tugas akhir manajemen pemberian pakan sapi …... · perkasa untuk rumput gajah, singkong, ......
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MANAJEMEN
DI CV.
KLATEN JAWA TENGAH
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
TUGAS AKHIR
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN SAPI POTONG
CV. SUMBER BAJA PERKASA
KLATEN JAWA TENGAH
Oleh :
JOKO WIBOWO
H 3409015
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MANAJEMEN
DI CV.
KLATEN JAWA TENGAH
Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Program Diploma III Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Agribisnis
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
ii
TUGAS AKHIR
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN SAPI POTONG
CV. SUMBER BAJA PERKASA
KLATEN JAWA TENGAH
Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya Peternakan
Program Diploma III Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Program Studi Agribisnis Minat Peternakan
Oleh :
JOKO WIBOWO
H 3409015
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
Sebutan Ahli Madya Peternakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayatnya penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Program Studi D-III Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Ibu Aqni Hanifa,S.Pt.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji I.
4. Bapak Ir. Sudiyono,M.S., selaku Dosen Penguji II.
5. Bapak H. Zainal Fanani, selaku Pimpinan CV Sumber Baja Perkasa, yang
telah memberikan ijin dalam kegiatan magang.
6. Bapak Muhammad Ardiasyah S.Pt, yang memberikan bimbingan dan
pengarahan selama berlangsungnya kegiatan magang di CV Sumber Baja
Perkasa.
7. Orang tua serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas semua
kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami
harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat kata-
kata yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2012011
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..... ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...
vii
viii
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang………………………………………………......... 1
B. Tujuan Magang…………………………………………………… 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………........ 4
A. Sapi Potong……………………………………………………….. 4
B. Pakan Sapi Potong………………………………………………... 7
C. Manajemen Pemberian Pakan……………………………………. 14
1. Jumlah Pemberian……………………………………………. 14
2. Imbangan Hijauan dan Konsentrat………………………….... 14
3. Frekuensi Pemberian…………………………………………. 15
4. Sistem pemberian……………………………………….......... 15
BAB III. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN ………………… 17
1. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan…………………………. 17
2. Materi dan Metode……………………………………………….. 17
3. Cara Pengambilan Data…………………………………………... 18
4. Sumber Data……………………………………………………… 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….... 20
A. Keadaan Umum Lokasi…………………………………………... 20
1. Sejarah Perusahaan…………………………………………… 20
2. Struktur organisasi……………………………………………. 21
3. Lokasi dan Luas Areal Peternakan…………………………… 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
4. Populasi Ternak………………………………………………. 23
5. Pakan…………………………………………………………. 24
B. Uraian Kegiatan Magang…………………………………………. 25
1. Populasi Sapi…………………………………………………. 25
2. Pengadaan Bahan Pakan……………………………………... 25
3. Penyimpanan Bahan Pakan…………………………………... 27
4. Pengolahan Bahan Baku……………………………………… 29
5. Pemberian Pakan Pada Ternak……………………………….. 30
C. Pembahasan………………………………………………………. 30
1. Jenis Pakan…………………………………………………… 30
2. Pengadaan Bahan Pakan……………………………………… 33
3. Jumlah Pemberian Pakan……………………………………... 35
4. Frekuensi Pemberian Pakan………………………………….. 36
5. Sistem Pemberian Pakan……………………………………... 36
6. Pemberian Air Minum………………………………………... 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………… 38
A. Kesimpulan……………………………………………………….. 38
B. Saran…………………………………………………………….... 39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 40
LAMPIRAN................................................................................................ 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Populasi Ternak di CV. Sumber Baja Perkasa…………………...... 25
2. Komposisi Nutrien Konsentrat…………………………………..... 27
3. Jumlah Bahan Pakan Konsentrat Fermentasi……………………... 32
4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum…………...... 33
5. Daftar Harga Bahan Pakan Penyusun Ransum.................................. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Proses Pembuatan Pakan Jerami Fementasi…………….. 31
2. Proses Pembuatan Pakan Konsentrat…………………… 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Susunan Organisasi CV. Sumber Baja Perkasa............................... 43
2. Denah Lokasi CV. Sumber Baja Perkasa......................................... 44
3. Lay Out Kandang CV. Sumber Baja Perkasa.................................. 45
4. Bangunan Perkandangan CV Sumber Baja Perkasa........................ 46
5. Foto Dokumen dan Kegiatan Magang............................................. 47
6. Quisioner Magang di CV. Sumber Baja Perkasa............................. 50
7. Brosur Pakan Nutrifeed.................................................................... 54
8. Tabel Nilai Kinerja Magang............................................................ 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
Joko Wibowo, H3409015, Manajemen Pemberian Pakan Sapi Potong Di CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Agribisnis Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret 2012, 56 halaman.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemberian pakan sapi potong pada CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah . Pelaksanaan kegiatan magang ini, dilakukan di CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah. Metode pengamatan yang digunakan adalah deskripsi kualitatif yaitu pengamatan yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Sumber data yang diperoleh berdasarkan narasumber, peristiwa/aktifitas, dokumen dan lokasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, observasi dan perekaman. Analisis data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah analisis data kualitatif, yaitu merupakan pengolahan data berupa pengumpulan data, penguraiannya kemudian membandingkan dengan teori yang berhubungan masalahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan.
Berdasarkan pada hasil analisis data di CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah disimpulkan bahwa manajemen pemberian pakan sapi potong di CV Sumber Baja Perkasa adalah Pengadaan bahan pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa untuk rumput gajah, singkong, jagung di panen dari ladang sendiri serta untuk konsentrat jadi di beli dari pabrik pakan puspetasari sedangkan jerami dibeli dari para petani. Frekuensi pemberian pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa adalah empat kali sehari yaitu konsentrat pada pukul 08.00 WIB dan pada pukul 14.00 WIB sedangkan untuk hijauan pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB dengan imbangan konsentrat dan hijauan dalam ransum adalah 70% dan 30% . Bahan pakan yang diberikan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa berupa hijauan yaitu rumpuh gajah dan jerami fermentasi serta konsentrat berupa konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung, premix, tetes yang dicampur menjadi satu. Jumlah pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa untuk sapi peranakan ongole (PO) mendapat konsentrat 10 kg/ekor/hari dan hijauan 8 kg/ekor/hari dan untuk sapi Limousin dan Sapi Simmental (METAL) mendapat konsentrat 12 kg/hari/ekor dan hijauan 10 kg/ekor/hari. Sistem pemberian pakan hijauan di CV. Sumber Baja Perkasa diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam. Pemberian air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa terpenuhi karena air minum diberikan secara ad libitum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRACT
Joko Wibowo, H3409015, Granting Management in Beef Cattle Feeding
CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java. Final Project Report. Diploma III Program. Animal Husbandry and Agribusiness Department. Farm Faculty. Sebelas Maret University. 2012., 56 pages.
This internship aims to determine the feeding management of beef cattle on the CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java. Implementation of this internship, conducted in the CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java sources. Observation method used is a qualitative description of the observations that led to the description of the case studies in detail and depth portrait of the conditions of what actually happened according to what it is in the field studies. Source of data obtained by resource persons, events / activities, documents and locations. Data collection techniques used were interviews, documentation, observation and recording. Analysis of the data used in this observation is a qualitative data analysis, data processing is a form of data collection, and then compared with theoretical decay-related problems, and finally draw conclusions.
Based on the results of data analysis in the CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java sources concluded that the feeding management of beef cattle in the cv is the source of the mighty steel Procurement cattle feed ingredients in CV. Sumber Baja Perkasa sources for elephant grass, cassava, corn on the harvest of the field itself and to concentrate so purchased from feed mills, while hay puspetasari purchased from farmers. Frequency of feeding cattle in the CV. Mighty Steel source is four times a day that is concentrated at 08.00 pm and at 14.00 pm while to forage at 10.00 am and 15.00 pm with a proportion of concentrates and forages in the ration is 70% and 30%. Cattle feed ingredients given in the CV. Sumber Baja Perkasa source of forage that is rumpuh elephants and hay and concentrates in the form of concentrated fermentation finished, rice bran, cassava, corn, premix, drops mixed into one. The number of feeding on CV. Mighty Steel sources for cattle Peranakan Ongole (PO) received 10 kg of concentrate / head / day and forage 8 kg / head / day and for the cow Limousin and Simmental cows (METAL) received 12 kg of concentrate / day / cow and 10 kg of forage / cow / day. Forage feeding system in CV. Sumber Baja Perkasa source is given approximately two hours after administration of concentrate in the morning and be done gradually at least four times a day and night. Provision of drinking water for cattle in the CV. Sumber Baja Perkasa because the source of the mighty steel drinking water provided ad libitum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha penggemukan sapi potong saat ini mempunyai kencenderungan
semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya
masyarakat di daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Usaha
penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara
perusahaan dalam skala besar. Seiring semakin berkembangnya perusahaan
peternakan dan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi demi
kesehatan dan diimbangi dengan daya beli masyarakat yang meningkat pula,
permintaan akan daging sapi untuk konsumsi sehari-hari pun juga meningkat
dari tahun ke tahun. Itu ditandai dengan makin banyaknya perusahaan
peternakan khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang feedlot
(penggemukan). Hal ini disebabkan prospek usaha penggemukan sapi potong
cukup menguntungkan terbukti dari kebutuhan akan konsumsi daging sapi
setiap tahun selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan
daging terutama daging sapi selalu kurang, dengan kata lain permintaan
daging sebagai konsumsi terus bertambah. Tiga hal pokok yang perlu
diperhatikan agar dapat menjadi peternak sukses sehingga kelangsungan
usaha ternak tersebut dapat berjalan. Ketiga hal tersebut yaitu breeding
(bibit/bakalan), feeding (pakan), dan management (manajemen), yang saling
terkait satu sama lain dan saling melengkapi. Usaha untuk meningkatkan
pengadaan daging sapi dapat dilakukan dalam usaha feedlot. Feedlot adalah
pemeliharaan sapi di dalam kandang tertentu, tidak diperkerjakan tetapi
hanya diberi pakan dengan nutrien yang optimal untuk menaikkan berat
badan dan kesehatan sapi (Darmono, 1993). Usaha ternak sapi potong akan
berhasil apabila faktor penunjangnya (pakan) memperoleh perhatian penuh,
disamping faktor genetis.
Oleh karena itu, bibit sapi yang baik harus diimbangi dengan
pemberian pakan yang baik pula dan cukup memenuhi kebutuhan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
nutriennya. Adapun fungsi lain dari pakan adalah untuk mempertahankan
daya tahan tubuh dan kesehatan. Produktivitas ternak sapi potong sangat
peka atau sensitif terhadap perubahan pemberian pakan, oleh karena itu
pakan yang diberikan harus sesuai dengan ketersediaan, kesinambungan
kualitas maupun jumlahnya. Disamping itu perlu diketahui bahwa biaya
pakan dalam usaha penggemukan memberikan konstribusi yang cukup besar.
Oleh karena itu, dalam usaha penggemukan peternak harus dapat
memberikan pakan yang murah namun bermanfaat bagi peningkatan
produksi daging (Siregar, 2003).
Pada dasarnya sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk
hijauan dan konsentrat dan yang terpenting adalah pakan harus memenuhi
kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin serta mineral. Secara
alamiah pakan utama ternak sapi baik potong maupun perah adalah hijauan
dapat berasal dari rumput alam atau lapang, rumput unggul, leguminosa dan
limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya. Dalam pemberiannya harus
diperhatikan hijauan tersebut disukai ternak dan tidak mengandung racun
atau toxin sehingga dapat membahayakan perkembangan bagi ternak yang
mengkonsumsi. Namun, permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah
tropis seperti di wilayah Indonesia mempunyai kualitas yang kurang baik
sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut perlu ditambah
dengan pemberian pakan konsentrat (Siregar, 1996). Dalam pemberian pakan
di kandang atau di palungan, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui
berapa jumlah pakan dan bagaimana ransum yang diberikan pada ternak sapi.
Untuk itu, telah dibuat feeding standard. Akan tetapi, dalam pemberiannya
ada yang dilakukan dengan cara ad libitum, yaitu diberikan dalam jumlah
yang selalu tersedia. Ada juga yang diberikan dalam bentuk restricted atau
dibatasi (Santosa, 2002).
Mengingat pentingnya manajemen pemberian pakan sapi potong dalam
usaha feedlot, maka kegiatan Magang Perusahaan dengan judul Manajemen
Pemberian Pakan Sapi Potong pada CV. Sumber Baja Perkasa dilaksanakan
sebagai syarat untuk menyusun tugas akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Magang Perusahaan ini dilaksanakan oleh mahasiswa dengan tujuan:
a. Untuk memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengenali
kegiatan kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan
secara umum.
b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan
penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat
sebagai bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke masyarakat setelah
lulus.
c. Untuk memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja yang
praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta
memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang
peternakan.
d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi,
terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan Magang perusahaan adalah :
a. Mengetahui kondisi umum Peternakan Sapi CV. Sumber Baja Perkasa.
b. Mengetahui kegiatan yang dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi
potong CV. Sumber Baja Perkasa.
c. Mengetahui manajemen pemberian pakan pada peternakan sapi potong
di CV. Sumber Baja Perkasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sapi Potong
Setiap proses penggemukan sapi, pada akhirnya sapi akan menjadi
penghasil daging. Sapi sapi yang dipekerjakan sebagai pembajak sawah atau
ternak perah yang tidak produktif lagi biasanya akan digemukkan sebagai
ternak potong. Umumnya, mutu daging yang berasal dari sapi afkiran ini
tidak terlalu baik. Meskipun demikian ada beberapa jenis sapi yang memang
khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya,
seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi
sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara
secara intensif selama beberapa bulan sehingga diperoleh pertambahan berat
badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002).
Adapun golongan sapi tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
besar sapi yaitu: Bos Sondaicus atau Bos Banteng, sampai sekarang masih
dapat ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di Pulau
Jawa, seperti di Pandanaran dan Ujung Kulon. Bos Indicus atau Sapi Zebu,
sampai sekarang mengalami perkembangan di India dan Asia. Bos Taurus
atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.
Bangsa sapi potong Asia diantaranya adalah : Sapi Bali, Sapi Ongole, Sapi
Madura, dan Sapi Brahman. Bangsa sapi potong Eropa diantaranya adalah :
Sapi Hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Limousin dan Sapi Charolais (Murtidjo,
1990).
Sapi potong yang berkembang di Indonesia merupakan bangsa sapi
tropis, terdiri dari sapi lokal, dan sapi impor (Sarwono dan Arianto, 2002).
Menurut Sugeng (2002), ciri ciri bangsa sapi tropis yaitu memiliki gelambir,
kepala panjang, dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek, garis
punggung berbentuk cekung, kaki panjang, tubuh relatif kecil, dengan bobot
badan 250-650 kg, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap caplak. Jenis
sapi yang banyak dipelihara peternak Indonesia adalah Ongole, sapi Bali,
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sapi Madura, sapi Angus, sapi Brahman, sapi Brangus (Brahman Aberdeen
Angus), sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental ( Djarijah, 1996 ).
1) Sapi Limousin
Sapi Limousin kadang disebut juga Sapi Diamond Limousine
(termasuk Bos Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan
tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi
Simmental. Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang
berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar,
mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan
menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi
dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana
pemeliharaan lebih teratur. Sapi jenis limousin ini merupakan salah satu
yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi
primadona untuk penggemukan, karena perkembangan tubuhnya
termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari saat masa pertumbuhannya.
2) Sapi PO (Peranakan Ongole)
Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), di pasaran juga sering
disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih.
Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO)
dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos
Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan
pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole
(SO). Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan
warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang
besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan
mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari
450 kg. Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220
kg hingga mencapai sekitar 600 kg.
Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah
banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO
sering diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
berkelasa dan gelambir. Sesuai dengan induk persilangannya, maka Sapi
PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai
kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi
lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi
induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki
kualitas semen yang baik. Keunggulan sapi PO ini antara lain : Tahan
terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan
relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang; persentase
karkas dan kualitas daging baik.
3) Sapi Simmental (METAL)
Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi
Metal, dan sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah
dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi
Brahman. Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari
daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang
berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan
Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan
pedaging. Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150
kg sedang betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental
adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin,
merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar,
voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan
yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga
menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
Menurut Murtijo (1990) penilaian terhadap keadaan individual sapi
potong pada prinsipnya didasarkan pada umur, bentuk tubuh, luas tubuh,
pertambahan bobot badan dan temperamen, serta dianjurkan pula
mengetahui sejarah yang berkaitan dengan penyakit. Namun, secara praktis
pada umumnya penilaian individual sapi dilakukan dengan mengamati
bentuk luar sapi seperti bentuk tubuh normal, ukuran normal dari bagian
bagian tubuh, dan organ kelamin. Prioritas utama untuk memilih sapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bakalan adalah berbadan kurus, berumur muda (sapi dara) dan sepasang
giginya telah tanggal (Sarwono dan Arianto, 2002). Menurut Santosa (2002)
sapi yang paling baik digemukan adalah sapi jantan, karena pertambahan
bobot hariannya yang tinggi.
B. Pakan Sapi Potong
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak yang
sebagian atau keseluruhannnya dapat dicerna tetapi tidak mengganggu
kesehatan ternak tersebut. Contoh pakan hijauan (rumput, daun-daunan),
limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu),
leguminosa (daun Lamtoro, Gliricida, Kaliandra, Turi, dan Kacang-
kacangan) limbah industri pertanian (dedak, bekatul, pollard, onggok,
bungkilbungkilan) dan lain lain (Anonimous, 2001).
Pada dasarnya sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk
hijauan dan konsentrat yang terpenting adalah pakan yang memenuhi
kebutuhan protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral (Sarwono,
2002). Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan yang dapat
berupa rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah
pertanian serta tanaman hijauan lainnya.
1) Hijauan
Dalam pemilihan hijauan pakan ternak harus diperhatikan
disukai ternak atau tidak, mengandung toxin (racun) atau tidak yang
dapat membahayakan perkembangan bagi ternak yang mengkonsumsi.
Namun,permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis
mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk memenuhi
kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat
(Siregar, 1996).
a) Rumput Raja
Rumput gajah merupakan sejenis tanaman padang rumput
tropis asli Afrika. Rumput gajah mempunyai ciri-ciri yaitu: tumbuh
tegak membentuk rumpun, batang tebal dan keras, daunnya relatif
besar dan tahan lindungan sedang, hidup pada tanah subur yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
terlalu liat pada pH 6,5 serta kurang tahan terhadap genangan air
(Anonimous, 1992). Sifat-sifat rumput gajah antara lain: dapat
tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah, membutuhkan
hari dengan waktu siang yang pendek, memiliki fotoperiode kritis
antara 12-13 jam, tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus
menerus, dan kecambahnya sedikit dan lambat sehingga banyak
ditanam secara vegetatif (Anonimous, 2005).
Keunggulan rumput gajah antara lain: mampu beradaptasi
diberbagai macam tanah, merupakan tumbuhan parenial, produksinya
tinggi, nilai gizinya tinggi dan tingkat pertumbuhannya tinggi.
Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput gajah ataupun
rumput raja bila melebihi atau melewati umur potong akan
mengurangi kualitas hijauan tesebut, untuk mengoptimalkan produksi
dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat waktu.
Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari
(Anonimous, 2007). Kandungan nutrien rumput gajah terdiri atas:
bahan kering (BK) 19,9%; protein kasar (PK) 10,2%; lemak kasar
(LK) 1,6%; serat kasar (SK) 34,2%; abu 11,7%; dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen (BETN) 42,3% (Rukmana, 2005).
b) Jerami Padi
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat
digunakan sebagai makanan ternak terutama sapi dan kerbau dan
dangat mudah diperoleh pada musim kemarau (Promma, 1987).
Namun dalam pemanfaatannya beberapa kendala perlu
dipertimbangkan termasuk diantaranya adalah kandungan protein
kasar yang rendah, serat kasar tinggi dan kandungan mineralnya yang
tidak seimbang (Komar, 1984).
Devendra (1982) melaporkan, bahwa kandungan beberapa
varietas jerami padi rata-rata protein kasarnya berkisar 3 sampai 5%,
serat kasar 26 sampai 32%, abu 11 sampai 19% dan Gross energinya
adalah 14,1 sampai 16,2 MJ/kg. Ruminansia yang imbangan jerami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
padi tinggi dalam makanannya, akan menghasilkan pertambahan
bobot badan yang rendah dan rendahnya jumlah makanan yang dapat
dikonsumsi, dimana disebabkan oleh rendahnya kecernaan dan
terbatasnya protein, mineral serta vitamin yang dapat dikonsumsi dari
jerami padi, namun hal ini dapat diatasi dengan suplemen zat-zat gizi
juga dengan perlakuan urea pada jerami padi dapat memecahkan
problema tersebut karena dapat menambah kandungan protein kasar
jerami padi, palabilitas dan kecernaannya serta kegunaannya (Doye et
al., 1986). Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi dalam
produksi ternak, perlu diadakan perlakuan secara fisik, khemis dan
biologis ataupun kombinasinya, namun perlakuan khemis lebih
banyak digunakan dibanding dengan perlakuan perlakuan lainnya
(Soejono et al., 1988).
2) Ransum
Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan
yang disusun sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan
ternak selama 24 jam. Ransum yang diberikan pada sapi sapi yang
digemukan tergantung pada sistem penggemukan yang digunakan.
Penggemukan sapi dengan sistem pasture hanya terdiri dari hijauan
yang diperoleh dengan melepas sapi sapi untuk meruput di padang
penggembalaan. Demikian pula dengan sistem kereman yang terdapat
dibeberapa daerah di Indonesia, ada diantaranya yang hanya
memberikan hijauan saja tanpa pakan tambahan berupa konsentrat
(Siregar, 2003). Pakan suplemen merupakan bahan yang mengandung
jasad renik (mikroba) hidup yang sengaja ditambahkan dalam pakan
sapi atau ruminansia lainya. Dengan diberikan sedikit pakan tambahan,
kebutuhan pakan persatuan ternak dapat dikurangi. Apabila setiap hari
ternak membutuhkan 10 sampai 11 kg bahan kering (BK) untuk
menaikkan 1 kg berat badan maka, penggunaan pakan tambahan mampu
mengurangi jumlah pakan (Sarwono, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
a) Jagung
Jagung dalam sistematika tanaman termasuk dalam golongan
Spermatophyta, kelas Monocotyledon, ordo Graminae, familia
Graminaceae, genus Zea. Nama latin jagung adalah Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman penting kedua setelah padi dan hampir
terdapat di seluruh kepulauan di Indonesia. Tanaman jagung relatif
mudah dibudidayakan dan dapat tumbuh di semua jenis tanah kecuali
tanah liat dan pasir. Berdasarkan warna bijinya, jagung dibedakan
menjadi dua macam yaitu jagung kuning dan jagung putih. Kedua
jagung ini mempunyai nilai gizi yang relatif sama (Anonimous,
2010).
Menurut Doye et al. (1986), berdasarkan bentuk bijinya
(kernel) jagung dibedakan menjadi enam jenis yaitu: Flour corn atau
soft corn yaitu jagung yang hampir seluruh endospermanya berisi pati
yang lunak dan mudah dibuat tepung. Flint corn yaitu jagung yang
mempunyai biji dengan warna bersinar, tebal dan keras (horny
starch). Zat tepung yang lunak sedikit dan letaknya di tengah. Jagung
ini banyak digunakan untuk pakan ternak. Pop corn yaitu jagung
yang memiliki kernel kecil dan keras seperti jenis flint dengan
kandungan pati yang lebih sedikit. Sweet corn yaitu jagung yang
mengandung sedikit pati dengan endosperma berwarna bening,
mempunyai kandungan gula yang tinggi sehingga terasa manis. Pod
corn yaitu jagung hias dengan kernel tertutup. Dent corn yaitu jagung
yang bijinya seperti gigi kuda terjadi akibat pengerutan lapisan
bertepung saat biji mengering.
Jagung yang banyak ditanam di Indonesia adalah tipe mutiara
(flint) dan semi mutiara (semiflint) (Suprapto dan Marzuki 2005).
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1989) diacu dalam Juniawati
(2008) jenis jagung semiflint (semi mutiara) lebih mudah dibuat
tepung dibandingkan tepung mutiara. Hal ini disebabkan jagung semi
mutiara mengandung endosperma lunak yang lebih banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dibandingkan endosperma kerasnya. Endosperma keras terdiri dari
sel-sel yang lebih kecil dan tersusun rapat, sedangkan endosperma
lunak susunan sel-selnya tidak serapat bagian keras. Jagung NK 33
merupakan jagung hibrida yang memiliki bentuk biji semi mutiara.
Potensi hasil jagung NK 33 sebesar 12 ton per hektar jagung pipil
kering. Biji jagung dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu kulit
(pericarp), endosperma, lembaga (germ), dan tudung pangkal (tip
cap),
b) Singkong
Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman pangan dan
perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu
menghasilkan gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol,
monosodium glutamat, dan tepung aromatik. Ubi kayu dapat
menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Sebagai tanaman
pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta
manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini menempati urutan ketiga
setelah padi dan jagung sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu
merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman
lain seperti jagung, beras, sorgum, gandum. Indonesia adalah
penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria,
Brasil, dan Thailand. Namun pasar ubi kayu dunia dikuasai oleh
Thailand dan Vietnam. Dalam sistematika tanaman, ubi kayu
termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam famili
Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies beberapa di antaranya
mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak
(Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian (Manihot,spp),
dan tanaman hias (Euphorbia spp), Klasifikasi tanaman ubi kayu
adalah sebagai berikut : Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas :
Arhichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub
famili : Manihotae Genus : Manihot Spesies : Manihot esculenta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Crantz Manihot esculenta Crantz mempunyai nama lain Manihot
utilissima dan Manihot alpi (Anonimous, 2010).
c) Bekatul
Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir yang
terbungkus oleh sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji berbagai
tumbuhan serealia sejati, seperti padi, gandum dan jelai. Istilah
bekatul terutama digunakan pada padi. Asal-usul bekatul secara
anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian perikarp yang terikut.
Aleuron adalah lapisan sel terluar yang kaya gizi dari endospermium,
sementara perikarp adalah bagian terdalam dari sekam. Bekatul padi
dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan. Proses
pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai
penyosohan (polishing) untuk memperpanjang masa penyimpanan
beras, sekaligus memutihkannya. Kandungan gizi bekatul dikenal
luas sejak ditemukannya vitamin B1 (tiamin) dari beras yang belum
disosoh, yang bila dikonsumsi terbukti menekan frekuensi penyakit
beri-beri oleh Dr. Eijkman. Kandungan gizi lainnya adalah serat
pangan, pati, protein, lemak/minyak serta mineral
d) Tetes tebu
Molases adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan
gula tebu (Saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental
dan diperoleh dari tahap pemisahan Kristal gula. Molases tidak dapat
lagi dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula
dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Tingginya
kandungan gula dalam molase sangat potensial dimanfaatkan sebagai
bahan baku bioetanol (Anonimous, 2010).
Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat
menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molases
berkisar antara 5,5 sampai 6,5. Molase yang masih mengandung
kadar gula sekitar 10 sampai 18% telah memberikan hasil yang
memuaskan dalam pembuatan etanol (Anonimous, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tebu (Saccharum officinarum L.) kedudukannya dalam ilmu
taksonomi tmbuhan adalah : Tebu (Saccharum officinarum L.)
Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut : Kingdom :
Plantea, Subkingdom: Tracheobionta, SuperDivisi : Spermatophyta,
Divis : Magnoliophyta, Kelas : Liliopsida, Sub kelas : Commelinidae,
Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Saccharum, Spesies
:Saccharum officinarum.
Pemberian pakan yang baik untuk memenuhi beberapa kebutuhan
ternak sebagai berikut: Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan pakan yang
mutlak dibutuhkan dalam jumlah minimal. Pada hakekatnya kebutuhan
hidup pokok adalah kebutuhan sejumlah minimal nutrien untuk menjaga
keseimbangan dan mempertahankan kondisi tubuh ternak. Kebutuhan
tersebut digunakan untuk bernapas, bergerak, dan pencernaan makanan.
Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan
ternak sapi untuk proses pembentukan jaringan tubuh dan menambah bobot
badan. Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan
ternak sapi untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan. Untuk kebutuhan
nutrien sapi potong dalam praktek penyusunan diperlukan pedoman standar
berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan (Murtidjo, 1990).
Kualitas jumlah pakan dan cara-cara pemberiannya sangat
mempengaruhi kemampuan produksi sapi pedaging. Untuk mempercepat
penggemukan, selain dari rumput, ternak perlu juga diberi pakan penguat
berupa konsentrat yang merupakan campuran berbagai bahan pakan umbi
umbian, sisa hasil pertanian, sisa hasil pabrik dan lain lain yang mempunyai
nilai nutrien cukup dan mudah dicerna (Setiadi, 2001).
Pemberian pakan dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada umumnya
setiap sapi membutuhkan pakan berupa hijauan. Sapi dalam masa
pertumbuhan, sedang menyusui dan digunakan sebagai tenaga kerja
memerlukan pakan yang memadai baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya (Djarijah, 1996). Dalam menyusun ransum harus diusahakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
agar kandungan nutrien di dalam ransum sesuai dengan nutrien yang
dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan
dan bereproduksi (Santosa, 2002).
C. Manajemen Pemberian Pakan
1. Jumlah Pemberian
Pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan secara ad libitum
dan restricted (dibatasi). Pemberian secara ad libitum seringkali tidak
efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan
pakan yang tersisa menjadi busuk sehingga ditumbuhi jamur dan
sebagainya yang akan membahayakan ternak bila terkonsumsi (Santosa,
2002). Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan pada
konsumsi BK pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat,
persentase konsumsi bahan kering memiliki grafik linier sejalan dengan
pertambahan berat badan sampai tingkat tertentu kemudian mengalami
penurunan. Rata rata kemampuan konsumsi bahan kering bagi ruminansia
adalah 2 sampai 3 % dari berat badan (Mc Cullough, 1973). Atau 2,5
sampai 3,2 % menurut (Sugeng, 2002).
2. Imbangan Hijauan dan Konsentrat
Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan
konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi kedua bahan itu akan
memberi peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah.
Namun, bisa juga ransum terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja.
Apabila ransum terdiri dari hijauan saja maka biayanya relatif murah dan
lebih ekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit tercapai, sedangkan
pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan
tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransumnya relatif mahal
(Siregar, 1996).
Pakan ternak untuk penggemukan sapi merupakan faktor yang penting
untuk meningkatkan produksinya. Pakan yang baik adalah pakan yang
mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein
adalah unsur utama dalam pemeliharaan organ tubuh dan pertumbuhan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sedangkan karbohidrat berguna sebagai sumber energi yang akan
digunakan untuk proses metabolisme (Darmono, 1993).
Pada usaha penggemukan sapi, pemberiaan pakan konsentrat lebih
banyak daripada hijauan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
pertambahan bobot badan yang cepat. Perbandingan jumlah konsentrat
dan hijauan dalam ransum penggemukan sapi atas dasar bahan kering
adalah 70% dan 30% (Anonimous , 2001).
3. Frekuensi Pemberian
Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari
semalam. Pemberian konsentrat dua kali dalam sehari semalam dapat
dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 dan sekitar pukul 15.00. Lain
lagi dengan pemberian yang dilakukan tiga kali dalam sehari semalam
pada saat pukul 08.00, sekitar pukul 12.00, dan sekitar pukul 16.00.
Sedangkan pemberiaan hijauan dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian
konsentrat. Pemberian hijauan ini dilakukan secara bertahap dan minimal
4 kali dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih
sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi itu untuk
mengonsumsi ransum dan juga meningkatkan kencernaan BK hijauan
(Siregar, 1996).
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan
bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah
dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan
hijauan. Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam
sehari semalam. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian
konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat
kali dalam sehari semalam (Siregar, 1996).
4. Sistem pemberian
Dalam pemberian konsentrat sebaiknya dalam bentuk kering (tidak
dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga bisa dilakukan. Yang
perlu diperhatikan bila pemberian bentuk basah adalah konsentrat tersebut
harus habis dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
jenis pakan yang secara mendadak dapat berakibat ternak stress, sehingga
tidak mau makan. Oleh karena itu cara pemberiannya dilakukan sedikit
demi sedikit agar ternak beradaptasi terlebih dahulu selanjutnya
pemberian ditambah sampai jumlah pakan yang sesuai kebutuhannya,
sedangkan air minum diberikan secara ad libitum (Anonimous, 2001).
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan
bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah
dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan
hijauan. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat
pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam
sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan
dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan
juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri (Mc
Cullough, 1973)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB III
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan
Kegiatan Magang ini dimulai dari tanggal 6 Februari sampai dengan
8 Maret 2012 di Peternakan sapi potong CV. Sumber Baja Perkasa Sentono.
Ngawonggo, Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan magang perusahaan ini
dipilih di Peternakan CV. Sumber Baja Perkasa. Alasan dipilihnya lokasi ini
dengan pertimbangan bahwa CV. Sumber Baja Perkasa merupakan salah
satu perusahaan peternakan yang memiliki sumber daya yang cukup baik,
baik dari segi permodalan, sumber daya manusia dan pengelolaan usahanya.
Kegiatan magang yang dilaksanakan di peternakan CV. Sumber Baja
Perkasa mengenai manajemen pemberian pakan sapi potong. Dalam
pelaksanaan kegiatan magang ini mengamati tentang manajemen pemberian
pakan yang meliputi jenis pakan yang diberikan, pencampuran pakan, cara
memperoleh pakan, jumlah pemberian pakan, frekuensi pemberian pakan,
cara pemberian pakan dan pemberian air minum.
B. Materi dan Metode
1. Materi
Materi dalam pelaksanaan kegiatan magang perusahaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Sapi potong yang dipelihara adalah jenis sapi Simmental, Peranakan
Ongole (PO) dan sapi Limousin.
b. Pakan yang meliputi pakan konsentrat dan hijauan. Konsentrat
dicampur sendiri dengan beberapa bahan pakan seperti Wheat brand,
bekatul, jagung, singkong dan tetes. Pakan hijauan yang digunakan
adalah rumput Gajah dan jerami padi.
2. Metode
Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini mengamati tentang
manajemen pemberian pakan meliputi jenis pakan yang diberikan,
pencampuran bahan pakan, cara memperoleh pakan, jumlah pemberian
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pakan, frekuensi pemberian pakan, cara pemberian pakan dan pemberian
air minum.
C. Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan adalah :
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan operasional perusahaan yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan Magang guna memperoleh
informasi dan pengalaman langsung.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan Magang
Perusahaan ini adalah manajer farm, supervisor produksi, staf
perusahaan dan karyawan kandang.
3. Magang
Kegiatan magang ini merupakan keikutsertaan mahasiswa dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga mahasiswa memperoleh
pengalaman kerja secara langsung dari kegiatan tersebut.
4. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data
pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal dan majalah ilmiah.
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan
ada dua jenis data yaitu:
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara
langsung dari responden seperti manajer perusahaan, staf, karyawan,
dan masyarakat sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu
berupa kuisioner.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumber. Dalam kegiatan Magang ini yang menjadi data sekunder adalah
data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada di
perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan Magang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi
1. Sejarah Perusahaan
Pada tanggal 1 Oktober 2005 didirikan sebuah perusahaan yang
bernama CV. Sumber Baja Perkasa dengan pemilik bapak H. Zainal
Fanani bergerak di bidang peternakan penggemukan sapi potong
(Feedlot). Pada awalnya peternakan ini memelihara 25 ekor sapi dari
berbagai macam jenis antara lain: Sapi Simmental, Peranakan Ongole
(PO), Limousin, Brangus dan Peranakan Friesian Holstein (PFH).
Sampai sekarang jenis sapi yang dipelihara masih sama, dimana bakalan
bakalan sapi tersebut didatangkan dari pasar, pedagang sapi (blantik)
dan warga di daerah sekitar. Untuk mendapatkan bakalan-bakalan
tersebut, Supervisor sekaligus pengelola peternakan yaitu bapak
Ardiansyah terjun langsung ke lapangan. Pengadaan bakalan masih terus
saja didatangkan dengan pembelian bakalan menggunakan sistem
“jogrokan” atau tafsiran.
Perusahaan ini didirikan dengan melihat peluang pasar yang cukup
luas yaitu dengan melihat kebutuhan atau konsumsi daging masyarakat
Indonesia yang semakin meningkat dari tiap tahunnya. Peternakan ini
berencana mengembangkan usaha yaitu dengan mendirikan Rumah
Potong Hewan (RPH) dan pengolahan daging menjadi bakso.
Kabupaten Klaten khususnya sekitar Kecamatan Ceper merupakan
daerah yang mempunyai topografi dan klimatologi yang cukup baik
untuk pengembangan usaha ternak khususnya peternakan sapi potong
karena daerah ini mempunyai suhu sekitar 28°C dengan curah hujan dan
sinar matahari yang cukup sehingga sangat cocok untuk lokasi
peternakan. Apalagi daerahnya yang datar sehingga mempermudah
akses kegiatan peternakan. Ketersediaan bahan pakan yang cukup
banyak untuk sapi potong. Pakan hijauan berasal dari sisa produksi
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pertanian yang berupa jerami padi. Pakan hijauan juga mudah didapat
yaitu rumput Gajah karena rumput ini sudah dipersiapkan oleh
perusahaan dari awal sebelumya, yaitu dengan menanam rumput ini di
areal kandang milik perusahaan yang didukung dengan suburnya tanah
yang subur di daerah ini. Selain itu, juga didukung ketersediaan tenaga
kerja lokal yang cukup banyak dan potensial sehingga dapat menyerap
tenaga kerja dari lingkungan sekitar dan membantu perekonomian
masyarakat sekitar. Limbah peternakan di perusahaan ini sudah diolah
menjadi pupuk kompos dan pestisida cair yang dapat digunakan untuk
membasmi atau melindungi tanaman pertanian dari serangan hama.
Pupuk organik ini sudah dipasarkan meskipun masih di daerah Klaten
khususnya Ceper, hal ini bertujuan agar petani di sekitar CV. Sumber
Baja Perkasa tidak tergantung dengan pupuk kimia yang sekarang ini
susah diperoleh di pasaran.
2. Struktur organisasi
Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu
perencanaan yang terorganisasi, maka untuk menunjang suatu kegiatan
operasional perusahaan sangat dibutuhkan struktur organisasi. Fungsi
dari struktur organisasi adalah untuk menentukan seorang tenaga kerja
yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan hasil kegiatannya
dilaporkan kepada pemilik perusahaan. Hal ini sangat diperlukan agar
setiap tenaga mengetahui hak dan kewajibannya. Bagan struktur
organisasi di peternakan CV.Sumber Baja Perkasa seperti terlihat pada
lampiran 1. Pemimpin perusahaan tertinggi dari CV. Sumber Baja
Perkasa dipegang pemilik sekaligus sebagai direktur yaitu Bapak Zainal
Fanani. Direktur dibantu oleh seorang manajer yang dipegang oleh
Bapak Ardiansyah. Dalam menjalankan tugas sebagai direktur yang
membawahi: a) Manajer, bertugas dan bertanggung jawab sebagai
Mengelola usaha penggemukan sapi secara intensif agar mencapai
tujuan yang diinginkan, b) Supervisor, bertugas dan bertanggung jawab
mengawasi dan melakukan pencatatan terhadap sapi yang masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
maupun yang keluar peternakandan melakukan transaksi dengan
pembeli, dan c) Pekerja kandang, yang bertugas dan bertanggung jawab
melaksanakan semua aktifitas yang ada di peternakan tersebut dan
membantu bagian pemasaran dalam proses pemasaran.
Pelaksanaan serta pembagian tugas di CV. Sumber Baja Perkasa
sudah terlaksana cukup baik meskipun perusahaan ini belum lama
berdiri. Setiap tugas untuk mengontrol jalannya peternakan sudah jelas
yang bertanggung jawab sehingga diharapkan kelancaran kerja dapat
berjalan baik sesuai yang diharapkan.
3. Lokasi dan Luas Areal Peternakan
Lokasi CV. Sumber Baja Perkasa terletak di dukuh Sentono, desa
Ngawonggo, kecamatan Ceper, kabupaten Klaten, provinsi Jawa
Tengah. Batas sebelah utara merupakan pemukiman yang cukup padat
penduduknya yaitu dukuh Candi, sebelah selatan yaitu dukuh Sentono,
sebelah barat dukuh Pandean, sedangkan sebelah timur berbatasan
dukuh Tegal Rejo. Lokasi peternakan sebaiknya jauh dari lokasi
pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana transportasi, dekat
dengan sumber air dan dekat dengan sumber pakan. Pemilihan lokasi
peternakan sapi tergantung diantaranya pada geografi dan topografi,
ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan pakan, ketersediaan air,
transportasi dan ketersediaan bakalan yang baik (Santosa, 2000).
Perusahaan ini terletak di daerah dataran rendah dengan
topografinya datar, landai dan disekitar kandang merupakan area
persawahan yang cukup luas. Rata-rata suhu di daerah tersebut sebesar
28° C dengan curah hujan yang sedang, arah angin dari selatan ke utara
dan sinar matahari yang cukup. Ketersediaan air dan bahan pakan untuk
konsentrat ( onggok, ketela, tetes, dan jagung) dan hijauan pakan ternak
cukup melimpah sehingga sangat mendukung usaha peternakan sapi
khususnya sapi potong.
Denah lokasi peternakan CV. Sumber Baja Perkasa terdapat di
lampiran 2. Jarak perusahaan dari jalan raya Yogja-Solo adalah sekitar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2 km dan dapat dilalui dua rute perjalan yang berbeda. Lokasi yang
tidak jauh memudahkan transportasi baik dalam pengadaan pakan dari
dalam dan luar daerah maupun transportasi pemasaran ternak. Lokasi
peternakan tersebut dekat dengan pemukiman penduduk sekitar 50
meter sehingga dapat menyebabkan bau yang cukup mengganggu
aktivitas pemukiman. Bau tersebut dihasilkan oleh limbah ternak. Letak
kandang yang berdekatan dengan rumah penduduk menurut Nitis (1992)
akan berdampak pada masalah kesehatan lingkungan. Terutama
pencemaran lingkungan dan limbah yang ditimbulkan.
Jenis-jenis bangunan yang dimiliki oleh peternakan CV. Sumber
Baja Perkasa terdapat pada Lampiran 4 . Keseluruhan luas area tanah
yang dimiliki kurang lebih 3600 m² yang digunakan untuk usaha
peternakan sapi potong. Luas areal ini terbagi menjadi dua yaitu
1634,45 m² ( untuk kandang, gudang pakan, tempat pencampuran
konsentrat, tempat penggilingan hijauan, dan kamar kecil) serta 1965,55
m² (bangunan gudang yang terpakai, bangunan mess karyawan, jalan,
dan taman). Lay out perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Semua
kandang di peternakan sapi CV. Sumber Baja Perkasa memiliki
kapasitas yang sama, yaitu dapat dapat menampung 40 ekor sapi setiap
kandangnya dan tidak ada pembedaan tempat untuk jenis sapi dan bobot
badannya. Penimbangan bobot badan sapi di peternakan sapi CV.
Sumber Baja Perkasa dilakukan dengan menggunakan timbangan
elektrik. Penimbangan dilakukan pada saat sapi datang dan akan dijual.
4. Populasi Ternak
Jenis ternak yang dipelihara di CV.Sumber Baja Perkasa adalah
sapi Simmental, Peranakan Ongole (PO), dan Limousin. Pembelian sapi
bakalan tersebut dilakukan dengan sistem “jogrokan” atau tafsiran
bukan dengan timbangan. Orang yang diberi kepercayaan untuk mencari
bakalan adalah bapak Suparto bekerja sama dengan rekannya yang
berprofesi sebagai pedagang sapi (blantik). Kebanyakan sapi bakalan
didatangkan atau diperoleh dari penduduk dan dari pasar sapi, yaitu dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pasar Sunggingan (Boyolali), pasar Sumber Lawang (Gemolong). Sapi
yang bagus untuk digemukkan selama 6 bulan memiliki kriteria antara
lain, dipilih bakalan yang memiliki badan tinggi, agak kurus, badan
panjang, tulang besar dan sehat. Apabila sapi memenuhi kriteria bakalan
yang baik selanjutnya dilakukan transaksi. Umur sapi yang dipelihara
rata-rata 1 sampai 1,5 tahun yang mempunyai bobot badan sekitar 259
kg sampai 313 kg dari berbagai jenis ternak yang ada, sedangkan untuk
ternak yang bobot badan sekitar 370 kg sampai 430 kg umur rata-
ratanya 1,5 sampai 2 tahun.
Sapi yang baru saja datang langsung masuk ke dalam kandang
bersamaan dengan sapi lain tidak dikarantina terlebih dahulu. Hal ini
disebabkan areal peternakan tidak menyediakan kandang karantina dan
hanya dibiasakan dengan kondisi kandang atau lingkungan setempat dan
pakan yang diberikan. Padahal sebaiknya sapi yang baru saja datang di
tempatkan di kandang karantina terlebih dahulu hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya penularan bibit penyakit yang dibawa oleh
sapi. Sapi bakalan yang telah sampai di peternakan kemudian diberikan
vitamin B-kompleks untuk menambah nafsu makan dan obat cacing,
Perlakuan tersebut juga berlaku untuk ternak lainnya dan dilakukan
setiap sebulan sekali.
5. Pakan
Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk
hijauan dan konsentrat. Sumber pakan di peternakan CV. Sumber Baja
Perkasa sudah memenuhi untuk usaha penggemukan sapi potong. Pakan
hijauan yang diberikan berupa rumput Gajah dan jerami padi, sedangkan
konsentrat berupa campuran dari beberapa bahan pakan seperti
singkong, jagung, bekatul, konsentrat jadi, dan tetes tebu semua bahan
tersebut di campur dan di fermentasi selama 3 hari. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 2. Dalam usaha penggemukan sapi potong,
pemberian pakan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok
dan produksi. Kebutuhan hidup pokok sangat tergantung dari bobot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
badan ternak, yaitu semakin tinggi bobot badan ternak maka semakin
tinggi jumlah kebutuhan pakannya.
B. Uraian Kegiatan Magang
1. Populasi Sapi
Pertama masuk magang pada bulan Februari 2012 populasi sapi
di Peternakan CV. Sumber Baja Perkasa adalah 125 ekor. Jumlah
tersebut dibagi menjadi 3 line yang setiap line berisi ± 38-40 ekor, sapi
yang di jadikan indukan yaitu sapi limosin yang jumlahnya 4 ekor, pedet
3 ekor adalah sapi limosin. Jumlah sapi yang dimiliki perusahaan bisa
berubah setiap saat karena hampir setiap minggu selalu sapi ada
pengantinya dari pasar hewan dan dari peternak. Setelah magang
berakhir sapi yang terdapat di peternakan CV. Sumber Baja Perkasa
Menjadi 119 karena sapi terjual 6 ekor.
Tabel 1. Populasi Ternak di CV. Sumber Baja Perkasa
Sumber : Data Sekunder CV. Sumber Baja Perkasa (2012)
2. Pengadaan Bahan Pakan
2.1. Hijauan
Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan yang akan diberikan
pada ternak berasal dari lahan milik perusahaan dan menyewa lahan
milik warga sekitar untuk ditanami dengan rumput gajah dan ketela.
Jerami didapatkan dari limbah pemanenan tanaman padi milik
warga di wilayah kecamatan Ceper maupun dari luar wilayah
Ceper.
Rumput gajah dipanen dua kali tiap hari, yang diikat menjadi
beberapa ikatan sebesar 20 kg. Total rumput gajah yang dipanen
Bangsa Sapi Jumlah (ekor) Keterangan PO Simmental
112 4
Jantan (6 ekor di jual) Jantan
Limosin 2 Jantan Limosin 4 Betina (Indukan) Limosin 3 Jantan dan Betina (Pedet) Jumlah Awal 125 Jumlah Akhir 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
tiap hari sebanyak ± 40 ikat. Panen pertama pada rumput gajah
dapat di lakukan pada umur 90 hari setelah panen. Panen
selanjutnya setiap 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari
sekali pada musim kemarau. Tinggi potongan dari permukaan tanah
berkisar antara 10 – 15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara
100 – 200 ton/ha/tahun.
Ketela dipanen tiap setahun sekali, bagian yang
dimanfaatkan adalah buah sedangkan untuk batang pohonnya
ditanam lagi. Ketela yang ditanam diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan pakan harian ternak jika sedang mengalami musim
paceklik pakan. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan ketela
perusahaan juga membeli ketela dari luar daerah.
Jerami padi dipanen beberapa saat setelah panen padi yang
dilakukan oleh penduduk sekitar. Jerami yang dipanen kemudian
diikat menjadi beberapa ikatan seberat 30 kg. Pemanenan jerami
tidak dilakukan sekaligus habis untuk satu petak lahan tanaman
padi, akan tetapi ditarget per hari sehingga mempermudah dalam
pengangkutan maupun penyimpanan selama di gudang pakan.
2.2. Konsentrat
Pengadaan bahan baku konsentrat diawali dengan
perencanaan pembelian bahan baku oleh supervisor dengan
mempertimbangkan jumlah persediaan bahan baku, kapasitas
gudang penyimpanan, kualitas, dan harga bahan baku. Pembelian
bahan baku dilakukan jika terdapat laporan dari kekurangan bahan
baku bagian produksi pakan baik jenis maupun jumlah barang
sesuai dengan persediaan bahan baku di gudang. Sebelum
pembelian bahan baku, supervisor meminta sampel dari supplier
kemudian dilakukan negoisasi harga bahan baku, jumlah
pemesanan, dan cara pembayaran.
Karyawan di bagian pakan melakukan pengecekan terebih
dahulu apakah bahan baku tersebut sesuai dengan sampel yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
diberikan atau tidak sehingga dapat menghindari tindakan
kecurangan. Jika kualitas bahan baku yang diterima lebih rendah
dari sampel yang dikirim maka dimungkinkan akan dilakukan
negoisasi harga lagi. Apabila pakan yang dikirim kualitasnya jauh
dibawah standar, maka bahan pakan tersebut akan dikembalikan
lagi ke pihak penjual pakan. Bahan baku yang telah diterima
kemudian dimasukkan ke dalam gudang pakan. Konsentrat jadi
yang digunakan CV. Sumber Baja Perkasa adalah Nutrifeed yang
dibeli dari KJUB Puspetasari Klepu-ceper. Adapun komposisi
nutrien yang terdapat didalam konsentrat tersaji pada Tabel 2 :
Tabel 2. Komposisi Nutrien Konsentrat Nutrien Kandungan Satuan Keterangan ME 2.500,0 Kkal/kg NE 1.400,0 Kkal/kg DE 2.000,0 Kkal/kg Bahan Kering 86,0 % Minimal BETA-N 58,0 % Minimal Serat Kasar 16,0 % Minimal Protein Kasar 13,5 % Minimal Lemak Kasar 3,5 % Minimal
Calsium 0,9 % Minimal Phospor 0,5 % Minimal Vitamin 0,3 KIU/kg Sumber : Brosur pakan dari nutrifeed (2012)
3. Penyimpanan Bahan Pakan
Rumput gajah dari hasil panen ditempatkan di gudang pakan dan
letaknya dekat dengan mesin chopper, hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses pencacahan rumput. Kondisi gudang pakan
cukup terbuka, hal ini cukup bagus untuk proses pelayuan rumput dan
tidak menyebabkan kelembaban yang tinggi. Rumput gajah yang
dipanen pada sore hari akan diberikan pada pagi harinya dan begitu
sebaliknya. Jerami yang telah di panen kemudian ditempatkan di gudang
yang berbeda dengan gudang pakan rumput. Lokasi penyimpanan jerami
berdekatan dengan tempat penyimpanan konsentrat. Penyimpanan
jerami dilakukan dengan kondisi masih terikat dan diletakkan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
bertumpuk. Kondisi gudang penyimpanan jerami hampir sama dengan
gudang penyimpanan rumput, akan tetapi lebih terbuka.
Bahan baku pakan ransum yang diterima oleh perusahaan tidak
seluruhnya langsung diproses untuk pencampuran ransum. Bahan-bahan
baku pakan tersebut disimpan di gudang penyimpanan untuk persediaan
apabila suatu saat bahan baku menipis atau tersendat. Tujuan utama dari
penyimpanan adalah untuk persediaan bahan baku dalam jangka waktu
tertentu terutama pada saat terjadinya kelangkaan bahan baku. Dalam
penyimpanan bahan pakan meliputi bekatul, konsentrat, ketela, jagung
dan rumput berjalan dengan baik. Setiap bahan pakan disimpan sesuai
jenis. Tujuan dari metode ini adalah agar mudah dalam pengambilan dan
membedakan bahan pakan.
Gudang tempat penyimpanan bahan baku yaitu gudang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan gudang yang
terbuka (tidak ada pintu yang bisa ditutup) dapat menyebabkan
masuknya binatang pengerat (tikus), burung maupun kutu-kutu sehingga
dapat mengurangi kuantitas maupun kualitas pakan.
Penyimpanan bahan baku di CV. Sumber Baja Perkasa
menggunakan sistem kavling atau blok. Pada sistem tersebut, setiap
bahan pakan disimpan tersendiri sesuai dengan blok atau kavling yang
ditentukan dalam penyusunan bahan baku. Pengangkutan bahan baku
yang diterima oleh perusahaan dilakukan dengan cara manual oleh para
pekerja. Bahan baku yang datang diturunkan satu persatu dan disusun
bertumpuk sesuai dengan kavling yang ditentukan diletakkan diatas
kayu atau pallet yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan jarak antar
kavling 1 meter sehingga memudahkan sirkulasi udara, pengontrolan
bahan baku dan pengangkutan bahan baku. Khusus untuk garam
disimpan di tempat tersendiri, hal ini dikarenakan garam dapat
mempengaruhi kualitas bahan baku pakan jika disimpan secara
bersama-sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Fasilitas pendukung yang berada di gudang antara lain alas kayu,
timbangan duduk, alat pengeruk atau sekop, ember, gayung, dan karung.
Gudang tersebut menjadi satu dengan tempat penyimpanan jerami,
letaknya di sisi lain dari gudang. Di dalam gudang ini terdapat alat
pengayak pupuk yang berdampingan dengan tempat penyimpanan
konsentrat dan jerami, jarak dari alat ini sekitar 5 meter. Kompos yang
telah jadi dan sudah dibungkus sekaligus disegel diletakkan di gudang
tersendiri dan berada di depan kantor.
4. Pengolahan Bahan Baku
Pengolahan bahan pakan hijauan berupa rumput gajah dilakukan
pelayuan kemudian dilanjutkan pencacahan dengan menggunakan mesin
chooper. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengangkutan
sebelum diberikan pada ternak, selain itu dapat mempermudah ternak
dalam mencerna rumput yang dikonsumsi. Mesin chooper ini mampu
mencacah rumput sebanyak 700-1000 kg/jam dilengkapi mesin
penggerak (dinamo) sebesar 16 PK.
Jerami yang disimpan di gudang pakan dilakukan dua perlakuan
yang berbeda yaitu jerami fermentasi dan non fermentasi. Fermentasi
jerami dilakukan dengan cara pemberian campuran starbio, urea dan
jerami dengan perbandingan 1:1:250. Pertama-tama jerami disebar
sebagai alas dengan tinggi sekitar 30 cm kemudian ditaburi dengan
campuran urea dan starbio, kemudian ditumpuk lagi dengan jerami, dan
seterusnya hingga campuran urea dan starbio habis serta terakhir
ditutupi dengan jerami yang tersisa. Proses pembuatan jerami fermentasi
dibiarkan selam 3 minggu. Sedangkan untuk jerami non fermentasi
hanya ditumpuk di gudang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
5. Pemberian Pakan Pada Ternak
Pemberian pakan dilakukan empat kali dalam satu hari yaitu pada
pagi, siang, dan sore. Pukul 08.00 ternak diberi pakan konsentrat. Pukul
10.30 ternak diberi pakan hijauan. Pukul 13.00 ternak diberi pakan
konsentrat. Pukul 15.30 ternak diberi pakan jerami yang sudah
difermentasi. Sebelum pakan diberikan, pada pagi hari dilakukan
pembersihan sisa-sisa pakan yang tidak terkonsumsi oleh ternak, selain itu
dilakukan pembersihan tempat air minum. Setelah tempat pakan dan
minum bersih kemudian diberikan pakan konsentrat dan air minum
bersih.
C. Pembahasan
1. Jenis Pakan
Perusahaan peternakan penggemukan sapi potong CV. Sumber
Baja Perkasa dalam memenuhi kebutuhan pakan yang diberikan pada
ternak memanfaatkan limbah pertanian atau limbah industri pertanian
yang tidak dikonsumsi oleh manusia. Pakan yang digunakan berupa
hijauan dan konsentrat.
1.1. Hijauan
Hijauan yang digunakan berupa hijauan segar dan kering.
Hijauan segar yang diberikan berupa rumput Gajah karena
hijauan segar mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang
diperlukan tubuh ternak. Sedangkan hijauan kering berupa jerami
padi dalam bentuk fermentasi. Pemberian pakan jerami padi
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pakan sumber serat dan
menimbulkan rasa kenyang. Jerami padi merupakan limbah
pertanian yang cukup potensial sebagai pakan ternak karena
tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh disekitar lokasi
peternakan. Jerami padi di CV. Sumber Baja Perkasa diberikan
dalam bentuk jerami padi fermentasi.
Urea berfungsi untuk memperbaiki nilai gizi jerami padi.
Pemberian urea pada proses fermentasi dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kandungan nitrogen pada jerami, jumlah jerami yang dikonsumsi,
dan daya cerna jerami. Urea yang masuk rumen dihidrolisa
dengan cepat oleh enzim urease dan mikrobia rumen menjadi
amoniak, yang akan digunakan oleh mikrobia rumen untuk
aktifitas sintesis protein. Starbio digunakan untuk meningkatkan
palatabilitas (tingkat kesukaan) ternak terhadap jerami tersebut.
Setelah diproses dengan menggunakan starbio akan dihasilkan
jerami yang beraroma seperti karamel dan mudah dicerna
sehingga sangat disukai sapi. Daya cerna sapi terhadap jerami
padi fermentasi dapat meningkat sampai 40% (Sarwono, 2004).
Adapun proses pembuatan jerami padi fermentasi sebagai
berikut :
Gambar 1. Proses Pembuatan Pakan Jerami Fementasi
Jerami yang digunakan untuk fermentasi kadar airnya 45-60 %
Starter dan urea dicampur hingga homogen
Jerami di tumpuk sekitar 30 cm
Stater dan Urea ditaburkan di atas tumpukan sambil diperciki air
secukupnya
Langkah tersebut dilakukan secara terus menerus sampai tumpukan jerami sekitar 1 m kemudian di
tutup dengan jerami kering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1.2. Konsentrat
Pakan konsentrat yang digunakan berupa konsentrat
campuran yang terdiri dari konsentat jadi dari puspita, cacahan
jagung dan singkong, bekatul, vitamin atau premix dan tetes.
Tabel 3 . Jumlah Bahan Pakan Konsentrat Fermentasi
No Bahan Pakan Jumlah Satuan
1 Konsentrat jadi 500 Kg
2 Bekatul 50 Kg
3 Jagung 15 Kg
4 Singkong 15 Kg
5 Premix 5 Kg
6 Air 15 Liter
7 Tetes 5 Liter
Sumber : Data Sekunder CV. Sumber Baja Perkasa (2012)
Semua bahan tersebut dicampur jadi satu hingga homogeny
dan di fermentasi. Pencampuran bahan pakan lebih murah
penggunaannya lebih banyak, hal ini bertujuan untuk menghemat
biaya pakan tanpa harus mengurangi nutrien yang dibutuhkan
oleh ternak. Adapun proses pembuatan pakan konsentrat pada
CV. Sumber Baja Perkasa sebagai berikut :
Gambar 2. Proses Pembuatan Pakan Konsentrat
Bahan pakan ( konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung) dicampur menjadi satu
Bahan pakan ( konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung) yang sudah di campur
kemudian diberi air dan tetes
Bahan pakan yang sudah homogen kemudian difermentasi selama 3 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum pada
tabel 4 adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum Bahan Pakan
BK (%)
PK (%)
SK (%)
LK (%)
Ca (%)
P (%)
BETN (%)
TDN (%)
Singkong3) 32,3 3,3 4,3 3,3 − − 87,7
81,8
Bekatul3) 89,6 15,9 8,5 9,1 67 Tetes 3) 87,5 3,1 2,7
1,0 0,41 85,6 70,7
Wheat brand2)
88,4 17,0 8,8 5,1 0,08 1,23 − 69,9
Jerami padi2)
87,5 4,1 32,5 1,5 0,41 0,29 − 43,2
Sumber : 1) Data CV.Sumber Baja Perkasa 2) Siregar, 2003 3) Parakkasi, 1998
2. Pengadaan Bahan Pakan
Pakan hijauan berupa rumput Gajah diperoleh dari areal
perkebunan sendiri, sedangkan untuk jerami padi diperoleh dari lokasi
persawahan yang berada di sekitar peternakan dengan harga Rp.
235.000/ truk dengan cara memesan terlebih dahulu. Jerami padi yang
diberikan adalah jerami padi fermentasi yang menggunakan starbio dan
urea sebagai fermentornya, dan bahan tersebut didapat dari agen toko
yang ada di daerah Klaten. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat
campuran dari beberapa bahan pakan yang diperoleh dari sekitar ceper
dan beberapa daerah lain seperti kulit kedelai dari Bantul, white brand
dari Semarang, ampas kecap dari Karanganyar, bungkil kelapa dari
Lampung, bekatul dari Jogjakarta, singkong dari Tawangmangu, kulit
kacang dari Wonosari dan Tetes didapat dari agen toko disekitar Ceper.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sirkulasi pengadaan bahan pakan dilakukan dengan
memperhatikan:
a) Aspek penyimpanan bahan pakan
Penyimpanan bahan pakan yang baik didasarkan pada
sifatsifatnya, apakah bahan pakan tersebut tahan lama atau tidak.
Penyimpanan bahan pakan biasanya dalam jangka waktu yang lama,
sehingga bahan pakan yang disimpan tersebut tidak cepat rusak dan
tidak menimbulkan bau tengik. Sedangkan bahan pakan yang tidak
tahan lama, maka pembeliannya lebih sedikit untuk mengurangi
resiko kerugian. Syarat – syarat untuk menyimpan bahan pakan yang
baik antara lain, tempat penyimpanan (gudang) sebaiknya dibuat
alas model panggung yang tingginya 15 cm, bahan pakan yang baru
dibeli sebaiknya diletakkan paling bawah karena bahan pakan yang
lama biar lebih dulu habis dan untuk menghindari kerusakan karena
terlalu lama dalam penyimpanan (Mc Cullough, 1973).
b) Harga bahan pakan
Konsentrat fermentasi tersusun dari beberapa bahan pakan
(seperti konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung dan tetes).
Sedangkan untuk jerami fermentasi adalah Rp. 200 / Kg dengan
rincian 400 kg jerami basah dengan harga Rp. 180 / kg dicampur
dengan starbio harga Rp. 8.750/kg dan urea 0,50 kg dengan harga
Rp. 1.200/kg. Bahan pakan yang berharga mahal penggunaannya
sedikit, sedangkan bahan yang harganya lebih murah maka
penggunaannya akan lebih banyak. Hal ini bertujuan menghemat
biaya pakan dan bahan yang harganya murah belum tentu
kualitasnya rendah sehingga kebutuhan nutrien yang dibutuhkan
ternak dapat tercukupi. Penggunaan pakan konsentrat jadi (buatan
pabrik) dapat menambah biaya pakan dan kurang ekonomis.
Konsentrat yang dibeli dalam bentuk sudah jadi maka biaya untuk
pembelian konsentrat menjadi sangat mahal. Oleh karenanya sedapat
mungkin disusun konsentrat sendiri sehingga biaya pakan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ditekan tanpa mengabaikan kebutuhan nutrien ternak (Santosa,
2000). Adapun harga bahan pakan ransum konsentrat dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Daftar Harga Bahan Pakan Penyusun Ransum
No Jenis Pakan Jumlah Harga
1 Konsentrat Jadi 80 % Rp. 1.635/kg
2 Jagung 12 % Rp. 2.000/kg
3 Singkong 12 % Rp. 1.000/kg
4 Starbio 1 % Rp. 9.000/kg
5 Tetes 5 % Rp. 1.000/liter
Sumber: data sekunder CV. Sumber Baja Perkasa ( 2012 )
3. Jumlah Pemberian Pakan
Pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa berupa konsentrat
dan hijauan. Setiap Sapi PO (Peranakan Ongole) yang berada di CV.
Sumber Baja Perkasa diberi konsentrat sebanyak 10 kg dan hijauan
sendiri diberi 8 kg setiap harinya sedangkan untuk sapi Limousin dan
Sapi Simmental (METAL) diberi konsentrat sebanyak 12 kg dan hijauan
diberi 10 kg setiap harinya. Padahal bobot badan setiap sapi tidak sama
sehingga kebutuhan akan pakan setiap sapi kurang terpenuhi.
Pemberian hijauan dan jerami padi fermentasi dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pakan sumber serat dan menimbulkan rasa
kenyang, serta merangsang mikroba selulitik untuk mencerna serat
kasar. Perbandingan konsentrat dan hijauan untuk ransum sapi 70 : 30.
Total pemberian pakan untuk masing masing jenis sapi berdasarkan
bobot badan dari masing – masing jenis sapi. Kemampuan sapi dalam
mengonsumsi ransum diukur dalam bentuk bahan kering. Semakin
tinggi bobot badan sapi akan semakin menurun persentase
kemampuannya mengonsumsi bahan kering ransum. Pada usaha
penggemukan sapi potong pemberian pakan diberikan sebesar 2%-3%
dari bobot badan sapi (Akoso, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Frekuensi Pemberian Pakan
Pemberian pakan di CV. Sumber baja perkasa yaitu pada pagi hari
pukul 08.00 pemberian konsentrat. Setelah konsentrat habis kemudian di
beri singkong yang yang sudah dipotong potong sekitar pukul 09.00.
Jerami fermentasi diberikan setelah kira kira 2 jam setelah pemberian
konsentrat. Kemudian pemberian konsentrat yang kedua pada pukul
14.30. Kemudian yang terakhir diberikan hijauan berupa rumput gajah
dan jerami fermentasi. Untuk rumput gajah hanya diberikan pada sore
hari saja. Pemberian Konsentrat dan jerami dilakukan dua kali dalam
sehari. Pemberian jerami dalam jumlah banyak pada sore hari bertujuan
untuk menimbulkan rasa kenyang dan memenuhi sumber pakan serat
kasar.
Sapi yang akan digemukkan dan memperoleh ransum yang terdiri
dari hijauan dan konsentrat harus diatur pemberiannya agar tercapai
hasil yang memuaskan. Pemberian hijauan pada sapi yang digemukkan
sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dan dalam jumlah yang
banyak. Pemberian yang demikian akan berakibat pada banyaknya
hijauan yang terbuang dan tidak dimakan sapi, sehingga tidak efisien.
Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa frekuensi
pemberian pakan lebih dari dua kali sehari hasilnya lebih baik dari pada
yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Frekuensi pemberian pakan
semakin sering maka semakin baik, namun dalam jumlah yang sama
(Siregar, 2003).
5. Sistem Pemberian Pakan
Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan
bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah
dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan
hijauan. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat
pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam
sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi
ransum dan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu
sendiri (Mc Cullough, 1973).
6. Pemberian Air Minum
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, dimana
ketersediaannya tidak pernah kurang bagi ternak atau secara terus
menerus. Air dalam bak dikontrol setiap saat sehingga air selalu terisi
penuh. Pengontrolan dan pembersihan tempat air minum dilakukan
setelah pemberian konsentrat. Kebutuhan air minum untuk ternak sapi
didasarkan pada kebutuhan sapi itu sendiri. Air minum sebaiknya
disediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari terjadinya
kembung perut. Air minum diberikan secara ad libitum, dimana
ketersediaannya tidak pernah kurang bagi ternak. Sapi dewasa rata rata
membutuhkan air minum 20-30 liter setiap hari (Akoso, 1996).
Kebutuhan air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa
terpenuhi karena air minum diberikan secara ad libitum. Kebutuhan air
untuk kebutuhan ternak baik untuk air minum maupun kebersihan
kandang bersumber dari sumur bor yang kemudiaan ditampung ke
dalam bak penampungan air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang di peternakan CV. Sumber Baja Perkasa
dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya manajemen penggemukan sapi
potong di CV. Sumber Baja Perkasa sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari
beberapa kegiatan yang dijalankan diantaranya sebagai berikut:
1. Pengadaan bahan pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa untuk rumput
gajah, singkong, jagung di panen dari ladang sendiri serta untuk
konsentrat jadi dibeli dari pabrik pakan puspetasari sedangkan jerami
dibeli dari para petani.
2. Frekuensi pemberian pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa adalah
empat kali sehari yaitu konsentrat pada p ukul 08.00 WIB dan pada
pukul 14.00 WIB sedangkan untuk hijauan pada pukul 10.00 WIB dan
15.00 WIB dengan imbangan konsentrat dan hijauan dalam ransum
adalah 70% dan 30% .
3. Bahan pakan yang diberikan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa berupa
hijauan yaitu rumpuh gajah dan jerami fermentasi serta konsentrat
berupa konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung, premix, tetes yang
dicampur menjadi satu.
4. Jumlah pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa untuk sapi
Peranakan Ongole (PO) mendapat konsentrat 10 kg/ekor/hari dan
hijauan 8 kg/ekor/hari dan untuk sapi Limousin dan Sapi Simmental
(METAL) mendapat konsentrat 12 kg/hari/ekor dan hijauan 10
kg/ekor/hari.
5. Sistem pemberian pakan hijauan di CV. Sumber Baja Perkasa diberikan
sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan
dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam.
6. Pemberian air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa terpenuhi
karena air minum diberikan secara ad libitum.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
B. Saran
1. Pelaksanaan recording atau pencatatan sebaiknya lebih lengkap dan
teratur agar mudah melakukan evaluasi.
2. Sebaiknya dalam pemberian pakan disesuaikan dengan bobot badan
agar tercapai bobot yang maksimal.
3. Sebaiknya jagung dan singkong di cacah menggunakan mesin bukan
secara manual karena memperlambat pembuatan pakan konsentrat.