tugas bab i combus

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. 1

Upload: ariie-purnayani

Post on 17-Nov-2015

24 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

combus

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLuka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkan pasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana konsep teori combustio (luka bakar) ?1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan combustio?

1.3 TujuanTujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit / gangguan system integumen Combustio/ luka bakar dan mengetahui penanganan dan penatalaksanaan.

1.4 Metode Penulisan Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi pustaka yaitu suatu metode dengan membaca tentang asuhan keperawatan Combustio/Luka Bakar. Selain itu tim penulis juga memperoleh data dari media elektronik, seperti internet

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1 DefinisiLuka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002).Luka bakar (combustio) adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yangmengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam(Kusumaningrum, 2008)

2.2 EtiologiCombustio disebabkan oleh 3 golongan yaitu :1. Panas (thermis) misalnya :Berasal dari api, air panas, minyak panas, logam panas, pasir, aliran listrik, dan suhu yang tinggi2. Zat kimia (chemist) misalnya :Berasal dari cairan lisol, alkohol, kreoli, nitrat, prostek, pepsida, dan asam kuat3. Sinar (radiasi) misalnya :Sinar matahari, sinar leser, dan sinar X (rontgen)

2.3 Fase luka bakar1. Fase akut.Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.2. Fase sub akut.Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:a. Proses inflamasi dan infeksi.b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.c. Keadaan hipermetabolisme.3. Fase lanjut.Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. (Brunner & suddarth, 2002)

2.4 PatofisiologiLuka bakar disebabkan karena terpapar panas, radiasi, bahan kimia dan listrik, sehingga terjadi pengalihan dari suatu sumber panas ke tubuh. Akibat adanya rangsangan tersebut maka terjadi kehilangan barier kulit sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan, dan berlanjut ke kerusakan termogulasi. Kehilangan barier kulit ini juga menimbulkan respon inflamasi yang kemudian terjadi pelepasan makrofag, karena makrofag ini berperan untuk fagositosis serta respon imun maka terjadi reaksi antibodi-antigen, lalu dari reaksi tersebut terjadi pelepasan tromboplastin dan fibrinogen sehingga terjadi trombus, iskemik dan nekrosis.Segera setelah cedera termal, terjadi kenaikkan nyata pada tekanan hidrostatik kapiler pada jaringan yang cedera, disertai peningkatan permeabilitas kapiler, hal ini mengakibatkan perpindahan cairan plasma intravaskuler menembus kapiler yang rusak karena panas dalam daerah interstisial (mengakibatkan edema).Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan tekanan osmotik koloid pada kompartemen vaskuler kemudian kebocoran cairan dan elektrolit, kemudian berlanjut pembentukan edema tambahan pada jaringan yang terbakar dan keseluruh tubuh.Kebocoran ini yang terdiri atas natrium, air, dan plasma diikuti penurunan curah jantung, maka terjadilah penurunan perfusi pada organ besar seperti aliran darah ke ginjal yang akhirnya menyebabkan asidosis metabolik, aliran darah gastrointestinaal menurun akibatnya resiko ileus, begitu pula aliran darah tidak lancaryang jika tidak segera diatasi menyebabkan nekrosis.

2.5 Manifestasi klinisTanda dan gejala tergantung pada kedalaman luka dan luas luka bakar.1. Kedalamanluka bakarMenurutSoelarto ( Kumpulan ilmu bedah )a. Derajat I1) Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis2) Ditandai dengan kemerahan3) Setelah 24 jam timbul gelembung yang kemudian mengelupas4) Kulit sembuh tanpa cacatb. Derajat II1) Terjadi kerusakan sebagian dermis ditandai dengan adanya bullae2) Dalam fase penyembuhan akan tampak biru dari kelenjar sebasea dan akar rambut3) Derajat II dibagi menjadi : Derajat II dangkal (superficial).a) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.c) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa operasi penambalan kulit (skin graft). Derajat II dalam (deep).a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft).c. Derajat III1) Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam2) Tampak epitel terkelupas dan daerah putih karena koagulasi protein dermis3) Timbul eskar (dermis yang mongering dan menciut)4) Adanya rasa kesemutan5) Setelah minggu kedua eskar mulai lepas kemudian muncul jaringan granulasi6) Jika dibiarkan akan menimbulkan kontraktur.

2. Luas Luka BakarWallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:a. Kepala dan leher: 9%b. Lengan masing-masing 9%: 18%c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%d. Tungkai maisng-masing 18%: 36%e. Genetalia/perineum: 1%Total: 100%

3. Berat Ringannya Luka BakarUntuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.b. Kedalaman luka bakar.c. Anatomi lokasi luka bakar.d. Umur klien.e. Riwayat pengobatan yang lalu.f. Trauma yang menyertai atau bersamaan.American college of surgeon membagi dalam:a. Parah critical:1) Tingkat II: 30% atau lebih.2) Tingkat III: 10% atau lebih.3) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.4) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, softtissue yang luas.b. Sedang moderate:1) Tingkat II: 15 30%2) Tingkat III: 1 10%c. Ringan minor:1) Tingkat II: kurang 15%2) Tingkat III: kurang 1%

2.6 Pathways

Hb tidak mampu mengikat O2Ob. Jalan nafasGagal nafas Jalan nafas tidak efektifHipoxia otakCairan intravaskuler Hipovolemia dan hemokonsentrasiGangguan sirkulasi makroKekurangan volume cairanGangguan perfusi jaringan Oedema laringCO mengikat HbPeningkatan pembulu darah kapilerEktravasasi cairan (H, O, elektrolit, protein)Tekanan onkotik Pada wajahKerusakan kulitDiruang tertutupKerusakan mukosaKeracunan gas COPenguapan Nyeri Resiko infeksiKerusakan integritas kulitBiologis PsikologisLuka bakarKurang pengetahuanAnsietas Bahan kimia Thermis Radiasi Listrik

2.7 Pemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan dignostika) Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain lain.b) Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.c) EKGd) CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.2. Pemeriksaan diagnostik:a) LED: mengkaji hemokonsentrasi.b) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.c) Gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.d) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.e) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.f) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.g) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.h) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.3. Obat-obatana) Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.b) Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.c) Analgetik : kuat (morfin, petidine)d) Antasida : kalau perlu

2.8 Penatalaksanaan1. Resusitasi A, B, C (airway, breathing, circulation) :Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.a. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasangEndotracheal Tube(ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.b. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costaec. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans2. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.3. Resusitasi cairan Baxter.a. Dewasa : Baxter.RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.b. Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:RL : Dextran = 17 : 32 cc x BB x % LB.c. Kebutuhan faal:(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.d. Monitor urine dan CVP.e. Topikal dan tutup luka1) Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.a) Tulle.b) Silver sulfa diazin tebal.c) Tutup kassa tebal.d) Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.f. Obat obatan: Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang. (Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001).

2.9 KomplikasiKomplikasi yang sering dialami oleh klien luka bakar yang luas antara lain:1. Burn shock (shock hipovolemik)Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.2. SepsisKehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah terinfeksi. Jika infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat mengakibatkan sepsis.3. PneumoniaDapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga rongga paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).4. Gagal ginjal akutKondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.5. Hipertensi jaringan akutMerupakan komplikasi kuloit yang biasa dialami pasien dengan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi bias diatasi dengan tindakan tertentu.6. KontrakturMerupakan gangguan fungsi pergerakan.7. DekubitusTerjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang cenderung bedrest terus.2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis1. Pengkajian a. Identifikasi KlienNama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa medis, suku bangsa, status perkawinan.b. Riwayat PenyakitKeluhan UtamaKaji keluhan utama dan tanyakan penyebab luka bakar kima, termal atau listrik, waktu terjadinya luka bakar), tempat terjadinya luka bakar (area terbuka atau tertutup) dan alergic. Pengkajian Luas Bakar1) Mengidentifikasi daerah-daerah luka bakar terutama derajat II dan III.2) Ukuran , warna, bau, eskar, eksudat, pembentukkan abses, perdarahan, pertumbuhan epitel, penampakkan jaringan granulasi pada luka bakar.d. Pengkajian Neurologik1) Berfokus pada tingkat kesadaran2) Status fisiologik3) Tingkat nyeri4) Kecemasan5) Perilaku6) Pemahaman pasien dan keluarga terhadap cedera serta penanganannya.e. Pola Kebiasaan 1) Aktifitas/istirahat:Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.2) Sirkulasi:Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).3) Integritas ego:Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.4) Makanan/cairan:Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.5) Neurosensori:Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).6) Nyeri/kenyamanan:Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.7) Pernafasan:Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).8) Keamanan:Tanda: Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.Cedera api : terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jaringan parut tebal. Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).f. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umumUmumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat2) TTVTekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama.3) Pemeriksaan kulitMerupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder).

2. Diagnosa keperawatana. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakarb. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asapc. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakard. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan hilangnya barler kulite. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbukaf. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penanganan luka bakar.

3. Intervensi keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakarTujuan : setelah diberikan askep selama x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang.Kriteria hasil :-Pasien mengatakan nyeri berkurang-Pasien tampak relax-Skala nyeri = 3-nadi = 80-100 x/mntIntervensia. Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbukab. Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodikc. Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasid. Pertahankan suhu lingkungan yang nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat.e. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter (skala 0-10)f. Dorong ekpresi perasaan tentang nyerig. Libatkan pasien dalam penentuan jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian obat.h. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, nafas dalam, bimbingan imajinasi, dan visualisasi.i. Berikan analgesik sesuai indikasi.Rasionala. Suhu berubah dan gerakan udara dapat menybabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung sarafb. Peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk menurunkan pembentukan edema; setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta risiko kontraktur sendic. Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan tergantung pada lokasi dan luas cederad. Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakat mayor. Sumber panas eksternal untuk mencegah menggigile. Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan atau kerusakan tetapi paling berat selama penggantian balutan dan debridemen. Perubahan lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan kembalinya fungsi saraf.f. Pertanyaan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.g. Meningkatkan rasa kontrol pasien dan kekuatan mekanisme koping.h. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.i. Untuk meringankan rasa nyeri yang dialami pasien.2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan edema dan efek inhalasi asapTujuan: dalam waktu 1x24 jam, kebersihan jalan nafas pasien tetap optimalKriteria Hasil: Jalan nafas bersih, tidak ada obstruksi pada jalan nafas Suara nafas normal tidak ada bunyi nafas tambahan seperti stridor Tidak ada penggunaan otot bantu nafas RR dalam rentang normal sesuai tingkat usia, misalnya pada dewasa 12-20 x/menitIntervensi:a. Kaji dan monitor nafasb. Tempatkan pasien di bagian resusitasic. Beri oksigen 4 ltr/menit dengan metode kanul atau sungkup non-rebreathingd. Lakukan tindakan kedaruratan jalan nafas agresife. Bersihkan sekresi pada jalan nafas dan lakukan suctioning apabila kemampuan mengevakuasi sekret tidak efektiff. Instruksikan pasien untuk pernafasan dalam dan melakukan batuk efektifg. Evaluasi dan monitor keberhasilan intervensi pembersihan jalan nafasRasional a. Deteksi awal untuk interpretasi intervensi selanjutnyab. Untuk memudahkan dalam melakukan monitoring status kardiorespirasi dan intervensi kedaruratanc. Pemberian oksigen dilakukan pada fase awal pasca-bedah. Pemenuhan oksigen dapat membantu meningkatkan PaO2 di cairan otak yang akan memengaruhi pengaturan pernafasand. Tindakan perawatan pulmoner yang agresif, termasuk tindakan membalikkan tubuh pasien, mendorong pasien untuk batuk serta bernafsa dalam, memulai inspirasi kuat yang periodik dengan spirometri, dan mengeluarkan timbunan sekret melalui pengisapan trakea jika diperlukan.e. Kesulitan pernafasan dapat terjadi akibat sekresi lendir yang berlebihanf. Pada pasien luka bakar disertai inhalasi asap dengan tingkat toleransi yang baik, maka pernafasan diafragma dapat meningkatkan ekspansi paru.g. Apabila tingkat toleransi pasien tidak optimal, maka lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk segera dilakukan terapi endoskopi atau pemasangan tamponade balon. 3. Kekuranngan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakarTujuan : pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dan perfusi organ-organ vitalKriteria hasil : Kadar elektrolit serumberada dalam batas normal Tekanan darah lebih tinggi dari 90/60 mmHg. Haluaran urin barkisar antara 0,5 dab 1.0 ml/kg/jam Mengeluarkan urin yang jernih dan berwarna kuning dengan berat, jenis dalam batas normalIntervensi :a. Amati tanda-tanda vital (yang mencakup tekana vena sentral atau tekanan arteri pulmonalis jika perlu), hahaluaran urin, dan waspada terhadpa tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.b. Pantau haluran urin sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang berat badan pasien setiap hari.c. Pertahankan pemberian infus dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.d. Amati gejala defisiensi atau kelebihan kadar natrium, kalium, fosfat dan bikarbonat.e. Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas yang terbakar.Rasional :a. Hipovolemia merupakan risiko utama yang segera terdapat sesudah luka bakar. Resusitasi berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban cairan.b. Haluaran urin dan berat badan memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggentian cairan dan kebutuhan serta status cairan.c. Pemberian cairan yang adekuat di perlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elekrolit serta perfusi organ-organ vital adekuat.d. Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi dalam periode pasca luka bakar.e. Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.4. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan hilangnya barler kulitTujuan : tidak adanya infeksi yang lokal atau sistemikKriteria hasil : Kultur luka memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal. Hasil kultur darah, urin dan sputum normal. Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukan infeksi dan sepsis.Intervinsi :a. Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.b. Inpeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi, drainase yang purulen atau perubahan warna.c. Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes sensitivits.d. Berikan antibiotk sesuai dengan preskripsi medik.e. Berikan cairan dan preparat vasoaktif sesuai dengan ketentuan medik. Kaji respon.Rasional :a. Tehnik aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi silang dan penyebaluaskan bakteri.b. Tanda-tanda tersebut menunjukan infeksi lokal.c. Peningkatan jumlah leukosit menunjukan infeksi. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas menunjukan mikroorganisme yang ada dan antibiotik yang tepat yang harus diberikan.d. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.e. Preparat ini digunakan untuk mempertahankan perfusi jaringan dalam keadaan sepsis.5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka Tujuan : integritas kulit tampak membaikKriteria hasil : Kulit secara umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi, tekanan dan trauma. Luka yang terbuka warnanya merah muda, memperlihatkan respitelialisasi danbebas infeksi. Kulit terlunasi dan elastis.Intervensi :a. Bersihkan luka, tubuh dna rambut setiap harib. Laksanakan perawatan luka sesuai dengan preskripsi medik.c. Oleskan preparat antibiotik dan memasang balutan sesuai dengan ketentuan medikd. Cegah penekanan,infeksi dan mobilisasi pada autograft.e. Berikan nutrisi yang memadai.f. Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk, pelekatan graft yang jelek atau tauma kepada dokter.Rasional :a. Pembersihan setiap hari akan mengurangi potensi klonisasi bakteri.b. Perawatan akan memperceapat kesembuhan luka.c. Perawatan luka akan mengurangi kolonisasi bakteri dan mempercepat kesembuhan.d. Tindakan in akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.e. Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan. 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penanganan luka bakar.Tujuan : pasien dan keluarga mengungkapkan pemahaman penanganan luka bakar Kriteria hasil: Menyatakan dasar pemikiran untuk berbagai aspek penanganan yang berbeda Menyatakan periode waktu yang reolistik untuk mencapai kesembuhan Pasien dan keluarga turut berpartisipasi dalam menyusun rencana penatalaksanaan jika di perlukan Intervensi:a. Kaji persiapan pasien dan keluarga untuk belajar b. Jajaki pngalaman pasien dan keluarganya yang berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dan penyakit c. Tinjau proses penanganan luka bakar bersama pasien dan kelurganya d. Jelaskan pentingnya berpatisipasi pasien dalam perawatan untuk memperoleh hasil-hasil yang optimale. Jelaskan nama waktu yang diperlukan untuk sembuh dari luka bakarRasional :a. Terbatasnya pendidikan mengurangi kemampuan pasien dan kelurganya untuk menerima informasib. Informasi ini memberikan data-data dasar untauk penjelasan dan indikasi yang menunjukan harapan pasien serta keluarganyac. Mengetahui apa yang akan terjadi mempersiapkan pasien dan kelurganya dalam menghadapi kejadian mendatangd. Informasi ini memberikan yang spesifik kepada pasiene. Kejujuran meningkatkan harapan realistik. (Brunner & suddarth, 2002)

4. ImplementasiImplementasi keperrawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).

5. Evaluasia. Nyeri pasien berkurangb. Jalan nafas pasien efektifc. Gangguan volume cairan teratasid. Tidak terjadi resiko infeksie. Kerusakan integritas kulit f. Pasien dan keluarga mengungkapkan pemahaman penanganan luka bakar

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Combustio atau Luka bakar adalah kehilangan atau kerusakan jaringan (sekitar kulit) yang disebabkan karena radiasi, sengatan api, listrik dan paparan panas.Fasenya ada 3, yaitu fase awal/syok, fase sub akut dan fase lanjut.Penanganan pada combustioPrioritas pertama dalam ruang darurat adalah ABC (airway, breathing, circulation).Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dan selanjutnya melakukan perawatan pada luka.

3.2 SaranBerdasarkankesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :Saran Untuk Perawata. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan tepat.b. Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu masalah yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan tepat sesuai kebutuhan klien.c. Diharapkan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan prasarana yang memadai dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGCLong, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan KeperawatanDonna, (1991) . Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGCMarylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasi Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC Moenajat, (2007). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 2. Jakarta .Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

24