tugas ibu indah
DESCRIPTION
PENGGOLOINGAN OBATTRANSCRIPT
NAMA : RILA NURUL QOMARIYAH
NIM : 12.06.0011
Menurut Permenkes RI No. 949/Menkes/Per/VI/2000
Obat digolongkan menjadi empat golongan yaitu :
1. Obat bebas (obat OTC : Over The Counter)
merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran
berwarna hitam. Obat bebas yaitu golongan obat yang penggunaannya tidak
membahayakan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380/A/SK/VI/83
tertanggal 15 Juni 1983 yang mengharuskan pabrik farmasi memberikan tanda-tanda
khusus yaitu lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam, untuk obat bebas (Tan &
Rahardja, 2002 : 7- 8).
Obat bebas dapat diperoleh dari toko obat, pedagang eceran obat berizin yang
dipimpin oleh asisten apoteker dan dan dari apotek. Obat bebas tersebut dalam kemasan
asli dari pabrik dengan disertai tanda lingkaran hijau sebagai tanda obat bebas dan
disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis atau
aturan memakainya, no. batch dan nomor register, nama pabrik dan alamatnya, dan cara
menyimpannya
Di apotek boleh dibungkus kembali dari pengemasan besar, tetapi disertai etiket
apotek dimana ditulis nama obat serta aturan memakainya (dosis) dan hanya boleh
dijual langsung pada si pemakai (Anief, 2007 : 140).
2. Obat bebas terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna biru
dengan tepi lingkaran berwarna hitam.
Obat bebas terbatas yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi
berkhasiat dan harus ada tanda peringatan yaitu salah satu dari P.No.1, P.No.2, P.No.3,
P.No.4, P.No.5, P.No.6 sesuai dengan SK Menkes No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5
November 1975, dan harus ditandai dengan etiket-etiket atau brosur yang menyebutkan :
1. Nama obat yang bersangkutan
2. Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan
3. Nomor batch dan tanggal daluwarsa, nomor register
4. Nama dan alamat produsen
5. Petunjuk kegunaan (indikasi) dan cara pemakaian dan peringatan, pencegahan
(kontra indikasi) yang dipandang perlu.
Tanda peringatan P no. 1 Awas! Obat Keras Bacalah aturan memakainya
P no. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P no. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
P no. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar
P no. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan
P no. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan
Obat bebas terbatas dapat diperoleh tanpa resep dari pedagang eceran obat
berizin yang dipimpin oleh asisten apoteker dan apoteker, dalam bungkus asli dari
pabrik dengan disertai tanda lingkaran berwarna biru sebagai tanda obat bebas terbatas
(Anief, 2007 : 140).
3. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya)
Disebut obat keras karena jika pemakai tidak memperhatikan dosis, aturan pakai, dan
peringatan yang diberikan, dapat menimbulkan efek berbahaya. Obat keras adalah obat
yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana pada bungkus luarnya diberi
tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat
huruf “K” yang menyentuh garis tepi. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras
ini adalah obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik
dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek
jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang
berlaku di Indonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui
keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia. diperlukan informasi lengkap terkait
penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara tepat dapat menimbulkan efek
samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan kepada Apoteker jika anda
mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter, penggunaan obat yang
terpat akan meningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan meminimalkan efek
sampingnya.
Contoh Obat Keras : Loratadine, Pseudoefedrin, Bromhexin HCL, Alprazolam,
Clobazam, Chlordiazepokside, Amitriptyline, Lorazepam, Nitrazepam, Midazolam,
Estrazolam, Fluoxetine, Sertraline HCL, Carbamazepin, Haloperidol, phenytoin,
Levodopa, Benzeraside, Ibuprofen, Ketoprofen dll
4. Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. (UU RI no. 22 th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada
kemasannya dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah.
Obat narkotika penggunaannya diawasi dengan ketat sehingga obat golongan narkotika
hanya dapat diperoleh di apotek dengan resep dokter asli (tidak dapat menggunakan copy
resep). Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit. Contoh obat narkotika
adalah : codipront (obat batuk), MST (analgetik) dan fentanil (obat bius).
5. Obat-obat psikotropika, merupakan Zat atau obat baik ilmiah atau sintesis, bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selekti pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku, Ex : alprazolam,
diazepam. Mengenai obat-obat psikotropika ini diatur dalam UU RI Nomor 5 tahun 1997.
Psikotropika dibagi menjadi :
a. Golongan I : sampai sekarang kegunaannya hanya ditujukan untuk ilmu
pengetahuan, dilarang diproduksi, dan digunakan untuk pengobatan contohnya
metilen dioksi metamfetamin, Lisergid acid diathylamine (LSD) dan
metamfetamin
b. Golongan II,III dan IV dapat digunakan untuk pengobatan asalkan sudah
didaftarkan, contohnya diazepam, fenobarbital, lorazepam dan klordiazepoksid.
