trauma akibat cairan bahan kimia.docx
TRANSCRIPT
TRAUMA AKIBAT CAIRAN BAHAN KIMIA
I. PENDAHULUAN
Trauma kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia
yang disebabkan oleh paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak
langsung dengan bahan kimia atau uapnya. Trauma kimia dapat terjadi di
rumah, di tempat kerja atau sekolah, atau sebagai akibat dari kecelakaan atau
serangan. Banyak luka akibat cairan kimia terjadi tanpa sengaja melalui
penyalahgunaan produk seperti perawatan rambut, kulit dan kuku. Sebagian
besar trauma kimia disebabkan baik oleh asam kuat atau basa kuat (misalnya,
asam hidroklorida atau natrium hidroksida. Asam merusak dan membunuh
sel-sel dengan koagulasi sel sedangkan basa mencairkan sel. Kontak yang
terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan parah pada jaringan manusia dan,
jika pasien selamat, menyebabkan jaringan parut dan kecacatan. Bahan kimia
lain seperti oksidan dan logam tertentu juga dapat menyebabkan trauma kimia
yang demikian. Membatasi lamanya paparan terhadap bahan kimia dapat
sangat mengurangi efek kerusakan terhadap tubuh.1
Trauma kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak
langsung dengan jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+),
dan basa didefinisikan sebagai akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal
sebagai alkali. Kedua asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang signifikan pada suatu kontak dengan anggota tubuh. Kekuatan asam
didefinisikan oleh betapa kuat donor proton, kekuatan basa ditentukan oleh
seberapa kuat ia mengikat proton. Kekuatan asam dan basa didefinisikan
dengan menggunakan skala pH, yang berkisar antara 1-14 dan logaritmik.
Suatu asam kuat memiliki pH 1 dan basa kuat memiliki pH 14. Apabila
mempunyai pH 7 ini dikatakan netral.2
II. EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2008, American Association of Poison Control Centers
(AAPCC), melaporkan sebanyak 26.596 kasus terpapar zat kimia asam,
34.741 kasus terpapar zat kimia basa, 9.958 kasus terpapar peroksida, dan
58.892 kasus terpapar zat pemutih. Selama tahun 2008 tersebut, 1.868 kasus
terpapar fenol. Cedera luka bakar karena zat kimia berjumlah sekitar 2-6%
dari keseluruhan cedera luka bakar pada pusat perawatan lanjutan.3
A. Internasional
Diseluruh dunia, zat korosif pada umumnya digunakan untuk
kejahatan penganiayaan. Zat korosif yang paling banyak digunakan
adalah larutan alkali dan asam sulfat.
B. Mortalitas dan Morbiditas
Pada tahun 2008, the American Association of Poison Control
Centers, melaporkan paparan asam dan produk yang mengandung asam
dan zat kimia berbahaya lainnya memperlihatkan bahwa 10 korban
meninggal, 83 kasus keracunan tingkat berat, dan 1788 kasus keracunan
tingkat sedang. Paparan dari produk yang mengandung alkali dan zat
kimia lainnya terdapat 9 korban meninggal, 168 kasus keracunan tingkat
berat, dan 2684 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan akibat
peroksida tidak ada korban yang meninggal, 9 orang keracunan tingkat
berat, dan 154 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan akibat bahan
pemutih dan produk yang mengandung hipoklorit terdapat 2 orang
meninggal, 43 kasus keracunan tingkat berat, dan 2016 kasus keracunan
tingkat sedang. Paparan dari produk yang mengandung fenol tidak ada
korban yang meninggal, 2 kasus keracunan tingkat berat, dan 70 kasus
keracunan tingkat sedang.
C. Jenis Kelamin
Penganiayaan dengan bahan zat kimia berbahaya di seluruh dunia
lebih sering terjadi terhadap wanita.
D. Umur
Orang dewasa dan anak-anak hampir sama jumlahnya terpapar dengan
zat kimia berbahaya. Orang dewasa yang terpapar dengan zat kimia yang
bersifat korosif lebih sering menderita luka bakar yang berat.3
III. ETIOLOGI
A. Mata
Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan
oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan,
berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata
merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola
mata tersebut.4
Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik
dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke
bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan
iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat
pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada
trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia basa bersifat koagulasi sel danterjadi proses safonifikasi, disertai
dengan dehidrasi.4
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya
sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan
safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat
safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat
alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan
terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea
akan bengkakdan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan
terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.
Serbukan sel ini cenderung disertai denganpembentukan pembuluh
darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basalepitel
kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel
yang baruterbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma
dibawahnya melaluiplasminogen aktivator. Bersamaan dengan
dilepaskan plasminogen aktivator dilepasjuga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi
gangguanpenyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea
dan dapat terjadiperforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam
sesudah trauma dan puncaknyaterdapat pada hari ke 12-21. Biasanya
ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggusetelah trauma kimia.
Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasilengkap atau
vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali
sudahmasuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar.Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu
terdapat kadar glukosa dan askorbatyang berkurang. Kedua unsur ini
memegang peranan penting dalam pembentukanjaringan kornea.4
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan
anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular
dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi
protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya
mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma
akibat asam.Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia
asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat
kimia basa.4
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara
cepat melewati membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke
dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan
bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble
complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari
immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan
pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion
fluoride memasuki system sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala
pada jantung, pernafasan,gastrointestinal, dan neurologik.4
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada
kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian
superfisial saja.Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontakbahan
asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan
yang lebih dalam.5
B. Kulit
Luka bakar kimia iritasi dan kerusakan jaringan manusia yang
disebabkan oleh paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak
langsung dengan bahan kimia atau asap nya. Luka bakar kimia dapat
terjadi di rumah, di tempat kerja atau sekolah, atau sebagai akibat dari
kecelakaan atau penyerangan.6
Banyak luka bakar kimia terjadi tanpa sengaja melalui
penyalahgunaan produk seperti untuk perawatan rambut, kulit, dan
kuku. Meskipun cedera memang terjadi di rumah, risiko
mempertahankan kimia terbakar jauh lebih besar di tempat kerja,
terutama dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan sejumlah
besarbahankimia.6
Sebuah perubahan permanen dalam warna kulit dapat terjadi bila
bahan kimia tertentuhubungi kulit. Bahan kimia yang dapat
menyebabkan ini termasuk tar, aspal produk,dan beberapa
desinfektan.7
Sejumlah besar produk industri dan komersial mengandung
konsentrasi berpotensi beracun asam, basa, atau bahan kimia lain yang
dapat menyebabkan luka bakar , Beberapa produk lebih umum
terdaftar sebagai berikut:8
A. Asam
Asam sulfat umumnya digunakan dalam pembersih toilet bowl,
pembersih saluran air, pembersih logam, cairan baterai mobil,
amunisi, dan manufaktur pupuk. Konsentrasi berkisar dari asam
8% menjadi asam hampir murni. The terkonsentrasi asam yang
sangat kental dan lebih padat daripada air. Hal ini juga
menghasilkan panas yang signifikan bila diencerkan. Atribut ini
membuat asam sulfat pembersih saluran yang efektif. Asam sulfat
pekat bersifat higroskopis. Dengan demikian, menghasilkan luka
dermal oleh dehidrasi, cedera termal, dan cedera kimia.
Asam nitrat umumnya digunakan dalam ukiran, pemurnian logam,
electroplating, dan pupuk manufaktur.
Asam fluorida umumnya digunakan dalam karat, pembersih ban,
pembersih keramik, etsa kaca, perawatan gigi, penyamakan,
semikonduktor, pendingin dan pupuk manufaktur, dan penyulingan
minyak bumi. Ini sebenarnya adalah asam lemah, dan dalam
bentuk encer, tidak akan menyebabkan pembakaran langsung atau
nyeri pada kontak.
Asam klorida umumnya digunakan dalam pembersih toilet bowl,
pembersih logam, flux solder, manufaktur pewarna, pemurnian
logam, aplikasi pipa, kolam renang pembersih, dan bahan kimia
laboratorium. Konsentrasi berkisar 5-44%. Asam klorida juga
dikenal sebagai asam muriatic.
Asam fosfat umumnya digunakan dalam pembersih logam,
rustproofing, disinfektan, deterjen, dan manufaktur pupuk.
Asam asetat umumnya digunakan dalam pencetakan, pewarna,
rayon dan topi manufaktur, desinfektan dan penetralisir gelombang
rambut. Cuka asam asetat encer.
Asam format umumnya digunakan dalam lem pesawat,
penyamakan, dan pembuatan selulosa.
Asam Chloroacetic
Asam Monochloroacetic digunakan dalam produksi
karboksimetilselulosa, phenoxyacetates, pigmen, dan beberapa
obat. Ini memiliki toksisitas sistemik signifikan karena masuk dan
blok siklus asam trikarboksilat, respirasi sel menghambat. Hal ini
sangat korosif.
Asam Dichloroacetic digunakan dalam manufaktur bahan kimia.
Ini adalah asam lemah dari asam trikloroasetat, dan tidak
menghambat respirasi selular.
Asam trikloroasetat digunakan di laboratorium dan manufaktur
kimia. Hal ini sangat korosif dan "perbaikan" jaringan itu kontak.
Ini tidak menghambat respirasi selular.
Fenol dan Kresol. Fenol, juga dikenal sebagai asam karbol,
merupakan asam organik lemah yang digunakan dalam pembuatan
resin, plastik, farmasi, dan disinfektan. Kresol adalah
dihydroxybenzenes yang digunakan sebagai pengawet kayu, agen
degreasing, dan intermediet kimia. Zat-zat ini sangat mengiritasi
kulit dan dapat diserap melalui kulit untuk menghasilkan toksisitas
sistemik.
B. Basa
Natrium hidroksida dan kalium hidroksida digunakan dalam
pembersih drain, pembersih oven, tablet CLINITEST, dan
pembersih gigi tiruan. Mereka sangat korosif. Tablet CLINITEST
mengandung 45-50% natrium hidroksida (NaOH) atau kalium
hidroksida (KOH). Padat atau terkonsentrasi NaOH atau KOH
lebih padat daripada air dan menghasilkan panas yang signifikan
bila diencerkan. Kedua panas yang dihasilkan dan alkalinitas
berkontribusi untuk luka bakar.
Kalsium hidroksida juga dikenal sebagai kapur dipuaskan. Hal ini
digunakan dalam mortar, plester, dan semen. Hal ini tidak seperti
kaustik NaOH, KOH, atau kalsium oksida.
Sodium dan kalsium hipoklorit merupakan bahan umum dalam
pemutih rumah tangga dan solusi klorinasi kolam renang. Renang
chlorinators juga mengandung NaOH dan memiliki pH sekitar
13,5, membuat mereka sangat kaustik. Rumah Tangga pemutih
memiliki pH sekitar 11 dan jauh lebih korosif.
Kalsium oksida, juga dikenal sebagai kapur, adalah bahan kaustik
dalam semen. Ini menghasilkan panas bila diencerkan dengan air
dan dapat menghasilkan luka bakar termal atau kaustik.
Amonia digunakan dalam pembersih dan deterjen. Bentuk encer
tidak sangat korosif. Gas amonia anhidrat digunakan dalam
sejumlah aplikasi industri, terutama di bidang manufaktur pupuk.
Hal ini sangat higroskopis (memiliki afinitas tinggi untuk air). Ini
menghasilkan cedera dengan pengeringan dan panas pengenceran
selain menyebabkan luka bakar kimia. Hal ini dapat menyebabkan
luka bakar pada kulit serta cedera paru.
Fosfat yang biasa digunakan dalam berbagai jenis deterjen rumah
tangga dan pembersih. Zat meliputi kalium fosfat tribasic,
trisodium fosfat, dan natrium tripolifosfat.
Silikat termasuk natrium silikat dan natrium metasilicate. Mereka
digunakan untuk menggantikan fosfat dalam deterjen. Pencuci
Piring deterjen alkali, terutama untuk pembangun seperti silikat
dan karbonat. Mereka cukup korosif.
Natrium karbonat digunakan dalam deterjen. Hal ini cukup basa,
tergantung pada konsentrasi.
Lithium hidrida digunakan untuk menyerap karbon dioksida dalam
aplikasi teknologi ruang angkasa. Ini keras bereaksi dengan air
untuk menghasilkan hidrogen dan litium hidroksida. Hal ini dapat
menghasilkan luka bakar termal dan basa.
Oksidan Pemutih: klorit adalah bahan kimia utama yang digunakan
sebagai pemutih di Amerika Serikat. Rumah Tangga pemutih
bersifat basa dengan pH 11-12, tetapi cukup encer bahwa itu
adalah minimal mengiritasi kulit. Lebih terkonsentrasi, industri
klorit kekuatan mungkin lebih merusak kulit.
Peroksida: Rumah Tangga-grade hidrogen peroksida (3%)
menghasilkan minimal-untuk-tidak iritasi kulit. Konsentrasi 10%
dapat menyebabkan parestesia dan blansing kulit. Konsentrasi 35%
atau lebih akan menyebabkan terik langsung.
Chromates: dikromat Kalium dan asam kromat adalah bahan kimia
industri umum digunakan dalam penyamakan, kain waterproofing,
inhibitor korosi, lukisan, dan percetakan, dan mereka juga
digunakan sebagai agen pengoksidasi dalam reaksi kimia. Kromat
dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan toksisitas sistemik
berikutnya, termasuk gagal ginjal.
Manganates: Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang
digunakan dalam larutan encer sebagai desinfektan atau agen
pembersih. Dalam larutan encer, itu minimal mengiritasi kulit.
Dalam bentuk terkonsentrasi atau kristal murni, dapat
menyebabkan luka bakar parah, ulserasi, dan toksisitas sistemik.
C. Zat lain
Fosfor putih: Bahan kimia ini digunakan sebagai pembakar dalam
pembuatan amunisi, kembang api, dan pupuk. Fosfor putih secara
spontan teroksidasi di udara pada fosfor pentoksida, memberi dari
api kuning dan asap putih tebal dengan bau bawang putih. Setelah
ledakan amunisi atau kembang api, partikel kecil fosfor dapat
menjadi tertanam di kulit dan terus membara.
