tugas akhir ccu

39
LURUHNYA TRADISI “SAMBATAN” DI MASYARAKAT SAMIN DI KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI Masyarakat Samin masih banyak dijumpai dan mereka bertempat tinggal di desa-desa dalam wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Ngawi Propinsi Jawa Timur. Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah tersebar di Kabupaten Blora, Pati dan Kudus. Masyarakat Samin sebenarnya adalah etnis Jawa namun karena mereka memiliki tata cara kehidupan bahkan tradisi yang berbeda dengan masyarakat Jawa maka masyarakat Samin dianggap sebagai etnis tersendiri. Pencetus ajaran Saminisme adalah Samin Surosentiko yang lahir di Blora pada tahun 1859. Nama asli Samin Surosentiko adalah R Kohar yang merupakan anak dari R Surowidjoyo dan cucu dari RM Brotodiningrat yang merupakan Bupati Sumoroto yang berkuasa pada tahun 1802-1826. R Surowidjoyo sejak kecil dididik di lingkungan keraton dengan segala kemewahan. Namun dalam hatinya timbul perlawanan karena mengetahui rakyatnya sengsara oleh penjajahan Belanda. Pada tahun 1840, R. Surowidjoyo meninggalkan keraton dan membentuk kelompok pemuda yang dinamakan Tiyang Sami Amin. Kelompok pemuda yang dipimpinnya ini melakukan berbagai perampokan terhadap antek-antek Belanda dan membagikan hasilnya kepada orang miskin. Tahun 1859 lahirlah R Kohar yang kemudian melanjutkan perjuangan ayahnya dan memakai nama Samin Surosentiko atau Samin Anom. Berbagai ajaran yang menyimpang dari kehidupan

Upload: dian-babex-kupi

Post on 30-Jun-2015

159 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas akhir CCU

LURUHNYA TRADISI “SAMBATAN” DI MASYARAKAT SAMIN DI KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI

Masyarakat Samin masih banyak dijumpai dan mereka bertempat tinggal di desa-

desa dalam wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Ngawi Propinsi Jawa Timur. Sedangkan

untuk wilayah Jawa Tengah tersebar di Kabupaten Blora, Pati dan Kudus. Masyarakat

Samin sebenarnya adalah etnis Jawa namun karena mereka memiliki tata cara kehidupan

bahkan tradisi yang berbeda dengan masyarakat Jawa maka masyarakat Samin dianggap

sebagai etnis tersendiri.

Pencetus ajaran Saminisme adalah Samin Surosentiko yang lahir di Blora pada

tahun 1859. Nama asli Samin Surosentiko adalah R Kohar yang merupakan anak dari R

Surowidjoyo dan cucu dari RM Brotodiningrat yang merupakan Bupati Sumoroto yang

berkuasa pada tahun 1802-1826. R Surowidjoyo sejak kecil dididik di lingkungan keraton

dengan segala kemewahan. Namun dalam hatinya timbul perlawanan karena mengetahui

rakyatnya sengsara oleh penjajahan Belanda. Pada tahun 1840, R. Surowidjoyo

meninggalkan keraton dan membentuk kelompok pemuda yang dinamakan Tiyang Sami

Amin. Kelompok pemuda yang dipimpinnya ini melakukan berbagai perampokan

terhadap antek-antek Belanda dan membagikan hasilnya kepada orang miskin.

Tahun 1859 lahirlah R Kohar yang kemudian melanjutkan perjuangan ayahnya dan

memakai nama Samin Surosentiko atau Samin Anom. Berbagai ajaran yang menyimpang

dari kehidupan wajar etnis Jawa dan pembangkangan terhadap segala kebijakan penjajah

Belanda terus disebarluaskan kepada para pengikutnya. Pada tanggal 8 Nopember 1907,

Samin Surosentiko ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Digul. Empat puluh hari

sebelum penangkapan itu, Samin Surosentiko memproklamirkan dirinya sebagai Raja

Tanah Jawa. Pada tahun 1914, Samin Surosentiko meninggal dalam pengasingannya.

Samin Surosentiko, kepemimpinan Samin diwariskan kepada Suro Kidin dan

Mbah Engkrek. Suro Kidin adalah menantu Samin Surosentiko, sedangkan Mbah

Engkrek adalah salah seorang murid setia Samin Surosentiko. Pola kepemimpinan pada

masa ini tidak lagi bersifat sentralistik namun lebih bergantung pada pemimpin lokal di

masing-masing wilayah.

Generasi berikutnya adalah Surokarto Kamidin, anak dari Suro Kidin. Surokarto

Kamidin merupakan pemimpin Samin generasi ke-3 dan menetap di Dusun Jepang.

Page 2: tugas akhir CCU

Surokarto Kamidin memegang kepemimpinan pada masa peralihan pendudukan Belanda

dan Jepang hingga pada masa kemerdekaan. Pada tahun 1986, Surokarto Kamidin

meninggal dunia dan kepemimpinan Samin di Dusun Jepang digantikan oleh anaknya,

Hardjo Kardi hingga saat ini.

Masyarakat Samin sebagai salah satu kelompok etnik yang ada di Indonesia tentu

memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Di usia yang sudah

satu abad lebih ini masyarakat Samin sudah mengalami perubahan pada pranata sosial

dan kebudayaan yang selama ini mereka anut. Tradisi Saminisme sekarang sudah

berubah, artinya Saminisme sudah bukan lagi menjadi kebanggaan dalam struktur sosial

diamana mereka hidup. Apabila ditinjau dari sistem nilai, Saminisme sudah tidak lagi

menjadi aturan dalam pluralitas nilai yang berada di tengah-tengah mereka.

Masyarakat Samin dengan berbagai tradisi dan budayanya serta memiliki ciri-ciri

yang diungkapkan oleh Barth, bisa dikatakan salah satu kelompok etnik yang ada di

Indonesia. Bahkan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah telah mengakui masyarakat Samin

ini sebagai salah satu kelompok etnik yang ada di Jawa Tengah dari empat etnik yang

ada. Komunitas Samin ialah sekelompok orang yang mengikuti ajaran Samin Surosentiko

yang muncul pada masa kolonial Belanda. Pada masa lalu masyarakat Samin dapat

diidentifikasikan sebagai masyarakat yang ingin membebaskan dirinya dari ikatan tradisi

besar yang dikuasai oleh elit penguasa.

Modernisasi dalam lingkup masyarakat tradisional akan menimbulkan implikasi

terhadap masyarakat tersebut. Masyarakat tradisional bagaimanapun masih menjunjung

tinggi nilai-nilai yang diwarisi secara turun temurun dari nenek moyangnya dulu. Karena

itu kelompok masyarakat seperti ini telah memiliki pola budaya tertentu, sedangkan

modernisasi tentu akan membawa pola budaya baru bagi masyarakat tersebut yang

mungkin berbeda dengan norma serta nilai yang lama.

Tradisi Sambatan

Salah satu taradisi turun temurun yang diwariskan dari nenek moyang adalah taradisi

“sambatan”. “Sambatan” merupakan suatu sistem gotong royong di kampung dengan

cara menggerakkan tenaga kerja secara masal yang berasal dari warga kampung itu

sendiri untuk membantu keluarga yang sedang tertimpa musibah atau sedang

Page 3: tugas akhir CCU

mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah, menanam serta memanen padi dan

menyelenggarakan pesta pernikahan.

Semangat bergotong royong berupa sambatan, melibatkan warga beramai-ramai

membantu warga lainnya yang sedang punya gawe. Mereka ikut memperbaiki, bahkan

mendirikan rumah tanpa mengharap imbalan apa pun. Budaya sambatan – dengan muatan

sikap simpati dan empati- itu merupakan bagian dari budaya adiluhung masyarakat Jawa,

dan terasa manfaatnya bagi masyarakat yang kurang mampu.

Sambatan dilakukan oleh warga kampung tersebut dengan sukarela tanpa

mengharapkan upah atas pekerjaaannya itu karena didasari oleh asas principle of

reciprocity, yaitu siapa yang membantu tetangganya yang membutuhkan maka suatu saat

pasti ia akan dibantu ketika sedang membutuhkan. Selain itu sambatan juga dilandasi

oleh falsafah hidup sapa nandur kabecikan, mesti bakal ngunduh (siapa menanam

kebaikan pasti akan memetik hasilnya).

Seiring perkembangan jaman, terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan

sambatan menjadi sistem upah. Dalam bidang pertanian nampak jelas terjadi pergeseran

itu. Sekarang ini warga masyarakat Samin yang terlibat dalam tandur (menanam padi)

dan derep (memanen padi) diberi upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah.

Pergeseran sistem sambatan dalam pertanian tidak terlepas dari tuntutan hidup di zaman

moderen ini, di mana lapangan kerja semakin sempit dan kebutuhan hidup makin tinggi.

Warga masyarakat yang dulunya murni bergotong royong menggarap sawah kini

menjadikan sawah sebagai lapangan pekerjaan. Warga yang terlibat dalam menggarap

sawah itu disebut dengan buruh tani. Sebenarnya tidak hanya terjadi di bidang pertanian

saja perubahan sistem sambatan. Dalam membangun rumah misalnya kini jarang sekali

warga yang membangun dengan sambatan. Sewaktu membangun rumah, sekarang ini

biasanya diserahkan kepada tukang atau orang yang memiliki pengalaman dalam

membangun rumah. Maka muncullah istilah tukang kayu, tukang batu dan laden tukang

(pembantu atau asisten tukang). Tukang kayu adalah orang yang diupah untuk menangani

konstruksi bangunan dengan bahan kayu. Tukang batu khusus menangani konstruksi

yang berbahan batu bata. Adakalanya tukang batu merangkap menjadi tukang kayu atau

sebaliknya. Adapun laden tukang biasanya membantu tugas secara umum dari tukang

Page 4: tugas akhir CCU

kayu dan tukang batu. Masing-masing tukang itu saling melengkapi satu sama lain dalam

pekerjaan membangun rumah.

Pergeseran pelaksanaan sambatan juga terjadi dalam bidang yang lain, walaupun

pergeserannya tidak drastis. Misalnya dalam penyelenggaraan pernikahan. Dalam

penyelenggaraan pernikahan biasanya orang yang membantu pelaksanaan pernikahan

diberi upah oleh orang yang punya hajatan. Tukang masak, tukang cuci peralatan makan

dan minum dalam pesta pernikahan, tukang rias pengantin dan tukang dekorasi

singgasana penganten biasanya akan diberi upah dalam jumlah tertentu. Namun warga

yang rewang atau membantu secara umum tidak diberi upah. Adanya pergeseran

pelaksanaan sambatan membawa dampak positif bagi masyarakat. Dengan adanya

peralihan sambatan ke sistem upah, maka secara langsung akan menyediakan lapangan

kerja atau tambahan penghasilan bagi warga yang membutuhkan.

Dengan masuknya teknologi modern dan banyaknya warga Samin yang mengadu

nasib ke perkotaan setelah mereka kembali ke kampung tersebut membawa dampak yang

sangat besar. Dari tadinya yang lugu dan gaptek sekarang banyak yang menjadi mengerti

Teknologi Informatika terutama internet, facebook,dll setelah ilmu tersebut di dapat dari

mereka yang kuliah di perkotaan. Bahkan sebagian warga ada yang mulai membuka

warnet di daerah tersebut.

Setelah mereka mengenal teknologi dan mengetahui bagaimana kehidupan luar

yang cenderung egoisme, maka sebagian warga samin banyak yang berpikiran kalau

tradisi sambatan itu merugikan karena bekerja tanpa diberi upah. Luruhnya tradisi

sambatan tersebut pada dasarnya dipengaruhi oleh sebagian warga daerah tersebut yang

merantau dan melanjutkan sekolah ke jenjang Perguruan Tinggi yang berada di

perkotaan.

Tetapi tradisi sambatan tersebut tidak sepenuhnya luntur dan hilang, masih ada

sebagian daerah yang keukeuh dengan tradisi tersebut, terutama di daerah lereng

pegunungan Kendeng yang berada di perbatasan daerah Kabupaten Blora. Sehingga

memberikan asumsi bahwa akibat dari masuknya teknologi informasi memberikan

dampak positif yaitu menjadikan masyarakat daerah tersebut mengetahui perkembangan

serta kemajuan teknologi. Di sisi lain dampak teknologi informasi secara perlahan

Page 5: tugas akhir CCU

mengakibatkan budaya sambatan itu luntur karena semua pekerjaan dihitung untung dan

ruginya.

judul Buku : Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa Tengah

Penulis : Dra. Titi Mumfangati, dkk Penerbit : Jarahnitra, 2004, Yogyakarta Halaman : xiii + 164

astroatmodjo (2003) film dokumenter mas Arto di Studio 12 Ungaran hasil diskusi hasil KKL (Kuliah Kerja Lapangan)

Page 6: tugas akhir CCU

Samin community and they are often found residing in villages in the region

Bojonegoro and Ngawi East Java Province. Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah

tersebar di Kabupaten Blora, Pati dan Kudus. As for the region of Central Java

scattered in Blora regency, Pati and Kudus. Masyarakat Samin sebenarnya adalah

etnis Jawa namun karena mereka memiliki tata cara kehidupan bahkan tradisi

yang berbeda dengan masyarakat Jawa maka masyarakat Samin dianggap sebagai

etnis tersendiri. Samin community actually are ethnic Javanese, but because they

have ways of life and even different traditions with the Java community Samin

community regarded as a separate ethnicity.

Pencetus ajaran Saminisme adalah Samin Surosentiko yang lahir di Blora pada

tahun 1859. The founder is the teachings of Samin Surosentiko Saminisme who was

born in Blora in 1859. Nama asli Samin Surosentiko adalah R Kohar yang

merupakan anak dari R Surowidjoyo dan cucu dari RM Brotodiningrat yang

merupakan Bupati Sumoroto yang berkuasa pada tahun 1802-1826. The original

name is R Samin Surosentiko Kohar which is a subsidiary of R Surowidjoyo and

grandson of RM Sumoroto Brotodiningrat which is the ruling regent in the year

1802-1826. R Surowidjoyo sejak kecil dididik di lingkungan keraton dengan segala

kemewahan. R Surowidjoyo since childhood environment was educated at the

palace with all its luxuries. Namun dalam hatinya timbul perlawanan karena

mengetahui rakyatnya sengsara oleh penjajahan Belanda. But in his heart,

resistance arises because people know the misery of Dutch colonialism. Pada tahun

1840, R. In 1840, R. Surowidjoyo meninggalkan keraton dan membentuk kelompok

pemuda yang dinamakan Tiyang Sami Amin. Surowidjoyo left the palace and

formed youth groups called Tiyang Sami Amin. Kelompok pemuda yang

dipimpinnya ini melakukan berbagai perampokan terhadap antek-antek Belanda

dan membagikan hasilnya kepada orang miskin. This led youth group perform a

variety of robbery against the Dutch accomplices and distribute the proceeds to the

poor.

Page 7: tugas akhir CCU

Tahun 1859 lahirlah R Kohar yang kemudian melanjutkan perjuangan ayahnya

dan memakai nama Samin Surosentiko atau Samin Anom. R Kohar was born in

1859 who then went on his father's struggle and wear name or Samin Samin

Surosentiko Anom. Berbagai ajaran yang menyimpang dari kehidupan wajar etnis

Jawa dan pembangkangan terhadap segala kebijakan penjajah Belanda terus

disebarluaskan kepada para pengikutnya. Various teachings that deviate from the

normal life of ethnic Javanese and defiance of all the Dutch colonial policy

continued to be disseminated to his followers. Pada tanggal 8 Nopember 1907,

Samin Surosentiko ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Digul. On 8

November 1907, Samin Surosentiko arrested by the Dutch and exiled to Digul.

Empat puluh hari sebelum penangkapan itu, Samin Surosentiko memproklamirkan

dirinya sebagai Raja Tanah Jawa. Forty days before the arrest, Samin Surosentiko

proclaimed himself as the King of Java. Pada tahun 1914, Samin Surosentiko

meninggal dalam pengasingannya. In 1914, Samin Surosentiko died in exile.

Sepeninggal Samin Surosentiko, kepemimpinan Samin diwariskan kepada Suro

Kidin dan Mbah Engkrek. After the death of Samin Surosentiko, Samin leadership

bequeathed to Kidin and Mbah Suro Engkrek. Suro Kidin adalah menantu Samin

Surosentiko, sedangkan Mbah Engkrek adalah salah seorang murid setia Samin

Surosentiko. Suro is the son-Samin Kidin Surosentiko, while Mbah Engkrek was

one faithful disciple Surosentiko Samin. Pola kepemimpinan pada masa ini tidak

lagi bersifat sentralistik namun lebih bergantung pada pemimpin lokal di masing-

masing wilayah. Patterns of leadership at this time is no longer centralized but

rather rely on local leaders in their respective regions.

