transformasi sektor ekonomi dan pengaruhnya terhadap distribusi pendapatan di kabupaten sidoarjo
DESCRIPTION
dalam kehidupan masyarakat selalu ada perubahan didalamnya. baik dalam sektor ekonomi, sosial , maupun budaya. perubahan pada sektor ekonomi sangatlah cepat dan kompleks utamanya jenis pekerjaan masyarakatnya.TRANSCRIPT
-
TRANSFORMASI SEKTOR EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN SIDOARJO
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Geografi Ekonomi
Yang dibina oleh Ibu Dra. Yuswanti Ariani M.si
Oleh
Muhammad Nur Fahmi
(120721435478)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
Desember 2013
-
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dinamika pertumbuhan kawasan perkotaan merupakan akibat dari pengaruh
perkembangan faktor-faktor internal maupun eksternal, yang masing-masing akan
saling terkait. Kota sebagai pusat pertumbuhan mempunyai peran dalam mendorong
pertumbuhan kawasan yang ada di sekitarnya. Menurut Yunus (2006), kota-kota
besar mempunyai pengaruh kekuatan ekonomi yang berbeda-beda dalam tatanan
ekonomi regional maupun nasional, sehingga rentang pengaruhnya ke daerah
pinggiran juga berbeda-beda. Dalam beberapa kasus perkembangan perkotaan yang
ada, bahkan menunjukkan adanya perkembangan fisik kota yang melebihi atau keluar
dari batas wilayah administrasi kota. Proses transformasi fisik-spasial ini lebih lanjut
mendorong terjadinya perubahan bentuk kawasan perdesaan menjadi kawasan
perkotaan (Yunus, 2006).
Selama ini seringkali terjadi dikotomi antara kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan. Ada anggapan bahwa kawasan perkotaan tingkat produktivitas
ekonominya lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan perdesaan. Ini akibat
akumulasi investasi pembangunan lebih pada mengutamakan kawasan perkotaan
dibandingkan kawasan perdesaan, atau sering diistilahkan dengan urban bias.
Perdesaan secara politis, sosial dan ekonomi cenderung memiliki posisi melayani
atau membantu perkotaan (Rustiadi, et al, 2009).
Permasalahan dikotomi ini akhirnya membuat banyak sekali pembangunan
yang cenderung merusak tatanan kawasan pedesaan. Kawasan pedesaan banyak
mengalami transformasi dari sebuah desa yang orientasi perekonomiannya pertanian
berubah menjadi sebuah kota yang dipaksakan, dengan industry sebagai penunjang
aktivitas ekonomi terbesarnya. Proses transformasi ini biasa disebut dengan
industrialisasi. Industrialisasi yang berkembang seperti sekarang ini telah menimbulkan
perubahan lingkungan fisik dan bio-geofisik. Perubahan tataguna lahan misalnya, lahan
pertanian beralih menjadi sentra-sentra industri, perumahan, rumah sakit, jalan tol
-
dan bendungan.
Industrialisasi ini terjadi dibanyak daerah di Indonesia tidak terkecuali Kab.
Sidoarjo. Jumlah industri di Kab. Sidoarjo yang pada tahun 2010 mencapai 804
industri, baik dari industri skala besar, kecil dan menengah (Badan Pusat Statistik :
2010). Industrialisasi di Kab. Sidoarjo ini terbilang cukup masive, hal ini
berpengaruh besar terhadap sektor pertaniannya. Secara umum aktivitas
perekonomian disektor pertanian mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat
dari luas lahan pertanian yang semakin tahun mengalami penurunan luasan dari tahun
2007-2010.
Tabel 1. Luas Lahan Pertanian Kab. Sidoarjo
No Tahun Luas Lahan Pertanian
(Ha)
1 2006 23.196
2 2007 23.262
3 2008 22.684
4 2009 22.539
5 2010 22.342
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS, 2010)
Industrialisasi berhubungan erat dengan perkembangan tekhnologi disuatu
daerah/wilayah. Kemajuan teknologi dan pembangunan, seperti juga dikemukakan
Todaro (1992), Titus (1982) dalam Mantra (1992) dan modernisasi di perdesaan
(Saefullah, 2008) telah merubah paradigma berpikir masyarakat petani. Meningkatnya
mobilitas horizontal desa-kota baik permanen (migrasi) maupun non-permanen
(sirkulasi) dilakukan oleh golongan menengah dan msikin dan mobilitas vertikal
terutama pada golongan kaya. Dilain pihak telah terjadi perubahan sistem nilai yaitu bagi
golongan kaya anak-anak mereka tidak lagi diharapkan dapat melanjutkan pekerjaannya,
akan tetapi beralih ke sektor formal dan pada golongan menengah dan miskin ke sektor
informal di kota (Kusnaka dan Utja, 2000; Suwartapradja, 1976).
-
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pertumbuhan perekonomian Kab. Sidoarjo?
2. Bagaimanakah Transformasi ekonomi di Kab. Sidoarjo?
3. Bagaimanakah kondisi ekonomi kekinian masyarakat Kab. Sidoarjo?
4. Apakah pengaruh industrialisasi terhadap Distribusi Pendapatan di Kab.
Sidoarjo?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimanakah pertumbuhan perekonomian Kab. Sidoarjo
2. Untuk mengetahui Bagaimanakah Transformasi ekonomi di Kab. Sidoarjo
3. Untuk mengetahui Bagaimanakah kondisi ekonomi kekinian masyarakat Kab.
Sidoarjo
4. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap Distribusi Pendapatan di
Kab. Sidoarjo
-
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pertumbuhan Perekonomian Kab. Sidoarjo
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang. Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu : (1) pertumbuhan ekonomi
sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah
mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru; (2) usaha
meningkatkan pendapatan perkapita; (3) kenaikan pendapatan per kapita harus
berlangsung dalam jangka panjang (Suryana, 2000 dalam Lulus: 2006).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Pembangunan yang baik akan menciptakan sebuah atmosfer yang
positif dalam mengangkat bargaining position suatu wilayah administrative baik
Negara maupun daerah, yang menarik para investor untuk menginvestasikan
modalnya ke wilayah tersebut. Nilai investasi yang masuk itulah yang akan
digunakan untuk membangun infrastruktur dan perekonomian suatu daerah agar
mencapai kemakmuran ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi daerah diukur berdasarkan pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB diukur
berdasarkan perhitungan sembilan sektor usaha yang dominan di masyarakat, yaitu
sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
Tabel.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sidoarjo
Tahun PDRB Perkapita (Rp) Laju Pertumbuhan (%)
-
harga berlaku harga konstan
harga
berlaku
harga
konstan
2010 50.132.273,00 24.768.319,21 2,44% 4,91%
2011 56.506.927,67 26.161.060,47 8,54% 5,62%
2012 64.465.226,90 27.961.435,08 8,54% 6,88%
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Sidoarjo
Pada tahun 2012 pertumbuhan perekonomian di Kab. Sidoarjo sebesar 6,88%,
yang artinya kondisi tersebut lebih besar daripada laju pertumbuhan provinsi yang
sebesar 6,7% atau bahkan pertumbuhan Nasional yang sebesar 6,3% (Badan Pusat
Statistik, 2012). Besarnya laju pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan kondisi
perkonomian di Kab. Sidoarjo sangat baik.
Besarnya pertumbuhan PDRB tersebut tidak lepas dari peranan sektor
industry sebagai penyumbang terbesar. Dengan masih di dominasinya perekonomian
daerah dari sektor industry pengolahan dan perdangangan ini menunjukkan, bahwa
iklim investasi di Kabupaten Sidoarjo masih cukup kondusif bagi tempat usaha.
Pesatnya pertumbuhan perekonomian di Kab. Sidoarjo tak lepas dari beberapa
faktor. Berikut beberapa factor yang menjadi factor pendorong laju pertumbuhan
ekonomi di Kab. Sidoarjo:
1. Letak Geografis Sidoarjo yang berada diantara Kabupaten dan Kota yang laju
pertumbuhan ekonominya juga pesat, seperti Surabaya di sebelah utara,
Mojokerto dan Pasuruan di Selatan, Gresik di Barat. Menyebabkan Sidoarjo
menjadi wilayah yang strategis untuk menanamkan investasi.
2. Pembangunan infrastruktur yang baik seperti jaringan jalan yang baik
menyebabkan Sidoarjo memiliki faktor dorong agar investasi terus mengalir
ke Sidoarjo. Penyebabnya tak lain adalah infrastruktur merupakan salah satu
penunjang dalam berkembangnya suatu usaha.
II. 2 Transformasi Pekerjaan Di Sidoarjo
Mayoritas masyarakat di Negara-negara berkembang adalah masyarakat yang
menggantungkan hidup mereka pada system ekonomi agraris, begitu pula system
-
social dan kebudayaannya. (Todaro, 1995). Pada dekade 90-an pernyataan yang
dikemukakan oleh todaro memang benar adanya termasuk di Indonesia. Akan tetapi
memasuki millennium baru banyak terjadi transformasi pekerjaan disebagian besar
kota/kabupaten di Indonesia.
Memasuki millennium baru transformasi pekerjaan dari agraris menjadi
industri memang menjadi sebuah trend baru dibeberapa kota/kabupaten. Diantara
kota/kabupaten yang mengalami transformasi selain Jakarta, Surabaya, Bandung dan
Semarang dan kota-kota besar Indonesia lainnya sebagai contoh adalah Bekasi,
Tanggerang, Depok, Gresik dan Sidoarjo. Kota-kota tersebut dahulu merupakan
daerah yang mengandalkan sector pertanian untuk menunjang perekonomiannya.
Sebagai contohnya Sidoarjo sebelum tahun 90-an sektor pertanian merupakan sektor
yang menyumbang pendapatan terbesar. akan tetapi memasuki millennium baru
sektor Industri merupakan penyumbang pendapatan terbesar.
Gambar. 1 Peta Penggunaan Lahan Kab. Sidoarjo Tahun 2007
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sidoarjo
-
Pada tahu 2007 dapat dilihat bahwa pertanian di Sidoarjo masih berkembang
cukup luas di sebagian besar wilayah. Akan tetapi semakin dengan berkembangnya
investasi di kab Sidoarjo semakin lama pertanian di Kab. Sidoarjo semakin tergusur
dengan kehadiran investasi di sektor industri dan konstruksi. Hal tersebut dapat
dilihat dari peta penggunaan lahan Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2012.
Gambar. 2 Peta Penggunaan Lahan Kab. Sidoarjo Tahun 2012
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sidoarjo
Dengan membandingkan peta tersebut dapat dilihat perubahan yang sangat
massive dalam penggunaan lahan di Kab. Sidoarjo. Wilayah utara Sidoarjo menjadi
seperti Kec. Krian, Kec. Taman Dan Kec. Balongbendo menjadi wilayah yang
dijadikan sebagai pusat industry di Sidoarjo. Perubahan yang cukup ekstrem terjadi di
Kec. Balongbendo, daerah yang pada tahun 2007 merupakan salah satu daerah
pertanian berubah menjadi daerah industry. Secara otomatis kondisi semacam itu
membuat sektor pertanian mulai tergusur keberadaannya di Kab. Sidoarjo.
-
Transformasi yang terjadi berpengaruh pula pada sektor yang menunjang
perekonomian di Kab. Sidoarjo. Sektor industry yang berkembang pesat menjadi
sektor yang paling banyak menunjang perekonomian.
Tabel. 2 Produc Domestic Regional Bruto Kab. Sidoarjo Berdasarkan Sektor Tahun
2008-2010 (Juta Rupiah)
Sektor
2008 2009 2010
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Pertanian Rp1.485.912,89 3,31 Rp1.622.912,13 3,24 Rp1.737.549,86 3,07
Industri Rp22.524.488,63 50,12 Rp24.787.734,65 49,44 Rp27.506.878,72 49
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)
Pertumbuhan sektor industry tersebut juga berpengaruh besar terhadap sektor
pekerjaan yang paling banyak meneyedot tenaga kerja di Kab. Sidoarjo. Saat ini
sektor industry merupakan sektor yang paling banyak menarik tenaga kerja. Setiap
tahunnya jumlah pekerja yang bekerja pada sektor ini terus bertambah
Tabel. 3 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2010
Lapangan Pekerjaan
Utama
Jumlah
1. Pertanian, Kehutanan,
Perburuan dan Perikanan
84 919
2. Industri Pengolahan/
Manufacturing Industry
301 423
3. Bangunan/ Construction 48 939
4. Perdagangan Besar,
Eceran, Rumah Makan
242 902
5. Angkutan, Pergudangan 60 263
-
dan Komunikasi
6. Keuangan dan Jasa-jasa 177 367
7. Pertambangan dan
Penggalian, Listrik, Gas
dan Air
1 809
Jumlah 917 622
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)
Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa sektor industry merupakan sektor yang
palin banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini membuat sebuah pola social baru dalam
masyarakat. Masyarakat petani seperti yang berasal dari Kec. Tarik. Kec. Wonoayu,
dan Kec. Balongbendo banyak yang lebih memilih untuk beralih menjadi buruh
pabrik dibandingkan kembali menjadi buruh tani.
Pola tersebut tidak hanya terjadi pada kaum muda saja, banyak kaum ibu yang
juga mencoba untuk beralih menjadih buruh pabrik. Walaupun dalam
implementasinya mereka tidak bekerja secara penuh. Buruh yang berasal dari kaum
ibu tersebut biasanya disebut buruh borongan. Buruh borongan merupakan buruh
yang mendapatkan gaji sesuai dengan kuantitas jumlah produksi yang di dapat.
II.3 Kondisi Perekonomian Masyarakat Sidoarjo
Tingginya PDRB sebenarnya tidak member jaminan bagi baiknya
perekonomian masyarakat disuatu daerah. Seperti yang terjadi di Kab. Sidoarjo,
Angka Kemiskinan Kabupaten Sidoarjo dalam lima tahun terakhir cenderung
mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah KK miskin yang dijumpai di
Tahun 2012 sebanyak 61.971 KK (Badan Pusat Statistik, 2012). Dari jumlah tersebut
kebanyakan yang tergolong dalam keluarga miskin berasal dari keluarga buruh tani.
Kemiskinan yang terjadi sebenarnya erat kaitannya dengan distribusi
pendapatan yang tidak merata. Menurut (Todaro, 2009) distribusi pendapatan
merupakan inti dari semua masalah pembangunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tidak selalu pembangunan ekonomi yang baik akan menjadikan masyarakatnya hidup
-
dalam kondisi yang sejahtera. Sejalan dengan tersebut dalam kenyataanya di Negara-
negara berkembang semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi maka semakin tidak
merata pola distribusi pendapatannya (Boediono,1981).
Pada kasus Kabupaten Sidoarjo, terjadi ketimpangan yang besar antara kaum
kapitalis dengan masyarakat buruh utamanya buruh tani. Kaum kapitalis yang
memiliki modal mampu bertahan dan terus berkembang di tengah kemajuan
pertumbuhan ekonomi yang ada. Sedangkan buruh tani semakin mengalami
keterpurukan akibat adanya industrialisasi. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
industrialisasi menjadi factor dominan yang memacu terjadinya alih fungsi lahan dari
lahan pertanian menjadi pabrik. Hal tersebut mengakibatkan jumlah lapangan
pekerjaan bagi buruh tani. Akibat dari hal itu banyak buruh tanu yang akhirnya
beralih profesi menjadi pekerja pabrik.
Menjadi sebuah ironi memang apabila melihat kenyataan bahwa banyak
sekali buruh tani yang beralih profesi sebagai buruh pabrik. Buruh tani yang
mayoritas hanya mendapatkan pendidikan yang rendah hanya akan mendapatkan
posisi rendahan di pabrik, yang mengakibatkan upah yang diterimapun juga rendah.
Dari penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa secara umum masyarakat sidoarjo memiliki perekonomian yang baik hal
tersebut dapat dilihat upah minimum regional (UMR) yang sebesar Rp. 1.530.000
pada tahun 2012, upah ini merupakan salah satu UMR yang tertinggi di Provinsi
Jawa Timur selain, Kab. Gersik dan Kota Surabaya, akan tetapi kondisi tidak
dirasakan oleh semua elemen masyarakat seperti petani dan buruh pabrik rendahan.
II.3 Pengaruh Industrialisasi Terhadap Distribusi Pendapatan
Industrialisasi yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo menyebabkan adanya pola
distribusi pendapatan yang tidak merata dalam masyarakat. Masyarakat dari sektor
pertanian kebanyakan memiliki pendapatan yang rendah. Hal tersebut di indikasikan
dari jumlah keluarga pra sejahtera, di kecamatan yang sektor penopang perekonomian
terbesar adalah pertanian seperti Kec. Wonoayu, Kec. Kerembung, dan Kec. Tarik
-
jumlah keluarga pra sejahtera prosentasenya cukup besar apabila dibandingkan
dengan kecamatan yang sektor terbesar pendukung ekonominya adalah Industri
seperti Kec. Krian, Kec. Balongbendo, dan Kec. Waru.
Tabel. 4 Prosentase Keluarga Pra Sejahtera Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan Keluarga Pra
Sejahtera (%)
1 Wonoayu 3,25
2 Balongbendo 2,19
3 Tarik 5,08
4 Krian 3,81
5 Waru 0,82
6 Taman 2,83
7 Krembung 6,29
8 Tulangan 7,56
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 (data diolah)
Terdapat beberapa factor yang menyebabkan distribusi pendapatan yang tidak
merata.
1. Semakin berkurangnya lahan pertanian menyebabkan banyak buruh tani yang
tidak mendapatkan lapangan pekerjaan karena harus berebut dengan buruh
tani yang lain.
2. Banyak buruh tani yang beralih profesi menjadi buruh pabrik di Kecamatan
lain, akan tetapi karena mayoritas buruh tani tingkat pendidikannya rendah
maka hanya menjadi buruh rendahan di pabrik dengan gaji di bawah UMR
Fakta tersebut menunjukkan bahwa tingginya pertumbuhan PDRB suatu
daerah tidak menjamin meratanya distribusi pendapatan di daerah tersebut. Menurut
Arsyad, 1997 pembangunan ekonomi tidaklah semata-mata hanya untuk mengejar
pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan
pendapatan antar masyarakat. Karena ketidakmerataan distribusi pendapatan
masyarakat juga merupakan permasalahan pembangunan (Tulus, 2006).
-
Pertumbuhan ekonomi tinggi gagal untuk mengurangi bahkan menghilangkan
besarnya kemiskinan absolut. Dengan kata lain, pertumbuhan Ekonomi yang cepat
tidak secara otomatis meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Karena apa yang
disebut dengan proses trickle down effect dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi
penduduk miskin tidak terjadi seperti apa yang diharapkan.(Tulus, 2006)
-
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah dengan pertumbuha ekonomi yang
tinggi hal tersebut dapat dilihat dari besarnya PDRB Kab. Sidoarjo. Sektor yang
paling dominan untuk menopang tingginya laju pertumbuhan ekonomi kabupaten
Sidoarjo adalah sektor industry.
Sektor industri yang berkembang sangat pesat berdampak negatif bagi sektor
pertanian di Kab. Sidoarjo. Di banyak kecamatan terjadi degradasi lahan pertanian
besar-besaran untuk dialih fungsikan sebagai kawasan industri. Seperti contohnya
yang terjadi di Kec. Krian dan Kec. Balongbendo
Pertumbuhan ekonomi yang besar di Kabupaten Sidoarjo tidak menjamin
meratanya distribusi pendapatammya. Banyak masyarakat Sidoarjo yang masih
tergolong keluarga pra sejahtera. Kebanyakan masyarakat yang termasuk golongan
pra sejahtera merupakan para buruh tani. Dari fakta yang ada, dapat disimpulkan
bahwa besarnya laju pertumbuhan ekonomi tidak menjamin meratanya distribusi
pendapatan masyarakatnya.
-
Daftar Rujukan
Arifin, Zainal. 2007. Pertumbuhan, Sektor Unggulan, Kesenjangan Dan Konvergensi
Antar Kecamatan Di Kabupaten Sidoarjo, (online) (http://www.umm.ac.id)
diakses 25 November 2013
Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Sidoarjo Dalam 2010 (online)
(http://sidoarjokab.bps.go.id) diakses 8 Juni 2012
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Sidoarjo Dalam 2012 (online)
(http://sidoarjokab.bps.go.id) diakses 8 Juni 2012
Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Budiman, Arif. 2000 Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Dhartaredjasa, Isnain & Hartono. 2012. Analisis Citra Satelit Multitemporal Untuk
Kajian Perubahan Penggunaan Lahan Di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik
Dan Sidoarjo Tahun 1994-2012 (online) (http:/www.lib.ugm.ac.id) diakses 26
Oktober 2013
Lapuran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo 2012,
(online) (http://www.sidoarjokab.go.id) diakses 28 November 2013
Nafziger, E. Wayne. 2006. Economic Development. Fourth Edition. Cambridge:
Cambridge University Press.
Prapti, Lulus. 2006. Keterkaitan Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi
Pendapatan, (tesis) Semarang: Universitas Diponegoro (online)
(http://www.undip.ac.id) diakses 28 november 2013
Sumardi, Mulyanto. & Evers Hans Dieter. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok,
Jakarta: CV Rajawali Jakarta
Todaro P. Michael & Smith C. Stephen. 2009. Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga
Todaro, Michael, P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh
(diterjemahkan oleh Haris Munandar), Erlangga: Jakarta
Willis, Katie. 2005. Theories and Practices of Development. Routledge.