tuberkulosis resisten obat
DESCRIPTION
mjmxxkl.,l,l;kl;kl;mm.m,,m,TRANSCRIPT
TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT
Klasifikasi Secara umum, resistensi terhadap obat
antituberkulosis terbagi atas (1) resistensi primer, apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan TB, (2) resistensi sekunder, bilamana pasien memiliki riwayat pengobatan, dan (3) resistensi inisial, jika riwayat pengobatan tidak diketahui dengan pasti. Kasus TB dikategorikan berdasarkan uji
kepekaan obat terhadap isolat klinis yang
dikonfi rmasi sebagai M. tuberculosis. Kategori
yang dimaksud adalah sebagai berikut
13
:
•Monoresisten: isolat M. tuberculosiskebal
terhadap salah satu OAT lini pertama.
•Poliresisten: isolat M. tuberculosiskebal
terhadap dua atau lebih OAT lini pertama
selain kombinasi rifampisin dan isoniazid.
• TB resisten obat ganda (multidrugresistant tuberculosis, MDR-TB): isolat M.
tuberculosisresisten minimal terhadap
isoniazid dan rifampisin, dua OAT yang paling
kuat, dengan atau tanpa resistensi terhada
OAT lainnya.
• Resisten berbagai OAT (extensively drug
resistant tuberculosis, XDR-TB): TB resisten
obat ganda yang disertai resistensi terhadap
salah satu fl uorokuinolon dan salah satu
dari tiga obat injeksi lini kedua (amikasin,
kapreomisin, atau kanamisin).
• Resisten OAT total (totally drug-resistant
tuberculosis, TDR-TB): TB resisten terhadap
semua OAT lini pertama maupun kedua.
• Resisten rifampisin: resisten terhadap
rifampisin, yang dideteksi menggunakan
metode fenotipik dan genotipik, dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain. Resistensi
rifampisin, apa pun variannya, termasuk
dalam kategori ini, baik monoresisten,
poliresisten, resisten obat ganda, atau
resisten berbagai OAT.
Diagnosis
Kriteria risiko resisten OAT adalah:
1. Kasus kronik atau pasien gagal pengobat
an dengan OAT kategori II,
2. Pasien dengan hasil pemeriksaan sputum
tetap positif setelah bulan ketiga dengan OAT
kategori II,
3. Pasien yang pernah mendapat
pengobatan TB, termasuk OAT lini kedua,
seperti kuinolon dan kanamisin,
4. Pasien yang gagal dalam pengobatan
dengan OAT kategori I,
5. Pasien dengan hasil pemeriksaan sputum
tetap positif setelah sisipan dengan OAT
kategori I,
6. Kasus TB kambuh,
7. Pasien yang kembali berobat setelah lalai
pada pengobatan kategori I dan/atau kategori
II,
8. Pasien dengan keluhan yang dicurigai
TB, pasien yang tinggal dekat pengidap
TB resisten obat ganda, termasuk petugas
kesehatan yang bertugas di bangsal TB
resisten obat ganda,
9. Pasien HIV.
Diagnosis TB resisten obat ditegakkan
berdasarkan uji kepekaan di laboratorium
dengan jaminan mutu eksternal. Semua
pasien yang dicurigai mengidap TB resisten
obat wajib diperiksa sputumnya untuk
selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan
dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaan
memperlihatkan adanya M. tuberculosis
yang resisten minimal terhadap rifampisin
dan isoniazid, diagnosis MDR-TB dapat
ditegakkan.
12
Metode Konvensional Uji Kepekaan Obat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendukung penggunaan metode biakan
media cair dan identifi kasi M. tuberculosiscara
cepat dibandingkan media padat saja. Metode
cair lebih sensitif mendeteksi mikobakterium
dan meningkatkan penemuan kasus sebesar
10% dibandingkan media padat, di samping
lebih cepat memperoleh hasil sekitar 10
hari dibandingkan 28-42 hari dengan media
padat.
14
Metode Diagnostik Molekuler Cepat
yang Telah Disetujui WHO
Xpert assaydapat mengidentifi kasi kuman
Mycobacterium tuberculosisdan resistensi
rifampisin dari sputum dalam beberapa
jam. Akan tetapi, konfi rmasi TB resisten obat
dengan uji kepekaan obat konvensional masih
digunakan sebagai baku emas. Penggunaan
Xpert MTB/RIFtidak menyingkirkan kebutuhan
akan metode biakan dan uji kepekaan obat
konvensional untuk menegakkan diagnosis
defi nitif TB pada pasien dengan apusan
BTA negatif. Lagi pula, uji kepekaan obat
dibutuhkan untuk menentukan kepekaan
OAT selain rifampisin.
14
Penatalaksanaan
Pasien TB resisten obat diobati dengan OAT
lini kedua atau obat cadangan. Obat lini
kedua ini tidak seefektif OAT lini pertama dan
menyebabkan lebih banyak efek samping.14
Strategi pengobatan sebaiknya berdasarkan
data uji kepekaan dan frekuensi penggunaan
OAT di negara tersebut. Di bawah ini beberapa
strategi pengobatan MDR-TB:
• Pengobatan standar. Data survei resistensi
obat dari populasi pasien yang representatif
digunakan sebagai dasar regimen
pengobatan karena tidak tersedianya hasil
uji kepekaan individual. Seluruh pasien
akan mendapatkan regimen pengobatan
yang sama. Pasien yang dicurigai mengidap
MDR-TB sebaiknya dikonfi rmasi dengan uji
kepekaan.
• Pengobatan empiris. Setiap regimen
pengobatan dibuat berdasarkan riwayat
pengobatan TB sebelumnya dan data hasil
uji kepekaan populasi representatif. Biasanya,
regimen pengobatan empiris akan disesuaikan
setelah ada hasil uji kepekaan induvidual.
•Pengobatan individual. Regimen
pengobatan berdasarkan riwayat pengobatan
TB sebelumnya dan hasil uji kepekaan.
Mekanisme Resistensi
Secara mikrobiologi resistensi disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini
membuat obat tidak efektif melawan basil mutan yang telah mengalami mutasi.
Mutasi dapat terjadi spontan menghasilkan resistensi OAT. Diantara satu dalam 10
6
-
10
8
basil tuberkel adalah mutan spontan yang resisten terhadap obat OAT lini pertama,
Populasi galur Micobacterium tuberculosis resisten mutan dalam jumlah kecil dapat
dengan mudah diobati, namunterapi TB yang tidak adekuat menyebabkan proliferasi
dan meningkatkan populasi galur Mycobacterium tuberculosis yang resisten terhadap
obat anti tuberkulosis.
Resisten lebih dari 1 OAT jarang disebabkan genetik dan biasanya merupakan
hasil penggunaan obat yang tidak adekuat, oleh karena itu sebelum penggunaan OAT
sebaiknya dipastikan Mycobacterium tuberculosis sensitif terhadap OAT yang akan
diberikan. Kemoterapi jangka pendek pun dapat menyebabkan galur lebih resisten
terhadap obat yang digunakan atau sebagai efek penguat resistensi. Penularan galur
resisten obat pada populasi juga merupakan sumber kasus resistensi obat baru. Selainitu dengan meningkatnya koinfeksi TB HIV menyebabkan progresi awal infeksi MDR
TB menjadi risiko MDR TB dan peningkatan penularan MDR TB
9
Ada beberapapenyebabterjadinyaresitensiterhadapobattuberkulosis,yaitu:
1. Pemakaianobattunggaldalampengobatantuberkulosis
2. Penggunaanpaduanobat yang tidakadekuat, atau karenajenisobatnyaatau
komposisnya taktepat
3. Pemberianobat yang tidakteratur.
4. Fenomena“ addition syndrome” (Crofton, 1987),
yaitusuatuobatditambahkandalamsuatupaduanpengobatan yang tidakberhasil.
5. Penggunaanobatkombinasi yang pencampurannyatidakdilakukansecarabaik,
sehinggamengganggubioavailabilitiobat
10
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadianMDR TB
Laporanpertamatentang resistensiganda (Multidrug Resistant
TB)datangdariAmerikaSerikat, khususnyapadapenderitaHIV dan AIDS yang
menimbulkanangkakematian 70% –90% dalamwaktuhanya 4 sampai 16
minggu.“WHO Report on Tuberculosis Epidemic
1995”menyatakanbahwaresistensiganda (MDR TB)kinimenyebar di
berbagaibelahandunia.Lebihdari 50juta orang
mungkintelahterinfeksiolehkumantuberkulosis yangresistenterhadapbeberapaobatanti
tuberkulosiskhususnyarifampisindan INH, sertakemungkinan pula
ditambahobatantituberkulosis yanglainnya. TB parukronikseringdisebabkanoleh
MDR.
10
Multidrug resistant (MDR TB) disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap
isoniazid dan rifampisin, obat yang paling efektif sebagai obat anti tuberkulosis, baik
itu sebagai hasil dari infeksi primer maupn terjadi akibat pengobatan pada pasien TB.
Secara global, estimasi kejadian MDR TB pada kasus baru 3,7% dan 20 % pada kasus
pasien yang sudah mengalami pengobatan sebelumnya. Proporsi kejadian MDR pada
kasus TB baru berkisar antar 0-32,3%, dan yang tertinggi di Belaarus dengan 32,3 %.
Sedangkan proporsi kejadian MDR TB pada pasien yang pernah melakukan
pengobatan TB berkisar 0-65%.
10