trauma pada ibu hamil
TRANSCRIPT
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 1/21
CLINICAL SCIENCE SESSION
TRAUMA PADA IBU HAMIL
DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Diajukan untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
SMF Ilmu Bedah
Presentan:
Rizki Perdana
Ardyan Premata G
Partisipan:
Astri Restuastuti Muslimah
Shella Arrum WardhaniMariska InggridaEva Fieldiana Sari
Preseptor:Arief Guntara, dr., SpB
SMF ILMU BEDAH
RSUD AL-IHSAN
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 2/21
BAB I
TRAUMA PADA IBU HAMIL
I. Pendahuluan
Injury dapat terjadi pada 6-7% ibu hamil dan menjadi penyebab
kematian nonobstetrik pada ibu hamil. Selain itu, kejadian ini dapat pula
menjadi salah satu penyebab kematian janin akibat trauma. Prinsip yang
harus dipegang dalam menjalankan “save the mother, save the fetus”
adalah penanganan dini pada ibu hamil korban trauma.
II. Perubahan anatomis dan konsekwensi klinis
A. Uterus
- Bertambahnya ukuran (7 cm/70 g; 36 cm/1,100 g)
- Lokasi intraabdomen setelah minggu ke-12
Gambar 1. Ukuran uterus berdasarkan tinggi fundus
- Dinding muskularis yang bertambah tipis.
- Peningkatan aliran darah (60 mL/menit)
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 3/21
3
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Increased susceptibility to injury
b. Peningkatan pendarahan
c. Kompresi IVC pada posisi berbaring (supine hypotension
syndrome)
B. Plasenta
- Penurunan elastisitas
- Sensitivitas katekolamin
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Mudah terjadi separasi dari dinding uterus (abruption) b. Penurunan aliran darah plasenta, disertai stres akan
menyebabkan gangguan janin
C. Pelvis
- Venous engorgement
- Relaksasi ligamen
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Meningkatnya keparahan pendarahan
b. Instabilitas gaya berjalan dan meningkatnya risiko jatuh
c. Perubahan gambaran radiologis dan misdiagnosis
D. Genitourinaria
- Dilatasi collecting system
- Perubahan letak buli intraabdomen
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Perubahan gambaran radiologis dan misdiagnosis
b. Meningkatnya risiko injury
E. Gastrointestinal
- Perubahan letak usus menuju kuadran atas
- Perubahan pada gastroesophageal juntion
- Peritoneal “stretching”
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 4/21
4
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Altered injury pattern
b. Penurunan sensitivitas peritoneum dan dapat mengaburkan
pemeriksaan fisik
c. Peningkatan risiko terjadinya refluks dan aspirasi
F. Diafragma
- Meninggi (4 cm)
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Perubahan peta anatomis (contoh: salah menempatkan chest
tube) b. Perubahan functional residual capacity (FRC)
G. Jantung
- Perubahan arah sefalik jantung (cephalad )
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Perubahan EKG – left axis deviation; T-wave flattening,
inversion lead III & aVF
H. Hipofisis
- Mengalami pembesaran 135%
- Peningkatan kebutuhan aliran darah
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Keadaan syok akan menyebabkan nekrosis pada kelenjar
hipofisis interior yang akan menyebabkan insufisiensi hipofisis
( Sheehan’s syndrome)
III. Perubahan Fisiologis atau Konsekwensi Klinis Potensial
A. Kardiovaskular
- Peningkatan cardiac output
- Peningkatan nadi
- Peningkatan tekanna darah (pada trimester II)
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 5/21
5
- Penurunan CVP
- Penurunan resistensi vaskular perifer
- Peningkatan ektopi
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Perubahan tanda-tanda vital
b. Kondisi hiperdinamik
B. Hematologi
- Peningkatan volume darah yang disebabkan peningkatan volume
plasma
- Penurunan hematokrit (32-36%) karena peningkatan plasma yanglebih besar daripada volume sel darah merah
- Peningkatan WBC count (18-25 WBC/mm3)
- Penurunan plasminogen activator levels
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Perubahan parameter hematologis
b. “Anemia” fisiologis; “hipervolemia” fisiologis
c. Gejala-gejala pendarahan akan “terlambat”; 1/3 volume darah
ibu dapat hilang tanpa perubahan nadi atau tekanan darah
d. Hiperkoagulabilitas; peningkatan risiko terjadinya
venotromboemboli
C. Respirasi
- Peningkatan ventilasi per menit
- Peningkatan volume tidal
- Penurunan FRC
