toleransi dan

Upload: hiba-saif

Post on 15-Jul-2015

99 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yangberarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.[1] Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik dari kaum liberal maupun konservatif.

2

Toleransi Dan Kerukunan

Pehamanan yang salah tentang Islam yang menyebar luas dimasyarakat (terutama non-muslim) adalah Islam dianggap sebagai agama yang tidak toleran terhadap keyakinan agama lain. Ada keyakinan bahwa umat Islam diperintahkan untuk bersikap keras bahkan menjadi musuh bagi non-muslim. Pemahaman yang salah ini makin berkembang, sehingga menghembuskan wacana bahwa Islam adalah ancaman non-muslim. Hal ini diperkuat dengan maraknya aksi teroris dan anarkis dengan mengatas namakan membela Islam (jihad) yang terjadi akhir-akhir ini. Perlu disadari bahwa hidup dan kehidupan dunia senantiasa bersifat majemuk, tidak mungkin setiap orang akan memiliki pandangan yang sama terhadap suatu masalah termasuk dalam hal beragama. Agama Islam mengakui bahwa keimanan seseorang terkait dengan hidayah (petunjuk dari Allah) SWT, bukan hasil rekayasa manusia. Kita hanya bertugas untuk berdakwah menyampaikan kebenaran ajaran Allah semampu kita, mengenai hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap umat agama yang berbeda? Bagaimana pula kita bergaul dengan mereka? Ada hal-hal prinsip yang perlu dijelaskan disini ketika mengimplentasikan nilai-nilai toleransi dalam wilayah keagamaan. Berikut ini adalah prinsip-prinsip penting yang harus dihormati dan dipedomani: Toleransi Tidak Boleh Pada Masalah Aqidah Masalah aqidah tidak bisa dicampur-adukkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan toleransi karena hal ini berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap Tuhan-nya. Jadi tidak ada kompromi dalam hal keimanan, kita harus tegas mengatakannya. Sebagaimana Firman Allah: Katakanlah: Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.. (Q.S. Al-K firun:1-6) Dalam surat ini menjelaskan bahwa Islam memberikan ketegasan sikap ideologis berupa baraa atau penolakan total terhadap setiap bentuk kesyirikan aqidah yang terdapat di dalam agama-agama lain. Maka tidak boleh ada pencampuran antara Islam dan agama-agama lain dalam bidang-bidang aqidah. Begitu pula antar umat muslim dan umat kafir tidak dibenarkan saling mencampuri urusan-urusan khusus agama lain. Toleransi Tidak Boleh Berada Pada Wilayah Ibadah (Ubudiyah) Masalah ibadah dalam agama juga harus murni sesuai tuntunan Rasulullah. Syarat, tata cara, waktu dan tempat pelaksanaan ibadah telah di atur dalam Islam. Oleh karena itu tidak dibolehkan menerapkannya menurut kemauannya sendiri dengan alasan toleransi. Misalnya, demi menghormati agama orang lain, lalu kita melakukan shalat di tempat ibadah agama orang lain. Ini jelas dilarang dalam Islam. Kaum muslimin dilarang keras ikut-ikutan penganut agama lain dalam ritual ibadah dan ketentuan hukum agama mereka. Umat Islam tidak dibenarkan melibatkan diri dan bekerja sama dengan penganut agama lain dalam bidang-bidang yang khusus terkait dengan ritual ibadah dan hukum agama mereka. Contohnya adalah ajakan kaum kafir Qurays kepada nabi untuk saling bergantian menyembah Tuhan masing-masing selama satu tahun yang menjadi sebab turunnya (asbabu al-nuzul) surat Al-Kafirun. Contoh lainnya adalah seorang muslim yang ikut merayakan hari besar keagamaan non muslim. Hal itu berarti membenarkan ibadah mereka dan mencampuradukkan ajaran agama. Toleransi Tidak Dalam Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Ajaran Islam Misalnya demi menghormati dan menghargai orang lain yang kebetulan dalam suatu pesta acara di rumah orang non-muslim, ternyata ada menu makanan yang diharamkan dalam Islam. Maka kita harus menjauhinya dan tidak boleh ikut memakannya. Toleransi Hanya Dibolehkan Pada Aspek-Aspek Yang Menyangkut Relasi Kemanusiaan (Muamalah Maa Nas) Biasanya ini masuk dalam kawasan tuntunan agama yang berkaitan dengan muamalah dan akhlak kepada manusia. Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agama-agama lain dan penganutpenganutnya. Disamping dari kalimat Lakum diinukum waliya diin, yang berarti Islam mengakui adanya kebebasan beragama bagi setiap orang, dan bukan kebebasan mengganggu, mempermainkan atau merusak agama yang ada. Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi dengan umat-umat non-muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan umum seperti bisnis, urusan sosial, dan urusan kemasyarakatan. Kita diperbolehkan untuk berinteraksi

3

dengan orang-orang kafir dalam berbagai bidang kehidupan umum namun khusus dalam masalah agama yang meliputi aqidah, ritual ibadah, hukum, dan semacamnya, kita harus bersikap tegas kepada mereka. Sekalipun terhadap kedua orang tua kita jika mereka memaksa kita untuk mempersekutukan Allah. Meskipun demikian, kita tetap diperintahkan untuk mempergauli keduanya di dunia dengan baik. Atau, terhadap orang-orang yang tidak memerangi dalam urusan agama kita harus berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka (lihat Q.S. Luqman [31]: 15, dan Q.S. Al-Mumtahanah [60]: 8). Tidak Memaksakan Pendapat Allah SWT berfirman: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Quran , dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Yunus 40-41) Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya bahwa keadaan orang-orang musyrikin yang mendustakan ayat-ayat Al-Quran akan terbagi menjadi dua golongan. Segolongan yang benar-benar mempercayai dengan iktikad yang kuat terhadap Al-Quran dan segolongan lagi yang tidak mempercayainya dan terus-menerus di dalam kekafiran. Mereka ini tidak akan diberi azab secara langsung di dunia seperti nasib yang telah dialami oleh orang-orang sebelum Nabi Muhammad SAW. Kemudian Allah SWT memberikan penjelasan bahwa apabila orangorang musyrikin itu tetap mendustakan Muhammad SAW, maka Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk meneruskan tugas kerasulan. Tugas rasul adalah sebagai penyampai perintah Allah yang nyata kebenarannya, yang mengandung peringatan dan penghibur serta tuntunan ibadah serta pokok-pokok kemaslahatan yang menjadi pedoman untuk kehidupan dunia. Nabi Muhammad SAW tidak diperintahkan untuk memaksa mereka, apabila mereka tetap mempertahankan sikap mereka yang mendustakan Al-Quran dan mempersekutukan Allah SWT. Ayat tersebut menyiratkan ajaran bahwa apabila ada orang yang berbeda sikap dan pandangan dengan kita, dimana sikap dan pandangan orang tersebut menurut agama kita salah, kita wajib mengajaknya agar berubah sikap dan pandangan ke arah yang benar. Jika ia tetap bersikukuh pada sikap dan pandangan mereka, kita sudah lepas dari tanggung jawab kita. Kewajiban kita adalah mengajak dan memberi nasihat. Apabila mereka tidak mau, tidak ada paksaan bagi mereka untuk mengubah sikap dan pandangan mereka. Allah SWT memerintahkan kita untuk mengatakan Bagiku pekerjaanku, dan bagimu pekerjaanmu, kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan. Tidak Memaksakan Agama Kepada Orang Lain Allah SWT menegaskan hal ini dalam firmannya: Dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (Q.S. Al-Kahfi: 29) Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan lagi kepada Rasul-Nya, supaya menegaskan kepada orang-orang kafir itu bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu adalah dari Tuhan semesta alam. Kewajiban mereka untuk mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya. Manfaat dari kebenaran itu, tentulah kembali kepada mereka yang mengamalkannya. Demikian pula sebaliknya akibat yang buruk dan pengingkaran terhadap kebenaran itu kembali pula kepada mereka yang ingkar. Akan tetapi jika manusia itu memilih kekafiran dan melepaskan keimanan, berarti mereka telah melakukan kezaliman, yakni mereka telah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Karena itu kepada mereka, Allah memberikan ancaman yang keras, yaitu akan melemparkan mereka ke dalam neraka. Neraka yang mereka tempati itu adalah tempat yang paling buruk dan penuh dengan siksaan. Dengan demikian, Seorang muslim mempunyai kewajiban mengajak orang lain untuk masuk dan mengikuti ajaran Islam. Akan tetapi, hal itu tidak boleh dilakukan dengan paksakan. apalagi disertai dengan kekerasan. Kewajiban seorang muslim hanya mengajak. Hanya saja, bersedia atau tidaknya orang yang diajak tersebut akan menjadi tanggung jawabnya mereka sendiri. Islam tidak hanya melarang penggunaan kekerasan dan paksaan dalam hal keyakinan agama, tetapi juga melarang penggunaan bahasa yang kasar terhadap penganut agama lain. Perbuatan baik dan perlakuan adil disukai setiap manusia. Sebagai seorang muslim hendaknya senantiasa berusaha untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap siapapun (Termasuk non-muslim). Selaras dengan ayat di atas, Undang-Undang Dasar 1945 memberikan jaminan akan kebebasan dalam beragama. Dalam pasal 28E UUD 1945 juga dijelaskan bahwa hak beragama adalah hak

4

asasi manusia. Meskipun kebebasan beragama dijamin oleh pemerintah, namun dalam menggunakan kebebasan dan kemerdekaannya seseorang dibatasi oleh undang-undang dan hukum. Dengan demikian sikap toleransi terhadap pemeluk agama lain yang telah berjalan di masyarakat kita perlu dievaluasi kembali, apakah sudah sesuai atau bahkan berseberangan dengan prinsip-prinsip yang telah di jelaskan di atas. Sehingga toleransi yang kita lakukan tidak membabi buta dengan hanya mengatasnamakan pluralitas, multikultural, atau hak asasi manusia tetapi harus ditimbang dengan timbangan agama (Islam). Hal ini dilakukan agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis, rukun, dan damai. * Penulis adalah Alumnus PPs PAI UIN Maliki Malang

5

Menumbuhkan sikap toleransi, tanggung jawab,dan kreatif.

SDN Mojolangu 4 adalah salah satu SD yang ada di Jalan Taman Borobudur 7 Kec. Lowokwaru. Sekolahannya kecil, muridnya sedikit, namun prestasinya bagus. SDN Mojolangu 4 di bawah kepemimpinan Ibu Kepala Sekolah yang sangat enerjik, ramah dan baik hati, dan guru-guru yang berkompetensi dan selalu bekerjasama yang baik, sehingga walaupun notabene anak-anak yang masuk di sekolah sini kebanyakan dari kalangan sosial ekonomi menengah ke bawah, namun dapat memberikan out put yang memuaskan seperti sekolah yang lain. Oleh sebab itu Bapak dan Ibu jika punya putra dan putri dalam usia sekolah, tidak salah bila disekolahkan di sekolah ini, yang perlu diingat: apabila nanti sudah tiba saat dibuka pendaftaran mohon secepatnya mendaftarkan, sebab pagu terbatas. Sekolah ini tidak mengejar kwantitas namun kwalitas..OK!

VISI

:

Mencetak anak didik yang cerdas dan terampil dalam kehidupan berwawasan masa depan dan berkualitas di bidang IPTEK dan IMTAQ

MISI: Meningkatkan mutu pendidikan agama dan budi pekerti yang luhur

- Meningkatkan pendidikan akademis, kritis, dan mandiri serta mengembangkan sekolah yang berwawasan - Menumbuhkan sikap toleransi, tanggung jawab, kreatif, dan kritis lingkungan

Ini adalah kelompok Terbang Jedor SD Mojolangu IV yang pernah meraih juara 1 tingkat Kecamatan dan juara 2 tingkat Kota. Di antara peserta kelompok Terbang Jedor ini ada yang berhasil meraih juara 1 lomba Adzan tingkat Kecamatan dan juara 2 tingkat Kota.

6

Radikalisasi Agama di Jabodetabek dan Jawa BaratDi Indonesia, negara selalu hadir dan turut campur dalam urusan agama, Sebaliknya, negara justru absen dan tidak berdaya menjangkau serta menghakimi para pelaku intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan. Kebebasan beragama/berkeyakinan merupakan hak fundamental negara yang dijamin oleh Konstitusi Republik Indonesia dan Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 2005. Sebagai hak asasi manusia dan hak konstitusional warga negara, kebebasan beragama/berkeyakinan menuntut negara untuk menjamin kebebasan itu dan menghukum setiap orang yang mengganggu jaminan kebebasan tersebut. Derajat keberhasilan negara dalam menjamin kebebasan beragamal/berkeyakinan diukur dengan dua cara. Pertama, negara harus menahan diri atau tidak mengambil tindakan yang dapat mengganggu implementasi hak-hak seseorang atau sekelompok orang (abstain), sehingga prinsip kewajiban ini bersifat negatif (negative obligation). Kedua, negara melindungi hak-hak asasi manusia dari ancaman atau tindakan pihak ketiga (non-state) yang juga dikenal sebagai kewajiban positif (positive obligation). Kewajiban melindungi memerlukan peranan negara, khususnya bagi kelompok yang terdiskriminasi, yakni kelompok minoritas agama/keyakinan; namun secara umum adalam memastikan bahwa kebebasan kelompok ini tidak dilanggar oleh pihak ketiga. Namun demikian, dalam praktik di Indonesia, negara justru hadir dan turut campur dalam urusan agama, Sebaliknya, negara justru absen dan tidak berdaya menjangkau serta menghakimi para pelaku intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan. Bahkan melalui beberapa produk hukum, negara justru menyeponsori intoleransi dan diskriminasi. Negara juga terus-menerus membiarkan berbagai pelanggaran terhadap kebebasan beragama/berkeyakinan kelompok minoritas dan terpinggirkan. Pembiaran yang paling nampak adalah sikap negara yang terus-menerus menebalkan impunitas terhadap organisasi-organisasi Islam radikal, walaupun nyata-nyata dalam banyak kasus mereka adalah aktor kekerasan. Tidak hanya membiarkan, sejumlah elemen negara dalam berbagai bentuk dan cara, bahkan terus-menerus mengakomodasi secara politik kelompok-kelompok ini. Setara Institut melakukan riset tentang radikalisme agama di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dan Jawa Barat dengan tujuan menyajikan wajah-wajah organisasi Islam radikal yang menurut data dari berbagai laporan tentang kondisi kebebasan beragama/berkeyakinan maupun data riset ini sering mengganggu kebebasan beragama/berkeyakinan warga masyarakat lain.

7

Dengan mengenali organisasi-organisasi Islam radikal, diharapkan sejumlah langkah dapat dilakukan oleh negara untuk menghapus intoleransi dan diskriminasi agama/keyakinan. Menegakkan hukum bagi para pelaku kekerasan, intoleransi dan diskriminasi serta melakukan deradikalisasi pandangan, perilaku dan orientasi keagamaan melalui kanal politik dan ekonomi adalah rekomendasi utama penelitian ini.Akhir kata, Setara Institute berharap laporan penelitian ini dirujuk dan digunakan oleh para pemangku kepentingan untuk mewujudkan masyarakat yang setara.

8

Klarifikasi FPI Bekasi Raya Atas Insiden HKBPBEKASI (Arrahmah.com) - Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi telah menunjukkan KETINGGIAN SIKAP TOLERANSI dan KEBESARAN JIWA terhadap Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan membiarkan jemaatnya melakukan kebaktian setiap Ahad di rumah tinggal seorang warga perumahan Mustika Jaya Ciketing - Bekasi. Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi tidak pernah keberatan, apalagi usil dan mengganggu ibadah Jemaat HKBP di tempat tersebut. Dua puluh tahun, umat Islam Bekasi tetap tidak protes dengan adanya Jemaat HKBP yang datang dari luar perumahan, bahkan luar Bekasi, ke tempat tersebut. Namun, setelah dua puluh tahun, seiring dengan makin banyaknya Jemaat HKBP yang datang ke tempat tersebut dari berbagai daerah, maka Jemaat HKBP mulai tidak terkendali. Bahkan Jemaat HKBP mulai arogan, tidak ramah lingkungan, tidak menghargai warga sekitar yang mayoritas muslim, seenaknya menutup jalan perumahan untuk setiap kegiatan mereka, bertingkah bak penguasa, merusak tatanan kehidupan bertetangga, menciptakan berbagai problem sosial dan hukum. Puncaknya, HKBP ingin menjadikan rumah tinggal tersebut sebagai GEREJA LIAR. Setelah dua puluh tahun, umat Islam Bekasi, khususnya warga perumahan Mustika Jaya Ciketing, mulai gerah dan merasa terganggu dengan pola tingkah Jemaat HKBP yang semakin hari semakin arogan, bahkan nekat memanipulasi perizinan warga sekitar untuk GEREJA LIAR mereka. Sekali pun kesal, kecewa dan marah, umat Islam Bekasi tetap patuh hukum dan taat undangundang. GEREJA LIAR HKBP di Ciketing diprotes dan digugat melalui koridor hukum yang sah, sehingga akhirnya GEREJA LIAR tersebut disegel oleh Pemkot Bekasi. Tapi HKBP tetap ngotot dengan GEREJA LIAR nya, bahkan solusi yang diberikan Pemkot Bekasi untuk dipindahkan ke tempat lain secara sah dan legal pun ditolak. HKBP menebar FITNAH bahwa umat Islam Bekasi melarang mereka beribadah dan mengganggu rumah ibadah mereka. Lalu secara demonstratif jemaat HKBP setiap Ahad keliling melakukan KONVOI RITUAL LIAR dengan berjalan kaki, dari GEREJA LIAR yang telah disegel ke lapangan terbuka dalam perumahan di depan batang hidung warga muslim Ciketing, dengan menyanyikan lagu-lagu gereja, tanpa mempedulikan perasaan dan kehormatan warga muslim disana. Akhirnya, terjadi insiden bentrokan antara HKBP dengan warga muslim Ciketing pada Ahad 8 Agustus 2010, tiga hari sebelum Ramadhan 1431 H. Dalam insiden tersebut, dua pendeta HKBP sempat mengeluarkan PISTOL dan menembakkannya. Selanjutnya, tatkala umat Islam Bekasi masih dalam suasana Idul Fithri, pada Ahad 3 Syawwal 1431 H / 12 September 2010 M, Pendeta dan Jemaat HKBP kembali melakukan provokasi dengan menggelar KONVOI RITUAL LIAR sebagaimana yang dulu sering mereka lakukan. Kali ini terjadi insiden bentrokan antara 200 orang HKBP dengan 9 IKHWAN WARGA BEKASI yang berpapasan saat konvoi. Peristiwa tersebut DIDRAMATISIR oleh HKBP sebagai penghadangan dan penusukan pendeta. Media pun memelintir berita peristiwa tersebut, sehingga terjadi PENYESATAN OPINI. Akhirnya, banyak anggota masyarakat menjadi KORBAN MEDIA, termasuk Presiden sekali pun.

9

Peristiwa Bekasi Ahad 3 Syawwal 1431 H / 12 Sept 2010 M, BUKAN perencanaan tapi insiden, BUKAN penghadangan tapi perkelahian, BUKAN penusukan tapi tertusuk, karena 9 warga Bekasi yang dituduh sebagai pelaku adalah IKHWAN yang sedang lewat berpapasan dengan KONVOI RITUAL LIAR yang dilakukan 200 HKBP bersama beberapa pendetanya di lingkungan perkampungan warga muslim Ciketing. Lalu terjadi perkelahian, saling pukul, saling serang, saling tusuk dan saling terluka. Pendeta dan jemaat HKBP yang dirawat di Rumah Sakit dibesuk pejabat tinggi, mendapat perhatian khusus Presiden dan Menteri, namun siapa peduli dengan warga Bekasi yang juga terluka dan dirawat di Rumah Sakit ? Bahkan salah seorang dari 9 warga Bekasi tersebut, justru ditangkap saat sedang dirawat di sebuah Rumah Sakit akibat luka sabetan senjata tajam HKBP. Mari gunakan LOGIKA SEHAT : Jika peristiwa tersebut PERENCANAAN, mana mungkin 9 ikhwan melakukannya secara terang-terangan dengan busana muslim dan identitas terbuka ! Jika peristiwa tersebut PENGHADANGAN, mana mungkin 9 orang menghadang 200 orang, apa tidak sebaliknya ?! Jika peristiwa tersebut PENUSUKAN, mana mungkin 9 ikhwan lebam-lebam, luka, patah tangan, bahkan ada yang tertusuk juga ! Soal PENON-AKTIFAN Ketua FPI Bekasi Raya oleh DPP-FPI bukan karena salah, tapi untuk melancarkan roda organisasi FPI Bekasi Raya yang teramat BERAT tantangannya, sekaligus meringankan beban tugas sang Ketua yang sedang menghadapi UJIAN BERAT dalam menghadapi tuduhan dan proses hukum. Jadi, putusan tersebut sudah tepat, dan merupakan langkah brillian dari DPP mau pun DPW FPI Bekasi. Langkah tersebut bukan saja cerdas, tapi menjadi bukti TRADISI FPI yang berani, tegas dan bertanggung-jawab. Ketua FPI Bekasi Raya, baru disebut-sebut namanya saja oleh pihak kepolisian, sudah dengan gagah langsung serahkan diiri ke Polda Metro Jaya secara sukarela didampingi DPP-FPI untuk diperiksa. Dan siap menjalani proses hukum bila dinilai bertanggungjawab dalam insiden Bekasi, walau pun beliau tidak ada di lokasi kejadian. Bandingkan dengan SIKAP PENGECUT Pemred Palyboy Erwin Arnada yang melarikan diri dari VONIS DUA TAHUN PENJARA yang sudah ditetapkan Mahkamah Agung sejak 29 Juli 2009. Bandingkan dengan sikap pengecut DEWAN PERS dan LSM KOMPRADOR yang berusaha melindungi dan membantu Sang TERORIS MORAL tersebut dari putusan tetap Mahkamah Agung. Bagi segenap pengurus, anggota, aktivis, laskar dan simpatisan FPI dari Pusat hingga ke Daerah, bahwa Ketua FPI Bekasi Raya adalah PEJUANG bukan pecundang. Beliau TIDAK ADA DI LOKASI kejadian saat peristiwa. Beliau hanya kirim SMS AJAKAN kepada umat Islam untuk membela warga Ciketing beberapa hari sebelum peristiwa, tapi dituduh sebagai provokator, sedang Para Pendeta HKBP yang mengajak, membawa dan memimpin massa Kristen serta memprovokasi warga muslim dengan KONVOI RITUAL LIAR, tak satu pun diperiksa. Kini yang menjadi pertanyaan adalah : 1. Kenapa Para Pendeta HKBP yang jadi PROVOKATOR dan PENGACAU tidak diperiksa ? 2. Kenapa kegiatan HKBP setiap Ahad di Ciketing yang menggelar KONVOI RITUAL LIAR keliling perumahan warga muslim dengan lagu2 Gereja secara demonstratif dibiarkan ? 3. Kenapa dua pendeta yang bawa PISTOL & menembakannya ke warga pada insiden 8 Agustus 2010 tidak ditangkap ? 4. Kenapa dua jemaat HKBP, Purba & Sinaga, yang bawa PISAU saat insiden 12 September 2010 sudah ditangkap lalu dilepas kembali ? 5. Kenapa jemaat HKBP yang memukul dan menusuk 9 ikhwan warga Bekasi tidak ditangkap ? 6. Kenapa Presiden dan Para Menteri serta pejabat dan sederetan Tokoh Nasional memberikan simpatik kepada PENGACAU sambil menyalahkan warga muslim Bekasi ? 7. Kenapa banyak pihak senang mengambil kesimpulan dan keputusan hanya berdasarkan OPINI dan ISSUE media ?

10

8. Kenapa di Indonesia yang merupakan negeri mayoritas muslim terbesar di dunia, justru yang terjadi adalah MAYORITAS TERTINDAS OLEH TIRANI MINORITAS ? 9. Kenapa MINORITAS di Indonesia terlalu dimanjakan, sehingga mereka jadi tidak tahu diri, bahkan menjadi angkuh dan sok jago ? 10. Kenapa ketika terjadi insiden kecil terhadap SEORANG PENDETA semua teriak nyaring, tapi ketika RIBUAN umat Islam dibantai di Ambon, Sampit dan Poso teriakan macam itu tak terdengar ? Bahkan saat sebuah Masjid dibakar di Medan belum lama ini tidak ada satupun media nasional meliputnya, kemana suara yang selalu mengatasnamakan kebebasan beragama dan beribadah ? Laa ilaaha illallaah, Muhammadur Rasuulullaah. Jawablah semua pertanyaan tersebut dengan jiwa bersih dan akal sehat serta argumentasi Syariat. Oleh sebab itu, Keadilan harus ditegakkan ! Hukum tidak pilih kasih ! Jika 9 Ikhwan warga Bekasi sudah ditahan karena dituduh terlibat langsung dalam perkelahian tersebut, dan Ketua FPI Bekasi Raya pun sudah ditahan karena dituduh terlibat secara tidak langsung, maka mereka yang terlibat langsung mau pun tidak langsung dari kelompok HKBP harus ditahan juga ! Karenanya, segenap pengacara Bantuan Hukum Front (BHF) dari DPP-FPI dan Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB) akan tetap dan terus berjuang melakukan pembelaan hukum terhadap Ketua FPI Bekasi Raya dan seluruh warga Bekasi yang ditahan akibat peristiwa tersebut. Tekad Bulat BHF dan KUIB adalah membuktikan bahwa mereka TIDAK BERSALAH, karena mereka hanya KORBAN AROGANSI HKBP dan OPINI SESAT MEDIA MASSA. Bahkan BHF dan KUIB akan tetap dan terus berjuang membela hak-hak warga Ciketing yang selama ini dirampas dan dirusak oleh HKBP.

11

MENGUKUHKAN SIKAP TOLERANSI SEJAK DINI

Cirebon, 28/7/2011. Menyikapi gejala-gejala egoisme sebagian kelompok di Indonesia dan terkesampingkannya sikap toleransi dalam keberagaman, maka, pendidikan dan kampanye toleransi dalam keberagaman dirasakan sangat perlu untuk digelar dalam negara majemuk ini. Diantara proses dakwah toleransi tersebut adalah dengan mengadakan dialog-dialog lintas kelompok guna membangun keterbukaan dan menjalin rasa persaudaraan dengan lebih erat. Hal tersebut seperti yang telah dilakukan oleh PC. IPNUIPPNU Kab. Cirebon hari Kamis kemarin, sebuah diskusi dengan tajuk Seminar Kebangsaan Pelajar Lintas Agama telah dilaksanakan di gedung NU Center Sumber-Cirebon. Seminar tersebut mengangkat tema: Mengukuhkan Nilai-nilai Toleransi Sebagai Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Ketua panitia, A. Nizar Idris dalam sambutannya mengatakan bahwa ditingkat pelajar dan dunia pendidikan dialog seperti ini sangat diperlukan, mengingat makin maraknya kekhawatiran tentang hal-hal yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Selain sebagai media tukar pikiran, tentu saja acara ini juga merupakan wahana silaturrahmi berbagai penganut agama di tingkat pelajar, tujuannya, agar terjalin persaudaraan yang lebih erat dalam negeri multikultural ini. Lanjutnya. Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan diskusi ini adalah KH. Usamah Mansyur (Pengasuh PP. An-Nasuha Pabedilan), KH. Marzuki Wahid (PP. Darut Tauhid Arjawinangun Dir. Fahmina Institute Cirebon), Pendeta Sugeng Dariad (GKI Cirebon) serta dimoderatori oleh Sobih Adnan (ISIF Cirebon). Dalam kesempatan pertamanya KH. Marzuki Wahid banyak mengungkapkan bagaimana seharusnya seorang penganut agama agar menghormati dan menyayangi penganut agama yang lain. Sedangkan Pdt. Sugeng juga banyak memaparkan tentang kesamaan misi agama-agama yang tak lain berujung pada ajaran cinta kasih dan perdamaian. Sementara itu KH. Usamah Mansyur juga menyampaikan bahwa sikap toleransi sama sekali tidak akan mengganggu keimanan seseorang, karena toleransi hanya berlaku dalam ruang sosial, bukan dalam pembahasan teologi maupun ajaran.

12