WHAT IS FILSAFAT ?

BERASAL DARI BAHASA YUNANI, YAITU :PHILOS = SUKA atau CINTASOPHIA = KEBIJAKSANAAN

SECARA UMUM, PHILOS + SOPHIA BERARTI : BAHWA SETIAP ORANG YANG

BERFILSAFAT AKAN BERUSAHA MENJADI BIJAKSANA.

SECARA DEFINITIF, SULIT DICARI PEMBAKUAN, KARENA VARIASI

PEMAKNAAN DAN SUDUT PANDANG :

PENGERTIAN FILSAFAT :

1.FILSAFAT JUGA BERARTI SEBAGAI USAHA MENCARI KEUTAMA-AN

MENTAL.

2.FILSAFAT : SUATU STUDI YANG BERSIFAT INKLUSIF TENTANG KARAKTER

FUNDAMENTAL DARI SEGALA YANG ADA DENGAN MAKSUD UNTUK

MEMBERIKAN PENJELASAN YANG RASIONAL, DENGAN PERUBAHAN-

PERUBAHAN DAN UNTUK PEDOMAN YANG PASTI, UNTUK MENATA

KEHIDUPAN MANUSIA.

3.FILSAFAT : SUATU IKHTIAR UNTUK BERFIKIR RADIKAL, DALAM ARTI

TENTANG SUATU GEJALA (DARI AKAR SESUATU HAL) YANG HENDAK

DIPERMASALAHKAN.

4.FILSAFAT: HASIL BERFIKIR YANG SEDALAM-DALAMNYA, DIHARAPKAN

MERUPAKAN SESUATU YANG PALING BIJAKSANA (SETIDAK-TIDAKNYA

MENDEKATI KEBIJAKSANAAN, MENDE-KATI KESEMPURNAAN).

5.DARI SEGI PENGERTIAN PRAKTIS, MAKA FILSAFAT ADALAH ALAM

BERFIKIR ATAU ALAM FIKIRAN.

DEFINISI FILSAFAT :

1. SOCRATES (470 – 399 SM) FILSAFAT BUKANLAH SUATU ILMU, TETAPI

PERASAAN SUKA ATAU MINAT YANG TAK ADA PUTUS-PUTUSNYA

TERHADAP SUATU ILMU.

2. PLATO (427 – 348 SM) FILSAFAT ITU ADALAH ILMU PENGE-TAHUAN,

YAKNI ILMU PENGETAHUAN YANG BERMINAT MENCARI KEBENARAN

YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA, YAKNI KEBENARAN YANG HAKIKI.

3. ARISTOTELES (382-322 SM) FILSAFAT ADALAH ILMU PENGETAHUAN

YANG MELIPUTI KEBENARAN, YANG TER-KANDUNG TERMASUK ILMU

METAFISIKA, LOGIKA, RHETORIKA ETHIKA, EKONOMI, POLITIK, DAN

ESTHETIKA.

1

LOVE OF WISDOM

4. AL-FARABI (870-950 M), FILSAFAT ADALAH ILMU PENGE-TAHUAN

TENTANG WUJUD DAN BAGAIMANA “HAKEKAT” YANG SEBENARNYA.

5. IMMANUEL KANT (1724-1804 M) FILSAFAT ADALAH ILMU

PENGETAHUAN YANG TERCAKUP DIDALAMNYA EMPAT PER-SOALAN :

- APA YANG DAPAT KITA KETAHUI ? (METAFISIKA)

- APA YANG SEHARUSNYA DIKERJAKAN ? (ETHIKA)

- SAMPAI DIMANA HARAPAN KITA ? (AGAMA)

- APAKAH YANG DINAMAKAN MANUSIA ? (ANTROPOLOGI)

6. PUDJOWIYATNO (1963), FILSAFAT ADALAH ILMU PENGE-TAHUAN YANG

BERUSAHA MENCARI SEBAB SEDALAM-DALAMNYA BAGI SEGALA

SESUATU, BERDASARKAN ATAS PIKIRAN BELAKA.

7. TH. GIELES & W. KUYLT (1977), FILSAFAT ADALAH ILMU PENGETAHUAN

YANG MENYELIDIKI SEGALA SESUATU DENGAN MENCARI SEBAB-

SEBABNYA YANG TERDALAM, BER-DASARKAN KEKUATAN PIKIRAN

MANUSIA SENDIRI.

8. SIDI GAZALBA (1973) FILSAFAT ADALAH SISTEM KEBENARAN TENTANG

SESUATU HAL YANG DIPERSOALKAN, SEBAGAI HASIL DARI BERFIKIR

SECARA RADIKAL, SISTEMATIK DAN UNIVERSAL.

9. HASBULLAH BAKRI (1964) FILSAFAT ADALAH ILMU YANG MENYELIDIKI

SEGALA SESUATU YANG MENDALAM MENGENAI KETUHANAN, ALAM

SEMESTA DAN MANUSIA, SEHINGGA DAPAT MENGHASILKAN

PENGETAHUAN UNTUK “BAGAIMANA HAKEKATNYA”, SEJAUH YANG

DAPAT DICAPAI AKAL MANUSIA, DAN BAGAIMANA MANUSIA ITU

SEHARI-HARINYA SETELAH MENCAPAI PENGETAHUAN ITU.

RUMUSAN FILSAFAT :

1. SEBENARNYA SETIAP ORANG DAPAT MERUMUSKAN SENDIRI

BAGAIMANA KIRA-KIRA FILSAFAT ITU, ASAL SAJA DAPAT

MEMBAYANGKAN LUASNYA LINGKUP PEMBAHASAN DARI ILMU

FILSAFAT, YANG TELAH DIRUMUSKAN OLEH PARA FILOSOF DIATAS.

2. FILSAFAT BERUSAHA MENCARI HAKEKAT DARI SEGALA SESUATU, MAKA

YANG DISELIDIKI ADALAH MELIPUTI SEGALA SESUATU YANG KITA

DAPAT DIDUNIA INI YAITU : MANUSIA, DUNIA, DAN SEGALA SEUATU DI

LUAR DIRI MANUSIA.

3. APABILA PERHATIAN KITA TUJUKAN UNTUK MENCARI HAKEKAT SEGALA

SESUATU YANG BERSIFAT ARTI, DAN YANG ADANYA SESUATU

TERSEBUT, ADA DIBALIK ALAM INI, MAKA DISEBUT METAFISIKA

(YUNANI, “META” = BELAKANG, DAN “PHISYCA” = ALAM).

2

4. FILSAFAT YANG BEOBYEK PADA MANUSIA DISEBUT ANTHRO-PHOLOGY.

5. FILSAFAT TENTANG MANUSIA, DIPANDANG DARI SUDUT KEJIWAAN,

DISEBUT PSYCHOLOGY. PERANAN PSYCHO-LOGY TERHADAP

FILSAFAT ADALAH DAPAT MENERANGKAN PERILAKU MANUSIA.

6. FILSAFAT YANG BEROBYEK PADA MANUSIA, DAPAT DIRINCI MENJADI

BEBERAPA BAGIAN, ANTARA LAIN :

- AESTETIKA : YANG MENYELIDIKI DAN MEMPELAJARI TEN-TANG

KEINDAHAN ALAT YANG DIPAKAI YAITU SUMBER KEKUASAAN

JIWA, YAKNI RASA.

- ETIKA : MENGUPAS TINGKAH LAKU MANUSIA BERDASAR-KAN

KRITERIA NILAI “BAIK” DAN “BURUK”.

- LOGIKA : MENGUTAMAKAN AKAL SEBAGAI SUMBER KEKUASAAN

JIWA, UNTUK MENCAPAI DAN MENINGKAT-KAN REALITAS ATAU

KENYATAAN. LOGIKA MEMENTING-KAN BAGAIMANA MANUSIA

BERFIKIR TENTANG HUKUM-HUKUM (ATURAN) YANG DIGUNAKAN.

- THEOLOGI : SEMATA-MATA DITUJUKAN UNTUK MENGUPAS

MASALAH YANG BERSUMBER PADA KEKUATAN DAN KEKUASAAN

DILUAR MANUSIA, DIMANA MANUSIA BER-GANTUNG KEPADANYA.

BEBERAPA SIFAT BERFIKIR FILOSOFIS :

1. BERFILSAFAT , ADALAH BERFIKIR “ILMIAH”. SEBAB FIKIRAN-FIKIRAN

MANUSIA ITU DAPAT DIBAGI MENJADI FIKIRAN ILMIAH DAN FIKIRAN

TIDAK ILMIHAH. TETAPI KESEMUANYA CARA BERFIKIR ITU TIDAK

KURANG PENTINGNYA DARI CARA-CARA BERFIKIR ILMIAH.

2. BERFIKIR (Prof. MULDER) KEMAMPUAN SESEORANG SECARA SEHAT,

UNTUK MEMBEDAKAN HAL-HAL YANG BERBEDA DAN MENYAMAKAN

HAL-HAL YANG SAMA. JADI, BERFIKIR ADALAH SUATU KEMAMPUAN

YANG SANGAT PENTING BAGI MANUSIA.

CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS :

1. SKEMATIS KONSEPSIONAL , ADALAH PERENUNGAN-PERE-NUNGAN

YANG DIDASARKAN ATAS BAGAN-BAGAN YANG KONSEPSIONAL.

