tugas if karyawan_pti
TRANSCRIPT
i
Dukungan UU ITE No. 11 Tahun 2008 Dalam Pemberantasan
Kejahatan Luarbiasa Narkoba
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Teknologi
Yunas Novela Harsa
C1A130037
Dindin Cahyudin
C1A130012
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORAMASI
UNIVERSITAS BALEBANDUNG
BANDUNG
2013-2014
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul “Dukungan UU ITE No. 11 Tahun 2008 Dalam
Pemberantasan Kejahatan Luarbiasa Narkoba”
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Konsep Teknologi.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Demikian kata pengantar ini, Kami ucapkan terima kasih.
Bandung, 20 Mei 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba ...................................................................... 3
2.2 Macam-Macam Narkoba .............................................................. 5
2.3 Faktor yang Mendorong Menggunakan Narkoba ........................ 8
2.4 Penyebaran Narkoba .................................................................... 8
2.5 Contoh Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia .................... 9
2.6 Kasus drag traffickers ................................................................... 11
2.7 Aspek Hukum Pengguna dan Pengedar Narkoba ........................ 12
2.8 Upaya Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia ... 12
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan ................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................. 19
Daftar Pustaka
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di berbagai bidang
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan yang pesat dari teknologi
informasi dan teknologi komunikasi menghasilkan internet yang multifungsi.
Perkembangan Teknologi dan Informasi dalam penggunaannya memberikan
dampak positf bagi kemajuan peradaban umat manusia, namun demikian
kemajuan-kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ternyata juga diikuti
dengan dampak negatif yang mengancam dan membahayakan umat manusia. Hal
ini bukan karena teknologinya yang bersifat jahat tetapi faktor manusia yang
menggunakannya.
Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah
baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan
hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan
sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat.
Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Di Indonesia sendiri, kasus-kasus drug traffickers belum memiliki data yang
secara pasti mengenai jumlah kasusnya. Hal tersebut menunjukan bahwa drug
traffickers telah muncul sebagai kejahatan yang baru melalui perkembangan
teknologi yang sangat pesat. Drug traffickers telah merugikan bukan hanya
generasi muda, tetapi juga merugikan dan mengancam keamanan negara
Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari narkoba?
2. Macam-Macam Narkoba?
3. Faktor yang mendorong menggunakan narkoba?
2
4. Penyebaran narkoba?
5. Contoh Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia?
6. Kasus drag traffickers?
7. Aspek Hukum Pengguna dan Pengedar Narkoba?
8. Upaya Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian dari narkoba
2. Menjelaskan Macam-Macam Narkoba?
3. Menjelaskan Faktor yang mendorong menggunakan narkoba?
4. Menjelaskan Penyebaran narkoba?
5. Menjelaskan Contoh Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia?
6. Menjelaskan Kasus drag traffickers?
7. Menjelaskan Aspek Hukum Pengguna dan Pengedar Narkoba?
8. Menjelaskan Upaya Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba
Narkoba dan Napza Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat
berbahaya. Napza adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya. Nikotik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang artinya
‘kelenger’, merujuk pada sesuatu yang bisa membuat seseorang tak sadarkan diri
(fly), sedangkan dalam bahasa Inggris narcotic lebih mengarah ke obat yang
membuat penggunanya kecanduan.
Narkotika secara farmakologik adalah opioida, tetapi menurut UU no 22,
tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Seiring berjalannya waktu
keberadaan narkoba bukan hanya sebagai penyembuh namun justru
menghancurkan. Awalnya narkoba masih digunakan sesekali dalam dosis kecil
dan tentu saja dampaknya tak terlalu berarti. Namun perubahan jaman dan
mobilitas kehidupan membuat narkoba menjadi bagian dari gaya hidup, dari yang
tadinya hanya sekedar perangkat medis, kini narkoba mulai tenar digaungkan
sebagai dewa dunia, penghilang rasa sakit.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau
fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu
atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan
cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran
minuman yang mengandung etanol.
Yang dimaksud dengan narkotika meliputi :
Golongan Opiat : heroin, morfin, madat, dan lain-lain. Golongan Kanabis : ganja,
hashish.
Golongan Koka : kokain, crack.
4
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika
yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi
ectasy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti
psikosis. Zat psikotropika yang sering disalahgunakan (menurut WHO 1992)
adalah :
1. Alkohol : Semua minuman beralkohol yang mengandung etanol (Etil
alkohol).
Opioida : heroin, morfin, pethidin, candu.
2. Kanabinoida : Ganja, hashish.
3. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
4. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.
Stimulansia lain, termasuk kafein, ectasy, dan shabu-shabu.
Halusinogenika, LSD,mushroom, mescalin.
Tembakau (mengandung nikotin). Pelarut yang mudah menguap seperti
aseton dan lem. Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya kombinasi heroin
dan shabu-shabu, alkohol dan obat tidur. Zat adiktif lain termasuk inhalansia
(aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein).
5
2.2 Macam-Macam Narkoba
1. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin
merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin rasanya
pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan
berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.
2. Codeina
Codein termasuk garam turunan dari opium dan candu. Efek codein
lebih lemah daripada heroin dan potensinya untuk menimbulkan
ketergantungaan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan
jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan.
