Kabupaten Klungkung Bali; dan (c) faktor-faktor penghambat adanya toleransi dan solusi untuk menghadapi adanya hambatan toleransi di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung-Bali. Pendekatan yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah pendekatan studi kasus yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakteristik yang khas dari kasus. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang merupakan studi kasus di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung Bali. Pengumpulan data pada

                                                            47“Umat Islam Indonesia Dukung Radikallisme” dalam Harian

Tempo, 12 November 2004 

Page 83: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  69

penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumberdata diperoleh dari informan yang terdiri dari: masyarakat Muslim dan Hindu serta para pemuka agama baik Islam maupun Hindu. Melalui penelitian tersebut akhirnya diketahui bentuk-bentuk toleransi antarumat beragama khususnya Islam dan Hindu berupa toleransi dalam hal suka dan duka, toleransi pada saat hari raya, serta toleransi generasi muda dalam pergaulan. Adapun faktor-faktor pendukung adanya toleransi yaitu, adanya sistem kekerabatan antara umat Islam dan Hindu, adanya ajaran dalam agama Hindu yang menguatkan mereka untuk bersikap toleransi, dan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan antara umat Islam dan Hindu. Penghambat adanya toleransi berupa, kecemburuan sosial yang terjadi antara penduduk asli dengan pendatang dan adanya krisis moralitas remaja. Sedangkan solusi dalam menghadapi hambatan tersebut dengan diberlakukannya hukum adat atau yang biasa disebut dengan awig-awig.48

Penelitian sejenis dengan penelitian di atas dilakukan oleh Anis Faranita Dhanik Rachmawati berjudul Toleransi Antar Umat Islam dan Katolik: Studi Kasus di Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) apa yang menjadi faktor terciptanya toleransi antara umat Islam dan Katolik di Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten; (2) seberapa jauh umat Islam dan Katolik di Dukuh Kasaran memahami makna toleransi. Dalam proses penelitiannya peneliti menggunakan field research yang terdiri dari data primer yaitu sumber utama penelitian ini adalah

                                                            48Nurhayati. Toleransi Antara Umat Beragama: Studi Kasus Umat Islam

dan Hindu di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung, Bali. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2005. 

Page 84: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 70

tokoh-tokoh agama dan masyarakat di Dukuh Kasaran. Sebagai data pendukung yaitu buku-buku yang berkaitan dengan masalah tersebut. Metode dalam pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode: (1) observasi; (2) interview; (3) dokumentasi; dan (4) angket. Penelitian tersebut menemukan: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya toleransi antara umat Islam dan Katolik di Dukuh Kasaran adalah terdiri dari faktor internal yaitu faktor keimanan, faktor pengalaman keagamaan, rasa tanggung jawab, dan faktor pengetahuan. Selain itu di-pengaruhi pula oleh faktor eksternal yaitu faktor keluarga dan faktor lingkungan masyarakat; (2) bahwa umat Islam dan Katolik di Dukuh Kasaran memahami betul tentang toleransi antarumat beragama, masyarakat Dukuh Kasaran dapat hidup berdampingan secara damai, dan selalu mengedepan-kan aspek toleransi dalam segala hal. Toleransi yang terbentuk pada masyarakat Dukuh Kasaran adalah berupa amalan-amalan dan perbuatan yang bersifat positif yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kerukunan antarumat beragama.49

Penelitian lainnya berjudul Toleransi Beragama Di Kalangan Komunitas Slankers Semarang: Studi Kasus Organisasi BASIS Slankers Club oleh Teguh Setyawan. Pokok persoalan yang dibahas adalah: (1) bagaimana kehidupan beragama di kalangan komunitas Slankers Semarang; (2) bagaimana sikap atau pandangan mereka terhadap toleransi beragama; dan (3) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sikap toleransi beragama di antara mereka. Di dalam pengumpulan data digunakan metode interview, angket, dan observasi. Sumber

                                                            49Anis Faranita Dhanik Rachmawati. Toleransi Antar Umat Islam dan

Katolik: Studi Kasus di Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo. 2006.  

Page 85: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  71

data diperoleh melalui wawancara terhadap 20 orang informan yang terdiri atas: Islam 10 orang, Kristen 5 orang dan Katolik 5 orang. Sasaran penelitian adalah komunitas Slankers Semarang, yang tergabung dalam organisasi BASIS Slankers Club. Sebuah komunitas yang jelas keberadaannya dan diresmikan oleh Slank pada tanggal 12 Februari 2005 di Hotel Graha Santika Semarang. Anggota yang tergabung dalam organisasi ini adalah rata-rata berasal dari kalangan anak muda, yang terdiri dari pelajar( SMP, SMU), Mahasiswa dan pekerja. Di organisasi BASIS Slankers Club dalam merekrut anggotanya menggunakan pola terbuka, karena mereka selalu menerima siapa saja yang mau menjadi anggotanya, tidak memandang dari mana asalnya atau agama yang diyakininya. Dengan keterbukaan di antara mereka maka toleransi akan muncul dengan sendirinya. Bentuk toleransi beragama di antara mereka adalah berbentuk seperti amalan-amalan yang dilakukan atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat agamis. Mengenai kehidupan beragama di antara mereka, berdasarkan hasil pengisian angket dan interview dengan anggota BASIS Slankers Club, menunjukkan adanya kehidupan beragama yang dapat dikatakan baik. Hal ini ditandai dengan mereka mau menjalankan perintah agamanya seperti: shalat, puasa, tidak menggunakan atau memakai narkoba dan ibadah lainnya (kebaktian). Walaupun dalam menjalankannya tidak selalu mulus, karena dipengaruhi oleh tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Tuhannya. Sedangkan mengenai sikap atau pandangan komunitas Slankers Semarang terhadap toleransi beragama di antara mereka. Pada dasarnya anggota Slankers menerima sikap toleransi, hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap saling menghormati dan menghargai. Mereka tidak pernah membeda-bedakan teman yang berbeda agama apalagi berkelahi gara-gara beda keyakinan/agama.

Page 86: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 72

Pandangan para Slankers mengenai toleransi, pada intinya mereka tahu tentang toleransi walaupun belum menyamai wacana toleransi yang sesungguhnya, seperti yang pernah di-ungkapkan oleh para agamawan dan cendekiawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap toleransi di antara mereka, ada dua faktor yaitu: faktor intern dan ekstern. Faktor intern (dari diri anggota Slankers) seperti: pengetahuan yang ada pada diri Slankers, pengalaman keagamaan yang dimiliki oleh setiap anggota Slankers serta pemahaman dan pengetahuan tentang Slank. Sedangkan faktor ekstern (lingkungan di mana anggota Slankers bersosialisasi dengan sesamanya) adalah nilai-nilai PLUR (Peace, Love, Unity dan Respect).50

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Fathurrahman berjudul Toleransi Beragama Antara Penyedia dan Pengguna Jasa Kos-kosan Beda Agama di Dusun Papringan, Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini berusaha mengungkapkan tentang bagaimana interaksi sosial antara pengguna jasa dengan para penyedia jasa kos yang beda agama dan bagaimana model (bentuk) toleransi yang dibangun oleh penyedia dengan pengguna jasa kos beda agama. Pengumpulan data dilakukan dengan metode ob-servasi, wawancara, dan dokumentasi dengan pendekatan emik yaitu upaya memahami fenomena sosial dengan pemahaman dunia pelakunya sendiri. Teori yang digunakan adalah fungsionalisme struktural yang dikonstruksikan oleh Robert K. Merton, yang mengasumsikan bahwa manusia diperlukan sebagai abstrak yang menduduki status dan peran yang membentuk lembaga-lembaga atau struktur sosial dan secara implisit manusia sebagai pelaku yang memainkan

                                                            50Teguh Setiawan. Toleransi Beragama di Kalangan Komunitas Slankers

Semarang: Studi Kasus Organisasi Basis Slankers Club. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo. 2007.  

Page 87: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  73

ketentuan-ketentuan yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah terbentuk (terwujudnya) toleransi beragama yang ada di Dusun Papringan karena adanya nilai budaya setempat yakni ewuh pakewuh yang diwarisi kepada setiap individu secara turun-temurun, dan ini juga yang diadopsi oleh para pendatang (pengguna jasa kos). Dengan nilai budaya ini maka melahirkan kebebasan bagi setiap individu untuk memeluk agama menurut keyakinannya masing-masing, untuk itu masalah-masalah yang bersifat ketuhanan (suci) merupakan hak mutlak bagi setiap individu akan tetapi masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan merupakan tanggung jawab bersama.51

Penelitian menarik terkait toleransi dilakukan pula oleh YAPPIKA, sebuah Aliansi Masyarakat Sipil Indonesia untuk Demokrasi, dengan biaya dari ACCESS (Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme). Penelitian ini merupakan subbagian dari agenda penelitian yang lebih besar, yaitu dalam rangka mengukur Indeks Masyarakat Sipil Indonesia (IMSI), yang dilakukan antara akhir tahun 2005 hingga pertengahan tahun 2006. Pendekatan dan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut dikembangkan oleh organisasi masyarakat sipil tingkat internasional CIVICUS (World Alliance for Citizen Participation) yang berkantor di Johannesburg, Afrika Selatan. Berkenaan dengan subbagian toleransi, penelitian ini menganalisis sejauhmana aktor-aktor masyarakat sipil dan organisasi masyarakat sipil (OMS) Indonesia mempraktikkan dan mempromosikan toleransi dalam aktivitas mereka sehari-hari.

                                                            51Fathurrahman.Toleransi Beragama Antara Penyedia dan Pengguna

Jasa Kos-kosan Beda Agama di Dusun Papringan, Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2008.  

Page 88: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 74

Ada dua indikator yang digunakan untuk mengukurnya, yakni toleransi dalam arena masyarakat sipil dan aktivitas OMS dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi. Hasilnya, toleransi dalam arena masyarakat sipil, pada umumnya kala-ngan OMS menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan mempraktikkannya dalam aktivitas sehari-hari. Kode etik yang disepakati sekitar 250 LSM pada tahun 2002 misalnya secara tegas menyatakan bahwa LSM adalah lembaga non-sektarian dan membebaskan dirinya dari prasangka-prasangka atas dasar segala perbedaan, termasuk agama, suku, ras, golongan, seks, dan gender. Sikap-sikap seperti rasis, diskriminasi dan tidak toleran hampir tidak pernah di-temukan dalam pemberitaan media mengenai aktivitas Ornop. Kalau pun ada sifatnya sangat marginal dan akan dikecam komunitas OMS yang lain. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa ada kekuatan-kekuatan dalam arena masyarakat sipil yang kurang toleran terutama dalam perbedaan agama seperti yang mengakibatkan terjadinya pe-rusakan rumah ibadat agama minoritas Kristen/Katolik maupun terhadap pemeluk Islam Ahmadiyah. Pada tingkat masyarakat, adanya prasangka-prasangka atas dasar agama dan etnis tampaknya masih cukup tinggi yang ditandai dengan terjadinya kekerasan-kekerasan sosial di beberapa daerah di Indonesia. RSS (Regional Stakeholder Survey) 2006 mengungkapkan bahwa hampir separuh responden (49%) berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan dalam masyarakat yang secara eksplisit menunjukkan kecenderungan rasis, diskriminatif atau tidak toleran tersebut tidak signifikan atau hanya terbatas. Hanya sekitar seperlima yang berpendapat bahwa kekuatan tersebut ada (16%) atau signifikan (5%). Sementara sangat menarik bahwa hampir sepertiga (30%) responden menyatakan tidak tahu atau tidak bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan. Berkenaan dengan aksi

Page 89: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  75

masyarakat sipil untuk mempromosikan toleransi, sejumlah OMS Indonesia menempatkan promosi toleransi sebagai bagian dari kegiatan pokok mereka. Survei organisasi peace building tahun 2002 menemukan bahwa 129 (27%) dari 465 OMS yang disurvei menyatakan bahwa mempromosikan to-leransi dan pluralisme dalam masyarakat merupakan salah satu dari lima kegiatan utama yang mereka lakukan dalam dua tahun terkahir (2000-2002). Di Indonesia ada beberapa OMS yang khusus bekerja untuk menghapuskan diskriminasi rasial. Juga terdapat OMS yang secara khusus mengkaji dan mempromosikan kerjasama antaragama dalam masyarakat Indonesia. RSS 2006 menemukan bahwa hampir dua pertiga responden berpendapat bahwa mereka dapat mengingat contoh-contoh kampanye publik ataupun aktivitas OMS yang ditujukan untuk mempromosikan toleransi. Sebanyak 42% menyatakan bahwa mereka dapat menunjukkan satu atau dua contoh, 21% dapat menunjukkan beberapa contoh dan 7% dapat menunjukkan banyak contoh. Salah satu contoh yang banyak dikemukakan adalah perlunya meningkatkan toleransi dalam kehidupan beragama di Indonesia. Sebanyak 41% responden berpendapat bahwa peran OMS dalam mem-promosikan nilai-nilai toleransi tersebut cukup (35%) atau signifikan (7%). Sementara yang berpendapat bahwa peran tersebut terbatas atau tidak signifikan dinyatakan oleh 45% responden. Meskipun OMS Indonesia cukup aktif dalam mempromosikan toleransi di dalam masyarakat, hasilnya dira-sakan masih belum signifikan.52

Survei lain dilakukan oleh Tim LIPI di tiga daerah (Bogor, Surakarta dan Cianjur) pada tahun 2006. Survei                                                             

52Tim Peneliti. Laporan Hasil Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Stakeholders terhadap Organisasi Masyarakat Sipil. Jakarta: LP3ES dan YAPPIKA. 2006. Tim Peneliti. Indeks Masyarakat Sipil Indonesia. Jakarta: YAPPIKA. 2006. hlm. 90-91.  

Page 90: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 76

menunjukkan bahwa sebagian kalangan muslim Indonesia masih memiliki persoalan menyangkut proses konsolidasi demokrasi. Secara umum bisa dikatakan bahwa kesediaan muslim Indonesia untuk hidup sejajar dengan pemeluk agama lain masih rendah, misalnya terhadap praktik memberi ucapan selamat kepada pemeluk agama lain yang merayakan hari besar keagamaan mereka, hanya sebagian kecil responden (15.6%) yang mendukung, sementara sebagian besar (72.2%) tidak mendukung. Proporsi responden yang membolehkan ucapan salam (assalamu`alaikum) kepada nonmuslim sangat kecil (8.0%), sementara mereka yang tidak membolehkan men-capai angka 85.7%, dan sisanya 6.3% tidak bersikap. Praktik silaturrahmi dengan nonmuslim di hari besar keagamaan mereka, proporsi dukungan responden adalah 38.9%. Namun proporsi tersebut meningkat menjadi 59.9% untuk praktik silaturrahmi di luar hari besar keagamaan nonmuslim. Persentase tersebut konsisten dengan jawaban responden yang mendukung gagasan bahwa sebaiknya kaum muslim hanya berteman dekat dengan orang yang sama-sama memeluk agama Islam saja, yakni 40.4%.53

Penelitian toleransi yang tidak boleh dilewatkan adalah apa yang telah dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang antara tanggal 23-27 Januari 2006 melakukan suvei opini publik tentang toleransi sosial masyarakat Indonesia. Survei dilakukan terhadap 1.200 orang responden yang ditentukan dengan metode multistage random sampling yang tersebar di 33 propinsi dengan toleransi kesalahan (margin of error) sebesar lebih kurang 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel akhir yang valid dan dianalisis sebanyak 1.173

                                                            53Muhammad Hisyam. Ed. Budaya Kewargaan Komunitas Islam di

Daerah Rentan Konflik. Jakarta: LIPI.2006; Idem. Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Aman Konflik. Jakarta: LIPI. 2007. hlm. 4-5.  

Page 91: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  77

orang responden. Survei ini menetapkan bahwa sikap toleransi dan pandangan tentang pluralisme masyarakat Indo-nesia diukur dalam dua dimensi, yakni dimensi sosial keagamaan dan dimensi sosial politik. Indikator yang diukur dalam dimensi sosial keagamaan adalah: bagaimana kesediaan masyarakat untuk hidup bertetangga dengan orang lain yang berbeda (the other) baik dari agama dan etnis. Khusus tentang toleransi beragama, ditanyakan juga kesediaan mereka untuk membiarkan pihak yang berkeya-kinan beda untuk melaksanakan dan membangun sarana ibadat. Selain itu, survei ini juga mengungkap derajat social trust dalam masyarakat Indonesia. Sedang yang diukur dalam dimensi sosial politiknya adalah: pandangan masyarakat terhadap orang lain, kelompok lain, sikap terhadap perjuangan hak oleh kelompok lain, dan pandangan terhadap kebudayaan barat. Temuan tentang toleransi sosial kemasyarakatan yang ditunjukkan dari hasil survei ini me-nunjukkan pola yang sangat menarik. Meski secara umum masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang cukup toleran, hal sangat terlihat dalam toleransi hidup bertetangga dengan orang lain yang berbeda etnis (di atas 90-an %), namun toleransi dengan orang yang berbeda agama lebih rendah (hanya 80-an %), dan semakin rendah terhadap pihak lain yang dianggap memiliki orientasi dan perilaku seks yang berbeda seperti kaum waria (61,7%) dan homo seks (43,7%). Temuan lain menyatakan: warga non-muslim di Indonesia memandang masyarakat muslim Indonesia pada umumnya sangat toleran terhadap mereka (78,7%). Dalam hal toleransi terhadap orang yang berbeda agama untuk melaksanakan dan membangun rumah ibadat mereka dalam lingkungan di sekitar responden, pihak yang menyatakan keberatan cukup besar (42,3%), meskipun tidak mayoritas (pihak yang menyatakan tidak keberatan sebanyak 38,1%). Sedangkan

Page 92: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 78

untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan/kebaktian yang menyatakan tidak keberatan cukup besar (48%) dan yang menyatakan keberatan hanya 36,7%. Data tersebut dapat dipahami bahwa keberadaan rumah ibadat sebagai simbol adanya umat agama tertentu di suatu wilayah, tidak cukup disukai keberadaannya.54

Beberapa penelitian di atas cukup bisa memberi gambaran bahwa sikap toleransi sangat diperlukan oleh masyarakat guna menciptakan harmonisasi antarumat beragama. Sebaliknya sikap intoleran bisa mengancam terciptanya harmonisasi antaraumat beragama. Dari beberapa penelitian di atas diketahui pula bahwa banyak faktor yang mendorong sikap toleran tetapi tidak sedikit pula yang mendorong sikap intoleran. Salah satu penyebab intoleransi adalah paham keagamaan yang cenderung tertutup (eksklusif) sebagai akibat pengajaran doktrin keagamaan yang menekankan tentang kebenaran tunggal. Kesimpulan ini didukung pula oleh hasil penelitian Kasinyo Harto yang setelah dibukukan berjudul Islam Fundamentalis di Perguruan Tinggi Umum: Kasus Gerakan Keagamaan Mahasiswa Universitas Sriwijaya Palembang. Harto melalui penelitiannya ini, salah satunya berusaha mengungkapkan perilaku sosial-keagamaan para aktivis gerakan Islam fundamentalis di UNSRI. Hasil penelitiannya berkesimpulan bahwa perilaku sosial kelompok-kelompok keagamaan di UNSRI terhadap masyarakat muslim mainstream, apalagi dengan non-muslim, rata-rata mereka punya kecenderungan sikap eksklusif dan in-toleran. Kuatnya doktrin keagamaan mereka memunculkan keyakinan akan kebenaran tunggal, yakni kebenaran Islam kelompok sendiri. Kelompok atau gerakan yang tidak

                                                            54Tim Peneliti. Survei Opini Publik: Toleransi Sosial Masyarakat

Indonesia. Jakarta: LSI. 2006.  

Page 93: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  79

sepaham dipersepsikan sebagai golongan yang tersesat dan harus didakwahi agar kembali ke jalan yang benar.55

Kesimpulan bahwa sikap keberagamaan yang terbuka (inklusif) cenderung membuat orang toleran dan sikap keberagamaan yang tertutup (eksklusif) cenderung membuat orang intoleran merupakan kesimpulan penelitian Fatimah Husein, Muslim-Christian Relations in the New Order Indonesia: The Exclusivist and Inclusivist Muslim Perspectives (2005). Hubungan Muslim dan Kristen yang menjadi fokus studi Husein merupakan topik penting sekaligus sensitif. Konflik dan kekerasan sering mewarnai perkembangan Islam dan Kristen di Indonesia. Dalam pandangan Husein, relasi an-tara Islam dan Kristen tidak bisa dilepaskan dari cara pandang masing-masing pemeluk agama tersebut terhadap agamanya sendiri maupun agama kelompok lain. Dalam studinya Husein mengungkap dua cara pandang dominan di kalangan Muslim yang mempengaruhi relasi Islam dan Kristen, yakni: eksklusif (exclusive) dan inklusif (inclusive). Muslim eksklusif memiliki keyakinan Islam sebagai agama terakhir untuk mengoreksi (kesalahan) agama lain. Cara pandang ini menurut Husein menimbulkan sikap tidak toleran (intolerance) terhadap keberadaan agama lain. Sedangkan Muslim inklusif memiliki keyakinan bahwa Islam merupakan agama yang be-nar. Meskipun begitu, mereka tidak menegasikan agama di luar Islam yang juga dapat memberikan keselamatan (salvation) bagi pemeluknya. Dengan cara pandang ini, Muslim inklusif bersikap lebih terbuka terhadap kelompok agama lain.56 Sekadar mempertegas definisi eksklusivisme

                                                            55Mujiburrahman. Mengindonesiakan Islam: Representasi dan Ideologi.

Pengantar Karel A. Steenbrink. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.  56Kasinyo Harto. Islam Fundamentalis di Perguruan Tinggi Umum:

Kasus Gerakan Keagamaan Mahasiswa Universitas Sriwijaya Palembang. Jakarta: Balitbang dan Diklat Depag. 2008. hlm. 215.  

Page 94: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 80

dari Husein, perlu dikutip juga penjelasan Joseph Runzo (2003) apa yang disebut dengan religious exclusivism, yakni sikap keagamaan yang menganggap bahwa satu-satunya agama yang benar hanya agama dan keyakinan yang dipeluknya, sedangkan agama dan kepercayaan lain salah. Mengapa ada yang berpandangan eksklusif, sementara lainnya inklusif? Apakah cara pandang tersebut dipengaruhi oleh doktrin agama? Dari hasil penelitian Kasinyo Harto di atas sikap eksklusif dan inklusif sangat dipengaruhi doktrin keagamaan yang dikonstatasi oleh kelompoknya.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengruh kepribadian terhadap keterlibatan organisasi

Kepribadian dalam individu dapat dibedakan antara dua sisi yang introvert dan extrovert. Pada diri yang introvert umumnya memiliki sifat-sifat cenderung menarik diri, suka bekerja sendiri, tenang, pemalu, tetapi rajin, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan cenderung tertutup secara sosial. Sebaliknya individu yang extrovert pada umumnya memiliki ciri-ciri suka berpandangan atau berorientasi keluar, bebas dan terbuka secara sosial, berminat terhadap keanekaan, sigap dan tidak sabar dalam menghadapi pekerjaan yang lamban, dan suka bekerja kelompok. Pada dasarnya orang-orang yang bersifat extrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan menerima masukkan dari pihak luar, aktif, suka berteman, dan ramah tamah. Dengan seseorang mempunyai kepribadian extrovert, dia akan senang terlibat dalam sebuah kelompok atau organisasi karena keterlibatan nya dalam kehidupan berkelompok adalah kesempatannya untuk berinteraksi de-ngan pihak lain dan bekerja kelompok. Sebaliknya seseorang yang mempunyai kepribadian introvert cenderung tertutup secara sosial dan suka bekerja sendiri sehingga tidak senang terlibat dalam sebuah kelompok atau organisasi. Berdasarkan

Page 95: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  81

uraian di atas, dapat di duga bahwa terdapat pengaruh kepribadian terhadap keterlibatan organsiasi.

2. Pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar

Kepribadian manusia merupakan gabungan dari berbagai sifat dan konsep diri orang. Aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap, dan motivasi. Gagasan tersebut memberikan gambaran dan kesan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat, yang terungkap melalui perilaku. Kepribadian juga merupa-kan kesatuan unik dari ciri-ciri fisik (pandangan mata, se-nyum, sosok tubuh, perangai, dan sebagainya) dan mental yang ada dalam diri seseorang ( kebijaksanaan, toleransi dan ketekunan). Kombinasi yang muncul dari keduanya merupakan kepribadian seseorang.

Di sisi lain hasil belajar Pendidikan agama adalah sejumlah pengetahuan agama pada ranah kognitif setelah menerima pengalaman belajar dalam jangka waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran dan hasilnya dapat dilihat nilai tes pendidikan agama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat di lihat bahwa seseorang yang memiliki kepribadian (watak, sifat, penye-suaian diri, emosi, sikap dan motivasi) yang baik maka akan memiliki hasil belajar pendidkan agama yang tinggi karena termotivasi untuk memperdalam pelajaran agama. Jadi di duga terdapat pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar pendidikan agama.

3. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap hasil belajar

Salah satu sikap manusia ditentukan oleh pengalaman. Pengayaan pengalaman ditentukan oleh seberapa besar keinginan seseorang terlibat dalam kegiatan sosial-kemasyarakatan, atau bagi mahasiswa melalui kegiatan

Page 96: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 82

organisasi kemahasiswaan atau sejenisnya. Dasar pokok yang amat penting atas keterlibatan seseorang dalam kehidupan berorganisasi adalah kesempatannya untuk berinteraksi de-ngan pihak lain

Di sisi lain orang yang memasuki suatu kelompok sosial, pada hakikatnya mempunyai dorongan untuk mengadakan evaluasi terhadap dirinya. Dengan memasuki suatu organisasi, seseorang akan mengetahui pendapat orang lain mengenai dirinya termasuk apa yang baik, yang boleh dan yang tidak boleh dikerjakan termasuk dalam hal pengetahuan agama islam. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh keterlibatan organsiasi terhadap hasil belajar pendidikan agama

4. Pengaruh kepribadian terhadap lingkungan pendidikan

Berkenaan dengan kepribadian, orang yang bersifat extrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan menerima masukkan dari pihak luar, aktif, suka berteman, dan ramah tamah. Umumnya mereka sudah senada dengan kebudayaan dan orang-orang yang berada di sekitarnya, serta berupaya untuk mengambil keputusan sesuai dan serasi dengan permintaan dan harapan lingkungan. Pada dasarnya orang-orang yang bersifat extrovert akan menciptakan lingkungan yang terbuka dan saling menghargai. Sebaliknya pada tipe introvert kecenderungan seseorang untuk menarik dari dari lingkungan sosialnya, cenderung pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya dapat dipenuhinya sendiri. Pada dasarnya orang-orang yang bersifat introvert akan menciptakan lingkungan yang tertutup dan individualis.

Pada perkembangan melalui adaptasi maupun intervensi terhadap lingkungan, sebagian individu

Page 97: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  83

mengadakan penyesuaian, sehingga menjadi sifat yang ambivalen, yakni sifat di antara introvert dan extrovert. Seseorang yang mempunyai sifat introvert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan serta rasa percaya dirinya yang semakin bertambah akan cenderung bergerak ke arah extrovert. Demkian juga seseorang extrovert dengan adanya unsur adaptasi dengan lingkungan tetapi percaya diri yang semakin berkurang akan cenderung bergerak ke arah introvert. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh kepribadian terhadap lingkungan pendidikan.

5. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan.

Keterlibatan seorang dalam kelompok didasarkan karena hasratnya untuk bersatu dengan manusia-manusia yang lain disekitarnya. Karena naluri manusia itu ingin hidup bersama atas kehendak dan kepentingan yang tidak terbatas. Karena itu, dalam usaha untuk memenuhi kehendak dan kepentingan tersebut, tidak dapat dilakukan sendirian melainkan harus dilakukan secara bersama-sama. Dengan de-mikian, proses untuk mencapai tujuan tersebut dapat melalui kerjasama dan berfikir secara bersama-sama pula. Dasar pokok yang amat penting atas keterlibatan seseorang dalam kehidupan berkelompok adalah kesempatannya untuk berinteraksi dengan pihak lain. Kesempatan berinteraksi ini secara langsung mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kelompok. Melalui interaksi dalam organisasi itulah ia dapat mengetahui apakah pendapatnya dan gagasannya sesuai dengan kenyataan social yang ada di lingkungan kampus atau masyarakatnya.

Di sisi nlain seseorang tertarik untuk mengadakan interaksi bukan karena adanya kesamaan sikap, tetapi justru karena adanya perbedan-perbedaan yang tercipta. Adanya

Page 98: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 84

perbedaan, misalnya, dalam merasakan kekurangan diri sendiri dibandingkan dengan orang lain, justru akan mendo-rong seseorang tersebut untuk mendapatkan yang kurang itu dari orang lain. Paparan di atas menggambarkan keuntungan yang dapat diperoleh oleh seseorang bila terlibat dalam organisasi. Melalui keterlibatan organisasi, selain akan memperoleh informasi berharga, tanggapan dan saran, ide-ide berharga, juga dapat memperkecil kesalahpahaman antarindividu dan kelompok, sehingga akan mempengaruhi lingkungan kampus yang lebih nyaman dan jauh dari gejolak akibat perbedaan pendapat. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan.

6. Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap lingkungan pendidikan

Pengetahuan keagamaan adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang berkenaan dengan agama yang meliputi aspek kepercayaan, ritus, dan komunitas moral. Hasil belajar Pendidikan agama adalah sejumlah kemampuan pendidikan agama pada ranah kognitif setelah menerima pengalaman belajar dalam jangka waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran dan hasilnya dapat dilihat nilai tes pendidika agama.

Hasil belajar Pendidikan agama yang meliputi aspek kognitif (pengetahuan keagamaan) dan psikomotorik yang di miliki mahasiswa, diharapkan dapat mengembangkan pribadi mahasiswa secara optimum dan kompeten dalam kehidupan di lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat (sosial).

Dalam lingkungan keluarga, hasil belajar pendidikan agama yang di dapat mahasiswa diharapkan dapat memberikan suatu konsekuensi berupa tanggung jawab memelihara norma-norma sosial dan norma agama, karena

Page 99: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  85

sebuah keluarga tidak hanya sekadar berstatus sebagai lembaga sosial akan tetapi juga merupakan lembaga pendidikan informal. Begitu juga melalui Perguruan Tinggi, diharapkan hasil belajar pendidikan agama yang dimiliki mahasiswa dapat berfungsi mengembangkan sikap mental yang erat hubungannya dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan beragama di lingkungan kampus. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh hasil belajar terhadap lingkungan pendidikan.

7. Pengaruh kepribadian terhadap toleransi agama

Secara umum kepribadian manusia menjadi empat kriteria yaitu: (a) Sanguinis, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar periang, optimistis, dan percaya diri.; (b) Melankolis, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar pemurung, sedih, pesimistis, kurang percaya diri.; (c) Koleris, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar selalu merasa kurang puas, bereaksi negatif dan agresif. Sifat-sifat lainnya mudah tersinggung (emosional), suka membuat provokasi, ti-dak mau mengalah, tidak sabaran, tidak toleran, kurang mempunyai rasa humor, cenderung beroposisi, dan banyak inisiatif (usaha); dan (d) Plegmatis, yaitu seseorang yang mempunyai sifat dasar pendiam, tenang, netral (tidak ada warna perasaan yang jelas), dan stabil.

Pada dasarnya orang-orang yang bersifat extrovert menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan menerima masukkan dari pihak luar, aktif, suka berteman, dan ramah tamah. Adapun tipe introvert kecenderungan seseorang untuk menarik dari dari lingkungan sosialnya.

Di sisi lain toleransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai, menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan,

Page 100: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 86

kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan ke-biasaan, perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan hubungan sosial yang lebih baik. Dengan demikian orang-orang yang bersifat ekstrovert biasanya lebih mempunyai toleransi beragama yang baik karena sifatnya yang lebih terbuka secara sosial dan berminat terhadap keanekaan termasuk menerima keaneka ragaman agama yang ada di sekitar lingkungan dari pada orang-orang yang bersifat introvert yang cederung lebuh menarik diri dari lingkungan. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama.

8. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama

Keterlibatan seseorang dalam kehidupan berkelompok akan memberikan kesempatan berinteraksi dengan pihak lain. Melalui interaksi dalam organisasi itulah ia dapat mengetahui apakah pendapatnya, gagasan dan pertimbangannya sesuai dengan kenyataan social. Tertariknya seseorang untuk melakukan interaksi di tentukan oleh prinsip atau asas saling melengkapi (the principle of complementary). Melalui keterlibatan organisasi, selain akan memperoleh informasi berharga, tanggapan dan saran, ide-ide berharga, juga dapat memperkecil kesalahpahaman antarindividu dan kelompok, sehingga akan terwujud saling pengertian dan toleransi antar anggota. Toleransi adalah kemampuan untuk menahankan hal-hal yang tidak kita setujui atau tidak kita sukai, dalam rangka membangun hubungan sosial yang lebih baik. Toleransi mensyaratkan adanya penerimaan dan penghargaan terhadap pandangan, keyakinan, nilai, serta praktik orang/kelompok lain yang berbeda dengan kita. Intoleransi

Page 101: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  87

adalah ketidakmampuan atau ketidakmauan untuk bertoleran, muncul karena kita tidak bisa atau tidak mau menerima dan menghargai perbedaan. Intoleransi bisa terjadi pada tataran hubungan interpersonal, seperti hubungan an-tara kakak dan adik, orangtua dan anak, suami dan isteri, antarteman, atau antarkelompok, misalnya suku, agama, bangsa, dan ideologi. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama.

9. Pengaruh hasil belajar terhadap toleransi beragama

Hasil belajar Pendidikan agama adalah sejumlah kemampuan pendidikan agama pada ranah kognitif setelah menerima pengalaman belajar dalam jangka waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran dan hasilnya dapat dilihat nilai tes pendidika agama.

Dari hasil belajar pendidikan agama yang dimiliki, diharapkan mahasiswa mempunyai penghayatan terhadap aspek kedalaman dari agama sehingga dapat membuat mahasiswa lebih mampu bersikap menghormati orang lain secara lebih manusiawi. Dengan kata lain, aspek kedalaman dari agama itulah yang membuat seseorang lebih toleran terhadap orang lain. Hal ini membuat seseorang pada aspek kedalaman dari agama terdapat titik-titik temu yang lebih banyak dari agama-agama.

Dalam toleransi beragama, dibutuhkan adanya kejujuran, kebesaran jiwa, kebijaksanaan dan bertanggung jawab, hingga menumbuhkan perasaan solidaritas dan mengeliminir egoistis golongan. Oleh karenanya, setiap pemeluk agama hendaknya dapat menghayati ajaran agamanya secara mendalam.

Page 102: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 88

Dalam toleransi ini semua umat beragama harus berpegang pada prinsip agree in disagreement (setuju dalam perbedaan). Perbedaan tidak harus mengakibatkan permusuhan, karena bagaimanapun perbedaan akan selalu ada di dunia ini. Oleh karena itu, ia tidak harus menimbulkan pertentangan. Dalam konteks ini, prinsip tersebut mengandung pengertian, semua penganut agama setuju untuk hidup rukun dengan tetap memelihara eksistensi semua agama yang ada. Dengan demikian, toleransi antarumat beragama bukan hanya sekadar hidup berdampingan secara pasif tanpa adanya saling keterlibatan satu sama lain, melainkan lebih dari itu, yakni toleransi yang bersifat aktif dan dinamis, yang diaktualisasikan dalam bentuk hubungan saling menghargai dan menghormati, berbuat baik dan adil antarsesama, dan bekerjasama dalam membangun masyarakat yang harmonis, rukun dan damai. Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh hasil belajar organisasi terhadap toleransi beragama.

10. Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama

Memahami lingkungan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pemahaman akan konsepsi pendidikan, sebab pendidikan itu merupakan suatu proses yang berlanjut dan berlangsung dalam bermacam-macam situasi dan lingkungan. Di sisi lain pendidikan adalah suatu proses di mana seseorang dipengaruhi oleh lingkungan terpilih dan terkontrol (misalnya kampus) sehingga ia dapat mengembangkan diri pribadi secara optimum dan kompeten dalam kehidupan masyarakat (sosial).

Pada dasarnya lingkungan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (sosial). Tujuan

Page 103: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  89

pendidikan di keluarga, yakni terbentuknya mental, sikap serta penonjolan tingkah laku yang positif dan membangun, bukan saja dalam lingkungan keluarga tetapi disetiap lingkungan di mana ia berada. Dengan demikian mahasiswa yang mendapat keluarga yang baik akan mampu mengidentifikasikan pola sikap dan tingkah laku yang baik dalam keluarganya sehingga muncul sikap saling toleran masing-masing anggota keluarga.

Peranan Sekolah/Perguruan Tinggi sebagai institusi dinyatakan sebagai berikut: “peranan sekolah/kampus sebagai lembaga pendidikan adalah mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individu-al maupun sebagai anggota masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu. tujuan itu harus mengandung nilai-nilai yang serasi dengan kebudayaan masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan sebagai lembaga pendidikan. Dengan demikian pendidikan di Perguruan Tinggi, dilihat dari sudut sosial dan spiritual, berfungsi mengembangkan sikap mental yang erat hubungannya dengan norma-norma kehidupan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka bentuk dan jenis lingkungan sangat menentukan dan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap, penerimaan, tingkah laku, dan toleransi setiap mahasiswa terhadap berbagai kemajemukan (etnis, organisasi, dan agama). Hal tersebut mengindikasikan bahwa bentuk dan jenis lingkungan pendidikan tidak bisa diabaikan sebagai faktor penting dalam mengukur toleransi beragama di kalangan mahasiswa. Pengabaian terhadap masalah ini barangkali dapat membuat pembacaan terhadap toleransi beragama di kalangan mahasiswa itu tidak utuh

Page 104: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 90

(bias). Berdasarkan uraian di atas di duga terdapat pengaruh lingkungan belajar terhadap toleransi beragama

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Kepribadian berpengaruh langsung terhadap keterlibatan organisasi

2. Kepribadian berpengaruh langsung terhadap hasil belajar

3. Keterlibatan organsiasi berpengaruh langsung terhadap hasil belajar

4. Kepribadian berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan

5. Keterlibatan organisasi berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan

6. Hasil belajar berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan

7. Kepribadian berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama

8. Keterlibatan organisasi berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama

9. Hasil belajar pendidikan agama berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama

10. Lingkungan pendidikan berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama

Page 105: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

91

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

enelitian berlokasi di 7 perguruan tinggi umum negeri, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Universitas

Gadjah Mada, Universitas Hasannuddin, Universitas Udayana, dan Universitas Nusa Cendana. Alasan dipilihnya 7 universitas tersebut sebagai lokasi penelitian adalah: (1) selama ini 7 universitas tersebut menjadi ajang perebutan bagi para mahasiswa baru menuntut ilmu karena dianggap berkualitas baik secara akademis maupun sosial sehingga menghasilkan sumber daya manusia mahasiswa atau lulusan yang kompetitif; (2) karena prestasinya tersebut, 7 universitas tersebut mempunyai mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, sehingga secara otomatis mahasiswanya heterogen dari sisi agama dan etnis. Heterogenitas itu diasumsikan berpotensi memunculkan konflik bernuansa agama atau etnis di kalangan mahasiswa, baik laten maupun manifes; (3) 7 universitas tersebut diduga mempunyai kegiatan intra dan ekstra kampus yang cukup baik sehingga dapat membantu membentuk karakter mahasiswa yang tidak semata-mata pandai secara akademis tetapi juga baik sosialisasinya di masyarakat.

Penelitian ini, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, pengolahan hasil penelitian, diseminasi hasil penelitian, dan pelaporan, membutuhkan waktu kurang lebih 4 bulan yaitu dari bulan September s.d. Desember 2009.

P

Page 106: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

92

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei cross-sectional yaitu survei yang dirancang untuk sekali waktu. Survei cross-sectional hanya ingin memotret pendapat atau perilaku masyarakat pada satu periode waktu tertentu. Survei cross-sectional tidak punya maksud membuat perbandingan atau melihat perubahan pendapat dan perilaku.1

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dengan menggunakan metode analisis deskriptif, analisis korelasional dan analisis jalur (path analysis). Teknik ini dipergunakan untuk menganalisis hubungan antara 4 (empat) variabel bebas (independent variable), yaitu kepribadian (X1), keterlibatan organisasi (X2), hasil belajar pendidikan agama (X3), dan lingkungan pendidikan (X4) dengan 1 (satu) variabel terikat (dependent variable), yaitu toleransi beragama (Y).2 Berdasarkan konsep, teori, dan pandangan dari berbagai pakar, dalam setiap variabel penelitian telah dibangun konstruk dan indikator, yang juga berfungsi sebagai dasar dalam penyusunan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner.

Model Hipotesis penelitian berbentuk pengaruh kausal (sebab akibat) sesuai dengan model teori yang digunakan, seperti gambar berikut

                                                            1Eriyanto dkk. Bagaimana Merancang dan Membuat Survei Opini

Publik. Jakarta: AROPI. 2009. hlm. 8.  2M.A.S. Imam Chourmain. Metode Penelitian dengan Analisis

Jalur (Metode Path Analysis). Jakarta: t.p. 2007.  

X2 X4

Y

X1 X3

Page 107: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

93

Keterangan: X1 = Kepribadian X2 = Keterlibatan organsiasi X3 = Hasil Belajar PA X4 = Lingkungan pendidikan Y = Toleransi beragama

Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa variabel kepribadian, keterlibatan organisasi, hasil belajar pendidikan agama, lingkungan pendidikan diasumsikan mempengaruhi secara langsung toleransi beragama. Selain itu, kepribadian juga diasumsikan mempengaruhi toleransi beragama melalui keterlibatan organisasi, hasil belajar pendidikan agama, lingkungan pendidikan; keterlibatan organisasi mempengaruhi toleransi beragama melalui hasil belajar pendidikan agama, lingkungan pendidikan; hasil pendidikan agama mempengaruhi toleransi beragama melalui lingkungan pendidikan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi target dalam penelitian ini adalah mahasiswa perguruan tinggi umum negeri di wilayah DKI Jakarta (Universitas Indonesia), Jawa Barat (Universitas Padjadjaran), Jawa Tengah (Universitas Diponegoro), DI Yogyakarta (Universitas Gadjah Mada), Sulawesi Selatan (Universitas Hasanuddin), Bali (Universitas Udayana), dan Nusa Tenggara Timur (Universitas Nusa Cendana). Sedangkan populasi terjangkaunya adalah mahasiswa yang berbeda agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu) di fakultas eksakta seperti teknik, MIPA, farmasi, kedokteran umum, kedokteran gigi, kesehatan masyarakat, pertanian, perikanan, kehutanan, ilmu komputer); dan fakultas sosial seperti ilmu sosial dan politik, ekonomi, hukum, ilmu budaya, psikologi, filsafat, keguruan, yang terdapat di perguruan tinggi tersebut.

Page 108: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

94

Sampel penelitian secara keseluruhan sebanyak 610 mahasiswa dan penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive dengan perincian sebagai berikut:

Perguruan Tinggi Jumlah Sampel Universitas Indonesia 100 Universitas Padjadjaran 80 Universitas Diponegoro 81 Universitas Gadjah Mada 98 Universitas Hasanuddin 101 Universitas Udayana 80 Universitas Nusa Cendana 70

Jumlah 610 Tabel 1. Sampel Responden

Penetapan jumlah masing-masing responden universitas

sebesar itu ditentukan setelah melihat jumlah mahasiswa keseluruhan dari masing-masing universitas. Dari hasil pelacakan melalui internet diketahui bahwa mahasiswa Universitas Indonesia sebesar 40.000-an orang, Universitas Gadjah Mada 45.000-an orang, Universitas Diponegoro sebanyak 28.000-an orang, Universitas Padjadjaran sebanyak 45.000-an orang, Universitas Hasanuddin sebanyak 30.000-an orang, Universitas Udayana sebanyak 18.000-an, dan Universitas Nusa Cendana sebanyak 15.000-an orang. Dari data tersebut mestinya Universitas Padjadjaran memperoleh 100 responden, namun karena pertimbangan keterwakilan wilayah Timur, proyeksi 100 responden diberikan kepada Universitas Hasanuddin.

D. Instrumen Penelitian

Penyusunan instrumen penelitian didasarkan pada “matrik pengembangan instrumen” dan “kisi-kisi instrumen” yang merujuk kepada 5 variabel yang diukur, yaitu variabel

Page 109: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

95

kepribadian, keterlibatan organisasi, hasil belajar pendidikan agama, lingkungan pendidikan, dan toleransi beragama.3

1. Variabel Kepribadian (X1)

a. Definisi Konseptual

Kepribadian adalah perangai atau perilaku yang muncul sebagai akibat interaksi dinamis antara karakteristik fisik dan mental pada diri individu yang berkembang sesuai dengan pendidikan dan lingkungan sosialnya.

b. Definisi Operasional

Kepribadian adalah skor yang diperoleh dari instrumen kepribadian dengan indikator yang mengukur temperamental seseorang apakah ia tergolong ekstrovert, introvert, sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis, berdasarkan instrumen yang sudah baku.

c. Kisi-kisi

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepribadian (X1)

No. Dimensi Nomor

Soal Jumlah

Butir 1. Ekstrovert atau

introvert. 13 15

2. Sanguinis. 14 15 3. Melankolis. 15 15 4. Koleris. 16 15 5. Plegmatis. 17 15

Jumlah 75                                                             

3Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2008. hlm. 8.  

Page 110: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

96

d. Validitasi Instrumen

Penentuan validitas konstruksi instrumen variabel kepribadian dilakukan dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini, setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Instrumen variabel kepribadian diadaptasi dari instrumen uji kepribadian yang sudah baku dilakukan oleh kalangan psikolog.

2. Variabel Keterlibatan Organisasi (X2)

a. Definisi Konseptual

Keterlibatan organisasi adalah setiap proses identifikasi, komunikasi atau kegiatan bersama individu atau kelompok dalam organisasi.

b. Definisi Operasional

Keterlibatan organisasi adalah skor yang diperoleh dari instrumen keterlibatan organisasi dengan indikator yang mengukur kuantitas dalam pengetahuan organisasi, kedudukan dalam organisasi, pengambilan keputusan di organisasi, kualitas dalam kegiatan organisasi, dan manfaat organisasi.

c. Kisi-kisi

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Variabel Keterlibatan Organisasi (X2)

No. Dimensi

Nomor Soal Jumlah Butir

1. Pengetahuan 18 1 2. Kedudukan 19 1 2. Keterlibatan 20, 21, 22, 23, 24, 25 6 3. Manfaat 26, 27, 28 3

Jumlah 11

Page 111: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

97

d. Validitasi Instrumen

Penentuan validitas konten/konstruk untuk instrumen keterlibatan organisasi dengan cara mengonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada para ahli. Selanjutnya, untuk melihat validitas internal dilakukan analisis terhadap hasil uji coba instrumen. Hasil uji coba instrumen keterlibatan organisasi diolah dengan menggunakan program excell untuk melihat validitas internal setiap butir pernyataan secara keseluruhan dari instrumen tersebut dengan cara menghitung koefisien korelasi skor setiap butir dengan skor total. Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 20 orang mahasiswa berbeda agama dan fakultas yang berbeda ternyata diperoleh 4 butir pernyataan tidak diterima. Butir pernyataan yang diterima pada instrumen keterlibatan organisasi dapat digunakan dalam penelitian (valid) sebanyak 7 butir. Adapun pernyataan 4 butir yang ditolak sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini adalah, yaitu nomor 22, 25, 26 dan 27. Pengukuran reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan butir yang valid sesuai dengan hasil uji coba. Selanjutnya dari perhitungan dengan menggunakan komputer program excell diperoleh hasil bahwa instrumen ini memiliki reliabilitas yang ditunjukkan dengan nilai �(Alpha Cronbach) sebesar 0.877. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data penelitian variabel keterlibatan organisasi adalah instrumen final yang terdiri atas 7 butir.

3. Variabel Hasil Belajar Pendidikan Agama (X3)

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar pendidikan agama adalah prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa dalam mata kuliah pendidikan agama di perguruan tinggi.

Page 112: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

98

b. Definisi Operasional

Hasil belajar pendidikan agama adalah skor yang diperoleh dari instrumen pengetahuan agama dengan indikator yang mengukur prestasi akademik mata kuliah pendidikan agama.

c. Kisi-kisi

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Hasil Belajar Pendidikan Agama (X3)

No. Dimensi Nomor Butir Jumlah 1. Nilai 29 1

Jumlah 1 d. Validitasi Instrumen

Validitasi instrumen dilakukan dengan membandingkan antara pengakuan responden dan hasil belajar yang dikeluarkan oleh pihak fakultas yang bersangkutan.

4. Variabel Lingkungan Pendidikan (X4)

a. Definisi Konseptual

Lingkungan pendidikan adalah tempat di mana individu atau kelompok mendapatkan pengaruh konsepsional dan perilaku terhadap pandangan atau aturan tertentu yang kemudian menjadi pandangan dan perilaku dirinya.

b. Definisi Operasional

Lingkungan pendidikan adalah skor yang diperoleh dari instrumen lingkungan pendidikan dengan indikator yang mengukur pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (sosial) terhadap toleransi beragama.

Page 113: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

99

c. Kisi-kisi

Tabel 4.1. Kisi-kisi Instrumen Variabel Lingkungan Pendidikan (X4)

No. Dimensi Nomor Butir Jumlah 1. Keluarga 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,

37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47

18

2. Kampus 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57

10

3. Masyarakat. 58, 59, 60, 61 4 Jumlah 32

d. Validitasi Instrumen

Penentuan validitas konten/konstruk untuk instrumen variabel lingkungan pendidikan dengan cara mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada para ahli. Selanjutnya, untuk melihat validitas internal dilakukan analisis terhadap hasil uji coba instrumen. Hasil uji coba instrumen keterlibatan organisasi diolah dengan menggunakan program excell untuk melihat validitas internal setiap butir pernyataan secara keseluruhan dari instrumen tersebut dengan cara menghitung koefisien korelasi skor setiap butir dengan skor total. Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 20 orang mahasiswa berbeda agama dan fakultas yang berbeda ternyata diperoleh 23 butir pernyataan tidak diterima. Butir pernyataan yang diterima pada instrumen keterlibatan organisasi dapat digunakan dalam penelitian (valid) sebanyak 9 butir. Adapun pernyataan 23 butir yang ditolak sehingga tidak digunakan dalam penelitian

Page 114: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

100

ini adalah, yaitu nomor 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 51, 53, 54, 56, 57, 58, 59 dan 61. Pengukuran reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan butir yang valid sesuai dengan hasil uji coba. Selanjutnya dari perhitungan dengan menggunakan komputer program excell diperoleh hasil bahwa instrumen ini memiliki reliabilitas yang ditunjukkan dengan nilai �(Alpha Cronbach) sebesar 0.877. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk meng-ukur atau mengumpulkan data penelitian variabel keterlibatan organisasi adalah instrumen final yang terdiri atas 9 butir.

5. Variabel Toleransi Beragama (Y)

a. Definisi Konseptual

Toleransi beragama adalah kesadaran seseorang untuk menghargai, menghormati, membiarkan, dan membolehkan pendirian, pandangan, keyakinan, kepercayaan, serta memberikan ruang bagi pelaksanaan kebiasaan, perilaku, dan praktik keagamaan orang lain yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri dalam rangka membangun kehidupan bersama dan hubungan sosial yang lebih baik.

b. Definisi Operasional

Toleransi beragama adalah skor yang diperoleh dari instrumen toleransi beragama dengan indikator yang mengukur kebebasan beragama, keyakinan agama, penghormatan terhadap pelaksanaan ritual dan pendirian rumat ibadat, dan kerjasama sosial.

Page 115: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

101

c. Kisi-kisi

Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Variabel Toleransi Beragama (Y)

No. Dimensi Nomor Butir Jumlah 1. Kebebasan beragama. 62, 63, 64, 65, 66,

67, 68, 69 8

2. Keyakinan agama 70, 71, 72, 73, 74 5 3. Ritual dan pendirian

rumah ibadat 75, 76, 77, 78, 79,

80, 81 7

4. Kerjasama sosial 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96,

97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105,

106

25

Jumlah 45 d. Validitasi Instrumen

Penentuan validitas konten/konstruk untuk instrumen toleransi beragama dengan cara mengonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada para ahli. Selanjutnya, untuk meli-hat validitas internal dilakukan analisis terhadap hasil uji coba instrumen. Hasil uji coba instrumen toleransi beragama diolah dengan menggunakan program excell untuk melihat validitas internal setiap butir pernyataan secara keseluruhan dari instrumen tersebut dengan cara menghitung koefisien korelasi skor setiap butir dengan skor total. Dari hasil uji coba yang di-lakukan terhadap 20 orang mahasiswa berbeda agama dan fakultas yang berbeda ternyata diperoleh 7 butir pernyataan tidak diterima. Butir pernyataan yang diterima pada instru-men keterlibatan organisasi dapat digunakan dalam penelitian (valid) sebanyak 38 butir. Adapun pernyataan 7 butir yang

Page 116: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

102

ditolak sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini adalah, yaitu nomor 62, 64, 65, 66, 68, 79, dan 84. Pengukuran reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan butir yang valid sesuai dengan hasil uji coba. Selanjutnya dari perhitungan dengan menggunakan komputer program excell diperoleh hasil bahwa instrumen ini memiliki reliabilitas yang ditunjukkan dengan nilai �(Alpha Cronbach) sebesar 0.87. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk meng-ukur atau mengumpulkan data penelitian variabel toleransi beragama adalah instrumen final yang terdiri atas 38 butir.

E. Teknis Analisis Data

Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran skor setiap variabel yang diteliti dengan menghitung nilai rata-rata (mean), median, standar deviasi, frekuensi, dan histogram. Selanjutnya skor setiap variabel yang diperoleh dari hasil penelitian diklasifikasi menurut kategori berikut:

Variabel Kepribadian

Ekstrovert-Introvert 26-30 sangat luar biasa ekstrovert 9-12 agak ekstrovert 22-25 Sangat ekstrovert 5-8 sangat intrivert 18-21 Agak ekstrovert 0-4 sangat luar biasa introvert 13-17 Seimbang Sanguinis 26-30 sangat luar biasa sanguinis 9-12 Sedikit sanguinis 22-25 Sangat sanguinis 5-8 Tidak begitu sanguinis 18-21 Di atas Rata-rata 0-4 Bukan sanguinis 13-17 Rata Rata

Page 117: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

103

Melankolis 26-30 sangat luar biasa artistik 9-12 Dibawah rata rata 22-25 Sangat artistik 5-8 Tidak begitu artistik 18-21 agak artistik 0-4 tidak artistik 13-17 Rata Rata Koleris 26-30 Imajinasi yang kuat 9-12 Dibawah rata rata 22-25 Imajinasi yang bagus 5-8 kekurangan imajinasi 18-21 Agak imajinatif 0-4 tidak punya imajinasi 13-17 Rata Rata Plegmatis 26-30 luar biasa asertif 9-12 sangat lembut 22-25 sangat asertif 5-8 Tenang 18-21 Agak aserif 0-4 Sangat tenang 13-17 lembut Variabel Keterlibatan Organisasi Kurang terlibat apabila skor: 0 -20 Cukup terlibat apabila skor: 21 – 40 Terlibat apabila skor: 41 – 60 Sangat terlibat apabila skor: 61 – 80 Variabel Hasil Belajar Pendidikan Agama A = 4, B = 3, C = 2, D = 1, dan E = 0 Variabel Lingkungan Pendidikan

Kurang kondusif apabila skor: 9 – 18 Cukup kondusif apabila skor: 19 – 27 Kondusif apabila skor 28: – 36 Sangat Kondusif apabila skor: 37 – 45

Page 118: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

104

Variabel Toleransi Beragama Rendah apabila skor: 39 – 78 Sedang apabila skor: 79 – 117 Baik apabila skor: 118 – 156 Baik sekali apabila skor: 157 – 195

Analisis selanjutnya adalah dengan statistik inferensial (induktif), yaitu teknik analisis jalur. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian per-syaratan analisis data yang terdiri dari uji normalitas galat taksiran dan uji homogenitas varians. Pengujian normalitas galat taksiran masing-masing dilakukan terhadap taksiran Y atas X1, X2, X3 dan X4. Sedangkan pengujian homogenitas va-rians masing-masing dilakukan terhadap varians pengelom-pokan nilai Y atas kesamaan nilai variabel bebas Kepribadian (X1), Keterlibatan Organisasi (X2), Hasil Belajar Pendidikan Agama (X3), dan Lingkungan Pendidikan (X4).

Page 119: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  105

BAB IV HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASANNYA A. Profil Responden

1. Sebaran Responden

esponden penelitian ini tersebar di 7 (tujuh) universitas negeri di Indonesia yang tergolong universitas besar. Sebaran responden di 7

universitas tersebut adalah sebagai berikut:

Dari data di atas, penyumbang responden terbesar

adalah Universitas Hasanuddin sebesar 16.6%, berikutnya kemudian Universitas Indonesia sebesar 16.4%, Universitas Gadjah Mada sebesar 16.1%, Universitas Diponegoro sebesar 13.3%, Universitas Padjadjaran sebesar 13.1%, Universitas Udayana sebesar 13.1%, dan Universitas Nusa Cendana se-besar 11.5%.

R

Page 120: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 106

2. Jenis Kelamin Responden

Ditinjau dari jenis kelamin, responden antara laki-laki dan perempuan hampir seimbang, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Dari tabel di atas diketahui bahwa responden

perempuan sebanyak 295 orang (48%) dan responden laki-laki sebanyak 314 orang (51.5%).

3. Agama Responden

Ditinjau dari sisi agama, responden kebanyakan pemeluk agama Islam dengan 273 orang (44.8%), Kristen sebanyak 133 orang (21.8%), Katolik sebanyak 91 orang (14.9%), Hindu sebanyak 76 orang (12.5%), Buddha sebanyak 34 orang (5.6%), dan Khonghucu sebanyak 2 orang (0.3%), sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 121: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  107

4. Semester

Ditinjau dari sisi semester, responden sebagian besar berasal dari semester 3 sebanyak 234 orang (38.4%), semester 5 sebanyak 180 orang (29.5%), dan semester 7 sebanyak 128 orang (21.0%), sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

B. Deskripsi Data dan Temuan

Deskripsi data hasil penelitian meliputi variabel terikat (Y) yaitu toleransi beragama beragama beragama dan variabel bebas (X) meliputi kepribadian (X1), keterlibatan organisasi (X2), hasil belajar pendidikan agama (X3), dan lingkungan pendidikan (X4). Variabel bebas yang mempengaruhi variabel toleransi beragama beragama beragama dalam penelitian ini ditetapkan secara teoritis dan empiris. Adapun paparan data dari variabel-variabel penelitian disajikan sebagai berikut:

Page 122: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 108

1. Toleransi beragama beragama Mahasiswa Berbeda Agama 7 Universitas

Berdasarkan hasil uji instrumen toleransi beragama beragama beragama yang diberikan kepada 610 mahasiswa yang tersebar di 7 universitas negeri diperoleh data toleransi beragama mahasiswa. Data tersebut selanjutnya dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu kategori rendah (39 – 78), kategori se-dang (79 – 117), kategori baik (118 – 156), dan kategori baik sekali (157 – 195).

Deskripsi data toleransi beragama beragama beragama mahasiswa disajikan pada tabel berikut:

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Toleransi_Y

144.3375 13.68631 80145.8429 13.98305 70140.0792 23.84730 101139.8600 18.63689 100138.2963 16.78053 81136.7500 23.69239 80136.6531 17.32473 98140.0393 19.07573 610

Kode_UNUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotal

Mean Std. Deviation N

Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, rata-rata

toleransi beragama beragama beragama di kalangan ma-hasiswa berbeda agama di 7 universitas negeri berada dalam kategori baik (118-156), dengan skor 140. Perolehan rata-rata skor tersebut berada di atas rata-rata skor teoritik dari variabel toleransi beragama beragama beragama di kalangan ma-hasiswa. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan skor toleransi beragama beragama secara visual berikut ini.

Page 123: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  109

Toleransi_Y200.00150.00100.0050.000.00

Freq

uenc

y

100

80

60

40

20

0

Toleransi_Y

Mean =140.04 Std. Dev. =19.076

N =610

Dari grafik di atas tampak bahwa kecenderungan skor

toleransi beragama beragama condong ke kanan atau sebagian besar skor toleransi beragama beragama di atas rata-rata. Ditinjau dari universitas-unversitas lokasi penelitian, ternyata rata-rata skor toleransi beragama di kalangan mahasiswa di 7 universitas berbeda secara signifikan. Hal ini terlihat pada hasil analisis data yang terangkum pada tabel berikut.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Toleransi_Y

6074.398a 6 1012.400 2.832 .01011793615.0 1 11793614.96 32995.537 .000

6074.398 6 1012.400 2.832 .010215530.658 603 357.43112184326.0 610221605.056 609

SourceCorrected ModelInterceptKode_UNErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .027 (Adjusted R Squared = .018)a.

Dari tabel di atas diperoleh F= 2,832, dan p-value = 0,010 < 0,05. Dengan demikian hasil uji komparasi tersebut memperlihatkan adanya perbedaan toleransi beragama

Page 124: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 110

beragama beragama di kalangan mahasiswa di 7 universitas. Hal ini berarti karakteristik universitas tempat penelitian ini dilakukan berpengaruh nyata terhadap toleransi beragama beragama beragama.

2. Kepribadian

Berdasarkan hasil uji instrumen kepribadian yang diberikan kepada 610 mahasiswa yang tersebar di 7 universitas negeri diperoleh data kepribadian mahasiswa. Data tersebut selanjutnya dikategorikan menjadi 5 dimensi kepribadian, yaitu ekstrovert dan introvert, sanguinis, melankolis, koleris, dan plegmatis, dengan kategori skor sebagaimana telah disinggung di bab tiga. Deskripsi data kepribadian mahasiswa disajikan pada tabel berikut:

Page 125: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  111

Descriptive Statistics

17.0625 4.62340 8016.2286 4.61934 7016.9604 4.77477 10117.0500 4.44126 10016.4321 4.23066 8116.5750 4.35970 8015.4898 4.08226 9816.5475 4.46205 61020.2375 4.25231 8020.8429 3.83589 7020.5248 3.52589 10119.5500 4.50449 10019.2346 3.59955 8117.5500 4.91420 8018.3673 3.70952 9819.4557 4.18875 61015.5750 4.89840 8015.3143 5.19069 7014.9802 4.10848 10115.5100 4.51595 10015.7901 5.63630 8114.9125 4.58725 8015.1429 3.99226 9815.3082 4.66726 61019.3000 4.21990 8019.2571 4.63973 7017.2871 4.62890 10118.1800 4.71486 10017.4444 4.73814 8117.6000 4.67040 8018.3265 3.59775 9818.1525 4.50229 61014.0625 3.76306 8015.5429 3.52912 7014.1980 3.82889 10114.7800 3.68612 10014.0988 3.97368 8114.7750 3.83513 8013.9796 3.74711 9814.4574 3.78602 610

Kode_UNUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotalUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotalUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotalUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotalUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotal

EKS_INTRO

SAGUINIS

MELANKOLIS

KOLERIS

PLEGMATIS

Mean Std. Deviation N

Page 126: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 112

Berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, rata-rata kepribadian dalam dimensi ekstrovert-introvert di kalangan mahasiswa berbeda agama di 7 universitas berada dalam kategori seimbang (13 – 17), dimensi sanguinis dalam kategori di atas rata-rata (18 – 21), dimensi melankolis dalam kategori rata-rata (13 – 17), dimensi koleris dalam kategori agak imajinatif (18 – 21), dan dimensi plegmatis dalam kategori lembut (13 – 17).

Perolehan rata-rata skor dimensi-dimensi variabel kepribadian di kalangan mahasiswa berbeda agama di 7 universitas secara umum di atas rata-rata skor teoritik. Gambaran umum secara visual dapat dilihat pada grafik berikut ini.

EKS_INTRO30.0020.0010.000.00

Freq

uenc

y

60

50

40

30

20

10

0

EKS_INTRO

Mean =16.55 Std. Dev. =4.462

N =610

Page 127: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  113

SAGUINIS30.0020.0010.000.00-10.00

Freq

uenc

y

60

40

20

0

SAGUINIS

Mean =19.46 Std. Dev. =4.189

N =610

MELANKOLIS30.0020.0010.000.00-10.00

Freq

uenc

y

60

50

40

30

20

10

0

MELANKOLIS

Mean =15.31 Std. Dev. =4.667

N =610

Page 128: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 114

KOLERIS40.0030.0020.0010.000.00-10.00

Freq

uenc

y

60

50

40

30

20

10

0

KOLERIS

Mean =18.15 Std. Dev. =4.502

N =610

PLEGMATIS30.0020.0010.000.00

Freq

uenc

y

80

60

40

20

0

PLEGMATIS

Mean =14.46 Std. Dev. =3.786

N =610

Dari grafik-grafik di atas tampak bahwa dimensi

sangunitas dan plegmatis di kalangan mahasiswa berbeda agama di 7 universitas merupakan dimensi yang cukup menonjol dibandingkan 3 dimensi yang lain. Jika dikomparasi antar 7 universitas ternyata hanya dimensi sanguinis dan koleris yang berbeda secara signifikan. Dengan kata lain,

Page 129: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  115

karakteristik universitas hanya berpengaruh nyata terhadap dimensi sangunitas dan koleritas. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tests of Between-Subjects Effects

181.583a 6 30.264 1.528 .166710.489b 6 118.415 7.158 .000

54.653c 6 9.109 .416 .869334.466d 6 55.744 2.799 .011153.014e 6 25.502 1.793 .098

164054.815 1 164054.815 8282.726 .000227311.089 1 227311.089 13741.466 .000140661.735 1 140661.735 6420.136 .000198559.466 1 198559.466 9969.010 .000125885.198 1 125885.198 8850.913 .000

181.583 6 30.264 1.528 .166710.489 6 118.415 7.158 .000

54.653 6 9.109 .416 .869334.466 6 55.744 2.799 .011153.014 6 25.502 1.793 .098

11943.538 603 19.8079974.816 603 16.542

13211.406 603 21.90912010.356 603 19.918

8576.378 603 14.223179156.000 610241586.000 610156214.000 610213347.000 610136229.000 610

12125.121 60910685.305 60913266.059 60912344.821 609

8729.392 609

Dependent VariableEKS_INTROSAGUINISMELANKOLISKOLERISPLEGMATISEKS_INTROSAGUINISMELANKOLISKOLERISPLEGMATISEKS_INTROSAGUINISMELANKOLISKOLERISPLEGMATISEKS_INTROSAGUINISMELANKOLISKOLERISPLEGMATISEKS_INTROSAGUINISMELANKOLISKOLERISPLEGMATISEKS_INTROSAGUINISMELANKOLISKOLERISPLEGMATIS

SourceCorrected Model

Intercept

Kode_UN

Error

Total

Corrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .015 (Adjusted R Squared = .005)a.

R Squared = .066 (Adjusted R Squared = .057)b.

R Squared = .004 (Adjusted R Squared = -.006)c.

R Squared = .027 (Adjusted R Squared = .017)d.

R Squared = .018 (Adjusted R Squared = .008)e.

Page 130: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 116

3. Keterlibatan Organisasi

Berdasarkan data skor keterlibatan organisasi yang diperoleh dari 610 mahasiswa yang tersebar di 7 perguruan tinggi umum diperoleh rata-rata sebesar 22,51. Dengan menggunakan kategori: Kurang terlibat (0 – 20), Cukup terlibat (21 – 40), Terlibat (41 – 60), dan Sangat terlibat (61 – 80), maka skor keterlibatan organisasi yang diperoleh dalam penelitian ini berada dalam kategori cukup terlibat. Deskripsi data keterlibatan organisasi mahasiswa disajikan pada tabel berikut:

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Terlibat_Organisasi_X2

24.6750 7.87847 8022.9571 7.73742 7022.0891 8.07354 10119.1700 7.25865 10022.2716 8.61541 8121.6500 8.20173 8025.1633 7.20637 9822.5098 8.03670 610

Kode_UNUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotal

Mean Std. Deviation N

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

skor keterlibatan organisasi kurang terlibat hingga sangat terlibat berturut-turut adalah UGM, Udayana, Undana, Unhas, Undip, Unpad, dan UI. Keterlibatan organisasi disajikan secara visual pada histogram berikut.

Terlibat_Organisasi_X250.0040.0030.0020.0010.000.00

Freque

ncy

80

60

40

20

0

Histogram

Mean =22.51 Std. Dev. =8.037

N =610

Page 131: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  117

Dari grafik di atas tampak bahwa kecenderungan skor keterlibatan organisasi condong ke kiri atau sebagian besar skor tersebut di bawah rata-rata empiris. Ditinjau dari universitas-unversitas lokasi penelitian, ternyata rata-rata skor keterlibatan organisasi di kalangan mahasiswa di 7 universitas berbeda secara signifikan. Hal ini terlihat pada hasil analisis data yang terangkum pada tabel berikut.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Terlibat_Organisasi_X2

2276.099a 6 379.350 6.173 .000305328.290 1 305328.290 4968.192 .000

2276.099 6 379.350 6.173 .00037058.342 603 61.457

348417.000 61039334.441 609

SourceCorrected ModelInterceptKode_UNErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .058 (Adjusted R Squared = .048)a.

Dari tabel di atas diperoleh F= 6,173, dan p-value = 0,000 < 0,05. Dengan demikian hasil uji komparasi tersebut memperlihatkan adanya perbedaan keterlibatan organisasi di kalangan mahasiswa di 7 universitas. Hal ini berarti karakteristik universitas tempat penelitian ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap keterlibatan organisasi di kalangan mahasiswa.

4. Hasil Belajar Pendidikan Agama

Berdasarkan data hasil belajar pendidikan agama yang diperoleh dari 610 mahasiswa yang tersebar di 7 universitas umum negeri diperoleh rata-rata sebesar 3,49. Dengan menggunakan skala 1 – 5 (A, B, C, D, dan E), maka rata-rata hasil belajar pendidikan agama pada mahasiswa yang menjadi responden penelitian tergolong tinggi. Deskripsi data hasil

Page 132: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 118

belajar pendidikan agama mahasiswa disajikan pada tabel berikut:

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Hasil_Belajar_Agama_X3

3.6250 .64386 803.4286 .80885 703.6634 .60460 1013.4000 .69631 1003.3827 .68132 813.5000 .81131 803.4082 .70106 983.4885 .70933 610

Kode_UNUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotal

Mean Std. Deviation N

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

hasil belajar pendidikan agama tertinggi ke terendah berturut-turut diperoleh Unhas, Udayana, Unpad, Undana, UGM, UI, dan Undip. Kecenderungan data hasil belajar pendidikan agama disajikan secara visual pada histogram berikut.

Hasil_Belajar_Agama_X35.004.003.002.001.000.00-1.00

Freq

uenc

y

400

300

200

100

0

Histogram

Mean =3.49 Std. Dev. =0.709

N =610

Dari grafik di atas tampak bahwa kecenderungan skor

hasil belajar pendidikan agama condong ke kanan atau sebagian besar skor tersebut di atas rata-rata empiris.

Ditinjau dari universitas-unversitas lokasi penelitian, ternyata rata-rata skor hasil belajar pendidikan agama di

Page 133: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  119

kalangan mahasiswa di 7 universitas berbeda secara signifikan. Hal ini terlihat pada hasil analisis data yang terangkum pada tabel berikut.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Hasil_Belajar_Agama_X3

7.163a 6 1.194 2.406 .0267288.565 1 7288.565 14686.409 .000

7.163 6 1.194 2.406 .026299.257 603 .496

7730.000 610306.420 609

SourceCorrected ModelInterceptKode_UNErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .023 (Adjusted R Squared = .014)a.

Dari tabel di atas diperoleh F= 2,406, dan p-value = 0,026 < 0,05. Dengan demikian hasil uji komparasi tersebut memperlihatkan adanya perbedaan hasil belajar pendidikan agama di kalangan mahasiswa di 7 universitas. Hal ini berarti universitas-universitas tempat penelitian ini dilakukan berpengaruh nyata terhadap hasil belajar pendidikan agama mahasiswa.

5. Lingkungan Pendidikan

Berdasarkan data skor lingkungan pendidikan yang diperoleh dari 610 mahasiswa yang tersebar di 7 perguruan tinggi umum diperoleh rata-rata sebesar 35,92. Dengan menggunakan kategori lingkungan pendidikan: Kurang kondusif (9 – 18), Cukup kondusif (19 – 27), Kondusif (28 – 36), dan Sangat Kondusif (37 – 45), maka skor lingkungan pendidikan tersebut berada dalam kategori kondusif.

Deskripsi data lingkungan pendidikan mahasiswa disajikan pada tabel berikut:

Page 134: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 120

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Lingkungan_Pendidikan_X4

36.6250 3.50181 8037.2857 3.57991 7036.0594 5.14747 10134.9500 3.58835 10035.5185 3.50753 8135.1000 5.52463 8036.1939 3.19684 9835.9164 4.15321 610

Kode_UNUDAYANAUNDANAUNHASUIUNDIPUNPADUGMTotal

Mean Std. Deviation N

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata

skor lingkungan pendidikan terkondusif hingga ke kurang kondusif berturut-turut diperoleh Undana, Udayana, UGM, Unhas, Undip, Unpad, dan UI. Kecendrungan data lingkungan pendidikan disajikan secara visual pada histogram berikut.

Lingkungan_Pendidikan_X450.0040.0030.0020.0010.000.00

Freq

uenc

y

150

100

50

0

Histogram

Mean =35.92 Std. Dev. =4.153

N =610

Dari grafik di atas tampak bahwa kecenderungan skor

lingkungan pendidikan condong ke kanan atau sebagian besar skor tersebut di atas rata-rata empiris. Ditinjau dari

Page 135: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  121

universitas-unversitas lokasi penelitian, ternyata rata-rata skor lingkungan pendidikan di kalangan mahasiswa di 7 universitas berbeda secara signifikan. Hal ini terlihat pada ha-sil analisis data yang terangkum pada tabel berikut.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Lingkungan_Pendidikan_X4

340.568a 6 56.761 3.367 .003775287.502 1 775287.502 45994.751 .000

340.568 6 56.761 3.367 .00310164.168 603 16.856

797397.000 61010504.736 609

SourceCorrected ModelInterceptKode_UNErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .032 (Adjusted R Squared = .023)a.

Dari tabel di atas diperoleh F= 3,367, dan p-value = 0,003 < 0,05. Dengan demikian hasil uji komparasi tersebut memperlihatkan adanya perbedaan lingkungan pendidikan di kalangan mahasiswa di 7 universitas. Hal ini berarti universitas-universitas tempat penelitian ini memberikan pengaruh yang nyata terhadap lingkungan pendidikan mahasiswa.

C. Analisis Inferensial

1. Pengaruh kepribadian terhadap keterlibatan organisasi

Pengaruh kepribadian terhadap keterlibatan organisasi di analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel kepribadian (X1) dan keterlibatan organisasi (X2), yaitu (px21). Hasil pengujian pengaruh kepribadian terhadap keterlibatan organisasi terangkum pada tabel berikut.

Page 136: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 122

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 1377,633 1 1377,633 24,032 ,000(a) Residual 34853,989 608 57,326 Total 36231,621 609

a Predictors: (Constant), Kepribadian b Dependent Variabel: Keterlibatan organisasi

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std.

Error 1 (Constant) 26,788 2,115 12,665 ,000 Kepribadian ,122 ,025 ,195 4,902 ,000

a Dependent Variabel: Keterlibatan organisasi

Dari tabel coefficients diperoleh koefisien jalur (p21) = 0,195 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 4,902, p-value = 0,000 <0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (p21) adalah signifikan. Dengan kata lain kepribadian mahasiswa berpengaruh nyata terhadap toleransi beragama beragama beragama. Variabel kepribadian memberi pengaruh sebesar 0,195 terhadap keterlibatan organisasi. 2. Pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar

Pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel kepribadian (X1) dan hasil belajar (X3), yaitu (p31). Hasil pengujian pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar terangkum pada tabel berikut:

Page 137: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  123

ANOVA(c)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 4,026 2 2,013 5,170 ,006(a) Residual 236,369 607 ,389 Total 240,395 609 2 Regression 2,990 1 2,990 7,657 ,006(b) Residual 237,405 608 ,390 Total 240,395 609

a Predictors: (Constant), Keterlibatan organisasi, Kepribadian b Predictors: (Constant), Keterlibatan organisasi c Dependent Variabel: Hasil belajar

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std.

Error Beta B Std.

Error 1 (Constant) 3,929 ,196 20,049 ,000 Kepribadian ,003 ,002 ,067 1,632 ,103 Keterlibatan

organisasi ,008 ,003 ,098 2,399 ,017

2 (Constant) 4,177 ,124 33,621 ,000 Keterlibatan

organisasi ,009 ,003 ,112 2,767 ,006

a Dependent Variabel: Hasil belajar

Page 138: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 124

Excluded Variabels(b)

Model Beta In t Sig. Partial

Correlation Collinearity

Statistics

Tolerance Toleranc

e Toleranc

e Tolerance Tolerance 2 Kepriba

dian ,067(a) 1,632 ,103 ,066 ,962

a Predictors in the Model: (Constant), Keterlibatan organisasi b Dependent Variabel: Hasil belajar Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate 1 ,129(a) ,017 ,014 ,62402 2 ,112(b) ,012 ,011 ,62488

a Predictors: (Constant), Keterlibatan organisasi, Kepribadian b Predictors: (Constant), Keterlibatan organisasi

Dari tabel tersebut diperoleh koefisien jalur (p31) = 0,067 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 1,632, p-value = 0,103>0,05. Dengan demikian H0 diterima atau koefisien jalur (p31) adalah tidak signifikan. Dengan kata lain kepribadian tidak berpengaruh terhadap hasil belajar pendidikan agama.

3. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap hasil belajar pendidikan agama

Karena ada koefisien jalur yang tidak signifikan, yaitu variabel kepribadian ke variabel hasil belajar pendidikan agama, maka perlu dilakukan trimming, yaitu mengeluarkan variabel kepribadian dari model dan perhitungan koefisien jalur model 1 diulang. Hasilnya ditunjukkan oleh model2 dan

Page 139: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  125

diperoleh hasil bahwa pengaruh keterlibatan organisasi terhadap hasil belajar di analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel keterlibatan organisasi (X2) dan hasil belajar (X3), yaitu (p32). Hasil pengujian pengaruh keterlibatan organisasi terhadap hasil belajar pendidikan agama terangkum pada tabel di atas. Dari tabel coefficients diperoleh koefisien jalur (p32) = 0,112 dengan statistik ujit diperoleh: thit = 2,767, p-value = 0,006 < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (p32) adalah signifikan. Dengan kata lain keterlibatan organisasi berpengaruh terhadap hasil belajar.

4. Pengaruh kepribadian terhadap lingkungan pendidikan

Pengaruh kepribadian (X1) terhadap lingkungan pendidikan (X4) dianalisis melalui uji koefisien jalur antara variabel kepribadian (X1) dan (X1), yaitu (p41). Hasil pengujian terangkum pada tabel coefficients bagian 3.

ANOVA(b)

Model

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression

412,553 3 137,518 8,328 ,000(a)

Residual

10006,306

606 16,512

Total 10418,859

609

a Predictors: (Constant), Hasil belajar, Kepribadian, Keterlibatan organisasi

b Dependent Variabel: Lingkungan pendidikan

Page 140: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 126

Coefficients(a)

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std.

Error Beta B Std.

Error 1 (Constant) 27,840 1,645 16,921 ,000 Kepribadian ,025 ,014 ,073 1,800 ,072 Keterlibatan

organisasi ,077 ,022 ,143 3,502 ,000

Hasil belajar ,520 ,264 ,079 1,969 ,049

a Dependent Variabel: Lingkungan pendidikan

Dari tabel tersebut diperoleh Pengaruh kepribadian terhadap lingkungan pendidikan dengan koefisien jalur (p41) = 0,073 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 1,800, p-value = 0,072 > 0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (p41) adalah signifikan. Dengan kata lain kepribadian berpengaruh nyata terhadap lingkungan pendidikan

5. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan

Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan dianalisis melalui uji koefisien jalur antara variabel keterlibatan organisasi (X2) dengan lingkungan pendidikan agama (X4), yaitu (p42). Dari tabel tersebut diper-oleh Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan dengan koefisien jalur (p42) = 0,143. dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 3,502, p-value = 0,000 < 0,05. Dengan kata lain variabel keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan

Page 141: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  127

6. Pengaruh hasil belajar terhadap lingkungan pendidikan

Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap lingkungan pendidikan dianalisis melalui uji koefisien jalur antara variabel hasil belajar pendidikan agama (X3) dengan lingkungan pendidikan (X4), yaitu (p43). Dari tabel tersebut diperoleh Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap lingkungan pendidikan dengan koefisien jalur (p43) = 0,079. dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 1,969, p-value = 0,049 < 0,05. Dengan kata lain variabel hasil belajar pendidikan agama terhadap lingkungan pendidikan

7. Pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama

Pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel kepribadian (X1) dan toleransi beragama (Y), yaitu (py1). Hasil pengujian pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama beragama beragama terangkum pada tabel berikut.

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 33110,947 4

8277,737

23,403 ,000(a)

Residual 213993,276

605 353,708

Total 247104,223

609

a Predictors: (Constant), Lingkungan pendidikan, Hasil belajar, Kepribadian, Keterlibatan organisasi

b Dependent Variabel: Toleransi beragama beragama Beragama

Page 142: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 128

Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B

Std.

Error Beta B

Std.

Error

1 (Constant) 65,740 9,240 7,114 ,000

Kepribadian ,240 ,063 ,147 3,791 ,000

Keterlibatan

organisasi ,308 ,102 ,118 3,010 ,003

Hasil belajar -3,498 1,227 -,109 -2,851 ,005

Lingkungan

pendidikan 1,310 ,188 ,269 6,969 ,000

a Dependent Variabel: Toleransi beragama beragama Beragama

Model Summary

Model R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,366(a) ,134 ,128 18,80712

a Predictors: (Constant), Lingkungan pendidikan, Hasil belajar, Kepribadian, Keterlibatan organisasi

Dari tabel coefficients diperoleh koefisien jalur (py1) =

0,147 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 3,791, p-value = 0,000<0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (py1) adalah signifikan. Dengan kata lain kepribadian mahasiswa berpengaruh nyata terhadap toleransi beragama.

Page 143: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  129

8. Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama

Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel keterlibatan organisasi (X2) dan toleransi beragama (Y), yaitu (py2). Dari tabel coefficients diperoleh koefisien jalur (py2) = 0,118 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 3,010, p-value = 0,003 <0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (py2) adalah signifikan. Dengan kata lain keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama.

9. Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama

Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel hasil belajar pendidikan agama (X3) dan toleransi beragama (Y), yaitu (py3). Dari tabel coefficients diperoleh koefisien jalur (py3) = -0,109 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = -2,851, p-value = 0,005 <0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (py3) adalah signifikan. Dengan kata lain hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama.

10. Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama

Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama analisis melalui uji koefisien jalur antara variabel lingkungan pendidikan (X4) dan toleransi beragama (Y), yaitu (py4). Dari tabel coefficients diperoleh koefisien jalur (py4) = 0,269 dengan statistik uji-t diperoleh: thit = 6,969, p-value = 0,000 <0,05. Dengan demikian H0 ditolak atau koefisien jalur (py4) adalah signifikan. Dengan kata lain lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama, maka dapat diindikasikan apabila ingin meningkatkan toleransi beragama dapat dilakukan dengan memperbaiki lingkungan pendidikan.

Page 144: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 130

Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis No Hipotesis Uji Statistik Koefisien

Jalur t hitung p-value Keputusan Kesimpulan

1 Pengaruh kepribadian terhadap keterlibatan organisasi

0:0:

211

210

>=

pHpH 0,195 4,902 0,000 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

2 Pengaruh kepribadian terhadap hasil belajar pendidikan agama

0:0:

311

310

>=

pHpH 0,067 1,53 0,103 diterima Tidak

memiliki pengaruh langsung

3 Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap hasil belajar pendidikan agama

0:0:

321

320

>=

pHpH 0,112 2,767 0,006 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

4 Pengaruh kepribadian terhadap lingkungan pendidikan

0:0:

411

410

>=

pHpH 0,073 1,800 0,072 diterima Tidak

memiliki pengaruh langsung

5 Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan

0:0:

421

420

>=

pHpH 0,143 3,502 0,000 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

6 Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap lingkungan pendidikan

0:0:

431

430

>=

pHpH 0,079 1,969 0,049 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

7 Pengaruh kepribadian terhadap toleransi beragama beragama beragama

0:0:

11

10

>

=

y

y

pH

pH 0,147 3,791 0,00 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

Page 145: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  131

8 Pengaruh keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama beragama beragama

0:0:

21

20

>

=

y

y

pH

pH 0,118 3,010 0,003 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

9 Pengaruh hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama beragama beragama

0:0:

31

30

>

=

y

y

pH

pH -0,109 -2,851 0,005 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

10 Pengaruh lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama beragama beragama

0:0:

41

40

>

=

y

y

pH

pH 0,269 6,969 0,000 ditolak Memiliki

pengaruh langsung

D. Model Empiris Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, maka diketahui skor dari masing-masing variabel sebagai berikut.

Nilai-nilai koefisien jalur

p21 = 0,195 p31 = 0,067 p32 = 0,112

p41 = 0,073 p42 = 0,143 p43 = 0,079

py1 = 0,147 py2 = 0,118 py3 = -0,109

py4 = 0,269

Page 146: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 132

XX

Gambar 2: Skor Analisis Jalur (Path Analysis)

Dari hasil perhitungan di atas terlihat dalam model 1, jalur p31 mempunyai tanda yang tidak sinifikan (p-value = 0,103>0,05) dan jalur p42 juga mempunyau tanda yang tidak signifikan (p-value = 0,103>0,05). Dengan kata lain bahwa kepribadian tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar pendidikan agama dan kepribadian juga tidak berpengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan. Oleh karena itu dapat di simpulkan model awal atau satu tidak memenuhi persyaratan analisis jalur. Karena model awal tidak terbukti, maka harus dicari model lain. Dengan demikian model 1 perlu dimodifikasi dengan menghilangkan jalur pengaruh X1 terhadap X3 dan jalur pengaruh X1 terhadap X4.

X1 Kepribadian

X3 Hasil Belajar PA

X2 Keterlibatan Organisasi

X4 Lingkungan Pendidikan

Y Toleransi beragama b

Page 147: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  133

Hasil perhitungan koefisien jalur memberikan nilai-nilai sbb: Nilai-nilai koefisien jalur p21 = 0,195 p32 = 0,112 p42 = 0,143 p43 = 0,079 py1 = 0,147 py2 = 0,118 py3 = -0,109 py4 = 0,269

Dengan memasukkan angka koefisien jalur pada masing-masing jalur hubungan, maka model 2 atau model baru empiris hubungan antar variabel dapat dikonstruksikan sebagai berikut

XX 0,147 -0,109 0,195 0,079 0,118 0,269

0,143

Gambar 3: Model Baru Empiris Hubungan Antar Variabel

Dari model 2 di atas dapat diketahui bahwa nilai masing-masing koefisen jalur di atas t hit< t tabel, sehingga persyaratan pertama telah terpenuhi. Selanjutnya perlu di uji

X1 Kepribadian

X3 Hasil Belajar PA

X2 Keterlibatan Organisasi X4

Lingkungan Pendidikan

Y Toleransi beragama b

Page 148: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 134

lagi dengan menggunakan persyaratan ke dua, yaitu dengan menggunakan uji ketepatan model dengan menggunakan program Software LISREL. Untuk mengetahui apakah nilai hitung ketepatan model (goodness fit statistics) mendukung model 2 maka akan digunakan analisis dengan menggunakan stastistik chi-square. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa nilai chi-square sebesar 0,00 dengan p-value sebesar 1 dan tidak perlu digunakan uji statistik yang lain lagi karena nilai chi-square sudah nol dan secara otomatis statistik uji yang lain akan menerima model 2 di atas, oleh Karena itu dapat di ambil kesimpulan bahwa model analisis jalur di atas sudah sempurna artinya sangat sesuai dengan data dan dapat di gunakan untuk penelitian ini. E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data hasil perhitungan koefisen dan pengujian hipotesis, maka selanjutnnya dapat dianalisis perhitungan langsung dan tidak langsung variabel eksogen (variabel yang mempengaruhi/sebab) terhadap variabel endogen (variabel yang dipengaruhi/akibat) dalam model struktural yang terbagi menjadi 4 substruktur. Tabel Besar pengaruh langsung dan tidak langsung variabel

eksogen ( X1 dan X2) terhadap variabel Endogen X3 pada substruktur 1

Variabel Langsung Terhadap Hasil

belajar (X3)

Tidak Langsung Melalui

Keterlibatan Organsiasi (X2)

Total

Kepribadian (X1) - 0,195 x 0,112 = 0,022

0,022

Keterlibatan Organisasi (X2)

0,1122= 0,013 0,013

Page 149: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  135

Dalam substruktur 1 pada tabel di atas terdapat sebuah variabel endogen yaitu hasil belajar dan 2 buah vaiabel eksogen yaitu keperibadian dan keterlibatan organsiasi. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh langsung kepribadian (X1) terhadap hasil belajar (X3). Pengaruh tidak langsung kepribadian (X1) terhadap hasil belajar (X3) melalui keterlibatan organsiasi (X2) sebesar 2,2%. Dengan demikian pengaruh total kepribadian (X1) terhadap hasil belajar (X3) sebesar 8,9%.

Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pengaruh langsung keterlibatan organisasi (X2) terhadap hasil belajar (X3) sebesar 0,013 atau 1,3% dengan koefisien jalur 0,112. Dengan demikian pengaruh total keterlibatan organisasi (X2) terhadap hasil belajar (X3) sebesar 1,39%.

Adapun pengaruh kepribadian (X1) dan keterlibatan organisasi (X2) secara bersama-sama terhadap hasil belajar (X3) sebesar 0,017 atau 1,7%. Disamping ke dua variabel eksogen tersebut, hasil belajar juga dipengaruhi oleh variabel lain dengan besar pengaruh 0,983 atau 98% dengan koefisien pε31= 0,98.

Tabel Besar pengaruh langsung dan tidak langsung variabel eksogen ( X1, X2 dan X3) terhadap variabel Endogen X4 pada

substruktur 2 Variabel Langsung

Terhadap Lingkungan Pendidikan

(X4)

Tidak Langsung

Melalui Keterlibatan

Organsiasi (X2)

Tidak langsung

melaluiHasil Belajar PA (X3)

Total

Kepribadian (X1) - 0,195 x 0,143 = 0,028

- 0,028

Keterlibatan Organisasi (X2)

0,1432=0,020 0,112 x 0,079 = 0,009

0,029

Hasil Belajar PA (X3)

0,0792= 0,006 0,006

Page 150: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 136

Dalam substruktur 2 pada tabel di atas terdapat sebuah variabel endogen yaitu lingkungan pendidikan dan 3 buah variabel eksogen yaitu keperibadian dan keterlibatan organsiasi dan hasil belajar PA. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat pengaruh langsung kepribadian (X1) terhadap lingkungan pendidikan (X4). Pengaruh tidak langsung kepribadian (X1) terhadap lingkungan pendidikan (X4) melalui keterlibatan organsiasi (X2) sebesar 2,8%. Dengan demikian pengaruh total kepribadian (X1) terhadap lingkungan pendidikan (X4) sebesar 2,8%.

Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pengaruh langsung keterlibatan organisasi (X2) terhadap hasil belajar (X3) sebesar 0,02 atau 2% dengan koefisien jalur 0,143. Pengaruh tidak langsung keterlibatan organisasi (X2) terhadap lingkungan pendidikan (X4) melalui hasil belajar PA (X3) sebesar 0,9%. Dengan demikian pengaruh total keterlibatan organisasi (X2) terhadap lingkungan pendidikan (X4) sebesar 2,9%. Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pengaruh langsung hasil belajar (X3) terhadap lingkungan pendidikan (X4) sebesar 0,006 atau 0,6% dengan koefisien jalur 0,079.

Adapun pengaruh kepribadian (X1), keterlibatan organisasi (X2) dan hasil belajar PA (X3) secara bersama-sama terhadap hasil belajar (X3) adalah sebesar 0,40 atau 40%. Disamping ke dua variabel eksogen tersebut, lingkungan pendidikan (X4) juga dipengaruhi oleh variabel lain dengan besar pengaruh 0,60 atau 60% dengan koefisien pε41= 0,60.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keterlibatan organisasi memiliki total pengaruh langsung dan tidak langsung terbesar terhadap lingkungan pendidikan. Sedangkan hasil belajar PA memiliki total pengaruh langsung dan tidak langsung terkecil terhadap lingkungan pendidikan.

Page 151: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  137

Tabel Besar pengaruh langsung dan tidak langsung variabel eksogen ( X1, X2, X3, X4) terhadap variabel Endogen Y pada

substruktur 3 Variabel Langsung

Terhadap Toleransi beragama beragama (Y)

Tidak Langsung Melalui Keterlibatan Organsiasi (X2)

Tidak langsung melalui Hasil Belajar PA (X3)

Tidak langsung melalui Lingkungan pendidikan (X4)

Tidak Langsung Melalui Keterlibatan Organsiasi (X2) dan Hsl Belajar (X3)

Tidak Langsung Melalui Keterlibatan Organsiasi (X2) dan lingk.Pddkn (X4)

Tidak Langsung Melalui Hasil Belajar PA (X3) dan lingk.Pddkn (X4)

Total

Kepribadian (X1)

0,1472=0,022 0,195 x 0,118 = 0,023

0,195 x 0,112 x -0,109 = -0,002

0,195 x 0,143 x 0,269 = 0,008

0,051

Keterlibatan Organisasi (X2)

0,1182=0,014 0,112 x -0,109 = -0,012

0,143 x 0,269 = 0,038

0,112 x 0,079 x 0,269 = 0,002

0,042

Hasil Belajar PA (X3)

-0,1092=0,012

0,079 x 0,269 = 0,021

0,033

Lingkungan Pendidikan (X4)

0,2692=0,072 0,072

Dalam substruktur 3 pada tabel di atas terdapat

sebuah variabel endogen yaitu toleransi beragama dan 4 buah variabel eksogen yaitu keperibadian dan keterlibatan organsiasi, hasil belajar PA dan lingkungan pendidikan. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh langsung kepribadian (X1) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 2,2%. Pengaruh tidak langsung kepribadian (X1) terhadap toleransi beragama (Y) melalui keterlibatan organsiasi (X2) sebesar 2,3%. Pengaruh tidak langsung kepribadian (X1) terhadap toleransi beragama (Y) melalui keterlibatan organsiasi (X2) dan hasil Belajar (X3) sebesar 0,2%. Pengaruh tidak langsung kepribadian (X1) terhadap

Page 152: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 138

toleransi beragama (Y) melalui keterlibatan organsiasi (X2) dan lingkungan pendidikan (X4)sebesar 0,8%. Pengaruh tidak langsung kepribadian (X1) terhadap toleransi beragama (Y) melalui hasil belajar PA (X3) dan lingkungan pendidikan (X4) sebesar 0,1%. Dengan demikian pengaruh total kepribadian (X1) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 5,1%.

Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh langsung keterlibatan organsiasi (X2) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 1,4%. Pengaruh tidak langsung keterlibatan organsiasi (X2) terhadap toleransi beragama (Y) melalui hasil belajar (X3) sebesar -1,2%. Pengaruh tidak langsung keterlibatan organsiasi (X2) terhadap toleransi beragama (Y) melalui lingkungan pendidikan (X4) sebesar 3,8%. Pengaruh tidak langsung keterlibatan organsiasi (X2) terhadap toleransi beragama (Y) melalui hasil belajar PA (X3) dan lingkungan pendidikan (X4) sebesar 0,2%. Dengan demikian pengaruh total keterlibatan organsiasi (X2) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 5,2%.

Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh langsung hasil belajar PA (X3) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 1,2%. Pengaruh tidak langsung hasil belajar PA (X3) terhadap toleransi beragama (Y) melalui lingkungan pendidikan (X4) sebesar 2,1%. Dengan demikian pengaruh total hasil belajar PA (X3) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 3,3%.

Dalam tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pengaruh langsung lingkungan pendidikan (X4) terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 7,2%.

Adapun pengaruh kepribadian (X1), keterlibatan organisasi (X2) dan hasil belajar PA (X3) lingkungan pendidikan (X4) secara bersama-sama terhadap toleransi beragama (Y) sebesar 0,134 atau 13,4%. Disamping ke dua

Page 153: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

  139

variabel eksogen tersebut, lingkungan pendidikan (X4) juga dipengaruhi oleh variabel lain dengan besar pengaruh 0,866 atau 86,6% dengan koefisien pεy1= 0,87.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa lingkungan pendidikan memiliki total pengaruh langsung dan tidak langsung terbesar terhadap toleransi beragama. Sedangkan hasil belajar PA memiliki total pengaruh langsung dan tidak langsung terkecil terhadap toleransi beragama.

Page 154: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

 140

Page 155: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

141

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

erdasarkan hasil analisis data dan perhitungan statistik dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat Pengaruh langsung kepribadian terhadap keterlibatan organisasi sebesar 3,8% dengan nilai koefisien jalur adalah 0,195. Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepribadian terhadap hasil belajar pendidikan agama. Terdapat Pengaruh langsung keterlibatan organisasi terhadap hasil belajar pendidikan agama sebesar 1,3% dengan nilai koefisien jalur adalah 0,112. Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara kepribadian terhadap lingkungan pendidikan. Terdapat Pengaruh langsung keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan sebesar 2,0% dengan nilai koefisien jalur adalah 0,143. Terdapat Pengaruh langsung keterlibatan organisasi terhadap lingkungan pendidikan sebesar 0,6% dengan nilai koefisien jalur adalah 0,079. Terdapat Pengaruh langsung kepribadian terhadap toleransi beragama sebesar 2,2 % dengan nilai koefisien jalur adalah 0,147. Terdapat Pengaruh langsung keterlibatan organisasi terhadap toleransi beragama sebesar 1,4 % dengan nilai koefisien jalur adalah 0,118. Terdapat Pengaruh langsung hasil belajar pendidikan agama terhadap toleransi beragama sebesar 1,2% dengan nilai koefisien jalur adalah -0,109. Terdapat Pengaruh langsung lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama sebesar 7,2 % dengan nilai koefisien jalur adalah 0,269.

B

Page 156: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

142

2. Variabel kepribadian mahasiswa tidak memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar pendidikan agama, tetapi kepribadian mahasiswa akan lebih efektif perananya terhadap hasil pendidikan agama jika mahasiswa terlibat alam organisasi.

3. Variabel Kepribadian mahasiswa tidak memiliki pengaruh langsung terhadap lingkungan pendidikan, tetapi kepribadian mahasiswa akan lebih efektif perananya terhadap lingkungan pendidikan jika di dukung oleh keterlibatan mahasiswa dalam organisasi.

4. Secara umum variabel kepribadian, keterlibatan organsiasi, hasil belajar dan lingkungan pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap toleransi beragama. Variabel lingkungan pendidikan mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap toleransi beragama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel lingkungan pendidikan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh langsung terhadap toleransi beragama mahasiswa di perguruan tinggi. Dengan kata lain toleransi beragama pada mahasiswa di perguruan tinggi dapat meningkat jika di dukung atau ditumbuh suburkan oleh lingkungan pendidikan yang kondusif.

Lingkungan pendidikan meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (sosial).Tujuan pendidikan di keluarga, yakni terbentuknya mental, sikap serta penonjolan tingkah laku yang positif dan membangun, bukan saja dalam lingkungan keluarga tetapi disetiap lingkungan di mana ia berada. Peranan Sekolah/ Perguruan Tinggi sebagai, jika dilihat dari sudut sosial dan spiritual, berfungsi mengembangkan sikap mental yang erat hubungannya dengan norma-norma kehidupan di kampus dan di lingkungan masyarakat. Dengan demikian jenis

Page 157: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

143

lingkungan sangat menen tukan dan memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap, penerimaan, tingkah laku, dan toleransi setiap mahasiswa terhadap berbagai kemajemukan (etnis, organisasi, dan agama). Hal tersebut mengindikasikan bahwa jenis lingkungan pendidikan tidak bisa diabaikan sebagai faktor penting mengukur toleransi di kalangan mahasiswa.

B. Implikasi

1. Perbaikan kepribadian akan berdampak pada peningkatan keterlibatan organisasi mahasiswa di perguruan tinggi.

2. Perbaikan kepribadian akan berdampak tidak langsung terhadap hasil belajar pendidikan agama melalui keterlibatan organisasi.

3. Peningkatan keterlibatan organisasi akan berdampak pada peningkatan terhadap hasil belajar pendidikan agama.

4. Perbaikan kepribadian akan berdampak tidak langsung terhadap lingkungan pendidikan melalui keterlibatan organisasi.

5. Peningkatan keterlibatan organisasi akan berdampak pada perbaikan lingkungan pendidikan.

6. Peningkatan hasil belajar pendidikan agama akan berdampak pada perbaikan lingkungan pendidikan.

7. Perbaikan kepribadian akan berdampak pada peningkatan toleransi beragama beragama beragama.

8. Peningkatan keterlibatan organisasi akan berdampak pada peningkatan toleransi beragama beragama beragama.

9. Peningkatan hasil belajar pendidikan agama akan berdampak pada peningkatan toleransi beragama beragama beragama.

Page 158: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

144

10. Perbaikan lingkungan pendidikan akan berdampak pada peningkatan toleransi beragama beragama beragama.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka rekomendasi yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan kurikulum pendidikan agama yang bernuansa multikulturalisme di Perguruan Tinggi, yang mampu menciptakan suasana yang sejuk bagi persemaian benih-benih toleransi beragama beragama dan kerukunan umat beragama;

2. Menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif dan harmonis bagi penciptaan toleransi beragama beragama di lingkungan keluarga, perguruan tinggi, masyarakat melalui peningkatan revitalisasi peran dan komunikasi orang tua, dosen, dan tokoh masyarakat;

3. Menciptakan kepribadian mahasiswa yang terbuka terhadap perbedaan melalui pengembangan program pendidikan dan pelatihan kepribadian yang dikelola oleh organisasi intra dan ekstra kampus;

4. Meningkatkan sikap toleran di kalangan mahasiswa melalui keteladanan orang tua dalam memberikan perilaku yang toleran terhadap orang beda agama, dosen tidak mengajarkan doktrin agama yang cenderung intoleran terhadap umat yang berbeda agama; dan

5. Menggunakan model empiris toleransi beragama di kalangan mahasiswa dari temuan penelitian ini, sebagai acuan penyusunan kebijakan pemeliharaan toleransi beragama beragama beragama di kalangan mahasiswa dengan penyempurnaan lebih lanjut.

Page 159: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

145

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin al Rahab. “Kekerasan Komunal di Indonesia: Sebuah

Tinjauan Umum” dalam Jurnal Dignitas. Volume V No. 1 Tahun 2008. hlm. 34.

Ahmad Warson Munawir. Kamus al-Munawir. Yogyakarta: PP Krapyak. 1994. hlm. 702.

Ala Abu Bakar. Islam yang Paling Toleran: Kajian tentang Fanatisme dan Toleransi dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.

Anis Faranita Dhanik Rachmawati. Toleransi Antar Umat Islam dan Katolik: Studi Kasus di Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo. 2006.

Alo Liliweri. Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: LKiS. 199-203.

Alimron. Toleransi Antarumat Beragama dalam Perspektif al-Quran. Tesis. Padang: IAIN Imam Bonjol. 1999. hlm. 21-25.

Anwar Harjono. Indonesia Kita: Pemikiran Berwawasan Iman-Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 1995. hlm. 153.

Agus Purnomo. Ideologi Kekerasan: Argumentasi Teologis-Sosial Radikalisme Islam. Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press & Pustaka Pelajar. 2009.

A Muri Yusuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia A. Zaki Badawi. Mu`jam Musthalahat al-`Ulum al-Ijtima`iyat.

Biyanto. Pluralisme Keagamaan dalam Perdebatan: Pandangan Kaum Muda Muhammadiyah. Malang: UMM Press. 2009. hlm. 160.

David G. Gularnic, Webster’s World Dictionary of American Language. New York: The World Publishing Company. 1959. p. 799;

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. hlm. 1204;

Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. hlm. 3.

Page 160: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

146

Djohan Effendi. “Persahabatan Lebih Penting Daripada Kesepakatan Formal” dalam Mimbar Ulama, No. 128 Tahun XII/1988. hlm. 29-30.

Endang Saifuddin Anshari dalam Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu. 1987. hlm. 46.

Enung Fatimah. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia. 2006.

Eriyanto dkk. Bagaimana Merancang dan Membuat Survei Opini Publik. Jakarta: AROPI. 2009. hlm. 8.

Fathurrahman.Toleransi Beragama Antara Penyedia dan Pengguna Jasa Kos-kosan Beda Agama di Dusun Papringan, Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga. 2008.

“Gerakan Baku Bae Maluku Perlawanan terhadap Penganjur Perang” dalam Ambon Berdarah On-Line, www. geocities.com.

Hadari Nawawi. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. 1985. hlm. 7.

Heru Cahyono. Ed. Konflik Kalbar dan Kalteng: Jalan Panjang Meretas Perdamaian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan P2P-LIPI. 2008.

Hikmat Budiman. “Minoritas, Multikulturalisme, Modernitas” dalam Hikmat Budiman. Ed. Hak Minoritas Dilema Multikulturalisme di Indonesia. Jakarta: The Interseksi Foundation. 2005. hlm. 3.

Israq. “Substansi dan Definisi Pengetahuan” dalam www.israq. wordpress.com.

Istilah agree in desagreement dipopulerkan oleh Menteri Agama, A. Mukti Ali.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008. hlm. 191.

J.P. Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006. hlm. 512;

Page 161: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

147

Karl Rahner. Ed. Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi. Wellwood, North Farm Road, Tunbridge Wells, Kent: Burns & Oates. 1993. p. 1721-1726.

Kasinyo Harto. Islam Fundamentalis di Perguruan Tinggi Umum: Kasus Gerakan Keagamaan Mahasiswa Universitas Sriwijaya Palembang. Jakarta: Balitbang dan Diklat Depag. 2008. hlm. 215.

Khaled Abou El Fadl. Cita dan Fakta Toleransi Islam: Puritanisme versus Pluralisme. Bandung: Arasy. 2003;

Lucia Ratih Kusumadewi. Sikap dan Toleransi Beragama di Kalangan Mahasiswa: Studi di Tiga Perguruan Tinggi di Jakarta. Skripsi. Depok: FISIP UI. 1999. hlm. 11-12.

Lorens Bagus. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1996. hlm. 1111-1112.

Lucia Ratih Kusumadewi. Sikap dan Toleransi Beragama di Kalangan Mahasiswa: Studi di Tiga Perguruan Tinggi di Jakarta. Skripsi. Jakarta: FISIP-UI. 1999. hlm. 65-78.

Muhammad Hisyam et.al. Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Rentan Konflik. Jakarta: LIPI Press. 2006. hlm. 1.

Menggugat Intelektualisme Mahasiswa” dalam http:// bermula. wordpress.com/2008/06/25/menggugat-intelektualisme - mahasiswa/.

M. Mukhsin Jamil. Mediasi dan Resolusi Konflik. Semarang: Walisongo Mediation Centre. 2007. hlm. xviii-xxi;

M. Ainul Yaqin. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media. 2005. hlm. 17.

M. Amin Abdullah. “Keimanan Universal di Tengah Pluralisme Budaya: Tentang Kebenaran Agama dan Masa Depan Ilmu Agama” dalam Ulumul Qur’an, No. 1 Vol. IV Th. 1993. hlm. 88-96.

M. Amin Abdullah. “Relevansi Studi Agama di Era Pluralisme Agama” dalam Mohammad Sabri. Keberagamaan yang Saling

Page 162: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

148

Menyapa: Perspektif Filsafat Perennial. Yogyakarta: Ittaqa Press. 1999. hlm. xiii.

M. Hariwijaya. Tes Kepribadian. Yogyakarta: Media Ilmu. 2009. hlm. 1.

.M. Billah. “Tipologi dan Praktek Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia”. Makalah disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Dep. Hukum dan HAM RI, Denpasar, 14-18 Juli 2003

M. Hariwijaya. op.cit. hlm. 118-130; Jalaluddin. op.cit. hlm. 195; Agus Sujanto, Halem Lubis, dan Taufik Hadi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.

Muhlas. Pendidikan Profesi Guru. Jakarta: Irjen Dikti Depdiknas. 2009.

Muhammad Ali. Teologi Pluralis-Multikultural: Menghargai Kemajemukan Menjalin Kebersamaan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2003.

Muhammad Hisyam. Ed. Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Rentan Konflik. Jakarta: LIPI.2006; Idem. Budaya Kewargaan Komunitas Islam di Daerah Aman Konflik. Jakarta: LIPI. 2007.

Mujiburrahman. Mengindonesiakan Islam: Representasi dan Ideologi. Pengantar Karel A. Steenbrink. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.

“Mahasiswa Kriminal Picu Konflik Kampung Pulo”, dalam www.sabili.co.id.

M.A.S. Imam Chourmain. Metode Penelitian dengan Analisis Jalur (Metode Path Analysis). Jakarta: t.p. 2007.

Nurhayati. Toleransi Antara Umat Beragama: Studi Kasus Umat Islam dan Hindu di Kampung Lebah Kabupaten Klungkung, Bali. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 2005.

“Mahasiswa UKI dan YAI Sempat ‘Mesra’ di Era Reformasi”, 16 Oktober 2008, www.tempointeraktif.com.

Page 163: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

149

Paul Edwards. Editor in Chief. “Toleration” in The Encyclopedia of Pholosophy. Volume 7 and 8 Paul Edwars (New York & London: Macmillan Publisher. 1967, hlm 143.

“Polisi Temukan Senjata Tajam dalam Kampus”, 19 November 2008, www.nasional.vivanews.com.

Sarlito Wirawan Sarwono. Psikologi Prasangka Orang Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006. hlm. 92.

http://books.google.co.id/books, hlm. 40.

Resume Studi Toleransi dan Kerentanan Religi di 4 Kota Jawa, dari Labsosio Departemen Sosiologi, FISIP Universitas Indonesia. 2008. hlm. 1.

Saiful Mujani. Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2007. hlm. 162.

Saiful Mujani dkk. Benturan Peradaban: Sikap dan Perilaku Islamis Indonesia terhadap Amerika Serikat. Jakarta: Nalar. 2005. hlm. 92.

Syamsu Yusuf LN dan A. Juntika Nurihsan. Teori Kepribadian. Bandung: Sekolah Pascasarjana & Remaja Rosda-karya. 2008. hlm. 26.

Soerjono Soekanto (1993: 355), sebagaimana dikutip Sismarni. “Teori Partisipasi dalam Dinamika Sosial” dalam www.lppbi-fiba.blogspot.com.

Saeful Mujani. Islam dan God Goverment. Jakarta: PPIM IAIN Syarif Hidayatullah. 2002.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2008. hlm. 8.

Teguh Setiawan. Toleransi Beragama di Kalangan Komunitas Slankers Semarang: Studi Kasus Organisasi Basis Slankers Club. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo. 2007.

Tempo, 12 November 2004

Tim Peneliti. Survei Opini Publik: Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia. Jakarta: LSI. 2006.

Page 164: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

150

Tim Peneliti. Laporan Hasil Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Stakeholders terhadap Organisasi Masyarakat Sipil. Jakarta: LP3ES dan YAPPIKA. 2006. Tim Peneliti. Indeks Masyarakat Sipil Indonesia. Jakarta: YAPPIKA. 2006. hlm. 90-91.

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2005. Hlm. 1121.

Tim Penyusun. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid XVI. Jakarta: Cipta Adi Pustaka. 1996. hlm. 384;

Trisno Sutanto. “Melampaui Toleransi?: Merenung Bersama Walzer” dalam Ihsan Ali-Fauzi, dkk. Demi Toleransi Demi Pluralisme. Jakarta: Paramadina. 2007.

Tim Penyusun. Toleransi dalam Pasungan: Pandangan Generasi Muda terhadap Masalah Kebangsaan, Pluralitas dan Kepemimpinan Nasional. Jakarta: SETARA Institute. 2008.

“Umat Islam Indonesia Dukung Radikallisme” dalam Harian Toleransi dalam Pasungan: Pandangan Generasi Muda terhadap Masalah Kebangsaan, Pluralitas dan Kepemimpinan Nasional. Jakarta: SETARA Institute. 2008.

William L. Reese. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought. Expanded Edition. New York: Humanity Books. 1999. p. 774-775..

www.wikipedia.org.id.

W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989. hlm. 702; Binsar A. Hutabarat. Kebebasan Beragama VS Toleransi Beragama. www.google.com.

www.commongroundnews.org.

www.in-christ.net.

www.antara.co.id.

Yayah Khisbiyah. Menepis Prasangka, Memupuk Toleransi untuk Multikulturalisme: Dukungan dari Psikologi Sosial. Surakarta: PSB-PS UMS. 2007. hlm. 4.

Page 165: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

151

Yusuf al-Qardhawi. Minoritas Nonmuslim di dalam Masyarakat Islam. Penerjemah Muhammad Baqir. Bandung: Mizan. 1985. Hlm. 95-97.

Zakiyuddin Baidhawy. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Erlangga. 2007.

Page 166: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

152

Page 167: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

153

Lampiran Nomor : ................................................ Perguruan Tinggi : ................................................ Surveyor : ................................................ DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER) PENELITIAN TENTANG TOLERANSI MAHASISWA BERBEDA AGAMA DI PERGURUAN TINGGI UMUM Hai teman-teman mahasiswa, Kami peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama sedang menye-lenggarakan penelitian tentang Toleransi Mahasiswa Berbeda Agama di Perguruan Tinggi Umum. Tujuan penelaitian adalah untuk mengkaji pengaruh kepribadian, pengetahuan agama, keterlibatan organisasi, dan lingkungan pendidikan terhadap toleransi beragama para mahasiswa. Sehubungan hal tersebut, kami mohon bantuan teman-teman untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban kuesioner merupakan informasi utama yang akan menentukan kesimpulan penelitian sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan pembinaan kerukunan umat beragama di Indonesia. Atas bantuan teman-teman, kami ucapkan terima kasih.

Page 168: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

154

a. Teman-teman mahasiswa dimohon menjawab/merespon

pertanyaan atau pernyataan di bawah ini dengan sejujurnya.

b. Sebelum menjawab, baca dengan teliti pertanyaan atau pernyataannya. Apabila ada yang tidak jelas, tanyakan kepada petugas pengumpul data.

c. Bubuhkan tanda silang (x) atau lingkaran (O) pada huruf a, b, c, d, e, dan/atau seterusnya untuk jawaban yang teman-teman anggap paling tepat. Untuk jawaban isian mohon ditulis secara jelas dan ringkas.

d. Dimohon untuk menjawab/merespon semua pertanyaan atau pernyataan.

e. Jawaban teman-teman dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

I. Identitas Responden

1. Umur : ..………. tahun 2. Jenis kelamin : a. Laki-laki

b. Perempuan 3. Agama : a. Islam b. Kristen

c. Katolik d. Hindu e. Buddha f. Khonghucu

4. Suku (yang dominan) : ................................... 5. Daerah Asal : ……………………….. 6. Anak ke : ……… dari ….... bersaudara 7. Asal Sekolah : a. SMA b. SMK

c. Madrasah Aliyah

Petunjuk Pengisian

Page 169: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

155

8. Fakultas : ………………..………………………... Semester : ……......

9. Biaya hidup perbulan : ………………………... 10. Transportasi ke kampus: a. Angkutan umum

b. Motor c. Mobil d. Bersepeda e. Berjalan kaki

Jawaban Anda No. Pertanyaan

Ya Tidak Tahu

Tidak

a. Apakah kamu pernah cidera saat berolahraga berbahaya?

b. Apakah kamu suka bermain langsung di atas pentas?

c. Apakah kamu suka menjadi seorang pilot?

d. Apakah kamu akan mempelajari sesuatu jika kamu dihukum penjara?

e. Apakah kamu pernah mengkomplain ke pemilik toko atau penjaga toko?

f. Apakah kamu suka ambil bagian dalam reli jalanan?

g. Apakah kamu mau mengetuai kereta hias dalam suatu arak-arakan?

h. Apakah kamu punya banyak kawan? i. Apakah kamu suka kehidupan malam? j. Apakah kamu popular di lingkungan

kampus?

k. Apakah kamu suka bekerja di bidang keuangan di satu kota besar?

l. Apakah kamu suka menjadi politikus? m. Apakah kamu suka menyentuh orang? n. Apakah kamu suka menjadi seorang

dokter?

o. Apakah kamu seorang yang energik?

Page 170: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

156

11. Pekerjaan Bapak : ………………………... 12. Pekerjaan Ibu : ………………………...

II. Kepribadian

13. Berikan tanda (X) atau (V) di kolom sebelah kanan terhadap pertanyaan-pertanyaan di kolom sebelah kiri!

14. Berikan tanda (X) atau (V) di kolom sebelah kanan terhadap pertanyaan-pertanyaan di kolom sebelah kiri!

Jawaban Kamu No. Pertanyaan

Ya Tidak Tahu

Tidak

a. Apakah kamu menjadi kacau kalau terganggu?

b. Apakah kamu merasa khawatir jika ada pekerjaan yang belum diselesaikan?

c. Apakah kamu membasuh tangan kamu lebih dari empat kali sehari?

d. Apakah betul kamu tidak pernah berjalan di bawah tangga?

e. Apakah kamu memerintahkan menyimpan surat-surat dengan ketat?

f. Apakah kamu selalu tahu berapa uang yang ada di dompet kamu?

g. Apakah kamu merencanakan liburan dengan baik?

h. Apakah kamu segera mencuci piring setelah makan?

i. Apakah kamu mengucapkan selamat hari raya pada sahabat

Page 171: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

157

lebih dahulu? j. Apakah kamu mencantumkan

tanggal surat-surat kamu?

k. Apakah kamu pernah tidak menepati janji?

l. Jawaban Kamu No. Pertanyaan

Ya Tidak Tahu

Tidak

a. Apakah kamu bisa menulis puisi?

b. Apakah kamu percaya ada makhluk asing di jagat raya ini?

c. Apakah kamu percaya pada hal-hal yang bersifat supranatural?

d. Apakah kamu dapat menulis buku cerita kanak-kanak?

e. Apakah kamu berani tinggal di rumah angker sendirian di malam hari?

f. Apakah kamu percaya setelah kematian ada kehidupan?

g. Apakah kamu percaya adanya roh-roh jahat?

h. Apakah kamu sering bermimpi pada malam hari?

i. Apakah kamu percaya kepada spiritualisme?

j. Apakah kamu pernah berencana seandainya kamu memenangkan lotere?

k. Apakah kamu percaya ada hantu di sekitar rumahmu?

l. Apakah kamu takut kalau keluar rumah di waktu malam?

m. Apakah kamu suka hidup di

Page 172: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

158

15. Berikan tanda (X) atau (V) di kolom sebelah kanan

terhadap pertanyaan-pertanyaan di kolom sebelah kiri!

Jawaban Kamu No. Pertanyaan

Ya Tidak Tahu

Tidak

a. Apakah kamu membaca majalah desain interior untuk mendapatkan ide untuk rumah kamu?

b. Apakah kamu berpariwisata ke kawasan yang indah pemandangannya?

c. Apakah kamu seorang yang modis? d. Apakah kamu pernah mengikuti kelas

merangkai bunga?

e. Apakah kamu punya kartu anggota perpustaakan?

f. Apakah kamu pelukis cat air? g. Apakah kamu pernah menulis cerita

pendek?

Apakah kamu selalu memastikan pintu terkunci ketika malam?

abad ke-19? n. Apakah kamu suka pergi ke

bulan?

o. Apakah kamu mimpi di siang bolong?

m. Apakah sepatu kamu selalu tampak bersih?

n. Apakah kamu tidak pernah kehilangan kunci?

o. Apakah kamu segera bersih-bersih setelah bekerja?

Page 173: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

159

h. Apakah kamu pernah mengunjungi rumah yang megah?

i. Apakah kamu sering mengunjungi galeri seni?

j. Apakah kamu suka berpuisi? k. Apakah kamu gemar berkebun? l. Apakah kamu gemar fotografi? m. Apakah kamu bagus jika tampil di

pentas?

n. Apakah kamu suka menjadi seorang arsitek?

o. Apakah kamu suka menjadi illustrator untuk penerbitan komik?

16. Berikan tanda (X) atau (V) di kolom sebelah kanan

terhadap pertanyaan-pertanyaan di kolom sebelah kiri!

17. Berikan tanda (X) atau (V) di kolom sebelah kanan terhadap pertanyaan-pertanyaan di kolom sebelah kiri!

Jawaban Kamu No. Pertanyaan

Ya Tidak Tahu

Tidak

a. Apakah kamu akan komplain, jika hidangan satu restoran tidak ada yang kamu sukai?

b. Apakah kamu takut dengan orang yang punya wewenang?

c. Apakah kamu menolak jika dikehendaki menjabat ketua sebuah klub?

d. Apakah kamu akan mengatakan untuk menghubungi kembali, jika kamu menerima telepon ketika hendak keluar?

Page 174: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

160

e. Apakah kamu akan komplain, jika buah yang kamu beli ada yang busuk?

f. Apakah kamu akan menolak, jika tetangga kamu meminjam kendaraan?

g. Apakah kamu tetap bisa bekerja, jika perlengkapan kantor ternyata rusak?

h. Apakah kamu akan memakan sekotak coklat pemberian seseorang, padahal kamu berusaha untuk diet?

i. Apakah kamu akan komplain, jika kamu disuruh menunggu giliran di salah satu klinik gigi?

j. Apakah kamu akan marah, jika seekor kucing tetangga menggali rumput taman kamu?

k. Apakah kamu keberatan, jika tetangga kamu memanasi motornya?

l. Apakah kamu akan komplain untuk diulang, jika kamu tidak puas dengan perbaikan kendaraan kamu?

m. Apakah kamu keberatan, jika ada penumpang yang merokok di kereta api non-merokok?

n. Apakah kamu merasa sulit untuk menerima nasihat dari orang lain?

o. Apakah kamu akan komplain, jika seorang sales tidak memperhatikan permintaan kamu?

Page 175: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

161

III. Keterlibatan Organisasi 18. Apakah ada organisasi-organisasi kemahasiswaan

intra dan ekstra di kampus kamu seperti berikut?

Keterangan Organisasi

Ada Tidak Ada

a. Himpunan Mahasiswa Jurusan b. Senat Mahasiswa Fakultas c. Badan Eksekutif Mahasiswa d. Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM)

e. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

f. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

g. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)

h. Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKRI)

i. Pemuda Katolik j. Pemuda Hindu k. Pemuda Buddha l. Pemuda Khonghucu m. Kesatuan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia (KAMMI)

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

................................................................

Page 176: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

162

19. Apakah kamu pernah atau sedang menduduki posisi tertentu di organisasi-organisasi kemahasiswaan berikut?

Terlibat sebagai

Organisasi Peng urus

Anggota aktif

Anggota Tidak aktif

Bukan Anggota

a. Himpunan Mahasiswa Jurusan

b. Senat Mahasiswa Fakultas

c. Badan Eksekutif Mahasiswa

d. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

e. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

f. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

g. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)

h. Persatuan Mahasiswa Kristen Indonesia (PMKRI)

i. Pemuda Katolik j. Pemuda Hindu k. Pemuda Buddha l. Pemuda Khonghucu m. Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

..................................................... .....................................................

Page 177: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

163

20. Berapa banyak kamu memimpin rapat/diskusi dalam pertemuan organisasi kemahasiswaa di kampus? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

21. Berapa banyak kamu mengemukakan pendapat dalam

setiap rapat/diskusi dalam pertemuan organisasi kemahasiswaan di kampus? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

22. Berapa banyak kamu menengahi perdebatan yang

terjadi di antara teman-teman organisasi kemahasiswaanmu? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

23. Berapa banyak kamu mendukung teman yang hendak

menduduki jabatan ketua di organisasi kemahasiswaanmu? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

24. Cara pandangmu terhadap masalah lebih arif sejak

terlibat dalam organisasi kemahasiswaan. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

IV. Hasil Belajar Pendidikan Agama 25. Berapakah nilai mata kuliah agama kamu?

a. A b. B c. C d. D e. E

Page 178: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

164

V. Lingkungan Pendidikan 26. Apakah kamu terganggu belajar karena penghuni

tempat tinggal kamu cukup banyak? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

27. Apakah hubungan antara orang tua dan kamu

dilandasi rasa kasih sayang? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

28. Apakah hubungan antara orang tua dan saudara kamu

dalam suasana keakraban? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

29. Apakah hubungan antara kamu dan saudara kamu

dalam suasana keakraban? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

30. Apakah pengetahuan agama yang diperoleh di

kampus dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari di tempat tinggalmu? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

31. Apakah kamu merasa tertarik dengan cara dosen kamu mengajar tentang perbedaan agama? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

Page 179: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

165

32. Apakah kamu diberi kesempatan untuk memberi pandangan berbeda saat pembelajaran agama berlangsung di ruang kuliah? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

33. Apakah dosen kamu mendukung sikap mahasiswa

yang ekstrim? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

34. Apakah di lingkungan tempat tinggal kamu

melakukan kegiatan sosial yang melibatkan anggota masyarakat berbeda agama? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

VI. Toleransi Beragama

Pilih salah satu pernyataan di bawah ini yang dianggap paling sesuai dengan hati nurani kamu. 35. Kebebasan beragama berarti berhak memeluk atau

tidak memeluk suatu agama. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak

setuju e. Sangat tidak setuju

36. Kebebasan beragama berarti setiap orang atas kesadaran dan keyakinannya sendiri, leluasa memeluk suatu agama tanpa tekanan, intimidasi atau paksaan. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

Page 180: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

166

37. Kebebasan beragama berarti bebas mengembangkan dan memelihara hakikat ajaran agama yang dianut. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

38. Kebebasan beragama seseorang tidak boleh melanggar kebebasan beragama orang lain. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

39. Hanya agama kamu yang paling benar. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

40. Hanya yang memeluk agama kamu yang dijamin keselamatannya. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

41. Hanya kitab suci agama kamu yang paling benar. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

42. Satu-satu umat terpilih adalah mereka yang seagama denganmu. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

43. Hanya ajaran agama kamu saja yang perlu diketahui dan dipelajari. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

Page 181: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

167

44. Kamu tidak keberatan pendirian rumah ibadat agama lain di lingkungan RT-mu. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

45. Kamu bersedia diajak mengunjungi tempat suci agama lain. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

46. a. Tidak keberatan dengan ibadat teman berbeda agama dalam satu kamar.

b. Tidak keberatan dengan ibadat teman berbeda agama dalam satu rumah.

c. Tidak keberatan dengan ibadat teman berbeda agama di lingkungan tempat tinggal.

d. Tidak keberatan dengan ibadat teman berbeda agama di Kampus.

e. Tidak keberatan dengan ibadat teman berbeda agama di masyarakat luas.

47. a. Berkunjung dan memberi ucapan selamat pada

teman berbeda agama atas perayaan hari besar agamanya.

b. Menghadiri undangan teman berbeda agama dalam perayaan hari besar agamanya.

c. Memberi ucapan selamat pada teman berbeda agama atas perayaan hari besar agamanya.

d. Tidak mengucapkan selamat atas perayaan hari besar teman berbeda agama tetapi tidak mengganggunya.

e. Tidak mengucapkan selamat atas perayaan hari besar teman berbeda agama dan tidak menyukai acara itu dilangsungkan.

Page 182: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

168

48. Kamu mengikuti kegiatan doa bersama dengan

orang berbeda agama? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

49. Kamu membantu tenaga/dana dalam perayaan keagamaan umat agama lain? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang b. d. Pernah e. Tidak pernah

50. a. Tidak keberatan tinggal bersama teman berbeda agama dalam satu kamar.

b. Tidak keberatan tinggal bersama teman berbeda agama dalam satu rumah.

c. Tidak keberatan tinggal bersama teman berbeda agama dalam satu lingkungan tempat tinggal.

d. Tidak keberatan tinggal bersama teman berbeda agama yang satu kampus.

e. Tidak keberatan tinggal bersama teman berbeda agama di masyarakat luas.

51. a. Setuju membantu teman yang berbeda agama.

b. Setuju berorganisasi dengan teman berbeda agama.

c. Setuju bergaul dengan teman berbeda agama. d. Setuju mempunyai kelompok belajar dengan

teman yang berbeda agama. e. Setuju tidak perduli dengan teman berbeda agama.

52. Kamu mengizinkan teman berbeda agama menginap di kamar kamu. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

Page 183: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

169

53. Kamu ragu menikmati makanan yang dihidangkan teman berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

54. Kamu menitipkan kunci kamar kepada teman yang

berbeda agama jika kamu ada acara ke luar kota. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

55. Kamu meminta tolong dibelikan sesuatu kepada

teman berbeda agama yang pergi berbelanja. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

56. Kamu bersedia memberikan alamat dan nomor

telepon kamu kepada orang berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

57. Kamu menghadiri undangan pesta orang berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang b. d. Pernah e. Tidak pernah

58. Kamu menghadiri upacara pernikahan di rumah ibadat agama lain.

a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

59. Kamu tidak ikut berdoa jika pembacaan doa

dipimpin pemuka agama lain. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

Page 184: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

170

60. Kamu menjawab semua ucapan salam keagamaan yang diucapkan oleh penganut agama lain. a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

61. Kamu melakukan ibadat di rumah temanmu yang

berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

62. Kamu menghadiri upacara pemakaman penganut agama lain. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

63. Kamu memberi bantuan untuk pendirian rumah

ibadat agama lain. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

64. Kamu membantu jika ada teman berbeda agama

mendapat musibah. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

65. Kamu meminjamkan buku/uang kepada teman

berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

66. Kamu akan memilih orang yang berbeda agama

untuk menjadi ketua organisasi kampus? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

Page 185: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

171

67. Kamu menolak tawaran bantuan dari teman berbeda agama? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

68. Kamu bertemu dan berbicara dengan orang lain yang

berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

69. Kamu bertukar pikiran dengan orang berbeda

agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

70. Kamu mengikuti nasihat yang diberikan teman

berbeda agama. a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

71. Kamu bertamu ke rumah orang berbeda agama?

a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

72. Kamu meminjamkan kendaraan milikmu kepada orang berbeda agama? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Pernah e. Tidak pernah

73. Kamu melakukan pinjam-meminjam barang/uang

dengan orang berbeda agama? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang b. d. Pernah e. Tidak pernah

Page 186: TOLERANSI BERAGAMA MAHASISWA - SIMBIsimbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/toleransi beragama... · beragama merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi

172