KEMUDIAN, KITA BERUSAHA MENYEDER-HANAKAN BAHAN-BAHAN

PEMIKIRAN TERSEBUT, DAN MEM-BUATNYA DALAM BENTUK BAGAN

UNTUK MEMUDAHKAN MENARIK KESIMPULAN. BAGAN-BAGAN ITU

BERUPA PENGERTIAN UMUM ATAU BERUPA KONSEP-KONSEP YANG

TELAH TERATUR DAN RAPI DENGAN URUTAN RASIONAL YANG DAPAT

MEMBERIKAN ARAH PEMIKIRAN, SEHINGGA HASILNYA MUDAH

3

DIMENGERTI DAN DIFAHAMI, BERDASARKAN HUKUM-HUKUM

PEMIKIRAN YANG SEDERHANA, YANG BERKAITAN, MUDAH DITANGKAP

DAN MUDAH DIFAHAMI.

2. INTERVLASI DIANTARA JAWABAN-JAWABAN , MAKSUDNYA: DALAM

PROSES BERPIKIR UNTUK MENCARI SEBUAH JAWABAN YANG TEPAT,

SESEORANG HARUS MENINJAU DARI BEBERAPA SEGI, DENGAN

ALASAN; (a) SETIAP PERSOALAN PASTI ADA SANGKUT PAUTNYA

DENGAN PERSOALAN LAIN, (b) FAKTOR YANG KITA HADAPI MEMPUNYAI

KAITAN DENGAN FAKTOR-FAKTOR LAIN.

3. PEMIKIRAN FILOSOFIS ITU BERSIFAT KOHEREN , MAKSUDNYA: (a)

HUBUNGAN ANTARA KEDUA BELAH PIHAK TIDAK BOLEH ADA YANG

KONTRADIKTIF. (b) DALAM PEMIKIRAN FILOSOFIS KITA BERUSAHA

MENCARI KEBENARAN. SEDANGKAN TIDAK MUNGKIN ADA DUA

PERSOALAN YANG SAMA-SAMA BENAR.

4. FILSAFAT ADALAH SEBAGAI PEMIKIRAN YANG RASIONAL, ARTINYA, (a)

BERFIKIR SECARA FILOSOFIS HARUS LOGIS, SEHINGGA MEMUDAHKAN

DALAM MENYUSUN PREMIS DAN MENGAMBIL KESIMPULAN. (b) SISTEM

ITU TIDAK HANYA BERSIFAT RASIONAL, TETAPI JUGA DENGAN

PEMBUKTIAN SECARA LOGIS.

5. FILSAFAT ITU BERSIFAT KOMPREHENSIF, (a) PERENUNGAN

KEFILSAFATAN BERUSAHA UNTUK MENYUSUN SUATU BAGAN

KONSEPSIONAL YANG MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMAHAMI DUNIA

DIMANA KITA HIDUP DAN MEMAHAMI DIRI KITA SENDIRI (b) UNTUK

MENDAPATKAN PENJELASAN MENGENAI ILMU PENGETAHUAN ITU

SENDIRI, (c) FILSAFAT MENCARI KEBENARAN TENTANG SEGALA

SESUATU, YANG DIWUJUDKAN DALAM BENTUK YANG PALING UMUM

SEHINGGA BERSIFAT KOMPREHENSIF.

TUGAS FILSAFAT :

UNTUK MENGARTIKAN SISTEMATIKA DARI SEGALA HAL DAN

MENUNJUKKAN, BAHWA MASIH ADA APA YANG DISEBUT “GROUND PLAN”.

FUNGSI FILSAFAT :

1. FILSAFAT , BERFUNGSI UNTUK MEMPERLUAS PANDANGAN, CKRAWALA

(HORISON) DARI SETIAP MANUSIA UNTUK BERFIKIR.

2. FILSFAT , ADALAH ILMU-ILMU YANG TIDAK TERPISAH DENGAN ILMU-

ILMU YANG LAIN.

4

3. FILSAFAT , MERUMUSKAN PERTANYAAN PADA JAWABAN TER-HADAP

SEMUA PERSOALAN YANG DIALAMI MANUSIA.

DARI RUMUSAN DIATAS, MENURUT (Prof. VAN PETERSEN) FUNGSI

FILSAFAT DIRUMUSKAN MENJADI :

1. MEMBERIKAN KESADARAN DAN PENGETAHUAN KEPADA MANUSIA

TENTANG KENYATAAN.

2. MEMBERIKAN PEDOMAN HIDUP MANUSIA

3. MEMBERIKAN PEDOMAN KEPADA KITA UNTUK BERFIKIR DALAM USAHA

MEMPEROLEH DAN MENGEMBANGKAN PENGE-TAHUAN, MELIPUTI

AKAL, RASA DAN KEHENDAK.

4. MENGENAI KEHENDAK, FILSAFAT JUGA MEMBERIKAN PEDO-MAN UNTUK

MEMBERIKAN PENILAIAN “BAIK” DAN “BURUK”.

PENTINGNYA FILSAFAT :

MENURUT Prof. NOTONAGORO, KEBERADAAN FILSAFAT SANGAT PENTING

TERUTAMA UNTUK MENDIDIK KEHIDUPAN MANUSIA, YANG PADA

UMUMNYA MELIPUTI :

1. MEMUNGKINKAN PERKEMBANGAN AKAL, MEMILIKI KECER-DASAN

BERFIKIR SEHINGGA MEMILIKI CARA BERFIKIR YANG TERATUR DAN

ILMIAH, KEMAMPUAN UNTUK MENDAPATKAN KENYATAAN DAN

KEBENARAN, MEMILIKI PENGERTIAN DAN KESADARAN TENTANG

KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN DALAM HIDUP KEMANUSIAAN.

2. MENGGUGAH PENGERTIAN DAN PENJELMAAN DALAM KEDUDUKAN

MANUSIA, DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SEGALA SESUATU DILUAR

DIRINYA SENDIRI, YAITU SESAMA MANUSIA, BENDA MATI & HIDUP,

KETUHANAN, DENGAN DIHADAPKAN BERBAGAI PERSOALAN BAIK

DALAM DIRI MAUPUN DILUAR DIRINYA.

3. MENGGUGAH PENGERTIAN SERTA KESADARAN TENTANG ADANYA

PEMIKIRAN MANUSIA TERHADAP MASALAH KEMANU-SIAAN SEPANJANG

MASA, YANG TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI, DENGAN HASIL-HASIL

YANG BANYAK JUMLAHNYA, DAN BAHKAN MUNGKIN BERTENTANGAN

SATU SAMA LAIN. TETAPI BILA TERCAKUP DALAM SATU KESATUAN

YANG BULAT AKAN MEMUNGKINKAN DIMILIKI FILSAFAT HIDUP.

4. MEMUNGKINKAN SESEORANG MENJADI BIJAKSANA YANG MEMILIKI DAN

MENGAMALKAN HIDUP, PEGANGAN HIDUP, SIKAP HIDUP DAN CARA

HIDUP UNTUK MENCARI KEBAHA-GIAAN DAN KEPUASAN.

5

RUANG LINGKUP FILSAFAT :

MESKIPUN DIKATAKAN BAHWA SUATU HAL APAPUN DAPAT MENIMBULKAN

PERSOALAN FILSAFATI, NAMUN KENYATAANNYA ADA BAGIAN-BAGIAN

KHUSUS DARI KEGIATAN DAN PENGA-LAMAN MANUSIA (YANG

MENYENTUH SECARA MENDALAM DAN SUNGGUH-SUNGGUH DEMI

KEPENTINGAN MANUSIA) YANG AKAN MELAHIRKAN SUATU CABANG

KHUSUS DARI FILSAFAT.

THE LIANG GIE (1977) MENYATAKAN DARI PERKEMBANGAN FILSAFAT,

TELAH DITEMUKAN SEBELAS CABANG FILSAFAT YANG TUMBUH SECARA

LUAS, YAITU :

1. FILSAFAT SENI , YAKNI PROSES PENCIPTAAN SESUATU YANG INDAH,

BERGUNA YANG DILAKUKAN OLEH BUDI PEKERTI, DENGAN BANTUAN

KEMAMPUAN JASMANI MANUSIA. HOSPERS MENGANGGAP FILSAFAT

SENI SEBAGAI BAGIAN DARI ESTETIKA, KARENA PADA PRINSIPNYA

FILSAFAT SENI TERCIPTA BERDASARKAN ASPEK ESTETIK

(KEINDAHAN).

