tugas biofarmasetika

8
Tugas Biofarmasetika FARMAKOKINETIK OFLOKSASIN OLEH Nama : GLEDYS PUTI Nim : 821411082 Kelas : B S1 FARMASI JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

Upload: gledys-tham-puti

Post on 08-Dec-2014

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Biofarmasetika

Tugas Biofarmasetika

FARMAKOKINETIK OFLOKSASIN

OLEH

Nama : GLEDYS PUTI

Nim : 821411082

Kelas : B S1 FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2013

Page 2: Tugas Biofarmasetika

Soal !

1. Jelaskan apa yang dimaksud dalam molekul obat yang berbentuk kristal, amorf,

hidrat, anhidrat, dan polimorfi serta berikan contohnya masing-masing!

2. Aspek biofarmasetik dalam obat Ofloksasin!

Jawaban:

Molekul obat dalam bentuk:

Kristal dan Amorf

Amorf tidak berbentuk atau serbuk, untuk menjadi kristal memerlukan energi

yang besar.Akibatnya pada saat dilarutkan kristal lebih lambat larut sebab

juga memerlukan energi pelarutan yang lebih besar dari amorf. Molekul obat

yang telah banyak diteliti tentang kelarutan kristalnya yaitu Novobiosin dan

Kloramfenikol. Novobiosin amorf kelarutannya 10 kali kristalnya. Dalam

larutan berair ( novobiosin amorf lama lama berubah menjadi (suspensi)

menjadi kristal yang dapat diperlambat dengan penambahan suspending agent

metilselulosa, PVP, Na-alginat.

Polimorfi

Dalam sintesis obat kristal yang dapat terjadi berbagai bentuk kristal, berbagai bentuk

kristal ini umumnya mempunyai sifat kimia dan farmakologik yang sama

namun sifat fisikanya berbeda, keadaan ini disebut polimorfi. Berbagai obat

yang telah diketahui mempunyai polimorfi yaitu Novobiosin, Kloramfenikol,

Steroid, Sulfamid, Barbiturat.

Hidrat dan anhidrat

Senyawa obat tertentu pada saat kristalisasi dapat mengikat H2O, kristal inilah

yang disebut hidrat. Bila H2Onya dihilangkan disebut anhidrat. Anhidrat

umumnya mempunyai kelarutan lebih tinggi daripada hidrat. Beberapa

senyawa obat yang mempunyai bentuk hidrat dan anhidrat yaitu

ampisilin,kofein, derivat penisilin, glutetimid, PAS, Kalsium fenobarbital

(Ansel, H.C. 2008).

Page 3: Tugas Biofarmasetika

2. Aspek biofarmasetik dalam obat Ofloksasin

OFLOKSASIN

Ofloksasin adalah senyawa antibakteri sintetik dari golongan

kuinolon dan bersifat bakterisida. Ofloksasin aktif terhadap bakteri aerobik

gram positif termasuk penghasil penisilinase dan bukan penghasil

penisilinase, terhadap sebagian besar bakteri aerobik gram negatif

termasuk Enterobakteria dan Pseudomonas aeruginosa, dan terhadap

Stafilokokus yang resisten terhadap metisilina. Mekanisme kerja

ofloksasin ialah menghambat enzim DNA topoisomerase (ATP-

hydrolyzing), suatu DNA topoisomerase tipe II yang dikenal sebagai DNA

gyrase. Diperkirakan, sasaran ofloksasin adalah sub unit A dari enzim

tersebut. Aktivitas antibakteri ofloksasin dengan jalan menghambat DNA

girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalis penting dalam

duplikasi dan transkripsi DNA bakteri. Berbeda dengan golongan kuinolon

lain, ofloksasin memiliki mekanisme aksi tambahan yaitu aksinya tidak

tergantung pada RNA dan sintesis protein (Gunawan, S.G. 2009).

Ofloksasin adalah golongan kuinolon dan fluorokuinolon ,(±)-9-

fluoro-2, 3-dihidro-3-metil-10-(4 - metil-1-piperazinil)-7-okso-7H-pyrido

[1,2,3-de] -1, 4 - benzosaksine-6-asam karboksilat. Oflosaksin dan

kuinolon baru lainnya, diserap baik secara oral kecuali norfloksasin.

Ofloksasin dengan cepat diserap dalam dosis, tergantung dengan

metodenya. Bioavailabilitas ofloksasin setelah pemberian oral,

administrasi yang dibutuhkan menjadi 80 sampai 90% dan secara luas

didistribusikan ke dalam jaringan tubuh. Volume distribusi (Vd) bervariasi

antara 1,0 dan 1,5 L.kg-1 setelah oral atau pemberian intravena (M.

Ahmad, H. Raza,Dkk. 2008).

Ofloksasin seperti nortfloksasin, ofloksasin terutama digunakan

dalam pengobatan prostatitis yang disebabkan oleh E Coli dan penyakit-

penyakit hubungan seksual kecukai sifilis.ofloksasin bisa digunakan

sebagai terapi alternatif pada penderita gonorea. Ofloksasin mempunyai

Page 4: Tugas Biofarmasetika

beberapa manfaat dalam pengobatan infeksi kulit dan saluran napas bawah

(Mycek, M.J. 1999).

Farmakokinetik

1. Absorpsi

Hanya 35-70% norfloksasin oral yang diabsorpsi tetapi, 70-90%

fluorokuinolon lainnya diserap setelah pemberian oral.

Ketersediaan hayati terbesar pada ofloksasin dan lomefloksasin.

Preparat-preparat intravena siprofloksasin dan ofloksasin sudah

tersedia. Minum obat fluorokuinolon bersamaan dengan sukralfat,

antasid-antasid yang mengandung aluminium atau magnesium

atau makanan tambahan yang mengandung besi atau seng dapat

menganggu absorbsi obat-obat anti bakteri ini.

2. Distribusi

Pengikatan dengan protein plasma berkisar dari 10-40% (catatan:

kadar plasma norfloksasin bebas tidak cukup untuk pengobatan

infeksi sistemik). Semua fluorokuinolon berdistribusi baik

kedalam semua cairan jaringan dan tubuh. Kadarnya tinggi dalam

tulang, urine, ginjal dan prostat (tetapi tidak dicairan prostat) dan

konsentrasinya di paru-paru melebihi konsentrasinya dalam serum.

Penetrasi kedalam cairan serebrospinalis rendah, kecuali untuk

ofloksasin dengan konsentrasi sebesar 90% seperti dalam serum.

Fluorokuinolon juga berakumulasi dalam makrofag dan leukosit

polimorfonuklear, sehingga efektif terhadap organisme intrasel

seperti legionella.

3. Metabolisme

Kecuali untuk ofloksasin dan lemefloksasin, obat-obat ini sebagian

dimetabolisme menjadi senyawa-senyawa yang kurang aktivitas

antimikrobanya.

4. Ekskresi

Obat asli dan metabolitnya diekskresikan kedalam urine dan

terjadi konsentasi tinggi disini. Ini adalah jalan ekskresi utama

Page 5: Tugas Biofarmasetika

untuk ofloksasin. Gagal ginjal memperpanjang waktu paruh dari

masing-masing obat. Fluorokuinolon lainnya mengalami bersihan

hepar dan ginjal: rute ini di anggap penting pada gagal ginjal.

Waktu-paruh fluorokuinolon berkisar dari 3-5 jam kecuali

lomefloksasin yang mempunyai waktu paruh 8 jam (Mycek, M.J.

1999).

Page 6: Tugas Biofarmasetika

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisikeempat.Universitas

Indonesia: Jakarta

Gunawan, S.G. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi

dan Terapeutik FK UI: Jakarta.

M. Ahmad, H. Raza,DKK. 2008. Pharmacokinetic Variations Of Ofloxacin In

Normal And Febrile Rabbits (JURNAL). Pakistan Vet: The Islamia

University of Bahawalpur.

Mycek, M.J. 1999. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medica: Jakarta.