tradisi riyÂdhah santri penghafal al-qur`an studi pada
TRANSCRIPT
TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN
(Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul
Kediri Jawa Timur)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Nabilatun Nada
NIM. 15210674
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR´AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN
(Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul
Kediri Jawa Timur)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Nabilatun Nada
NIM. 15210674
Pembimbing:
Istiqomah, S.Th.I., MA
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR´AN (IIQ) JAKARTA
1440 H/2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Tradisi Riyâdhah Santri Penghafal Al-Qur`an” oleh
Nabilatun Nada (15210674) telah diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas
Ushuluddin & Dakwah Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta (IIQ) pada tanggal 17
Agustus 2019. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Jakarta, 17 Agustus 2019
Dekan Fakultas Ushuluddin & Dakwah
Institut Ilmu Al-Qur´an (IIQ) Jakarta,
Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A.
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. Hj. Romlah Widayati, M.A. Mamluatun Nafisah M.A.
Penguji I, Penguji II,
Ahmad Hawasi, S.Si., M.Ag. Isman Iskandar, M.Sos.
Pembimbing,
Istiqomah, S.Th.I., M.A.
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nabilatun Nada
NIM : 15210674
Tempat Tanggal Lahir : Kediri, 01 Maret 1997
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Tradisi Riyâdhah Santri
Penghafal Al-Qur`an (Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an
Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur)” adalah benar-benar asli
karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 17 Agustus 2019
Nabilatun Nada
iii
MOTTO
” Jangan Pernah Meremehkan Satu Anak Tangga Kecil Karena Itu dapat
Mengantarmu Ke Tempat Yang Paling Tinggi”
iv
KATA PENGANTAR
نو ونست غفره، ون عوذ بلله من شرور أن فسنا ومن سي ئات إن المد لل نمده ونستعي
لا الله أعمالنا، من ي هده الله فلا مضل لو ومن يضلل فلا ىادي لو،أشهد أن لا إلو إ
ا ب عد دا عبده ورسولو أم وحده لاشريك لو، وأشهد أن مم
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kenikmatan yang
begitu besar, tidak ada yang berjalan tanpa ada pengawasan dari-Nya,
semoga keberkahan selalu terlimpahkan untuk kita semua. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi kita Muhammad Saw, yang
telah menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang telah diridhai
Allah Swt, beliaulah yang membawa Al-Qur´an yang menjadi pedoman
dalam kehidupan sehari-hari kita, semoga kelak mendapatkan syafa‟at
darinya di hari kiamat.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
sangat berjasa, untuk itu rasa terimakasih penulis sampaikan kepada berbagai
pihak diantaranya:
1. Ibu Prof, Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A., selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur´an Jakarta, Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H.,
M.Hum,. selaku wakil Rektor Institut Ilmu Al-Qur´an Jakarta, Bapak
Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE., M.Si., AK., CPA., selaku wakil
v
Rektor II, Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., selaku wakil Rektor
III.
2. Bapak Dr. Muhammad Ulinnuha Lc., M.A., selaku Dekan Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IIQ Jakarta
3. Bapak KH. Muhammad Haris Hakam S.H., M.A. selaku Ketua Prodi
Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir (IAT), Kak Malu‟atun Nafisah, M.Ag
selaku sekretaris Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Ibu Dra. Suci
Rahayuningsih dan Ibu Dra. Rukoyah Tamami selaku staf Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah.
4. Ibu Istiqomah, S.Th.I, MA, sebagai dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan
bimbingan, arahan, serta petunjuknya kepada penulis dan senantiasa
sabar dalam membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini, juga
kepada Bapak Ahmad Hawasi S.Si., M.Ag., selaku penguji I, Bapak
Isman Iskandar, M.Sos., selaku penguji II, dan juga kepada Ibu
Mamluatun Nafisah MA., selaku Sekretaris Sidang.
5. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc., MA, Ibu Muthmainnah, MA, Ibu
Istiqomah, MA, Ibu Ma‟unatul Mahmudah, S.H, Ibu Atiqoh, S.Ag,
Ibu Hj. Arbiyah Mahfudz, S.Th.I, Kak Hj. Rifdah Farnidah, S.Ag, dan
segenap instruktur tahfiz yang selalu sabar membenarkan ayat demi
ayat ketika lidah mulai susah payah melantunkan ayat Al-Qur`an.
Semoga keberkahan selalu mengiringi langkah dalam proses
perjuangan menjadi khadim kalamullah.
6. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, yang
telah mengabdikan ilmu untuk seluruh mahasiswanya serta menjadi
saksi akan keberhasilan mahasiswa dalam mencapai gelarnya.
vi
7. Seluruh guru muallim rububiyah dari kecil hingga sekarang. Yang
selalu mendoakan anak didiknya. Akuilah kami sebagai santri kelak
di akhirat nanti.
8. Kedua orang tua tercinta Alm. Bapak H. Khumaedi Zamzami dan Ibu
Nur Sri Handayani atas pengorbanan selama ini, sejak dalam
kandungan sampai usia sekarang ini, yang tidak pernah bosan dan
lelah dalam berdoa dan berjuang untuk anak-anaknya.
9. Orang tua kedua saya Bapak H. Fauzan Muniri dan Ibu Hj. Rodiyah
yang senantiasa menyayangi serta tak henti-hentinya mendoakan
anaknya.
10. Saudara Saya Muhammad Faruq Al-Farisi, serta semua keluarga
besar yang sudah menjadi keluarga terbaik saya.
11. Bapak Abdul Rasyid, MA dan Ibu Ruwaedah, MA. Selaku bapak dan
ibu Direktris Pesantren Takhassus IIQ Jakarta. Terimakasih atas
waktu 4 tahun ini. Yang selalu memberikan kenyamanan dhȃhiran wa
bȃthinan. Dan menjadi ibu dan bapak kami selama di Jakarta.
12. Mu‟allif kitab dan buku, yang menyumbangkan karyanya sebagai
bahan referensi, perbandingan dan penyempurnaan karya skripsi ini.
13. Perpustakaan Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) Jakarta,
Iman Jama‟ Lebak Bulus, dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyumbangkan sarana prasarana dalam melengkapi penulisan
skripsi ini.
14. Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan Kampus IIQ Jakarta, yang
menjadi saksi bisu perjuangan dan pengorbanan 4 tahun menjadi
seorang mahasantri dan mahasiswa.
15. Seniorku Mbak Isyroqotun Nashoiha, S.Ag, yang selalu
mendengarkan keluh kesah setiap permasalahan kehidupan,
vii
mengoreksi tulisan skripsiku, dan selalu sedia setiap saat ketika
dibutuhkan.
16. Sahabat seperjuangan Ushuluddin A & B yang telah membantu
mengisi memori 4 tahun bersama, mendiskusikan pemasalahan yang
ringan bahkan berat sekalipun. Oleh karenanya sulit ku menemukan
wanita-wanita hafizah nan shalihah seperti kalian.
17. Teman seperjuangan bimbingan skripsi bersama Ibu Istiqomah,
S.Th.I, MA. yang saling bertukar fikiran, menghadapi permasalahan
dengan kebersamaan. Semangat dan bantuan kalian-lah yang
mengantarkanku tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir
skripsi ini.
18. Teman-teman seperjuangan lintas universitas, yang rela
mengorbankan waktu dan tenaganya untuk mendiskusikan
permasalahan yang belum difahami yang berhubungan dengan tema
skripsi ini.
19. Teman-teman angkatan 2015, terimakasih atas kerjasamanya.
20. Seluruh pihak yang terlibat dalam pencapaian proses penyelesaian
skripsi ini, semoga Allah membalas jasa dan perjuangan kalian.
Jakarta, 17 Agustus 2019
Nabilatun Nada
viii
DAFTAR ISI
Cover Dalam ................................................................................................ i
Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Surat Pernyataan ...................................................................................... iii
Motto .......................................................................................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................... v
Daftar Isiv .................................................................................................. ix
Daftar Gambar ........................................................................................ xii
Daftar Lampiran .................................................................................... xiii
Pedoman Transltiterasi ........................................................................... xiv
Abstrak ................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Permasalahan .................................................................................... 6
1. Identifikasi Masalah .................................................................. 6
2. Pembatasan Masalah ................................................................. 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian .................................................... 8
F. Kajian Pustaka .................................................................................. 8
G. Metode Penelitan ............................................................................ 13
1. Jenis Penelitian ........................................................................ 13
2. Sumber Data ............................................................................ 14
3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 14
4. Metode Analisis Data .............................................................. 16
H. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................................. 17
ix
BAB II RIYÂDHAH
A. Pengertian Riyâdhah ....................................................................... 19
B. Tingkatan Riyâdhah........................................................................ 23
C. Bentuk-bentuk Riyâdhah ................................................................ 24
D. Tujuan Riyâdhah ............................................................................ 31
E. Tradisi Riyâdhah dalam Islam ........................................................ 32
F. Tradisi Riyâdhah Al-Qur`an di Indonesia ...................................... 36
BAB III MENGENAL PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR`AN
MA‟UNAH SARI BANDAR KIDUL KEDIRI JAWA TIMUR
A. Profil Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari ............. 45
1. Letak Geografis ....................................................................... 45
2. Sejarah Singkat Berdiri dan Perkembangan Pesantren ........... 46
B. Visi dan Misi .................................................................................. 55
C. Strukrur Organisasi Pesantren ........................................................ 56
D. Sarana Prasarana Pesantren ............................................................ 59
E. Kondisi Umum Pesantren ............................................................... 60
1. Program Pendidikan dan Pengelolaan Pesantren .................... 60
2. Program Kegiatan .................................................................... 63
3. Tata Tertib Pesantren ............................................................... 64
4. Staf Pengajar ............................................................................ 67
5. Santri ....................................................................................... 68
F. Metode Pembelajaran Pesantren .................................................... 70
BAB IV RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-QUR`AN PONDOK
PESANTREN TAHFIDZUL QUR`AN MAU‟NAH SARI DAN
TRADISINYA
x
A. Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an
Ma‟unah Sari .................................................................................. 73
B. Metode Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari .................. 77
C. Syarat dan Pantangan dalam Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok
Ma‟unah Sari .................................................................................. 92
D. Analisis Riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari ................. 95
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 97
B. Saran ............................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR GAMBAR
3.1 : Ndalem Kiai Mundzir dan Ibu Nyai Zuhriyyah dan Mushalla
putri................................................................................................. 48
3.2 : Makam Kiai Mundzir dan Ibu Nyai Zuhriyyah ........................... 50
3.3 : Bangunan Masjid Pondok Ma‟unah Sari sekarang ...................... 51
4.1 : Kamar Khusus Santri Putri Riyâdhah Al-Qur`an......................... 79
4.2 : Tempat Tidur Santri Putri Riyâdhah Al-Qur`an .......................... 79
4.3 : Bacaan tawasul silsilah Kiai Mundzir yang ada di buku wirid
santri riyâdhah ................................................................................ 84
1.4 : Bacaan tawasul silsilah Kiai Munawwir yang ada di buku wirid
santri riyâdhah ................................................................................ 88
1.5 : Air yang dibawa oleh santri riyâdhah untuk ditiup setiap
setelah selesai mengkhatamkan Al-Qur`an .................................... 92
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan Penelitian Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur`an Ma‟unah Sari
Lampiran 2 : Bacaan Tawasul Santri Riyâdhah Al-Qur`an Pondok
Ma‟unah Sari
Lampiran 3 : Bacaan Doa Khataman Santri Riyâdhah Al-Qur`an Pondok
Ma‟unah Sari
Lampiran 4 : Data Guru Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Tahfiszul
Qur`an Ma‟unah Sari 2019
Lampiran 5 : Jadwal Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur`an Ma‟unah Sari Putra 2019
Lampiran 6 : Jadwal Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur`an Ma‟unah Sari Putri 2019
Lampiran 7 : Data Santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah
Sari Putri 2019
Lampiran 8 : Wawancara
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang
satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-
Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
th ط a أ
zh ظ b ب
„ ع t ت
gh غ ts ث
f ف J ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dz ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
, ء sy ش
y ى sh ص
dh ض
xiv
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah A ى آ _ ai
Kasrah I و ى _ au
Dhammah U و
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah.
Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh: البقرة : al-
Baqarah
b. Kata sandang yang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah.
Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) syamsiyah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh: الرجل : ar-rajul
c. Syaddah (tasyd d)
Syaddah (tasyd d) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan
huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda
tasyd d. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasyd d berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah setelah
kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh: آمنا
mannâ billâhi :بلله
xv
d. Ta marb thah (ة) Ta marb thah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihsarakan menjadi huruf
“h” . contoh: الافئدة : al-Af‟idah
Sedangkan ta marb thah (ة) yang diikuti atau disambungkan
dengan kata benda, maka dialihsarakan menjadi huruf “t”.
Contoh: عاملة نصبة: milatun Nâshibah
e. Huruf kapital
Sistm penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialihsarakan maka berlaku ketentuan PUEBI,
seperrti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama
bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada
PUEBI berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring
(italic), atau cetal tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun
nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang
ditulis kapital adalah awal nama huruf, bukan kata sandangnya.
Contoh: ` li Hasan al-` ridh, khusus untuk penulisan kata Al-
Qur an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital.
Contoh: Al-Qur an, Al-Baqarah, Al-F tihah, dan seterusnya.
xvi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Tradisi Riyâdhah Santri Penghafal Al-Qur`an
(Studi Pada Pondok Peantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul
Kediri Jawa Timur)” disusun oleh Nabilatun Nada (15210674) Mahasisiwa
Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut
Ilmu Al-Qur´an (IIQ) Jakarta.
Skripsi ini dilatar belakangi bahwasanya para penghafal Al-Qur`an
yang telah selesai mengkhatamkan Al-Qur`an belum tentu lancar hafalannya
karena susah untuk menjaga hafalan dan sulitnya istiqomah dalam muraja‟ah
hafalan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana
metode tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an
Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur. Perbedaan dari penelitian
terdahulu dengan penelitian ini yaitu berada pada penelitiannya, dan
persamaannya yaitu yang dijadikan objek penelitian adalah Pondok Ma‟unah
Sari, seperti contoh dari skripsi terdahulu yang berjudul metode tahfiz Al-
Qur`an si Pesantren Tahfidz Al-Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa santri yang mengikuti
riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari tidak dikhususkan untuk santri
yang sudah hafal 30 juz, tetapi tetap saja yang lebih di prioritaskan adalah
yang sudah khatam 30 juz. Kebanyakan santri yang mengikuti riyâdhah
adalah alumni dari pesantren luar yang sudah khatam 30 juz. Santri yang
ingin mengikuti riyâdhah boleh mengikuti program riyâdhah kapan saja.
Tradisi riyâdhah dilakukan dengan pilihan 3 model yaitu; 11 hari, 21 hari,
dan 41 hari dan dianjurkan dengan berpuasa bagi yang mampu. Riyâdhah
dilakukan di dalam ruangan khusus karena santri yang melakukan riyâdhah
tidak boleh keluar serta tidak boleh terlihat atau melihat bukan mahramnya.
Meskipun santri putri dalam keadaan haid, tetap saja tidak diperbolehkan
keluar karena riyâdhahnya belum selesai dan terhenti karena haid. riyâdhah
Al-Qur`an dilakukan dengan mengkhatamkan Al-Qur`an dalam sehari
semalam, dimulai dari setelah magrib sampai besoknya sebelum magrib.
Untuk santri putri jika haid ketika pertangahan melaksanakan riyâdhah Al-
Qur`an, maka boleh dilanjutkan ketika dia sudah suci. Selama riyâdhah tidak
diperbolehkan membunuh hewan apapun. Santri yang mengikuti riyâdhah
juga tidak diperbolehkan membaca novel dan bacaan lain selain Al-Qur`an.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur`an merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang
terjaga, baik secara lafaz dan isinya. Rasyid Ridha pernah berkata bahwa
satu-satunya kitab suci yang dimiliki secara mutawatir dengan cara dihafal
dan ditulis adalah Al-Qur`an. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur`an
yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya
Kami pula yang akan benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]:9)
Hal ini merupakan janji Allah Swt., yang akan selalu menjaganya sampai
hari kiamat. Salah satu penjagaan Allah Swt., terhadap Al-Qur`an adalah
dengan memuliakan para penghafalnya.1
Menghafal Al-Qur`an merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia.
Dari sejak diturunkannya Al-Qur`an sampai saat ini, semakin banyak orang
yang menghafalkan Al-Qur`an. Mereka memberikan perhatian khusus
terhadap Al-Qur`an. Meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya demi
menjaga Al-Qur`an.2
Istilah penghafal Al-Qur`an (hafiz) di wilayah jawa biasanya digunakan
untuk orang yang hafalannya mencakup seluruh Al-Qur`an itu, sehingga
orang yang hafal setengah atau sepertiga Al-Qur`an tidak dinamakan
penghafal Al-Qur`an. Demikian menurut pendapat yang kuat dan tepat.
Kalau tidak, maka segenap kaum muslimin bisa disebut penghafal Al-Qur`an
1 Abu Nizham, Buku Pintar Al-Qur`an, (Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 6-7
2 Ahsin Sakho Muhammad, Tahfidz Al-Qur`an di Pesantren Tradisional, Work Shop
Divisi Tahfiz IIQ. 2008-2009
2
mengingat setiap muslim pasti dan mesti paling tidak hafal surah Al-Fâtiẖah
yang merupakan salah satu rukun salat menurut mazhab kebanyakan (Syafi‟i,
Ḫanbali, dan Maliki).3
Proses menjaga dan melancarkan hafalan bagi seorang hafiz bukanlah
suatu hal yang mudah. Karena setelah menghafal seluruh isi Al-Qur`an
nantinya akan bermunculan problem yang bermacam-macam. Sehingga harus
dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Dalam memecahkan problem ini
terdapat dua pendekatan yang bersifat seperti penjernihan hati, dzikir, puasa,
dan lain-lain.4 Selain itu dalam menjaga hafalan Al-Qur`an para hafiz harus
rajin dalam takrir5 hafalan yang sudah dia miliki sehingga Al-Qur`an yang
sudah dihafalkan tidak hilang begitu saja.
Perlu diketahui bahwa untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan suatu
strategi dan cara yang pantas serta cocok, sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan. Demikian para hafiz memerlukan riyâdhah Al-Qur`an. Demi
menjaga dan melancarkan hafalan yang sudah mereka punya. Sehingga,
penulis di sini tertarik untuk mengkaji riyâdhah Al-Qur`an.
Banyaknya dorongan dan rasa tanggung jawab yang tinggi dalam diri
umat Islam untuk menjaga kemurnian Al-Qur`an, mendorong banyak pihak
untuk mendirikan lembaga pendidikan Al-Qur`an baik formal maupun non-
formal. Di samping itu, dukungan dari mayoritas penduduk muslim di
Indonesia khususnya di jawa turut berperan terhadap maraknya pembangunan
lembaga pendidikan Al-Qur`an tersebut.
Pada umumnya pesantren tahfiz di Indonesia membina santri untuk
menghafal Al-Qur`an dari awal sampai selesai 30 juz dengan dinyatakan
3 Ahsin Sakho Muhammad, Tahfidz Al-Qur`an di Pesantren Tradisional, Work Shop
Divisi Tahfiz IIQ. 2008-2009 4 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005), h. 41-45 5 Mengulang hafalan Al-Qur`an yang sudah dimiliki.
3
mutqin6 hafalannya, kemudian setelah mutqin hafalan Al-Qur`annya santri
boleh mengikuti wisuda Al-Qur`an dan santri kembali ke rumah masing-
masing. Tetapi ada juga beberapa pesantren Al-Qur`an yang mengajarkan
tradisi7 riyâdhah sebagai lanjutan dari proses hafalan itu sendiri walaupun itu
tidak banyak dilakukan.
Beberapa lembaga pesantren Al-Qur`an di Indonesia masih melakukan
tradisi riyâdhah Al-Qur`an bagi para hafiz. Salah satu pesantren Al-Qur`an
yang terdapat tradisi riyâdhah Al-Qur`an adalah Pondok Pesantren Al-
Munawwir Krapyak Yogyakarta. Pesantren Al-Munawwir merupakan
pesantren Al-Qur`an induk yang ada di Indonesia, pesantren ini dikhususkan
untuk para santri yang ingin menghafal Al-Qur`an. Pesantren-pesantren Al-
Qur`an Indonesia seperti Pondok Pesantren KHAS Kempek Cirebon,
Pesantren Al-Asy‟ariyah Kalibeber Wonosobo, Pesantren Yanbu‟ul Qur`an
Kudus, Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran, Pesantren Menara Al-Fattah
Tulungagung dan lain-lain bersumber dari pesantren Krapyak, yakni
pendirinya adalah murid dari KH. Muhammad Munawwir.8
Di makam ulama khususnya Kiai Munawwir Krapyak mengkhatamkan
Al-Qur`an secara hafalan merupakan salah satu bentuk tradisi riyâdhah Al-
Qur`an dari seorang hafiz. Mereka menyepi, konsentrasi untuk mengulang
hafalan Al-Qur`an dari awal hingga akhir dengan harapan mendapat berkah
dari Kiai Munawwir dan berkah dari Al-Qur`an yang sudah dihafal.9
6 Mutqin artinya kuat, melekat, dan benar.
7 Tradisi merupakan sesuatu yang diwariskan dari masa lalu ke masa kini berupa non
materi, baik kebiasaan, kepercayaan, atau tindakan-tindakan. M.Khairan, “Benang Merah
Huffaz di Indonesia studi Penelitian Biografi Huffaz”, dalam Jurnal Shuluf, Vol. 14, No. 02,
2001, h. 204 8 Aan Subhansyah, dkk., “Tradisi Riyadloh Santri Penghafal Al-Qur`an,”
https://alif.id/read/redaksi/tradisi-riyadloh-santri-penghafal-alquran-b209330p/, diakses
tanggal 24 Juni 2019 9 Aan Subhansyah, dkk., “Tradisi Riyadloh Santri Penghafal Al-Qur`an,”
https://alif.id/read/redaksi/tradisi-riyadloh-santri-penghafal-alquran-b209330p/, diakses
tanggal 24 Juni 2019
4
Riyâdhah artinya latihan. Maksudnya adalah latihan rohani untuk
menyucikan jiwa dengan memerangi keinginan-keinginan jasad (badan).
Proses yang dilakukan dalam riyâdhah adalah melakukan pembersihan atau
pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah Swt., kemudian menghiasi
jiwanya dengan zikir, ibadah, beramal saleh dan berakhlak mulai. Pekerjaan
yang termasuk amalan riyâdhah adalah membaca Al-Qur`an, mengurangi
makan, mengurangi tidur untuk salat tahajud, menghindari ucapan yang tidak
berguna, dan berkhalwat yaitu menjauhi pergaulan dengan orang banyak diisi
dengan ibadah, agar terhindar dari perbuatan dosa.10
Riyâdhah adalah suatu metode dalam melatih jiwa untuk meningkatkan
derajat dan kecerdasan seseorang, khususnya kecerdasan spiritual. Metode ini
akan mengantarkan manusia pada “penemuan hakikat hidup” melalui ritual-
ritual ibadah dengan pendekatan dan penyerahan diri secara total pada Sang
Khalik. Dengan melakukan rutinitas riyâdhah maka seseorang akan memiliki
kesempatan untuk senantiasa mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan
spiritual yang telah dimiliki dan dibawa sejak lahir ke dunia, yaitu kesadaran
bahwa dirinya diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt. 11
Allah Swt.,
berfirman di dalam Al-Qur`an:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku” (QS. Az-Dzâriyât [51]:56)
riyâdhah yang dilakukan oleh seorang hafiz biasanya dilakukan dengan
mengkhatamkan Al-Qur`an berulangkali dalam waktu tertentu dan berpuasa,
10
Al-Ghazali, Mutiara Ihya „Ulumuddin: Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang Hujjatul
Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008), h. 125-126 11
Dian Wahyuningsih, “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra‟ terhadap
peningkatan kecerdasan spiritual (SQ) (Studi Pada Jama‟ah Kajian Daarul Muwahid
Srengseng- Jawa Barat),” dalam Tesis, Universitas Indonesia, 2007, h. 8. Tidak diterbitkan
(t.d)
5
riyâdhah ini disebut dengan riyâdhah Al-Qur`an. Dengan riyâdhah ini
diharapkan seorang hafiz mampu memberikan kontribusi dalam proses
pengabdian diri kepada Allah Swt., sekaligus sebagai sarana untuk
memantapkan hafalan dan menjaga hafalan yang telah dimiliki.
Perilaku riyâdhah umumnya dilakukan oleh orang-orang yang bergelut
dalam dunia tasawuf. Namun pada dasarnya riyâdhah merupakan hal yang
selayaknya dilakukan oleh setiap muslim sebagai sarana mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Dengan demikian tidak heran jika para penghafal Al-
Qur`an juga turut melakukan riyâdhah walaupun dia tidak secara langsung
terjun dalam dunia tasawuf.
Tujuan riyâdhah adalah untuk mengontrol diri, baik jiwanya maupun
badannya, agar roh tetap suci.12
Karena itu, riyâdhah harus dilakukan secara
sungguh-sungguh dan penuh dengan keikhlasan. Riyâdhah yang dilakukan
dengan kesungguhan dapat menjaga seseorang dari berbuat kesalahan, baik
terhadap manusia ataupun makhluk lainnya, terutama terhadap Allah Swt.
Dan bagi seorang sufi riyâdhah merupakan sarana untuk mengantar dirinya
lebih lanjut pada tingkat kesempurnaan, yaitu mencapai hakikat.13
Sedangkan
bagi seorang hafiz riyâdhah dapat menancapkan Al-Qur`an di dalam hatinya
dan dirinya, sehingga tidak hanya menjadi suatu hafalan tetapi juga
diharapkan hafalan Al-Qur`an yang dia miliki tercermin dalam perilakunya.
Berdasarkan beberapa data dan fakta di atas penulis tertarik untuk
mengkaji riyâdhah Al-Qur`an. Pada saat ini riyâdhah Al-Qur`an menjadi
salah satu kajian yang kurang mendapat perhatian. Akibatnya riyâdhah Al-
Qur`an menjadi kurang populer di kalangan umat Islam dan dianggap tidak
memiliki peran penting dalam menjaga kemurnian Al-Qur`an. Tetapi di sisi
12
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), h.17 13
Moh. Saifulloh Al Aziz, S., Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Terbit Terang,
(Surabaya: 1998), h. 104
6
lain ada sebagian orang yang menjadikan riyâdhah Al-Qur`an sebagai tujuan
dalam melancarkan hafalan Al-Qur`an dan mendapat keberkahan Al-Qur`an.
Pesantren yang masih mempertahankan tradisi riyâdhah Al-Qur`an
sampai saat ini (selain Pesantren Al-Munawwir Krapyak) adalah Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur.
Pesantren tersebut memiliki tradisi riyâdhah Al-Qur`an bagi para hafiz14
.
Banyak hafiz hafizah dari berbagai daerah yang merupakan alumni dari
pesantren-pesantren Al-Qur`an mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren
Ma‟unah Sari, sehingga Pesantren Ma‟unah Sari lebih dikenal dengan
pesantren riyâdhah Al-Qur`an daripada pesantren tahfiz Al-Qur`an.
Penulis melihat tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari
memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan pesantren tahfiz yang
lain sehingga menarik untuk dikaji. Selain itu, selama ini kajian seputar
riyâdhah Al-Qur`an masih sedikit. Penelitian tentang tahfiz banyak tetapi
belum ada yang menyentuh tentang riyâdhah Al-Qur`an. Oleh karena itu,
penulis ingin mengkaji tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari
dalam judul Skripsi “Tradisi Riyâdhah Santri Penghafal Al-Qur`an (Studi
Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ma‟unah Sari Bandar Kidul
Kediri Jawa Timur)”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan
masalah, dimana objek dalam suatu jalinan tertentu dapat kita kenali sebagai
suatu masalah.15
Pembahasan terkait riyâdhah Al-Qur`an memunculkan
beberapa permasalahan. Di antara permasalahan yang muncul adalah:
Pertama, bentuk-bentuk tradisi riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-
14
Istilah hafal atau penghafal Al-Qur`an mencakup seluruh kitab suci itu. 15
Suriasumantri Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar
Harapan, 2001), h.309
7
Qur`an di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Kedua, urgensi
riyâdhah Al-Qur`an di zaman sekarang. Ketiga, relevansi riyâdhah Al-
Qur`an dengan riyâdhah dalam perspektif tasawuf. Keempat, pengaruh
riyâdhah Al-Qur`an terhadap kualitas bacaan atau hafalan seorang santri.
Pertama, bentuk-bentuk tradisi riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-
Qur`an di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia. Permasalahan yang
muncul dalam tema ini adalah keberagaman tradisi riyâdhah Al-Qur`an yang
dilakukan oleh santri penghafal Al-Qur`an di pesantren-pesantren Indonesia.
Kedua, urgensi riyâdhah Al-Qur`an di zaman sekarang. Permasalahan
yang muncul dalam tema ini adalah mengkaji nilai urgensi riyâdhah Al-
Qur`an di zaman sekarang yang telah mengalami kemajuan teknologi yang
pesat. Segala sesuatu menjadi mudah dan praktis. Apakah masih penting
melakukan riyâdhah Al-Qur`an?
Ketiga, relevansi riyâdhah Al-Qur`an dengan riyâdhah dalam perspektif
tasawuf. Permasalahan yang muncul dalam tema ini adalah apa hubungan
antara riyâdhah Al-Qur`an dengan riyâdhah dalam perspektif tasawuf.
Apakah riyâdhah Al-Qur`an juga penting dilakukan dalam riyâdhah orang-
orang tasawuf.
Keempat, pengaruh riyâdhah Al-Qur`an terhadap kualitas bacaan dan
hafalan para santri penghafal Al-Qur`an. Permasalahan yang bisa dikaji
dalam penelitian adalah membandingkan beberapa hafiz yang sudah
melakukan riyâdhah Al-Qur`an dan belum melakukan riyâdhah Al-Qur`an.
Apakah kualitas bacaan serta hafalan mereka berbeda? Apakah riyâdhah Al-
Qur`an memberikan pengaruh terhadap kualitas terhadap bacaan dan hafalan
mereka?.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis membatasi penelitian
dalam skripsi ini pada tradisi riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-Qur`an
8
yang ada di pesantren. Mengingat jumlah pesantren di Indonesia cukup
banyak, maka objek penelitian ini dibatasi pada Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana metode tradisi
riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur`an Ma‟unah sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi riyâdhah Al-Qur`an di
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa
Timur.
E. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki nilai, meliputi nilai teoritis dan praktis. Adapun nilai
teoritis penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan
ilmiah di bidang ilmu agama Islam, khususnya ulumul Qur`an.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan arah atau wacana baru bagi
para pembacanya tentang riyâdhah Al-Qur`an dalam lembaga tahfiz
Al-Qur`an sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat
khususnya bagi para penghafal Al-Qur`an.
3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan atau inspirasi untuk
penelitian selanjutnya.
Adapun nilai praktis penelitian ini adalah diharapkan mampu
memberikan kontribusi untuk pesantren, contoh dalam hal ini adalah sebagai
bahan evaluasi dan pembangunan pesantren tersebut.
F. Kajian Pustaka
Untuk menghindari kesamaan pembahasan penelitian ini dengan
penelitian lainnya, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah dilakukan
9
terkait dengan riyâdhah Al-Qur`an. Dari hasil penelusuran tersebut terdapat
beberapa buku dan karya ilmiah yang penulis temukan, diantaranya:
1. Buku “Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubasyir
Mundzir” Karya H. Mas Arif Hakim dan kawan-kawan. Secara
khusus, Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari telah
menerbitkan sebuah buku tentang M. Mubasyir Mundzir. Di dalamnya
memuat latar belakang keluarga M. Mubasyir Mundzir, riwayat
pendidikan, kemuliaan beliau, nasehat dan amalan beliau, serta ditutup
dengan bab selayang Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah
Sari.16
Buku tersebut memberikan informasi bagi penulis tentang
sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari
Kediri. Selain itu, melalui buku tersebut penulis mengetahui biografi
Kiai Mubassyir Mundzir yang merupakan pendiri Pondok Ma‟unah
Sari.
2. Buku “Mutiara Ihya „Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang
Hujjatul Islam” yang dikarang oleh Al-Imam Ghazali. Al-Ihya
merupakan kitab yang membahas tentang kaidah Dan prinsip dalam
menyucikan jiwa yang membahas perihal penyakit hati,
pengobatannya, dan mendidik hati.17
Karangan ini dapat memberikan
informasi bagi penulis mengenai makna riyâdhah.
3. Jurnal “Tahfiz Al-Qur an di Ponpes Tahfidzul Qur an Ma‟unah Sari
Bandar Kidul Kediri (Study Living Qur an)” ditulis oleh Erwanda
Safitri mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Program Studi Ilmu Al-
Qur`an dan Tafsir Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Pada jurnal ini Erwanda mencoba meneliti bagaimana
16
Arif Hakim, dkk., Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubasyir Mundzir,
(Kediri: Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari,2002). 17
Al-Ghazali, Mutiara Ihya „Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang Hujjatul
Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008).
10
metode tahfiz Al-Qur`an di Pondok Pesantren Ma‟unah Sari Kediri
dan bagaimana respon santri terhadap metode tahfiz Al-Qur`an di
Pesantren Ma‟unah Sari. Penelitian tersebut memberikan beberapa
kesimpulan, yakni terdapat 3 tahap dalam tahfiz Al-Qur`an. pertama
tahap pra tahfiz, kedua tahap inti tahfiz, dan ketiga tahap evaluasi.
Adapun respon santri terhadap tahfiz Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah
Sari ada lima. Pertama, meluruskan niat untuk menghafal Al-Qur`an.
Kedua, menjauhi maksiat dan dosa. Ketiga, bentuk wujud ibadah
dalam membaca dan menghafal Al-Qur`an. Keempat, mengharap
berkah dari Al-Qur`an dan pesantren Ma‟unah Sari sendiri karena
pesantren ini adalah pesantren yang sepuh yang banyak menghasilkan
alumni-alumni Al-Qur`an sehingga banyak berkahnya serta riyâdhah
pendiri pesantren yaitu Kiai Mubassyir Mundzir yang sangat kuat.
Kelima, adalah berproses, untuk mencapai segala sesuatu yang luar
biasa diperlukan usaha yang tidak biasa, segala sesuatunya
membutuhkan proses.18
Penelitian yang dilakukan Erwanda Safitri
memberikan informasi tambahan bagi penulis tentang proses tahfiz
dan respon santri terhadap tahfiz di Pondok Pesantren Ma‟unah Sari.
Penelitian yang dilakukan oleh Erwanda safitri memiliki kesamaan
dengan penelitian yang penulis lakukan, hal yang membedakan adalah
Erwanda safitri meneliti metode tahfiz Pesantren Ma‟unah Sari
sedangkan penulis di sini meneliti metode riyâdhah Al-Qur`an yang
ada di Pondok Pesantren Ma‟unah Sari.
4. Jurnal “Metode Tahfidh Al-Qur`an di Pesantren Tahfidzul Qur`an
(PTQ) Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri” ditulis oleh Muthainnah
18
Erwanda Safitri, “Tahfiz Al-Qur`an di Ponpes Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari
Bandar Kidul Kediri (Study Living Qur`an),” dalam Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016. Tidak diterbitkan (t.d)
11
mahasiswa Fakultas Agama Islam Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan
Tafsir Universitas Yudhakarta Pasuruan. Pada jurnal ini Muthmainnah
mencoba meneliti tentang metode tahfiz Al-Qur`an di Pondok
Pesantren Ma‟unah Sari beserta implementasinya dan hal-hal lain yang
masih berhubungan dengan masalah tersebut. Penelitian tersebut
memberikan beberapa kesimpulan. Pertama, Metode dalam hal
pengajaran Al-Qur`an yang digunakan Pondok Pesantren Ma‟unah
Sari adalah “metode jibril” yang mengandung dua hal pokok: guru
membacakan dan santri mendengarkan dan santri membaca (sesuai
yang diajarkan guru) dan guru mendengarkan (serta mentashih).
Implementasinya terbagi dalam tiga tahapan, yaitu: Pertama, Tahap
Pra Tahfiz. Sebelum mengikuti program bil-ghaib harus lancar tajwid
dan sudah setor juz „amma bin nadzar dan bil-ghaib kepada pengurus.
Setelah itu baru ke Ibu Nyai menyetorkan juz „amma bin-nadzar dan
bil-ghaib barulah boleh menyetor bil-ghaib dari awal juz 1 sampai juz
7 ke Ibu Nyai. Pada tahap ini ada tutor di luar jam kegiatan pesantren
yang memegang 4 sampai 5 santri. Kedua, Tahap Inti Tahfiz, ada
beberapa kegiatan pada tahapan ini, yaitu: kegiatan deresan setengah
juz setiap setelah jama‟ah subuh, kegiatan alumnian, kegiatan setoran
secara bil-ghaib untuk juz 8 dan seterusnya kepada Pak Kyai, dan
kegiatan muraja‟ah hafalan. Ketiga, Tahap Evaluasi, bentuk-
bentuknya yaitu: terminalan untuk santri tingkat juz „amma bil-ghaib
dan bil-ghaib 30 juz (setiap 1 juz), tes kenaikan juz untuk santri yang
menghafal 30 juz setelah terminalan, tes setiap mendapat 5 juz,
majelisan 30 juz bagi santri yang sudah khatam 30 juz sebagai syarat
mendapat sanad dan diwisuda. Metode dalam hal menghafal itu sendiri
yang digunakan santri ada 4 metode, yaitu: tahap bin-nadzar, tahfidh,
12
tasmi‟, takrir.19
Penelitian ini memberikan informasi tentang tahfiz di
Pondok Pesantren Ma‟unah Sari Kediri yang kebetulan penulis juga
akan meneliti pondok tersebut. Penelitian yang penulis lakukan
memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Muthmainnah,
hanya saja Muthmainnah meneliti metode tahfiz di Pesantren Ma‟unah
Sari sedangkan penulis di sini meneliti tentang metode tradisi riyâdhah
Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari.
5. Jurnal tesis “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra‟
Terhadap Peningkatan Kecerdasam Spiritual (SQ) (Studi pada
Jamaah Kajian Daarul Muwahid Srengseng - Jakarta Barat)” ditulis
oleh Dian Wahyuningsih mahasiswa pasca sarjana Fakultas Kajian
Islam dan Psikologi, Program Studi Timur Tengah dan Islam
Universitas Indonesia. Pada jurnal ini Dian Wahyuningsih mencoba
meneliti apa pengaruh kebiasaan riyâdhah dan iqra‟ terhadap
kecerdasan para jemaah kajian Daarul Muwahid. Apakah bertambah
cerdas dengan seiring melakukan riyâdhah dan iqra‟ atau malah
menurun.20
Penelitian ini memberikan informasi baru bagi penulis
tentang bagaimana pengaruh dan manfaat dilakukannya riyâdhah.
Penelitian oleh Dian Wahyuningsih memiliki kesamaan dengan
penulis. Hanya saja Dian wahyuningsih meneliti bagaimana pengaruh
riyâdhah terhadap kecerdasan suatu jemaah, sedangkan penulis
meneliti bagaimana metode riyâdhah Al-Qur`an yang dilakukan di
Pesantren Ma‟unah Sari.
19
Muthmainnah, “Metode Tahfidh Al-Qur`an di Pesantren Tahfidzul Qur`an (PTQ)
Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri,” dalam Skripsi, Universitas Yudhakarta, 2014. Tidak
diterbitkan (t.d) 20
Dian Wahyuningsih, “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra‟ terhadap
peningkatan kecerdasan spiritual (SQ) (Studi Pada Jama‟ah Kajian Daarul Muwahid
Srengseng- Jawa Barat),” dalam Tesis, Universitas Indonesia, 2007. Tidak diterbitkan (t.d)
13
Dari beberapa karya ilmiah yang dipaparkan di atas, semuanya memiliki
keterkaitan dengan riyâdhah Al-Qur`an. Namun, dari semua karya-karya
ilmiah tersebut tidak ada yang meneliti tradisi riyâdhah Al-Qur`an di
pesantren. Informasi riyâdhah Al-Qur`an hanya disajikan secara global,
meliputi pengertian, indikator, dan urgensi riyâdhah Al-Qur`an. Belum ada
yang menyajikan informasi tentang tradisi riyâdhah Al-Qur`an di pesantren.
Oleh karena itu, penulis memiliki peluang untuk melakukan penelitian
berkaitan dengan tradisi riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Ma‟unah
Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur.
G. Metode Penelitian
Kajian tentang tradisi riyâdhah Al-Qur`an termasuk dalam ranah
penelitian Al-Qur`an dan tafsir pada jenis yang kedua yaitu dirasah mâ ẖaul
Al-Qur`an (kajian seputar Al-Qur`an) atau kajian eksternal Al-Qur`an yang
dipetakan oleh Amin al-Khulli (w. 1966 M).21
Walaupun penelitian ini
menggunakan pendekatannya fenomenologi tetapi hakikat yang ditelitinya
tetap dirasah mâ ẖaul Al-Qur`an yang merupakan kajian dalam Ulumul
Qur`an. Adapun metode penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian tradisi riyâdhah Al-Qur`an studi pada
Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari adalah jenis penelitian
lapangan (Field Research) dengan pendekatan kualitatif. Termasuk ke
dalam penelitian tersebut karena yang menjadi data primer adalah data-
21
Amin al-Khulli (w. 1966 M) dalam kitabnya Manahij Tajdid riset tentang Al-Qur`an
memetakan kajian Al-Qur`an menjadi dua kategori besar. Pertama, dirasah mâ fî Qur`an
nafsih (kajian tentang apa yang ada dalam Al-Qur`an itu sendiri). Yang termasuk dalam
kajian ini adalah tafsir, i‟jaz Al-Qur`an, kisah-kisah Al-Qur`an, Aqsam Al-Qur`an, Majaz Al-
Qur`an dan sebagainya. Kedua, dirasah mâ hawl Al-Qur`an (kajian seputar Al-Qur`an) atau
kajian eksternal Al-Qur`an. Yang termasuk dalam kajian ini misalnya sejarah teks Al-
Qur`an, konteks sosio-historis Al-Qur`an, dan sebagainya. Kutipan tersebut penulis dapatkan
dalam buku karya Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta:
Idea Press Yogyakarta, 2015), h. 26
14
data dari lapangan. Data-data dari kepustakaan sebagai penunjang data di
lapangan.22
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dimana data itu diperoleh.23
penelitian ini
terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer penulis
dapatkan dari informasi yang diperoleh di lapangan, yaitu dari data yang
ada di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, hasil wawancara
dengan pengurus Pondok Ma‟unah sari, dan santri penghafal Al-Qur`an
yang pernah mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Ma‟unah Sari.
Adapun data sekunder, diperoleh dari literatur yang berkaitan dengan
tradisi riyâdhah Al-Qur`an.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penulisan.24
Untuk memperoleh data penulis melakukan 3
langkah yaitu:
a. Observasi
Metode observasi yang dimaksud adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
penggunaan pancaindra. Ada dua macam teknik observasi, yaitu
participant observation dan non participant observation. Dalam
penelitian ini teknik yang akan digunakan penulis hanya non-
participant observation. observasi tersebut akan digunakan dalam
melakukan penelitian. Kaitannya sebagai non participant
observation (pengamat tidak terlibat), yakni pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang diteliti.
22
Lexy j. Moleong, Metodologi Penulisan Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2000), h. 4 23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Asdi
Mahasatya, 2006) h. 129 24
Moh. Nazir, Metode Penulisan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 211
15
Dalam kaitannya dengan non-participant observation, peneliti
mengamati kegiatan yang akan diteliti ataupun gejala-gejala yang
terjadi pada obyek penelitian.25
Dalam penelitian observasi ini
penulis melakukan rekaman gambar dan rekaman suara hasil dari
wawancara seputar riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren
Ma‟unah Sari.
b. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpulan data berupa tanya jawab
antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang
berlangsung secara lisan.26
Dalam wawancara salah satu hal penting
yang harus diperhatikan adalah menyeleksi informan dasar atau
inti.27
Penulis melakukan penyeleksian informan yaitu dengan
melakukan wawancara dengan Pengasuh Pesantren Ma‟unah Sari.
Tetapi faktanya Pengasuh pesantren mengarahkan penulis untuk
mewawancarai pengurus, sehingga penulis memperoleh data dan
informasi dari informan kedua yang sudah mendapatkan izin dan
rekomendasi dari informan inti.
Sedangkan teknik wawancara yang akan digunakan adalah
wawancara yang berfokus atau focused interview. Wawancara ini
biasanya terdiri dari pertanyaan yang tidak mempunyai struktur
tertentu, tetapi selalu terpusat kepada satu pokok yang tertentu.28
Maka dalam penelitian ini, penulis mewawancarai pihak-pihak yang
menjadi sumber penelitian yaitu 2 pengurus pondok pesantren Ali
Imron sebagai ketua pondok putra dan Rifa sebagai Bendahara
25
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif,
(Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 142 26
Hadari Nawawi, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1995), h. 98 27
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1989), h.132 28
Koentharaningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, h. 139
16
pondok putri, santri mukim yang bernama Anik, dan 3 santri yang
pernah megikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pondok Pesantren Ma‟unah
Sari yaitu Najakhuz zulfa santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an
tahun 2016, Su‟udiyah santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an
tahun 2019, dan Aufi Nafil santri yang mengikuti riyâdhah Al-
Qur`an tahun 2019.29
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, penulis
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya.30
Pada tahap ini, penulis mendokumentasikan semua data dan
aktifitas yang berhubungan dengan pelaksanaan riyâdhah Al-Qur`an
yang dilakukan oleh penghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari. Metode ini digunakan untuk
menyempurnakan data yang diperoleh dari metode observasi dan
wawancara. Yang meliputi gambar-gambar, rekaman kegiatan,
catatan sejarah dan tulisan-tulisan yang dapat dijadikan rujukan dan
memperkaya data temuan.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif, yaitu menganalisis data yang telah dideskripsikan
dengan membangun tipologi.31
Dalam kaitannya dengan penelitian ini,
penulis memaparkan data serta menjabarkan argumen yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi yang berkaitan
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.145 30
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h.158 31
Moh. Soehadha, Metode Penulisan Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,
(Yogyakarta: Suka Press, 2012), h. 134
17
dengan riyâdhah Al-Qur`an yang ada di Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur`an Ma‟unah Sari. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman
terhadap hasil penelitian secara kompleks. Sehingga diharapkan dengan
metode ini, hasil penelitian yang didapat dapat dipertanggungjawabkan.
Di samping itu pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
fenomenologi yaitu suatu pendekatan yang berusaha melukiskan
pengalaman penulis sebagaimana adanya tanpa memperhatikan asal usul
psikologinya dan keterangan kausal yang dapat disajikan oleh ilmuwan,
sejarawan, dan sosiologi.32
Dalam hal ini penulis mengungkapkan
pengalaman penulis selama melakukan penelitian yakni ketika berada
dan mengikuti beberapa kegiatan di Pesantren Ma‟unah Sari.
H. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik dan sistematika penulisan dalam skripsi ini merujuk pada buku
pedoman penulisan proposal dan skripsi Institut Ilmu Al-Qur`an tahun 2017.
penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab. Masing-masing bab disusun
secara sistematis untuk memudahkan pembaca dalam memahami penelitian
sehingga bisa mengambil manfaat dari hasil penelitian ini. Berikut susunan
kelima bab tersebut:
Bab I: Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II: Riyâdhah. Pada bab ini diuraikan seputar riyâdhah yang menjadi
tema utama penelitian. Pembahasannya meliputi: Pengertian riyâdhah,
tingkatan riyâdhah, Indikator riyâdhah, tujuan riyâdhah , dan tradisi
riyâdhah dalam Islam.
32
Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu
Sosial dan Komunikasi”, dalam jurnal Mediator, Vol. 9, No. 1, Juni 2008, h. 167
https://ejournal.unisba.ac.id diakses pada tanggal 29 Juni 2019
18
Bab III: pada bab ini memaparkan secara singkat tentang gambaran
umum Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, yang meliputi
profil singkat, letak geografisnya, dan sejarah singkat beridirnya Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, lalu sarana prasarana pesantren,
kemudian dilanjutkan dengan kondisi umum Pondok Pesantren Tahfidzul
Qur`an Ma‟unah Sari yang meliputi: keadaan staf pengajar, keadaan santri,
program pendidikan dan pengelolaan pesantren, program kegiatan, dan tata
tertib pesantren. Dan yang terakhir adalah metode pembelajaran pesantren.
Bab IV: Riyâdhah Al-Qur`an santri penghafal Al-Qur`an di pesantren
Indonesia dan tradisinya. Setelah pembaca mengetahui seputar riyâdhah dan
profil pesantren maka pada bab IV masuk pada inti penelitian yaitu tradisi
riyâdhah Al-Qur`an di pesantren. Pembahasannya meliputi tradisi riyâdhah
santri penghafal Al-Qur`an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah
Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur, dan relevansi riyâdhah Al-Qur`an
dengan riyâdhah dalam perspektif tasawuf.
Bab V: Penutup. Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti dituntut
mampu memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, maka pada
bab ini penulis menarik kesimpulan dari serangkaian penelitian yang telah
dilakukan. Kesimpulan penelitian memudahkan pembaca dalam memahami
inti dari keseluruhan pembahasan dalam penelitian. Selain memberikam
kesimpulan, pada bab ini penulis juga memberikan beberapa saran.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan terkait tradisi riyâdhah
Al-Qur`an studi pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari
Bandar Kidul Kediri Jawa Timur, dapat disimpulkan bahwa santri yang
mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari tidak dikhususkan
untuk santri yang sudah hafal 30 juz, tetapi tetap saja yang lebih di
prioritaskan adalah yang sudah selesai hafalan 30 juz. Kebanyakan santri
yang mengikuti riyâdhah adalah alumni dari pesantren luar yang sudah
selesai hafalannya. Santri yang ingin mengikuti riyâdhah Al-Qur`an boleh
mendaftar dan mengikuti program riyâdhah kapan saja. Tradisi riyâdhah Al-
Qur`an dilakukan dengan pilihan 3 model yaitu; 11 hari, 21 hari, dan 41 hari
dan dianjurkan dengan berpuasa bagi yang mampu.
Riyâdhah Al-Qur`an dilakukan di dalam ruangan khusus karena santri
yang melakukan riyâdhah tidak boleh keluar serta tidak boleh terlihat atau
melihat bukan mahramnya. Meskipun ketika santri putri dalam keadaan haid,
tetap saja tidak diperbolehkan karena riyâdhahnya belum selesai dan terhenti
karena haid. riyâdhah Al-Qur`an dilakukan selama 11, 21 atau 41 hari
dengan mengkhatamkan Al-Qur`an dalam sehari semalam. Waktunya
dimulai dari setelah magrib sampai besoknya sebelum magrib, jika melebihi
batas waktu yang sudah ditentukan maka riyâdhahnya gugur dan harus
mengulang dari awal lagi. Untuk santri putri, jika haid ketika pertangahan
melaksanakan riyâdhah Al-Qur`an maka boleh dilanjutkan ketika dia sudah
suci. Selama riyâdhah tidak diperbolehkan membunuh hewan apapun. Santri
yang mengikuti riyâdhah juga tidak diperbolehkan membaca novel dan
bacaan lain selain Al-Qur`an meskipun untuk santri putri yang riyâdhahnya
terhenti karena haid juga tetap tidak diperbolehkan.
98
B. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian riyâdhah Al-Qur`an di Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur,
maka penulis memberi masukan kepada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an
Ma‟unah Sari agar tradisi riyâdhah Al-Qur`an diwajibkan untuk santri
Ma‟unah sari sendiri dan pihak pondok harusnya memberikan perhatian lebih
terhadap santri mukim yang mengikuti program tahfiz dibanding santri
riyâdhah Al-Qur`an dari luar Pondok Ma‟unah Sari. Karena riyâdhah Al-
Qur`an di Ma‟unah Sari kebanyakan berasal dari santri yang sudah selesai
menyetorkan hafalan Al-Qur`an 30 juz di luar dan melakukan riyâdhah Al-
Qur`an di Ma‟unah Sari. Jadi, kebanyakan bukan santri dari Ma‟unah Sari.
Hal tersebut mengingat tradisi riyâdhah Al-Qur`an menjadi bagian penting
dalam tradisi keilmuan Islam khususnya bagi penghafal Al-Qur`an.
Penulis memandang bahwa riyâdhah Al-Qur`an sangat penting
dilakukan oleh para penghafal Al-Qur`an dan para hafiz hafizah, karena
banyak manfaat yang akan didapatkan dari melakukan riyâdhah Al-Qur`an.
Salah satunya adalah selain sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah
Swt., mencari berkah Al-Qur`an dan para ulama Al-Qur`an riyâdhah Al-
Qur`an juga sebagai sarana melancarkan hafalan sekaligus memantapkan Al-
Qur`an dalam dirinya sehingga sikap yang tercermin darinya sesuai dengan
yang Al-Qur`an ajarkan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Aan Subhansyah, dkk., “Tradisi Riyadloh Santri Penghafal Al-Qur`an,”
https://alif.id/read/redaksi/tradisi-riyadloh-santri-penghafal-alquran-
b209330p/, diakses tanggal 24 Juni 2019.
„Abdu al-Karîm, Abî al-Qâsim, ar-Risâlah al-Qusyairiyah fî „Ilmi at-
Tasawwuf, Mesir: Dar al-Khair, tp. th.
Abdul Muaz, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an
di Pesantren Al-Fattah Tulungagung tahun 2017, Depok, 15 Juni 2019.
Ahmad Nasih, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an
di Pandan Aran tahun 2016, Ciputat, 21 Juli 2019.
A. Husnul Hakim, Wawancara dengan Pengasuh PP. Lingkar Studi dan Ilmu
Al-Qur`an, Depok, 1 Juli 2019.
Al Aziz, S., Moh. Saifulloh. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf, Terbit
Terang, Surabaya: 1998.
Ali Imron, Wawancara dengan Ketua Pondok Putra Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari, Kediri, 23 Juni 2019.
Amstrong, Amatullah, Khazanah Istilah Sufi: Kunci Memasuki Dunia
Tasawuf, Bandung: Mizan 1996.
Anam, A Khoirul, Mbah Munawwir Punya „Riyadhah Spesial,‟
https://www.nu.or,id/post/read/43925/mbah-munawwir-punya-
039riyadhah-spesial039, diakses tanggal 25 Juli 2019.
Anik, Wawancara dengan santri mukim di Ma‟unah Sari, 18 Juni 2019.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penulisan Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Asdi Mahasatya, 2006.
100
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994.
Aufi Nafil, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di
Pesantren Ma‟unah Sari tahun 2019, Kediri, 18 Juni 2019.
Al-Bastani, Karim, Al-munjid fî al-lughah wa al-a‟lâm, Beirut: Dar al-
Masyriq, 1875.
Al-Bukh ri, Abu „Abdillah Muhammad ibn Ism il, Shahîh Bukhâri, Beirut:
Dâr Thûq an-Najâh, 1422 H.
Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif , Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Chusnul, Cotimah. dan Fathurrahman, Muhammad, Komplemen Manajemen
Pendidikan islam, Yogyakarta: Teras, 2014.
Daruhcom, Dzikir Pagi dan Petang Hasan Al-Banna,
https://darulfitrah.com/blog/dzikir_pagi_dan_petang_hassan_al_banna/,
diakses tanggal 14 Juli 2019
Al-Ghazali, Imâm, Ihyâ„ „Ul m Ad-dîn, Semarang: CV. Asy-syifa, 1992.
Al-Ghazâli, Imâm Abû Hamîd Muhammad Ibnu Muhammad, Ihyâ„ „Ul m
Ad-dîn, tt.p.:t.p.,t.t..
Al-Ghazâli, Metode Menakhlukkan Jiwa Perspektif Sufistik, Bnadung: PT
Mizan Pustaka, 2002.
Al-Ghazali, Mutiara Ihya „Ulumuddin : Ringkasan yang Ditulis Oleh Sang
Hujjatul Islam, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.
Al-Hafidz Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2005.
101
Hakim, Arif (dkk), Setetes Embun Penyejuk Hati: Biografi KH. M. Mubasyir
Mundzir, Kediri: Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah Sari,2002.
Hasbiansyah, “Pendekatan Fenomologi,” dalam Jurnal Mediator, Vol. 9, No.
1, Juni 20018, h. 167, https://ejournal.unisba.ac.id diakses pada tanggal
29 Juni 2019.
Imâm Jalil, Tafsir Al-Qur`an Al-Azhim, Juz-IV, Kitab Fadh „ilul Qur`an, Isa
Al-Babi Al-Halabi, t. T, h. 56.
Al-Jauzy, Ibnu Qayyim, Madârij as-Sâlikîn Pendakian Menuju Allah,
Jakarta: Pustaka Kautsar, 1998.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Sinar Harapan, 2001.
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT
Gramedia, 1989.
Masyhuri, A. Aziz, 99 Kiai Kharismatik Indonesia: Biografi Perjuangan,
Ajaran, dan Doa-doa yang Diwariskan, Yogyakarta: Kutub, 2008.
Muhammad Abduh Tuasikal, Puasa Daud, Puasa Paling Istimewa,
https://rumaysho.com/935-puasa-daud-puasa-paling-istimewa.html,
diakses tanggal 7 Agustus 2019
M. Echols, John. dan Shadily Hassan, A Dictionary Of Modern Written
Arabic, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1989.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penulisan Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2000.
Muhammad, Dr. KH. Ahsin Sakho, Tahfidz Al-Qur`an di Pesantren
Tradisional, Work Shop Divisi Tahfiz IIQ, 2008-2009.
Mustaqim, Abdul, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta, 2015.
102
Muthmainnah, Metode Tahfidh Al-Qur`an di Pesantren Tahfidzul Qur`an
(PTQ) Ma‟unah Sari Bandar Kidul Kediri, Skripsi, Fakultas Agama
Islam Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Universitas Yudhakarta,
Pasuruan, 2014.
An-Naisâbûrî, Abî al-Qâsim al-Qusyairî, Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian
Ilmu Tasawuf, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.
Najakhuz Zulfa, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-
Qur`an di Pesantren Ma‟unah Sari tahun 2016, Kediri, 20 Juni 2019.
Nawawi, Hadari, Instrumen Penulisan Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1995.
Nazir,Moh., Metode Penulisan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.
Al-Qurtubi, Al-Tidzhar Fî Afdholil Adzkar, Beirut: Al-Maktabah Ilmiyah,
tt.tp.th.
Rifa, Wawancara dengan Bendahara Podok Pesantren Ma‟unah Sari Putri,
Kediri, 17 Juni 2019.
Rozi, Fahrur, Fami Bi Syauqin; Mengkhatamkan Al-Qur`an dalam 7 hari,
https://famibisyauqin.blogspot.com/2016/02fami-bi-syauqin-
mengkhatamkan-al-quran.html?m=1, diakses tanggal 2 Juli 2019.
Safitri, Erwanda, “Tahfiz Al-Qur`an di Ponpes Tahfidzul Qur`an Ma‟unah
Sari Bandar Kidul Kediri,” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016. Tidak diterbitkan.
Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur`an, Jakarta: Gema Insani, 2008.
Shihab, M. Quraish, Logika Agama Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal
dalam Islam, Jakarta: Lentera, 2005.
103
Sholahudin, Muhammad, Ulama Penjaga Wahyu, Kediri: Nous Pustaka
Utama, 2013
Soehadha, Moh, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi Agama,
Yogyakarta: Suka Press, 2012.
Su‟udiyah, Wawancara dengan santri yang mengikuti riyâdhah Al-Qur`an di
Pesantren Ma‟unah Sari tahun 2019, Kediri, 18 Juni 2019.
As-Syaib n , Ab „Abdillah Ahmad ibn Muhammad ibn Ḫanbal ibn Hilâl,
Musnad al-Imâm Ahmad ibn Ḫanbal, Jilid XI, Muassasah ar-Risâlah,
2001.
Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.
At-Tirmidzi, Muhammad ibn „Îs ibn Saurah ibn M s ibn Dhiẖâk, al-Jâmi‟
al-Kabîr, Jilid IV, Beirut: Dâr al-Gharbu al-Islâmî
T. Yanggo, Huzaemah T. Yanggo (dkk), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis
dan Desertasi, Jakarta: IIQ Press, 2011.
Wahyuningsih, Dian, “Pengaruh Intensitas Riyadhah dan Intensitas Iqra„
terhadap peningkatan kecerdasan spiritual (SQ) (Studi Pada Jama‟ah
Kajian Daarul Muwahid Srengseng – Jawa Barat),” Tesis Universitas
Indonesia, 2007, Tidak diterbitkan.
Zen, Muhaimin dan Mustafid, Ahmad, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur`an
(Pembinaan Qari Qari„ah dan hafiz hafizah), Jakarta: Pimpinan Pusat
Jam‟iyyatul Qurra„ wal huffaz (JQH), 2006.
171
RIWAYAT HIDUP
Nabilatun Nada, S.Ag lahir di Kediri, pada tanggal
01 Maret 1997. Pengalaman pendidikan,
menyelesaikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MI
Cendono, Kediri pada tahun 2009, menyelesaikan
pendidikan Madrasah Tsanawiyah di Pondok
Pesantren Ma‟arif NU Blitar pada tahun 2012,
menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah di
Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri Kediri
pada tahun 2015. Lalu melanjutkan studi di perguruan tinggi Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tahun 2015 dan mengambil Program Studi Ilmu
Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Adapun pengalaman organisasi penulis yaitu, Ketua Osis MI
Cendono pada periode 2008/2009, Wakil Ketua IPPNU MTs Ma‟arif NU
Blitar periode 2009/2010, Ketua IPPNU MTs Ma‟arif NU Blitar periode
2010/2011, Sekretaris IPPNU MA Al-Hikmah Purwoasri Kediri periode
2013/2014, Departemen Luar Negeri Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin (BEM-FU) IIQ Jakarta periode 2015/2016, Departemen Luar
Negeri Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IIQ Jakarta periode
2016/2017, Wakil Presiden Mahasiswa DEMA IIQ Jakarta periode
2017/2018, HUMAS Jam‟iyyah Mudarasah Al-Qur`an (JMQ) periode
2016/2017, Wakil Ketua JMQ periode 2017/2018.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur atas terselesaikannya skripsi
yang berjudul “TRADISI RIYÂDHAH SANTRI PENGHAFAL AL-
QUR`AN (Studi Pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Ma‟unah
Sari Bandar Kidul Kediri Jawa Timur)”.