Pengertian narkotika menurut Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika
Pasal 1, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan
yang dimaksud ketergantungan narkotika menurut UU tersebut adalah gejala dorongan untuk
menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila
penggunaan dihentikan.
Narkotik berarti segala bahan kecuali makanan, air dan oksigen, yang jika masuk ke
dalam tubuh akan mengubah fungsinya secara fisik atau psikologis. Istilah narkotik
mencakup berbagai jenis bahan sebagai berikut.
- obat terlarang, seperti kafeina, tembakau dan alkohol
- obat yang dapat dibeli di apotek atau pasar swalayan, seperti analgesik, misal aspirin,
kodin dan parasetamol serta obat anti-radang non-steroid
- obat resep seperti obat penenang, missal Valium, Rohypnol dan Serepax
- obat terlarang, seperti ganja, heroin, halusinogen dan amfetamina
- bahan lain yang disalahgunakan, seperti pelarut dan bensin.
Istilah narkotik dalam pengobatan merujuk kepada bahan candu dan turunannya atau
bahan sintetik yang bertindak seperti candu. Berdasarkan definisi tersebut maka bahan
narkotik hanya boleh digunakan dalam bidang pengobatan, yaitu sebagai sejenis obat
penahan sakit. Misalnya, akibat patah tulang ataupun pada saat pembedahan. Penggunaan
narkotik selain untuk tujuan pengobatan, dikatakan sebagai penyalahgunaan.
1. Zat Narkotik
Senyawa kimia yang ada pada berbagai bagian tanaman yang bersifat narkotik
berupa alkaloid atau glikosida. Beberapa tanaman juga diduga mengandung
aprodisiac/senyawa kimia untuk dapat mengkhayal, misalnya tanaman kecubung
(Solanum sp, Argemon sp) mengandung alkaloid paradin (terdapat pada biji dan daging
buah, khasiatnya sama dengan opium asli), daun ganja atau Papaver somniferum
L atau P. album, Mill, keluarga Papavera ceae. Senyawa alkaloid terbesar
tetap morfin 10 - 16%, noscapine 4 - 8%, codeine 0,8 � 2,5%, papaverine 0,5 �
2,5%, tebaine 0,5 � 2,0% dan lainnya, semuanya tidak kurang dari 20 jenis. Senyawa
kokain, suatu alkaloid pada daun Erythroxylon coca Lam danErythroxylon spp lainnya,
juga bersifat narkotik.
2. Sumber Zat Narkotik
Semula sumber bahan narkotik adalah pohon popi Papaver somniferum. Apabila
buah popi muda disadap (menggores) maka akan mengeluarkan getah (sejenis alkaloid)
berwarna putih dan dinamai "Lates" Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan
buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan
yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau candu kasar.
Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan.
Candu mentah ini juga dapat diperoleh dalam bentuk cair, padat atau serbuk. Saat ini
candu mentah ini juga dapat dihasilkan secara sintetik dengan cara mengeluarkan
alkaloid tersebut dari pohon popi tua yang kering. Candu dapat menghasilkan sedikitnya
dua kelompok alkaloid. Pertama bahan seperti morfin dan kodeina, dan kelompok kedua
yaitu bahan yang terdiri dari papaverin dan noskapin. Kelompok kedua ini tidak banyak
memberi dampak pada otak dibandingkan dengan narkotik kelompok pertama khususnya
morfin.
Morfin merupakan bahan dasar awal dari alkaloid ini, untuk dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk pengobatan. Sebagai bahan dasar morfin, dapat disintesis bahan
narkotik baru yang nilai pengobatannya lebih baik dari bahan dasarnya. Sintesis kimia ini
mencakup menambah gugus-gugus yang akan menembah bioaktifitasnya, misalnya
dengan menambahkan gugus metil, asetil, metoksi ataupun bentuk ester berbagai asam
organik karboksilat. Demikian pula berbagai derivat dari kokain sebagai bahan dasar
untuk sintesis kimia. Bahan dasar kokain terdapat pada ekstrak
daun Erythraxyloncoca lain dan Erythroxylon spp lainnya.
3. Jenis Narkotik
Jenis-jenis narkotik umumnya dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: jenis semula jadi
(morfin dan kodeina); separuh-tiruan (heroin dan hidromorfon), dan tiruan (meperidin,
metadon).
a. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan Alkaloida
utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus
berwarna putih atau dalam bentuk cairan
b. Kodeina
Kodeina termasuk garam/turunan dari opium/candu. Efek kodeina lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan
c. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan
jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir-akhir ini.
Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi
mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan,
penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia
bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya
yang baik.
d. Hidromorfon
Hidomorfon juga ialah sejenis narkotik separa-tiruan yang diperbuat daripada morfin.
