tradisi wajagan di pondok pesantren darussyifa …

118
TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI (Studi Living Hadits) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Ahmad Syawqi Kamal NIM: 1113034000101 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN

DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI

(Studi Living Hadits)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Ahmad Syawqi Kamal

NIM: 1113034000101

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019 M

Page 2: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 3: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 4: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 5: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

i

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2015.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ث

Ts te dan es ث

J Je ج

H h dengan garis di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

S es dengan garis di bawah ص

ḏ de dengan garis di bawah ض

ṯ te dengan garis di bawah ط

ẕ zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

Page 6: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

ii

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ` ء

Y ye ي

2. Vokal Tunggal

Vokal dalam bahasa Arab, sepertivokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U ḏammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

Page 7: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

iii

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan garis di ا

atas

Ī i dengan daris di atas ي

Ū u dengan garis di و

atas

4. Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/,

baik diikuti huruf syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-

syamsiyyah bukan asy-syamsiyyah, al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Tasydīd

Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara

berturut-turut, seperti الس نت = al-sunnah.

6. Ta marbūṯah

Jika ta marbūṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialih-aksarakan menjadi huruf /h/, seperti أبو ه ريرة =

Abū Hurairah.

7. Huruf Kapital

Page 8: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

iv

Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh

kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal

nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya, seperti

.al-Bukhāri = البخاري

Page 9: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

v

ABSTRAK

Ahmad Syawqi Kamal

Zikir wajagan di Pondok Pesantren Darusyyifa al-fithroh (study

Living Hadist)

Living hadis merupakan sebuah tulisan, bacaan, dan praktek yang

dilakukan oleh komunitas masyarakat tertentu sebagai upaya untuk

mengaplikasikan hadis Nabi. Sebagaimana living hadits dapat dilihat

berbagai variant, diantaranya tradisi tulis, tradisi lisan dan tradisi praktik..

Tradisi wajagan ini merupakan sebuah respon sosial masyarakat Pondok

Pesantren Darussyifa al-Fithroh terhadap teks hadist yang kemudian

menjadi sebuah praktik yang hidup.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Living Hadis

yang menggunakan metode pendekatan sosiologi dan antropologi karena

yang menjadi objek kajiannya adalah masyarakat, kemudian untuk lebih

mendukung penelitian ini maka menulis menggunakan metode

pengumpulan data yaitu dengan metode interview, observasi dan

dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dideskripsikan secara

alami dan dianalisis.

Dzikir wajagan ini berawal dari hubungan baik antara pimpinan

pondok dengan Syaikh Maulana Muhammad Hisyam Kabbani yang

merupakan pimpinan tarekat Naqsabandiyyah akan tetapi pelaksanaan

dzikir wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini dilaksanakan

dengan tujuan menghidupkan sunnah. Dimana hadis-hadis yang hidup

dalam pelaksanaan wajagan ini diantaranya hadis tentang keistimewaan

hari jumat, hadis tentang keutamaan majelis dzikir, dan hadis tentang

pelaksanaan dzikir dengan suara lantang.

.

Kata Kunci: Living Hadis, Zikir, Pondok Pesantren

Page 10: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala

limpahan rahmat , kasih sayang, serta karunia-Nya, sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu Allah curahkan

kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita termasuk umatnya yang

mendapatkan syafaat di hari kiamat.

Alhamdulillahi Rabbi al-‘alamin, berkat usaha dan doa skripsi

yang berjudul TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN

DARUSSYIFA AL-FITHRAH SUKABUMI (Studi Living Hadist) ini

dapat peneliti selesaikan. Peneliti menyadari banyaknya kontribusi berupa

bantuan, dukungan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak baik

secara moril maupun materil. Dengan demikian peneliti mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, MA. Sebagai Rector Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. Sebagai Dekan Fakultas

Ushuluddin dan Bapak Dr. Eva Nugraha M.Ag. sebagai Ketua

Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, dan Bapak Fahrizal Mahdi,

Page 11: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

vii

Lc. MIRKH sebagai sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir.

3. Ibu Ala’I Najib, MA. Sebagai Pembimbing yang selalu

bersedia mendedikasikan waktu, energy dan pikiran, selama

proses penelitian skripsi ini berlangsung. terima kasih karena

membuat peneliti merasa selalu ingin lebih baik dalam

menyusun skripsi ini.

4. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ushulddin yang telah

memberikan berbagai ilmu, pengalaman serta bimbingan

kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Pimpinan serta jajaran staf Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan pelayanan dalam meminjam

literature untuk penulisan skripsi.

6. KH. E Supriatna Mubarok, Msc. MM, Ibu Hj Lani Melani,

selaku Pimpinan dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren

Darussyifa al-Fithrah Sukabumi, berserta staf dan jajarannya

yang sudah berkenan untuk diwawancarai sebagai narasumber

selama penulisan skripsi berlangsung.

7. Santriawan dan santriawati yang sudah berkenan untuk

diwawancarai dan bersedia membantu peneliti dalam

Page 12: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

viii

memperoleh data penelitian, sehingga proses pengumpulan

data dapat berjalan dengan lancar.

8. Teruntuk Ayahanda (KH. M. Rusydi Ali) dan Ibunda (Hj. Nur

Amalia) yang selalu memberi dukungan moral dan materil

kepada peneliti dari awal sampai akhir perkuliahan. Kata

terima kasih rasanya terlalu sederhana untuk semua keringat

dan air mata beliau. Semoga allah senantiasa membalas semua

ikhtiar, keasbaran, kasih sayang dan cinta yagn diberikan

selama ini.

9. Kepada keluarga besar dan teman-teman, terima kasih karena

selalu memberi semangat selama masa-masa perkuliahan.

10. Terima kasih kepada keluarga besar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

2013 yang sama-sama berjuang dan selalu memberikan

dukungan.

11. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dlaam masa

perkuliahan yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun

tidak mengurangi rasa hormat peneliti. Semoga diberikan

pahala yang berlimpah dan dicatat sebagai amal baik oleh

Allah SWT. Aaminn.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum bisa dikatakan

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan

Page 13: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

ix

diterima dengan baik oleh peneliti. Semoga skripsi ini berguna untuk

siapapun yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 02 Desember 2019

Ahmad Syawqi Kama

Page 14: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

x

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................ i

ABSTRAK .............................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................ 6

C. Kegunaan Penelitisn ..................................................... 6

D. Metodologi Penelitian .................................................. 7

E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 15

F. Sistematika Penlulisan .................................................. 19

BAB II TRADISI DZIKIR WAJAGAN DALAM KAJIAN HADITS

A. Pengertian Dzikir .......................................................... 21

B. Keutamaan dan Manfaat Dzikir .................................... 24

C. Sekilas Tentang Living Hadits ..................................... 27

D. Dzikir Wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh

Sukabumi ...................................................................... 30

Page 15: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

xi

1. Latar Belakang Dzikir Wajagan ............................. 30

2. Hadits-Hadits Yang Hidup Pada Pelaksanaan Dzikir Wajagan

................................................................................ 32

BAB III SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN

DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh 41

B. Profil Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ............ 43

BAB IV ANALISIS HASIL PRAKTEK DZIKIR WAJAGAN DI

PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI

A. Pemahaman Penduduk Pondok Pesantren Terhadap Keutamaan

Wajagan ........................................................................ 56

B. Dampak Wajagan Terhadap Penduduk Pondok Pesantren

Darussyifa al-Fithroh .................................................... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 70

B. Saran ............................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

1

BAB I

DZIKIR WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-

FITHROH SUKABUMI

A. Latar Belakang

Sumber pedoman umat Islam yang diamalkan ajarannya setelah al-

Qur’an adalah hadits, umat Islam meneladani setiap perbuatan dan

perkataan Rasulullah untuk digugu dan ditiru melalui hadits. Sebagaimana

termaktub dalam Q.S al-Ahzab [33]:21

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S al-

Ahzab [33]:21)

Sebagai uswatun hasanah, Rasul menjadi panutan dalam segala

aspek. Hadits yang merupakan bentuk dari perkataan dan perbuatan

Rasullah saw pada masa itu pasti berkaitan atau di latarbelakangi dengan

Page 17: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

2

problem yang terjadi pada masa itu. Jadi hal ini memiliki keterkaitan

dengan problem sosio-historis dan kultural pada waktu itu.1

Dalam tatanan kehidupan, tidak hanya pada masa nya akan tetapi

sampai akhir zaman Nabi menjadi figur utama yang menjadi panutan umat

Islam, sehingga pada masa sekarang dengan kondisi yang berbeda,

semakin kuat keinginan untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari begitupun semakin banyak pula persoalan-

persoalan yang kompleks ditemukan pada masa sekarang

Umat Islam menjadi mayoritas penduduk di Indonesia, tidak

dipungkuri banyak kita temukan komunitas-komunitas muslim yang di

dalamnya banyak diterapkan sebuah kebiasaan. Aktivitas dan bahkan

menjadi sebuah tradisi yang diamalkan berlandaskan hadits Nabi saw. Hal

ini menjadi bukti adanya hadits yang hidup di masyarakat baik itu dalam

konteks hukum, sosial, politik dan budaya yang diistilahkan menjadi living

hadits. 2

Dengan demikian, living hadits dapat diartikan menjadi sebuah

tulisan, bacaan, dan praktek yang dilakukan oleh komunitas masyarakat

tertentu sebagai upaya dan usaha untuk mengaplikasikan hadits-hadits

1 Abdul Mustaqim, Paradigma Interaksi Dan Interkoneksi Dalam Memahami

Hadits, (Yogyakarta : Sukses Offset, 2008), 5. 2 M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadits,

(Yogyakarta : TERAS, 2007), 106.

Page 18: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

3

Nabi. Sebagaimana yang kita semua ketahui living hadits dapat dilihat

dalam berbagai variasi, yaitu : tradisi tulis, tradisi lisan dan tradisi praktik.

Tradisi praktek dalam living hadits cenderung banyak dilakukan

oleh umat Islam. sebagai contohnya tradisi qunut dalam shalat maghrib, di

Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Hadits tentang hukum

qunut shalat maghrib sebenarnya tidak banyak diketahui oleh santriawati

di asrama putri an-Najah, namun hal tersebut tidak bertentangan dengan

ajaran Islam karena dalam hal ini ada hadits Nabi yang menjadi

landasannya. Maka dari itu, qunut shalat magrib terus dilakukan dan

menjadi tradisi di asrama putri an-Najah. Hal ini menjadi contoh adanya

living hadits.3

Melihat fenomena yang terdapat di Indonesia, banyak sekali tradisi

praktik yang masuk dalam kategori living hadits, seperti tradisi pembacaan

shalawat, dzikir akbar, tahlil, dan tradisi pengajian mingguan yang banyak

kita temui di setiap sudut kota maupun pedesaan di Indonesia. Dari

berbagai bentuk praktek keagaaman yang ada dzikir merupakan praktek

keagamaan yang paling banyak di jumpai di masyarakat.

3 Siti Qurrotul Aini, “Tradisi Qunut dalam Shalat Maghrib di pondok pesantren

wahid Hasyim Yogyakarta (Studi living Hadits)”. Jurnal Living Hadits, Vol.1, no.2

(Oktober 2016): 2528-756.

Page 19: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

4

Dzikir merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dalam

melakukan ibadah dan memiliki posisi penting dalam proses mendekatkan

diri kepada Allah dengan cara melafadzkan asma Allah memuji

keagungan-Nya dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Selain itu

dzikir juga merupakan esensi dari shalat-shalat yang kita lakukan dan

dzikir adalah suatu kewajiban yang tercantum dalam al-Qur’an:

4

“Wahai orang-orang yang beriman!Ingatlah kepada Allah,

dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya”. (Q.S Al-Ahzab: 41)

Dalam hadits Nabi disebutkan bahwa kelompok-kelompok orang

yang berdzikir adalah taman-taman surga.

ن رسىل الله صلم ىعن انس بن مالك رضي االله عنه أ

ا مزرت

ال إذ

م ق

الله عليه وسل

ز

ق الذكال حل

ة ق

ىا وما رياض الجن

ال

عىا ق

ارت

ة ف

بزياض الجن

“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu „anhu, bahwa Rasulullah

Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-

taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat

bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-

halaqah (kelompok-kelompok) dzikir”.5(HR Tirmidzi)

4 QS al-Ahzab: 41

5 Muhamammad bin Isa al-Tirmizi, Sunan al-Tirmizi, Jilid 4 (Beirut : Daar al

Fikr. 1983), 357.

Page 20: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

5

Berpijak pada hadits ini untuk mengamalkan ajaran Rasulullah,

masyarakat mempraktekannya dengan membentuk majlis-majlis dzikir

salah satunya di Pondok Pesantren Daarusyyifa al-Fithroh pada kamis

malam dilakukan sebuah ritual dzikir yang dihadiri oleh seluruh santri dan

masyarakat sekitarnya.

Tradisi wajagan ini merupakan sebuah respon sosial masyarakat

Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh terhadap teks hadits yang

kemudian menjadi sebuah praktik yang hidup di pesantren Darussyifa ini,

sehingga penulis melihat praktik wajagan ini sebagai salah satu living

hadits yang terjadi.

Dalam pelaksanaan wajagan ada beberapa sunnah-sunnah yang

terdapat di dalamnya seperti shalat Awwabin, shalat Li hifdzi al-Iman,

shalat Birru al-Walidain, shalat Tasbih, shalat Hajat, shalat Taubat dan

shalat Witir, setelah pelaksaana shalat-shalat sunnah dilanjutkan dengan

pembacaan dzikir.

Living Hadits dalam bentuk tradisi wajagan yang dilakukan di

Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi ini penting untuk

diteliti, karena model praktik wajagan seperti ini layak untuk diamalkan

oleh masyarakat pada umumnya, atas dasar latar belakang itulah penulis

akan menelusurinya melalui penelitian lapangan dalam skripsi yang

Page 21: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

6

berjudul: DZIKIR WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN

DARUSSYIFA AL-FITHROH (Studi Living Hadits)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat penulis sajikan

rumusan masalah yang penting untuk dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apa itu tradisi Wajagan dan bagaimana latar belakang munculnya

di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithrah?

2. Bagaimana proses pelaksanaan Wajagan Pondok Pesantren

Darussyifa al-Fithrah serta apa sebab dan tujuan wajagan dijadikan

tradisi yang dilaksanakan terus-menerus?

3. Nilai-nilai hadis Nabi apa saja yang hidup dalam tradisi tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penyusun mempunyai

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menjelaskan pelaksanaan Wajagan dan bagaimana latar belakang

munculnya di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi.

Page 22: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

7

2. Menjelaskan proses pelaksanaan dan motif masyarakat Pondok

Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi menjadikan tradisi yang

dilaksanakan terus-menerus.

3. Mendiskripsikan hadits-hadits yang hidup dalam tradisi wajagan di

Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh.

D. Kegunaan Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah menelusuri hadis-hadis

yang terdapat pada tradisi wajagan, secara garis besar kegunaan

penelitian adalah dari aspek akademik penelitian ini diharapkan

dapat menambah bahan pustaka diskursus living hadis, sehingga

diharapkan bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada

kajian sosio cultural masyarakat Indonesia dalam melaksanakan

ajaran Nabi.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. dengan

teknis analisis deskriptif. .Metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data adalah penelitian lapangan dan pustaka.

Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dalam proses

Page 23: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

8

penelitiannya menggunakan sumber data dari suatu lokasi

tertentu.6

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif, yaitu dalam penelitian ini berusaha mendeskripsikan

atau menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi.7Penelitian

dilakukan hanya utuk menerapkan suatu fakta melalui sajian-sajian

data tanpa menguji hipotesis. Data yang dikumpulkan adalah

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan

demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data

untuk memberi gambarran penyajian laporan tersebut. data tersebut

mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapngan, foto,

video, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi

lainnya.8 Pada penulisan laporan demikian , peneliti menganalisis

data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk

aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut setiap

bagian ditelaah satu demi satu.Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan, mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan

kondisi yang selama ini terjadi.

6 Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:

Prestasi Public Publisher, 2012), 56. 7 Nana Sujana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Bandung:

Sinar Baru, 19840), 64. 8 Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1997), 11.

Page 24: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

9

2. Teknik Pengumpulan Data

Langkah yang paling utama dalam penitian adalah teknik

pengumpulan data. Karena dengan teknik pengumpulan data ini

penulis mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.tanpa adanya teknik pengumpulan data maka data yang

dibutuhkan tidak akan terkumpul dan tidak akan memenuhi standar

yang ditetapkan.9Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata

dan gambar bukan merupakan angka-angka.10

Data kualitatif berpaku pada data kualitas objek

penelitian.Yaitu ukuran data berupa non angka, tetapi merupakan

satuan kualitas (misalnya istimewa, baik, buruk, tinggi, rendah,

sedang), atau juga berbagai rangkaian informasi yang verbal dan

non verbal yang disampaikan informan kepada peneliti untuk

menjelaskan perilaku ataupun peristiwa yang sedang menjadi titik

fokus penelitian.11

Dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan adalah

data tentang tradisi wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-

9 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. cet. 16 (Bandung: ALFABETA, 2013), 308 10

Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 11. 11

Suharsimi Arikubto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:

Rineka Cipta 2002), 111.

Page 25: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

10

Fithroh Sukabumi. Teknik pengumpulan data yang penulis

gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah:

a. Observasi

Yang dimaksud dengan merode observasi adalah

pengamatan dengan sistem fenomena-fenomena yang terjadi.12

Untuk mengadakan suatu pengamatan terhadap pelaksanaan

wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi ini

penulis menggunakan metode observasi.

Adapun jenis penelitian observasi ini yang digunakan

adalah observasi partisipan, yaitu penulis berpartisipasi langsung

dalam setiap kegiatan yang berhubungan dalam penelitian ini,

dalam hal ini adalah dzikir wajagan.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai

variable berupa catatan, buku panduan, serta buku-buku yang

berkaitan.13

Metode ini dipergunakann dalam rangka melakukan

pencatatan dokumen.Dalam penelitian ini menggunakan metode

12

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyaraka (Jakarta: PT

Gramedia, 1990), 173. 13

Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian, 131.

Page 26: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

11

dokumentasi karena pada dasarnya metode dokumentasi adalah

sebuah metode yang sifatnya stabil, dapat digunakan sebagai

bentuk pengujian.14

c. Interview (Wawancara)

Yang dimaksud dengan interview (wawancara) adalah

metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (face to

face) pada responden untuk mendapatkan informasi.15

Wawancara

adalah suatu kegiatan yang mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan

kepada seorang narasumber dengan tujuan tertentu. Percakapam ini

dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.16

Dalam metode ini penulis mendatangi lansung pimpinan

dan santri-santri di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh

Sukabumiuntuk menanyakan langsung hal-hal yang berkaitan

dengan objek yang akan diteliti.

14

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras 2009), 66. 15

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy, Metode Penelitian Survey. (Jakarta:

LP3ES. 1989), 192. 16

Ny Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. (Jakarta. Bina

Aksara. 1989), 129.

Page 27: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

12

Metode ini dipergunakan dalam rangka untuk mendapatkan

keterangan bagaimana pendapat mereka terhadap hal yang

berhubungan dengan wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh Sukabumi.

Adapun yang akan diwawancarai adalah Bapak Pimpinan

Pondok Pesantren, Ibu Ketua Yayasan, Asatidz dan Asatidzah serta

para santri dan masyarakat sekitar (jama’ah) yang kiranya ikut

andil dalam acara tersebut. metode ini penulis gunakan sebagai

metode primer karena objek kajian adalah kajian lapangan.

3. Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis membaginya dalam dua

bentuk yaitu primer dan sekunder. Data primer lebih penulis

tekankan pada data lapangan dan data sekunder adalah sebagai

tambahan referensi kitab hadits yang memuat hadits keutamaan

dzikir dan buku-buku yang berkaitan dengan dzikir dan amalan-

amalan sunnah lainnya.

Analisis data dalam hal ini adalah proses memilah dan

memilih dari catatan lapangan, hasil wawancara, gambar, foto dan

dokumen lainnya mana yang penting dan akan dipelajari untuk

Page 28: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

13

membuat kesimpulan yang mudah difahami yang berupa biografi,

laporan, artikel dan sebagainya.

Dalam penelitian ini, terdapat langkah-langkah dalam

teknik analisis data diantaranya:

1. Reduksi data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting

terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan,

sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.17

2. Display data (penyajian data)

Penyajian data disini berbentuk kata-kata, table, kalimat

naratif, grafik dan matrik yang bertujuan agar peneliti

menguasai data-data yang telah dikumpulkan yang menjadi

dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.18

3. Verifikasi dan simpulan

17

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:

Unesa University Press, 2007), 32. 18

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif . 33.

Page 29: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

14

Sebelum peneliti mendapatkan simpulan akhir yang jelas,

peneliti harus membuat simpulan-simpulan sementara yang

kemudian harus dicek kembali (verifikasi), karena

simpulan-simpulan sementara tersebut bisa jadi masih

tentative dan masih perlu disempurnakan. Peneliti akan

mendapatkan kesimpulan yang lebih jelas dan benar setelah

data-data yang masuk terus menerus dianalisis dan

diverifikasi tentang kebenarannya.

Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang

menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang

berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.Simpulan akhir

yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitiam dan

temuan penelitian yang sudah dilaksanakan pembahasan.19

4. Pendekatan

Adapun pendekatan yang dipakai penulis dalam

pengumpulan data ini adalah pendekatan social cultural yaitu cara

mendekati masalah yang diteliti dengan menggunakan teori

sosiologi. Yang dilakukan oleh para tokoh terkemuka seperti

halnya adalah Emile Durkheim tentang teori pendekatan terhadap

19

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif , 34.

Page 30: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

15

masyarakat melalui agama, sehingga dengan cara inilah dapat

diketahui sejauh mana interaksi norma-norma agama dilakukan di

Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi., melalui

wajagan. Sehingga dengan cara ini dapat diketahui sejauh mana

interaksi antara norma-norma adat dan agama dalam masyarakat

dapat diketahui dengan jelas.

F. Tinjauan Pustaka

Living hadits merupakan sebuah ilmu yang dikatakan baru

unttuk kalangan ilmuan khususnya di Indonesia, meskipun bal ini

sudah ada sejak dahulu. Sehingga bahan-bahan yang digunakan

untuk pembahasan living hadits ini sangat minim untuk dijadikan

sebuah referensi, akan tetapi penulis akan memcantumkan

beberapa contoh tentang kajian living hadits dengan melihat

beberapa aspek teori yang dipakai, sebagai berikut:

Skripsi tentang Tradisi Shalat Kajat Dibulan Suro Pada

Masyarakat Dukuh Teluk Kragilan Gantiwarno.Yang ditulis oleh

Muhammad Hanafi Jurusan Tafsir Hadits di UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.dalam skripsi ini membahas tentang shalat Kajat pada

bulan Suro pada masyarakat Teluk Kragilan. Dalam penyambutan

tahun baru Masehi dan Hijriah, banyak memiliki perbedaan yang

Page 31: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

16

cukup signifikan.Diantaranya dalam masyarakat yang menyambut

tahun baru masehi dengan perayaan tiupan terompet tepat pada

pukul 00.00 WIB. Sedangkan berbeda dengan bulan hijriyyah,

masyarakat justru banyak yang melakukan instrospeksi diri yang

lebih khusus adalah masyarakat Jawa, yang melakukan ritual;-

ritual khusus dengan sebutan Muharro/Asy-SyuroI.20

Pada bulan suro mereka melakukan shalat kajat sebagai

ajang untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta sebagai upaya

untuk mendalami silaturahmi antar warga jama’ah, sikap

solidaritas untuk menyatuan umat sehingga terwujudnya cita-cita

kerukunan umat.

Tradisi Qunut dalam Shalat Maghrib di Pondok Pesantren

Wahid Hasyim Yogyakarta (studi Living Hadits), yang ditulis oleh

Siti Qurrotul Aini, IAIN Jember Jawa Timur. Dalam jurnal living

hadits vol 1 nomor 2, Oktober 2016; ISSN: 2528-756. Dalam

tulisan ini menjelaskan bagaimana fenomena living hadits dalam

tradisi Qunut pada shalat magrib, tradisi ini telah lama di praktekan

di asrama putri an-Najah dan al-Hikmah pondok Pesantren Wahid

Hasyim, namun hal tersebut tidaklah bertentangan dengan ajaran

20 Muhammad Hanafi. Tradisi Shalat Kajat di Bulan Suro pada Masyarakat

Dukuh Teluk Kragilan Gantiwarno Klaten. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2013., 1

Page 32: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

17

Islam, yang dalam hal ini didasarkan oleh hadits Nabi Saw, itu

artinya apa yang mereka praktikkan tersebut merupakan bagian

dari living hadits.21

Living Hadis dalam Tradisi Malam Kamis Majelis

Shalawat Diba‟ bil-mustofa ditulis oelah Adrika Fithrotul Aini.

Penelitian ini mengkaji tentang tradisi shalawat diba’ Majelis bil

Musthofa Yogyakarta. fokus kajian dalam penelitian ini adalah

mengetahui pemaknaan shalawat dalam komunitas tersebut.

penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu tentang fenomena

living hadis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

menyimpulkan bahwa tradisi yang berkembang di dalam

kehidupan masyarakt Krapyak merupakan fenomena living hadis.

Selain itu, ada beberapa landasan hadis yang dijadikan prinsip

dalam kegiatan tersebut, yakni praktek ibadah spiritual yang tidak

bisa hilang dalam kehidupan masyarakat.22

Living Hadis dalam Fenomena Tradisi Kupatan Di Desa

Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Ditulis oleh

Wildan Rijal Amin dalam tesisnya. Fokus kajian dalam penelitian

21

Siti Qurrotul Aini. Tradisi Qunut dalam shalat Maghrib di Pondok Pesantren

Wahid Hasyim Yogyakarta. Jurnal Living Hadis, Vol 1. No 2 Oktober 2016., 1 22

Adrika Fithrotul Aini, Living Hadis dalam tradisi malam kamis Majelis

shalaeat diba’ bil Musthofa, Ar-Raniry: International Journal of Islam Studies Vol. 2,

No.1 Juni 2014., 1

Page 33: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

18

ini adalah mengetahui sebab dan tujuan masyarakat Durenan

melestarikan adat tersebut. hasil dari penelitian ini adalah yang

dimaksud tradisi kupatan Durenan adalah sebuah tradisi yang

diawali dengan puasa syawal selama enam hari, upacara pelepasan,

silaturahmi ke rumah kyai dan diakhiri dengan menghidangkan

ketupat di tiap-tiap rumah. Unsur tradisi kupatan ini diyakini

berasal dari Hadis Nabi.23

Praktek Salat Tasbih Berjamaah di Pondok Pesantren al-

Munawwir Gringsing Batang, ditulis oleh Ayu Mulyani dalam

skripsinya. Penelitian ini memfokuskan pada faktor yang telah

melatarbelakangi adanya pelaksanaan praktek shalat tasbih secara

berjamaah dan bagaimana makna/manfaat Praktek pelaksanaan

shalat Tasbih di di Pondok Pesantren Al-Munawwir Gringsing

Batang. Penelitian inia merupakan penelitian kualitatif lapangan.

Sumber primer dari penelitian ini adalah imam shalat yakni

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Gringsing Batang, dan

para santriawan/santriawati, serta warga sekitar pondok.24

23

Wildan Rijal Amin. Living Hadis dalam Fenomena Tradisi Kupatan Di Desa

Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. Tesis UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta 2017., 1 24

Ayu Mulyani, Praktek Salat Tasbih Berjamaah di Pondok Pesantren al-

Munawwir Gringsing Batang. Skripsi UIN Walisongo Semarang. 2019., 1

Page 34: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

19

G. Sistematika Penulisan

Terdapat lima bab yang penulis susun dalam penelitian ini da

nada beberapa sub di setiap bab, yang disesuaikan dengan

permasalahan dalam penelitian ini. sitematika dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Dalam bab pertama (pendahuluan) berisi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian

pustaka, metodologi penelitian yang digunakan, dan sistematika

penelitian. Latar belakang merupakan rangkaian faktor yang menjadi

dasar adanya penelitian ini.

Bab kedua penulis akan memaparkan konsep living hadits dan

konsep wajagan dengan sub bab sekilas tentang living hadits, definisi

wajagan, sejarah tradisi wajagan di Pondok Pesantren Salafi Terpadu

Darusyyifa al-Fithroh Sukabumi dan praktek wajagan serta landasan

hadits-hadits yang dipakai dalam praktek wajagan tersebut.

Bab ketiga penulis membahas mengenai profil Pondok

Pesantren Salafi Terpadu Darusyyifa al-Fithroh Sukabumi dengan sub

babprofil, letak geografis dan sosio historis mengenai pondok

pesantren. Karena penelitian yang penulis lakukan ini merupakan

penelitian lapangan yang mana perlu dipaparkan atas profil dan latar

belakang pondok yang akan penulis teliti untuk mengenal dan

Page 35: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

20

memahami keadaan Pondok Pesantren Salafi Terpadu Darusyyifa al-

Fithroh Sukabumi.

Bab keempat, pemahaman civitas akademik Pondok Pesantren

Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi Tentang Wajagan dengan sub bab

pemahaman masyarakat pondok pesantren terhadap wajagan,

pemahaman penduduk pesantrenterhadap wajagan dan makna tradisi

wajagan bagi penduduk pondok pesantren baik makna keagamaan

maupun makna pendidikan. Hal ini sangat penting dipaparkan karena

akan menggambarkan bagaimana prakrek wajagan ini merupakan

ekspresi penduduk pondok pesantren Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi

dari hadits-hadits Nabi Muhammad saw.

Di dalam bab lima terdapat penutup dan saran. Di dalamnya

berisi kesimpulan akhir dari penelitian ini, serja jawaban-jawaban dari

rumusan masalah yang telah tercantum pada bab pertama, dilengkapi

dengan saran yang diperlukan dari penelitian ini.

Page 36: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

21

BAB II

TRADISI DZIKIR WAJAGAN DALAM KAJIAN HADITS

A. Pengertian Dzikir

Secara kajian etimologis atau bahasa, kata dzikir merupakan

masdar dari kata kerja dzakara-yadzkuru-dzikran. Dalam kitab Lisan al-

Arab karya Ibnu Manzhur, ia memberikan pengertian dzakara yang

bermakna menjaga sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Dzikir

juga memiliki arti yaitu kehormatan atau kemuliaan (al-Syaraf), nama baik

(al-Sit), al-Kitab yang isinya menjelaskan agama (al-Din), Shalati dan doa

serta pujian (al-Tsana) atasnya.1

Kata dzikir ditemukan didalam al-Qur’an dalam berbagai

bentuknya di tenukan sebanyak 280 kali. Pada awalnya kata dzikir dipakai

oleh pakar ahli Bahasa Arab dalam arti mengingat. Sebagian pakar bahasa

juga berpendapat bahwa kata itu awal mulanya bermakna mengucapkan

suatu ucapan dengan lidah, sehingga makna ini berkembang menjadi

“mengingat”. Karena lidah sering kali menyebutkan apa yang diingat.

Maka dengan memperbanyak menyebut sesuatu dengan lidah, ia akan

1 Ibnu Mandzur, Lisan al-Arab. Jilid IV (Beirut: Dar al-Sadir, 1990),

308-333.

Page 37: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

22

mengantarkan hatinya menjadi lebih dekat dengan apa yang disebutkan

lidah.2

Dzikrullah tidak hanya berarti menyebut nama Allah atau

mengingat Alah, namun juga dapat mencakup keseluruhan dari sifat-sifat

Allah (Asma al-Husna) mengingat seluruh rahmat yang telah Allah

berikan, Surga dan Neraka, seluruh ciptaan-Nya, perintah dan larangan-

Nya dan segala yang berkaitan dengan keistimewaan Allah.3

Menurut istilah Tasawuf, dzikir secara bahasa artinya mengingat,

mengenang, mengerti, mengambil pelajaran, memperhatikan dan

mengenal. Sederhananya kita bisa ingat dimana saja dan kapan saja

bahkan dalam kondisi apapun kita mengingatnya. Tidak hanya diucapkan

dengan lisan (dzikir lisan), dzikir juga bisa diucapkan dengan hati (dzikir

khafiy), dan dapat pula diucapkan dengan anggota badan lainnya dengan

melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah. Adapun pengertian dzikir

yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah doa, dan

pujian kepada Allah yang dilakukan secara berulang-ulang, bahkan ada

yang berlagu.4

2 M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tentang Dzikir Dan Doa. Cet.

3 (Jakarta: Lentera Hati 2008), 11. 3 M. Quraisy Shihab, wawasan al-Qur’an, 12.

4 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 1280.

Page 38: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

23

Makna dzikir dalam syari’at Islam mempunyai beberapa makna

menyebut dan mengungkapkan dzat Allah, sifat, hukum, dan perbuatan-

Nya, serta memperbanyak membaca kitab-Nya, senantiasa memuji-Nya,

bersyukur atas nikmat-Nya, memuliakan-Nya dan mengagungkan-Nya.5

Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa dzikir merupakan suatu

amalan, karena dengan dzikir kita banyak menyebut nama-nama Allah

serta pujian kepada-Nya.6

7

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingat kepadamu.

Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”

(QS. Al-Baqarah [2]: 152)

Dzikir dalam bahasa Arab diistilahkan dengan dzikrullah, yang

berarti mengingat Allah Swt. Dalam arti khusus, dzikir adalah usaha

pendekatan rohani dalam mengingat Allah, yang dilakukan dengan cara

memperbanyak bacaan tauhid (tahlil) “La Ilaha Illallah” atau lafadz al-

Jalalah “Allah” dan nama yang terkandung dalam asma al-husna.

Mengingat Allah dalam konteks ini adalah menghadirkan Allah dalam

5 Syaikh Ali Jum’ah, Kupas tuntas Ibadah-Ibdah diperselisihka,

(Cikarang, Duha Khazanah, t.t), 63. 6 Cryil Glasse, Naqsabandiyyah dalam Ensiklopedi Islam Ringkas

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 1999), 449. 7 Q.S al-Baqarah [2] : 152

Page 39: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

24

hati. Sehingga orang yang berdzikir akan terus menyadari keberadaan

Allah dan hal itu akan mempengaruhi kepribadiannya dalam segala hal.8

Bedasarkan pengertian di atas maka kesimpulan yang dapat di

ambil bahwa dzikir adalah perkataan atau ucapan yang diulang-ulangan

secara sengaja dan dilakukan untuk mengingat, menyebut serta

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B. Keutamaan dan Manfaat Dzikir

Setiap perbuatan yang kita lakukan hendaknya mengikuti jalan

yang lurus. Mematuhi dan memelihara syari’at agama merupakan cara

untuk mengikuti jalan yang lurus. Amalan ringan yang mempunyai

banyak keutamaan adalah dzikir. Selain itu, dzikir dapat membawa

perubahan yang sangat besar bagi setiap yang menjalankan dan

membiasakan dzikir dalam setiap gerak langkah kehidupan.

Ketika seseorang lalai dan lebih mengutamakan hawa nafsu ia akan

cenderung sukar untuk menerima kebenaran, tidak bisa membedakan

mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak, ketika hal itu terjadi

begitu lama dan berkelanjutan hati-nya akan dipenuhi dengan karat dan

akan semakin sulit menerima kebaikan. Hal yang bisa mengatasinya

adalah dengan berdzikir, karena dzikir bisa membersihkan hati kita

8 Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy. Pedoman Dzikir dan Do’a.

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), 36.

Page 40: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

25

sehingga karat-karat yang telah mengendap akan menjadi bersih dan hati

akan lebih mudah menerima kebenaran dan senantiasa ketika hati bersih

maka prilaku dan sifat kita juga lebih terkontrol.

Dalam al-Qur’an dijelaskan pula:

9

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan mengingat kepadamu.

Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”

(QS al-Baqarah 152)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa salah satu keutamaan

dzikir adalah kita senantiasa akan diingat oleh Allah dan apabila Allah

mengingat kita maka bahagialah hidup kita. Sementara itu di lain ayat juga

dijelaskan bahwa hati akan menjadi tenang hanya dengan mengingat

Allah, sebagaimana yang terdapat pada surah al-Rad :28

10

9 QS al-Baqarah [2] : 152

Page 41: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

26

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya denga

mengingat Allah hati akan menjadi tenteram.” (QS al-Rad 28)

Sering kali kita merasakan adanya kegelisahan, kerisauan dan

ketakutan, itu semua karena hati kita tidak tenang dan sebagaimana ayat di

atas bahwa bahwa hati akan menjadi tenang hanya dengan mengingat

Allah, oleh sebab itu untuk menghilangkan semua perasaan itu tidak lain

hanya dengan berdzikir kepada Allah.

Selain ayat-ayat di atas ada juga hadits yang menjelaskan tentang

keutaman dzikir kepada Allah. Di antaranya:

ار د بن بش ث نا مم ث نا سفيان عن اب إسحاق عن حد ث نا عبد الرحن بن مهدي حد وحد

هما قال: قال رسول الله الغر أب مسلم عن أب ىري رة الله ىصل وعن سعيد رضي الله عن

هم الرحة لئكة وغشي ت

هم الم ت و ن زلت عليهم عليو وسلم ل ي قعد ق وم يذكرون الله إل حف

نة وذكرىم الله ف كي 11يمن عنده.الس

“Tidak satu kaum pun berdzikir kepada Allah melainkan para

malaikat akan mengitari mereka, rahmat akan melingkupi mereka,

kedamaian akan turun kepada mereka dan Allah akan menyebut-nyebut

mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Imam Al-

Tirmidzi)

Hadits ini kembali menegaskan bahwa setiap mereka yang

berdzikir kepada Allah, maka kedamaian akan turun dan Allah akan

10

QS al-Ra’d [13] : 28 11

Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dhahak al-Tirmidzi.

Sunan al-Tirmidzi Juz 4. (Beirut: Dar al-Fikr, 2004), 232.

Page 42: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

27

sennatiasa menyebut-nyebut mereka di hadapa malaikat yang ada di sisi-

Nya.

C. Sekilas Tentang Living Hadist

Hadis bagi umat Islam merupakan suatu yang penting karena di

dalamnya terungkap berbagai tradisi yang berkembang pada masa

Rasulullah Saw. Tradisi-tradisi yang hidup pada masa kenabian tersebut

mengacu kepada pribadi Rasulullah Saw sebagai utusan Allah Swt, yang

didalamnya terdapat syarat akan berbagai ajaran Islam karena

keberlanjutannya terus berjalan dan berkembang sampai sekarang seiring

dengan kebutuhan manusia. Adanya keberlanjutan tradisi itulah sehingga

umat manusia zaman sekarang bisa memahami, merekam dan

melaksanakan tuntutan ajaran Islam yang sesuai dengan apa yang

dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Jika mengacu kepada tradisi Rasulullah Saw yang sekarang telah

dijadikan sebagai suatu yang terverbalkan (secara lisan tidak tertulis) oleh

ulama hadis, sehingga memunculkan istilah hadis untuk dapat

membedakan dengan istilah sunnah, maka di dalamnya syarat adanya

tatanan yang mapan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara dan

beragama. Figure Nabi Muhammad Saw yang dijadikan oleh sentral dan

diikuti oleh masyarakt sesudahnya, sampai disini istilah yang poopuleh di

Page 43: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

28

kalangan masyarakat adalah istilah hadis. Tentu, dalam istilah tersebut

mengandung berbagai bentuk dan meniscayakan adanya epistimologi yang

beragam dalam kesejahteraannya. Namun apa yang terjadi dalam

persoalan kodifikasi dan keilmuan hadis tidak berhenti dalam

dimensiolohi tersebut. terkait erat dengan kebutuhan dan perkembangan

masyarakt yang semakin kompleks dan diiringi adanya keinginan untuk

melaksanakan ajaran Islam yang sesuai dengan yang diajarkan Nabi

Muhammad Saw, maka hadis menjadi suatu yang hidup di masyarakat.

Istilah yang lazim dipakai untuk hal tersebut adalah living hadis.12

Definisi sunnah juga beragam ketika dikaitkan dengan spesialisasi

dan kajian keislaman tertentu. perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan

sudut pandang dalam memahami kedudukan Rasulullah Saw. menurut

ulama hadis yang menekankan pribadi dan perilaku Rasulullah sebagai

teladan manusia, sunnah adalah segala perkataan, perbuatan dan sifat-sifat

Nabi Saw.13

Kajian hadits pada dasarnya hanya bertumpu pada teks, baik matan

maupun sanad hadits yang mana harus mempunyai standar kualitas shahih,

hasan, dhaif ataupun maudhu’. Seiring berjalannya waktu melihat problem

12

Sahiron Syamsuddin. Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis. (Yogyakarta: TH-Press, 2007)., 105-106

13 M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar dan

Pemalsunya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995)., 13

Page 44: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

29

masyarakat yang semakin kompleks, kajian hadits tidak lagi hanya

bertumpu pada teks melainkan pada konteks / praktek masyarakat yang

kita sebut living haidts. Kajian living hadits ini tidak harus bertumpu pada

standar kualitas hadits shahih ataupun dha’if, yang penting bukan hadits

maudhu’ dan tidak menyalahi norma-norma. Karena pada dasarnya dalam

kajian living hadits, hadits sudah menjadi praktik yang hidup di

masyarakat.14

Living hadits adalah sebuah model kajian bahkan salah satu

gagasan yang dibentuk dalam disiplin ilmu hadits. Seperti halnya ilmu

ma’anil hadits, dalam metodelogi living hadits tentu memerlukan

perangkat-perangkat metodologis untuk mengkajinnya.Karena yang perlu

diteliti adalah praktik yang berkembang di masyarakat, maka penggunaan

teori-teori sosiologi dan antropologi dalam living hadits tidak dapat di

hindari. Karena living hadits hadir sebagai sebuah praktik yang lahir dari

dialektika individu dan masyarakat yang menjadi fokus kajian dalam

disipllin sosiologi dan antropologi.15

14

Saifuddin Zuhri Qudsy. “Living Hadits: Genealogi, Teori dan

Aplikasi”. Jurnal Living Hadits. Vol 1, no 1 (Mei 2016), 182. 15

Saifuddin Zuhri Qudsy. Living Hadits, 187.

Page 45: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

30

D. Dzikir wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fithroh

Sukabumi

1. Pelaksanaan Dzikir Wajagan

Dzikir Wajagan merupakan latihan spiritual harian dan dzikir

bersama mingguan yang merupakan praktik yang penting dan tidak boleh

ditinggalkan oleh santri-wati di Pondok Pesantren Darusyifa al-Fithroh,

wajagan ini dilakukan oleh seluruh santri dan bahkan penduduk sekitar

pesantren pada malam jumat setelah shalat Maghrib.

Dzikir wajagan ini sebenarnya benama Dzikir Khatm Khawajagan

yang merupakan dzikir kalangan tarekat Naqsabandiyyah namun para

santri, alumni dan bahkan asatidz menyebutnya secara singkat dengan kata

dzikir wajagan.

Datangnya Dzikir Khatm Khawajagan di Ponpes Darusyifa al-

Fithroh ini berawal dari hubungan baik antara pimpinan pondok dengan

Syaikh Maulana Muhammad Hisyam Kabbani yang merupakan pimpinan

tarekat Naqsabandiyyah. Dari situlah kemudian berawalnya Dzikir Khatm

Khawajagan yang sampai saat ini terus dilaksanakan secara rutin setiap

malam jum’at di Ponpes Darussyifa.16

KH E Supriatna Mubarok M.Sc. M.M yang merupakan Pimpinan

Pondok Pesantren Darusyifa al-Fithroh mempunyai alasan mengapa dzikir

16

Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.

Page 46: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

31

wajagan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini

adalah semata-mata untuk mengajarkan sunnah kepada para santri.

Sunnah-sunnah yang diajarkan diantaranya:

1. Membiasakan santri untuk memperbanyak amalan pada hari

Jumat.

2. Mengajarkan santri untuk terbiasa mengikuti majelis-majelis

dzikir.

3. Mengajarkan kepada santri macam-macam cara berdzikir.

4. Mengajarkan kepada santri keutamaan-keutamaan berdzikir.17

Adapun rangkaian pelaksanaan Dzikir Khatm Khawajagan

dilaksanakan setelah Shalat Maghrib, dan diawali dengan shalat-shalat

sunnah diantaranya Shalat Awwabin, Shalat Li hifdzi al-Iman, Shalat Birru

al-Walidain, Shalat Taubat, Shalat Tasbih, dan Shalat Hajjat. Shalat-shalat

sunnah ini berlangsung hingga tiba waktu shalat Isya, maka setelah shalat-

shalat sunnah di laksanakan, di lanjutkan dengan shalat Isya, shalat

Ba’diah Isya dan ditutup dengan Shalat Witir, setelah rangkaian shalat-

shalat tersebut baru lah dimulai pembacaan dzikir wajagan yang

17

Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.

Page 47: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

32

berlangsung lebih kurang 60 menit. Adapaun bacaan dzikir wajagan dapat

dilihat pada lampiran 1.18

2. Hadits-Hadits Yang Hidup Pada Pelaksanaan Dzikir Wajagan

Sebagaimana alasan utama dilaksanakannya wajagan di Ponpes

Darusyifa al-Fithroh ini adalah untuk mengajarkan sunnah Nabi melalui

berdzikir, hadis-hadis yang hidup pada pelaksanaan dzikir wajagan ini

adalah sebagai berikut:

1. Dzikir wajagan yang dilaksanakan pada malam jumat atau kamis

malam ini berlandaskan pada keistimewaan hari jum’at. Dimana

seluruh masyarakat pondok sangat mengistimewakan hari jumat

dengan segala keagungan nya, seperti yang dijelaskan dalam sabda

Nabi berikut ini:

Teks haditst

رة ي عن الحزامي عن أب الزند عن العراج عن أ غي

ث نا الم بة بن سعيد حد ث نأ ق ت ي ب حدمس الله عليو وسلم قال ىالنب صل أن رضي الله عنو ىري رة ر ي وم طلعت عليو الش خي

اعة ال ها ول ت قوم الس ف ي وم ي وم الجمعة فيو خلق ادم وفيو ادخل الجنة وفيو اخرج من 19الجمعة.

18

H.M.Said H.R.,S.Ag (sebagai tenaga pengajar sekaligus alumni di

Pondok Pesantren Darusyifa al-Fithroh). Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi

Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat. 19

Imam Abi Husain Muslim bin Al-Hujaj al-Qusairy An-Naisabury,

Shahih Muslim, Juz 2. (Beirut : Darul Kutub Ilmiyyah), 389.

Page 48: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

33

"Diriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a., bahwasanya Nabi Saw

pernah bersabda: Hari yang terbaik yang ada matahari muncul

adalah hari Jumat. Pada hari Jumat adam diciptakan, pada hari itu

Adam dimasukkan kedalam surga, dan tidak terjadi kiamat kecuali

pada hari Jumat.” (H.R Imam Muslim)

Takhrij haditst

Hadits ini juga terdapat dalam Shahih Muslim, Kitab Jum’at,

bab 26; Abu Dawud dalam sunan Abi Dawud, kitab witir, bab 26; al-

Turmudzi dalam sunan al-Turmudzi, Kitab Jum’at, bab 1; dan al-

Nasa’i dalam sunan al-Nasa’i kitab Jum’at, bab 4.20

Dalam kitan nya, Imam an-Nasai menerangkan bahwa hadits

ini merupakan hadits yang shahih.21

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa hari jumat adalah hari yang

terbaik, dan pada hari jumat banyak hal-hal istimewa terjadi seperti

diciptakannya nabi Adam, nabi Adam dimasukkan kedalam syurga

dan pada hari jumat pula terjadi kiamat. Berdasarkan inilah pimpinan

pondok berupaya memaksimalkan amalan santri pada malam jumat

dengan melaksanakan dzikir wajagan bersama.

Dari hadits ini semua masyarakat di pondok pesantren

Daarussyifa ini meyakini hari jumat merupakan hari yang sakral.

Dengan itu seluruh kegiatan pesantren di fokuskan untuk dzikir

20

Lihat Wensink. Mu’jam al-Mufakhros Li aladzi al-Hadits al-Nabawi

Jilid 2 (Madinah, 1926), 256.

21

Abi Abdurrahmah Ahmad bin Syuaib bin Ali al-syahir al-Nasa’I.

Sunan al-Nasa’i. (Riyadh : aktabah al-Ma’arif ), 102.

Page 49: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

34

wajagan yang dilaksanakan ba’da shalat magrib yang diawali dengan

shalat-shalat sunnah di antaranya Shalat Awwabin, Shalat Lihifdzil

Iman, Shalat Birrul Walidain, Shalat Tasbih, Shalat Taubat, Shalat

Lidaf’il Bala dan Shalat Hajat.

2. Dzikir Wajagan dilaksanakan bersama-sama dengan tujuan

pembelajaran kepada santri supaya terciptanya kedamaian dan

ketenteraman untuk mereka yang akan membuat mereka lebih

nyaman tinggal di Pondok Pesantren Darussyifa. Sebagaimana dalam

hadits dijelaskan:

Teks haditst

ث نا سفيان عن اب إسحاق ث نا عبد الرحن بن مهدي حد اروحد د بن بش ث نا مم حد

هما قا وعن سع سلم عن أب ىري رة عن الغر أب م : قال رسول الله ل يد رضي الله عن

هم الرحة ىصل لئكة وغشي ت

هم الم ت و الله عليو وسلم ل ي قعد ق وم يذكرون الله إل حف

نة وذكرىم الله فيمن عنده.ن زلت عليهم كي 22الس

“Dari Abu Hurairoh r.a dan dari Sa’id r.a berkata: tidaklah

berkumpul suatu kaum sambil berdzikir kepada Allah melainkan

para malaikat akan mengitari mereka, rahmat akan melingkupi

mereka, kedamaian akan turun kepada mereka dan Allah akan

menyebut-nyebut mereka di hadapan para malaikat yang ada di sisi-

Nya.” (H.R Imam Al-Tirmidzi)

Takhrij haditst

22

al-Tirmidzi, 232.

Page 50: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

35

Hadits ini juga terdapat dalam kitab Shahih Muslim bab

Dzikir nomor 39, Sunan an-Nasai bab Muwaqit nomor 55, Ahmad

bin Hanbal Juz 2 halaman 3223

.

Melalui penelusuran dalam aplikasi hadits Lidwa, hadits ini

mmerupakan haditst yang shahih menurut ijma’ ulama.24

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa ketika kita berkumpul

sambil berdzikir kepada Allah maka malaikat akan mengitari kita

dengan rahmat dan kedamaian.

Menurut Riski Joko Sukmono dalam bukunyya Psikologi

Dzikir, Majelis Dzikir adalah aktivitas yang didalamnya dilakukan

dzikir secara bersama-sama.25

Majelis dzikir juga merupakan salah satu cara yang efektif

untuk menjaga lisan dari perbuatan ghibah, mengadu domba,

berbohong, serta perbuatan keji dan bathil lainnya.26

Jika manusia

biasa berdzikir kepada Allah SWT, maka dia akan selalu mengingat

perintah-perintah Allah SWT. membicarakan hal-hal yang baik dan

bermanfaat.

23

Lihat Wensink. Mu’jam al-Mufakhros, 179.

24

Penelusuran aplikasi Lidwa versi Android pada hari Selasa, 19

Februari 2019. 25

Riski Joko Sukmono. Psikologi Dzikir . (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2008), 1. 26

Abdul Razzaq Asy Shadr. Berdzikir Cara Nabi, Merengkuh Puncak

Pahala Dzikir Tahmid, Tasbih, Tahlil dan Hamdalah. (Jakarta: HIkmah, 2007),

28.

Page 51: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

36

Banyak sekali manfaat yang diperoleh seseorang jika

mengikuti Majelis Dzikir, karena Majelis Dzikir merupakan tempat

paling bersih, mulia, bermanfaat dan tinggi derajatnya, merupakan

tempat yang paling bernilai agung menurut Allah SWT.

Maka dengan itu Pimpinan Pondok Pesantren Daarussyifa al-

Fithroh mengadakan majelis dzikir yaitu dzikir Wajagan dengan

tujuan selain mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga melihat dari

berbagai macam latar belakang ribuan santri yang ada, dengan

melakukan dzikir wajagan secara bersama-sama mereka merasa

lebih damai dan tentram sehingga santri menjadi betah dan lebih

focus belajar di Pondok Pesantren.

3. Menurut pelaksanaannya dzikir wajagan merupakan dzikir jahar.

Dzikir jahar adalah dzikir dengan suara yang keras (bersuara). Suara

keras ini ibaratkan sebuah kekuatan yang besar seperti hal nya

kekuatan yntu memecahkan batu. Batu hanya bisa di pecahkan

dengan kekuatan yang sangat besar. Begitu pula dengan hati

manusia yang dipenuhi dengan gangguan jiwa dan penyakit-

penyakit hati lainnya akan sulit dipecahkan jika tidak dengan

kekuatan yang luar biasa, kekuatan itu adalah dengan dzikir jahar.27

27

K.H. A Shohibul Wafa Tajul Arifin. Mifthus Shudur. (Tasikmalaya:

Yayasan Serba Bakti. 1969). 25.

Page 52: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

37

al-Ghazali mengatakan dalam bukunya “rahasia dan do’a”

dalam melakukan dzikir kepada Allah seseorang harus focus tertuju

hanya kepada Allah swt. maka dari itu sebelum melakukan dzikir ia

harus memalingkan pikiran dan perasaan yang meragukan atau was-

was terlebih dahulu. apabila berhasil melakukannya secara terus-

menerus. 28

Dzikir Wajagan dibacakan dengan suara yang keras

berlandaskan pada hadits Nabi Saw yang berbunyi:

Teks haditst

هم وت ب عن إبن عباس رضي الله عن لذكر حي ا : أن رفع الص

كت وبة , كان على عهد النب صل

الله عليو وسلم. ىي نصرف الناس من الم

عتو 29وقال ابن عباس كنت أعلم إذا انصرفوا بذلك إذا س“Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa

mengeraskan suara dalam berdzikir seusai orang melaksanakan

shalat wajib dengan berjamaah sudah menjadi kebiasaan pada

masa Nabi Saw. kata Abdullah bin Abbas Ketika saya mendengar

dzikir tersebut saya tahu bahwa orang-orang sudah selesai

melaksanakan shalat jamaah”(H.R Bukhori)

Takhrij Haditst

28

Al-Ghaza. Asrar al-dzikir wa dakwat. (terj): Muhammad al-Bagir,

(Bandung:karidua, 1996), 38. 29

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhori. Juz 1 (Beirut:

Maktabah al-Rusyd), 109.

Page 53: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

38

Hadits ini juga terdapat dalam kitab Shahih Bukhori bab

Adzan nomor 155; Kitab Abu Dawud bab Shalat nomor 185; dan

Musnad Ahmad bin Hanbal Juz 1 halaman 276.30

Dalam penelurusan penulis melalui aplikasi hadits Lidwa,

hadits ini merupakan hadits yang shahih menurut ijma’ ulama.31

Imam Bukhori menyebutkan bahwa hadits ini merupakan

hadits marfu’, Imam Muslim dan jumhur ulama telah menyetujui

pendapat beliau dalam hal ini, dan ini merupakan dalil bolehnya

mengeraskan suara saat membaca dzikir setelah shalat. Imam An-

Nawawi berkata bahwa Imam Syafi’i memahami hadits ini dengan

mengeraskan ataupun membacanya dengan suara dzikir hanya

bertujuan untuk mengajarkan sifat dan cara berdzikir kepada orang-

orang.32

Sebagian ulama berpendapat ”dianjurkan mengeraskan suara

pada dzikir setelah shalat”.Ulama-ulama yang berpendapat dzikir

dengan cara mengeraskan suara diantaranya adalah Ibnu

Hazm.beliau berkata bahwa mengeraskan suara dengan bertakbir

pada dzikir sesudah shalat adalah suatu amalan yang baik.33

30

Wensink. Mu’jam al-Mufakhros, Jilid 3, 245.

31

Penelusuran melalui aplikasi Lidwa pada hari Selasa 19 Februari

2019 32

Ibnu Hajar al-Asqalani. Fathul Bari. juz 4. Terj. Gazirah Abdi Ummah

(Jakarta: Pustaka Azzam. 2002), 711. 33

Ibnu Hazm. Al-Muhalla Juz 4. (terj). (Jakarta: Pustaka Azzam), 260.

Page 54: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

39

Demikian juga pendapat imam al-Thabari, beliau berkata hadits ini

sebagai isyarat bahwa benarnya perbuatan para imam yang bertakbir

setelah shalat.34

Habib Ali bin Hasan al-Aththas dalam kitabnya al-Qirthas

mengungkapkan bahwa memperjelas sesuatu adalah tanda syukur

dan menyembunyikannya adalah tanda kufur. Dan itulah yang

dimaksud dengan dzikrullah dengan mengeraskan suara dan

menyebarluaskannya.35

K.H E Supiatna Mubarok sebagai pimpinan pondok,

melakukan dzikir wajagan dengan suara yang keras berpegang pada

hadits di atas, selain itu juga dzikir dengan suara keras ini bertujuan

untuk pendidikan kepada santri, karna dzikir ini merpakan dzikir

yang cukup panjang maka para santri membutukan komando untuk

membacanya. Maka dengan dipimpin satu komando dan suara

dikeraskan santri dan masyarakat bisa mengikuti dzikir ini bersama-

sama.36

Hadits-hadits diatas merupakan landasan pokok yang

kemudian direalisasikan melalui pelaksanaan dzikir wajagan di

pondok pesantren Daarussyifa al-Fithroh. Maka dengan ini tradisi

34

Ibnu Hajar al-Asqalani. Fathul Bari. Terj. 713. 35

Habib Ali bin Hasan al-Aththas. Trej. Al-Qirthas, (Darul Ulum Press.

200), 190. 36

KH. E Supriatna Mubarok. Wawancara.

Page 55: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

40

dzikir wajagan termasuk dalam salah satu fenomena living hadits di

Indonesia.

Page 56: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

41

BAB III

SEKILAS TENTANG PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA AL-

FITHROH SUKABUMI

A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa

Fithroh Sukabumi

Adanya keinginan memadukan sistem pendidikan yang meninjau

kecerdasan ruhani dengan pendidikan umum yang bertujuan

menciptakan peserta didik yang tidak hanya cakap dalam ilmu

pengetahuan akan tetapi juga cakap memiliki akhlak dan prilaku yang

shaleh adalah tujuan didirikannya Yayasan Pendidikan Sosial dan

Pendidikan Islam Darussyifa Al-Fithroh. Tidak hanya itu, dengan

adanya keterpaduan tersebut diharapkan adanya warna baru dalam

dunia pendidikan. Dimana fikir dan amal menyatu dengan dzikir yang

memiliki keseimbangan. Sehingga lulusan yang dilahirkan memiliki

potensi jasmani dan rohani yang seimbang dan juga ditopang dengan

kemampuan mengelola suatu kegiatan usaha1.

Untuk mempersiapkan dan mencetak SDM yang memiliki

kemampuan itu jelas dibutuhkan adanya lembaga pendidikan yang

memadukan pendidikan ilmu pengetahuan (IPTEK) dan pendidikan

1 KH E. Supriatna Mubarok Msc.MM (Pendiri Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh). Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 26 Agustus 2018, Jawa

Barat.

Page 57: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

42

karakter, pendidikan yang mengembangkan, mencerdaskan dan

keterampilan pendidikan akhlak (IMTAK). Pendidikan yang

menjadikan agama sabagai basis bagi pembangunan nilai-nilai

kecerdasan, keterampilan, semangat penelitian dan pengembangan

akan pekerjaan dan pengabdian. Semua itu dapat diakomodir dengan

penyelenggaraan lembaga pendidikan yang memiliki pola keterpaduan

antara kepesantrenan dan sekolah.2

Konsep memadukan sitem kepesantrenan dengan lembanga

pendidikan bukan hanya menjadi tugas pemerintah, akan tetapi

mennjadi tugas semua orang. Untuk itu Dr. KH. E.S Mubarok, M.Sc,

MM dan Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd sebagai pendiri bersama tokoh

masyarakat, pemerintah setempat dan teman-teman yang memiliki

pemikiran dan tujuan yang sama berusaha untuk mendirikan sebuah

lembaga yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat

luas. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan melalui perjalanan

yang panjang, maka terhimpunlah kekuatan untuk mendirikan lembaga

pendidikan yang bernama Yayasan Sosial Dan Pendidikan Islam

Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi (Yaspida), yang salah satu di

dalamnya adalah PONDOK PESANTREN BERBASIS

TERPADU, yang diberi nama “Pondok Pesantren Terpadu Darussifa

2 “Yaspida Sukabumi” Diakses, 30 Agustus 2018,

https://yaspidasukabumi.com/sejarah

Page 58: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

43

Al-Fithroh” yang didirikan pada hari Jumat tanggal 04 Juni 1999 di

kampung Renged RT 19/04 Desa Cipetir Kecamatan Kadudampit

Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.3

B. Profil Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh

Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi berada di

bawah naungan Yayasan Sosial dan Pendidikan Islam Darussyifa Al-

fithroh Perguruan Yaspida Sukabumi.

Tabel 1. Profil Pondok Pesantren Darrussyifa al-Fithroh

Ketua Umum Yayasan Dr. Hj. Lani Melani, M.MPd

Nomor Akte Notaris No. 1 Tgl. 25 Februari 2005

Diperbaharui Dengan No. AHU-

AH. 01.06-506 Tgl 06 April 2015

Alamat Yayasan Jl. Parungseah No. 43 KM.4 Desa

Cipetir Cisaat Kecamatan

Kadudampit. Cisaat, Sukabumi-

Jawa Barat

Status Swasta

Tahun Pendirian 04 – 06 – 1999

Telepon/ Faximile (0266) 6249758

3 KH E. Supriatna Mubarok, Wawancara

Page 59: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

44

Website/ email www.yaspidasukabumi.com

[email protected]

Nama Pondok Pesantren Darussyifa Al-Fithroh

Tipe Pondok Pesantren Salafiyah terpadu

No Statistik Pondok

Pesantren

510032020454

Pimpinan Pondok Pesantren Dr. KH. E. Supriatna Mubarok,

M.Sc. M.M.

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

1. Visi

Mencetak santri yang Intelek, Religius, Cerdas, Berakhlaqul

Karimah, Mandiri, Kompetitif, dan Disiplin dalam segala hal

menuju Insan Kamil Anfa‟ahum Linnas melalui pengkaderan

“Ulama ul‟amilin”4

2. Misi

Misi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk

mencapai visi. Adapun misi dari Pondok Pesantren Terpadu

Darussyifa Al-Fithroh ialah :

1) Menanamkan nilai-nilai ke-Islaman, Akhlaqul Karimah,

Aqidah Islamiyah dan kader-kader ulama serta

4 Sumber: Company Profile Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-

Fithroh

Page 60: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

45

pemimpin umat yang muttafaquh fiddiin berpaham

Ahlusunnah Waljama‟ah.

2) Mengembangkan minat dan bakat santri melalui

kurikulum kepesantrenan berbasis keterpaduan,

kompetensi, kemasyarakatan dan aplikasi amaliyah

ubudiyah.

3) Mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi social dan

budaya serta karya seni Islami.

4) Memberikan pelayanan dan keteladanan atas dasar

nilai-nilai Islam yang inklusi dan humanis.

5) Mengembangkan manajemen pesantren berbasis

keterpaduan yang menjadi rujukan secara regional dan

nasional.

6) Mengembangkan kemitraan dengan institusi

pemerintah, lembaga usaha, lembaga kemasyarakatan

dan swadaya tanpa ikatan.

7) Menjalankan Pondok Pesantren sebagai tempat

mengabdi untuk umat menuju Mardhotillah, mencetak

santri yang intelek, kompetitif dan disiplin dalam segala

hal menuju Insan Kamil Anfa‟ahum Linnas melalui

pengkaderan “Ulamaul „Amiliin.

Page 61: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

46

8) Mempersiapkan generasi Islam yang kompeten

(science, skill, social behaviour, sincere faith) untuk

berkiprah di dunia internasional.

9) Mengembangkan potensi sesuai dengan minat yang

dimiliki.

10) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, handal, teruji

dan siap pakai (Demand Driven).5

3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai Pondok Pesantren terpadu

Darussyifa Al-Fithroh Kabupaten Sukabumi adalah:

1) Mendidik santri supaya memiliki iman yang kuat,

kepercayaan yang mantap terhadap ajaran Islam secara

komprehensif.

2) Mendidik santri agar mampu berfikir rasional yang

dilandasi dengan dasar-dasar Aqidah Islamiyah.

3) Mendidik santri agar selalu menjunjung tinggi dan

mengaplikasikan konsep kehidupan secara realistis melalui

Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Insaniyyah, Ukhuwah

Ma‟hadiyyah dan Ukhuwah Wathoniyyah.

5 Company Profile Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh,

(Sukabumi: 2017), 71

Page 62: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

47

4) Mendidik santri agar tercapainya kehidupan yang

Anfa‟ahum Linnas dengan predikat Ulama‟ul Amiliin.

5) Mendidik santri agar mampu menjalankan dan

mengamalkan Ubudiyah atas tuntunan Al-Quran, Sunnah,

Ijma‟ dan Qiyyas berdasarkan konsep Ahlusunnah

Waljama‟ah.

6) Membentuk kader pemimpin umat dan bangsa yang handal,

amanah, cerdas, inspiratory dalam tatanan kehidupan secara

nyata.

7) Mendidik santri agar memiliki kemantapan Aqidah

Ahlusunnah Wal Jama‟ah, kedalaman spiritual, keleluasaan

Ilmu dan keterampilan serta keluhuran budi pekerti.

8) Menjadikan Alumni Pondok Pesantren yang siap pakai di

tengah-tengah kehidupan masyarakat tanpa menjadikan

beban kepada masyarakat dimana alumni berada.

9) Menjadikan Alumni Pondok Pesantren sebagai pengabdi

umat menuju Anfa‟ahum Linnas.

10) Menjadikan alumni Pondok Pesantren yang

mengaplikasikan pemahaman ilmu agama sebagai landasan

dan cerminan untuk masa yang akan datang.

Page 63: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

48

4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa

Al-Fithroh

Tabel 2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh.

Pimpinan Pondok Pesantren Dr.KH.E.Supriatna Mubarok

MSc.,MM

Dewan Pertimbangan &

Kehormatan

Dr.Hj.Lani Melani,M.MPd

H. Margono, SH., MM

H. Nandang Irawan, M.Pd

H. Uce Gunawan, S.Ag. MM

Pembina Kepesantrenan H.M, Said H.R, S.Ag

Dewan Pengembangan

Kelembagaan

Nur Fitriani Fauziah, S.Pd

Dewan Keorganisasian H. N. Yuda Kurniawan, M.Pd.I

Ketua Dewan Komisi H. Ahmad Muchsin

Ka.Bag. Kepesantrenan H. Dedi Nurfarid

Ka.Bag. Kesekretariatan Rahmat Adikusumah,SE.,MSi

Ka.Bag. Keputrian Hj. Eli Susilawati, S.Ag.,M.Pd

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

Page 64: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

49

5. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa

Al-Fithroh

Tabel 3. Sarana dan Prasarana

FASILITAS

PESANTREN

1) Masjid

2) Majlis Utama

3) Ruang pengajian yang terpisa putra/ putri

4) 90 Kamar Asrama Putri

5) 107 Kamar Asrama Putra

6) 60 Kamar Mandi + WC Putera

7) 50 Kamar Mandi + WC Putri

8) Kantin Putera dan Puteri

9) Kolam Renang Umum Digunakan untuk

berenang Santri Putri

10) Pusat Pembelajaran Santri

11) Sarana Konsultasi Santri

12) Tempat Peristirahatan Orang Tua

13) Unit Usaha (Sapi Perah, Budidaya

Perikanan, Budidaya Pertanian dan

AMDK)

14) Klinik Kesehatan Santri

15) Kantor Pesantren Putra/ Putri

Page 65: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

50

16) Perpustakaan

17) Warnet

18) Gedung Olahraga dan Seni Santri

19) Majlis Ta'lim

20) Majlis Dzikir, Sholawat dan Aurod

21) Koperasi pondok pesantren

22) Sarana Lahan pertania

23) Lembaga pendidikan keterampilan

FASILITAS

SEKOLAH

1) Gedung sekolah yang refresentatif

2) Ruang Kelas Milik Sendiri (Ruang KBM)

3) Ruang Praktek Listrik

4) Ruang Praktek Kendaraan Ringan/

Otomotif

5) Ruang Perpustakaan

6) Ruang Lab. Teknik Informatika

7) Lab. IPA

8) Ruang Lab. Farmasi

9) Sarana Perkantoran tiap Komponen

10) Kantin Sekolah

11) Ruang OSIS dan BP

12) Ruang Sekretariat PASGARRDA

Page 66: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

51

13) Ruang Sekretariat PASPAMDA

14) Musik Room

15) Lapangan olahraga (bola voli, bulu

tangkis, tenis meja, sepak bola, basket, dll)

16) Lab administrasi perkantoran dan Lab

Bahasa

17) Lab. Farmasi

18) Perpustakaan

Tempat Ibadah

1) Masjid Nurul Fithroh

2) Majlis Nurul Fithroh

3) Mushola Wadil Quro

4) Mushola Hikmah Mubarok

Asrama Putra 1) Pondok Darul Rif‟at (kamar 1 – 8)

2) Pondok Hikmah Mubarok 1 (kamar 1-5)

3) Pondok Hikmah Mubarok 2 (kamar 1-4)

4) Pondok Hikmah Mubarok 3 (kamar 1-3)

5) Pondok Darul Amaliyah (kamar 1-16)

6) Pondok Darul Autam (kamar 1-8)

7) Pondok Darul Ilmi (kamar 1-24)

8) Pondok Wadil Quro (1-20)

Asrama Putri 1) Pondok Arofah (1 kamar)

Page 67: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

52

2) Pondok Ashabul Ma‟had (kamar 1-7)

3) Pondok Madinah (kamar 1-10)

4) Pondok Zaleha 1 (kamar 1-8)

5) Pondok Zaleha 2 (kamar 1-4)

6) Pondok Tan‟im (kamar 1-8)

7) Pondok Mubarok SLA (kamar 1-23)

8) Pondok Makkah (kamar 1-10)

9) Pondok Badar 1 (kamar 1-8)

10) Pondok Badar 2 (kamar 1-5)

11) Pondok Hikmah (kamar 1-3)

12) Pondok Darul Autam (kamar 1-6)

13) Pondok Soenarto (kamar 1-12)

14) Pondok Marwah (kamar 1-2)

15) Pondok Sofwah (kamar 1-2)

16) Pondok Fauziah (kamar 1-2)

17) Pondok Mubarok SMP (kamar 1-6)

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

6. Data Santri Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-Fithroh

Tabel 4. Data Santri Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh

Santri Putra

Page 68: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

53

SD 54 Orang

SMP/ MTs 838 Orang

SMA/MA/SMK 1.092 Orang

Jumlah Total 1.984 Orang

Santri Putri

SD 46 Orang

SMP/ MTs 695 Orang

SMA/MA/SMK 899 Orang

Jumlah Total 1.640 Orang

Santri Ma’had Aliy

Putra 54 Orang

Putri 64 Orang

Jumlah Total 118 Orang

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

7. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 5. Data Guru secara Umum

Jenjang

Pendidikan

Jumlah Status Kepegawain

Doktor ( S-3) 2 Guru Tetap Yayasan (GTY)

Page 69: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

54

Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan (GTY)

Sarjana ( S-1 ) 170

GTY = 39 Orang

GTT = 110 Orang

Sarjana Muda ( D-

III )

3

GTT = 3 Orang

Diploma II ( D-II ) 1 Guru Tetap Yayasan

SLTA 8

GTY = 1 Orang

GTT = 7 Orang

Jumlah 194

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

Tabel 6. Data Guru-Guru Kepesantrenan

Jenjang

Pendidikan

Jumlah Status Kepegawain

Doktor ( S-3) 2 Guru Tetap Yayasan

Magister ( S-2) 10 Guru Tetap Yayasan

Sarjana ( S-1 ) 121 Guru Tetap Yayasan

Sarjana Muda ( D-

III )

Guru Tetap Yayasan

Diploma II ( D-II )

Guru Tetap Yayasan

Page 70: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

55

Diploma I ( D-I )

Guru Tetap Yayasan

SLTA 15 Guru Tetap Yayasan

Jumlah 148

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

Tabel 7. Tenaga Kependidikan

No. Status Kepegawaian Jumlah

1 Karyawan 101

2 Pengabdian 31

Sumber : Data Kepesantrenan Darussyifa al-Fithroh

Page 71: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

56

BAB IV

ANALISIS HASIL PRAKTEK DZIKIR WAJAGAN DI PONDOK

PESANTREN DARUSSYIFA AL-FITHROH SUKABUMI

A. Pemahaman Penduduk Pesantren Terhadap Keutamaan Wajagan

Wajagan dalam istilah yang dipahami oleh penduduk pondok

pesantren salafi terpadu Daarussyifa al-Fithroh Sukabumi secara

umum adalah suatu kegiatan rutinitas yang paling sakral yang

dilaksanakan setiap malam Jum’at. Dikatakan sakral karena

banyak keutamaan-keutamaan dari pelaksanaan wajagan ini. dan

pelaksanaan wajagan ini dilaksanakan pada malam jum’at dimana

hari jum’at ini merupakan hari yang istimewa dan disebut sebagai

sayyidul ayyam. Selain banyak keutamaan-keutaman dari dzikir

banyak pula keutamaan-keutamaan dari hari Jum’at.

Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi tentang

keutamaan dzikir, ketika kita berkumpul sambil berdzikir kepada

Allah Saw maka Malaikat akan mengitari kita dengan rahmat dan

kedamaian.

Segala gundah, gelisah dan resah seringkali kita rasakan ketika

menanggung beban hidup, jika hati lemah perasaan-perasaan itu

akan terus menyelimuti yang bisa menyebabkan ketidaktenangan.

Ketidaktenangan juga bisa dirasakan ketika kita berbuat dosa.

Page 72: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

57

Dengan berdzikir rasa gundah, gelisah, resah bahkan

ketidaktenangan itu seketika akan berubah menjadi kedamaian.1

Allah adalah pemilik sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Kedua

sifat nya berasal dari dua suku kata yang pertama, kata ar-rahmah

yang berarti kasih sayang, kasih sayang Allah terhadap manusia

begitu luas, oleh karena itu kasih sayang Allah harus kita gapai

dengan memperbanyak dzikir. Dengan berdzikir akan terbuka

kemudahan dalam memahami suatu hal, dan dengan berdzikir pula

kita terhindar dari segala macam penyakit hati, penyakit ruhani

maupun jasmani, terhindar dari rasa khouf atau takut, gelisah

gundah gulana serta merasa aman dari segala ancaman dan

gangguan. Bahkan dzikir bisa membuat kita mendapatkan

kedudukan yang mulia di sisi Allah dan memperoleh kemudahan

dalam melewati titian Shirath al-Mustaqim.2

Selain banyak keutamaan-keutamaan dzikir. Wajagan sendiri

bertambah keutamaan nya dengan keutamaan hari Jum’at. Dalam

hadits Nabi telah disebutkan tentang keutamaan hari Jumat

bahwasanya hari Jum’at adalah Sayyidul Ayyam. Yang berarti hari

Jum’at adalah pemimpinnya hari. Pemimpin hari dalam hal ini

1 Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi Di Era Teknologi Informasi.

(Semarang: Rasail, 2010), 96. 2 Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.

Page 73: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

58

maksudnya adalah hari yang Allah Swt muliakan. Karena

didalamnya memiliki banyak keutamaan diantaranya

diciptakannya Nabi Adam As pada hari jum’at, Nabi Adam

dimasukkan ke syurga pada hari jum’at, terjadinya hari kiamat

pada hari jum’at dan hari jum’at merupakan waktu paling

mustajab. Memahami hadts tersebut secara makna dan redaksinya

mengandung pengertian bahwa manusia dianjurkan memuliakan

hari jum’at dengan memperbanyak amal ibadah.3

Wajagan bagi para santri adalah satu wadah pembelajaran

untuk membiasakan diri perbanyak dzikir kepada Allah Swt, selain

itu wajagan mampu membuat para santri betah dan nyaman tinggal

di pondok pesantren. Dari total 4.000 (empat ribu) santri, 99%

menganggap pondok sebagai rumah keduanya. Bahkan para

alumni dari berbagai angkatan banyak dari mereka menyempatkan

diri dari kesibukannya untuk mengikuti Wajagan di setiap malam

jum’at nya. Itulah mengapa dikatakan wajagan mampu membuat

setiap orang yang mengikutinya nyaman berada di pondok

pesantren Daarusyyifa al-Fithroh.4

3 Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadits Nabi, 125.

4 Nandang Yuda Irawan (sebagai sekretaris yayasan Pondok Pesantren

Darussyifa al-Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 10

Juni 2018, Jawa Barat.

Page 74: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

59

Selain membuat hati tentram, wajagan juga merupakan salah

satu upaya untuk memperbaiki akhlak santri. Melihat banyak nya,

berasal dari adat dan budaya yang berbeda-beda, selain dengan

peraturan-peraturan untuk mendisiplinkan akan tetapi dibutuhkan

sentuhan batin agar perubahan dan kebaikan mereka muncul dari

kesadaran mereka sendiri dengan begitu para staff pengajar sangat

terbantu dengan adanya rutinitas dzikir wajagan.5

B. Dampak Wajagan Terhadap Penduduk Pondok Pesantren Salafi

Terpadu Daarussyifa Al-Fithroh Sukabumi

1. Dampak wajagan terhadap ketenangan jiwa

Sebagai mana berzdikir akan membuat kita menjadi tenang.

Begitu pula dengan dzikir wajaga. Dzikir wajagan didalamnya

terdapat bacaan-bacaan dzikir secara berulang-ulang dengan tujuan

menghadirkan Allah dalam hati kita. Maka ketika Allah Swt sudah

hadir pada hari kita, kita akan menjadi tenang.

Dalam hidup ini kadang kita mengalami keresahan. keresahan

itu muncul akibat hal yang kita lakukan sendiri atau karena

pengaruh orang lain. Kita bisa mengatasinya dengan berdzikir di

samping berusaha mencari penyelesaian terhadap masalah tersebut.

5 Kh. E. Supriatna Mubarok, Wawancara.

Page 75: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

60

solusi ini tidak diragukan lagi karena Allah telah menyampaikan

langsung dalam al-Qur’an. Rasulullah dan para Shahabat r.a telah

memberikan contoh yang baik dalam hal ini. dengan berdzikir kita

akan mendapatkan ketenangan hidup.

Karat dalam hati seseorang akan menumpuk sesuai dengan

tingkat kelalaiannya jika seseorang lalai dari mengingat Allah pada

sebagian waktunnya. ketika hati berkarat, bentuk ucap dan sikap

yang ada di dalam dirinya tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Karena ia selalu memandang suatu kebatilan dalam bentuk

kebenaran dan memandang suatu kebenaran dalam bentuk

kebatilan. Oleh karena itu, hati akan tampak gelap dan didalamnya

tidak akan pernah tampak kebenaran ketika karat telah menutupi

hati kita. Apabila karat itu telah memenuhi hati, ia akan menjadi

hitam seluruhnya dan pandangannya menjadi rusak sehingga ia

tidak mampu menghindari kebatilan. sikap lalai yang mengikuti

hawa nafsu menjadi sumber dari siksaan hati yang paling berat.

Bambang adalah salah seorang alumni dan juga merupakan

bagian dari pengabdian di pondok pesantren ini mengatakan bahwa

dengan mengikuti wajagan hatinya terasa lebih tenang, nyaman

dan hanyut dalam kekhusyuan ibadah. Dan hal ini berdampak bagi

kehidupan sehari-harinya yang mana hidupnya lebih jelas dan lebih

Page 76: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

61

teratur seakan Allah seallu memberikan jalan keluar di setiap

masalah yang dihadapinya serta membuat diri menjadi lebih

percaya diri dalam melakukan aktifitas.6

Begitu juga dengan Ustadz Fikri selaku ketua di bagian bidang

Tata Usaha dan administrasi kepesantrenan, beliau juga terlibat

dalam pelaksanaan dzikir wajagan sebagai pembimbing santri

kelas 1 Tsanawiyyah yang harus memantau anak didiknya selama

mengikuti prosese kegiatan dzikir wajagan, sebagai jabatannya di

bidang administrasi ke pesantrenan atau yang biasa kita sebut

sebagai TU atau (tata usaha) beliau juga sering di datangi oleh

beberapa santri-santriwan yang menceritakan keluh kesah ketika

mengalami keresahan dan ketidak betahan anak-anak santri baru

yang sangat cukup padat dengan beberapa rentetan jadwal belajar

di dalam kelas maupun mengaji kitab-kitab di luar kelas, terlebih

lagi dengan adanya rutinitas kegiatan dzikir wajagan yang di

lakukakan pada Kamis malam Jum’at yang cukup memakan waktu

yang cukup lama.

Para santri menceritakan tentang keluh kesah mereka ketika

meresakan keresahan dan ketidak betahannya di pondok wajagan

6 Bambang (sebagai pengabdian di Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018,

Jawa Barat.

Page 77: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

62

hadir sebagai penawar obat rindu pada orang tua dan penyembuh

bagi batin anak-anak yang masih merasakan hati yang gelisah pada

ssat bombing dan ragu untuk melakukan aktivitas-aktivitas lainnya

justru santri menjadi lebih bersemangat dan bergairah dengan

mengikuti kegiatan dzikir wajagan mereka mengatakan hati

mereka terasa lebih tenang fikiran mereka lebih fresh dan tidak

resah tidak seperti sebelumnya sebelum mengikuti dzikir wajagan

tersebut.

Ustadz Fikri juga sangat merasakan dampak positif dari

wajagan ini terutama dalam segi kesehatan jasmani dan ruhani nya.

Ia menyadari bahwa sebelum beliau mengenal dzikir wajagan ini

beliau sering merasakan sakit, berulang kali berobat ke dokter tapi

sakitnya tak kunjung sembuh, namun setelah masuk pondok

pesantren Daarussyifa al-Fithroh dan mengenal wajagan, dia

berserah diri dan memanfaatkan momentum wajagan ini untuk

mendekatkan diri kepada Allah, dan setelah itu dia menyadari

bahwa ketika ruhani sakit dan kita terlalu sibuk memikirkan

kesehatan jasmani yang sifatnya terlihat namun lupa dengan

adanya penyakit yang lebih sulit untuk disembuhkan yaitu penyakit

hati. Melalui dzikir wajagan inilah cara yang tepat untuk

memnyembuhkan segala penyakit hati, hati adalah organ tubuh

Page 78: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

63

yang paling berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, jika

hatinya baik maka baiklah amal perbuatan dan hubungan kepada

Allah SWT.7

Sedangkan Pendiri sekaligus Penagasuh Pondok Pesantren

Daarussifa Al-Firoh SUKABUMI yaitu Kyai H. E. Supriatna

Mubarok, M.Sc. MM. mengatakan bahwa adanya kegiatan dzikir

wajagan ini bertujuan untuk membuat para santri dan para ustadz

di pondok pesantren ini merasa nyaman tinggal disini. Jika hati

mereka senantiasa tentram maka secara otomatis mereka juga akan

merasakan kenyamanan tinggal di pondok pesantren ini. selain itu

melihat dari latar belakang santri yang beragam dari suku dan adat

yang berbeda-beda mereka akan sulit dididik jika tanpa disentuh

keruhanian nya. Dengan banyak berdzikir hati kita akan menjadi

lembut maka akan mudah meresap hal-hal positif, minimalnya

mereka akan merasa betah berada disini.8

Ketenangan jiwa para santri yang membuat mereka lebih

nyaman tinggal di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini

terbukti ketika penulis menyambangi secara langsung orang tua

santri yang sedang menjenguk anaknya. Ibu Idah Faridah salah

7 Fikri (sebagai penngajar di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh)

Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat. 8 Bambang, Wawancara

Page 79: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

64

satunya adalah orang tua dari santri putri yang bernama Rozwa

Zakiyyah (santri kelas 2 SMP). Ia bercerita bahwa anaknya adalah

anak yang cukup sulit untuk beradaptasi di lingkungan baru,

sehingga pada saat awal masuk pondok dua tahun yang lalu ia

harus menerima keluhan anaknya yang setiap hari minta pindah

sekolah karena merasa tidak betah dengan berbagai alasan, tapi

lambat laun keluhan itu mulai berkurang dan malah berbalik,

Rozwa anaknya malah menginginkan untuk melanjutkan sekolah

SMA di Pondok Pesantren Darusyyifa. Ibu Idah sendiri merasa

bersyukur melihat perkembangan anaknya, sopan santunnya lebih

baik, prestasi di sekolah juga meningkat.9

2. Dampak wajagan terhadap keagamaan

Ikhtisar atau tujuan dari setiap ibadah yang dilakukan dalam

menyempurnakan nilai-nilai Islam adalah dzikir atau mangingat

Allah. Demikian hal ini ditegaskan oleh Sayyid Abdul Wahhab

Asy-Sya’rani, yang menyatakan jika zikrullah adalah kunci dari

segala Ibadah dan kompas hati sebagai penunjuk arah, zikir adalah

cara yang paling cepat dan tepat untuk membuka pintu ibadah-

ibadah lainnya. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya setiap

9 Idah Faridah (sebagai orang tua santri) Diwawancarai oleh Ahmad

Syawqi Kamal. Sukabumi, 30 Desember 2019, Jawa Barat.

Page 80: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

65

ibadah yang diperintahkan Allah memiliki tujuan utama agar kita

sadar dan ingat kepada Allah, mengingat kebesaran-Nya,

keagungan dan kemuliaan-Nya, mengingat karunia serta nikmat

yang telah Dia berikan.10

Ketika jiwa sesorang sudah merasa nyaman dan damai maka

hal itu akan mempengaruhi setiap langkah dan aktifitas nya yang

hanya akan melakukan hal-hal yang positif.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa wajagan merupakan

suatu rangkaian Ibadah yang di dalamnya banyak mengandung

dzikir, shalawat dan bahkan shalat-shalat sunnah. Sandi Septian

merupakan salah satu santri dipondok pesantren Daarussyifa kelas

VI ( Delapan) ia mengakui bahwa sebelum menjadi santri di

Daarusyyifa ini tidak pernah dan bahkan tidak tau bahwa ada shalat

sunnah Awwabin, Li Hifdzil Iman, Tasbih, Shalat Daqa dan shalat-

shalat sunnah lainnya. Sementara saat ini dia melaksanakan shalat-

shalat sunnah tersebut setiap malam jum’at.11

Randy Rusdiansyah sebagai alumni asal Sumatera Selatan dia

merasa sangat bersyukur karena selama dia mengemban ilmu di

10

Samsul Munir Amin & Haryanto Al-Fandi, Energi Dzikir,(Jakarta:

Amzah, 2008), 60. 11

Sandi Septian (sebagai santri di Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018,

Jawa Barat.

Page 81: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

66

Darussyifa dan terbiasa melakukan amalan-amalan sunnah setiap

malam juma’at nya, setelah menjadi alumni pun dia masih terus

mengamalkan shalat sunnah Tasbih setiap malam juma’at nya serta

lebih banyak memperbanyak dzikir. Jadi disisi lain tradisi wajagan

ini bukan hanya menjadi tradisi yang terjadi di lingkungan pondok

pesantren saja. Tapi banyak sebagian alumni yang terus

melaksanakan wajagan baik itu datang setiap jum’at ke pondok

pesantren atau mengamalkan sendiri dengan panduan buku aurod

khusus.12

Secara tidak langsung tradisi wajagan ini membuat kesadaran

dan kemandirian santri lebih tinggi terhadap amalan-amalan

sunnah lainnya.

3. Dampak wajagan terhadap pendidikan

Pada hakikatnya Allah adalah sumber pengetahuan adalah

yaitu dzat “al-Alim” yang maha mengetahui segala sesuatu. Karena

Allah sumber segala pengetahuan, maka dengan mengembangkan

aspek pikir dan dzikir yang mendapat ridha Allah pengetahuan

akan diperoleh. Aspek pikir dikembangkan dengan proses belajar

12

Randi Rusdiansyah (sebagai alumni di Pondok Pesantren Darussyifa

al-Fithroh), Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 10 Juni 2018,

Jawa Barat.

Page 82: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

67

mengajar di samping itu membiasakan para santri berdzikir sebagai

pendekatan diri kepada Allah dan sebagai tadzkiyatun nafsi

(pembersihan jiwa). Sebab dengan taqarrub ilallah dan

tadzkiyatun nafsi ilmu pengetahuan akan diperoleh dengan mudah

dan mendapat ridha ilahi.13

Terciptanya ketenangan belajar menjadi faktor keberhasilan

belajar yang efektif dan efesien. Untuk menciptakan ketenangan

belajar ini diperlukan ketenangan jiwa dalam diri anak didiknya

sendiri). Ketenangan situasi dan kondisi belajar dapat diciptakan

oleh guru dengan mengelola situasi belajar yang kondusif terhadap

terciptanya proses belajar mengajar yang baik. Ketenangan jiwa

daripada santri merupakan hal yang lebih penting dalam hal ini,

karena ketika jiwa anak tenang dia akan mudah meresap pelajaran-

pelajaran yang diberikan oleh gurunya, sehinggga ketika terjalin

situasi seperti ini, akan terjadi ketenangan dalam belajar.

Sedangkan untuk menumbuhkan jiwa ketenangan dan kenyamanan

para santri yang memiliki banyak masalah-masalah dan ujian, salah

satu cara yang perlu dilakukan adalah dengan membiasakan dzikir

kepada Allah. Sebab dengan berdzikir kepada Allah jiwa seseorang

13

Wawancara Ustadz Dedi (sebagai kepala pesantren di Pondok

Pesantren Darussyifa al-Fithroh), Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.

Page 83: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

68

akan menjadi tenang. Dengan dzikir kepada Allah pula akan

meningkatkan keyakinan bahwa Allah adalah Maha Kuasa atas

segala sesuatu.14

Dijalankannya tradisi wajagan di pondok pesantren ini ada

tujuan khusus yang diharapkan KH. E Supriatna Mubarok

M.Sc.M.M selaku pemilik pondok pesantren. Dia sangat

mengharapkan dengan adanya wajagan ini bisa membentuk santri

yang berkarakter islami serta berwawasan luas. Darusyyifa al-

Fithroh ini merupakan pondok pesantren terpadu selain

membentuk santri yang berakhlak shaleh dan shalehah namun juga

mempunyain pendidikan yang setara dengan sekolah-sekolah

umum lainnya.

Dengan wajagan ini justru sangat membantu membentuk

karakter santri yang lebih disiplin. Melihat begitu banyak nya

santri sementara tenaga pengajar yang terbatas dan bahkan

peraturan yang tidak terlalu ketat, namun tidak begitu sulit untuk

mengatur bagitu banyaknya santri, karena dalam diri mereka sudah

tertanam kebaikan-kebaikan sehingga mudah untuk mereka

melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar.

14

Eli Susilawari (sebagai Kepala Sekolah di Pondok Pesantren

Darussyifa al-Fithroh), Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9

Juni 2018, Jawa Barat.

Page 84: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

69

Tsani, siswa kelas IX (Sembilan) merasakan bahwa dengan

kekuatan dzikir dan do’a, dia merasa lebih mudah dalam menerima

ilmu pengetahuan, bahkan selalu di permudah setiap menghadapi

ujian sekolah. Hal ini di dikuatkan dengan pernyataan Bapak Yuda

Irawan selaku sekretaris yayasan, dia mengatakan bahwa setiap

tahun nya tidak ada satu pun santri yang tidak lulus dalam Ujian

Nasional (UN), itu semua kita rasakan karena keberkahan dari

wajagan.15

15

Tsani Nuraeni (sebagai santri di Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 10 Juni 2018,

Jawa Barat.

Page 85: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dikemukakan oleh penulis di atas, maka penulis dapat menarik

kesimpulan dari tradisi wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa

al-Fithroh ini sebagai berikut:

Dzikir wajagan ini sebenarnya bernama Dzikir Khatm

Khawajagan yang merupakan dzikir dari kalangan tarekat

Naqsabandiyyah namun para santri, alumni dan bahkan asatidz

menyebutnya dengan dzikir wajagan Datangnya Dzikir Khatm

Khawajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini

berawal dari hubungan baik antara pimpinan pondok dengan

Syaikh Maulana Muhammad Hisyam Kabbani yang merupakan

pimpinan tarekat Naqsabandiyyah. Dzikir ini dilaksanakan setiap

malam jum’at setelah shalat maghrib yang diawali dengan shalat-

shalat sunnah diantaranya shalat sunnah Awwabin, shalat Li hifdzi

al-Iman, shalat Birru al-Walidain, shalat Taubat, shalat Tasbih

dan shalat Hajat yang berlangsung hingga tiba waktu shalat Isya,

Page 86: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

71

maka setelah shalat isya dan ditutup oleh shalat sunnah witir, di

mulailah dzikir wajagan.

Dalam pelaksanaan dzikir wajagan ini terdapat hadis-hadis

yang hidup diantaranya:

1. Hadis keistimewaan hari Jum’at

2. Hadis tentang keutamaan majelis dzikir

3. Hadis tentang pelaksanaan dzikir dengan suara

keras/lantang.

Dzikir wajagan ini sangat berdampak bagi perkembangan

pondok pesantren Darusyyifa al-Fithroh, karena dzikir wajagan ini

mampu membentuk karakter yang cerdas dan islami para santrinya

melalui sentuhan-setuhan dalam jiwanya. Dan yang terpenting

wajagan bisa meningkatkan akhlak para santrinya hal ini terbukti

dengan terbiasanya mereka melaksanakan ibadah-ibadah sunnah

seperti berdzikir dan melaksanakan shalat-shalat sunnah lainnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dan hasil

wawancara di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh Sukabumi,

maka yang menjadi saran pada penelitian ini adanya:

Page 87: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

72

1. Pelaksanaan shalat-shalat sunnah sebelum dzikir wajagan

terus di laksanakan dan tidak di hilangkan satupun. Hal ini

merupakan ungkapan dari salah satu alumni yang

merasakan bahwa saat ini shalat tasbih jarang di

laksanakan dengan alasan terlalu lama, namun hal ini

sangat penting untuk membiasakan para santri

melaksanakan shalat sunnah tasbih.

2. Melihat bagitu banyaknya santri ditambah dengan sebagian

masyarakat dan alumni yang mengikuti dzikir wajagan ini.

penulis melihat masjid yang digunakan tempat dzikir

wajagan di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh ini

masih kurang menampung seluruh jama’ah walaupun

masjid itu sudah cukup besar, akan tetapi masih kurang

untuk memuat begitu banyakna jama’ah.

Perjalanan panjang yang dilakukan oleh penulis dalam

meniliti satu kajian ini tentunya sangat jauh dari kata yang

sempurna , hingga sangat memungkinkan untuk mendapati suatu

kesalahan dan ke khilafan baik dari segi penyajian maupun isi dari

pembahasan atau substansinya. Oleh karena itu penulis sangat

membuka kesempatan terhadap kritikan dan saran pandang yang

dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dikemudian

Page 88: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

73

hari, yang bertujuan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Dan

yang terakhir, penulis sangat berharap agar tulisan ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pihak serta dapat menjadi rujukan dan

pelengkap kajian yang sudah ada, baik untuk kalangan akademis

pada khususnya maupun umat Islam secara umum.

Page 89: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

93

DAFTAR PUSTAKA

Agusyanto, Ruddy. Pengantar Antropologi. Tangerang Selatan:

Universitas terbuka,2014.

Ahmad, Abi Abdurrahman. Sunan al-Nasa’i. Riyadh : aktabah al-

Ma’arif.

Aini, Siti Qurrotul. Tradisi Qunut dalam Shalat Maghrib di

pondok pesantren wahid Hasyim Yogyakarta (Studi

living Hadits). Jurnal Living Hadits, Vol 1, no 2.

Oktober 2016.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Bari. juz 4. Terj. Gazirah Abdi

Ummah. Jakarta: Pustaka Azzam. 2002.

Al-Ghaza. Asrar al-dzikir wa dakwat. (terj): Muhammad al-

Bagir, Bandung:karidua, 1996.

Ali, Habib. bin Hasan al-Aththas. Trej. Al-Qirthas, Darul Ulum

Press. 2000.

Al-Tirmizi, Muhamammad bin Isa, Sunan al-Tirmizi, Jilid 4.

Beirut : Daar al Fikr. 1983.

Amin, Samsul Munir & Haryanto Al-Fandi, Energi Dzikir.

Jakarta: Amzah, 2008

Page 90: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

94

Arifin, A Shohibul Wafa Tajul. Mifthus Shudur. Tasikmalaya:

Yayasan Serba Bakti. 1969.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta 2002..

Arikunto, Ny. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek.

Jakarta. Bina Aksara. 1989.

Ash-Shidieqy, Tengku Muhammad Hasbi. Pedoman Dzikir dan

Do’a. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999..

Asy Shadr, Abdul Razzaq. Berdzikir Cara Nabi, Merengkuh

Puncak Pahala Dzikir Tahmid, Tasbih, Tahlil dan

Hamdalah. Jakarta: HIkmah, 2007.

Bambang Pengabdian di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh

Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.

Company Profile Pondok Pesantren Terpadu Darussyifa Al-

Fithroh, Sukabumi: 2017.

Dedi, Ustadz. Kepala Pesantren di Pondok Pesantren Darussyifa

al-Fithroh, Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi

Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.

Page 91: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

95

Fikri. Pengajar di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh.

Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.

Glasse, Cryil. Naqsabandiyyah dalam Ensiklopedi Islam Ringkas

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada., 1999.

H.M.Said. Tenaga Pengajar Sekaligus Alumni Di Pondok

Pesantren Darusyifa Al-Fithroh. Diwawancarai oleh

Ahmad Syawqi Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa

Barat.

Hazm, Ibnu. Al-Muhalla Juz 4. (terj). Jakarta: Pustaka Azzam,

Irawan, Nandang Yuda. Sekretaris Yayasan Pondok Pesantren

Darussyifa al-Fithroh. Diwawancarai oleh Ahmad

Syawqi Kamal. Sukabumi, 10 Juni 2018, Jawa Barat.

Jum’ah, Syaikh Ali. Kupas tuntas Ibadah-Ibdah diperselisihka,

Cikarang, Duha Khazanah, t.t.

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta: PT Gramedia, 1990.

Mandzur, Ibnu. Lisan al-Arab. Jilid IV. Beirut: Dar al-Sadir,

1990.

Mekanisme Operasional Pondok Pesantren. Sukabumi: 2017.

Page 92: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

96

Moeleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1997.

Mubarok, Supriatna. Pendiri Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh. Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 26 Agustus 2018, Jawa Barat.

Muhammad, Abu Abdullah bin Ismail. Shahih Bukhori. Juz 1.

Beirut: Maktabah al-Rusyd.

Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan.

Jakarta: Prestasi Public Publisher, 2012.

Muslim, Imam Abi Husain bin Al-Hujaj al-Qusairy An-

Naisabury, Shahih Muslim, Juz 2. Beirut : Darul

Kutub Ilmiyyah.

Mustaqim, Abdul. Paradigm Interaksi Dan Interkoneksi Dalam

Memahami Hadits. Yogyakarta : Sukses Offset, 2008.

Nuraeni, Tsani. Santri Di Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh) Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 10 Juni 2018, Jawa Barat.

Penelusuran aplikasi Lidwa versi Android pada hari Selasa, 19

Februari 2019.

Page 93: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

97

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Qudsy, Saifuddin Zuhri. “Living Hadits: Genealogi, Teori dan

Aplikasi”. Jurnal Living Hadits. Vol 1, no 1 (Mei

2016).

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Surabaya: Unesa University Press, 2007.

Rohmana, Jajang A. “Pendekatan Antropologi dalam Studi

Living Hadits di Indonesia”. Jurnal holistic al-hadits,

Vol. 01, no 02. Juli-Desember 2015.

Rusdiansyah, Randi. Alumni di Pondok Pesantren Darussyifa al-

Fithroh, Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 10 Juni 2018, Jawa Barat.

Septian, Sandi. Santri Di Pondok Pesantren Darussyifa al-Fithroh.

Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi Kamal.

Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.

Shihab, M. Quraisy. Wawasan Al-Qur’an Tentang Dzikir Dan

Doa. Cet. 3 .Jakarta: Lentera Hati 2008.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy, Metode Penelitian

Survey. Jakarta: LP3ES. 1989.

Page 94: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

98

Soebahar, Erfan. Aktualisasi Hadits Nabi Di Era Teknologi

Informasi. Semarang: Rasail, 2010.

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. cet. 16. Bandung: ALFABETA,

2013.

Sujana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru, 1984.

Sukmono, Riski Joko. Psikologi Dzikir. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008.

Suryadilaga, M. Alfatih. Metodologi Penelitian Living Qur’an

dan Hadits. Yogyakarta : TERAS, 2007.

Susilawati, Eli. Kepala Sekolah di Pondok Pesantren Darussyifa

al-Fithroh, Diwawancarai oleh Ahmad Syawqi

Kamal. Sukabumi, 9 Juni 2018, Jawa Barat.

Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta:

Teras 2009.

Wensink. Mu’jam al-Mufakhros Li aladzi al-Hadits al-Nabawi

Jilid 2. Madinah: 1926.

Yaspida Sukabumi. Diakses, 30 Agustus 2018,

https://yaspidasukabumi.com/sejarah

Page 95: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

LAMPIRAN

A. TEKS DZIKIR WAJAGAN

Page 96: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 97: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 98: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 99: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 100: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 101: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 102: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 103: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 104: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 105: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 106: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 107: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 108: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …
Page 109: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

B. PEDOMAN WAWANCARA

a. Pimpinan Pondok Pesantren

Nama:

1. Kapan Pondok Pesantren Darussyifa ini didirikan?

2. Kapan Wajagan mulai menjadi tradisi di Pondok

Pesantren Darussyifa ini?

3. Apa yang melatar belakangi adanya zikir wajagan ini?

4. Adalah al-Qur’an dan Hadist yang menjadi landasan zikir

wajagan?

5. Apa tujuan utama dilaksanakannya wajagan di Pondok

Pesantren Darussyifa?

6. Adakah dampak yang dirasakan setelah melaksanakan

zikir wajagan bagi diri sendiri?

7. Adakah dampak positif wajagan terhadap akhlak santri,

masyarakat sekitar dan sistem kepesantrenan di Pondok

Pesantren Darussyifa?

8. Seberapa penting zikir ini dilaksanakan di pondok

pesantren Darussyifa?

b. Guru & Staff

Page 110: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

Nama:

1. Sudah berapa lama tinggal di Pondok Pesantren

Darussyifa?

2. Apa yang anda ketahui tentang wajagan?

3. Apakah selalu mengikuti wajagan setiap minggunya?

4. Apakah wajagan menjadi kegiatan wajib di Pondok

Pesantren Darussyifa?

5. Adakah hukuman bagi santri yang tidak mengikuti

wajagan?

6. Tahukah landasan hadis tentang zikir wajagan ini?

7. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti zikir wajagan?

8. Adakah dampak positif terhadap santri setelah mengikuti

wajagan?

9. Adakah dampak positif wajagan terhadap masyarakat

sekitar Pondok Pesantren Darussyifa?

10. Seberapa penting zikir ini dilaksanakan di pondok

pesantren Darussyifa?

c. Santri dan Alumni

Page 111: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

Nama:

1. Sudah berapa lama tinggal di Pondok Pesantren

Darussyifa?

2. Apa yang anda ketahui tentang wajagan?

3. Apakah selalu mengikuti wajagan setiap minggunya?

4. Tahukah landasan hadis tentang zikir wajagan ini?

5. Apa yang anda rasakan setelah mengikuti zikir wajagan?

6. Adakah dampak positif wajagan terhadap proses belajar?

7. Adakah dampak positif wajagan terhadap peningkatan

akhlak dan ibadah?

8. Seberapa penting zikir ini dilaksanakan di pondok

pesantren Darussyifa?

C. DATA RESPONDEN WAWANCARA

Page 112: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

No Nama Status

1 Kh. E. Supriatna Mubarok Msc. Mm Pimpinan & Pemilik

2 Ibu Eli Susilawati Guru & Kepsek SMP

3 Ustadz Nandang Yuda Irawan Guru & Staff

4 Ustadz H.M.Said H.R.,S.Ag Guru

5 Margono S.H Guru

5 Ustadz Dedi Guru & Staff

6 Ustadz Fikri Guru

7 Bambang Staff & Alumni

8 Randi Rusdiansyah Alumni

9 Sandi Septian Santri

10 Fajar Maulana Santri

11 Mahdar Rosyadi Santri

12 Tsani Nuraeni Santri

13 Siti Fatimah Azzahra santri

14 Nurul Suci Fatimah Santri

D. DOKUMENTASI

Page 113: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

1. Bangunan Pondok Pesantren

Gerbang utama

Asrama Putra

Page 114: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

Asrama Puteri

Asrama Puteri 2

Page 115: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

Kantor Pesantren

GORSS

Page 116: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

Masjid

Page 117: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …

2. Kegiatan Wajagan

Page 118: TRADISI WAJAGAN DI PONDOK PESANTREN DARUSSYIFA …