Logam: lithium Elemental, natrium, kalium, dan magnesium
bereaksi dengan air, termasuk air pada kulit.
Pewarna rambut mengandung persulfat dan solusi terkonsentrasi
peroksida. Straightening agen mungkin berisi terkonsentrasi alkali.
Luka bakar kimia dapat terjadi jika ini tidak diencerkan dengan
benar atau memiliki waktu kontak yang lama dengan kulit kepala.
Luka bakar dengan berbagai produk yang telah dilaporkan dalam
literatur.
Cedera Airbag: Inflasi cepat airbag dicapai melalui dekomposisi
cepat natrium azida untuk menghasilkan gas nitrogen. Natrium
yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan kalium nitrat dan
silikon dioksida untuk menghasilkan gas. Pada langkah kedua,
sejumlah kecil natrium hidroksida dan natrium karbonat dihasilkan.
Airbag dapat menghasilkan lecet, luka dan memar melalui
kekuatan fisik ekspansi yang cepat. Mereka juga dapat
menghasilkan luka bakar kimia alkali. Ini terutama tentang kapan
lecet kornea terjadi karena airbag.
Zat korosif dapat menyebabkan kerusakan parah atau serius pada
kulit. Luka bakar kimia dapat mengakibatkan dari paparan singkat ke
korosif substansi. zat korosif termasuk basa kuat (dasar)
bahan atau asam. Kulit adalah jaringan paruthasil yang umum.7
C. Paru
Sumber yang paling umum dari cedera yang disebabkan
kebakaran inhalasi disebabkan oleh sesak nafas adalah yang
disebabkan oleh karbon monoksida. Karbon monoksida (CO)
dilepaskan selama pembakaran semua bahan organik, yang paling
umum kayu dalam kebakaran.9
Sesak nafas umum yang terkait dengan cedera inhalasi
hidrogen sianida. Hal ini biasanya dihasilkan dari pembakaran
polyurethane (busa), wol, sutra, dan kertas, semua yang biasanya
ditemukan di rumah. Konsentrasi serendah 45-55 bagian per juta dapat
menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari satu jam, sedangkan
konsentrasi lebih dari 280 bagian per juta penyebab kematian hampir
seketika.9
Sianida mengikat sitokrom c oksidase dalam membran
mitokondria dan denatures itu, yang mencegah fosforilasi oksidatif (sel
tidak dapat menghasilkan energi yang diperlukan). Hal ini
menyebabkan kematian sel dan menyebabkan kerusakan pada sistem
saraf pusat dan jantung.9
Peran sebenarnya dari hidrogen sianida dalam menyebabkan
kematian cedera inhalasi masih bisa diperdebatkan. Hal ini terutama
diyakini cedera yang disebabkan oleh senyawa asfiksia lebih umum
seperti karbon monoksida.9
Cedera inhalasi kimia sangat bervariasi dan benar-benar
tergantung pada toksin yang menyebabkan cedera, konsentrasi dihirup,
dan panjang eksposur. Ukuran dari partikel terhirup juga
mempengaruhi jenis cedera. Partikel yang lebih besar tetap dalam
nasofaring dan saluran udara utama. Partikel kecil yang dapat
menyebar dengan mudah dapat pindah ke saluran udara yang lebih
kecil dan alveoli, berpotensi menyebabkan kerusakan lebih parah
daripada partikel yang lebih besar.9
Partikel itu sendiri biasanya tidak menyebabkan kerusakan
langsung, tetapi bahan kimia beracun yang dihasilkan oleh api dapat
larut dalam air pada partikel. Kelarutan bahan kimia juga dapat
mempengaruhi lokasi cedera. Misalnya, HCl dan SO2 merupakan gas
yang sangat larut ketika diproduksi oleh kebakaran. Karena mereka
begitu larut, mereka dengan cepat dapat mengiritasi saluran udara
utama. Tapi bahan kimia kurang larut seperti nitrogen dioksida dan
fosgen jauh lebih larut dan mempengaruhi area yang lebih dalam ke
paru-paru.9
D. Saluran Pencernaan
Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem
pencernaan akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai
diri sendiri telah berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini
dikaitkan dengan peraturan yang lebih ketat terhadap deterjen dan
bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.10
Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma
kimia asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian
distal gaster dengan 44,4% menyebabkan komplikasi stenosi pilorus
atau antrum.10
IV. PATOFISIOLOGI
A. Mata
Mekanisme trauma kimia pada mata tidak jauh berbeda antara bahan
yang bersifat asam dan basa.11
Zat alkali lipofilik dan menembus lebih cepat daripada asam.
Saponifikasi asam lemak membran sel menyebabkan gangguan sel dan
kematian. Selain itu, menghidrolisis ion hidroksil intraseluler
glikosaminoglikan dan kolagen denatures. Jaringan yang rusak
merangsang respon inflamasi, yang merusak jaringan lebih lanjut oleh
pelepasan enzim proteolitik. Hal ini disebut nekrosis liquefaktif.11
Zat alkali dapat masuk ke ruang anterior cepat (dalam waktu kurang
lebih 5-15 menit), memperlihatkan iris, tubuh ciliary, lensa, dan jaringan
trabecular kerusakan lebih lanjut. Kerusakan permanen terjadi pada nilai
pH di atas 11,5.11
Trauma kimia asam menyebabkan koagulasi protein dalam epitel
kornea, yang membatasi penetrasi lebih lanjut. Jadi, trauma kimia ini
biasanya nonprogressive dan dangkal. asam hydrofluoric adalah
pengecualian. Ini adalah asam lemah yang dengan cepat melintasi
membran sel sebagai tetap nonionized. Dengan cara ini, asam hydrofluoric
bertindak seperti sebuah alkali, menyebabkan nekrosis liquefactive. Selain
itu, ion fluorida dilepaskan ke dalam sel. ion Fluoride dapat menghambat
enzim glikolisis dan dapat digabungkan dengan kalsium dan magnesium
untuk membentuk kompleks tak larut.11
Trauma kimia asam menyebabkan koagulasi protein dalam epitel
kornea, yang membatasi penetrasi lebih lanjut. Jadi, trauma kimia ini
biasanya nonprogressive dan dangkal. asam hydrofluoric adalah
pengecualian. Ini adalah asam lemah yang dengan cepat melintasi
membran sel sebagai tetap nonionized. Dengan cara ini, asam hydrofluoric
bertindak seperti sebuah alkali, menyebabkan nekrosis liquefactive. Selain
itu, ion fluorida dilepaskan ke dalam sel. ion Fluoride dapat menghambat
enzim glikolisis dan dapat digabungkan dengan kalsium dan magnesium
untuk membentuk kompleks tak larut.11
B. Kulit
Tubuh memiliki beberapa proteksi yang spesifik dan perbaikan untuk
mekanisme termal, listrik, radiasi dan kimia luka bakar. Denaturasi protein
merupakan efek umum dari semua jenis luka bakar. Namun, trauma kimia
memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan luka bakar termal.
Trauma kimia lebih dihasilkan dari terpaparnya bahan kimia dalam tempo
waktu yang lama, dan paparan ini akan berlanjut sampai ke ruang gawat
darurat sedangkan trauma termal, dihasilkan dari terpaparnya bahan kimia
dalam waktu yang singkat. Ada juga beberapa perbedaan dari segi
biokimia. Diantaranya Struktur protein yang tidak melibatkan urutan asam
amino yang spesifik, namun ada sturktur tiga dimensi tergantung pada
kekuatan ikatan yang lemah, seperti ikatan hidrogen atau ikatan van der
Waal. Ketiga struktur dimensi ini merupakan kunci elemen pada akitivitas
biologi pada protein, dan mudah di pengaruhi oleh faktor eksternal.
Aplikasi panas atau bahan kimia, terutama gangguan pH, yang bisa
menyebabkan struktur menjadi tidak teratur. Luka termal merupakan
koagulasi protein yang cepat disebabkan oleh reaksi silang, sedangkan
pada proses penghancuran protein pada luka bakar kimia kelnjutan dari
mekanisme lain terutama hydrolisi mekanisme ini mungkin kelanjutan
sampai ada munculnya unsur agen pertahanan terutama pada lapisan
dalam . Selain itu, bahan kimia yangt bertindak dalam sistem tubuh jika
komponen kimia ini bersikulasi dalam tubuh koban dengan potensi.
Tingkat keparahan kimia luka bakar ditentukan oleh:12
a. Konsentrasi,
b. Jumlah pembakaran agen,
c. Durasi kontak dengan kulit,
d. Penetrasi dan,
e. Mekanisme aksi.
Cedera kimia diklasifikasikan baik oleh mekanisme tindakan pada
kulit atau kelas kimia agen. Khas luka bakar pada kulit dapat dibagi
menjadi tiga derajat, berdasarkan jumlah kerusakan yang disebabkan oleh
luka bakar13:
Derajat satu
Hampir semua orang memiliki pengalaman beberapa luka bakar
tingkat pertama selama ada kehidupan dalam bentuk sunburns. Luka
bakar tingkat pertama cukup kecil, hanya menyebabkan kerusakan
kulit sementara untuk lapisan atas kulit, epidermis. Warna kulit
berubah menjadi merah muda atau merah dan mungkin menjadi
sangat sensitif atau menyakitkan. Setelah 3-6 hari, epidermis kulit
yang rusak, meninggalkan bekas luka-bebas, kulit dan jaringan benar-
benar sembuh. Setiap pengobatan untuk luka bakar tingkat pertama
hanya bertujuan untuk meringankan ketidaknyamanan yang
disebabkan oleh luka bakar.
Derajat dua
Luka bakar tingkat dua lebih parah daripada luka bakar tingkat
pertama. Lapisan atas kulit (epidermis) hancur dan dermis juga rusak,
menyebabkan kulit menjadi merah atau pucat, peningkatan atau
penurunan sensasi tergantung pada kedalaman luka bakar, dan
pembentukan blister. Luka bakar tingkat dua memakan waktu sekitar
21 hari untuk sembuh, dengan gelar dalam kedua membakar mungkin
membutuhkan cangkok kulit yang kemudian mengambil lebih banyak
waktu untuk menyembuhkan. Untuk informasi tentang pengobatan
luka bakar tingkat dua lihat halaman berikut: Pengobatan Luka bakar
minor dan Pengobatan Luka bakar sedang dan berat.
Derajat ketiga
Luka bakar tingkat tiga menghancurkan semua lapisan kulit, mungkin
menyebabkan kerusakan lebih dalam. Karena kulitnya hancur, luka
bakar tingkat tiga tampak kering dan kulit seperti, pucat, merah atau
jerawatan coklat, dan benar-benar sensitif karena saraf yang hancur
juga. Luka bakar tingkat tiga biasanya membutuhkan cangkok kulit
dan dapat mengambil bulan untuk menyembuhkan, dengan
pengrusakan permanen mungkin. Untuk informasi tentang pengobatan
luka bakar tingkat tiga, lihat Pengobatan Luka bakar sedang dan berat.
C. Paru
Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi,
yaitu kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru
dan asfiksia. Hipoksia jaringan terjadi karena sebab sekunder dari
beberapa mekanisme. Prosespembakaran menyerap banyak oksigen,
dimana di dalam ruangan sempit seseorangakan menghirup udara dengan
konsentrasi oksigen yang rendah sekitar 10-13%.Penurunan fraksi oksigen
yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan hipoksia.14
Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas
transportasi oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan
oksigen ditingkat seluler. Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai
organ di dalam tubuh,organ yang paling terganggu adalah yang
mengkonsumsi oksigen dalam jumlahbesar, seperti otak dan jantung.14
Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang
terjadiakibat dari keracunan CO adalah karena injuri reperfusi dimana
peroksidasi lipid danpembentukan radikal bebas yang menyebabkan
mortalitas dan morbiditas.14
Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang
disebabkan olegangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin
secara reversible, yang menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat
hemoglobn 230-270 kali lebih kuat dar ipada oksigen. Kadar HbCO 16%
sudah dapat menimbulkan gejala klinis .CO yang terikat hemoglobin
menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringanmenurun. CO mengikat
myoglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobinyang
menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan
hipoksiajaringan.Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO
yang menyebabkankegagalanrespirasi di tingkat seluler.CO
mengikatcytochromes c dan P450 yang mempunyai daya ikat lebihlemah
dari oksigen yang diduga menyebabkan defisit neuropsikiatris.
Beberapapenelitian mengindikasikan bila CO dapat menyebabkan
peroksidasi lipid otak danperubahan inflamasi di otak yang dimediasi oleh
lekosit. Proses tersebut dapatdihambat dengan terapi hiperbarik oksigen.
Pada intoksikasi berat, pasienmenunjukkan gangguan sistem saraf pusat
termasuk demyelisasi substansia alba.Hal ini menyebabkan edema dan dan
nekrosis fokal.14
Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric
oxidedari platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan
keracunan CO padakonsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan
vasodilatasi dan edema serebri. CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh
dari CO pada temperatur ruanganadalah 3 - 4 jam. Seratus persen oksigen
dapat menurunkan waktu paruh menjadi 30– 90 menit, sedangkan dengan
hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm denganoksigen 100% dapat
menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit.14
D. Saluran Pencernaan
Trauma yang disebabkan oleh asam menyebabkan nekrosis koagulasi
pada jaringan yang terkontak sehingga koagulum terbentuk sehingga
menghalangi penetrasi lanjut ke jaringan di bawahnya. Di sisi lain, trauma
kaustik menyebabkan nekrosis likuefikasi yaitu sebuah proses yang
menyebabkan pembubaran protein dan kolagen, saponifikasi lemak,
dehidrasi jaringan dan trombosis darah sehingga menyebabkan cedera
jaringan yang lebih dalam.10
E. DAMPAK TERHADAP ORGAN
A. Mata
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata
akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat
merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu
zat yang disemprotkan atau disiramkan di muka. Trauma kimia alkali lebih
sering terjadi daripada trauma kimia asam dan cenderung lebih merugikan.13,15
Insidens terjadinya trauma kimia pada mata lebih dari 60% trauma kimia
terjadi di tempat kerja, 30% terjadi di rumah dan 10% adalah dari tindakan
kekerasan. Trauma kimia pada mata lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan dominasi laki-laki
dalam bidang industri, seperti konstruksi dan pertambangan, sehingga terjadi
resiko tertinggi untuk cedera mata.11
B. Kulit
Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat
menyebabkan trauma pada kulit yang irrefersibel dan terjadi kematian sel.
Bahan kimia pun dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat
merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang
mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir
sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai
macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi,
ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress pernapasan.
Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan
distress emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka
bakar dan bekas luka (scar).16
C. Paru
Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia,
klorin, atau bahan kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini.
Edema saluran pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon
monoksida (CO) adalah contoh dari trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini
muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah kejadian luka bakar. Juga
suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia mengoksidasi
hemoglobin paru-paru yang mengakibatkan gangguan transportasi oksigen
(methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan.17
D. Saluran Pencernaan
Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan
akibat menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah
berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan
yang lebih ketat terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari
kesadaran umum.10
Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia
asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster
dengan 44,4% menyebabkan komplikasi stenosi pilorus atau antrum.10
F. PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK
A. Pemeriksaan Luar
1. Mata
Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang
berpotensi mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin
terbatas pada pH dan ketajaman visual. Setelah irigasi berlebihan,
pemeriksaan ophthalmologi penuh diperlukan. Ini dapat mengungkapkan
robek, injeksi konjungtiva, injeksi scleral, kerusakan kornea,
opacification kornea, uveitis, glaukoma, atau perforasi. Kemudian
pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein diperlukan
untuk menentukan tingkat cedera.11
Tingkat trauma pada mata adalah berdasarkan: 13,15
Klasifikasi Huges Klasifikasi Thoft
1. Ringan:
- Prognosis baik
- Terdapat erosi epitel kornea
- Pada kornea terdapat kekeruhan
ringan
- Tidak ada iskemia dan nekrosis
kornea ataupun konjungtiva
Derajat 1: hiperemi konjungtiva
disertai dengan keratitis
pungtata
2. Sedang:
- Prognosis baik
- Kekeruhan kornea sehingga sulit
melihat iris & pupil secara jelas
- Terdapat iskemia & nekrosis ringan
kornea dan konjungtiva
Derajat 2: hiperemi konjungtiva
disertai dengan hilang epitel
kornea.
3. Sangat berat:
- Prognosis buruk
- Kekeruhan kornea pupil tidak dapat
dilihat
Derajat 3: hiperemi disertai
dengan nekrosis konjungtiva
dan lepasnya epitel kornea.
Derajat 4: konjungtiva perilimal
nekrosis sebanyak 50%
2. Kulit
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas,
listrik, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Perubahan-perubahan pada kulit sesuai dengan derajat luka bakarnya.
Oleh karena itu, pada pemeriksaan luar perlu ditentukan: keadaan luka,
luas luka, dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini perlu dicari
adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada
perbatasan pada daerah yang terbakar.18
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
beberapa faktor antara lain :18
a) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b) Kedalaman luka bakar.
c) Anatomi lokasi luka bakar.
d) Umur klien.
e) Riwayat pengobatan yang lalu.
f) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
Berdasarkan derajat kedalamannya Luka bakar diklasifikasi
menjadi derajat 1, 2, dan 3. Kadang-kadang digunakan pula istilah derajat
4 pada kulit yang hangus terbakar mirip arang. Klasifikasi tersebut ialah: 18
a) Luka bakar derajat 1 atau superficial burn. Luka bakar permukaan
yang tidak terlalu serius dan hanya mengenai lapisan kulit bagian
atas. Kulit kering, eritema, nyeri karena ujung saraf sensorik teriritai.
Sering kali disertai pembentukan vesikel (gelembung berisi cairan).
b) Luka bakar derajat 2 atau partial thickness burn (luka bakar parsial).
Artinya luka bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit, bagian
dermis masih ada yang sehat. Luka bakar dengan kedalaman ini
sering kali disertai dengan rusaknya struktur di bawah kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan kolagen.
c) Luka bakar derajat 3 atau full thickness burn. Luka bakar mengenai
seluruh ketebalan kulit. Struktur di bawah kulit pun sering kali
mengalami kerusakan. Sekalipun demikian, kulit tidaklah lenyap,
musnah, atau hilang, tetapi rusak.
d) Luka bakar derajat 4 yakni luka terlihat hitam bagai arang,
nekrotik.17
3. Paru
Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban
trauma kimia. Pada pemeriksaan paru-paru bisa didapatkan peningkatan
laju napas, bunyi mengi, dan suara ronki kasar di paru-paru yang
berhubungan dengan edema. Semua tanda ini menunjukkan individu
mengalami kesulitan pernafasan.17
4. Pencernaan
Pada pemeriksaan luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir,
pipi, dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari
bibir sampai ke lambung, kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi
esophagus dan gaster umumnya terjadi karena asam sulfat dan asam
hidroklorida.
