trisna-tugas terapi relaksasi religius terhadap insomnia lansia dirumah

29
CRITICAL REVIEW PENGARUH RELAKSASI RELIGIUS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA BERBASIS KOMUNITAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga (Desy Indra Yani, MNS) Oleh: TRISNA VITALIATI NIM 220120130058 PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014

Upload: trisna-vitaliati

Post on 26-Dec-2015

286 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

CRITICAL REVIEW

PENGARUH RELAKSASI RELIGIUS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT

INSOMNIA PADA LANSIA BERBASIS KOMUNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Keluarga

(Desy Indra Yani, MNS)

Oleh:

TRISNA VITALIATI

NIM 220120130058

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2014

Page 2: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

2 | P a g e

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................3

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................3

1.2 Tujuan ....................................................................................................................6

1.3 Manfaat ..................................................................................................................6

BAB 2 ISI........................................................................................................................7

2.1 Insomnia pada Lansia .............................................................................................7

2.2 Teknik Relaksasi Religius .................................................................................... 11

2.3 Hasil Review ........................................................................................................ 17

2.4 Pembahasan.......................................................................................................... 23

BAB 3 PENUTUP ......................................................................................................... 25

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 25

3.2 Rekomendasi ........................................................................................................ 25

3.3 Lesson Learned .................................................................................................... 26

REFERENSI .................................................................................................................... 27

Page 3: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

3 | P a g e

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan di rumah (community based) untuk usia lanjut adalah suatu upaya

pelayanan kesehatan secara menyeluruh (baik segi promosi, prevensi, kurasi, dan

rehabilitasi) untuk pasien usia lanjut yang dilakukan oleh tenaga medik/paramedik di rumah

pasien, dengan keterlibatan anggota keluarga lain yang tinggal di rumah. Nilai kekeluargaan

yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin menjadi

salah satu alasan mengapa rumah jompo bukan menjadi suatu pilihan dalam perawatan

lansia. Mengirim keluarga yang sudah berumur dan memerlukan perawatan ekstra ke rumah

jompo dianggap sebagai perbuatan yang tidak terpuji. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan

ekstra lansia tersebut mereka mempekerjakan seorang perawat untuk merawat orangtuanya

di rumah. Melalui cara ini memang terdapat keuntungan maupun kerugiannya. Lansia dapat

tetap tinggal di rumah sehingga ia mendapatkan rasa nyaman dan aman. Namun juga

banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama. Perlu diingat bahwa lansia memerlukan

berbagai hal lain untuk dapat mempertahankan fungsi kognitifnya. Tak lupa bahwa lansia

juga membutuhkan sosialisasi. Hal ini menuntut perhatian khusus dari keluarga yang

menjaga lansia tersebut. Jangan sampai lansia merasa sendirian yang akan berdampak pada

depresi walaupun berada di rumahnya sendiri.

Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga

pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus

menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Hal ini masih ditambah dengan

manifestasi yang kompleks dari depresi. Kecemasan dan depresi menjadi salah satu factor

utama yang menyebabkan insomnia pada lansia (Bestari, 2013). Sehingga dalam

memberikan perawatan kepada lansia juga penting diketahui bagaimana dalam mengatasi

depresi pada lansia sehinga lansia tidak mengalami insomnia.

Kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang

disebabkan oleh satu dari; sulit memasuki tidur, sering terbangun malam hari kemudian

kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak.

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada lansia,

kejadiannya semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi gangguan tidur

Page 4: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

4 | P a g e

pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Amir, 2007). Sebagian besar lansia

mempunyai risiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai factor. Luce dan Segal

mengungkapkan bahwa factor usia merupakan factor yang terpenting yang berpengaruh

terhadap kualitas tidur. Proses degenerasi pada lansia mengakibatkan kuantitas tidur lansia

akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai tidur yang adekuat (Nugroho, 2008).

Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis atau

hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya kurang jika dibandingkan dengan

lansia yang sehat (Amir, 2007).

Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup dapat

menyebabkan penurunan nafsu makan, kelemahan/kelelahan, peningkatan angka

kejadian kecelakaan baik dirumah maupun dijalan, terjatuh, iritabilitas, menyebabkan

emosi menjadi tidak stabil, sulit untuk berkonsentrasi, dan kesulitas dalam mengambil

suatu keputusan (Wold, 2004). Beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia

misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood

depresi, dan penurunan kualitas hidup (Amir, 2007).

Penyembuhan terhadap insomnia tergantung dari penyebab yang menimbulkan

insomnia. Bila penyebabnya adalah kebiasaan yang salah atau lingkungan yang kurang

kondusif untuk tidur maka terapi yang dilakukan adalah mengubah kebiasaan dan

lingkungannya. Sedangkan untuk penyebab psikologis maka konseling dan terapi relaksasi

dapat digunakan untuk mengurangi gangguan sulit tidur, terapi ini merupakan bentuk

terapi psikologis yang mendasarkan pada teori-teori behavioris. Treatmen yang sering

dilakukan untuk mengurangi insomnia umumnya dilakukan dengan memakai obat tidur.

Namun pemakaian yang berlebihan membawa efek samping kecanduan,

bila overdosis dapat membahayakan pemakainya (Coates, 2001). Pemakaian obat-obatan

inipun bila tidak disertai dengan perbaikan pola makan, pola tidur serta penyelesaian

penyebab psikologis, maka obat-obatan hanya dapat mengatasi gangguan yang bersifat

sementara dan tidak menyembuhkan (Coates, 2001). Penyembuhan secara non

farmakologis terhadap gangguan tidur pada lansia sangat diperlukan untuk meminimalkan

efek terapi farmakologis. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi

masalah tidur diantaranya yaitu sleep restriction therapy, terapi pengontrolan stmmulus,

hygiene tidur dan teknik relaksasi dan biofeedback (Ghaddafi, 2006).

Page 5: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

5 | P a g e

Relaksasi merupakan pengaktifan dari syaraf parasimpatetis yang menstimulasi

turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem syaraf simpatis, dan menstimulasi

naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh syaraf simpatis. Masing-masing syaraf

parasimpatetis dan simpatetis saling berpengaruh maka dengan bertambahnya salah satu

aktivitas sistem yang satu akan menghambat atau menekan fungsi yang lain (Utami, 1993).

Ketika seseorang mengalami gangguan tidur maka ada ketegangan pada otak dan otot

sehingga dengan mengaktifkan syaraf parasimpatetis dengan teknik relaksasi maka secara

otomatis ketegangan berkurang sehingga seseorang akan mudah untuk masuk ke kondisi

tidur. Berbagai macam bentuk relaksasi yang sudah ada adalah relaksasi otot, relaksasi

kesadaran indera, relaksasi meditasi, yoga dan relaksasi hipnosa (Utami, 1993). Dari

bentuk relaksasi di atas belum pernah dimunculkan kajian tentang bentuk relaksasi religius.

Relaksasi religius ini merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan

melibatkan faith factor dari Benson (Purwanto, 2007). Menurut Benson (2000) formula-

formula tertentu yang dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keimanan kepada

agama, kepada Tuhan yang disembah akan menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat

dibandingkan dengan sekedar relaksasi tanpa melibatkan unsur keyakinan terhadap hal

tersebut. Relaksasi dicapai karena kombinasi dari respon fisiologis, psikologis, kognitif

dan social seseorang dengan tekhik relaksasi (Mardiyono, 2009).

Dalam penelitian Mardiyono (2009) relaksasi religius merupakan penggabungan

teknik relaksasi dengan memasukkan faktor keyakinan. Relaksasi religius adalah metode

relaksasi yang menggabungkan ajaran Islam doa, pembacaan Al-Qur’an dan Dzikir atau

mengingat Allah untuk mendapatkan ketenangan dan kesadaran (Mardiyono, 2009). Hal

ini sesuai dengan penelitian Purwanto (2007) yang mengatakan bahwa salah satu manfaat

yang dapat diperoleh dalam terapi relaksasi religius adalah cukup efektif untuk

memperpendek waktu dari mulai merebahkan hingga tertidur dan mudah memasuki tidur.

Hal ini membuktikan bahwa relaksasi religius yang dilakukan dapat membuat lebih relaks

sehingga keadaan kesulitan ketika mengawali tidur dapat diatasi dengan treatmen ini

(Purwanto, 2007). Pelatihan relaksasi dapat memunculkan keadaan tenang dan relaks

dimana gelombang otak mulai melambat semakin lambat akhirnya membuat seseorang

dapat beristirahat dan tertidur. Hal ini sesuai dengan pendapat Panteri (1993) yang

menggambarkan neurofisiologi tidur sebagai berikut : Pada saat berbaring dalam keadaan

masih terjaga seseorang berada pada gelombang otak beta, hal ini terjadi ketika subjek

Page 6: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

6 | P a g e

mulai merebahkan diri tidur dan mengikuti instruksi relaksasi religius yaitu pada tahap

pengendoran otot dari atas yaitu kepala hingga jari jari kaki. Selanjutnya dalam keadaan

yang lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini gelombang otak

yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya dan menjadi lebih

teratur. Terapi religious telah terbukti mengurangi insomnia, bila digunakan setiap hari

selama satu bulan (Purwanto, 2007).

Salah satu factor yang dapat mempengaruhi kebutuhan tidur lansia yaitu factor

agama/kepercayaan seseorang. Usia lanjut memang merupakan masa dimana keadaan

religius semakin diperkuat sehingga factor keyakinan ini juga akan berpengaruh terhadap

pelaksanaan teknik relaksasi (Anggrasari, 2013). Menurut Penjelasan dari Rohim (2000),

salah satu terapi pengobatan pada penderita gangguan psikologis yaitu terapi spiritual.

Kesesuaian kebutuhan spiritual yang dibutuhkan dan ketenangan yang ditimbulkan dari

terapi religius adalah hal yang menciptakan perubahan kualitas tidur pada lansia (Siswanto,

2012).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perlu untuk dilakukan literature

review yang lebih mendalam tentang bagaimana pengaruh terapi Qur’an terhadap

penurunan tingkat insomnia pada lansia. Tulisan ini berusaha untuk mengidentifikasi

teknik, metode dan hasil psikologis dan fisiologis relaksasi religius dalam menurunkan

tingkat insomnia pada lansia serta implikasi untuk keperawatan dan penelitian

keperawatan.

1.2 Tujuan

Meriview literature terkait penggunaan teknik terapi relaksasi religius untuk

menurunkan tingkat insomnia pada lansia.

1.3 Manfaat

1. Bagi Keilmuan Keperawatan Keluarga

Dapat mengoptimalkan fungsi independent perawat dalam

penatalaksanaan insomnia pada lansia, sehingga profesionalisme perawat dapat

ditingkatkan.

2. Bagi Pelayan Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien untuk menurunkan tingkat insomnia dengan metode non

farmakologik, dalam hal ini menggunakan terapi relaksasi religius.

Page 7: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

7 | P a g e

BAB 2 ISI

2.1 Insomnia pada Lansia

Dari 7 artikel yang penulis review, penulis menemukan bahwa sebagian besar

lansia mempunyai resiko tinggi mengalami insomnia akibat berbagai factor. Hal ini

dapat berdampak negative terhadap kualitas hidup lansia. Sehingga kecepatan dan

ketepatan pemberian terapi terutama dengan terapi non farmakologik perlu

diperhatikan.

1. Pengertian Insomnia pada Lansia

Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan

mempertahankan tidur di kalangan lansia. Kejadian semakin meningkat seiring

bertambahnya usia. Insomnia disefinisikan sebagai suatu keluhan tentang

kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh sulit memasuki tidur, sering

terbangun malam kemudian kesulitan memulai tidur kembali, bangun terlalu pagi

dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005).

2. Faktor Penyebab dan Dampak Insomnia pada Lansia

Berdasarkan penelitian Markumah (2009) bahwa Lansia dengan keluhan

insomnia harus dipikirkan kemungkinan adanya depresi. Seiring dengan

menurunnya kondisi kesehatan fisik, kondisi psikologis juga mengalami

perubahan. Permasalahan psikologis yang dialami lansia yaitu depresi,

kecemasan dan insomnia. Insomnia selama ini dipercaya sebagai bentuk

gangguan yang menyertai depresi dan berbagai macam gangguan lain seperti

kecemasan dan stres. Selama ini juga kita percaya bahwa seseorang tidak dapat

tertidur pada malam hari disebabkan oleh pikiran mereka yang melayang jauh

menerawang pada kekhawatiran tanpa sebab (kecemasan), memikirkan

kesedihan, kegagalan dan penyesalan secara berlebihan (depresi), dan ini-itu yang

dipikirkan mendalam (stres). Faktor psikologis memegang peranan utama

terhadap kecenderungan insomnia. Biasanya insomnia disebabkan oleh stress,

perubahan horman dan kelainan kronis. Insomnia yang terjadi dalam tiga malam

atau lebih dalam waktu seminggu dalam waktu sebulan termasuk insomnia

kronis, salah satu penyebab insomnia kronis adalah depresi (Rafknowledge,

2004).

Page 8: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

8 | P a g e

Tahun 2020, depresi diperkirakan menempati urutan kedua penyakit di

dunia. Salah satu gejala depresi yang muncul adalah gangguan tidur yang bisa

berupa insomnia. Hal ini disebabkan oleh gangguan neurotransmiter dan regulasi

hormon. Selain sebagai gejala depresi, gangguan tidur juga bisa merupakan

penyebab depresi. Beberapa penelitian memberikan hubungan gangguan tidur

dapat meningkatkan risiko depresi di kemudian hari (Radityo, 2009).

Menurunnya fungsi tubuh serta berbagai permasalahan pada usia tua dapat

menimbulkan depresi pada lansia akan meningkat. Prevalensi depresi pada lansia

di dunia berkisar sekitar 8-15 % dengan perbandingan wanita dan pria 14,1:8,6

penderita. Dzikir adalah upaya menghubungkan diri secara langsung dengan

Allah SWT, baik lisan maupun qolbu atau dengan memadukan keduanya dengan

simponi dan merupakan salah satu thariqah (jalan), metode, atau cara yang

dilakukan oleh para pencari Tuhan untuk menyucikan jiwa, mendekatkan diri

pada Allah SWT dan merasakan kehadiran-Nya. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suaib (2007) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang

signifikan antara terapi dzikir dengan penurunan tingkat depresi pada lansia yang

nilai koefisien korelasinya 0,012 dan untuk nilai p =0,000 yang artinya nilai p

0,05. Hal ini didukung oleh penelitian Raihan (2008) yang menunjukkan

pengaruh yang sangat besar dengan perlakuan LPD (Latian pasrah Diri) terhadap

penurunan gejala depresi yang diketahui dengan penurunan yang sangat

bermakna skor BDI. Penurunan yang tejadi sampai mencapai skor normal yaitu di

bawah 11 dengan interpretasi naik turunnya perasaan tergolong wajar. Latihan

Pasrah Diri merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi yang menggabungkan

antara olah nafas dan zikir (ingat kepada Sang Pencipta) sehingga salah satu

bentuk kepasrahan total kepada-Nya (Raihan, 2007).

Hasil penelitian Khusnah (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat depresi dengan kejadian insomnia. Upaya dalam

mengatasi penurunan kesehatan dan gangguan pada lanjut usia tersebut di

perlukan tindakan yang tepat seperti masalah depresi dapat dilakukan tindakan

yaitu dengan membantu klien memahami dan menyatakan perasaan positif dan

negatif yang menyangkut dirinya, orang lain, dan apa yang terjadi. Bagi perawat

Page 9: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

9 | P a g e

senantiasa untuk selalu mengevaluasi keluhan tidur karena hal ini dapat

menandakan adanya depresi yang dialami lanjut usia (Khusnah, 2008).

Insomnia dapat mempengaruhi orang secara fisik, mental dan kemampuan

mereka dalam melakukan ADL. Seperti pada penelitian Grov (2011) dengan studi

berbasi populasi didapatkan bahwa penderita insomnia melaporkan adanya beban

lebih tentang morbiditas, gaya hidup dan psikososial. Hal ini dapat menjadi dasar

dalam pengendalian kejadian insomnia (Dahl, 2011).

3. Penatalaksanaan Insomnia pada Lansia

Dari hasil review dapat diketahui bahwa terdapat beberapa macam teknik

penatalaksaan insomnia secara non farmakologi. Diantaranya terapi suara tartil

Al-Qur’an (Siswanto, 2012), teknik relaksasi benson (Anggrasari, 2013), terapi

music dengan teknik relaksasi progresif (Widyastuti, 2012), Latihan relaksasi otot

progresif (Sitralita, 2010), terapi massage dengan terapi air hangat (Triyadini,

2010), aroma bunga lavender (Kurnia, 2009), Senam yoga (Gudawati, 2011).

Masyarakat banyak yang belum mengetahui tentang cara mengatasi

insomnia pada lansia. Kualitas dan kuantitas tidur pada lansia harus dipantau

dengan baik sehingga dapat menjadi dasar dalam penentuan intervensi. Perangkat

actigraph layak digunakan di rumahan dalam memantau pasien dengan gangguan

tidur dikomunitas (Zaswiza Mohamad Noor A. J., 2013). Hal ini didukung oleh

penelitian Zaswira (2014) yang mengatakan bahwa insomnia sangat umum terjadi

dimasyarakat sehingga perlu dikembangkan sebuah intervensi untuk

meningkatkan pengelolaan insomnia dimasyarakat. Dalam hal ini intervensi yang

dilakukan adalah peran apoteker di masayarakat (Zaswiza Mohamad Noor A. J.,

2014).

Masyarakat telah menyatakan preferensi untuk perawatan untuk

perawatan dalam mengelola insomnia. Pelayanan kesehatan berada pada dalam

posisi untuk memberikan informasi yang relevan tentang pilihan pengobatan

untuk membantu masyarakat mengambil keputusan yang tepat dalam pengobatan

insomnia di rumah. Keakraban, pengalaman pribadi, kebaruan dan kesesuaian

pengobatan adalah factor yang dipertimbangkan masyarakat dalam memilih

pengobatan. Hasil penelitian menyoti pentingnya menyajikan informasi dan

Page 10: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

10 | P a g e

mendiskusikan karakteristiknya untuk memfasilitasi masayarakat dam memilih

pengobatan yang tepat (Sarah Ibrahim, 2013).

Penelitian Heli Ja¨rnefelt, dkk menunjukkan bahwa CBT efektif untuk

insomnia kronis. Cognitive Behavior Therapy ( CBT ) menekankan pentingnya

peranan kognitif terhadap apa yang dirasakan dan dilakukan sehingga terapis

CBT tidak mengatakan apa yang harus dilakukan tetapi mengajarkan apa yang

belum diketahui pasien dan bagaimana melakukannya. Tujuan terapi ini adalah

mengajak pasien untuk menentang pikiran dan emosi yang salah dengan

menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang

masalah-masalah yang dihadapi (Heli Ja¨rnefelt, 2012). CBT efektif dalam

pengobatan insomnia tapi jarang ditawarkan. CBT disampaikan melalui internet

mungkin menjadi alternetif agar lebih mudah di akses oleh masyarakat. Layanan

kesehatan khususnya keperawatan jarak jauh dengan menggunakan media

teknologi informatika (internet) memberikan kemudahan bagi masyarakat. Pasien

dapat hanya dirumah dan melakukan kontak via internet atau melalui video

converence untuk mendapatkan informasi kesehatan, perawatan dan bahkan

sampai pengobatan. Sehingga disarankan sudah waktunya untuk pelaksanaan

pengembangan penangan insomnia berbasis internet yang dalam ilmu

keperawatan dikenal dengan telenursing (A. van Straten, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Ayad Wahyu (2013) menyatakan bahwa

terapi music islami sebagai relaksasi untuk lansia. Music islami selain karena

cenderung memiliki irama yang bisa menenangkan kesadaran diri untuk bisa

lebih dekat dengan Allahn melalui syair- syairnya (Santoso A. W., 2013).

Beberapa penelitian terkait terapi music dalam mengatasi masalah insomnia telah

banyak dilakukan. Dari bentuk relaksasi di atas belum pernah dimunculkan kajian

tentang bentuk relaksasi religius dalam mengatasi insomnia pada lansia. Apabila

dengan terapi music saja dapat memberikan efek relaksasi, apalagi dengan

relaksasi religius. Sebagaimana Al-Qur’an yang merupakan music dan syair

sekaligus karena merupakan firman tuhan, maka Ia termasuk kategori diatas

seluruh kategori seni manusia. Terapi relaksasi religius tidak hanya

mendatangkan ketenangan tetapi dapat mendekatkan dengan yang menciptakan.

Outcam dari relaksasi yang diperoleh adalah menurunya tingkat insomnia.

Page 11: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

11 | P a g e

2.2 Teknik Relaksasi Religius

Dari beberapa artikel terkait terapi relaksasi religius yang penulis review,

penulis menemukan bahwa terapi relaksasi religius ini efektif untuk mengurangi

insomnia (Purwanto, 2007), kecemasan (Maimunah, 2011), coping stress

(Darmawanti, 2012).

1. Definisi Relaksasi Religius

Relaksasi menurut the International Institute of Health (NIH, 1992),

merupakan bagian dari Complementary and AlternativeMedicine (CAM),

termasuk bidang mind and body intervention. Terapi relaksasi menggunakan

keterpaduan dan hubungan (interconnectedness) tubuh dan jiwa(mind and body)

untuk perbaikan kesehatan. Terapi relaksasi religius juga menggunakan

keterpaduan dan hubungan (interconnectedness) tubuh dan jiwa (mind and body)

dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta mencapai kepasrahan

total dan berzikir yaitu berdoa. Terapi relaksasi religius dapat membangkitkan

relaxation response (RR). Terdapat beberapa tehnik untuk membangkitkan RR

seperti repetitive imaginationor verbalization ofword, berdoa (prayer),

progressive music relaxation, meditation dan metode lain. Respon relaksasi ini

merupakan mekanisme respon yang protektif terhadap otak. Terapi relaksasi

religius hampir mencakup semua teknik tersebut. Saat meditasi (relaksasi) terjadi

aktivasi area RR seperti Amygdala, hyppocampal formation dan anterior

cingulated (Raihan, 2007). Efek lain yang dipengaruhi oleh CAM dalam hal ini

terapi relaksasi religius adalah pacuan sinyal molekul. Molekul-molekul seperti

nitric oxide, endocannabinoids, endorphin atau enkephalin berperan pada respon

plasebo, fasilitasi efek positif CAM, perasaan nyaman dan relaksasi serta

mempunyai kapasitasi antagonis terhadap stres, yang merupakan mekanisme

objektif dan subjektif beberapa pendekatan terapi komplemen. Selain itu jalur

lainnya adalah akibat terapi relaksasi religius yang menyebabkan relaksasi

diharapkan dapat mengaktifasi stuktur otak seperti lobus frontal dan area limbik,

menunjukkan peran penting emosi (affect) dan keyakinan (belief), juga akan

meningkatkan sistem imun dan menurunkan kadar kortisol. Diharapkan terapi

relaksasi religius sebagai bentuk CAM juga menjadi bagian dari regular dan

scientific medicine (Raihan, 2007).

Page 12: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

12 | P a g e

Relaksasi religius merupakan pengembangan dari respon relaksasi yang

dikembangkan oleh Benson (2000), dimana relaksasi ini merupakan gabungan

antara relaksasi dengan memasukkan factor keyakinan agama yang dianut. Unsur

keyakinan yang dipergunakan dalam intervensi adalah unsur keyakinan agama

Islam dengan penyebutan Allah secara berulang-ulang, berdoa yang disertai

dengan sikap pasrah. Metode relaksasi dilakukan terutama untuk intervensi

terhadap gangguan insomnia, diharapkan dapat menambah model terapi relaksasi

terutama untuk mengatasi gangguan insomnia (Purwanto, 2007). Terapi relaksasi

religius memanfaatkan terapi Dzikir atau doa. Terapi religius adalah mengingat

Allah, dan membutuhkan seseorang untuk duduk atau berbaring dengan nyaman,

dengan mata tertutup dan berlatih mengingat Allah melalui pembacaan

“Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar” selama 25-30 Menit (Mardiyono e.

a., 2007). Cara pengobatan ini merupakan bagian pengobatan spiritual. Pada

tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan

mentor, bersama-sama atau sendiri. Tehnik ini merupakan upaya untuk

memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang

kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu. Tehnik

pengobatan ini dapat dilakukan dua kali sehari di manapun akan lebih mudah

untuk melakukan baik di pagi hari atau malam hari (Mardiyono, 2009).

2. Mekanisme Kerja Terapi Relaksasi Religius dalam Menurunkan Tingkat

Insomnia

Gangguan insomnia terjadi karena adanya ketegangan otot, ketika

seseorang mengalami stress maka beberapa otot akan mengalami ketegangan.

Aktifnya saraf simpatis tersebut membuat orang tidak dapat santai atau rileks

sehingga tidak dapat memunculkan rasa kantuk. Melalui relaksasi religius subjek

dilatih untuk dapat memunculkan relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan

tenang. Respon relaksasi ini terjadi penurunan bermakna dari kebutuhan zat

oksigen oleh tubuh, selanjutnya otot-otot tubuh yang relaks menimbulkan

perasaan tenang dan nyaman. Aliran darah akan lancer, neurotransmitter

penenang akan dilepaskan dan system saraf akan bekerja secara baik (Benson,

2000). Insomnia pada umumnya disebabkan oleh factor biologis dan psikologis,

Page 13: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

13 | P a g e

kedua hal ini menjadi stressor sehingga mengaktifkan saraf simpatis. Pelibatan

unsur religi dalam terapi ini tidak hanya berpengaruh pada unsur psikis namun

juga unsur fisik juga terpengaruh. Ketika melakukan penyerahan diri kepada

tuhan maka baik unsur fisik maupun psikis juga diserahkan kepada tuhan

sehingga keadaan relaks yang sudah dicapai lebih membuat relaks (Purwanto,

2007). Relaksasi religius akan membuat seseorang merasa tenang sehingga

kemudian menekan kerja saraf simpatis dan mengaktifkan kerja system saraf

parasimpatis (Maimunah, 2011).

Salah satu pengaruh terapi religius dalam penelitian Raihan (2007) yang

dapat dilihat dalam hubungannya memperbaiki gangguan psikologis (sistem

limbik) adalah penurunan denyut nadi yang bermakna antara sebelum dan

sesudah perlakuan sebesar 6 kali/menit (p=0,019, 95% IK 1,11 – 11,62).

Tercapainya kondisi relaksasi dapat diketahui dengan penurunan denyut nadi

sebesar 2-4 kali/menit. Pada orang yang depresi kadang terjadi peningkatan

denyut jantung yang berpengaruh dengan denyut nadi. Sistem limbik pada

susunan saraf pusat selain sebagai pusat emosi dan pengaturan sistem otonom.

Bersama-sama dengan hipotalamus, sistem limbik mempunyai hubungan dengan

emosi kemarahan, kecemasan dan bentuk lain emosi. Dalam menghadapi kondisi

seperti ini yang merupakan suatu bentuk stress perlu menentukan sifat, intensitas,

lama stressor, presepsi, penilaian dan efektivitas coping yang dimiliki individu.

Coping mechanism adalah suatu mekanisme untuk mengatasi perubahan yang

dihadapi atau beban yang diterima. Apabila berhasil, beban yang berat akan jadi

ringan. Kemampuan coping mechanism seseorang tergantung dari temperamen

individu dan persepsi serta kognisi terhadap stressor yang diterima (Raihan,

2007). Terapi relaksasi religius yang mampu mempengaruhi sistem limbik juga

akan mempengaruhi kemapuan coping mechanism sehingga menimbulkan

ketenangan. Kondisi stres yang sampai jatuh pada depresi merupakan

ketidakmampuan seseorang terhadap coping mechanism ini. Terapi relaksasi

religius terbukti mampu meningkatkan kemapuan coping mechanism ini dengan

turunnya skor BDI menjadi kembali normal. Terbentuknya mekanisme coping

bisa diperoleh melalui proses belajar dalam pengertian luas dan relaksasi. Apabila

individu mempunyai mekanisme coping yang efektif dalam menghadapi stressor,

Page 14: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

14 | P a g e

stressor tidak akan menimbulkan stress yang berakibat kesakitan (disease), tetapi

sebaliknya, stressor justru menjadi stimulan yang mendatangkan wellness dan

prestasi. Semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang semakin tinggi pula coping

stressnya (Darmawanti, 2012).

Relaksasi religius adalah sebuah metode yang digunakan dengan harapan

dapat mengurangi insomnia dengan menggabungkan teknik relaksasi Dzikir

dengan relaksasi pernafasan. Dimensi psikologis melalui relaksasi religius akan

membuat individu merasa tenang dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi

bagian otak manusia yang berkaitan dengan proses emosional, terutama bagian

hipotalamus. Hipotalamus yang teraktifasi tersebut menghambat pengeluaran

hormone Corticotropin realizing factor (CRF) yang menyebabkan kelenjar

anterior pituitary terhambat mengeluarkan adrenocortico-tirotropic hormone

(ACTH), sehingga menghambat kelenjar adrenal untuk mengeluarkan kortisol,

adrenalin dan noradrenalin. Hal ini menyebabkan hormone thyroxine yang

dikeluarkan oleh kelenjar thyroidea dalam tubuh juga akan terlambat. Hormone

thyroxine yang tinggi akan menyebabkan individu merasa mudah lelah, mudah

cemas dan susah tidur. Dengan kata lain keadaan relaksasi akan menimbulkan

dampak psikis yang lebih tenang dan rileks (Darmawanti, 2012). Selain itu

keadaan mediatif akan mempengaruhi dan menstimulasi susunan saraf

parasimpatis, yang akan mempengaruhi tekanan darah dan detak jantung,

ketegangan otot-otot tubuh menurun sehingga menjadi relaks. Keadaan mediatif

ini memunculkan gelombang alpha pada otak yang menyebabkan keadaan tenang

(Vitaliati, 2008).

3. Efektifitas Terapi Relaksasi Religius dalam Menurunkan Tingkat Insomia

Pelatihan relaksasi religius cukup efektif untuk memperpendek waktu dari

mulai merebahkan hingga tertidur dan mudah memasuki tidur. Hal ini

membuktikan bahwa relaksasi religius yang dilakukan dapat membuat lebih

relaks sehingga keadaan kesulitan ketika mengawali tidur dapat diatasi dengan

treatmen ini. Kenudahan dalam mengawali tidur ini juga akan berdampak pada

lama tidur, dengan tidur lebih awal dari biasanya dan masa memasuki tidur lebih

pendek secara langsung akan memperlama jam tidur subjek (Purwanto, 2007).

Lama tidur bukanlah suatu ukuran standar seseorang harus tidur 8 jam atau tidak,

Page 15: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

15 | P a g e

namun bagi penderita insomnia peningkatan lama tidur cukup berarti. Dengan

mudahnya tidur dan berkurangnya lama waktu memasuki tidur dapat mengurangi

stress tentang kebiasaan mengawali tidur, karena stress tidak bisa tidur bisa

menjadi ketegangan sendiri yang seringkali menyebabkan semakin tidak bisa

tidur.

4. Efek samping Terapi Relaksasi Religius dalam Menurunkan Tingkat Insomia

Dari beberapa literature tidak ditemukan adanya efek samping dari terapi

relaksasi religius dalam menurunkan tingkat insomnia.

5. Pertimbangan Khusus Pengaplikasian Terapi Relaksasi Religius dalam

Menurunkan Tingkat Insomia

Dari beberapa artikel ditemukan bahwa terdapat factor-faktor yang dapat

mempengaruhi keefektifan terapi, diantaranya durasi dari terapi itu sendiri dan

perbedaan persepsi klien terhadap maksud terapi yang dilaksanakan. Durasi satu

sesi intervensi berkisar 20-30 menit selama 3-4 bulan. Frekuensi waktu total

intervensi bervariari antara penelitian yang satu dengan yang lainya. Terapi

relaksasi religius telah terbukti mengurangi insomnia bila digunakan setiap hari

selama satu bulan dengan durasi 25 menit tiap sesi (Purwanto, 2007).

Selain itu juga hal penting yang harus diperhatikan adalah adanya

persamaan persepsi antara klien dengan tujuan terapi. Sesuai dengan penelitian

Anggrasari (2013) terdapat responden yang menunjukkan tingkat pemenuhan

tidur cukup setelah dilakukan treatmen. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

persepsi responden terhadap maksud peneliti saat memberikan intervensi

sehingga dalam pelaksanaannya teknik relaksasi selama penelitian mereka hanya

mengikuti instruksi saja sehingga efek yang dirasakan hanya sedikit berdampak

bagi tubuh mereka (Anggrasari, 2013).

6. Protocol Teknik Terapi dari Hasil Literature Terkait Terapi Relaksasi Religius

dalam Menurunkan Tingkat Insomia

Dari beberapa literature didapatkan bahwa Tahap-tahap relaksasi religius

dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Pilihlah kalimat spiritual yang akan digunakan

b. Ambil posisi tidur telentang yang paling nyaman

Page 16: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

16 | P a g e

c. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan sehingga tidak ada

ketegangan otot sekitar mata

d. Lemaskan semua otot. Mulailah dengan kaki, kemudian betis, paha dan perut.

Gerakkan bahu beberapa kali sehingga tercapai kondisi yang lebih relaks

e. Perhatikan pernapasan. Bernapaslah dengan lambat dan wajar, dan ucapkan

dalam hati frase atau kata yang digunakan sebagai contoh anda menggunakan

frase yaa Allah. Pada saat mengambil nafas sertai dengan mengucapkan kata

yaa dalam hati, setelah selesai keluarkan nafas dengan mengucapkan Allah

dalam hati. Sambil terus melakukan relaksasi pernafasan, lemaskan seluruh

tubuh disertai dengan sikap pasrah kepada Allah. Sikap ini mengambarkan

sikap pasif yang diperlukan dalam relaksasi, dari sikap pasif akan muncul

efek relaksasi ketenangan.

f. Lakukan 20-25 menit

Cara ini bisa diubah misalnya tidak dengan posisi tidur tapi juga bisa

dengan posisi duduk dan dapat dilakukan sambil melaksanakan gerakan jasmani.

Relaksasi religius merupakan gabungan latihan pernafasan dan zikir yang hampir

meyerupai meditasi atau yoga. Perbedaan letaknya ada pada zikir dan totalitas

kepasrahan yang khusus ditujukan kepada Allah. Kelebihan terapi relaksasi

religius ini dibandingkan psikoterapi lainnya adalah pendekatan spiritual dan

religi yaitu langsung meminta kesembuhan kepada Allah SWT. Respon yang

diharapkan pada latihan ini adalah respon relaksasi dan perbaikan kondisi.

7. Prognosis

Dari beberapa literature dapat diketahui bahwa prognosa untuk kepulihan

lansia dengan insomnia adalah baik, mengingat ada beberapa hal posistif yang

Nampak dimiliki oleh klien diantaranya: (1) lansia yang memiliki motivasi untuk

mengatsi insomnia yang dideritanya dan (2) insomnia yang dialami lansia dapat

di atasi yaitu dengan relaksasi religius.

Sangat penting dilakukan oleh perawat yaitu memberikan informasi

terkait intervensi relaksasi religius yang akan dilakukan kepada klien dan

keluarga. Support dari keluarga akan menjadikan klien merasa dirinya masih

dapat memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya dalam mengatasi insomnia.

Page 17: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

2.3 Hasil Review

No Penulis

&

Negara

Judul

Penelitian

Latar Belakang Design Populasi

dan

Sampel

Instrument Intervensi Hasil Kekuatan

dan

Kelemahan

1 A.Van

Straten,

et.al

Netherla

nds

Guided

Internet-

delivered

Cognitive

Behaviour

al

Treatment

for

Insomnia:

a

randomize

d trial

Insomnia adalah masalah

umum dengan beban

penyakit yang tinggi dan

morbiditas yang tinggi

deangan gangguan mental

dan somatic lainnya.

CBT efektif dalam

pengobatan insomnia

tetapi jarang ditawarkan.

Sehingga perlu dilakukan

penelitian untuk menguji

efektivitas CBT yg

dipandu internet untuk

orang dengan insomnia.

Desain

penelitian

ini dengan

a

randomized

trial.

Dengan

rancangan

pre test post

test

Sebanyak

118 pasien,

direkrut dari

masayarakat

umum,

secara acak

6 minggu

dipandu

internet

Kuesioner,

Buku

diari/buku

harian tidur

Pemberian

CBT

terhadap

penderita

Insomnia

Perlakukan

memiliki

media yang

signifikan,

CBT untuk

insomnia

dapat dipandu

lewat internet

Penelitian ini

memiliki

kekuatan

yaitu

dilakukan

dengan

menggunakan

desain a

randomized

trial dan

dengan

jumlah

sampel yang

banyak.

2 Zaswisa

M.N.

Australia

A Studi

Protocol:

a

communit

y

pharmacy-

based

interventio

n for

improving

the

manageme

nt of sleep

Gangguan tidur sangat

umum dimasyarakat dan

diperkirakan

mempengaruhi sampai

45% populasi dunia.

Apoteker berada dalam

posisi untuk memberikan

nasihat dan menyediakan

layanan yang sesuai bagi

individu yang tidak dapat

deangan mudah

mengakses perawatan

medis. Sehingga perlu

Desain

penelitian

prospektif

dengan

control trial

Jumlah

peserta

direkrut

bervariasi

mulai 30-

450 peserta.

Kemudian

yang

direkrut

minimal 55

peserta.

Buku

harian tidur

Intervensi

on care

group

berbasis

farmasi

Penelitian ini

menunjukkan

pemanfaatan

dan

kemanjuran

pengelolaan

gangguan

tidur di

masayarakat

berbasis

intervensi

farmasi. Dan

akan meniali

Kelemahan

dalam

penelitian ini

adalah jumlah

sampel yang

sedikit

Page 18: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

18 | P a g e

disorder in

the

communit

y setting

dilakukan penelitian untuk

mengembangkan

intervensi untuk

meningkatkan pengelolaan

gangguan tidur

dimasyarakat.

kemungkinan

pelaksanaan

intervensi ini

ke dalam alur

kerja farmasi

komunitas

3 Sarah

Ibrahin

dan

Souraya

Sidani

Canada

Preference

s for

behavioral

therapies

for

chronic

insomnia

Pemilihan pengobata

terkait insomnia sangat

beragam. Sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk

mengidentifikasi factor-

faktororang dengan

insomnia kronis dalam

memperhitungan account

kerika memilih

pengobatan

Desain mix

method

dengan

kualitatif

dan

kuantitatif

Pengambila

n sampel

ditentuka

oleh kriteria

inklusi dan

ekslusi.

Kuesioner Stimulus

control

therapy

and sleep

restriction

terapi

Masyarakat

memiliki

perbedaan

untuk

perawatan

yang berbeda

dalam

mengatasi

insomnia.

Sleep

restriction

therapy lebih

diterima

dalam

perlakuan ini.

Peneliti

menggunakan

ukuran hasil

yang jelas

4 Zaswiya

M.N

Australia

Feasibility

and

acceptabili

ty of wrist

actigraph

in

assessing

sleep

quality

Penelitian ini bertujuan

untuk menentukan

kelayakan dan penerimaan

artigraphi untuk

memantau kualitas tidur

dan kuantitas yang baik

dinilai pada pengaturan

rumahan atau keperawatan

berbasi rumah.

16

sukarelawan

(5

perempuan

dan 11 laki-

laki).

Pemlihan

sampel

ditentukan

Actigraph,

questioner.

actigraph Penelitian ini

menemukan

bahwa

Actigraphy

dapat dengan

mudah

digunakan

untuk

memonitor

Peneliti tidak

mencamtumk

an

desainpeneliti

an yang

digunakan

secara jelas

Page 19: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

19 | P a g e

and sleep

quantity:

A home-

based

pilot studi

in healthy

volunteers

oleh kriteria

ekslusi dan

inklusi

pengaturan

pola tidur

dirumah

5 Ayad

W.U dan

Agus S.

Indonesi

a

Studi

Pengemba

ngan

terapi

Musik

Islami

Sebagai

relaksasi

Untuk

Lansia

Penelitian ini berusaha

menjawab tentang

bagaimana proses terapi

music islami sebagai

relaksasi untuk lansia di

posyandu lansia, dan

mengetahui bagaimana

hasil terapinya serta

bagaimana uji produk

terapi music islami yang

sesuai deangan ketepatan,

kelayakan dan kegunaan.

Menggunak

an

penelitian

dan

pengemban

gan. Jenis

penelitian

kualitatif

dan

kuantitatif

Lansia yang

menjadi

anggota

posyandu

lansia yang

berjumlah

36 orang

Instrument

interview

dan

observasi

Terapi

music

islami

Terapi music

islami sangat

efektif

sebagai

relaksasi pada

lansia

Penelitian ini

menyampaika

n latar

belakang

permasalahan

secara

sistematis

6 Anggun

P.A.

indonesi

a

Pengaruh

Teknik

Relaksasi

Benson

Terhadap

Pemenuha

n

Kenutuha

n Tidur

pada

Lansia di

Factor usia meruapakan

factor terpenting yang

berpengaruh terhadap

kualitas tidur. Salah satu

upaya untuk mengatasi

gangguan tidur dengan

menggunaka cara teknik

relaksasi benson.

Desain pra-

eksperimen

tal dengan

metode one

group Pra-

Post test

Design.

Semua

lansia yang

tinggal di

panti

wredha

yang

mengalami

gangguan

tidur

sebanyak 26

orang.

kuesioner Teknik

relaksasi

benson

Ada pengaruh

teknik

relaksasi

benson

terhadap

pemenuhan

kebutuha tidur

pada lansia

Page 20: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

20 | P a g e

Panti

Wredha

Hargo

Dedali

Surabaya

7 Fazrian

Ridhoni

Indonesi

a

Meningkat

ka n

keteratura

n tidur

pada

penderita

insomnia

Dengan bertambahnya

usia, waktu tidur

cenderung berkurang.

Pendekatan perilaku dan

farmakologis yang efektif

adalah salah satu cara

untuk pengelolaan

gangguan insomnia

Metode

observasi

1 orang

sampel

dengan

wawancara

dan

observasi

Pedoman

wawancara

dan

observasi

psikoeduk

asi

Klien

mengalami

kemajuan

setelah

mendapat

terapi

psikoedukasi

ditandai

dengan klien

mulai merasa

tidur teratur.

8 Heli

Jarnefelt

Finland

CBT for

chronic

Insomnia

in

Occupatio

nal health

Services

Untuk memeriksa

pelaksanaan dan efektifitas

CBT terhadap insomnia

kronis dalam pelayanan

kesehatan kerja.

Non-

randomized

grup

intervention

26 peserta

yang

merupakan

pekerja

Kuesioner,

buku harian

tidur,

actigraphy

CBT Pengobatan

nonfarmakolo

gi untuk

insomnia

dapat

diimplementa

sikan di

pelayanan

kesehatan

kerja

Desain non

acak dan

jumlah

sampel kecil

9 Mardiyo

no,

MNS,

dkk.

Spiritualit

y

Interventi

on and

Hasil keperawatan holistic

dalam penyembuhan

manusia seutuhnya

sebagai manusia yang

Database

mencari

jurnal dan

buku yang

Study

literatur

Studi

literatur

Intervensi

spiritual

Intervensi

spiritual

terutama

disusun dari

Page 21: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

21 | P a g e

Thailand

Outcame:

Corner

stone of

holistic

nursing

practice

memiliki keterkaitan

aspek spiritual social

budaya pikiran tubuh

diterbitkan

sejak 1994-

2010

doa,

pembacaan

Al-Qur’an,

mengingat

Allah, dan

metode islam

yang

dimodifikasi.

Dapat

diketahui

bahwa

intervensi

spiritual dapat

mengurangi

kecemasan

dan depresi.

10 Siswanto

, dkk

Indonesi

a

Pengaruh

Terapi

Suara

Tartil Al-

Qur’an

Terhadap

Penurunan

Tingkat

Insomnia

pada

Lansia di

Panti

Wredha

Muhamma

Insomnia merupakan

masalah dimana seseorang

tidak dapat memulai tidur

dan mempertahankan tidur

yang berkualitas.

Terapi non farmakologis

yang dapat dilakukan pada

lansia dengan insomnia

terapi suara Al-Qur’an.

Sehingga perlu dilakukan

penelitian tentang

pengaruh terapi suara tartil

Al-Qur’an terhadap

penurunan tingkat

Dedain

penelitian

dengan

metode pre

experiment

one group

pretest-

postest

design

Populasi

seluruh

lansia di

panti yang

berjumlah

19 orang.

Teknik

sampling

yang

digunakan

adalah

dengan total

sampling

kuesioner Terapi

suara tartil

Al-qur’an

Terdapat

pengaruh

suara tartil Al-

Qur’an

terhadap

penurunan

tingkat

insomnia pada

lansia di panti

wredha

probolinggo

Tidak adanya

control

terhadap

factor perancu

seperti gaya

hidup,

pekerjaan dan

penyakit fisik

lansia

Page 22: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

22 | P a g e

diyah

Kota

proboling

go

insomnia pada lansia

11 Setiyo

Purwant

o

Indonesi

a

Pengaruh

pelatihan

Relaksasi

Religius

Untuk

Menguran

gi Gejala

Insomnia

Penyembuhan terhadap

insomnia tergantung dari

penyebab yang

ditimbulkan. Jika

disebabkan oleh

psikologis makan

konseling dan terapi

relaksasi dapat digunakan

untuk mengurangi

insomnia.

Relaksasi religius

merupakan penggabungan

teknik relaksasi dengan

memasukkan unsur

keyakinan.

Desain

penelitian

eksperimen

dengan

kelompok

kontrol

Subjek

penelitian

berjumlah

22 orang

yang dibagi

menjadi 2

kelompok

yaitu 12

orang

kelompok

control dan

10 orang

kelompok

eksperimen

Skala

insomnia,

kaset dan

tape

rekorder,

catatan

pemantauan

diri

Terapi

relaksasi

religius

Pelatihan

relaksasi

religius cukup

efektif untuk

memperpende

k waktu dari

mulai

merebahkan

hingga

tertidur dan

mudah

memasuki

tidur.

Page 23: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

2.4 Pembahasan

Dalam literature review ini telah menunjukkan adanya efektifitas terapi

relaksasi religius terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia. Faktor yang

menjadi penyebab terjadinya insomnia pada lansia antara lain proses penuaan,

gangguan psikologis, gangguan medis umum, factor lingkungan fisik dan factor

lingkungan social (Rafknowledge, 2004). Selain beberapa factor diats, terdapat juga

salah satu factor yang dapat mempengaruhi kebutuhan tidur lansia adalah factor

agama/ kepercayaan seseorang. Usia lanjut memang merupakan masa dimana

keadaan religius semakin diperkuat sehingga factor keyakinan ini juga akan

berpengaruh terhadap pelaksanaan teknik relaksasi. Untuk mengatasi gangguan

insomnia pada lansia tersebut salah satunya adalah dengan terapi relaksasi religius.

Sebenarnya lansia memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai.

Tugas tersebut misalnya adalah menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik

atau kesehatan, menerima diri sendiri sebagai individu lansia, dan menemukan cara

untuk mempertahankan kualitas hidup (Potter dan Perry, 2005). Salah satu cara untuk

mempertahankan kualitas hidup lansia adalah dengan mempertahankan kualitas

tidurnya, karena jika terdapat insomnia maka akan berpengaruh terhadap aktivitas

lainnya. Pada akhirnya tugas perkembangan lansia ini akan dicapa dengan teknik

relaksasi religius. Yaitu suatu metode yang menggabungkan teknik relaksasi dzikir

dengan relaksasi nafas dalam. Agama yang merupakan salah satu sumber spiritualitas

dapat memunculkan ketenangan dalam diri individu. Kesesuaian kebutuhan dan

spiritual yang dibutuhkan dan ketenangan yang ditimbulkan oleh teknik relaksasi

religius adalah hal yang dapat menciptakan perubahan kualitas tidur pada lansia.

Dari beberapa literature menunjukkan adanya hubungan antara kejadian

insomnia pada lansia dengan tingkat stress atau kecemasan dan depresi yang dialami

oleh lansia tersebut. Lansia yang sedang mengalami kecemasan atau stress maka

beberapa otot akan mengalami ketegangan sehingga mengaktifkan system saraf

simpatis. Menurut penjelasan dari Rohim (2000), salah satu terapi pengobatan pada

penderita gangguan psikologis yaitu terapi spiritual. Dimensi psikologis melalui

kegiatan spiritual/ religius akan membuat individu dalam keadaan tenang dan damai

(Rohim, 2000). Ditambahkan pula, ditinjau dari dimensi kesehatan keadaan relaksasi

dan membuat individu merasa tenang dan nyaman dapat mempengaruhi bagian otak

manusia yang berkaitan dengan proses emosional, terutama hypothalamus. Pada

Page 24: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

24 | P a g e

kondisi stress, hipotalamus akan mengeluarkan kortisol, hormone stress. Padahal,

produksi kortisol secara simultan akibat ketegangan dan beban psikologis akan

merusak dinding pembuluh darah, yang juga akan mengganggu aliran darah ke otak.

Meningkatnya produksi hormone stress ini memacu kerja neurotransmitter, akibatnya

dopamine yang berperan dalam melakukan tindakan dan kesadaran kognitif seperti

proses tidur terstimulasi. Dengan melakukan relaksasi religius, seiring dengan

kesadaran yang meningkat, pikiran yang bergejolak akan diredam sehingga dicapai

relaksasi atau perasaan tenang dan nyaman yang dapat memunculkan rasa kantuk

sehingga lansia dapat dengan mudah mengawali tidur.

Selain itu di dalam melakukan relaksasi religius terdapat teknik pernafasan

yang mampu meningkatkan pengambilan O2 di udara bebas yang berguna sebagai

pasokan nutrisi bagi otak. Teknik pernafasan dilakukan secara sadar dan

menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada

mengembang penuh. Teknik pernafasan tersebut mampu memberikan pijatan pada

jantung, membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke jantung

serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Aliran darah yang meningkat juga

dapat meningkatkan nutrient dan O2. Peningkatan O2 didalam otak akan merangsang

peningkatan sekresi serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan lebih

mudah untuk tidur (Purwanto, 2007).

Dalam pelaksanaan intervensi relaksasi religius ini juga tidak menghilangkan

peran anggota keluarga yang lain. Keluarga klien perlu dilibatkan dalam hal ini

sehingga stressor yang terjadi pada lansia akan berkurang. Dapat dilakukan dengan

mengumpulkan keluarga klien yang tinggal satu rumah, kemudian perawat

menyampaikan tujuan dari relaksasi religius yang akan dilakukan. Pendidikan

kesehatan terkait insomnia juga perlu dilakukan dalam hal ini kepada klien dan

keluarga (Ridhoni, 2013). Pendidikan kesehatan dapat membantu klien mengurangi

pikiran-pikiran yang dianggap mengganggu selama ini untuk memulai tidur dan

membangkitkan semangat klien untuk menerapkan relaksasi religius sebelum

memulai tidur.

Page 25: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

25 | P a g e

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil review, terapi relaksasi religius ini efektif untuk menurunkan

insomnia (Purwanto, 2007), kecemasan (Maimunah, 2011) dan depresi (Raihan, 2007).

Adanya hubungan yang signifikan antara stress atau kecemasan dan depresi dengan

kejadian insomnia pada lansia. Sehingga penting bagi perawat untuk melakukan evaluasi

terkait insomnia pada lansia karena hal ini dapat menandakan adanya depresi yang dialami

lanjut usia.

Ada beberapa hal yang penting diperhatikan dalam pengaplikasian terapi relaksasi

religius ini adalah durasi dalam pemberianya dan persamaan persepsi klien dengan tujuan

pemberian terapi. Sehingga dapat dicapai tingkat relaksasi sesuai dengan tujuan terapi.

Penelitian terkait terapi relaksasi religius dalam menurunkan tingkat insomnia

khususnya pada lansia masih belum ditemukan. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan

terkait terapi ini masih ditujukan terhadap mahasiswa yaitu yang dilakukan oleh Purwanto

(2007). Oleh karena iru perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait terapi ini dengan

focus pada masalah insomnia pada lansia.

3.2 Rekomendasi

1. Pelayanan Keperawatan

Dalam praktek keperawatan komunitas khususnya lingkup keperawatan

keluarga agar mengimlementasikan terapi relaksasi religius sebagai upaya untuk

mengurangi tingkat insomnia pada lansia atau orang yang membutuhkan terapi

ini karena terapi ini cukup aman dan hemat biaya. Serta menjadikan terapi

relaksasi religius ini terintegrasi dengan program keperawatan komunitas

2. Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan sebenarnya sudah dipelajari terkait

keperawatan spiritual. Intervensi spiritual dapat diterapkan dalam proses

keperawatan berdasarkan Nursing Intervention classification(NIC). Terapi

relaksasi religius sebagai intervensi dalam mengatasi masalah insomnia pada

lansia harus lebih dikembangkan lagi untuk menjadi intervensi spiritual dalam

keperawatan.

Page 26: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

26 | P a g e

3. Penelitian Keperawatan

Salah satu peran perawat secara khusus dalam mengoptimalkan tugas-

tugas perkembangan keluarga adalah dengan melakukan riset yang berhubungan

dengan peningkatan kesejahteraan lansia dalm hal ini peningkatan kualitas tidur

dan upaya preventif terhadap kejadian insomnia pada lansia. Sehingga perlu

diadakan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh terapi relaksasi religius terhadap

tingkat insomnia pada lansia.

3.3 Lesson Learned

1. Keberhasilan terapi relaksasi religius tergantung pada komitmen lansia untuk

mengatasi masalah insomnia yang dideritanya serta support system dalam

keluarga.

2. Dalam melakukan terapi harus ada standar operational prosedur yang jelas dan

diketahui manfaat serta efek samping dari tepat. Terapi relaksasi religius ini dapat

diberikan melalui panduan lewat internet atau yang dikenal dengan telenursing.

Dengan berkembangnya IPTEKS maka perawat juga perlu untuk

memanfaatkannya dalam proses pengobatan.

3. Perlu adanya integrasi terapi relaksasi religius ini ke dalam program keperawatan

komunitas. Sehingga bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan intervensi

dalam kejadian insomnia di masyarakat. Terapi relaksasi religius bisa diadaptasi

untuk digunakan dalam perawatan primer sebagai upaya meningkatkan kualitasi

tidur di masyarakat.

4. Perawat komunitas dalam memberikan intervensi pengobatan harus

memperhatikan keakraban, pengalaman pribadi, kebaruan dan kesesuain jenis

terapi. Sehingga penting untuk menyajikan informasi terapi dan mendiskusikan

karakteristik terapi untuk memfasilitasi pemilihan terapi. Kesesuaian pemilihan

terapi dapat berpengaruh terhadap kesembuhan klien. Dalam hal ini jika klien

sudah yakin dengan melakukan terapi relaksasi akan mendapatkan ketenangan

maka akan dengan mudah klien mendapatkan manfaat dari terapi yang dilakukan.

5. Terapi relaksasi religius dapat dijadikan program unggulan dalam pelayanan

homecare yang sudah berjalan, mengingat sebagian besar masyarakat beragama

islam, maka akan menjadi sesuatu yang dapt menarik permintaan terhadap

pelayanan home care yang diberikan.

Page 27: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

27 | P a g e

REFERENSI

A. van Straten, J. E. (2014). Guided Internet-delivered cognitive behavioural treatment for

insomnia: a randomized trial. Psychological Medicine 44. © Cambridge University

Press 2013, 1521-1532.

Amir, N. (2007). Gangguan Tidur Pada Lansia. Jakarta: FKUI.

Anggrasari, A. P. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Pemenuhan

Kebutuhan Tidur Pada Lansia di panti Wredha Hargo Dedali Surabaya. Jurnal

Kesehatan "Samodra Ilmu" Vol.04 No.02, 73-83.

Benson. (2000). Dasar-dasar Respon Relaksasi: Bagaimana Menggabungkan Respon

Relaksasi dengan Keyakinan Pribadi Anda (terjemahan). Bandung: Mizan.

Bestari, W. A. (2013). PENERIMAAN MASA LALU TERHADAP INSOMNIA PADA

LANSIA. Jurnal Online Psikologi Vol. 01 No. 02, 447-462.

Coates, T. J. (2001). Mengatasi Gangguan Tidur Tanpa Obat (Terjemahan). Bandung:

Pioner Jaya.

Dahl, E. K. (2011). Insomnia in elderly cancer survivors—a population-based controlled

study of associations with lifestyle, morbidity,and psychosocial factors. Results

from the Health Survey of North-Trøndelag County (HUNT-2). Support Care

Cancer (2011) 19:, 1319-1326.

Darmawanti, I. (2012). Hubungan Antara Tingkat Religiusitas dengan Kemampuan dalam

Mengatasi Stress. Jurnal Psikologi: teori dan Terapan, Vol.2 No.2 Februari, 24-29.

Ghaddafi, M. (2006). Tatalaksana Insomnia Dengan Farmakologi Atau Non Farmakologi.

Bali: Bagian SMF Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Gudawati, L. (2011). Perbedaan Tingkat Insomnia lansia Sebelum dan Sesudah Senam

Yoga di Posyandu Lansia Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten

Karanganyar. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Heli Ja¨rnefelt, R. L. (2012). Cognitive Behavior Therapy for Chronic Insomnia in

Occupational Health Services. J Occup Rehabil 22, 511-521.

Joewana, s. (2005). Psikopatologi Insomnia. Majalah Dunia Kedokteran, PT Temprint

Jakarta.

Khusnah, R. R. (2008). Analisis Korelasi Tingkat Depresi Dengan Insomnia Pada Lansia

Di Irna III Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Kepanjen. Malang: Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Kurnia, A. D. (2009). Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur pada

Lansia . JUrnal Kedokteran Brawijaya, Vol XXV, No2, Agustus, 83-86.

Page 28: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

28 | P a g e

Maimunah, A. (2011). Pengaruh Pelatiha Relaksasi dengan Dzikir Untuk Mengatasi

Kecemasan Ibu hamil pertama. Psikoislamika. Jurnal Psikologi Islam. Vol.8 No.1 ,

1-22.

Mardiyono. (2009). Islamic Relaxation Outcomes: A Literature Review. The Malaysian

Journal of Nursing, Vol. 1 no.1, 25-30.

Mardiyono, e. a. (2007). Pengaruh terapi dzikir terhadap penurunan kecemasan pasien

bedah mayor [ Effects of zikr therapy in reducing preoperative anxiety for patients

undergoing major surgery]. General of Soedirman University.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol.1. Jakarta: EGC.

Purwanto, S. (2007). Pengaruh Latihan Relaksasi Religius Untuk Mengurangi Gangguan

Insomnia. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Radityo, W. E. (2009). Depresi dan Gangguan Tidur. Bali: Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana.

Rafknowledge. (2004). Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Raihan, A. (2007). Pengaruh Latihan Pasrah Diri Terhadap Kadar CRP pad Pasien DM

dengan Hipertensi, Dislipidemia dan Gejala Depresi.

http://aburaihan74.wordpress.com/2009/02/20/laporan-penelitian-dzikir.

Ridhoni, F. (2013). Meningkatkan Keteraturan Tidur Pada Penderita Insomnia. Procedia

Studi Kasus dan Intervensi Psikologi Vol. 1 No.1, 21-24.

Rohim, M. S. (2000). Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al-Qur'an dan Sains.

Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Santoso, A. w. (2013). Studi pengembangan terapi Musik Islami Sebagai Relaksasi Untuk

Lansia. Jurnal Bimbingan dan Konseling Sebagai relaksasi Untuk Lansia

Vol.3.No.01, 62-75.

Santoso, A. W. (2013). Studi Pengembangan terapi Musik Islami Sebagai Relaksasi Untuk

Lansia. Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol.3.No.1, 62-75.

Sarah Ibrahim, S. S. (2013). Preferences for behavioral therapies for chronic insomnia.

Health 5 , 1784-1790.

Siswanto. (2012). Pengaruh Terapi Suara tartil Al-Qur'an Terhadap Penurunan Tingkat

Insomnia Pada Lanjut Usia di Panti Wredha Muhammadiyah Kota Probolinggo.

Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Sitralita. (2010). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur

Pada Lansia di Panti Sosial tresna Werdha kasih Sayang Ibu Batusangkar. Padang:

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Page 29: TRISNA-tugas Terapi Relaksasi Religius Terhadap Insomnia Lansia Dirumah

Pengaruh Pelatihan Relaksasi Religius terhadap

Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia

29 | P a g e

Triyadini. (2010). Efektifitas Terapi Massage dengan Terapi Mandi Air Hangat. Jurnal

Keperawatan Soedirman (The Soedirman Jurnal of Nursing). Volume 5. No.3

November, 174-181.

Utami, M. S. (1993). Prosedur Relaksasi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Vitaliati, T. (2008). Pengaruh Terapi Qur'an Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada

Pasien Rawat Inap di RSUD Kalisat Jember. Jurnal Kesehatan dr.Soebandi, Vol.1,

No.1 Oktober 2012.

Widyastuti. (2012). Perbedaan Efektifitas Terapi Musik dengan Teknik Relaksasi Progresif

Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia di Banjar Peken Desa Sumerta Kaja.

Bali: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Wold, G. H. (2004). Basic Geriatric Nursing. Third edition. Amerika: Mosby.

Zaswiza Mohamad Noor, A. J. (2013). Feasibility and acceptability of wrist actigraph in

assessing sleep quality and sleep quantity: A home-based pilot study in healthy

volunteers. Health 5, 63-72.

Zaswiza Mohamad Noor, A. J. (2014). A study protocol: a community pharmacy-based

intervention for improving the management of sleep disorders in the community

settings. BMC Health Services Research, 14:74, 1-8.