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Chronic respiratory alkalosis
b. Penurunan respiratory buffering capacity
c. Perubahan respon terhadap inhalasi, saat anestesi
d. Kecenderungan rapid oxygen desaturation
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 6/21
6
e. Penurunan toleransi terhadap hipoksemia
D. Ginjal
- Peningkatan aliran darah ginjal
- Peningkatan creatinine clearance
- Peningkatan glomerular filtration rate
- Penurunan resorpsi glukosa
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Penurunan BUN
b. Penurunan kreatinin serum
c. GlukosuriaE. Gastrointestinal
- Penurunan pengosongan lambung
- Peningkatan produksi asam lambung
- Gangguan kontraksi kandung empedu
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Peningkatan risiko refluks asam atau aspirasi
b. Bile statis atau peningkatan risiko pembentukan batu empedu
F. Endokrin
- Peningkatan laktogen plasenta
- Peningkatan progesteron
- Peningkatan estrogen
- Peningkatan parathormon
- Peningkatan kalsitonin
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Resistensi insulin atau pregnancy-induced diabetes
b. Relaksasi sfinkter esofagus bawah
c. Delayed gastric emptying
d. Peningkatan absorbsi kalsium
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 7/21
7
G. Sistem Saraf
- Pregnancy-induced hypertension (eclampsia)
- Konsekwensi klinis potensial:
a. Peningkatan risiko pendarahan intrakranial
b. Peningkatan risiko kejang
c. Mimics head injury
IV. Mechanism of Injury
A. Tumpul/blunt
- Kecelakaan kendaraan bermotor (motor vehicle collisions/MVC ), jatuh, kekerasan
- MVC penyebab terbanyak mortalitas nonobstetri ibu hamil dan
janin
- Placental abruption merupakan penyebab kematian janin
walaupun ibu selamat
- Fraktur pelvis merupakan trauma yang menyababkan kematian
janin
- Sebagian besar kematian janin disebabkan oleh fraktur tengkorak
disertai dengan pendarahan intrakranial
- Ruptur uterin berkaitan dengan terlemparnya ibu dari kendaraan
dan disertai adanya syok sang ibu dan uterine tenderness
- Penggunaan sabuk pengaman merupakan faktor terpenting
mencegah maternal injury yang berhubungan dengan kematian
janin
- Kelemahan pada ligamen pelvis dan perut yang membesar
berdampak pada ketidakstabilan gaya berjalan dan meningkatkan
insidensi jatuh pada ibu hamil
B. Penetrasi/ penetrating
- Luka tembakan (gunshot wounds/GSW ), luka tusukan
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 8/21
8
- Berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga
- Risiko perlukaan pada uterus meningkat pada trimester II dan III
- Fetal injury berhubungan dengan uterin bisa terjadi dan
merupakan penyebab mortalitas yang tinggi (40-65%)
- Kematian ibu hamil jarang terjadi dibandingkan kematian janin
pada truma ini
- Penetrasi pada perut atas berhubungan dengan kerusakan pada
saluran cerna dan pembuluh darah
V. Manajemen A. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Perhatikan potensi kehamilan pada setiap wanita yang mengalami
trauma sesuai usianya. Pemeriksaan β-hCG dilakukan secara rutin.
2. Walaupun pada ibu hamil terdapat dua individu yang harus
ditangani, prioritas tetap sama (yaitu: ATLS). Penanganan yang
paling baik bagi janin adalah resusitasi ibu.
3. Konsultasi obstetrik dini dan penentuan keadaan janin merupakan
hal yang penting.
B. Prehospital
1. Janin sangat sensitif terhadap keadaan hipoksia dan hipovolemi,
penanganan prehospital pada kecelakaan ibu hamil harus
mencakup pemberian suplemen oksigen dan cairan intravena
sesegera mungkin.
2. Pada kehamilan lanjut, berbagai posisi dapat menjadi komplikasi
karena faktor-faktor anatomis. Sindrom hipotensi supinasi dapat
dicegah dengan memosisikan pasien hamil dari kompresi uterin
terhadap IVC, seperti posisi lateral dekubitus, atau paha kanan
lebih tinggi sehingga uterus secara manual akan berpindah. Jika
dicurigai trauma pada spinal, imobilisasi dengan menggunakan
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 9/21
9
papan di bagian punggung yang dimiringkan 150 ke kiri.
3. Pneumatic anti shock garment (PSAG) pada keadaan biasa
berguna untuk stabilitas fraktur dan mengendalikan pendarahan,
namun hal ini merupakan kontra indikasi pada pasien hamil
karena dapat meningkatkan gangguan venous return.
4. Persiapan di RS harus disertai dengan penyediaan konsultasi
dengan ahli obstetri dan neonatus.
5. Jangan melakukan asesmen pada tempat kejadian, namun harus
segera dipindahkan dengan imobilisasi yang baik agar keselamatan
ibu dan janin dapat terjamin.C. Hospital
1. Survei primer
a. Resusitasi tanda-tanda vital, identivikasi dan manajemen
trauma yang mengancam jiwa seperti pada penanganan pasien
lainnya.
b. Pertimbangkan intubasi dini dan ventilasi mekanik pada pasien
hamil manapun dengan memonitor status ventilasi untuk
mencegah hipoksia janin.
c. Karena dapat terjadi “hipervolemia fisiologis”, pasien hamil
dapat mengalami kehilangan volume darah (1.500 mL) tanpa
adanya tanda-tanda hipovolemia; walaupun tanda-tanda
vital ibu dalam keadaan normal, janin dapat
mengalami perfusi yang tidak adekwat.
d. Akses intravena pada ekstrimitas atas lebih diutamakan, dan
inisiasi resusitasi cairan segera dilakukan. Pertimbangkan
untuk transfusi RBC. Obat-obat vasopresor dapat
menyebabkan penurunan aliran darah dan harus dihindari
dalam mengendalikan hipotensi maternal.
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 10/21
10
2. Survei sekunder
a. Riwayat obstetri
1) Hari pertama menstruasi terakhir
2) Perkiraan kelahiran
3) Presepsi awal pergerakan fetus
4) Status kehamilan saat ini dan sebelumnya
b. Tentukan ukuran uterus dengan mengukur tinggi fundus dalam
sentimeter dari simfisis pubis untuk mengetahui umur janin (1
cm = 1 minggu usia kehamilan).
c. Pemeriksaan perut pada pasien hamil harus disertaipemeriksaan uterine tendernessi and consistency, adanya
kontraksi, dan letak serta pergerakan janin. Pemeriksaan pelvis
dilakukan dengan memperhatikan adanya darah pada vagina
atau cairan amnion, dan lainnya. Pemeriksaan pH amnion (pH
> 7) dan vagina (pH = 5) harus dilakukan.
3. Fetal assessment
a. Pada janin berusia > 20 minggu, dapat dilakukan auskultasi
jantung janin untuk mengetahui nadi janin (normal = 120 –
160 x/menit). Bradikardia janin merupakan indikasi terjadinya
fetal distress.
b. Kardiotopografi dapat dilakukan pada janin berusia 20 – 24
minggu untuk menentukan viabilitas janin.
c. USG dapat digunakan untuk evaluasi umur janin, aktivitas
jantung, dan pergerakan janin.
4. Modalitas diagnostik
a. Pemeriksaan radiologi (termasuk CT scan), dan jika
dimungkinkan, lindungi perut bagian bawah dengan
menggunakan apron timbal dan hindari pengulangan.
b. Paparan radiasi pada embrio preimplantasi (<3 minggu)
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 11/21
11
bersifat letal. Pada fase organogenesis (2-7 minggu), embrio
sensitif terhadap teratogen, keterbelakangan pertumbuhan,
dan efek neoplastik akibat radiasi. Paparan radiasi <0,1 Gy
secara umum bersifat aman.
c. DPL (diagnostic peritoneal lavage)atau FAST ( focused
abdominal sonography for trauma) dapat dilakukan sama
seperti pada pasien biasa.
d. FAST dapat sangat membantu untuk mengetahui cairan bebas
pada perut setelah terjadi trauma.
5. Penanganan devinitifa. Jika ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik dan modalitas
diagnostik maka dapat dilakukan operasi.
b. Pasien hamil dengan trauma yang keadaannya sangat kritis
harus dipantau di intensive care unit dan disediakan onsite
obstetric care dan bedside fetal monitoring.
c. Pasien hamil yang stabil yang memerukan rawat inap harus
diobservasi keadaan obstetrinya selama 24 hingga 48 jam.
Pasien yang memiliki janin berusia 20 – 24 minggu harus
dimonitor mengunakan kardiotopografi (continuous
cardiotokographic monitoring/CTM )
d. Pasien hamil yang asimptomatik dengan janin berusia 20-24
minggu dengan trauma minor dan tidak memerlukan rawat
inap dengan temuan normal pada CTM selama 4 jam dapat
pulang dengan instruksi yang jelas dan follow-up.
VI. Caesarean Section dan Trauma
A. Indikasi
1. Faktor janin
a. Risiko distres janin akan meningkatkan risiko prematuritas
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 12/21
12
b. Abruptio plasenta
c. Ruptur uterin
d. Malposisi janin dengan kelahiran prematur
e. Fraktur pelvis dan spinal lumbosakral
2. Faktor ibu
a. Evaluasi yang tidak adekwat untuk mengontrol injury lainnya
b. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
B. Perimortem SC dapat dipertimbangkan pada janin berusia 26 minggu,
dan interval antara kematian ibu dengan proses kelahiran < 15 menit.
RJP maternal harus tetap dilakukan ketika SC dan neonatal intensivecare support harus segera dilakukan.
VII. Beberapa Permasalahan Khusus pada Kehamilan
A. Abruptio plasenta merupakan penyebab tersering kematian janin
walaupun ibu selamat. Pada kehamilan lanjut, trauma minor dapat
menyebabkan keadaan ini. Separasi plasenta dari dinding uterus
dapat menyebabkan kematian janin (50%). Penemuan klinis
mencakup nyeri perut, pendarahan vagina, keluarnya cairan amnion,
rigiditas dan nyeri pada uterus, ekspansi tinggi fundus, dan syok
maternal. Separasi dengan derajat minimal dapat memungkinkan
keselamatan janin dengan terus melakukan USG serial, monitor janin,
dan observasi transfusi fetomaternal.
B. DIC disebabkan oleh pelepasan thromboplastic substances saat
placental abruption atau amniotic fluid embolism. Kematian ibu
dapat terjadi pada keadaan ini. Penanganan yang dilakukan termasuk
evakuasi emergensi uterus dan komponen darah untuk membalikan
koagulopati.
C. Transfusi fetomaternal, pendarahan janin ke dalam sirkulasi ibu
merupakan kejadian yang dapat terjadi setelah trauma (26%).
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 13/21
13
Transfusi fetomaternal dapat menyebabkan anemia dan kematian
janin.
D. Kelahiran prematur didefinisikan adanya onset kontraksi yang terjadi
sebelum usia janin mencapai 36 minggu yang cukup kuat sehingga
cukup untuk menyebabkan dilatasi serviks dan effacement . Keadaan
ini merupakan komplikasi yang sering terjadi pada trauma ibu hamil.
E. Kematian janin intrauterin tidak membutuhkan intervensi operasi
segera. Kelahiran biasanya terjadi dalam 48 jam. Monitor keadaan
koagulasi diperlukan karena DIC dapat menyebabkan syok maternal
dan kematian.
VIII. Medikasi pada Kehamilan
A. Analgetik
1. Pemberian narkotik ( fetal respiratory depression) dan NSAID
harus diberikan secara hati-hati (dosis rendah dan monitor rutin).
B. Antibiotik
1. Penisilin, sepalosporin, eritromisin, dan klindamisin merupakan
jenis antibiotik yang aman.
2. Pemberian aminoglikosid ( fetal ototoxicity), sulfonamid (neonatal
kericterus), quinolon, dan metronidazol harus diberikan secara
hati-hati.
3. Kloramfenikol (maternal and fetal bone marrow toxicity), dan
tetrasiklin (inhibition of fetal bone growth) merupakan
kontraindikasi.
C. Antikoagulan
1. Heparin diindikasikan karena tidak melewati plasenta dan
memiliki waktu paruh yang pendek dan dapat diberikan protamin
untuk menghilangkan efeknya.
2. Warfarin merupakan kontraindikasi karena dapat melewati
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 14/21
14
plasenta dan memiliki waktu paruh yang panjang sehingga
membutuhkan waktu yang lama agar efeknya hilang.
D. Antikonvulsan
1. Pemberian benzodiazepin dan barbiturat ( fetal respiratory
depression) harus diberikan secara hati-hati.
2. Fenitoin (teratogenik) merupakan kontraindikasi.
E. Antiemetik
1. Metoklorpamid dan proklorperazin merupakan jenis yang aman
diberikan
F. Karena agen anastesi lokal dapat menembus plasenta makapemberiannya harus dilakukan secara hati-hati dan menghindari
pemberian dosis yang tinggi.
G. Agen anastesi umum dan neuromuscular blockers aman untuk
digunakan.
H. Profilaksis stres
1. Sukralfat aman untuk diberikan
2. Penggunaan H2 blockers harus diberikan secara hati-hati
I. Profilaksis tetanus dapat diberikan sesuai acuan standar.
IX. Kesimpulan
- Prinsip utama penanganan adalah “save the mother, save the
fetus” .
- Lakukan pemeriksaan β-hCG pada setiap wanita usia hamil
- Pada transportasi pasien hamil lanjut, diposisikan uterus berada
pada sisi sebelah kiri.
- Janin masih dapat terancam walaupun ibu mengalami trauma
ringan.
- Walaupun dalam keadaan ibu hamil terdapat dua individu yang
ditangani, prioritas penanganan tetap sama.
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 15/21
15
- Penanganan dini yang paling baik bagi janin adalah resusitasi ibu.
- Kehilangan darah yang signifikan pada ibu hamil dapat muncul
tanpa adanya perubahan tanda-tanda vital.
- Abruptio plasenta merupakan penyebab utama kematian janin
pada pasien hamil yang berhasil selamat.
- Kematian janin bukan merupakan indikasi dilakukannya SC.
- Tidak ada keadaan apapun yang menuntut mempertahankan
kehamilan daripada menangani ibu yang mengalami kecelakaan.
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 16/21
BAB II
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
I. Definisi
Secara definisi, KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.Lingkup rumah tangga meliputi:
a. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan
perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar
dan besan); dan/atau
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga).
II. Bentuk-bentuk KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga memiliki beberapa bentuk yang tidak
terbatas pada kekerasan fisik saja. Bentuk-bentuk KDRT adalah :
a. Kekerasan fisik, adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat
b. Kekerasan psikis, adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak,
rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang
c. Kekerasan seksual, adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 17/21
17
wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan
orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
d. Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan
orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang
tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang
mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi
dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.
III. Dasar Hukum
Berdasarkan hasil Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada
tanggal 14 September 2004, telah disahkan Undang-Undang No. 23 tahun
2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)
yang terdiri dari 10 bab dan 56 pasal. Dan pada pasal 10 yaitu tentang hak-
hak korban, diantaranya adalah:
a. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan,
advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;
b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;
c. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;
d. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
e. Pelayanan bimbingan rohani
Selain itu, korban juga berhak untuk mendapatkan pelayanan demi
pemulihan korban :
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 18/21
18
a. Tenaga kesehatan;
b. Pekerja sosial;
c. Relawan pendamping; dan/atau
d. Pembimbing rohani.
Selain itu dalam undang undang ini, diatur pula kewajiban pemerintah,
diantaranya adalah:
a. Merumuskan kebijakan tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
tangga;
b. Menyelenggarakan komunikasi informasi, dan edukasi tentang
kekerasan dalam rumah tangga;
c. Menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang kekerasan dalam
rumah tangga; dan
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif jender dan isu
kekerasan dalam rumah tangga serta menetapkan standar dan
akreditasi pelayanan yang sensitif jender.
Selain itu, untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban,
pemerintah dan pemerintah daerah dapat melakukan upaya:
a. Penyediaan ruang pelayanan khusus (RPK) di kantor kepolisian;
b. Penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial dan pembimbing
rohani;
c. Pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerjasama
program pelayanan yang mudah diakses korban;
d. Memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga dan
teman korban.Undang-Undang ini juga menyebutkan bahwa setiap orang yang
mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya
untuk :
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 19/21
19
a. Mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. Memberikan perlindungan kepada korban;
c. Memberikan pertolongan darurat; dan
d. Membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik ringan serta kekerasan
seksual yang terjadi dalam relasi antar suami istri, maka yang berlaku adalah
delik aduan. Maksudnya adalah korban sendiri yang melaporkan secara
langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian. Namun korban
dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan
kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian. Dalam hal korbanadalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh
atau anak yang bersangkutan.
IV. Sanksi Hukum
Sedangkan untuk hukumannya, telah diatur pada pasal 47 dan pasal 48,
Pasal 47: “Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah
tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal
8 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 tahun dan pidana
penjara paling lama 15 tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000 atau
denda paling banyak Rp 300.000.000”. Pasal 48: “Dalam hal perbuatan
kekerasan seksual yang mengakibatkan korban mendapatkan luka yang tidak
memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir
atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 minggu terus menerus atau 1
tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau
mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 tahun dan pidana penjara paling lama 20 tahun atau
denda paling sedikit Rp 25.000.000 dan denda paling banyak Rp
500.000.000”.
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 20/21
20
Dalam undang undang ini dikatakan bahwa sebagai salah satu alat bukti
yang sah, keterangan seorang saksi korban saja sudah cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila disertai dengan suatu alat
bukti yang sah lainnya. Alat bukti yang sah lainnya itu adalah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa.
7/27/2019 Trauma Pada Ibu Hamil
http://slidepdf.com/reader/full/trauma-pada-ibu-hamil 21/21
DAFTAR PUSTAKA
Peitzman, Andrew B., Michael, et all. The Trauma Manual. Pensylvannia:
Lippincot Williams & Wilkins Publisher. 2002.
Nathan, Lauren. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment. 9th
Ed. California: McGraw – Hill Companies, Inc. 2003.