2. FILSAFAT KEBUDAYAAN, => MANUSIA ADALAH PEMBENTUK

KEBUDAYAAN DAN SELALU HIDUP DALAM LINGKUNGAN YANG

KEBUDAYAAN. ALFRED KROEBER DAN CLYDE KLUCKHOHN

MENYATAKAN BAHWA KEBUDAYAAN TERDIRI DARI POLA-POLA YANG

NYATA MAUPUN TERSEMBUNYI, DARI DAN UNTUK PERILAKU YANG

DIPEROLEH DAN DIPINDAHKAN DENGAN SIMBOL-SIMBOL, YANG

TERJADI DARI HASIL KOMU-NIKASI dan INTERAKSI SOSIAL ANTAR

6

KELOMPOK MANUSIA (TERMASUK PERWUJUDANNYA DALAM BENTUK

BARANG-BARANG BUATAN MANUSIA). JADI INTI DARI FILSAFAT

KEBUDAYAAN GAGASAN TEKNIS TENTANG KEHIDUPAN MANUSIA

YANG TERKAIT DALAM ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI, PSIKOLOGI,

BIOLOGI, SEJARAH & EKONOMI. => MELALUI KONSEP HUMANISTIK

MENGENAI KEBUDAYAAN MELUKISKAN ADANYA MAKNA TERTENTU

YANG MEMBUAT KEHIDUPAN MENJADI BERNILAI UNTUK DITEMPUH.

3. FILSAFAT PENDIDIKAN, => DALAM ARTI YANG UMUM, DONALD

BUTLER (1951;10) MERUMUSKAN PENDIDIKAN SEBAGAI KEGIATAN

ATAU USAHA, DIMANA MANUSIA DEWASA (DALAM ARTI LUAS)

BERHUBUNGAN DENGAN MANUSIA YANG LEBIH MUDA, UNTUK

MEMBERIKAN SUMBANGAN BAGI KEMAJUAN BAGI KEHIDUPAN

MANUSIA.

4. FILSAFAT SEJARAH, => SEJARAH MENGANDUNG MAKNA GANDA,

YAITU :

a. RANGKAIAN YANG SESUNGGUHNYA DARI AKTIFITAS MANUSIA

PADA MASA LAMPAU.

b. CERITA ATAU URAIAN YANG DISUSUN OLEH AHLI SEJARAH,

TENTANG RANGKAIAN PERISTIWA ITU.

DALAM HAL INI, KEHADIRAN FILSAFAT MERUPAKAN UPAYA

METODOLOGIS UNTUK MENJAGA KEBENARAN PERISTIWA TERSEBUT

SECARA OBYEKTIF.

5. FILSAFAT BAHASA, => BAHASA MERUPAKAN SUATU SISTEM

KOMUNIKASI DENGAN SUARA, YAITU MELALUI ALAT-ALAT BICARA DAN

PENDENGARAN, DIMANA MASYARAKAT SATU DENGAN YANG LAIN,

MENGGUNAKAN SIMBOL-SIMBOL VOKAL YANG MEMILIKI ARTI

BERDASARKAN KESEPAKATAN.

6. FILSAFAT HUKUM. => HUKUM MERUPAKAN SUATU KONSEP YANG

BERMAKNA GANDA, YANG MENCAKUP MAKNA GANDA :

a. TERTIB HUKUM YANG UMUM (SOCIAL ORDER)

b. GAGASAN-GAGASAN YANG DIDICERMINKAN

c. ATURAN-ATURAN INDIVIDUAL YANG DIKELUARKAN (PRODUK

NORMA MASYARAKAT)

7. FILSAFAT BUDI, (PSIKOLOGI FILSAFATI) => FILSAFAT BUDI

DIGAMBARKAN OLEH PARA AHLI SEBAGAI CABANG FILSAFAT YANG

SECARA KHUSUS BERHUBUNGAN DENGAN SIFAT DASAR KESADARAN

MANUSIA, TERHADAP SEGALA JENIS BENDA (KEBENDAAN/MATERI)

7

MELALUI SEMUA GEJALA MENTAL YANG DIMILIKI MANUSIA.

PERSOALAN-PERSOALAN DALAM FILSAFAT BUDI, ANTARA LAIN;

a. KRITERIA MENTALITAS

b. HUBUNGAN ANTARA PIKIRAN DAN KESADARAN

c. EKSISTENSI PIKIRAN; TAK SADAR DAN BAWAH SADAR.

d. STRUKTUR PIKIRAN

e. PERMULAAN PIKIRAN

f. SIFAT DASAR DIRI

g. HUBUNGAN PIKIRAN - BADAN (MIND - BODY)

h. KEBEBASAN DARI - KEMANA

i. METODOLOGI PSIKOLOGIS

j. HUBUNGAN ANTARA PIKIRAN DAN PENGENALAN

8. FILSAFAT POLITIK . => DALAM ARTI LUAS, MENURUT WALTER

EKSTEIN (PHOLITICAL PHILOSPHY, 1962;241) POLITIK MENCAKUP

SEMUA HAL YANG BERSANGKUTAN DENGAN NEGARA, YANG

MELIPUTI; ORGANISASI INTERNAL NEGARA, STRUKTUR DAN FUNGSI

PEMERINTAH, PELAKSANAAN KONTROL TERHADAP WARGA NEGARA

DAN PEMERINTAHAN, SERTA KEGIATAN-KEGIATAN POLITIK (INDIVIDU,

KELOMPOK ATAU PARTAI DAN MASYARAKAT). JADI FILSAFAT POLITIK

MERUPAKAN CABANG FILSAFAT YANG MEMBAHAS PERSOALAN

KEHIDUPAN POLITIK SUATU NEGARA, TERUTAMA MENYANGKUT ASAL

MULA DAN NILAI NEGARA.

9. FILSAFAT AGAMA , => AGAMA MERUPAKAN GEJALA KEHIDUPAN

THEOLOGI DARI MASYARAKAT YANG LUAS DAN RUMIT, DAN ADA

BEGITU BANYAK MACAM TEORI ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI,

PSIKOLOGI, NATURALISTIK DAN RELIGIUS, TENTANG KEBERADAAN

AGAMA ITU SENDIRI, SEHINGGA TIDAK ADA DEFINISI YANG DAPAT

DITERIMA SECARA UNIVERSAL OLEH SEMUA AGAMA. ALSTON

MENYATAKAN BAHWA ADA UNIVERSALITAS DALAM AGAMA, ANTARA

LAIN :

a. PERCAYA KEPADA HAL-HAL GAIB

b. PERBEDAAN ANTARA OBYEK-OBYEK YANG SUCI YANG DUNIAWI

c. TINDAKAN-TINDAKAN RITUAL YANG DIPUSATKAN

d. KODE MORAL

e. PERASAAN-PERASAAN KEAGAMAAN

f. DO’A DAN BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

g. PANDANGAN TERHADAP KEHIDUPAN DUNIA & AKHERAT

h. KOMUNITAS (KELOMPOK) SOSIAL

8

10. FILSAFAT KEHIDUPAN SOSIAL (FILSAFAT SOSIAL) .=> DALAM ARTI

LUAS BANYAK MENCAKUP PERSOALAN-PERSOALAN DALAM FILSAFAT

POLITIK. ROBERT BECK MENGEMUKAKAN BAHWA PERSOALAN

MENDASAR DALAM FILSAFAT SOSIAL ADALAH EKSISTENSI KORELATIF

DARI MANUSIA DENGAN MASYARAKAT. SETIDAKNYA ADA 6

PERSOALAN DALAM FILSAFAT SOSIAL, YAKNI :

a. MANUSIA DAN MASYARAKAT

b. NILAI-NILAI SOSIAL DAN POLITIK

c. NEGARA, KEKUASAAN DAN WEWENANG

d. HUKUM DAN HAK

e. KEWAJIBAN POLITIK

f. CITA-CITA KEADILAN

11. FILSAFAT NILAI (TEORI NILAI) => NILAI MERUPAKAN KONSEP YANG

MEMILIKI VARIASI MAKNA. FILSAFAT NILAI MERUPAKAN SUATU

PERKEMBANGAN BELAKANGAN INI, YANG DALAM FILSAFAT SEBAGIAN

BESAR ADALAH HASIL DARI PENGERAHAN-PENGERAHAN PIKIR

MANUSIA PADA AKHIR ABAD 19 DAN 20. WALTER EVERETT

MENGGO-LONGKAN NILAI-NILAI MANUSIAWI DALAM DELAPAN

KELOMPOK, YAITU :

a. NILAI-NILAI EKONOMIS

b. NILAI-NILAI JASMANI (FISIK)

c. NILAI-NILAI HIBURAN

d. NILAI-NILAI SOSIAL

e. NILAI-NILAI WATAK (PSIKIS)

f. NILAI-NILAI ESTETIS

g. NILAI-NILAI INTELEKTUAL

h. NILAI-NILAI KEAGAMAAN

PERKEMBANGAN FILSAFAT

PERKEMBANGAN SEKARANG PROSPEK1. FILSAFAT SENI a. FILSAFAT ADMINISTRASI2. FILSAFAT KEBUDAYAAN b. FILSAFAT KERJA3. FILSAFAT PENDIDIKAN c. FILSAFAT EFISIENSI4. FILSAFAT SEJARAH d. FILSAFAT SEKS5. FILSAFAT BAHASA e. FILSAFAT SISTEM6. FILSAFAT HUKUM7. FILSAFAT BUDI8. FILSAFAT POLITIK9. FILSAFAT AGAMA10. FILSAFAT SOSIAL11. FILSAFAT NILAI

9

FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN

PENGERTIAN :

SECARA ETIMOLOGI, BATASAN TENTANG ILMU PENGETAHUAN BERASAL

DARI BAHASA LATIN “SCIRE” YANG MENJADI “SCIENTIA” YANG BERARTI

MENGETAHUI ATAU MEMPELAJARI. DALAM PERKEMBANGANNYA, MAKSUD /

GAGASAN DARI ILMU PENGETAHUAN ADALAH MELIPUTI SELURUH

SISTEMATIKA ILMU PENGETAHUAN YANG DIAKUMULASIKAN PADA

SELURUH WAKTU LAMPAU, SEKARANG DAN AKAN DATANG (PAST,

PRESENT AND FUTURE). JADI SINGKATNYA, PERUMUSAN SELANJUTNYA

OLEH SAMUEL JOHNSON (1975) DIDEFINISIKAN :

1. PENGETAHUAN

2. KEPASTIAN PADA KEGIATAN YANG MENYELURUH

3. SENI YANG DICAPAI DENGAN ATURAN

4. KONTINYU DAN BERKEMBANG

5. MERUPAKAN GRAMMER, RETORIKA, LOGIKA, ARITMATIKA, MUSIK,

GEOMETRIK, DAN ASTRONOMI.

BERNAL, DALAM PENDAPATNYA MENYATAKAN BAHWA SEJUM-LAH

PERBEDAAN PENGERTIAN TERHADAP RUMUSAN ILMU PE-NGETAHUAN,

DAPAT DIPAHAMI DARI BEBERAPA ASPEK, YAKNI :

1. AIM INSTITUTION : LEMBAGANYA

2. A METHOD : METODENYA

3. A COMMULATIVE TRADITION OF KNOWLEDGE : HIMPUNAN

PENGETAHUANNYA

4. A MAJOR FACTOR IN THE MAINTENANCE AND DEVELOPMENT OF

PRODUCT : MERUPAKAN FAKTOR YANG HIDUP DAN PENGEMBANGAN

YANG PRODUKTIF.

5. ONE OF THE MOST POWERFULL INFLUENCES MOULDING BELIEFS AND

ATTITUDES TO THE UNIVERSE AND MAN : PENGARUH KEKUATAN PADA

LEMBAGA DAN MANUSIANYA.

JAMSON DAN ELZINGA, MENJELASKAN BAHWA KEBERADAAN ILMU

PENGETAHUAN ITU BERKAITAN DENGAN :

1. LEMBAGA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BENTUK JABATAN DAN

STRUKTUR ORGANISASI.

2. SEBUAH AKTIVITAS DENGAN METODOLOGI, PENGERTIAN

KOMUNIKASI, DAN KEBERHASILAN KRITERIA.

3. PROSES TEORITIS DENGAN PERTUMBUHAN DAN TUJUAN KEDALAM

DAN KELUAR.

10

4. BAGIAN DARI PROSES KESELURUHAN MENGENAI PER-KEMBANGAN

SOSIAL DENGAN KEPENTINGAN MASYARAKAT LUAS.

NILAI DARI ILMU PENGETAHUAN :

NILAI DARI ILMU PENGETAHUAN (DEGRE) MELIPUTI :

1. RASIONAL : PERKEMBANGAN LOGIKA DAN MATEMATIKA

2. EMPIRIS : DITITIK BERATKAN PADA OBSERVASI DAN PERCOBAAN

VERIFIKASI METODOLOGI, DAN UNTUK MENJE-LASKAN PENGETAHUAN

BARU MELALUI PERCOBAAN.

3. METODE LOGIKA : KOMBINASI METODE DEDUKSI, MATE-MATIK

DENGAN PERCOBAAN PENDEKATAN-PENDEKATAN YANG EMPIRIS.

4. KEPERCAYAAN HUKUM : KEDUA-DUANYA MENYANGKUT ILMU ALAM

DAN KEMASYARAKATAN.

5. KERAGU-RAGUAN : DENGAN MENUNJUKKAN KEKUASAAN DAN

TRADISIONAL.

6. PRAGMATIS : KEGUNAAN PENGETAHUAN UNTUK KONTROL.

7. KETETAPAN DUNIAWI : BAGIAN DARI ILMU PENGETAHUAN,

PENGEMBANGAN BENTUK SISTEMATIS, DEDUKSI DAN TIDAK

MENUNTUT PENYAJIAN PENGETAHUAN YANG DIBENTUK.

8. PERSEORANGAN : ADANYA KEPERCAYAAN PADA ALASAN, PEMIKIRAN

DAN PENGALAMAN DARI AHLI ILMU PENGETAHUAN, POLITIK ATAU

AGAMA YANG DIPATUHI.

NILAI DARI ILMU PENGETAHUAN :

- IDE YG ABSTRAKOBYEK MENTAL - PHISIK

(A). - ORGANISASI HIDUPMACAM-MACAM OBYEK

- MENTALOBYEK FOMAL - AKTIFITAS SOSIAL

- PROSES

1. DESCRIPTION (GAMBARAN)(B). 2. PRESCRIPTION (INDIKASI)BENTUK STATEMEN

3. PATTERN EXPOSITION (POLA)4. HISTORICAL CONSTRUCTION (BERULANG)

1. PRINCIPLE(C)BENTUK BAGIAN 2. LAW

3. HISTORICAL

11

- INSTITUSIONAL- GENERALITY

(D). - RATIONALPEDOMAN

- VERIFIABILITY- OBYEKTIVE- COMMUNITY

PENALARAN

PENALARAN MERUPAKAN SUATU PROSES BERPIKIR DALAM MENARIK SUATU KESIMPULAN YANG BERUPA PENGE-TAHUAN => PADA DASARNYA MANUSIA MERIPAKAN MAHLUK YANG BERPIKIR, MERASA, BERSIKAP DAN BER-TINDAK. SIKAP DAN TINDAKANNYA BERSUMBER PADA PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH DARI KEGIATAN MERASA DAN BERPIKIR. PENALARAN MENGHASILKAN PENGETAHUAN YANG DIKAITKAN DENGAN KEGIATAN BERPIKIR, DAN BUKAN PERASAAN. => NAMUN DEMIKIAN PERLU DISADARI, BAHWA TIDAK SEMUA KEGIATAN BERPIKIR MENYANDARKAN DIRI PADA PENALARAN.JADI, PENALARAN MERUPAKAN KEGIATAN BERPIKIR YANG MEMPUNYAI KARAKTERISTIK TERTENTU DALAM MENEMU-KAN KEBENARAN.

SEMENTARA ITU, BERPIKIR MERUPAKAN KEGIATAN UNTUK MENEMUKAN PENGETAHUAN YANG BENAR. => APA YANG DISEBUT BENAR BAGI SETIAP ORANG TIDAKLAH SAMA. KARENA ITU, PROSES BERPIKIR UNTUK MENGHASILKAN PENGETAHUAN YANG BENAR, BAGI TIAP-TIAP ORANG TENTULAH BERBEDA. => KARENA MASING-MASING JALAN PIKIRAN MEMILIKI KRITERIA KEBENARAN YANG BERBEDA PULA. DENGAN DEMIKIAN, PADA AKHIRNYA PENALARAN MERU-PAKAN SUATU PROSES PENEMUAN KEBENARAN, DIMANA TIAP JENIS PENALARAN MEMPUNYAI KRITERIA KEBE-NARANNYA MASING-MASING.

PENALARAN MEMILIKI CIRI-CIRI :1. LOGIKA, YAKNI CARA BERPIKIR YANG SECARA LUAS. DALAM HAL INI

DAPAT DIKATAKAN BAHWA TIAP BENTUK PENALARAN MEMILIKI LOGIKANYA SENDIRI. ATAU DENGAN KATA LAIN, PENALARAN DAPAT DIKATAKAN BERPIKIR LOGIS, DALAM MANA BERPIKIR LOGIS DISINI HARUS DIARTIKAN MENURUT POLA TERTENTU ATAU MENURUT LOGIKA TERTENTU

2. PROSES BERPIKIR ANALITIK, => ARTINYA, PENALARAN MERUPAKAN SUATU KEGIATAN BERPIKIR YANG MENYANDARKAN DIRI PADA SUATU ANALISIS DAN KERANGKA BERPIKIR DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA ILMIAH. SIFAT ANALITIK INI, KALAU DIKAJI LEBIH JAUH, MERUPAKAN KONSEKUENSI DARI ADANYA SUATU POLA BERPIKIR TERTENTU. TANPA ADANYA POLA BERPIKIR TERSEBUT, MAKA TIDAK AKAN ADA KEGIATAN ANALISIS, SEBAB PADA HAKEKATNYA ANALISIS MERUPAKAN SUATU KEGIATAN BERPIKIR BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH TERTENTU.

SEBAGAIMANA YANG TELAH DISEBUTKAN TERDAHULU, BAHWA TIDAK SEMUA KEGIATAN BERPIKIR MENDASARKAN DIRI PADA PENALARAN, MAKA BERDASARKAN KRITERIA TERSEBUT DIATAS, DAPAT KITA KATAKAN BAHWA TIDAK SEMUA KEGIATAN BERPIKIR BERSIFAT LOGIS DAN ANALITIS. DENGAN DEMIKIAN KITA DAPAT MEMBEDAKAN SECARA GARIS BESAR, TENTANG CIRI-CIRI BERPIKIR MENURUT PENALARAN DAN BERPIKIR YANG BERDASAR-KAN BUKAN PENALARAN.SALAH SATU CIRI TERSEBUT ADALAH PERASAAN. DIMANA PERASAAN MERUPAKAN SUATU USAHA PENARIKAN KESIMPULAN YANG TIDAK DIDASARKAN PADA PENALARAN. DISAMPING ITU, JUGA MASIH ADA INTUISI,

12

DIMANA INTUISI MERUPAKAN SUATU KEGIATAN BERPIKIR NON-ANALITIK YANG JUGA TIDAK MENDASARKAN PADA SUATU POLA BERPIKIR TERTENTU.

URAIAN DIATAS MERUPAKAN SUATU DESKRIPSI TENTANG BAGAIMANA MANUSIA BERUSAHA MENCARI KEBENARAN. DITINJAU DARI HAKIKAT USAHANYA, MAKA DALAM MENE-MUKAN KEBENARAN, KITA DAPAT MEMBEDAKAN DUA JENIS PENGETAHUAN. YANG PERTAMA, ADALAH PENGETAHUAN YANG DIDAPATKAN DARI HASIL USAHA AKTIF MANUSIA, BAIK MELALUI PENALARAN, PERASAAN MAUPUN INTUISI. SEDANGKAN DIPIHAK LAIN, TERDAPAT BENTUK PENGE-TAHUAN YANG DIPEROLEH BERDASARKAN BUKAN KEGIATAN AKTIF MANUSIA, YAKNI PENGETAHUAN DIBERIKAN ATAU DITAWARKAN, MISALNYA WAHYU YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA.

DALAM KONTEKS INI, KITA BELUM BERBICARA TENTANG MATERI DAN SUMBER PENGETAHUAN TERSEBUT, SEBAB SEPERTI KITA KATAKAN TERDAHULU, PENALARAN HANYA MERUPAKAN CARA BERPIKIR TERTENTU. UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN ANALISIS MAKA KEGIATAN PENA-LARAN TERSEBUT HARUS DIISI DENGAN MATERI PENGE-TAHUAN YANG BERASAL DARI SUATU SUMBER KEBE-NARAN. PENGETAHUAN YANG DIPERGUNAKAN DALAM PENALARAN PADA DASARNYA BERSUMBER PADA RASIO ATAU FAKTA. MEREKA YANG BERPENDAPAT BAHWA RASIO ADALAH SUMBER KEBENARAN MENGEMBANGKAN PAHAM YANG KEMUDIAN DISEBUT SEBAGAI RASIONALISME. SEDANGKAN MEREKA YANG MENYATAKAN BAHWA FAKTA YANG TERTANGKAP LEWAT PENGALAMAN MANUSIA MERUPAKAN SUMBER KEBENARAN MENGEMBANGKAN PAHAM EMPIRISME.PENALARAN YANG AKAN DIKAJI DALAM STUDI INI PADA POKOKNYA ADALAH PENALARAN ILMIAH, SEBAB USAHA KITA DALAM MENGEMBANGKAN KEKUATAN PENALARAN MERUPAKAN BAGIAN DARI USAHA UNTUK MENINGKATKAN MUTU ILMU DAN TEKNOLOGI. PENALARAN ILMIAH PADA HAKIKATNYAMERUPAKAN GABUNGAN DARI PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF, DIMANA LEBIH LANJUT PENALARAN DEDUKTIF TERKAIT DENGAN RASIONALISME, DAN PENALARAN INDUKTIF DENGAN EMPIRISME. OLEH SEBAB ITU MAKA DALAM RANGKA MENGKAJI PENALARAN ILMIAH KITA TERLEBIH DAHULU HARUS MENELAAH DENGAN SEKSAMA PENALARAN DEDUKTIF DAN IDUKTIF TERSEBUT. SETELAH ITU AKAN DITELAAH BERMACAM-MACAM SUMBER PENGETAHUAN YANG ADA YAKNI RASIO, PENGALAMAN, INTUISI, DAN WAHYU. PENGETAHUAN MENGENAI HAKIKAT HAL-HAL TERSEBUT MEMUNGKINKAN KITA UNTUK MENELAAH HAKIKAT ILMU DENGAN SEKSAMA.

LOGIKA

SEBAGAIMANA URAIAN DIMUKA, BAHWA PENALARAN MEMBUAHKAN PENGETAHUAN => AGAR PENGETAHUAN YANG DIHASILKAN PENALARAN ITU MEMILIKI DASAR KEBENARAN, MAKA PROSES BERPIKIR TERSEBUT HARUS DIDASARKAN PADA SUATU CARA TERTENTU. SUATU PENARIKAN KESIMPULAN BARU AKAN DIANGGAP SAHIH/VALID, APABILA DILAKUKAN MENURUT CARA TERTENTU TERSEBUT. CARA PENARIKAN KESIMPULAN INI DISEBUT LOGIKA, DIMANA SECARA LUAS, LOGIKA DIARTIKAN SEBAGAI “PENGKAJIAN UNTUK BERPIKIR SECARA SAHIH” (WILLIAM S. SAHAKIAN, 1965;3).SECARA GARIS BESAR, LOGIKA DIBAGI MENJADI DUA, YAKNI LOGIKA INDUKTIF DAN LOGIKA DEDUKTIF. LOGIKA INDUKTIF ERAT HUBUNGANNYA DENGAN PENARIKAN KESIMPULAN DARI KASUS-KASUS INDIVIDUAL NYATA, MENJADI KESIMPULAN YANG BERSIFAT UMUM. PENALARAN SECARA INDUKTIF DIMULAI DENGAN MENGEMUKAKAN PERNYATAAN-PERNYATAAN

13

YANG MEMPUNYAI RUANG LINGKUP YANG KHAS DAN TERBATAS DALAM MENYUSUN ARGUMENTASI, YANG DIAKHIRI DENGAN PERNYATAAN YANG BERSIFAT UMUM. CONTOH :KITA MENGETAHUI BAHWA KAMBING MEMPUNYAI MATA, GAJAH JUGA MEMILIKI MATA, DEMIKIAN PULA DENGAN SINGA, KUCING, AYAM DAN BINATANG LAINNYA. DARI KENYATAAN INI, KITA DAPAT MENGAMBIL KESIMPULAN YANG BERSIFAT UMUM, BAHWA SEMUA BINATANG MEMPUNYAI MATA.

SEDANGKAN DIPIHAK LAIN, LOGIKA DEDUKTIF AKAN MEMBANTU KITA DALAM MENARIK KESIMPULAN DARI YANG BERSIFAT UMUM KE MENJADI KASUS YANG BERSIFAT INDIVIDUAL (KHUSUS). PENARIKAN KESIMPULAN SECARA DEDUKTIF, BIASANYA MENGGUNAKAN POLA PIKIR YANG DINAMAKAN SILOGISMUS. SILOGISMUS DISUSUN DARI DUA BUAH PERNYATAAN DAN SEBUAH KESIMPULAN. PERNYA-TAAN YANG MENDUKUNG SILOGISMUS DISEBUT PREMIS, YANG KEMUDIAN DAPAT DIBEDAKAN MENJADI PREMIS MAYOR DAN PREMIS MINOR. SEDANGKAN KESIMPULAN MERUPAKAN PENGETAHUAN YANG DIDAPAT DARI PENALARAN DEDUKTIF BERDASARKAN KEDUA PREMIS TERSEBUT.

SEMUA MANUSIA MEMPUNYAI MATA (PREMIS MAYOR)SI POLAN ADALAH MANUSIA (PREMIS MINOR)JADI SI POLAN MEMPUNYAI MATA (KESIMPULAN)

SEKIRANYA KEDUA PREMIS YANG MENDUKUNGNYA ADALAH BENAR, MAKA DAPAT DIPASTIKAN KESIMPILAN YANG DITARIK JUGA BENAR. JIKA KESIMPULAN YANG DIAMBIL SALAH, DIMUNGKINKAN KARENA CARA PENARIKAN KESIMPULANNYA TIDAK SAH.DENGAN DEMIKIAN, MAKA KETEPATAN PENARIKAN KESIMPULAN TERGANTUNG DARI TIGA HAL, YAKNI; KEBE-NARAN PREMIS MAYOR, KEBENARAN PREMIS MINOR DAN KEABSAHAN PENARIKAN KESIMPULAN. APABILA SALAH SATU DARI KETIGA HAL TERSEBUT SALAH, MAKA KESIMPULAN YANG DIPEROLEHPUN AKAN SALAH.

GAMBAR 8.

SUMBER PENGETAHUAN

“DE OMNIBUS DUBITANDUM”, DEMIKIAN KATA RENE DESCRATES, YANG BERARTI SEGALA SESUATU HARUS DI RAGUKAN. JIKA SEGALANYA TELAH DIBUKTIKAN, MAKA KEBENARAN ADALAH PERNYATAAN TANPA RAGU.

BAIK LOGIKA DEDUKTIF MAUPUN INDUKTIF, DALAM PROSES PENALARANNYA MEMPERGUNAKAN PREMIS-PREMIS YANG BERUPA PENGETAHUAN YANG DIANGGAP BENAR. KENYATAAN INI MEMBAWA KITA PADA PERTANYAAN; “BAGAIMANAKAH CARANYA KITA MENDAPATKAN PENGE-TAHUAN YANG BENAR ?”

PADA DASARNYA TERDAPAT DUA CARA, YAKNI MENG-GUNAKAN RASIO DAN EMPIRISME. KAUM RASIONALIS MENGEMBANGKAN PAHAM APA YANG KITA KENAL DENGAN RASIONALISME.

KAUM RASIONALIS MENGGUNAKAN METODE DEDUKTIF DALAM MENYUSUN PENGETAHUANNYA. PREMIS YANG DIPAKAI DALAM PENALARANNYA DIDAPATKAN DARI IDE YANG MENURUT ANGGAPANNYA JELAS DAN DAPAT DITERIMA. IDE INI MENURUT MEREKA BUKANLAH CIPTAAN PIKIRAN

14

MANUSIA. PRINSIP INIPUN SUDAH ADA JAUH SEBELUM MANUSIA MEMIKIRKANNYA. PAHAM INI JUGA DIKENAL DENGAN IDEALISME. FUNGSI PIKIRAN MANUSIA HANYALAH MENGENALI PRINSIP-PRINSIP TERSEBUT, YANG LALU MENJADI PENGETAHUANNYA.

PARA PENGANUT IDEALISME MENGATAKAN BAHWA PENGA-LAMAN TIDAKLAH MEMBUAHKAN PRINSIP, TETAPI MALAH SEBALIKNYA. HANYA DENGAN MENGETAHUI PRINSIP YANG DIPEROLEH MELALUI PENALARAN RASIONAL, KITA DAPAT MENGETAHUI KEJADIAN-KEJADIAN YANG BERLAKU DI ALAM SEKITAR KITA.

MASALAH UTAMA YANG TIMBUL DARI CARA BERPIKIR INI ADALAH MENGENAI KRITERIA UNTUK MEMPEROLEH KEBENARAN DARI SATU ORANG DENGAN YANG LAIN, CEN-DERUNG BERBEDA. MUNGKIN SAJA BAGI SI A BERSIFAT JELAS DAN DAPAT DIPERCAYA, TETAPI TIDAK BAGI SI B KARENA ADANYA PRINSIP YANG BERBEDA.

SEDANGKAN DILAIN PIHAK, MEREKA YANG MENDASARKAN DIRI PADA PENGALAMAN, MENGEMBANGKAN PAHAM YANG DISEBUT DENGAN EMPIRISME. KAUM EMPIRISME BERPENDAPAT BAHWA PENGETAHUAN MANUSIA ITU, TIDAKLAH DIPEROLEH BERDASARKAN RASIONALITAS YANG ABSTRAK TETAPI MELALUI PENGALAMAN YANG KONGKRET (REALISTIS). GEJALA-GEJALA ALAMIAH MENURUT ANGGAPAN KAUM EMPIRIS ADALAH BERSIFAT KONGKRET DAN DAPAT DINYATAKAN MELALUI PENANGKAPAN PANCA INDRA MANUSIA. GEJALA-GEJALA TERSEBUT, KALAU DITELAAH LEBIH LANJUT, MEMILIKI KARAKTERISTIK TER-TENTU. UMPAMANYA; 1. “SUATU BENDA PADAT KALAU DIPANASKAN AKAN MEMANJANG”, 2. “LANGIT MENDUNG AKAN DIIKUTI DENGAN HUJAN”, DAN SEBAGAINYA.

DEMIKIANLAH SETERUSNYA, DIMANA PENGAMATAN KITA AKAN MEMBUAHKAN PENGETAHUAN MENGENAI GEJALA YANG MENGIKUTI POLA-POLA TERTENTU. DISAMPING ITU, KITA AKAN MELIHAT ADANYA KARAKTERISTIK LAIN, YAKNI ADANYA KESAMAAN DAN PENGULANGAN, MISALNYA, BERMACAM-MACAM LOGAM KALAU DIPANASKAN AKAN MEMANJANG (MEMUAI). HAL INI MEMUNGKINKAN KITA UNTUK MELAKUKAN SUATU GENERALISASI DARI BERBAGAI KASUS YANG TERJADI. DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDUKTIF, MAKA DAPAT DI SUSUN PENGETAHUAN YANG BERLAKU SECARA UMUM MELALUI PENGAMATAN TERHADAP GEJALA-GEJALA FISIK YANG BERSIFAT INDIVIDUAL.

MASALAH UTAMA YANG TIMBUL DALAM PENYUSUNAN PENGE-TAHUAN SECARA EMPIRIS, ADALAH BAHWA PENGETAHUAN YANG DIKUMPULKAN TERSEBUT, CENDERUNG UNTUK MENJADI SEKUMPULAN FAKTA-FAKTA. KUMPULAN TERSEBUT BELUM TENTU BERSIFAT KONSISTEN DAN MUNGKIN SAJA TERDAPAT HAL-HAL YANG BERSIFAT KONTRADIKTIF.

HAROLD LARABEE, (RELIABLE KNOWLEDGE, 1964) MENYATAKAN “SUATU KUM-PULAN FAKTA, ATAU KAITAN ANTARA BERBAGAI FAKTA, BELUM MENJAMIN TERWUJUDNYA SUATU SISTEM PENGETAHUAN YANG SISTEMATIS, KECUALI KALAU DIA HANYA SEORANG KOLEKTOR BARANG SERBANEKA”.

LEBIH LANJUT, ALBERT EINSTEIN (PHYSIC AND REALITY, JOURNAL OF FRANKLIN INSTITUTE, 1936; 348-389) MENGINGATKAN BAHWA TAK TERDAPAT METODE INDUKTIF YANG MEMUNGKINKAN BERKEMBANGNYA KONSEP DASAR SUATU ILMU.

15

MASALAH YANG KEDUA ADALAH MENGENAI HAKIKAT PENGA-LAMAN YANG MERUPAKAN CARA DALAM MENEMUKAN PENGETAHUAN DAN PANCA INDERA SEBAGAI ALAT PENANGKAPNYA. PERTANYAANNYA ADALAH; APAKAH SEBE-NARNYA YANG DINAMAKAN PENGALAMAN ? APAKAH HAL INI MERUPAKAN STIMULUS PANCA INDERA ? ATAUKAH PERSEPSI ? ATAUKAH SENSASI ? SEJAUH MANAKAH KITA DAPAT MENGANDALKAN AKURASI DAN KONSISTENSI PANCA INDERA TERSEBUT ?

TERNYATA KAUM EMPIRIS TIDAK DAPAT MEMBERIKAN JAWABAN YANG MEYAKINKAN MENGENAI HAKIKAT PENGALAMAN ITU SENDIRI. SEDANGKAN KEKURANGAN (KELEMAHAN) PANCA INDERA ITU SENDIRI, BUKANLAH HAL YANG BARU BAGI KITA. MAKSUDNYA; KEMAMPUAN PANCA INDERA MANUSIA SANGAT TERBATAS, DAN YANG LEBIH PENTING, PANCA INDERA MANUSIA DAPAT MELAKUKAN KESALAHAN. MISALNYA; BAGAIMANA TONGKAT LURUS YANG SEBAGIAN TERENDAM AIR, AKAN KELI-HATAN MENJADI BENGKOK ? HARUSKAH KITA DAPAT MENGGU-NAKAN HAL SEMACAM INI UNTUK MEMBUAT KONSEP DASAR DALAM MENYUSUN PENGETAHUAN ?

DISAMPING RASIONALISME DAN EMPIRISME, MASIH TERDAPAT CARA LAIN UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN, YAKNI INTUISI DAN WAHYU. SAMPAI SEJAUH INI, PENGETAHUAN YANG DIDAPATKAN SECARA RASIONAL DAN EMPIRIS, KEDUANYA MERUPAKAN INDUK PRODUK DARI SEBUAH RANGKAIAN PENALARAN.INTUISI MERUPAKAN PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH TANPA MELALUI PROSES PENALARAN TERTENTU. INTUISI BERSIFAT PERSONAL DAN TAK DAPAT DIPREDIKSI. OLEH KARENA ITU TIDAK DAPAT DIANDALKAN UNTUK MENYUSUN PENGETAHUAN SECARA TERATUR DAN SUSTAINABLE. NAMUN BISA JADI, PENGETAHUAN INTUITIF DAPAT DIPERGUNAKAN SEBAGAI HIPOTESIS BAGI ANALISIS SELANJUTNYA DALAM MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA KEBENARAN YANG DIKEMUKAKAN. SINGKATNYA, KEGIATAN INTUITIF DAN ANALITIK DAPAT SALING BEKERJASAMA (SALING MEMBANTU) DALAM MENEMUKAN KEBENARAN. BAGI MASLOW (DALAM STANLEY M. HONER DAN THOMAS C. HUNT, 1968;72) INTUISI MERUPAKAN PENGALAMAN PUNCAK (PEAK EXPERIENCE) SEDANGKAN BAGI NIETZCHE (DALAM GEORGE F. KNELLER, 1969;10) MERUPAKAN INTELEGENSI YANG PALING TINGGI.

SEDANGKAN WAHYU MERUPAKAN PENGETAHUAN YANG DIBERIKAN OLEH TUHAN KEPADA MANUSIA. PENGETAHUAN INI YANG DISALURKAN MELALUI NABI-NABI YANG DIUTUSNYA SEPANJANG JAMAN. AGAMA MERUPAKAN PENGETAHUAN, BUKAN SAJA MENGENAI KEHIDUPAN JAMAN SEKARANG YANG TERJANGKAU OLEH PENGALAMAN, NAMUN MENCAKUP MASALAH-MASALAH YANG BERSIFAT TRANSENDENTAL, SEPERTI LATAR BELAKANG PENCIPTAAN MANUSIA DAN KONSEP TENTANG KEHI-DUPAN SETELAH MATI.

PENGETAHUAN INI DIDASARKAN KEPADA KEPERCAYAAN AKAN HAL-HAL YANG GAIB (SUPRA NATURAL). KEPERCAYAAN KEPADA TUHAN YANG MERUPAKAN SUMBER PENGETAHUAN, KEPER-CAYAAN KEPADA NABI SEBAGAI PERANTARA, DAN KEPERCAYAAN TERHADAP WAHYU SEBAGAI CARA PENYAMPAIAN, MERUPAKAN DASAR DARI PENYUSUNAN PENGETAHUAN INI. KEPERCAYAAN MERUPAKAN TITIK TOLAK DALAM AGAMA.

16

SUATU PERNYATAAN HARUS DIPERCAYA DULU UNTUK DAPAT DI TERIMA. PERNYATAAN INI, DAPAT SAJA SELANJUTNYA DIKAJI DENGAN METODE LAIN. MISALANYA, DAPAT DIKAJI SECARA RASIONAL, APAKAH PERNYATAAN-PERNYATAAN YANG TER-KANDUNG DIDALAMNYA BERSIFAT KONSISTEN ATAU TIDAK. DI PIHAK LAIN, SECARA EMPIRIS DAPAT DIKUMPULKAN FAKTA-FAKTA YANG MENDUKUNG PERNYATAAN TERSEBUT ATAU TIDAK.

SINGKATNYA, AGAMA DIMULAI DENGAN RASA PERCAYA, YANG KEMUDIAN MELALUI BERBAGAI PENGKAJIAN, KEPERCAYAAN ITU DAPAT MENINGKAT ATAUPUN MENURUN.

SEDANGKAN ILMU PENGETAHUAN BERTITIK TOLAK SEBALIKNYA. SUATU ILMU DIMULAI DENGAN RASA TIDAK PERCAYA, DAN SETELAH MELALUI PROSES PENGKAJIAN ILMIAH, KITA DAPAT DI-YAKINKAN ATAUPUN TETAP PADA PENDIRIAN SEMULA.

KRITERIA KEBENARAN

“TEORI KOHERENSI”, JIKA PERNYATAAN DAN KESIMPULAN YANG DITARIK, MEMILIKI KONSISTENSI DENGAN YANG TER-DAHULU, YANG TELAH DIANGGAP BENAR. MATEMATIKA ADALAH BENTUK PENGETAHUAN YANG PENYUSUNANNYA DILAKUKAN PEMBUKTIAN BERDASAR-KAN TEORI KOHEREN. SISTEM MATEMATIKA DISUSUN ATAS BEBERAPA DASAR PERNYATAAN YANG DIANGGAP BENAR, YAKNI AKSIOMA. KEMUDIAN DENGAN MENGGUNAKAN AKSIOMA, MAKA DISUSUN SUATU TEOREMA. DIATAS TEOREMA DIKEMBANGKANLAH KAIDAH-KAIDAH MATE-MATIKA, YANG SECARA KESELURUHAN MERUPAKAN SUATU YANG KONSISTEN (PLATO, 427 - 347 SM) DAN (ARISTOTELES, 384-322 SM).

“TEORI KORESPONDENSI”, SEBAGAIMANA DINYATAKAN OLEH BERTRAND RUSSEL (1872-1970) SUATU PERNYATAAN ADALAH BENAR, JIKA MATERI PENGETAHUAN YANG DIKANDUNG PERNYATAAN ITU MEMILIKI KORESPONDEN (BERHUBUNGAN) DENGAN OBYEK YANG DITUJU. MISAL ; SEKIRANYA PARSON MENYATAKAN MENYATAKAN BAHWA “SISTEM SOSIAL ITU IBARAT ANATOMI TUBUH MANUSIA”, BENARLAH ADANYA, KARENA OBYEK YANG DIINGINKAN MEMANG DEMIKIAN. JUGA KETIKA CARL F. HEGEL (PENGANUT ALIRAN INDIVIDUALISME) MENJELASKAN “SAYA SADAR, MAKA SAYA ADA”, ARTINYA, KESADARAN INDIVIDU AKAN MENENTUKAN EKSISTENSI KELOMPOK

KEDUA TEORI KEBENARAN INI DIPERGUNAKAN DALAM CARA BERPIKIR ILMIAH. PENALARAN TEORITIS YANG DIDASARKAN PADA LOGIKA DEDUKTIF, JELAS MEMPER-GUNAKAN TEORI KOHERENSI.

(GAMBAR 10)

“TEORI PRAGMATIS”, DIKEMBANGKAN OLEH CHARLES S. PIERCE (1839-1914). TEORI PRAGMATIS INI LEBIH DIKENAL DENGAN FILSAFAT AMERIKA, KARENA BANYAK DIKEM-BANGKAN OLEH AHLI FILSAFAT AMERIKA, SEPERTI WILLIAM JAMES (1842-1931), JOHN DEWEY (1859-1952), GEORGE HERBERT MEAD (1863-1931). KAUM PRAGMATISME MENYA-TAKAN BAHWA SUATU KEBENARAN AKAN DIPEROLEH JIKA DILAKUKAN MELALUI PROSES PEMBUKTIAN SECARA EMPIRIS MELALUI PENGUMPULAN FAKTA-FAKTA YANG DAPAT MENDUKUNG PERNYATAAN TERTENTU. BAGI SEORANG PRAGMATIS, MAKA SUATU PERNYATAAN DIUKUR DENGAN KRITERIA; APAKAH PERNYATAAN TERSEBUT BERSIFAT FUNGSIONAL DALAM KEHIDUPAN PRAKTIS. ARTINYA, SUATU PERNYATAAN AKAN DIANGGAP

17

BENAR, JIKA KONSEKUENSI DARI PERNYATAAN TERSEBUT MEMI-LIKI KEGUNAAN PRAKTIS DALAM KEHIDUPAN MANUSIA.CONTOH :JIKA SEORANG MENGEMUKAKAN “TEORI X” DALAM DUNIA PENDIDIKAN, DAN DENGAN TEORI TERSEBUT DAPAT DI-KEMBANGKAN “TEKNIK Y” DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR, MAKA TEORI X TERSEBUT ADALAH BENAR, KARENA BERSIFAT FUNGSIONAL DAN MEMILIKI KEGUNAAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA.

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DENGAN TEORI PRAGMATIS, ANTARA LAIN ;1. PRAGMATISME BUKANLAH SUATU ALIRAN FILSAFAT YANG MEMILIKI

DOKTRIN-DOKTRIN FILSAFATI, MELAIN-KAN SUATU TEORI DALAM MENENTUKAN KRITERIA KEBENARAN. OLEH KARENA ITU, KAUM PRAGMATISME JUGA BERPALING PADA METODE ILMIAH SEBAGAI METODE UNTUK MENCARI PENGETAHUAN TENTANG ALAM INI, YANG DIANGGAP FUNGSIONAL DAN BERGUNA DALAM MENAFSIRKAN GEJALA-GEJALA ALAMIAH.

2. KRITERIA PRAGMATISME JUGA SANGAT DIPENGARUHI OLEH PERSPEKTIF WAKTU, MAKSUDNYA; SECARA HISTORIS SUATU PERNYATAAN ILMIAH YANG SEKARANG DIANGGAP BENAR, SUATU WAKTU MUNGKIN TIDAK LAGI DEMIKIAN. SELAMA PERNYATAAN ITU FUNG-SIONAL DAN MEMPUNYAI KEGUNAAN, MAKA PERNYA-TAAN ITU DIANGGAP BENAR; SEKIRANYA PERNYATAAN ITU TIDAK LAGI BERSIFAT DEMIKIAN (KARENA PER-KEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN), MAKA PERNYATAAN ITUPUN DITINGGALKAN.

3. KAUM PRAGMATIS PERCAYA PADA “KEBERADAAN AGAMA”, SEBAB AGAMA BERSIFAT FUNGSIONAL DALAM MEMBERIKAN PEGANGAN MORAL MANUSIA. DEMIKIAN PULA, KAUM PRAGMATIS JUGA PERCAYA KEPADA “DEMOKRASI” KARENA DEMOKRASI BERSIFAT FUNGSI-ONAL DALAM MENEMUKAN KONSENSUS MASYARAKAT.

3 LAPANGAN USAHA UNTUK MEMPEROLEH KENYATAAN BERDASARKAN METODE ILMIAH :

BERDASARKAN PEMAHAMAN DIATAS, MAKA REALISASI FILSAFAT DALAM USAHA MENGEMBANGKAN ILMU PENGETAHUAN, ADALAH KEGIATAN PENELITIAN, BAIK SECARA DEDUKTIF MAUPUN INDUKTIF => OLEH KARENA ITU, UNTUK MEMPEROLEH HASIL PENELITIAN YANG BAIK, SATU SYARAT TERPENTING DALAM PEMBUATAN KARYA TULIS TERLETAK PADA “KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB SECARA ILMIAH”.UNTUK MENCAPAI KRITERIA “BAIK” TERSEBUT, SUATU KEGIATAN PENELITIAN HARUS MEMENUHI PERSYARATAN ILMIAH, YAITU :1. ONTOLOGIK, SUATU KARYA TULIS HARUS MEMILIKI OBYEK ATAU TEMA

YANG JELAS. MAKSUDNYA, HARUS ADA PEMBAHASAN MENGENAI OBYEK YANG AKAN DITELITI SECARA JELAS. REALISASI DARI ASPEK ONTO-LOGIK DALAM RANCANGAN PENELITIAN, TERDAPAT PADA SUB BAB :a. LATAR BELAKANGb. RUANG LINGKUP PENELITIANc. PERUMUSAN MASALAH (FOKUS PENELITIAN)d. LANDASAN TEORI (KONSEPSI DASAR)e. HIPOTESIS (PENELITIAN TERDAHULU)f. PENENTUAN VARIABEL DAN INDIKATOR (INTRUMEN PENELITIAN)

18

2. EPISTIMOLOGIK, SUATU KARYA TULIS, SETIDAKNYA HARUS MENCERMINKAN CIRI KEILMUAN, YAKNI ADANYA PENGGUNAAN METODE PENGUJIAN DATA, METODE PENGUMPULAN DATA, METODE ANALISIS DATA YANG TERENCANA SESUAI DENGAN WATAK/CIRI PER-MASALAHAN YANG AKAN DIANGKAT. HAL INI TER-CERMIN DALAM KEGIATAN-KEGIATAN, ANTARA LAIN;a. METODE PENGAMBILAN DATA (OBSERVASI, WAWAN-CARA,

KUISIONER, OBSERVER AS PARTICIPANT, PARTICIPANT OBSERVER, DSB.)

b. METODE ANALISIS DATA :- KUANTITATIF : CHI KUADRAT, PRODUCT MOMEN, SPSS, UJI

WILCOXON, DSB.)- KUALITATIF : DESKRIPTIF, NARATIF, DSB.)

c. METODE PENGUJIAN DATA (TABULASI SILANG DAN TRIANGULASI DATA)

d. PENARIKAN KESIMPULAN3. AKSIOLOGIK, SUATU KARYA TULIS, HARUS MENCER-MINKAN ADANYA

PEMECAHAN MASALAH YANG MEMI-LIKI KEGUNAAN (MANFAAT) BAGI USAHA KESEJAH-TERAAN DAN NILAI KEMANUSIAAN; TERUTAMA DALAM KAJIAN ILMU-ILMU SOSIAL, MAKA PAHAM ANTROPO-SENTRIS SERING DAN LEBIH BANYAK DIJADIKAN ACUAN, YAKNI; TERJADINYA SUATU KARYA ILMIAH, DIMULAI DAN DIDASARI OLEH “MASALAH SOSIAL” YANG INGIN DICARI JAWABANNYA. IMPLEMENTASINYA DALAM PENELITIAN ADALAH; => ADANYA “TUJUAN DAN KEGU-NAAN PENELITIAN”.

KETIGANYA HARUS MEMILIKI “KONSISTENSI (TAAT ASAS) DALAM PROSES PENYUSUNANNYA, SEHINGGA SEBUAH KARYA ILMIAH BENAR-BENAR DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN HASILNYA.

PROPOSISI (KEPUTUSAN)

KEPUTUSAN ADALAH SUATU PENDAPAT ATAU PENGERTIAN YANG KITA NYATAKAN, BAIK YANG BERSIFAT MENYUNG-GUHKAN / MEMANFAATKAN (MUJABAH), ATAUPUN MENG-INGKARI (SALIBAH). DALAM KONTEKS REALITAS, KEPUTUSAN MERUPAKAN TINDAKAN MANUSIA, DALAM MANA IA MENGAKUI ATAU MEMUNGKIRI SESUATU HAL. DEFINISI LAIN TENTANG KEPUTUSAN ADALAH PERBUATAN ATAU KEGIATAN MANUSIA, YANG DENGAN NORMA IA MEM-PERSATUKAN KARENA PENGAKUAN, DAN MEMISAHKAN KARENA PEMUNGKIRAN.CONTOH :MUJABAH : SI POLAN BOLEH MENIKAH DENGAN NONASALIBAH : SI A TIDAK BOLEH KULIAH DI LEMBAGA X.

DENGAN DEMIKIAN, “KATA” MERUPAKAN PERNYATAAN PE-NGERTIAN. PENGERTIAN YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PENGERTIAN LAINNYA, AKAN MEMBENTUK ILMU PENGE-TAHUAN.

KEPUTUSAN YANG SEMPURNA DALAM LOGIKA INI IALAH KEPUTUSAN YANG DIUCAPKAN ATAU DITULIS DALAM SUSU-NAN KATA-KATA YANG TERATUR, YAKNI DALAM SUSUNAN KALIMAT YANG LENGKAP DENGAN “SUBYEK” DAN “PREDIKAT” NYA.

DIPANDANG DARI ASPEK FORMAL, KEPUTUSAN ADALAH PERBUATAN AKAL, TETAPI YANG BEKERJA DENGAN AKALNYA ADALAH MANUSIA SECARA KESELURUHAN. ITULAH SEBABNYA, MAKA DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN, PERASAAN DAN KEMAUAN MEMEGANG PERANAN YANG PENTING PULA.

19

UNSUR-UNSUR YANG MEMBENTUK BANGUN (FORM) SUATU KEPUTUSAN KEPUTUSAN, ADA TIGA, YAKNI :1. SUBYEK : PERIHAL TENTANG MANA YANG DIAKUI ATAU DIPUNGKIRI

MENGENAI SUATU DETERMINASI2. PREDIKAT : APA YANG DIAKUI / DIPUNGKIRI TENTANG SUBYEK.3. KATA PENGHUBUNG : PERNYATAAN AFFIRMASI/NEGASI. AFFIRMASI

INILAH YANG MEMBERI CORAK YANG KHAS PADA SEBUAH KEPUTUSAN.

SERINGKALI, UNTUK MEMPERMUDAH ANALISIS, KITA PERLU MENJABARKAN KALIMAT-KALIMAT ITU SEDEMIKIAN RUPA, SEHINGGA MENJADI JELAS (REDUCTION TO LOGICAL FORM), DENGAN BENTUK POKOK S = P.MISALNYA : DIA MENGARANG BERBAGAI BUKUS = P : DIA ADALAH ORANG YANG TELAH MENGARANG

BERBAGAI BUKU.

MACAM-MACAM KEPUTUSAN :

1. DILIHAT DARI ASPEK BAHAN => ADA DUA, YAKNI : a. KEPUTUSAN ANALITIS : YAITU KEPUTUSAN YANG PREDIKATNYA

MERUPAKAN KEHARUSAN BAGI SUBYEKNYA. (MISAL : HASAN ADALAH MANUSIA)

b. KEPUTUSAN SINTETIS : YAITU SUATU KEPUTUSAN YANG PREDIKATNYA BUKA MERUPAKAN SUATU KEHARUSAN BAGI SUBYEKNYA. (MISAL : SI NONA ADALAH GADIS YANG GEMUK) => BOLEH GEMUK, BOLEH JUGA KURUS, TERGANTUNG SIAPA YANG MENYATAKAN.

2. DILIHAT DARI SEGI KUANTITASNYA => ADA TIGA MACAM:a. KEPUTUSAN UNIVERSAL : (MISAL : SEMUA MANUSIA AKAN MATI)b. KEPUTUSAN PARTIKULAR : (MISAL : BEBERAPA INDIVIDU MEMILIKI

PERILAKU MENYIMPANG) c. KEPUTUSAN SINGULAR : PAK ALI ADALAH TOKOH MASYARAKAT.

3. DILIHAT DARI SEGI KUALITASNYA => ADA DUA MACAM:a. KEPUTUSAN AFFIRMATIF : (MISAL : SEBAGIAN BESAR SISWA SMUN

1, LULUS)b. KEPUTUSAN NEGATIF : (MISAL : SEBAGIAN BESAR SISWA SMUN 1,

TIDAK LULUS:)

4. DILIHAT DARI SEGI HUBUNGAN ANTARA SUBYEK DAN PREDIKAT => ADA DUA MACAM:a. KEPUTUSAN KATEGORIS : YAITU SUATU KEPU-TUSAN, DIMANA

HUBUNGAN ANTARA “S” DAN “P” DIDASARKAN ATAS SYARAT-SYARAT TERTENTU. (MISAL : APABILA SI POLAN MEMPEROLEH UNTUNG, IA AKAN MELAKUKANNYA BERULANG-ULANG)

b. KEPUTUSAN DISJUNCTIF : YAITU SUATU KEPU-TUSAN, DIMANA HUBUNGAN ANTARA “S” DAN “P” TIDAK DIDASARKAN ATAS SYARAT-SYARAT TER-TENTU. (MISAL : ADA KALANYA SI POLAN MEMPER-OLEH UNTUNG, DAN ADA KALANYA IA RUGI)

20