transparansi informasi keuangan dan popularitas website perusahaan asuransi jiwa di indonesia -...

20
78 | Page Transparansi Informasi Keuangan dan Popularitas Website Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia Budi Hermana 1 Robby Loho 2 Dosen Program PascasarjanaUniversitas Gunadarma 1 [email protected] Ketua Bidang Organisasi AAMAI, CEO PT Maskapai Reasuransi Indonesia 2 [email protected] Abstrak Transparansi laporan keuangan pada website perusahaan asuransi di Indonesia sudah menjadi kewajiban sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Kewajiban tersebut serta tuntutan transparansi di era informasi memerlukan kepemilikan website yang dapat dijadikan media informasi dan publikasi laporan keuangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 32 dari 44 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia sudah memiliki website resmi, namun popularitas dan kekayaan informasinya masih rendah dilihat dari jumlah halaman web dan total dokumen. Tingkat transparansi keuangan pada website masih bervariasi dilihat dari format dan kedalaman kontennya, mulai dari berita singkat sampai dokumen laporan tahunan. Popularitas website lebih tinggi pada website yang menunjukkan tingkat transparansi yang lebih tinggi. Kata kunci: Internet Financial Reporting; Website Usability; popularitas website 1. Pendahuluan Internet digunakan oleh perusahaan sebagai media komunikasi untuk informasi laporan keuangan sejak pertengahan sampai menjelang tahun sembilan puluhan (Khan, 2007). Masyarakat informasi pun terbentuk karena kemajuan besar di bidang teknologi internet. Tuntutan keterbukaan atau transparansi informasipun meningkat, termasuk mengenai informasi keuangan dari perusahaan. Menurut Oyelere dkk (2000), pengembangan internet sebagai media diseminasi informasi laporan keuangan menciptakan lingkungan pelaporan baru. Perubahaan lingkungan tersebut memerlukan perhatian dari pihak perusahaan agar bisa dimanfaatakan untuk kepentingan perusahaan. Davey and Homkajohn (2004) menyatakan bahwa dinamika dunia bisnis menyebabkan laporan berbasis kertas yang tradisional menjadi kurang tepat waktu dan kurang bermanfaat bagi para pengambil keputusan.

Upload: pandusplendus

Post on 01-Dec-2015

107 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

78 | P a g e

Transparansi Informasi Keuangan dan Popularitas Website

Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia

Budi Hermana

1

Robby Loho2

Dosen Program PascasarjanaUniversitas Gunadarma1

[email protected]

Ketua Bidang Organisasi AAMAI, CEO PT Maskapai Reasuransi Indonesia2

[email protected]

Abstrak

Transparansi laporan keuangan pada website perusahaan asuransi di Indonesia

sudah menjadi kewajiban sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Kewajiban tersebut

serta tuntutan transparansi di era informasi memerlukan kepemilikan website yang

dapat dijadikan media informasi dan publikasi laporan keuangan. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa 32 dari 44 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia sudah

memiliki website resmi, namun popularitas dan kekayaan informasinya masih rendah

dilihat dari jumlah halaman web dan total dokumen. Tingkat transparansi keuangan

pada website masih bervariasi dilihat dari format dan kedalaman kontennya, mulai

dari berita singkat sampai dokumen laporan tahunan. Popularitas website lebih tinggi

pada website yang menunjukkan tingkat transparansi yang lebih tinggi.

Kata kunci: Internet Financial Reporting; Website Usability; popularitas website

1. Pendahuluan

Internet digunakan oleh perusahaan sebagai media komunikasi untuk informasi laporan

keuangan sejak pertengahan sampai menjelang tahun sembilan puluhan (Khan, 2007).

Masyarakat informasi pun terbentuk karena kemajuan besar di bidang teknologi internet.

Tuntutan keterbukaan atau transparansi informasipun meningkat, termasuk mengenai

informasi keuangan dari perusahaan. Menurut Oyelere dkk (2000), pengembangan internet

sebagai media diseminasi informasi laporan keuangan menciptakan lingkungan pelaporan

baru. Perubahaan lingkungan tersebut memerlukan perhatian dari pihak perusahaan agar

bisa dimanfaatakan untuk kepentingan perusahaan. Davey and Homkajohn (2004)

menyatakan bahwa dinamika dunia bisnis menyebabkan laporan berbasis kertas yang

tradisional menjadi kurang tepat waktu dan kurang bermanfaat bagi para pengambil

keputusan.

79 | P a g e

Khan and Ismail (2012) mengatakan bahwa Internet menjadi salah satu sumber informasi

yang paling sering digunakan oleh para pengguna. Para penguna tersebut bisa nasabah,

masyarakat, pemerintah, atau pemangku kepentingan dari perusahaan. Selaras dengan

inovasi teknologi Internet yang makin murah namun tetap ampuh sebagai alat komunikasi,

pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan di internet semakin meningkat dan

menjadi obyek yang banyak dipelajari dan diteliti. Namun sayangnya, seperti dikemukan

oleh Smith (2005), kerangka kerja pengelolaan mengenai pelaporan keuangan di internet

kurang mendapat perhatian dari manejemen perusahaan.

Lodhia (2006) menyatakan bahwa banyak perusahaan tidak peduli dengan manfaat

potensial yang bisa ditawarkan oleh website untuk tujuan komunikasi. Menurut Hunter dan

Smith (2009), nilai website perusahaan di India, Indonesia, dan Afrika Selatan semakin

tinggi karena peningkatan investasi di bidang teknologi web. Perusahaan yang memiliki

website pun semakin meningkat. Lembaga keuangan di Indonesia, khususnya perbankan,

termasuk sektor yang mulai mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi dan

komunikasi (TIK), termasuk penyediaan website resmi yang dikelola perusahaan asuransi.

Transparansi atau keterbukaan informasi menjadi latar belakang berbagai penyempurnaan

kebijakan atau regulasi pemerintah mengenai pelaporan keuangan di perusahaan asuransi.

Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 disebutkan pada ayat 1

bahwa Perusahaan wajib mengumumkan ringkasan atas laporan keuangan tahunan pada

website Perusahaan paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya (ayat 1), serta ayat 2

bahwa perusahaan wajib mengumumkan laporan keuangan triwulanan pada website

Perusahaan paling lama 1 (satu) bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan.

Perkembangan internet dan regulasi terkait menjadi latar belakang utama dari penelitian ini.

Bentuk penerapan teknologi internet yang diteliti adalah website resmi dengan

menggunakan domain tersendiri dan dikelola oleh perusahaan asuraansi jiwa. Pertanyaan

penelitiaannya adalah apakah website sudah menunjukkan tingkat usabilitas yang tinggi

dilihat dari popularitas websitenya? Apakah website perusahaan asuransi jiwa itu kaya

dengan informasi dan dokumen? Apakah kepemilikan website tersebut bisa meningkatan

pengungkapan laporan keuangan atau transparansi keuangan di perusahaan tersebut?

Adakah hubungan antara popularitas website dengan kekayaan informasi, jumlah dokumen,

dan tingkat transparasi laporan keuangan?

80 | P a g e

2. Telaah Teori

2.1. Peran Internet di Perusahaan Asuransi

Xiao dkk (2005) menyebutkan empat kerangka dimensional pada dampak internet pada

pelaporan perusahaan yaitu sifat perubahan pelaporan keuangan seperti isi dan bentuk

laporan; peran internet sebagai untuk mengatasi masalah atau justru menimbulkan masalah;

penentu perubahan baik aspek teknologi atau bukan teknologi; serta kecepatan perubahan

itu sendiri apakah tidak ada perubahan, kecil, progressif atau terjadi perubahan radikal di

perusahaan serta lingkungan. Menurut Dâmaso dan Lourenço (2011), perusahaan dengan

dampak lingkungan yang signifikan lebih bersifat terbuka di websitenya

Lybaert (2002) menyatakan bahwa ada keragaman cara mengenai bagaimana data

dikirimkan yang dapat dilihat dari ketepatan waktu, teknologi, dan keterlibatan pengguna

data tersebut. Sebagian besar perusahaan tidak mematuhi berbagai pedoman praktek yang

direkomendasikan oleh lembaga nasional atau international. Kondisi tersebut berpengaruh

negatif terhadap karakteristik informasi akuntansi yang mencakup reliabilitas, kemudahan

pemahaman laporan, kelengkapan, ketepatan waktu, serta veribialitas informasinya.

Penelitian Aly dkk (2010) di Mesir menyebutkan hanya 56 perusahaan yang melaporkan

sebagian informasinya pada website. Sedangkan penelitian Barako dkk (2008) menyebut

angka 63.8% yang memilikinya.

Menurut Larrán dan Giner (2002), ukuran perusahaan menjadi faktor utama yang

mempengaruhi kuantitas dan kualitas informasi pada website. Momany dan Al-Shorman

(2006) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaporkan informasi keuangannya

di website adalah perusahaan besar, leverage yang tinggi, serta kepemilikan saham yang

terkonsentrasi, memilik investor international. Pengaruh ukuran perusahaan juga disebut

oleh Ettredge (2002) selain faktor lainnya seperti information asymmetry, permintaan modal

eksternal, serta reputasi pengungkapan laporan keuangan secara tradisional.

Industri asuransi merupakan salah saru fungsi ekonomi utama yang memainkan peran

penting dala memperbaiki dan meningkatkan indikator ekonomi (Yaghoubi dan

Tajmohammadi, 2011). Ahonen dan Windischhofer (2005) menyatakan bahwa

karakteristik utama bisnis asuransi, misalnya kompleksitas dan sifat abstrak dari produk

asuransi menjadi tantangan yang signifikan dalam pengembangan layanan asuransi secara

elektronik. Hanzaee dan Karimian (2011) menyatakan bahwa keragaman cakupan asuransi,

81 | P a g e

konsumen, dan persaingan intensif merupakan faktor pendorong bagi perusahaan dalam

rangka menguji produknya sebelum memutuskan untuk masuk ke dunia elektronik.

Grossman dkk (2004) menyatakan bahwa pada saat lembaga keuangan lainnya sangat cepat

dalam penerapan internet untuk meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan, perusahaan

asuransi malah lambat dalam mengadopsi e-commerce. Menurut Sanayei dkk (2008),

internet bisa merubah cara bagaimana industri asuransi menjalan bisnisnya, dengan model

generiknya seperti disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Model generic situs underwriting pada perusahaan asuransi

(Sumber: Sanayei dkk, 2008)

Penelitian mengenai penerapan TIK di perusahaan asuransi sudah dilakukan di Negara lain

oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya Ahonen dan Windischhofer (2005) tentang

kinerja website asuransi, Grossman dkk (2004), Pollalis dan Vozikis (2007), dan Sanaye

dkk (2009) tentang e-commerce atau e-business di industri asuransi, Oghojafor dkk (2011)

tentang (2011) tentang teknologi dan CRM di perusahaan asuransi, serta Odoyo dan

Nyangosi (2011) dan Alipour dkk (2011) tentang e-insurance.

Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dianggap dapat meningkatkan

transparansi, produktifitas tinggi, dan promosi citra perusahaan, serta meningkatkan

penjualan di India (Odoyo dan Nyangosi, 2011). Menurut Oghojafor (2011), sebagian besar

perusahaan mempunyai basis data komprehensif tentang konsumennya, namun tidak semua

membuat ketentuan untuk konsumen untuk melakukan transaksi online karena perusahaan

belum mengintegrasikan CRM (Customer Relationship Management) dengan teknologi

informasi. Tahap integrasi perusahaan asuransi bisa ditikaitkan dengan tingkat kematangan

82 | P a g e

bisnis asuransi yang dibuat oleh Capgemini (2011) seperti disajikan pada gambar di bawah

ini.

Gambar 2. Tingkat kematangan bisnis pada perusahaan asuransi

(sumber: Capgemini, 2011)

2.2. Penelitian Internet Financial Reporting (IFR)

Hassan dan Marston (2010) menyebutkan bahwa penelitian mengenai pengungkapan

akuntansi semakin meningkat dengan temuan yang bervariasi seperti praktek pengungkapan

perusahaan sebagai kewajiban atau dilandasi kesukarelaan; faktor penentu keterbukaan

secara sukarela atau kewajiban karena regulasi; konsekuensi ekonomi dari keterbukaan

informasi; serta analisis finansial dari penggunaan informasi. Menurut Turel (2010),

pengguna laporan keuangan menunjukkan ekspektasi tinggi perusahaan yang transparan

dalam laporan keuangam dengan berbagai bentuk dan isinya seperti analisis laporan

keuangan, relasi dengan para investor, laporan segmentasi, data keuangan dengan format

yang bisa diproses lebih lanjut, serta ringkasan data keuangan.

Peluang perusahaan untuk mempublikasikan informasi keuangan tidak hanya dipengaruhi

oleh karakteristik individual, namun kombinasi interaksi antara karakteristik perusahaan

(ukuran, leverage, dan profitabilitas), tipe industri, dan negaranya (Ismail, 2002). Penelitian

Davey dan Homkajohn (2004) di Thailand menemukan bahwa perusahaan menyediakan

informasi keuangan di internet sebagai pelengkap dari laporan keuangan berbasis kertas

atau cara tradisional. Cakupan dan mutu praktek mengenai IFR (Internet Financial Report)

83 | P a g e

sangat bervariasi di antara perusahaan dan hanya sebagian kecil saja yang sudah

menerapkan IFR secara lengkap.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penentu praktek IFR bervariasi

dengan hasil uji signifikansi yang berbeda-beda. Agyei-Mensah (2012) menyebutkan

bahwa profitabilitas dan merupakan faktor penentu yang penting pada penerapan IFR,

sedangkan ukuran perusahaan, likuiditas, dan penggunaan auditor tidak berpengaruh

signifikan. Sedangkan menurut Aly dkk (2010), secara terpisah, profitabilitas, pendaftaran

saham di luar negeri, dan sektor industri secara terpisah merupakan faktor penentu jumlah

dan presentasi pengungkapan informasi pada website perusahaan di Mesir. Namun

karakteristik perusahaan lain seperti ukuran perusahaan, likuiditas tidak dapat menjelaskan

praktek IFR oleh perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Al-Moghaiwli (2009)

juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktek IFR dengan ukuran

perusahaan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan.

Penelitian IFR banyak dilakukan di pasar modal dengan dihubungkan dengan kinerja

perusahaan atau harga saham. Ching Lai (2010) meneliti tentang dampak IFR terhadap

harga saham dengan hasil menunjukkan keuntungan abnormal perusahaan yang

menerapkan IFR ternyata lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan

IFR. Penelitian Khan and Ismail (2011) di pasar modal Malaysia menunjukkan skor IFR

berkisar antara 48.27 sampai 78.16 persen dengan rata-rata 65.10 persen. Kisaran skor IFR

tersebut dianggap baik. Pervan (2005) menyatakan berdasarkan data empiris bahwa

perusahaan yang menerapkan IFR lebih besar dan menguntungkan, serta sahamnya lebih

aktif diperdagangkan di lantai bursa. Penelitian tentang IFR di perusahaan yang terdaftar di

pasar modal juga dilakukan oleh Allam dan Lymer (2003) di lima negara, Pervan (2006) di

Kroasia, dan Alanezi (2009) di Kuwait. Penelitian tersebut selalu memasukkan ukuran

perusahaan sebagai faktor penentu IFR, sedangkan variabelnya adalah leverage, konsentrasi

kepemilikan atau jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan keaktifan saham di lantai

bursa. Berikut beberapa penelitian sebelumnya tentang IFR beserta variabel penelitian dan

teknik analisis yang digunakan.

84 | P a g e

Tabel 1. Penelitian mengenai IFR, variabel, dan teknis analisis

No. Peneliti Faktor atau variabel yang terkait

praktek IFR Teknik analisis

1. Ismail (2002) Tipe industri, negara, ukuran

perusahaan, leverage, dan profitabilitas

Cross-country analysis dengan

regresi logit

2. Larran dan Giner (2002) Ukuran perusahaan, leverage, ROE,

terdaftar di bursa luar negeri, sektor

industry, dan rasio book to market

Matriks korelasi dan analisis

regresi

3. Allam dan Lymer (2003) 12 atribut website, 36 atribut keuangan,

ukuran perusahaan, 5 negara

Regresi, Kruskal Wallis, dan

Mann-Whitney

4. Pervan (2005) Ukuran perusahaan (asset, penerimaan,

modal), dan aktifitas saham

Korelasi dengan Chi-Square

5. Pervan (2006) Ukuran (kapitalisasi pasar, pendapatan,

dan asset), profitabilitas (ROA, ROE,

ROS), struktur kepemilikan, aktivitas

di pasar saham, dan sektor industri.

Independent sample t test,

regressi dengan variabel

dummy

6. Dutta dan Bose (2007) Atribut finansial dan sektor usaha Analisis deskriptif

7. Aly dkk (2009) Profitabilitas, pendaftaran di pasar luar

negeri, tipe industry, ukuran

perusahaan, likuiditas, dan ukuran

auditor

Analisis regresi dengan OLS

8. Al-Moghaiwli (2009) Ukuran perusahaan, profitabilitas. Dan

struktur kepemilikan

Analisis multivariat logit

9. Alanezi (2009) Tipe auditor, ukuran perusahaan,

profitabilitas, leverage, likuditas, umur

perusahaan, sektor industri, dan atribut

tata kelola perusahaan

Independent sample t test dan

regresi logit

10. Ching Lai dkk (2010) Harga saham, abnormal return Model autoregresif dan FPE

(Final Prediction Error)

11. Lamani dan Çepani

(2011)

Konten dan format dokumen pada

website

Riset deskriptif

12. Dâmaso dan Lourenço

(2011)

Ukuran perusahaan, leverage,

konsentrasi kepemilikan, profitabilitas,

dan auditor.