Generasi berikutnya adalah Surokarto Kamidin, anak dari Suro Kidin. The next

generation is Surokarto Kamidin, son of Suro Kidin. Surokarto Kamidin

merupakan pemimpin Samin generasi ke-3 dan menetap di Dusun Jepang.

Surokarto Kamidin is the leader of the 3rd generation Samin and settled in the

hamlet of Japan. Surokarto Kamidin memegang kepemimpinan pada masa

peralihan pendudukan Belanda dan Jepang hingga pada masa kemerdekaan.

Page 8: tugas akhir CCU

Surokarto Kamidin holds leadership in the interim period the Dutch and Japanese

occupation until the time of Independence. Pada tahun 1986, Surokarto Kamidin

meninggal dunia dan kepemimpinan Samin di Dusun Jepang digantikan oleh

anaknya, Hardjo Kardi hingga saat ini. In 1986, Surokarto Kamidin Samin died

and leadership in Japan was replaced by his son Hamlet, Hardjo Kardi today.

Masyarakat Samin sebagai salah satu kelompok etnik yang ada di Indonesia tentu

memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Samin

community as one of the ethnic groups in Indonesia would have cultural values that

are different from other communities. Di usia yang sudah satu abad lebih ini

masyarakat Samin sudah mengalami perubahan pada pranata sosial dan

kebudayaan yang selama ini mereka anut. At age who have one more this century

Samin community has experienced changes in social institutions and culture that so

far they have adopted. Tradisi Saminisme sekarang sudah berubah, artinya

Saminisme sudah bukan lagi menjadi kebanggaan dalam struktur sosial diamana

mereka hidup. Saminisme traditions have changed, meaning Saminisme was no

longer a pride in their social structure diamana life. Apabila ditinjau dari sistem

nilai, Saminisme sudah tidak lagi menjadi aturan dalam pluralitas nilai yang

berada di tengah-tengah mereka. When viewed from a value system, Saminisme is

no longer a rule in the plurality of values that are in the midst of them.

Masyarakat Samin dengan berbagai tradisi dan budayanya serta memiliki ciri-ciri

yang diungkapkan oleh Barth, bisa dikatakan salah satu kelompok etnik yang ada

di Indonesia. Samin community with various traditions and cultures as well as

having the characteristics described by Barth, one can say that there are ethnic

groups in Indonesia. Bahkan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah telah mengakui

masyarakat Samin ini sebagai salah satu kelompok etnik yang ada di Jawa Tengah

dari empat etnik yang ada. Even the Central Java Provincial Government has

recognized this Samin community as one of the ethnic groups in Central Java from

four ethnic exist. Komunitas Samin ialah sekelompok orang yang mengikuti ajaran

Samin Surosentiko yang muncul pada masa kolonial Belanda. Samin community is

Page 9: tugas akhir CCU

a group of people who follow the teachings Surosentiko Samin that appears on the

Dutch colonial period. Pada masa lalu masyarakat Samin dapat diidentifikasikan

sebagai masyarakat yang ingin membebaskan dirinya dari ikatan tradisi besar yang

dikuasai oleh elit penguasa. In the past Samin community can be identified as

people who want to free themselves from the bonds of tradition which is controlled

by the ruling elite.

Modernisasi dalam lingkup masyarakat tradisional akan menimbulkan implikasi

terhadap masyarakat tersebut. Modernization within the scope of traditional society

will lead to implications for the community. Masyarakat tradisional bagaimanapun

masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang diwarisi secara turun temurun dari nenek

moyangnya dulu. The traditional community however still upholding the values

inherited from generation to generation of his fathers first. Karena itu kelompok

masyarakat seperti ini telah memiliki pola budaya tertentu, sedangkan modernisasi

tentu akan membawa pola budaya baru bagi masyarakat tersebut yang mungkin

berbeda dengan norma serta nilai yang lama. Therefore, community groups like

this have a certain cultural patterns, while modernization will certainly bring new

cultural patterns for the community that might be different from the old norms and

values.

Tradisi Sambatan Tradition splice

Salah satu taradisi turun temurun yang diwariskan dari nenek moyang adalah

taradisi “sambatan”. One of the hereditary taradisi inherited from our ancestors is

taradisi "splice". “Sambatan” merupakan suatu sistem gotong royong di kampung

dengan cara menggerakkan tenaga kerja secara masal yang berasal dari warga

kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang tertimpa musibah atau

sedang mengerjakan sesuatu, seperti membangun rumah, menanam serta memanen

padi dan menyelenggarakan pesta pernikahan. "Splice" is a system of mutual aid in

the village of labor by moving en masse from the villagers themselves to assist

Page 10: tugas akhir CCU

families hit by natural disasters or are working on something, like building a house,

planting and harvesting rice and organize weddings.

Semangat bergotong royong berupa sambatan, melibatkan warga beramai-ramai

membantu warga lainnya yang sedang punya gawe. The spirit work together in the

form of splice, involving citizens rollicking help other people who are have gawe.

Mereka ikut memperbaiki, bahkan mendirikan rumah tanpa mengharap imbalan

apa pun. They join to improve, even build a house without expecting anything in

return. Budaya sambatan – dengan muatan sikap simpati dan empati- itu

merupakan bagian dari budaya adiluhung masyarakat Jawa, dan terasa

manfaatnya bagi masyarakat yang kurang mampu. Splice culture - with a load of

attitude of sympathy and empathy-were part of a noble civilization of Javanese

culture, and a lot of benefits for the poor.

Sambatan dilakukan oleh warga kampung tersebut dengan sukarela tanpa

mengharapkan upah atas pekerjaaannya itu karena didasari oleh asas principle of

reciprocity, yaitu siapa yang membantu tetangganya yang membutuhkan maka

suatu saat pasti ia akan dibantu ketika sedang membutuhkan. Splice made by the

village residents have volunteered without expecting a reward for pekerjaaannya it

because based on the principle of reciprocity principle, ie who are helping neighbors

in need then one day he will be helped when in need. Selain itu sambatan juga

dilandasi oleh falsafah hidup sapa nandur kabecikan, mesti bakal ngunduh (siapa

menanam kebaikan pasti akan memetik hasilnya). In addition, splice also guided by

the philosophy of life nandur kabecikan said, would have ngunduh (who plant

kindness will surely reap the results).

Seiring perkembangan jaman, terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan

sambatan menjadi sistem upah. As the development of the era, there is a shift

system of mutual aid with the splice into the wages system. Dalam bidang pertanian

nampak jelas terjadi pergeseran itu. In agriculture it seems clear there was a shift.

Sekarang ini warga masyarakat Samin yang terlibat dalam tandur (menanam padi)

Page 11: tugas akhir CCU

dan derep (memanen padi) diberi upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah.

Today Samin citizens involved in the grafts (rice) and derep (rice harvesting) are

paid by the owners or sharecroppers fields. Pergeseran sistem sambatan dalam

pertanian tidak terlepas dari tuntutan hidup di zaman moderen ini, di mana

lapangan kerja semakin sempit dan kebutuhan hidup makin tinggi. The shift in

agricultural splice system is inseparable from the demands of life in this modern

era, in which the more narrow jobs and higher living needs.

Warga masyarakat yang dulunya murni bergotong royong menggarap sawah kini

menjadikan sawah sebagai lapangan pekerjaan. Citizens who previously worked

together working on pure rice fields are now making as a field of work. Warga yang

terlibat dalam menggarap sawah itu disebut dengan buruh tani. Residents who are

involved in field work is called a laborer. Sebenarnya tidak hanya terjadi di bidang

pertanian saja perubahan sistem sambatan. Actually not only happening in the field

of agriculture only change splice system. Dalam membangun rumah misalnya kini

jarang sekali warga yang membangun dengan sambatan. In building a house for

example is now rarely the people who build with a splice. Sewaktu membangun

rumah, sekarang ini biasanya diserahkan kepada tukang atau orang yang memiliki

pengalaman dalam membangun rumah. When building a house, now usually left to

the builders or people who have experience in building houses. Maka muncullah

istilah tukang kayu, tukang batu dan laden tukang (pembantu atau asisten tukang).

Then came the term carpenters, masons and carpenters laden (helper or assistant

carpenter). Tukang kayu adalah orang yang diupah untuk menangani konstruksi

bangunan dengan bahan kayu. The carpenter is the person who hired to handle the

construction of buildings with wood. Tukang batu khusus menangani konstruksi

yang berbahan batu bata. Mason who specializes in construction made of bricks.

Adakalanya tukang batu merangkap menjadi tukang kayu atau sebaliknya.

Sometimes a bricklayer or a carpenter and concurrently became vice versa. Adapun

laden tukang biasanya membantu tugas secara umum dari tukang kayu dan tukang

batu. The laden builders typically assist in general tasks of carpenters and masons.

Masing-masing tukang itu saling melengkapi satu sama lain dalam pekerjaan

Page 12: tugas akhir CCU

membangun rumah. Individual builders complement each other in the work of the

house.

Pergeseran pelaksanaan sambatan juga terjadi dalam bidang yang lain, walaupun

pergeserannya tidak drastis. Implementation of the splice shift also occurred in

other fields, although the shift is not drastic. Misalnya dalam penyelenggaraan

pernikahan. For example in the administration of marriage. Dalam

penyelenggaraan pernikahan biasanya orang yang membantu pelaksanaan

pernikahan diberi upah oleh orang yang punya hajatan. In organizing a wedding

are usually people who assist in the implementation wedding paid by people who

have a celebration. Tukang masak, tukang cuci peralatan makan dan minum dalam

pesta pernikahan, tukang rias pengantin dan tukang dekorasi singgasana penganten

biasanya akan diberi upah dalam jumlah tertentu. Cook, washerwoman eating

utensils and drinking in weddings, bridal makeup artisans and craftsmen throne

wedding decorations will normally be given a certain amount of wages. Namun

warga yang rewang atau membantu secara umum tidak diberi upah. But residents

who Rewang or help in general were not given wages. Adanya pergeseran

pelaksanaan sambatan membawa dampak positif bagi masyarakat. The shift of the

implementation of splice a positive impact on society. Dengan adanya peralihan

sambatan ke sistem upah, maka secara langsung akan menyediakan lapangan kerja

atau tambahan penghasilan bagi warga yang membutuhkan. With the transition

splice to the wage system, it will directly provide jobs or additional income for

residents in need.

Dengan masuknya teknologi modern dan banyaknya warga Samin yang mengadu

nasib ke perkotaan setelah mereka kembali ke kampung tersebut membawa

dampak yang sangat besar. With the influx of modern technology and the many

residents who complain Samin fate to urban areas after their return to the village

carrying a very big impact. Dari tadinya yang lugu dan gaptek sekarang banyak

yang menjadi mengerti Teknologi Informatika terutama internet, facebook,dll

setelah ilmu tersebut di dapat dari mereka yang kuliah di perkotaan. From gaptek

Page 13: tugas akhir CCU

was innocent and now many are getting to understand Information Technology,

especially Internet, facebook, etc. after the science is in the can from those who

study in urban areas. Bahkan sebagian warga ada yang mulai membuka warnet di

daerah tersebut. Even some people there who began to open cafes in the area.

Setelah mereka mengenal teknologi dan mengetahui bagaimana kehidupan luar

yang cenderung egoisme, maka sebagian warga samin banyak yang berpikiran

kalau tradisi sambatan itu merugikan karena bekerja tanpa diberi upah. Once they

know the technology and know how life outside of that tends to egoism, then some

people samin many splice tradition-minded if it is harmful because it worked

without a salary. Luruhnya tradisi sambatan tersebut pada dasarnya dipengaruhi

oleh sebagian warga daerah tersebut yang merantau dan melanjutkan sekolah ke

jenjang Perguruan Tinggi yang berada di perkotaan. Splice tradition entirely,

basically influenced by some area residents who go abroad and attend school to

pursue a higher education located in urban areas.

Tetapi tradisi sambatan tersebut tidak sepenuhnya luntur dan hilang, masih ada

sebagian daerah yang keukeuh dengan tradisi tersebut, terutama di daerah lereng

pegunungan Kendeng yang berada di perbatasan daerah Kabupaten Blora. But

tradition is not entirely splice fade and disappear, there are still some areas that

keukeuh with that tradition, especially in the mountainous slopes Kendeng located

in Blora regency borders. Sehingga memberikan asumsi bahwa akibat dari

masuknya teknologi informasi memberikan dampak positif yaitu menjadikan

masyarakat daerah tersebut mengetahui perkembangan serta kemajuan teknologi.

So that gives the assumption that the result of the influx of information technology

that is making a positive impact on local communities that know the development

and advancement of technology. Di sisi lain dampak teknologi informasi secara

perlahan mengakibatkan budaya sambatan itu luntur karena semua pekerjaan

dihitung untung dan ruginya. On the other hand the impact of information

technology is slowly resulting splice culture faded because all of the work calculated

the advantages and disadvantages.

Page 14: tugas akhir CCU

Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah

Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur,

Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan

Kabupaten Jepara di barat.

Sejarah Pati

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada

Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1

Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: “keris rambut pinutung dan kuluk kanigara”.

Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan

kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu “keris rambut pinutung dan kuluk kanigara”

merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan

persatuan.

Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa

memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden

Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Page 15: tugas akhir CCU

Kevakuman Pemerintahan di Pulau Jawa

Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa

pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari

surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.

Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa

lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.

Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda,

Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke

selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten

Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka,

Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai

Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai

seorang putri bernama Rara Rayungwulan

Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan

Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling

menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua

adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati

Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon

mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi)

dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama

“Sapanyana”.

Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan

bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih

dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan

cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan uSondong

Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan

Page 16: tugas akhir CCU

kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan

Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu

diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai

dan memiliki dua pusaka itu gagal.

Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang

Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan

(berhasil dengan baik).

Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di

Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di

luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi

pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang

Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara ” Raden Jasari ” dan ” Rara Rayungwulan ”

gagal total.

Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus

menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat

dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka mempimpin prajurit

Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik

kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang

Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit

Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam

palagan membela kehormatan dan gengsinya.

Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara

Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang

Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama ” Singasari “.

Kadipaten Pesantenan

Page 17: tugas akhir CCU

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati

Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa

Kemiri dengan mengganti nama ” Kadipaten Pesantenan dengan gelar ” Adipati

Jayakusuma di Pesantenan.

Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu ” Raden Tambra “.

Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan

gelar ” Adipati Tambranegara “. Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati

Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat

memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya.

Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan

kesejahteraannya semakin meningkat.

Kabupaten Pati

Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di

wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten

Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa

Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.

Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten

Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan

Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara

lain berbunyi bahwa : ….. Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya

dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan

patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar “Rakai”, Pada saat

pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten

pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di

dalamnya.

Pati Bagian dari Majapahit

Page 18: tugas akhir CCU

Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan

memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun

harus menyerahkan Upeti berupa bunga.

Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu

terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan

S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi :

….. Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang

jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh,

Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.

Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu

pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik

namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama

Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.

Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta

hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden

Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa

pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi

Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang

baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.

Hari Jadi Pati

Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati

yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah

SMA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP

Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus

1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa

Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.

Page 19: tugas akhir CCU

Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan

dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga

menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala ” KRIDANE

PANEMBAH GEBYARING BUMI ” yang bermakna ” Dengan bekerja keras dan penuh

do’a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah “. Untuk

itu maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai “Hari

Jadi Kabupaten Pati“.

Geografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan

(perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian

Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan

Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang

bermuara di daerah Juwana.

Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur

pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan

jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini

adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.

Terdapat sungai besar yaitu Sungai Juwana. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai

ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi

menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.

Pembagian administratif

Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan.

Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.

Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya

merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.

Page 20: tugas akhir CCU

Slogan: Pati Bumi Mina Tani.

Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan pertanian di Indonesia.

Pariwisata

Waduk Gunung Rowo

Obyek wisata lain diantaranya adalah Waduk Gunung Rowo, yang terletak di bagian

utara.

Banyu Urip

Di daerah Margorejo terdapat mata air yang cukup besar, yang digunakan untuk kolam

renang. Nama tempat tersebut adalah Banyu Urip. Di sekitarnya terdapat perkebunan

jambu monyet (mete).

Waduk Seloromo

Di daerah Gunung Muria, yaitu di daerah Gembong, terdapat waduk yang diberi nama

Selo Romo. Waduk ini termasuk berukuran kecil, jika musim kemarau, pasti akan

dangkal. Di sekitar waduk sering dipakai sebagai area perkemahan.

Gua Wareh

Wareh merupakan suatu daerah di Desa Kedumulyo Kecamatan Sukolilo yang terletak di

lereng Pengunungan Kapur Utara. Gua Wareh memang hanya merupakan gua kecil

dengan panjang tak lebih dari seratus meter namun dari dalamnya mengalir air jernih

tanpa henti sepanjang tahun. Selain menjadi sumber mata air bagi penduduk sekitar, Gua

Wareh memiliki mitos yang sangat sakral. Air dari dalam gua ini dipercaya mampu

menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Di samping Gua Wareh masih terdapat lagi Gua Lawa yang di dalamnya terdapat

kubangan air yang sangat luas dan dalam. Di depan gua ini terdapat sebuah aliran sungai

dangkal yang diapit oleh dua tebing curam di sisinya. Semakin disusuri ke hulu, sungai

Page 21: tugas akhir CCU

semakin terjal dengan batu-batu gunung besar yang menciptakan puluhan air tenjun kecil.

Sayang di saat musim kemarau sungai ini mengering.

Di atas Gua Wareh terdapat tebing-tebing batu kapur yang sangat terjal. Tebing-tebing ini

sering kali digunakan oleh para Pecinta Alam untuk menguji adrenalinnya. Karena itu di

daerah ini sering menjadi ajang camping dan pelatihan panjat tebing bagi para pecinta

alam dari seantero Kabupaten Pati bahkan kabupaten-kabupaten sekitarnya.

Gua, sungai, tebing dan kerasnya perbukitan kapur memberikan tantangan kepada setiap

orang yang menyukai kegiatan out bond. Selain itu setiap hari libur tempat ini selalu

ramai oleh pengunjung dari berbagai daerah di sekitarnya, apalagi untuk masuk tempat

ini tidak dipungut biaya apapun. Sayang tempat yang indah ini sedikit terganggu oleh

maraknya penambangan batu kapur dan pengambilan fosfat.

Tadah Hujan

Air Terjun Tadah Hujan

Air terjun setinggi 75 meter di Kecamatan Sukolilo ini menjadi tempat yang

mengasyikkan bagi para muda mudi yang sedang memadu cinta. Meskipun airnya kurang

jernih dan bagian bawah air terjun kurang nyaman untuk mandi dan bermain air, namun

lokasinya yang di apit oleh tebing di kanan kirinya menimbulkan suasana yang tenang

dan romantis. Selain itu tak jauh di sebelah bawah tersedia sebuah kolam renang berair

jernih. Sayang lokasi wisata yang dikelola pemerintah desa setempat ini masih kurang

mendapat perhatian dan perawatan.

Gua Pancur

Sebuah gua besar dan panjang yang di dalamnya diairi air setinggi orang dewasa. Konon

panjangnya mencapai belasan kilometer, namun yang bisa dijelajahi dengan alat

seadanya hanyalah berkisar kurang dari satu km.

Page 22: tugas akhir CCU

Gua yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Kayen Kabupaten Pati ini pernah pernah

menjadi ajang digelarnya Raimuna Daerah Gerakan Pramuka se-Jawa Tengah pada tahun

1996. Sayang lokasi wisata yang awalnya mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten

sekarang terbengkalai.

Air Terjun Santi

Seperti nasib berbagai tempat indah lainnya di Kabupaten Pati, lokasi yang memiliki 3 air

terjun ini tidak pernah mendapat perhatian dari Pemda Pati. Namun mugkin karena itu,

ketiga air terjun yang bersembunyi di lereng Gunung Muria yang rimbun dan asri ini

memiliki nilai eksotis tersendiri. Apalagi karena letak desa Santi yang jauh dari keramain.

Jangankan oleh orang luar, orang Pati sendiri banyak yang belum mengenal daerah ini.

Perkebunan Kopi dan Bumi Perkemahan Jolong

Puncak Muria dilihat dari Jolong

Berlokasi di lereng Muria dengan ketinggian sekitar 1000 meter, perkebunan kopi yang

merupakan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda dan kini di kelola oleh PTPN (PT.

Perkebunan Nasional) ini memiliki pemandangan yang menakjubkan. Selain itu masih

bisa disaksikan juga, pabrik pengolahan kopi dan berbagai peralatannya yang masih

berfungsi baik meski telah dimakan usia.

Di dekat perkampungan karyawan perkebunan disediakan sebuah bumi perkemahan yang

sangat refresentatif. Bumi perkemahan ini seluas lapangan bola dengan rumput yang

halus apalagi terletak di sisi jurang yang menghadap ke Gunung Muria hingga memiliki

pemandangan alam yang segar dan sangat memanjakan mata kita. Didukung pula dengan

arena penjelajahan dan lintas alam yang sangat menantang. Melintasi perkebunan kopi,

tebing dan jurang, beberapa air terjun kecil dan sungai kecil berbatu yang memberikan

tantangan sekaligus keindahan. Air bersih dan sarana MCK juga tersedia di sini engan

kualitas air yang tidak perlu diragukan lagi. Benar-benar kita akan merasakan alam yang

benar-benar masih murni dan asli.

Page 23: tugas akhir CCU

Tak cukup itu. Bagi para pecinta alam, wilayah yang termasuk dalam Kecamatan

Gembong ini bisa dijadikan salah satu rute alternatif untuk mencapai puncak-puncak

tertinggi Gunung Muria seperti Songolikur (Saptorenggo) dan Argojembangan.

Suasana akan makin istimewa bila tiba saatnya kopi berbunga. Biasanya jatuh pada

pancaroba menjelang musim hujan sehingga segarnya udara yang mulai dingin

bercampur dengan aroma bunga kopi yang begitu wangi semerbak terbawa angin. Benar-

benar membuat kita seolah berada di dunia yang belum pernah kita rasakan sebelumnya.

Bumi Perkemahan Regaloh

Berada dalam naungan Perum Perhutani, Bumi Perkemahan yang terletak di Kecamatan

Tlogowungu ini mempunyai kapasitas yang besar (mampu menampung lebih dari 4000

peserta) dan udara yang amat segar karena selain masih berada di lereng Gunung Muria,

juga lantaran rimbunnya pepohonan yang ada di Bumi Perkemhan tersebut.

Kegiatan Kepramukaan yang dilaksanakan di Regaloh

Di sekitar Bumi Perkemhan kita dapat menikmati berbagai panorama seperti; Hutan

Bambu (dengan ratusan jenis koleksinya), perkebunan murbei (makanan utama ulat

sutra), Hutan Jati, pengembangbiakan lebah madu dan pengembangbiakan ulat sutra serta

pemintalan benangnya. Di dukung lagi lokasinya yang mudah untuk dijangkau.

Karena tidak mengherankan jika tempat ini menjadi salah satu Bumi Perkemahan favorite

di Kabupaten Pati selain Bumi Perkemahan Jolong.

Makam mBah Mutamakkim dan mBah Ronggo

Tempat rekreasi religius yang terletak di Desa Kajen Kecamatan Margoyoso ini tak

pernah sepi dari kunjungan para penziarah yang datang dari berbagai pelosok Kabupaten

Pati, apalagi setiap malam Jum’at. Tidak sedikit pula yang berasal dari kota-kota lain

bahkan dari luar pulau. Lokasinya yang berada di tengah-tengah komunitas santri dengan

puluhan Pondok Pesantren, semakin mengentalkan nuansa religiusnya.

Page 24: tugas akhir CCU

mBah Mutamakkim (juga mBah Ronggo) adalah seorang Waliyullah yang teramat

dikeramatkan oleh penduduk Pati. Karenanya Haul mBah Mutamkkim yang digelar

setiap tanggal 10 bulan muharam ratusan ribu orang memadati daerah ini. Acara Haul

sendiri digelar selama satu minggu

Agrowisata

Potensi Lokasi

Keanekaragaman panorama dan tumbuhan hortikultura, tanaman perkebunan, dan

tanaman pangan. Di sepanjang lereng Gunung Muria bagian timur yang terletak di

Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Gunungwungkal, dan

Kecamatan Cluwak.

Wisata Air

Potensi Lokasi

Perairan budidaya ikan air tawar (tambak) seluas 185 Ha. Desa Talun.

Air Terjun Grenjengan Sewu

Keterangan Potensi Lokasi Fasilitas

Air terjun setinggi ± 75 m. Air terjun yang berada di tengah panorama alam yang

indah, kondisi masih alami dan belum digarap. Desa Jrahi Kecamatan

Gunungwungkal, ketinggian 485 m di atas permukaan laut. Jarak dari Kota Pati ± 27 Km.

Jalan beraspal dan lapisan makadam sampai di Desa Jrahi.

Sendang Tirta Marta Sani

Pintu masuk kolam renang dan kolam pemancingan

* Objek Wisata : Kolam renang dan wisata spiritual

* Fasilitas : Paseban tempat mengheningkan diri mohon pada Sang Pencipta

* Padusan : Sumber air yang berasal dari sendang, konon menurut cerita, sumber air

tersebut merupakan tempat air wudhu Sunan Kalijaga, tetapi “disisani” (bahasa Jawa)

oleh pengawalnya. Pengawalnya kemudian disabda menjadi seekor bulus oleh Sunan

Kalijaga.

* Kolam renang dan arena permainan anak

Page 25: tugas akhir CCU

* Kolam pemancingan ikan

Di kompleks tersebut juga terdapat makam Adipati Pragolo (Bupati Pati pada zaman

Kerajaan Mataram)

Pendopo: sarana pentas kesenian khas Pati Areal parkir dan jalan beraspal, jarak ± 4 Km

dari Kota Pati

Pintu Gerbang Majapahit

* Objek Wisata : Situs peninggalan Gerbang Majapahit

* Peninggalan sejarah berupa Pintu Gerbang terbuat dari kayu jati. Pintu gerbang ini

merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diangkat oleh Kebo Nyabrang sebagai

persyaratan untuk diakui sebagai Putra Sunan Muria. Namun setelah tiba di Desa

Rondole, Kebo Nyabrang tidak mampu lagi mengangkat dan tidak mampu melanjutkan

perjalanan kemudian menunggui pintu gerbang tersebut sampai meninggal dunia.

* Terletak di Desa Rendole, Kecamatan Margorejo, jarak dari kota Pati 4 Km.

* Berdekatan dengan obyek wisata Sendang Tirta Sani.

Makam Mbah Tabek Merto

* Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto

Kecamatan Sukolilo.

* Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran

agama Islam di Indonesia.

* Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno

ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam

di Demak.

* Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti

yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para

penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.

Page 26: tugas akhir CCU

* Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini

mempunyai hubungan dengan para wali.

Makam Saridin / Syeh Jangkung

* Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon

merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).

* Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.

* Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.

* Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.

* Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-

15 dalam rangka penggantian kelambu makam.