B. Pemeriksaan Dalam
1. Mata
Pada mata dilakukan beberapa pemeriksaan dalam untuk
mengetahui penyebab trauma pada mata. Pada palpebra: permukaan
tarsal kelopak mata. Pada kornea dinilai pada korpus alienum, aberasi,
laserasi. Konjungtiva bulbaris terjadi perdarahan, laserasi. Pada sklera
terdapat luka tertutup oleh perdarahan.11
2. Kulit
Pada korban yang meninggal karena luka bakar bahan kimia, tidak
ditemukan kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang
ditemukan pada pemeriksaan dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-
keadaan lain. Efek sistemik jika mengalami trauma kimiawi haruslah
selalu diantisipasi. Contohnya, dalam menggunakan asam karbolik atau
phenol untuk pengelupasan yang dalam, setiap dokter membutuhkan
pemeriksaan jantung dan resiko dari kerusakan ginjal. Asam hydrofluoric
bisa menyebabkan hipokalemia dan tetanus, disamping itu asam
monocloroasetic dapat memproduksi metabolik asidosis dan masalah
CNS.16
a) Jantung
Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada
penderita dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini
tidak khas dan dapat ditemukan keadaan-keadaan lain. Pada penderita
dengan septicemia, ditemukan adanya metastase fokus sepsis pada
myokardium dan endokardium. Perubahan lain berupa gambaran peteki
pada pericardium dan endokardium(19)
b) Ginjal
Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik.
Perubahan yang terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat dari
komplikasi yang terjadi. Pada korban ynang mengalami komplikasi
berupa syok yang lama, dapat terjadi acute tubular necrosis pada tubulus
proksimal dan distal serta thrombosis vena. Acute tubular nekrosis in
diduga disebabkan adanya heme cast pada medulla yang bisa ditemukan
pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar
yang fatal, dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Traktus genitalis
merupakan sumber infeksi yang potensial pada luka bakar, terutama pada
korban yang memakai dauer kateter, dimana populasi bakteri yang
ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi yang terjadi, bakteri
tersebut antara lain: pseudomonas, aerobacter, staphylococcus, dan
proteus.16
c) Susunan saraf pusat
Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat
berupa edema, kongesti, kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari
tonsilla cerebellum melewati forame magnum serta adanya perdarahan
intracranial. Tetapi perubahan-perubahan ini diduga terjadi akibat adanya
gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan pada
pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh tidak lebih
dari satu derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh
oleh jejas thermik. Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-
perubahan abnormal kecuali sel-sel purkinye yang menunjukkan
perubahan degenerative. Pada penderita yang mengalami komplikasi
berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan meningitis
hematogenous.16
3. Paru
Pada pemeriksaan post mortem, trauma kimia meninggalkan kesan
korosi pada saluran pernapasan dari tahap ringan hingga petengahan.
Selain itu didapatkan juga kongesti dan edema paru pada trauma kimia
yang disebabkan oleh bahan korosif asam. Inhalasi bahan kimia
menyebabkan kerusakan sel yang parah pada saluran pernapasan.(5)
4. Pencernaan
Pada pemeriksaa dalam yang didapatkan pada trauma kimia,
ditemukan perforasi atau ruptur gaster yang paling sering ditemukan oleh
kerana trauma asam sulfurik, diikuti oleh asam nitrik dan asam
hidroklorik.20
Pada gambaran post mortem ditemukan kerusakan pada kulit
dengan warna kehitaman pada daerah trauma. Tergantung dari kepekatan
dari asam, dinding gaster akan mengalami edema, deskuamasi,
perdarahan, ulserasi hingga perforasi.20
I. Aspek Medikolegal
Dalam Pasal 131 menyebut bahwa:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat,
dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau
bagian lain badan mayat.
Trauma kimia yang disebabkan oleh penganiayaan dapat diancam dalam
Pasal 351 KUHP di mana:
(1)Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah
(2)Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama lima tahun
(3)Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun
(4)Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
(5)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 352 KUHP
(1)Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus
rupiah. Pidana ditambah sepertiga bagi orang yang bekerja padanya, atau
menjadi bawahannya
(2)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Derajat berat dari trauma kimia dapat dikenakan pidana sesuai dengan Pasal
90 KUHP. Yang mendifinisikan luka berat sebagai:
- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
- Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian
- Kehilangan salah satu panca indera
- Mendapat cacat berat (verminking)
- Menderita sakit lumpuh
- Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan