trypanosoma brucei gambiense

21
1 Protozoa Protozoa adalah binatang ber sel tunggal / satu yang terdiri dari nucleus atau inti atau sitoplasma. Golongan ini belum ada pembagian pekerjaan. Selain itu Protozoa berbeda dengan golongan Metazoa yang terdiri dari banyak sel serta golongan ini sudah ada pembagian pekerjaan. Tidak semua golongan Protozoa ini bersifat patogen. Filum Protozoa yang mempunyai arti penting dalam ilmu kedokteran dapat diklasifikasikan sebagai berikut. A. Kelas Rhizopoda B. Kelas Ciliata C. Kelas Mastigophora ( Flagellata ) D. Kelas Sporozoa Trypanosoma

Upload: ganish-anggraeni

Post on 20-Jun-2015

4.700 views

Category:

Education


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Trypanosoma brucei gambiense

1

Protozoa

   Protozoa adalah binatang ber sel tunggal / satu yang terdiri dari nucleus atau inti atau

sitoplasma. Golongan ini belum ada pembagian pekerjaan. Selain itu Protozoa berbeda dengan

golongan Metazoa yang terdiri dari banyak sel serta golongan ini sudah ada pembagian

pekerjaan. Tidak semua golongan Protozoa ini bersifat patogen.

Filum Protozoa yang mempunyai arti penting dalam ilmu kedokteran dapat diklasifikasikan

sebagai berikut.

A. Kelas Rhizopoda

B. Kelas Ciliata

C. Kelas Mastigophora ( Flagellata )

D. Kelas Sporozoa

Trypanosoma

   Genus Trypanosoma dapat menyebabkan penyakit Trypanosomiasis dan genus ini mempunyai

spesies yang penting dalam ilmu kedokteran yaitu :

1. Trypanosoma Gambiense

2. Trypanosoma Rhodisiense

3. Trypanosoma Cruzi

Page 2: Trypanosoma brucei gambiense

2

Genus Trypanosoma dalam siklus hidupnya mempunyai empat bentuk stadium yaitu :

1. Bentuk stadium Trypanosoma

2. Bentuk stadium Kritidia

3. Bentuk stadium Leptomonas

4. Bentuk stadium Leismania

Siklus hidup Trypanosomiasis mempunyai dua tuan rumah yang berbeda yaitu :

1. Tuan rumah vertebrata ( vertebrata host )

Dalam tuan rumah yang vertebrata hanya didapatkan untuk Trypanosoma, kecuali pada

Trypanosoma Cruzi yang dapat diperoleh bentuk stadium :

Trypanosome 

Kritidia ( kadang – kadang )

Leismania

2. Tuan rumah invertebrate

Dalam tuan rumah invertebrata dapat ditemukan bentuk stadium :

a. Bentuk stadium Trypanosoma

Berukuran 14 – 33 x 1,5 – 3,5 mikron dan rata – rata 15 – 20 mikron.

Membrane bergelombang terdapat diseluruh tubuh.

Kinetoplas letaknya lebih ke posterior dekat axonema.

Letak nucleus di tengah – tengah ( sentral ).

Bentuk ini terdapat pada tuan rumah perantara maupun sebenarnya.

Trypanosome masuk didalam tuan rumah perantara pada waktu menghisap darah

sebagai makanannya.

Didalam tubuh manusia trypanosome hidup ekstraseluler dalam darah, limfe,

dan cairan otak.

Terdapat Granula spesifik.

Tidak berwarna, bergerak aktif, berkembang biak membelah memanjang.

Bila diwarnai dengan giemza / wright, inti akan berwarna merah udang dan

sitoplasma berwarna biru.

b. Bentuk stadium Kritidia

Berukuran 15 – 20 mikron dan rata – rata 15 mikron.

Membrane bergelombang terdapat pada bagian tubuh ke anterior.

Kinetoplas letaknya ke tengah dengan axonema.

Letak nucleus di tengah – tengah 

Terdapat granula spesifik ( seperti Trypanosoma ).

Page 3: Trypanosoma brucei gambiense

3

Terdapat sebagai stadium sementara pada lalat genus Glosssina sp. Untuk

Tripanosoma gambiense dan  Trypanosoma rhodesiense sedangkan untuk

Trypanosoma cruzi adalah serangga genus Triatoma.

Berkembang biak membelah dua dan memanjang.

Didalam kelenjar liur lalat Glossina tadi, Kritidia tersebut mengalami

metamorphose menjadi Trypanosoma yang siap untuk ditularkan.

Siklus hidup umum

1. Siklus hidup Trypanosomiasis sebagian besar terjadi berganti – ganti tuan rumah hospes

vertebrata dan invertebrate.

2. Penularan infeksi pada vertebrata dapat secara :

Penularan tidak langsung Trypanosoma harus mengalami pertumbuhan siklik di dalam

tubuh serangga penghisap darah sebelum menjadi infektif.

Pertumbuhan siklik ada dua macam yakni :

a. Anterior station

Pada species Trypanosona gambiense dan Trypanosoma rhodesiense yang tertelan

lalat Glossina ( lalat tse – tse ) mula – mula Trypanosoma tumbuh di dalam alat

pencernaan dan menjadi infektif setelah sampai di dalam kelenjar liur lalat

tersebut.

Bila Glossina itu mengambil makanan / darah bentuk parasit infektif dimasukkan

bersama dengan air liur.

Pertumbuhan di dalam usus tengah dan usus akhir, menghasilkan sejumlah bentuk

– bentuk lebar, yang berubah menjadi bentuk panjang dan langsing di dalam

proventikulus, lalu pindah melalui oesofagus, hifofaring dan saluran kelenjar liur.

Disini parasit berubah menjadi bentuk Kristidia.

b. Posterior station

Pada Trypanosoma cruzi bentuk Trypanosoma yang tertelan dan terdapat di dalam

usus tengah ( midgud ) dalam tubuh vector Triatoma ( Famili Reduvidae ) mula –

mula berubah menjadi pendek, gemuk, lalu menjadi bentuk Trypanosoma

metasiklik yang infektif didalam usus akhir dan rectum.

Bila Tryatoma mengambil makanan / darah, bentuk infektif dikeluarkan bersama

dengan feces / tinja, terjadilah penularan secara posterior station ( melalui feces )

Page 4: Trypanosoma brucei gambiense

4

Diagnosa laboratorium

1. Pada penderita yang sedang mengalami demam yang hebat, dapat dilakukan pemeriksaan

darah, dibuat preparat dengan sederhana dengan menggunakan pertolongan pertama,

maka akan didapatkan Trypanosome.

2. Pemeriksaan darah tetes / hapus dengan pewarnaan giemsa atau dengan wright.

3. Pemeriksaan getah dari bagian tubuh yang membengkak, kemudiaan obat preparat

langsung / pewarnaan.

4. Pemeriksaan bahan – bahan dari sternum fungsi.

5. Pemeriksaan Cerebro Spinal ( CSF Fluid dengan sidimenter dulu )

6. Inokulasi pada binatang percobaan atau disuntikan darah manusia / penderita 2 – 10 cc,

bahan – bahan dari fungsi ke dalam marmot / tikus, anjing kemudian sesudah satu

minggu akan didapatkan parasit – parasit tersebut pada binatang percobaan.

Pembiakan 

1. Parasit – parasit dari genus Trypanosoma ini yang sudah dapat dibiakan hanyalah species

Trypanosoma cruzi, dari species yang lain seperti Trypanosoma gambiense dan

Trypanosoma rhodesiense masih belum bias.

2. Media – media yang dapat digunakan seperti berikut ini :

NNN media ( Novy mac Neal Nicolle )

Tissu culture ( digunakan untuk diagnosa serta untuk penyelidikan virulensi )

Embrio ayam

Embrio tikus

A. Trypanosoma gambiense

Trypanosoma gambiense ini merupakan penyebab penyakit sleeping sickness, dan daerah

penyebarannya di daerah afrika barat, sedangkan nama penyakit yang disebabkan oleh

Trypanosoma gambiense dapat disebut gambie trypanosomiasis, dan vector penyebarannya

adalah lalat glossina palpalis. Jenis penyakit tidur Afrika Barat (Gambia) yang disebabkan

oleh Trypanosoma  gambiense pertama kali dilaporkan oleh Forde di tahun 1902 ketika

organisme ini ditemukan dalam darah seorang kapten pelaut Eropa yang bekerja di Sungai

Gambia ( Kean dkk, 1978 ).

Morfologi

Secara umum Trypanosomidae mempunyai 4 bentuk (morfologi) yang berbeda, yaitu :

1. Bentuk Amastigot (Leismanial form).

Bentuk bulat atau lonjong, mempunyai satu inti dan satu kinetoplas serta tidak

mempunyai flagela. Bersifat intraseluler. Besarnya 2-3 mikron.

Page 5: Trypanosoma brucei gambiense

5

2. Bentuk Promastigot (Leptomonas form)

Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang

keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai

membran bergelombang, ukurannya 15 mikron.

3. Bentuk Epimastigot (Critidial form)

Bentuknya memanjang dengan kinetoplas di depan inti yang letaknya di tengah

mempunyai membran bergelombang pendek yang menghubungkan flagela dengan

tubuh parasit, ukurannya 15-25 mikron.

4. Bentuk Tripomastigot (Trypanosome form)

Bentuk memanjang dan melengkung langsing, inti di tengah, kinetoplas dekat ujung

posterior, flagela membentuk dua sampai empat kurva membran bergelombang,

ukurannya 20-30 mikron.

Pada stadium akhir, di dalam darah penderita, Trypomastigot memiliki beberapa bentuk

yang berbeda, yaitu :

1. Bentuk panjang dan langsing, memiliki flagella

2. Bentuk pendek dan lebih gemuk, sebagian tidak berflagela.

Bentuk intermediet dengan inti terkadang ditemukan di posterior. Trypanosoma

gambiense mengalami perubahan bentuk morfologi selama siklus hidupnya. Pleomorfik

trypanosoma, yang merupakan bentuk infektif, akan terhisap bersama darah , saat lalat

tsetse menggigit penderita.

Parasit akan masuk ke dalam saluran pencernaan korban dan mengalami beberapa kali

perubahan bentuk dan multiflikasi. Dalam waktu 3 minggu, parasit akan berubah menjadi

bentuk Epimastigot. Bentuk Epimastigot juga mengalami perubahan menjadi bentuk

metacyclic form dan memenuhi kelenjar air liur lalat. Metacyclic form merupakan bentuk

infektif pada vektor dan siap untuk ditularkan ke korban selanjutnya. Waktu yang

diperlukan parasit ini untuk berkembang menjadi bentuk infektif dalam tubuh vektor

adalah 20-30 hari. Lalat yang mengandung bentuk infektif ini akan tetap infektif seumur

hidupnya. Lalat tsetse menggigit manusia / hewan vertebrata biasanya pada siang hari.

Ciri-ciri

1. Bentuk trypanosoma (trypomastigot) dapat ditemukan dalam darah, cairan

serebrospinal (CSS), aspirasi kelenjar limfe, dan aspirasi caian dari chancre

trypanosomal yang terbentuk pada tempat gigitan lalat tsetse.

2. Bentuk tripomastigot berkembang biak secara belah pasang longitudinal.

3. Organisme ini bersifat pleomorfik, pada satu sediaan hapus darah dapat terlihat aneka

bentuk tripanosomal. Bentuknya berfariasi dari yang panjang, 30 µm atau lebih,

langsing, dengan flagel yang panjang (tripomastigot ), sampai pada bentuk yang

pendek kurang lebih 15 µm, gemuk tanpa flagel yang bebas.

Page 6: Trypanosoma brucei gambiense

6

4. Dalam darah bentuk trypanosoma tidak berwarna dan bergerak dengan cepat diantara

sel darah merah.

5. Membran bergelombang dan flagel mungkin terlihat pada organisme yang bererak

lambat.

6. Bentuk tripomastigot panjangnya 14 sampai 33 µm dan lebar 1,5 sampai 3,5 µm.

dengan pulasan Giemsa dan Wright, sitoplasma tampak berwarna biru muda, dengan

granula yang berwarna biru tua, mungkin terdapat vakuola. Inti yang terletak di

tengah berwarna kemerahan.

7. Pada ujung posterior terletak kinetoplas, yang juga berwarna kemerahan. Kinetoplas

berisi benda parabasal dan bleparoflas, yang tidak mungkin dibedakan. Flagel

muncul dari blefaroplas, demikian juga membran bergelombang.

8. Flagel berjalan sepanjang tepi membran bergelombang sampai membaran

bergelombang bersatu dengan badan trypanosoma pada ujung anterior organisme.

Pada titik ini flagel menjadi bebas melewati badan trypanosoma. 

9. Bentuk trypanosoma akan ditelan lalat tsetse (Glosinna) ketika mengisap darah.

Organisme akan berkembang biak di dalam lumen “mid gut“ dan “hind-gut“ lalat.

Setelah kira – kira 2 minggu, organisme akan bermigrasi kembalai ke kelenjar ludah

melalui hipofaring dan saluran kelenjar ludah; organisme kemudia akan melekat pada

sel epitel saluran kelenjar ludah dan mengadakan transpormasi ke bentuk

epimastigot. Pada bentuk epimastigot, inti terletak posterior dari kinetoplas, berbeda

dengan tripomastigot, dimana inti terletak anterior dari kinetoplas.

Siklus hidup

Organisme terus memperbanyak diri dan bentuk metasiklik (infektif) selama 2-5

hari dalam kelenjar ludah lalat tsetse,. Dengan terbentuknya metasiklik,

lalat tsetse tersebut menjadi infektif dan dapat memasukkan bentuk ini dari kelenjar ludah

ke dalam luka kulit pada saat lalat mengisap darah lagi. Seluruh siklus perkembangan

dalam lalat tsetse membutuhkan waktu 3 minggu, Trypanosoma gambiense ditularkan

oleh Glossina palpalis dan Glossina tachinoides, baik lalat tsetse betina maupun jantan

dapat menularkan penyakit ini.

Pada waktu darah mamalia dihisap, oleh lalat tse tse yang infektif

(genus Glossina) maka akan memasukkan metacyclic trypomastigotes kedalam jaringan

kulit. Parasit–parasit akan masuk ke dalam sistem lymphatic dan ke dalam aliran darah

(1).di dalam tubuh tuan rumah, mereka berubah menjadi trypomastigotes di dalam aliran

darah. (2), dan ini akan dibawa ke sisi lain melalui tubuh, cairan darah kaya yang lain

(e.g., lymph, spinal fluid), dan berlanjut bertambah banyak dengan binary fission

(3). Segala siklus hidup dari African Trypanosomes telah ditampilkan pada tingkat ektra

Page 7: Trypanosoma brucei gambiense

7

seluler. Lalat tsetse menjadi infektif dengan trypomastigotes dalam aliran darah  ketika

mengisap darah mamalia yang terinfeksi (4), (5). Pada alat penghisap lalat parasit

berubah menjadi procyclic trypomastigotes, bertambah banyak dengan binary fission (6),

meninggalkan alat penghisap, dan berubah menjadi epimastigotes (7). Air liur lalat kaya

akan epimastigotes dan pertambahan banyak berlanjut dengan  binary fission (8). Siklus

dalam tubuh lalat berlangsung selama kurang lebih 3 minggu. Manusia merupakan

reservoir utama untuk Trypanosoma gambiense, tetapi spesies in dapat selalu ditemukan

pada binatang. 

Gejala klinis

            Gejala penyakit ialah demam, sakit kepala, insomnia, pembengkakan kelenjar

limfe tanpa rasa sakit, berat badan menurun. Jika parasit ini dapat masuk ke sistem saraf

manusia, penderita akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian, gangguan

tidur, dan akhirnya koma sebelum meninggal dunia. Parasit Trypanosoma brucei ini juga

dapat menyebabkan radang otak secara perlahan-lahan yang mampu selama beberapa

bulan sehingga beberapa tahun menyebabkan kejang, lembam (stupor), koma, dan

kematian. Kemudian penderita dapat mengalami anemia, gagal ginjal, dan pembengkakan

jantung.

Setelah digigit oleh lalat tsetse yang infektif, stadium tripomastigot metasiklik

yang masuk ke dalam kulit akan memperbanyak diri serta menimbulkan reaksi

peradangan setempat. Beberapa hari kemudian, pada tempat tersebut dapat timbul nodul

atau chancre (3-4 cm). Lesi primer ini tidak menetap dan akan menghilang setelah 1 – 2

minggu, nodul ini seringkali terlihat pada orang Eropa tetapi jarang pada penduduk

setempat di daerah endemi.

Bentuk tripomastigot dapat ditemukan dalam cairan aspirasi ulkus tersebut.

Bentuk tripomastigot dapat masuk ke dalam aliran darah, menyebabkan parasetemia

ringan tanpa gejala klinik dan dapat berlangsung selama berbulan–bulan. Pada keadaan

ini, parasit mungkin sulit ditemukan meskipun dengan pemeriksaan sediaan darah tebal.

Selama masa ini, infeksi dapat sembuh sendiri tanpa gejala klinik atau kelainan pada

kelenjar limfe.

Gejala pertama akan terlihat jelas bila terjadi invasi pada kelenjar limfe, diikuti

dengan timbulnya demam remiten yang tidak teratur dan keluar keringat pada malam

hari. Demam sering disertai dengan sakit kepala, malaise dan anoreksia. Periode demam

yang berlangsung sampai satu minggu akan diikuti dengan periode tanpa demam yang

waktunya bervariasi dan kemudian timbul lesi periode demam yang lain. Banyak

tripomastiot ditemukan dalam peredaran darah pada saat demam tetapi pada saat tanpa

demam jumlahnya sedikit. Kelenjar limfe yang membesar konsistensinya lunak, tidak

Page 8: Trypanosoma brucei gambiense

8

nyeri. Meskipun dapat mengenai kelenjar limfe dimana saja, kelenjar limfe di daerah

servikal posterior merupakan tempat yang paling sering terinfeksi (tanda Winterbottom)

Bentuk tripomastigot dapat diaspirasi dari kelenjar limfe yang membesar. Selain kelenjar

limfe, terjadi juga pembesaran pada limpa dan hati.

Pada Trypanosomiasis gambia, stadium darah–limfe dapat berlansung bertahun–

tahun sebelum timbul sindroma penyakit tidur. Pada orang berkulit cerah, ruam kulit

berbentuk eritema yang tidak teratur (irregular erytematous skin rash) Eretema

multiforme dapat terjadi 6 – 8 minggu setelah terjadi infeksi. Ruam akan hilang dalam

beberapa jam, dan timbul serta hilangnya ruam ini terjadi pada periode demam. Sensasi

terhadap rasa sakit pada pasien dapat berkurang.

Stadium penyakit tidur timbul setelah bentuk tripomstigot menginvasi susunan saraf

pusat (SSP). Perubahan tingkah laku dan kepribadian terlihat selama invasi SSP. Gejala–

gejala trypanosomiasis Gambia adalah meningoensepalitis progresif, apati, kebingungan,

kelemahan, hilangnya koordinasi, dan somnolen. Pada fase terminal penyakitnya, pasien

menjadi emasiasi, jatuh ke dalam koma dan meninggal, biasanya akibat infeksi sekunder.

Penekanan daya tahan tubuh pada pasien Trypanosomiasis gambia ditunjukkan dengan

menurunnya kekebalan seluler dan humoral.

Epidemiologi 

1. Distribusi parasit T. gambiense ini terutama di daerah afrika barat, biasanya pada

daerah pedalaman

2. Insiden penyakit ini berkisar antara 3 – 43 %

3. Lebih banyak didapatkan pada laki – laki daripada perempuan, terutama pada usia

antara 20 – 40 tahun

Diagnose 

1. Pada daerah endemis apabila didapatkan gejala – gejala yang khas seperti tersebut

di atas maka diagnosenya suspect Trypanosoma trypanosomiasis 

2. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :

Rasio albumin / globulin yang terbaik

LED yang meningkat

Perubahan cairan CSF ( Cerebro Spinal Fluid )

3. Untuk diagnose pasti harus ditemukan adanya parasit 

Dari serum penderita

Dari cairan limfe

Dari CSF

Page 9: Trypanosoma brucei gambiense

9

Dari bone marrow ( sumsum tulang )

Yang kemudian dapat diperiksa secara langsung atau tidak langsung ataupun

secara inokulasi pada hewan – hewan tertentu 

4. Untuk melihat parasit – parasit dapat menggunakan dengan cara :

Wet aresh film

Pengecatan giemsa / wright

5. Pemeriksaan serologi 

CFT

Formal gel test

Tanda–tanda kelainan fisik dan riwayat klinik sangat penting untuk

menegakkan diagnosis. Gejala–gejala diagnostik termasuk demam yang tidak teratur,

pembesaran kelenjar limfe (terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang

dikenal dengan tanda Winterbottom), berkurangnya sensori terhadap rasa sakit (tanda

Kerandel), dan ruam kulit berupa eritema. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan

bentuk tripomastigot dalam darah, aspirasi kelenjar limfe, dan CSS.

Adanya periodesitas, menyebabkan jumlah parasit dalam darah akan berbeda–

beda dan sejumlah teknik harus digunakan untuk menemukan bentuk tripomastigot.

Selain sedian darah tipis dan tebal, dianjurkan menggunakan metode konsentrasi

“buffy coat“ untuk menemukan parasit apabila jumlahnya sedikit. Parasit dapat

ditemukan dalam sediaan darah tebal apabila jumlahnya lebih dari 2000/ ml, lebih

dari 100/ml dengan konsentrasi pada tabung hematokrit, dan lebih dari 4/ ml dengan

tabung penukar anion (anion exchange columm)  Lumsden dkk, 1981.

Pemeriksaan CSS harus dilakukan dengan medium sentrifuge. Bila jumlah

tripomastigot dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini mungkin masih dapat

ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang, namun untuk menemukannya

secara histopatologi tidaklah praktis. Specimen darah dan CSS harus diperiksa

selama pengobatan dan 1 hingga 2 bulan setelah pengobatan.

Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining epidemiologi

adalah tes imunofluoresensi tidak langsung, ELISA, dan hemaglutinasi tidak

langsung (Kakoma et.all, 1985; de Raadt dan Seed, 1977). Masalah besar pada

serodiagnostik di daerah endemi yaitu banyaknya orang dengan kadar antibodi yang

tinggi karena terpapar oleh tripanosoma yang tidak infektif bagi manusia.

Konsentrasi IgM dalam serum dan CSS kurang mempunyai nilai diagnostik.

Page 10: Trypanosoma brucei gambiense

10

Isolasi Trypanosoma gambiense pada bintang percobaan dalam laboratorium

yang kecil biasanya tidak berhasil, berbeda dengan Trypanosoma rhodesiense yang

dapat menginfeksi binatang. Kultur umumnya tidak praktis untuk diagnostic

Pencegahan 

1. Pemberantas vector dengan insektisida

2. Personal hygine

3. Aktif imunisa pada parasit ini tidak efektif

Distribusi penyakit

Penyakit ini menyebar didaerah tropis benua Afrika antara 150LU dan 200LS, sesuai

dengan daerah penyebaran lalat tsetse. Di daerah endemis 0,1% - 2% penduduk

terinfeksi. Pada saat terjadi wabah penyakit ini bisa mencapai 70%. KLB dapat terjadi

apabila karena sesuatu hal terjadi peningkatan intensitas kontak antara manusia dan lalat

tsetse atau strain tripanosoma yang virulen masuk kedaerah dimana densitas

lalat tsetse sangat padat. Masuknya strain virulen dimungkinkan oleh karena adanya

pergerakan hospes manusia atau lalat tsetse yang terinfeksi ke suatu daerah.

Lalat Glossina palpalis merupakan vector utama, dibagian barat dan bagian tengah

Afrika. Infeksi biasanya terjadi disepanjang aliran sungai atau anak sungai yang

berbatasan dengan daerah yang berhutan.

Di Afrika bagian timur dan danau victoria vector utamanya adalah kelompok G.

Morsitans, infeksi terjadi didaerah savana yang kering.

G. fuscipes yang termasuk dalam kelompok palpalis merupakan vector penular

penyakit pada saat KLB penyakit tidur jenis rhodiense yang terjadi di Kenya dan Zaire

dan vector ini juga sejak tahun 1976 diketahui sebagai vector pada penularan

peridomestik di Uganda.

Penularan penyakit

Penularan terjadi melalui gigitan lalat tsetse Glossina infektif. Di alam terdapat 6

spesies yang berperan sebagai vektor utama, G. Palpalis, G. Tachinoides, G. Morsitans,

G. Pallidipes, G. Swynnertoni dan G.fuscipes. Lalat tsetse terinfeksi karena menghisap

darah manusia atau binatang yang mengandung trypanosoma.

Parasit berkembang biak dalam tubuh lalat selama 12-30 hari, tergantung pada

suhu dan faktor-faktor lain, sampai terjadi bentuk infektif didalam kelenjar-kelenjar

ludahnya. Sekali terinfeksi lalat tsetse akan tetap infektif selama hidupnya (rata-rata 3

bulan, bisa sampai 10 bulan). Infeksi pada lalat tidak diturunkan ke generasi lalat

berikutnya. Kemudian lalat tsetse yang telah terinfeksi jika menggigit manusia dapat

menyebabkan penyakit tidur ini.

Page 11: Trypanosoma brucei gambiense

11

Penularan kongenital dapat terjadi pada manusia. Penularan langsung secara

mekanis dapat terjadi melalui darah pada probosis Glossina dan serangga penggigit

lainnya, seperti lalat kuda, atau karena kecelakaan di laboratorium.

Penularan kepada lalat tsetse terjadi selama ada parasit didalam darah manusia

dan hewan yang terinfeksi. Parasitemia muncul dengan intensitas bervariasi pada saat-

saat tertentu pada kasus-kasus yang tidak di obati, parasitemia terjadi pada semua stadium

tahapan penyakit. Pada suatu penelitian yang dilakukan terhadap penyakit

rhodesiense, parasitemia ditemukan hanya pada 60 % kasus infeksi.

Reservoir (tempat parasit berkembang) ialah manusia, dan binatang buas terutama

babi hutan dan sapi peliharaan merupakan reservoir Trypanosoma brucei rhodiense.

Trypanosoma mempunyai trik untuk mengatasi sitem imunisasi tubuh. Setiap gelombang

peningkatan parasit di dalam darah penderita mewakili generasi baru parasit dengan

bentuk tubuh yang berbeda. Pembentukan parasit ini menyebabkan peningkatan sistem

antibodi penderita. Sistem antibodi pada mulanya dapat mempertahankan diri, namun

karena terlalu keras bekerja dalam tempo waktu yang panjang, sistem antibodi akan

menjadi semakin lemah. Apalagi terkadang sitem antibodi ini menyerang sel-sel tubuh

sendiri ketika berusaha memusnahkan parasit yang selalu berubah bentuk.

Masa inkubasi

Masa inkubasi infeksi T.b. rhodiensiense yang lebih virulen, biasanya 3 hari

sampai dengan beberapa minggu. Masa inkubasi infeksi T.b gambiense yang lebih

kronik, berlangsung lebih lama yaitu beberapa bulan sampai bahkan beberapa tahun.

Kerentaan dan kekebalan

Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Kadang kala terjadi infeksi tanpa

gejala baik pada infeksi T b. Gambiensemaupun infeksi T.b. rhodesiense. Pernah ada

yang melaporkan bahwa ada penderita dengan infeksi jenis gambience tanpa gejala SSP

yang sembuh spontan namun laporan ini belum terbukti kebenarannya.

Cara-cara pemberantasan

A. Cara-cara Pencegahan

Memilih cara pencegahan yang tepat harus di dasari pada pengetahuan dan

pengenalan ekologi dari vektor dan penyebab penyakit disuatu wilayah. Dengan

pengetahuan tersebut, maka suatu daerah dengan keadaan geografis tertentu, dapat

dilakukan satu atau beberapa langkah berikut sebagai langkah prioritas dalam upaya

pencegahan :

Page 12: Trypanosoma brucei gambiense

12

1. Berikan Penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara perlindungan diri

terhadap gigitan lalat tsetse.

2. Menurunkan populasi parasit melalui survei masyarakat untuk menemukan

mereka yang terinfeksi, obati mereka yang terinfeksi.

3. Bila perlu hancurkan habitat lalat tsetse, namun tidak dianjurkan untuk

menghancurkan vegetasi secara tidak merata. Membersihkan semak-semak dan

memotong rumput disekitar desa sangat bermanfaat pada saat terjadi penularan

peridomestik. Apabila pada wilayah yang telah dibersihkan dari vegetasi liar

dilakukan reklamasi dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian maka masalah

vektor teratasi untuk selamanya.

4. Mengurangi kepadatan lalat dengan menggunakan perangkap dan kelambu yang

sudah dicelup dengandeltametrin serta dengan penyemprotan insektisida residual

(perythroid sintetik 5%, DDT, dan dieldrin 3% merupakan insektidida yang

efektif). Dalam situasi darurat gunakan insektisida aerosol yang disemprotkan dari

udara.

5. Melarang orang-orang yang pernah tinggal atau pernah mengunjungi daerah

endemis di Afrika untuk menjadi donor darah.

B.     Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya

1. Laporan kepada Instansi Kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu,

kembangkan sistem pencatatan dan pelaporan. Dan galakkan upaya pencegahan

dan pemberantasan. Disebagian besar negara penyakit ini bukan penyakit yang

wajib di laporkan kelas 3 B (lihat tentang pelaporan Penyakit Menular).

2. Isolasi: Tidak dilakukan. Cegahlah agar lalat tsetse tidak menggigit

penderita trypanosomiasis. Di beberapa negara, diberlakukan peraturan

pembatasan gerak dari pasien-pasien yang tidak diobati.

3. Disinfeksi serentak: Tidak dilakukan

4. Karantina: Tidak dilakukan

5. Imunisasi terhadap kontak: Tidak dilakukanCreated by microsoft

6. Investigasi kontak dan sumber infeksi : Bila penderita merupakan anggota dari

rombongan wisatawan merupakan anggota dari rombongan wisatawan, maka

anggota lain dari rombongan tersebut harus diberi tahu agar berhati-hati dan

terhadap mereka dilakukan investigasi.

7. Pengobatan spesifik: Bila tidak terjadi perubahan gambaran sel dan kadar protein

pada LCS, suraminmerupakan obat pilihan untuk infeksi T.b. rhodiense dan

pentamidine untuk infeksi T.b. gambiense. Namun obat-obat ini tidak dapat

menembus barier darah otak.

Page 13: Trypanosoma brucei gambiense

13

Eflornithine dengan dosis 400 mg/kg/hari IM atau IV dalam 4 dosis bagi,

selama 14 hari dan dilanjutkan dengan pemberian oral 300 mg/kg/hari sampai

30 hari.

Suramin dengan dosis 1 gr IV pada hari ke 1,3,7,14,21 dimulai dengan 200

mg untuk test secara IV. Dosis diharapkan memcapai 10 gram. Obat ini tidak

menembus blood-brain barrier dan bersifat toksis pada ginjal.

Pentamadine, dengan dosis 4 mg/kg/hari/hari IM selama 10 hari.

Melarsoprol, dengan dosis 20 mg/kg IV dengan pemberian pada hari ke

1,2,3,10,11,12,19,20,21 dan dosis perharinya tidak lebih dari 180 mg.

Enchephalopati dapat muncul sebagai efek pemberian obat ini . Hai ini terjadi

oleh karena efek langsung dari arsenical (kandungan dari melarsoprol) dan

juga oleh karena reaksi penghancuran dari Trypanosma (reactive

enchepalopathy). Bila efek tersebut muncul, pengobatan harus dihentikan.

C.    Penanggulangan Wabah

Dalam keadaan KLB lakukkan survei massal yang terorganisasikan dengan baik

dan berikan pengobatan bagi penderita yang ditemukan serta lakukan pengendalian

lalattsetse.

Bila terjadi lagi KLB di daerah yang sama walaupun sudah melaksanakan

upaya-upaya pemberantasan, maka upaya-upaya yang tercantum pada butir 9A harus

dilakukan dengan lebih giat.

D.    Implikasi bencana: Tidak ada.

E.     Penanganan Internasional :

Meningkatkan upaya kerjasama lintas sektor di daerah endemis. Penyebar luasan

informasi dan meningkatkan tersedianya bahan dan alat diagnosa sederhana untuk

skrining dan upaya sederhana pengendalian vektor.

Kembangkan sistem yang efektif pendistribusian reagen dan obat-obatan.

Kembangkan sistem pelatihan pada tingkat nasional dan internasional. Manfaatkan

pusat-pusat kerjasama WHO. Kenya sedang mengembangkan perlakuan radiasi pada

lalat tsetse jantan agar tidak dapat membuahi lalat betina sehingga populasi lalat

tsetse semakin berkurang. Hal ini dilakukan dibawah naungan Lembaga Penelitian

Trypanosoma Kenya (Trypanosomiasis Research Institute/TRI).

F.     Penemuan Baru

Ilmuwan Korea Selatan Lee Soo-hee menemukan penyembuhan penyakit

yang disebabkan parasit termasuk penyakit tidur Afrika.

Lee (27) saat ini memimpin tim di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins.

Risetnya dipublikasikan sebagai cerita sampul jurnal biologi “Cell” terbitan 25

Page 14: Trypanosoma brucei gambiense

14

Agustus. Penemuannya dipuji sebagai terobosan bagi pengembangan obat baru untuk

memerangi penyakit tidur Afrika dan penyakit lainnya.

Lee mengatakan cara pembentukan asam lemak dari lapisan luar sel hewan

baru ditemukan setelah penelitian selama tiga tahun. Parasit bernama trypanosome

menggunakan enzim yang disebut elongase untuk mengubah lapisan luar mereka,

dalam proses dia membubuhkan jejak elongase, untuk menyembunyikannya dari

sistem kekebalan manusia.

Penemuan itu dapat membuka jalan bagi pengobatan penyakit yang disebabkan

parasit lainnya seperti penyakit tidur, kata Lee.

Penyakit tidur, yang menjadi target utama penelitian Lee, ditularkan melalui

gigitan lalat tsetse. Jika parasit berhasil masuk ke sistem saraf manusia, penderita

akan mengalami kebingungan, perubahan kepribadian, gangguan tidur dan akhirnya

koma sebelum meninggal dunia. Penyakit tidur mengancam lebih dari 60 juta rakyat

di 26 negara di Sub Sahara, Afrika. Diperkirakan 300.000 hingga 500.000 orang

menderita penyakit ini.