Analisis korelasi Spearman

dan analisis multivariat

dengan regresi

13. Agyei-Mensah (2012) Profitabilitas, leverage, ukuran

perusahaan, likuiditas, dan ukuran

auditor

Analisis regresi berganda

Bonsón and Escobar (2002) melakukan pengujian statistik terhadap hubungan antara

transparansi perusahaan sebagai variabel tak-bebas dengan sektor industri dan negara asal

perusahaan sebagai variabel bebasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan

signifikan di antara ketiga variabel tersebut dalam konteks penerapan transparansi keuangan

di internet secara sukarela atau tidak ada kewajiban berdasarkan regulasi dari otoritas

pengawas. Mengenai perbandingan praktek IFR antar Negara, Allam dan Lymer (2003)

menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan di antara lima negara, kecuali

Australia.

3. METODE EVALUASI WEBSITE

Obyek penelitian ini adalah 44 website perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Pengamatan

dilakukan terhadap popularitas website, kekayaan informasi, jumlah dokumen, serta

85 | P a g e

pengungkapan laporan keuangan di website. Popularitas website terdiri dari tiga indikator

yaitu referring domain, external backlink, dan web traffic. Dua indikator pertama diukur

dengan menggunakan site explorer dari Majesticseo.com, sedangkan indikator ketiga

menggunakan world traffic rank yang datanya diperoleh dari www.alexa.com.

Kekayaan informasi diukur dengan jumlah halaman web yang terindeks pada mesin pencari

Google. Jumlah webpage dapat diperoleh dengan menggunakan perintah dengan format:

“site:namadomain“

Jumlah dokumen diukur dengan banyaknya dokumen dengan format pdf/ps, doc/docx,

xls/xlsx, dan ppt/pptx. Jumlah dokumen tersebut bisa diperoleh dengan contoh sintaks

sebagai berikut:

“site:namadomain filetype:pdf“

Pengukuran tingkat keterbukaan informasi keuangan mengadopsi dari model Internet

Reporting Index dari penelitian sebelumnya, namun hanya mengambil dimensi content-nya

saja. Hal ini disebabkan karena penelitian ini baru tahap pendahuluan untuk mengetahu

kondisi awal tentang pemanfaatan website sebagai media publikasi laporan keuangan. Skala

pengungkapan laporan keuangan adalah skor 1 jika tidak ada konten laporan keuanga, skor

2 jika informasi keuangan hanya berupa ringkasan atau berita keuangan dengan format html

saja, skor 3 jika ada ringkas dokumen laporan keuangan dengan format pdf, dan skor 4 jika

tersedia laporan keuangan beserta analisis lengkapnya, termasuk laporan tahunan dengan

format pdf.

Pengukuran dilakukan pada hari yang sama untuk setiap parameter. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi fluktuasi hasil pencarian dengan mesin pencari yang kadang berbeda dari

waktu ke waktu. Waktu pengamatan berlangsung pada tanggal 28 sampai 31 Januari 2013

untuk popularitas, kekayaan informasi, dan jumlah dokumen, sedangkan observasi laporan

keuangan dilakukan pada tanggal 1-2 Februari 2013.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahu kondisi awal tingkat

pemanfaatan website pada perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Pola hubungan antara

variabel penelitian menjadi fondasi pembentukan hipotesis dan model teoritis yang akan

dikembangkan pada tahap penelitian selanjutnya, terutama menggabungkan model

webmetrics dengan model IFR (Internet Financial Reporting) secara lengkap.

86 | P a g e

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Popularitas, Jumlah Konten, dan Web Traffic

Jumlah perusahaan yang sudah memiliki website adalah 32 dari 44 perusahaan yang

dievaluasi atau 72,72%. Persentase tersebut masih lebih tinggi dari sampel penelitian dari

Dutta dan Bose (2007) yang tercatat sebanyak 38.81% dari 268 perusahaan dan perusahaan

yang kinerja website tergolong tinggi adalah sector keuangan. Persentase perusahaan yang

lebih tinggi ditunjukkan pada penelitian Al-Moghaiwli (2009) yaitu sebanyak 39 dari 43

perusahaan atau 90,7%. Persentase kepemilikan lainnya adalah 24 dari 26 (92,3%) pada

penelitian Lamani dan Cepani (2011) dan sebagian besar di antaranya adalah bank dan

asuransi.

Kinerja website diukur dengan menggunakan ukuran jumlah halaman web, total dokumen,

serta popularitas web dengan indikator reffering domain, external backlink, dan alexa traffic

rank. Gambaran kisaran nilai dari indikator tersebut disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Gambaran umum variabel penelitian

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Traffic (world rank) 30 50302 26796646 2821158.73 4861569.251

Reffering domain 32 2 246 56.91 66.228

External Backlink 32 24 35383 11775.44 12861.982

Total Dokumen 32 0 1102 156.22 277.588

Jumlah webpage 32 38 23600 1765.13 4229.058

Peringkat trafik website secara rata-rata relatif rendah. Dua perusahaan tidak mempunyai

peringkat trafik karena websitenya sangat jarang dikunjungi sehingga tidak terukur oleh

Alexa.com. Jumlah kunjungan dari situs lain- yang diukur dengan reffering domain- juga

sangat rendah. Secara rata-rata, website perusahaan asuransi hanya dikunjungi melalui 56

situs lain, termasuk melalui mesin pencari dalam 2 bulan terakhir. Jumlah tautan relative

lebih tinggi namun ketersediaan tautan di situs lain tidak menyebabkan jumlah kunjungan

ke website meningkat.

Format dokumen yang paling banyak dipakai adalah format pdf dengan total dokumen dari

32 website sebanyak 4967 dokumen atau 99%. Hasil pengamatan ini sesuai dengan

penelitian Smith (2005) dan Pervan (2005). Dokumen dengan format pdf tersebut

digunakan untuk laporan keuangan yang diunggah ke website perusahaan. File pdf tersebut

merupakan bentuk electronik dari laporan keuangan berbasis kertas. Jumlah halaman web

87 | P a g e

pada website perusahaan asuransi jiwa juga sangat rendah yaitu berkisar antara 38 sampai

23600 halaman dengan rata-rata 1765 halaman. Angka tersebut menunjukkan perusahaan

asuransi belum memanfaatkan website sebagai media informasi dan publikasi. Tabel di

bawah ini menyajikan peringkat lima besar untuk masing-masing variabel.

Tabel 3. Lima besar website untuk masing-masing indikator No. Web Traffic Reffering Backlink Total Dokumen Webpage

1. Prudential Allianz Commonwealth Great Eastern Generali

2. Commonwealth Prudential Allianz Prudential Inhealth

3. Allianz Commonwealth Jiwasraya Commonwealth Great Eastern

4. Great Eastern Great Eastern Manulife Allianz Manulife

5. Manulife Manulife Aviva AXA Mandiri AXA Mandiri

Pada penelitian utama nanti, peringkat popularitas dan kinerja website tersebut akan

dihubungkan dengan karakteristik perusahaan lain, terutama kinerja keuangan dan struktur

kepemilikan. Dugaan sementara mengenai faktor penentu popularitas dan jumlah informasi

pada website adalah struktur kepemilikan seperti yang diteleliti oleh Pervan (2006), Al-

Moghaiwli (2009), dan Dâmaso dan Lourenço (2011), serta ukuran perusahaan seperti

diteliti oleh sejumlah peneliti lain yang disajikan pada tabel 1 sebelumnya

Popularitas dan jumlah konten website juga tidak terdistribusi merata, seperti terlihat pada

grafik densitas antara popularitas dengan jumlah informasi pada gambar di bawah ini.

Densitas traffic dan backlink Densitas traffic dan reffering domain

88 | P a g e

Densitas reffering domain dan webpage Densitas reffering domain dan dokumen

Gambar 3. Kepadatan distribusi sampel website

Dari gambar di atas, sebagian besar website perusahaan mempunyai reffering domain di

bawah 50, backlink di bawah 100 ribu, jumlah halaman web di bawah 5000, dan jumlah

dokumen di bawah 200. Konsentrasi pada tingkat usabilitas website yang rendah tersebut

menunjukkan asuransi jiwa di Indonesia memerlukan penguatan media informasi berbasis

web. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah tingkat melek internet dari masyarakat

serta kualitas atau kebermanfaatan dari isi website perusahaan. Dengan jumlah isi yang

relatif sedikit, website perusahaan asuransi jiwa belum bisa meningkatkan kunjungan,

termasuk dari mesin pencari. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa

mengandalkan website perusahaan untuk memperoleh informasi atau layanan dari

perusahaan asuransi jiwa.

Pola pencarian informasi di mesin pencari yang berpotensi terhadap jumlah kunjungan

dapat dianalisis berdasarkan analisis kata kunci yang bisa menjadi pengungkit kunjungan ke

sebuah web. Penjelasan hal ini menggunakan kasus popularitas dua perusahaan yang

menempati peringkat atas yaitu Prudential untuk web traffic dan Allianz untuk reffering

domain.

89 | P a g e

Anchor text untuk Prudential Anchor text untuk Allianz

Gambar 4. Distribusi anchor text (sumber: majesticseo.com)

Gambar di atas menunjukkan bahwa informasi yang paling banyak diinginkan pengunjung

adalah nama perusahaan termasuk alamat websitenya. Kata kunci tersebut belum secara

spesifik menyebutkan nama produk atau layanan perusahaan yang lebih khusus. Hal ini

menunjukkan bahwa pencarian informasi di internet oleh pengguna internet masih sangat

mendasar. Jika kata kunci tersebut akhirnya mengarahkan pengunjung mengakses website

perusahaan asuransi, pengunjung belum tentu mendapatkan informasi yang diinginkan jika

jumlah dan mutu konten websitenya tidak seperti yang dibutuhkan.

Skenario lain yang mungkin terjadi adalah, kata kunci yang dimasukkan tidak mengarah ke

website perusahaan asuransi karena tingkat popularitas website yang masih rendah. Dan

popularitas tersebut secara teoritis berhubungan dengan jumlah dan mutu konten

websitenya. Teori yang bisa digunakan untuk menelaah hubungan tersebut adalah dengan

mengukur persepsi pengunjung dengan menggunakan beberapa model seperti webqual,

technology acceptance model, theory of reason action, theory of planned behavior, atau

Unifoed Theory of Acceptance and Use of Technology.

4.2. Transparansi Informasi Keuangan

Penelitian ini masih dalam tahap pendahuluan yang belum menerapkan model Intrernet

Financial Reporting (IFR) secara lengkap, termasuk dengan menggunakan indeks skor dari

setiap website. Pengamatan hanya dilakukan terhadap adanya informasi keuangan berupa

halaman html atau dokumen tersendiri yang ada di website. Ditribusi frekuensi berua

histogram mengenai tingkat keterbukaan informasi keuangan dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

90 | P a g e

Gambar 5. Distribusi tingkat pelaporan keuangan di website

Sebagian besar website sudah mempublikasi neraca perusahaan yaitu sebanyak 21

perusahaan atau 66%. Jumlah perusahaan yang mengunggah laporan tahunan yang lengkap

hanya 3 perusahaan atau 9%. Persentase ini relatif tidak jauh berbeda dibandingkan

penelitian Al-Moghaiwli (2009) yaitu 28 dari 43 perusahaan sudang menyediakan informasi

keuangan di websitenya. Namun penelitian ini belum menggunakan model IFR secara lengkap,

termasuk dengan menghitung indeks atau skor IFR berdasarkan rincian atribut laporan

keuangan pada perusahaan asuransi yang sudah ditetapkan oleh regulator.

Sebagian besar perusahaan menggunakan format pdf yang merupakan hasil pemindaian

dokumen laporan keuangan berupa klippin di media cetak. Penelitian ini belum meneliti

format dan standar isi seperti diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

53/PMK.010/2012. Belum jatuhnya tenggat waktu publikasi laporan tahunan di website-

yaitu April pada tahun berikutnya – bisa menjadi faktor penyebab tidak ada perusahaan

yang mengunggah laporan tahunan untuk tahun 2012. Namun masih ada empat perusahaan

yang belum mempublikasi laporan keuangan untuk tahun 2011. Ini berarti tidak mematuhi

PMK nomor 53, kecuali peraturan tersebut tidak berlaku surut sehingga hanya diberlakukan

mulai laporan tahun 2012 yang memang tenggat waktu publikasi di websitenya belum

berakhir.

Hubungan antara tingkat transparansi dengan popularitas baru dikaji secara deskriptif

seperti disajikan pada gambar di bawah ini.

91 | P a g e

a.Transparansi vs traffic b.Transparansi dan reffering c.Transparansi dan backlink

Gambar 6. Perbedaan popularitas website berdasarkan tingkat transparansi

Gambar 6a menunjukkan bahwa website yang lebih transparan dalam hal laporan keuangan

menunjukkan trafik yang lebih baik dibadingkan website yang kurang transparan. Temuan

awal ini menjadi fondasi untuk penyusunan hipotetis pada penelitian utama. Teori yang bisa

digunakan di antaranya mengenai usabilitas website yang berbasis teori kognitif dari Jakob

Nielsen, model TAM dari Davis, model prilaku lainnya seperti TPB, TRA, dan UTAUT,

serta model Webqual dari Stuart Barnes dan Richard Vidgen. Model evaluasi berdasarkan

perspektif user tersebut digabungkan dengan pengukuran kinerja website secara aktual

dengan menggunakan pendekatan webmetrics.

Pola hubungan yang hampir sama terjadi pada reffering domain seperti terlihat pada gambar

6b. Jumlah kunjungan website meningkat jika transparansi meningkat. Pengguna laporan

keuangan bisa memperoleh informasi keuangan yang lengkap jika perusahaan

menggunggah laporan keuangan di website. Terlepas dari motif pencarian informasi

keuangannya, kelengkapan dan kecepatan publikasi informasi keuangan di website akan

meningkatkan peluang kunjungan ke website tersebut. Mutu informasi menjadi salah satu

kuncinya. Kualitas informasi tersebut merupakan satu dari 3 dimensi utama yang

mempengaruhi kualitas web, bersama faktor usability dan iteraksi layanan seperti

dikemukan dalam model Webqual dari Barnes dan Vidgen (2002).

Perbedaan jumlah backlink pada berbagai tingkat transparansi keuangan tidak menunjukkan

pola hubungan seperti reffering domain dan traffic. Hal ini disebabkan karena tautan dari

situs eksternal belum tentu menjadi kunjungan ke situs perusahaan asuransi. Dugaannya,

pengunjung lebih banyak mengakses website perusahaan dengan mengetikkan alamat

domain situsnya atau melalui kata kunci yang dimasukkan ke mesin pencari. Hal ini

menuntut pengelola website perusahaan untuk mengembangkan websitenya agar bersifat

ramah terhadap mesin pencari atau search engine friendly. Faktor mutu atau

kebermanfaatan konten tetap menjadi prioritas, setidaknya dengan memanfaatkan website

92 | P a g e

sebagai media informasi dan komunikasi bagi perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan bisa

memanfaatkan website sebagai media komunikasi dengan konsumen. Menurut Oghojafor

(2011), kombinasi antara pengelolaan relasi konsumen dengan teknologi informasi akan

meningkatkan layanan konsumen dan profitabilitas perusahaan.

Temuan lainnya adalah perusahaan asuransi yang berafiliasi ke kelompok perbankan atau

tergolong perusahaan publik menunjukkan tingkat transparansi yang lebih tinggi. Hal ini

bisa menjadi dasar hipotetis penelitian yang memasukkan variabel struktur atau konsentrasi

kepemilikan seperti diteliti oleh Pervan (2005, 2006), Al-Moghaiwli (2009), dan Dâmaso

dan Lourenço (2011). Struktur kepemilikan tersebut bisa berupa persentase kepemilikan

asing atau perusahaan yang dimiliki oleh negara. Transparansi perusahaan asuransi yang

dimiliki negara berkaitan dengan regulasi lain yaitu Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Praktek IFR di sektor publik

tersebut bisa dibandingkan dengan hasil penelitian Laswad dkk (2001).

Mengacu ke UU KIP tersebut, tingkat keterbukaan Informasi Publik diukur berdasarkan

ketersediaan jenis informasi publik yang mengacu ke Pasal 14 UU KIP, yaitu sebanyak 14

butir atau jenis informasi. Khusus untuk perusahan publik, Informasi Publik yang wajib

disediakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan/atau badan

usaha lainnya yang dimiliki oleh negara adalah: (1) Nama dan tempat kedudukan, maksud

dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan,

sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; (2) Nama lengkap pemegang saham, anggota

direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan; (3) Laporan tahunan, laporan keuangan,

neraca laporan laba rugi, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit;

(4) Hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga

pemeringkat lainnya; (5) Sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan

pengawas dan direksi; (6) Mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas;

(7) Kasus hukum yang berdasarkan UndangUndang terbuka sebagai Informasi Publik; (8)

Pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip transparansi,

akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran; (9) Pengumuman

penerbitan efek yang bersifat utang; (10) Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;

(11) Perubahan tahun fiskal perusahaan; (12) Kegiatan penugasan pemerintah dan/atau

kewajiban pelayanan umum atau subsidi; (13) Mekanisme pengadaan barang dan jasa;

93 | P a g e

dan/atau (14) Informasi lain yang ditentukan oleh UndangUndang yang berkaitan dengan

Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Pemanfaatan website resmi sebagai media informasi dan publikasi laporan keuangan masih

perlu ditingkatkan di perusahaan asuransi jiwa. Kondisi tersebut bisa dilihat dari kunjungan

dan tautan ke website yang rendah. Popularitas website berhubungan dengan kekayaan

informasi dan dokumen pada website. Mengingat jumlah halaman web dan dokumen yang

masih rendah, perusahaan asuransi jiwa di Indonesia perlu meningkatkan optimalisasi

website perusahaan.

Disain dan fitur website yang bersifat informasional bisa dikembangkan ke arah

transaksional yang berorientasi pada kebutuhan pemangku kepentingan. Pengembangan

tersebut selanjutnya akan meningkatkan popularitas website. Dengan demikian, popularitas

perusahaan asuransi di internet merupakan salah satu alternatif dalam strategi pemasaran

yang bersifat multi saluran. Citra perusahaan pun bisa meningkat dengan pemanfaatan

teknologi internet secara tepat.

Pengunjung website akan meningkat jika mereka bisa memperoleh informasi atau layanan

yang diperlukan. Hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dengan beberapa teori

yaitu Social Presence and Information Richness, Media Richness Theory, atau berbagai

model perilaku pengguna teknologi informasi seperti Technology Acceptance Model dan

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology. Berbagai model riset tersebut bisa

dimanfaatkan untuk mengetahui faktor apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan

usabilitas website.

Keterbukaan informasi perusahaan asuransi jiwa bisa ditingkatkan dengan penerbitan

regulasi otoritas asuransi, misalnya dengan keharusan mempublikasikan laporan keuangan

di website perusahaan seperti sudah dipraktekkan di perbankan atau perusahaan publik yang

harus mematuhi undang-undang keterbukaan informasi publik. Tuntutan keterbukaan atau

transparansi keuangan akan lebih meningkat di era informasi, terutama dengan semakin

meningkatnya penetrasi teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia.

Penelitian ini hanya berdasarkan pengamatan terhadap website, baik dengan eksplorasi

langsung maupun dengan menggunakan query pada mesin pencari. Penelitian ini tidak bisa

melakukan komparasi dengan asuransi umum atau usaha perasuransian lainnya. Sampel

94 | P a g e

perusahaan bisa ditambah sehingga mencakup seluruh usaha perusahaan di Indonesia.

Cakupan risetnya bisa diperluas dengan perbandingan antar Negara seperti dikemukan oleh

Khan and Ismail (2012 bahwa riset tentang Internet Reporting Index terdiri dari tiga

kelompok utama yaitu satu Negara seperti penelitian ini, serta antar Negara dan studi

internasional.

Penelitian mengenai keterbukaan informasi keuangan ini tidak bisa serta merta dikaitkan

dengan kondisi kesehatan perusahaan asuransi jiwa. Hubungan antara keterbukaan

informasi keuangan di internet dengan kinerja keuangan masih perlu diteliti lebih lanjut

dengan menggunakan ukuran kinerja keuangan yang lebih lengkap. Model penelitiannya

bisa merujuk riset dari Ismail (2002), Al-Moghaiwli (2009) atau Pervan (2005, 2006) yang

salah satu variabelnya adalah ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan.

Daftar Pustaka

Agyei-Mensah, B.K. 2012. Corporate financial reporting: Firm characteristics and the use

of Internet as a medium of communication by listed firms in Ghana. African Journal of

Business Management. 6(6): 2299-2309.

Ahonen, A. and Windischhofer, R. 2005. The web performance of different types of online

insurance providers – A wake up call to traditional insurance providers. Proceedings of the

Fifth International Conference on Electronic Business, Hong Kong, December 5-9, 2005:

245-252.

Alanezi, Faisal S. 2009. Factors influencing Kuwaiti companies' internet financial

reporting. Journal of Economic & Administrative Sciences. 25(2):44-78.

Allam, A. and Lymer, A. 2003. Developments in internet financial reporting: review and

analysis across five developed countries. The International Journal of Digital Accounting

Research. 3(6):165-199.

Al-Moghaiwli, Mohammed H. 2009. A survey of internet financial reporting in Qatar.

Journal of Economic & Administrative Sciences. 25(1): 1-20.

Aly, D., Simon, J., and Hussainey, K. 2010. Determinants of corporate internet reporting:

evidence from Egypt. Managerial Auditing Journal. 25(2):182-202.

Barako, D.G., Rusmin, and Tower, G. 2008. Web communication: An Indonesian

perspective. African Journal of Business Management. 2(3):053-058.

95 | P a g e

Barnes, S.J. and Vidgen, R. 2003. Measuring web site quality improvements: A case study

of the forum on strategic management knowledge exchange. Industrial Management &

Data Systems. 103(5):297-309.

Bonsón, E. and Escobar, T. 2002. A survey on voluntary disclosure on the internet:

Empirical evidence from 300 European Union companies. The International Journal of

Digital Accounting Research. 2(1): 27-51.

Capgemini. 2011. Business agility is critical for insurers seeking to thrive long-term. World

Insurance Report.

Dâmaso, G. and Lourenço, I.C. 2011. Internet financial reporting: Environmental impact

companies and other determinants. 8thInternational Conference on Enterprise Systems,

Accounting and Logistics (8th ICESAL 2011). 11-12 July 2011, Thassos Island, Greece.

Davey, H. and Homkajohn, K. 2004. Corporate internet reporting: an Asian example.

Problems and Perspectives in Management. 2004 (2): 211-227.

Dutta, P. and Bose, S. 2007. Web-based corporate reporting in Bangladesh: An exploratory

study”. The Cost and Management. 35(6):29-45.

Ettredge, M., Richardson, V.J., and Scholz, S. 2002. Dissemination of information for

investors at corporate web sites. Journal of Accounting and Public Policy. 21:357–369.

Grossman, M., McCarthy, R.V., and Aronson, J.E. E-commerce adoption in the insurance

industry. Issues in Information System. 5(2).

Hanzaee, K.H. and Karimian, L. 2011. A New approach to electronic shopping in insurance

industry. Interdisciplinary Journal of Research in Business. 1(4): 136-144.

Hassan, O., and Marston, C. 2010. Disclosure measurement in the empirical accounting

literature: A review article. Economics and Finance Working Paper Series, Working Paper

No. 10-18. Department of Economics and Finance, Brunel University. Diakses tanggal 2

Januar1 2013 dari http://www.qass.org.uk/2011-May_Brunel-conference/Hassan.pdf.

Hunter, S.A. and Smith, L.M. 2009. Impact of internet financial reporting on emerging

markets. Journal of International Business Research. 8(2): 21-40.

Ismail, Tariq H. 2002. An empirical investigation of factors influencing voluntary

disclosure of financial information on the internet in the GCC countries. Working Paper

Series, Social Sciences Research Network.

Khan, M.N.A.A. and Ismail, N.A. 2011. The level of internet financial reporting of

Malaysian companies. Asian Journal of Accounting and Governance. 2:27–39.

Khan, M.N.A.A. and Ismail, N.A. 2012. A review of e-financial reporting research. Journal

of Internet and e-business Studies. 2012 (2012): 16 pages.

96 | P a g e

Khan, T. 2007. Internet financial reporting: Disclosure about companies on the website.

Journal of Business Systems, Governance, and Ethics. 2(2): 57-46.

Lai, C.S., Lin, C., Li, H.C., and Wu, F.H. 2010. Empirical study of impact of internet

financial reporting on stock prices. The International Journal of Digital Accounting. 10:1-

26.

Lamani, D. and Çepani, L. 2011. Internet financial reporting by banks and insurance

companies in Albania. The Romanian Economic Journal. 14(42):159-174.

Larrán, M. and Giner, B. 2002. The use of the internet for corporate reporting by Spanish

companies. The International Journal of Digital Accounting Research. 2(1):53-82.

Laswad, F., Fisher, R., and Oyelere, P. 2001. Public sector financial disclosure on the

internet: A study of New Zealand local authorities. Commerce Division, Discussion Paper

No. 92, Lincoln University. Diakses tanggal 2 January 2013 dari

http://www.lincoln.ac.nz/Documents/2325_DP92FL_s6490.pdf.

Lodhia, Sumit K. 2006. The world wide web and its potential for corporate environmental

communication: A study into present practices in the Australian minerals industry. The

International Journal of Digital Accounting Research. 6(11):65-94.

Lybaert, Nadine. 2002. On-line financial reporting: An Analysis of the Dutch listed firms.

The International Journal of Digital Accounting Research. 2(4):195-234.

Momany, M.T. and Al-Shorman, S.A. 2006. Web-based voluntary financial reporting of

Jordanian companies. International Review of Business Research Papers. 2(2):127 – 139.

Odoyo, F.S. and Nyangosi, R. 2011. E-insurance: An empirical study of perceived benefits.

International Journal of Business and Social Science. 2(21), Special Issue.

Oghojafor, B. E. A., Aduloju, S. A., and Olowokudejo, F. F. 2011. Information technology

and customer relationship management (CRM) in some selected insurance firms in Nigeria.

Journal of Economics and International Finance. 3(7): 452-461.

Oyelere, P.B., Laswad, F. and Fisher, R. 2000. Corporate financial reporting: Firm

characteristics and the use of the internet as a medium of communication. Commerce

Division Discussion Paper No. 81. Diakses tanggal 2 January 2013 dari

http://researcharchive.lincoln.ac.nz/dspace/bitstream/10182/549/1/cd_dp_81.pdf

Pervan, Ivica. 2005. Financial reporting on the internet and the practice of Croatian joint

stock companies quoted on the stock exchanges. Financial Theory and Practice. 29(2):159-

174.

Pervan, Ivica. 2006. Voluntary financial reporting on the internet– Analysis of the practice

of Croatian and Slovene listed joint stock companies. Financial Theory and Practice. 30(1):

1-27.

97 | P a g e

Salehi, M., Moradi, M., and Pour, A.A. 2010. A study of the integrity of internet financial

reporting: Empirical evidence of emerging economy. Global Journal of Management and

Business Research. 10(1):148-158.

Sanayei, A., Torkestani, M.S., and Ahadi, P. 2008. Elecronic insurance security. IADIS

International Conference WWW/Internet.

Smith, Barry. 2005. An investigation of the integrity of internet financial reporting. The

International Journal of Digital Accounting Research. 5(9):47-78.

Turel, A. 2010. The expectation gap in internet financial reporting: Evidence from an

emerging capital market. Middle Eastern Finance and Economics. 8: 94-107.

Xiao, J.Z., Jones, M.J., and Lymer, A. 2005. A conceptual framework for investigating the

impact of the internet on corporate financial reporting. The International Journal of Digital

Accounting Research. 5(10):131-169.

Yaghoubi, N.M. and Tajmohammadi, N. 2011. Review and ranking e-commerce

characteristics on e-commerce application in insurance industry. Interdisciplinary Journal

of Research in Business. 1(10): 95-98.