Kegunaan perubatannya agak banyak dan oleh itu mudah disalahgunakan. Ia didapati
dalam bentuk tablet dan cair.
e. Meperidin
Meperidin ataupun petidin adalah narkotik tiruan sepenuhnya. Ia diperbuat
keseluruhannya dalam makmal dengan tujuan menggantikan kegunaan morfin. Ini
kerana ia boleh mengurangkan kesan buruk berbanding morfin, khususnya kesan
tolerans dan pergantungan. Meperidin juga boleh berfungsi menahan sakit dan
didapati dalam bentuk pil serta cecair. Meperidin masih mempunyai kesan tolerans
dan pergantungan jika digunakan berpanjangan dan meluas.
f. Methadon
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan
opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan
ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,
termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan
propocyphene (Darvon). Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone
(Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan
aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah
pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa
penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang
efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT,
putih.
Jenis narkotik lain yang perlu diketahui yaitu demerol. Nama lain dari Demerol
adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual
dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
Psikotropika menurut Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku."
Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat
dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal),
ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan
ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan
pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan
ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik
maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian.
Menurut Pasal 4 UU ini, psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/ atau ilmu pengetahuan. Psikotropika golongan I hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan. Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), psikotropika golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang.
Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu:
- Psikotropika golongan I
- Psikotropika golongan II,
- Psikotropika golongan III dan
- Psikotropika golongan IV.
Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika
golongan I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik golongan II yang
dikenal dengan nama Shabu-shabu.
Psikotropika apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat
manusia, maka dapat dikelompokkan menjadi:
- Depresant yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf
pusat (Psikotropika golongan 4), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol,
Magadon, Valium, Mandrak (MX).
- Stimulant yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya amphetamine,
MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat dalam kandungan Ecstasi.
- Hallusinogen yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan
contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Disamping itu
Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya.
Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti
air mineral, sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.
1. Zat Kimia Bersifat Psikotropika
Obat-obat analgesic, antipiretik ataupun antireumatik, bila dilarutkan dalam
etanol konsentrasi tinggi akan bersifat psikotropika. Kita kenal dengan pesta shabu-
shabu, dimana mereka meminum obat-obat psikotropika bercampur alkohol.
Berbeda dengan narkotik, sifatnya menyendiri dan tidak dalam berhalusinasi berat.
2. Sumber Zat Bersifat Psikotropika
Umumnya obat sintetis atau jarang berasal dari tanaman/hewan.
Pencampurannya dengan soda dan pelarut alkohol kinerja psikotropika berjalan baik.
Kesadaran berkelompok untuk obat ini sangat menonjol dan mampunyai keberanian
yang luar biasa dari keadaan normal.
3. Pengaruh Zat Psikotropika Terhadap Kesehatan dan Penanggulangannya.
Pencampuran obat-obat sintesis dengan alkohol sangat merusak kejiwaan
(psikis) maupun saluran pencernaan yang sangat penting bagi kesehatan.
Penanggulangan terhadap ketergantungan pada obat psikotropika, sebetulnya lebih
mudah, tetapi karena kesukaan akan berkelompok, maka isolasi dari kelompok
tersebut sangat penting, disamping pengurangan terhadap penggunaan obat
psikotropika. Semua ini harus tetap dibawah pengawasan dokter. Pembinaan mental
dan spiritual tetap harus dilakukan karena termasuk penyakit kejiwaan.
Berikut akan dijelaskan dua jenis psikotropika yang sedang populer dan banyak
disalahgunakan yaitu Ecstasi dan Shabu-shabu.
Ecstasy
Ecstasy (XTC) mempunyai rumus kimia 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-
Amphetamine (MDMA). XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit setelah
diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang.
Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil
mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa
mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit
udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan
timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan
malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti
ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang
dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
Ecstacy merupakan sediaan farmasi berupa obat yang
mengandung zat aktif berupa senyawa-senyawa turunan
amphetamin yang secara umum bersifat stimulan. Nama lain
estacy yaitu: EVA, ADAM, MDM, INEX, GOLONG-
GOLONG, I, dan lain-lain. Jenis dan bentuk estacy yang
masuk ke Indonesia, yaitu bentuk: tablet (yang paling banyak beredar di Indonesia),
kapsul, lem dan tissue. Adapun jenis estacy yang ditemukan beredar di Indonesia yaitu:
STAR, MELON, PINGUIN, RN, BON JOVI, DOLAR, PINK, LUMBA-LUMBA,
ELECTRIC, KANGURU, APPLE, E, TURBO, APACHE, PETIR, dan BLACK LOVE
Shabu-shabu
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan
cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah
ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong
(sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter
karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang
memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang
mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid
(rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif
(mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering
tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-
masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar
yang berbeda. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk
memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika shabu
yang dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia
mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah.