tolu sahundulan studi terhadap kebudayaan...
TRANSCRIPT
TOLU SAHUNDULAN
Studi Terhadap Kebudayaan Masyarakat Simalungun
“Tolu Sa Hundulan”
dan Fungsinya Bagi Kerukunan di dalam Masyarakat Simalungun di kota
Jogjakarta dan Semarang
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Teologi
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS TEOLOGI (S.Si-Teol)
Oleh :
JON LIBERSON PURBA
712007021
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
TOLU SAHUNDULAN
Studi Terhadap Kebudayaan Masyarakat Simalungun
“Tolu Sa Hundulan”
dan Fungsinya Bagi Kerukunan di dalam Masyarakat Simalungun di kota Jogjakarta
dan Semarang
Oleh:
Jon Liberson Purba
712007021
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah diuji pada tanggal 1 Februari 2012
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Pdt. Dr. Retnowati, M.Si Dr. David Samiyono, MTS., MSLS.
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
TOLU SAHUNDULAN
Studi Terhadap Kebudayaan Masyarakat Simalungun
“Tolu Sa Hundulan”
dan Fungsinya Bagi Kerukunan di dalam Masyarakat Simalungun di kota Jogjakarta
dan Semarang
Oleh:
Jon Liberson Purba
712007021
Skripsi ini telah diuji oleh penguji
skripsi dan dinyatakan LULUS pada
tanggal 1 Februari 2012
Tim penguji skripsi
Penguji I Penguji II
Pdt. Drs. Daniel Nuhamara, M. Th. Ed. D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si
Dekan Fakultas Teologi
Pdt. Dr. Retnowati, M.Si
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini penyusun menyatakan
bahwa skripsi ini merupakan karya asli penyusun
dan studi terhadap karya-karya yang telah dipublikasikan
seperti yang telah diajukan dan disebutkan dalam teks
JON LIBERSON PURBA
71 2007 021
(Jon L. Purba)
LEMBAR PERSEMBAHAN
Untuk:
Opung Nakin Purba
Dan
Bapak Betlin Purba
Serta:
Seluruh masyarakat Simalungun
MOTTO
Jangan lihat dari kulitnya, tetapi lihatlah dari isinya
i
KATA PENGANTAR
Hidup sebagai masyarakat Simalungun adalah suatu kebanggaan. Dapat berkuliah di
Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana adalah suatu keberuntungan.
Keberuntungan inilah yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengungkapkan rasa
bangganya menjadi anggota dari masyarakat Simalungun dalam bentuk tulisan berupa
skripsi. Penulis menuliskan tentang kebudayaan yang sangat besar dari masyarakat
Simalungun. Kebudayaan itu adalah Tolu Sa Hundulan. Bagi penulis, memiliki kebudayaan
ini adalah suatu kebanggaan tertentu. Karena itu, tulisan ini diharapkan dapat berbagi kepada
para pembaca tentang suatu kebudayann yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun dan
dapat mengambil manfaat dibaliknya.
Pada proses penulisan karya ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak dukungn
maupun hambatan. Artinya, penulis ingin mengatakan bahwa, di dalam prosesnya penulis
mengalami kesulitan-kesulitan yang dapat menghambat proses penulisan ini. Namun di
samping banyaknya hambatan tersebut, penuli juga mendapat banyak dukungun yang mampu
untuk mengalahkan hambatan-hambatan yang ada, sehingga pada akhirnya penulisan karya
ilmiah ini dapat berjalan dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan. Karena itulah,
penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua yang telah
mendukung proses penulisan sekripsi ini. Terutama kepada:
1. Yesus Kristus, satu-satunya yang meberi harapan di dalam hidup penulis, agar selalu
tegar dan semangat melewati segala rintangan.
2. R. Sitorus Pane, orang tua terhebat di dalam hidupku yang selalu tau perasaanku dan
kemauannku. Terimakasih mama buat semua kasih sayangmu yang tidak pernah
berhenti kepadaku. Kasih sayang mamah yang selalu menguatkan ku setiap kali akau
lemah, terutama pada masa-masa penulisan skripsi ini.
ii
3. Grace Juli P. Rintjap, orang yang selalu menemaniku dalam proses penulisan ini.
Memang tidak ada yang kamu berikan di dalam bagian isi tulisan ini, tetapi motivasi
yang kamu berikan untuk melakukan penulisan tulisan ini sangat besar bagiku.
4. Pdt. Dr. Retnowati, M. Si. Sebagai dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini,
yang telah membimbing penulis dengan baik. Ibu dan bapak memang tidak mengenal
kebudayaan yang saya tulis, tetapi ibu dan bapak mau melakukannya dengan baik.
Dan jujur, bahwa kita telah melakukannya dengan baik, sehingga di ujian skripsi, saya
mampu melewatinya dengan hasil yang sangat memuaskan. Terimakasih sekali lagi
buat bimbingan yang ibu dan bapak berikan kepada saya. Semoga saya dapat
memanfaatkannya dilain kesempatan.
5. Rektor UKSW dalam hal ini Bapak Pdt. Prof. Drs. John A. Titaley, Th.D serta para
dosen-dosen Fakultas Teologi yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu yang
dengan senang hati, rela berkorban untuk waktunya demi memberikan yang terbaik
buat penulis dan mahasiswa, dari awal perkuliahan hingga boleh berakhir dengan
baik, penulis sungguh sangat bangga dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya.
6. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Teologu UKSW, yang selalu membantu penulis
dalam urusan akademik. Terutama ibu Budi, yang selalu memperhatikan dan
mengingatkan penulis ketika ada kelalaian dalam urusan akademik.
7. Keluarga besar Simalungun di kota Jogjakarta dan Semarang, terimakasih untuk
kerelaannya menerima penulis untuk belajar dan penelitian pada masyarakat
Simalungun di kota Jogjakarta dan Semarang. Selain itu terimakasih sudah mau
memotivasi penulis dalam melakukan penulisan ini, serta memberikan dukungan
secara materi, rohani dan motivasi.
iii
8. Anak-anak Teologi angkatan 2007, kalaian adalah sahabat yang selalu bersedia untuk
mendengarkan keluhan dari penulis. Terimakasih juga atas semua masukan-masukan
yang kalian berikan sahabat-sahabatku. Semoga kalian juga dapat berhasil di dalam
penulisan sekripsi kalian.
9. Mahasiswa Teolog UKSW, terimakasih sudah menjadi teman yang selalu ada
bersama-sama dengan penulis. Kalian selalu ada untuk penulis di saat penulis
membutuhkan sosok seorang teman untuk mengungkapkan kepanatan yang ada oleh
sekripsi ini. Thanks all.
10. Ikatan Keluarga Simalungun Salatiga, terimakasih sudah mendukungku dalam doa
dan motivasi, semoga IKS dapat benar-benar menjadi keluarga keluarga yang besar
dan solid. Selain itu, kalian juga menjadi inspirasi penulis dalam pembuatan sekripsi
ini. Semua itu terlihat dari kekompakan kita selama ini di dalam IKS. Hidup IKS.
11. TUBA 86X, kost-an penulis yang selalu menjaga penulis saat beristirahat.
Terimakasih juga kepada teman-teman kost yang selalu mendukung dalam penulisan
sekripsi ini. Kalian selalu mendukung sekalipun hanya sebatas motivasi dan semagat.
Penulis mengakui bahwa kalian semua gokil-gokil dan gillllla abis. Buat Wenda,
Kakek, Yeri, Gondar, Gandos, Candra, Yulius, Firmin, Yos, dan Mas Tian, makasih
banyak buat kebersamaannya selalam ini. Penulis berharap kalian juga bias sukses
dalam penulisan sekripsi kalian.
12. Bang Samy, Bang Join, Bang Desmon, Bang Yunis, Andri, Ama Yohan, Laek Viktor,
Hesky, Cobues, Samek, Laek Josh, Leo Semen, Dino, Apara Daniel Purba, Apara Leo
Purba, terimakasih kalian sudah menjadi teman-teman terdekat penulis. Motivasi dan
semangat kalian membuat penulis lebih semangat dalam menulis sekripsi ini. Aku
yakin, kalian pasti juga akan berhasil dalam penulisan sekripsi kalian. Semangat
teman-teman.
iv
Masih banyak nama-nama yang mendukung penulisan sekripsi ini yang tidak sempat
di tuliskan oleh penulis. Jadi, jika ada nama-nama yang belum tercantum di atas dengan tidak
sengaja, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua.
Tuhan memberkati.
Selain mengucapkan terimakasih, penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Karena itu penulis menerima kritik, saran dan masukan dari para
pembaca yang dapat menyempurnakan tulisan ini. Di akhir kata penulis mengucapkan Tuhan
memberkati kita.
Salatiga, 1 Februari 2012
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………….... v
SARI PATI ………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………… 5
1.4 Signifikansi Penelitian ………..………………………….. 5
1.5 Metode Penelitian ………..……………..…………… 6
1.6 Sistematika Penulisan …………………………………… 9
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL
2.1 Kebudayaan …………………………………… 11
2.2 Hubungan Sosial di Masyarakat Batak …………………….. 18
2.3 Tolu Sa Hundulan ……………………………………. 21
2.3.1 Sejarah Budaya Tolu Sa Hundulan ………………… 24
2.3.2 Fungsi Kebudayaan Tolu Sa Hundulan …………… 26
BAB III MASYARAKAT SIMALUNGUN DAN TOLU SA HUNDULAN
3.1 Gambaran umum masyarakat Simalungun di kota Jogjakarta dan
Semarang
……………………………...……….. 29
vi
3.2 Perkembangan Budaya Tolu Sa Hundulan Hingga masa Sekarang….. 31
3.3 Tolu Sa Hundulan di Masa Sekarang .…………………………. 32
3.4 Pemahaman Masyarakat Simalungun Tentang Budaya Simalungun …. 34
3.5 Dampak Budaya Tolu Sa Hundulan bagi masyarakat Simalungun …… 36
BAB VI ANALISA
4.1 Masyarakat Simalungun dan Tolu Sa Hundulan …………….. 42
4.2 Fungsi Budaya Tolu Sa Hundulan Terhadap Kerukunan di dalam
Masyarakat Simalungun …………………………………………… 44
BAB VI PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………………………………………………... 50
5.2 Saran ………………………………………………... 52
Daftar Pustaka ……………………………………………...... 53
vii
SARIPATI Tolu Sa Hundulan merupakan falsafah yang dimiliki oleh masyarakat Simalungun, yang berperan di dalam segala bentuk adat-istiadat masyarakatnya. Tolu Sa Hundulan juga merupakan salah satu budaya Simalungun yang dapat membawa masyarakatnya ke dalam pembagian kerja. Di dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun individu, selalu ada pembagian kerja yang telah diatur dengan baik oleh budaya Tolu Sa Hundulan. Tolu Sa Hundulan membagi masyarakat Simalungun menjadi tiga kedudukan yaitu, Tondong, Sanina dan Boru. Ketiga kedudukan ini memiliki fungsi masing-masing yang telah diatur menjadi pembagian kerja bagi masyarakatnya. Tondong berfungsi dalam memberikan nasehat, mengajari dan membimbing dalam suatu pesta adat. Sanina merupakan pemilik pesta adat yang sedang berlangsung. Sedangkan Boru berfungsi sebagai penyumbang tenaga di dalam suatu pesta adat. Dapat juga dikatakan pekerja dalam menyiapkan segala kebutuhan pesta adat. Dari ketiga kedudukan ini, tidak ada yang dapat saling merendahkan dan meninggikan, karena sangat beresiko bagi diri sendiri. Di mana, jabatan atau kedudukan yang dimiliki masing-masing individu bersifat relatif. Tergantung pada siapa dan marga apa yang sedang melakukan suatu pesta adat. Jadi, masing-masing anggota masyarakat akan menunjukkan rasa saling menghormati karena adanya budaya Tolu Sa Hundulan yang telah mengatur kedudukan masing-masing individu. Oleh karena budaya ingin mencapai suatu pola masyarakat yang hidup saling bekerja sama dan saling menghormatai ditengah-tengah kehidupan sehari-hari, atau dapat dikatakan hidup rukun di dalam masyarakat. Namun, yang menjaid pertanyaan bagi peneliti adalah, apakah masyarakat masih memahami budaya Tolu Sa Hundulan dan apakah budaya ini masih berfungsi dalam memberikan kerukunan bagi masyarakatnya pada masa sekarang? Dengan tujuan penulisan adalah menjelaskan falsafah masyarakat Simalungun Tolu Sa Hundulan serta menjelaskan fungsi falsafah masyarakat Simalungun Tolu Sa Hundulanbagi kerukunan masyarakatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah memalui pendekatan kualitatif dan proses pengumpulan datanya dilakukan dengan wawancara dan pengamatan. Tempat penelitian ini adalah di kota Jogjakarta dan Semarang, tepatnya pada organisasi parpulungan ni halak Simalungun di kota tersebut. Penulis juga menggunakan beberapa pemahaman ahli-ahli sosiologi yang berkaitan dengan isi penulisan karya ilmiah ini, untuk membantu memahami kebudayaan Tolu Sa Hundulan beserta fungsinya. Mulai dari beberapa teori yang menjelaskan defenisi tentang kebudayaan hingga fungsinya. Ada fungsi kebudayaan sebagai aturan dimasyarakat, fungsi kebudayaan sebagai perekat sosial, serta fungsi kebudayaan sebagai alat bagi masyarakat. Terlihat bahwa kebanyakan kebudayaan Simalungun merupakan bagian dari aturan masyarakatnya, serta kebudayaan Tolu Sa Hundulan juga merupakan perekat sosial bagi masyarakat Simalungun. Selanjutnya yang dapat dipahami adalah bahwa buday Tolu Sa Hundulan masih berlaku bagi sembilan puluh persen masyarakat Simalungun dan masih berfungsi.
Dibagian kesimpulan penulis menyimpulkan bahwa budaya Tolu Sa Hundulan membentuk masyarakat Simalungun menjadi hidup saling membantu dan bekerjasama. Budaya ini memngikat masyarakatnya untuk saling menghargai antara masing-masing individu yang memiliki kedudukan berbeda-beda. Pola kehidupan yang dibentuk oleh budaya ini, membuat masyarakat Simalungun membiasakan diri untuk hidup secara bersama-sama dan saling tolong menolong. Adanya usaha masyarakat untuk hidup saling membantu dan menghilangkan perbedaan yang ada, akan membentuk sebuah pola kehidupan masyarakat yang aman dan damai. Bentuk-bentuk seperti inilah yang diatur oleh budaya Tolu Sa Hundulan, sehingga mencapai masyarakat yang rukun di masa sekarang. Jadi, yang diharapkan sekarang adalah bagaimana budaya ini dapat dilestarikan dan dikembangkan agar masyarakat dapat mempelajarinya serta memanfaatkan di dalam kehidupan sehari-hari dalam mencapai kehidupan masyarakat yang rukun.