6
3. Heroin (putaw)
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di
Indonesia pada akhir – akhir ini. Heroin yang secara farmakologis mirip
dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan
mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan
heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien
dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya
yang baik.
4. Methadon
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik
sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone
(Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini
Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan
opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid
dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan),
7
naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane dan apomorphine. Sejumlah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis,
dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan
buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan
opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.
5. Demerol
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan
atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak
berwarna.
6. Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap
(menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih
dan dinamai “Lates”. Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah
sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi
suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu
mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam
zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat
8
tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng
dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak, burung elang,
bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
2.3 Faktor yang Mendorong Menggunakan Narkoba
A. Motivasi dalam penyalahgunaan zat dan narkotika ternyata
menyangkut motivasi yang berhubungan dengan keadaan individu
(motivasi individual) yang mengenai aspek fisik, emosional, mental-
intelektual dan interpersonal.
B. Di samping adanya motivasi individu yang menimbulkan suatu
tindakan penyalahgunaan zat, masih ada faktor lain yang mempunyai
hubungan erat dengan kondisi penyalahgunaan zat yaitu faktor
sosiokultural seperti di bawah ini dan ini merupakan suasana hati
menekan yang mendalam dalam diri remaja antara lain:
Perpecahan unit keluarga misalnya perceraian, keluarga yang
berpindah-pindah, orang tua yang tidak ada/jarang di rumah dan
sebagainya
Pengaruh media massa misalnya iklan mengenai obat-obatan dan
zat.
Perubahan teknologi yang cepat.
Kaburnya nilai-nilai dan sistem agama serta mencairnya standar
moral; (hal ini berarti perlu pembinaan Budi Pekerti – Akhlaq)
Meningkatnya waktu menganggur.
Ketidakseimbangan keadaan ekonomi misalnya kemiskinan,
perbedaan ekonomi etno rasial, kemewahan yang membosankan
dan sebagainya.
Menjadi manusia untuk orang lain.
2.4 Penyebaran Narkoba
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat
9
narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari
bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik,
tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini
bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran
narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah
sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan
narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan
SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling
efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari
pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik
anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.
2.5 Contoh Kasus Tindak Pidana Narkoba di Indonesia
Raka Widyarma, putra Wakil Gubernur Banten, Rano Karno, ditangkap
petugas Polres Bandar Udara Soekarno-Hatta dan petugas Bea Cukai, saat
menerima paket narkoba, pada Selasa 6 Maret 2012 lalu.
Raka ditangkap bersama Karina Andetia, di sebuah rumah di Jalan Perkici
Raya EB2 No 42, Bintaro Jaya, Jakarta Selatan. Tanpa perlawanan. Sekitar
pukul 15.00 WIB, keduanya ditangkap saat menerima paket berisi lima butir
ekstasi yang dipesan via online dari Malaysia.
Kapolres Bandara Soekarno Hatta, Komisaris Besar Reynhard Silitonga,
yang dihubungi VIVAnews.com pada Minggu 11 Maret 2012, memastikan
bahwa kasus penjualan narkoba untuk anak aktor pemeran utama film 'Si Doel
Anak Sekolahan' itu akan terus diselidiki.
Penangkapan Raka berawal saat petugas bea cukai mencurigai paket yang
tidak terlalu besar dari Malaysia saat melewati mesin x-ray di Bandara
Soekarno Hatta. Benar saja, ketika dibuka dalam paket itu ada lima butir
ekstasi.
Setelah berkoordinasi dengan polisi, petugas gabungan kemudian
menyamar jadi pengatar paket ke alamat yang dituju di kawasan Bintaro. Di
10
situlah, Raka dan teman wanitanya ditangkap dan kemudian digelandang ke
Polres Bandara.
Tidak banyak yang tahu mengenai penangkapan Raka. Kabar ini baru jelas
setelah Rano menyampaikan penangkapan putranya ke media. Itu pun setelah
lima hari Raka berada di kantor polisi.
Tak bisa menahan tangis, didampingi ayah kandung Raka, Piter Hidayat.
Sabtu malam, 10 Maret 2012, Rano menggelar jumpa pers di rumahnya di
Cinere, Jakarta Selatan, mengenai penangkapan anak lelaki yang sudah
dibesarkan sejak umur satu minggu itu.
Rano berjanji tidak akan mengintervensi hukum dalam kasus ini. Ia akan
menyerahkan seluruh keputusan mengenai Raka kepada hukum yang berlaku.
Meski kecewa, Rano tidak akan meninggalkan Raka seorang diri.
"Sangat tragis ini ditangkap di wilayah saya. Saya ingin memberitahu
kepada semua masyarakat, jika bahaya narkoba sudah di depan mata kita,"
kata Rano kepada wartawan di kediamannya, di Kompleks Bumi Karang
Tengah Indah, Jakarta Selatan.
Bahkan saat proses hukum terhadap Raka masuk dalam persidangan, Rano
akan menjadi saksi di pengadilan, sebab dia mengenal betul siapa anak yang
diasuhnya sejak kecil itu. Saat ini, Rano menyadari bahwa Raka
membutuhkan dukungan keluarga agar tidak menjadi depresi.
Polisi masih menyelidiki transaksi penjualan narkoba via online. Satuan
Cyber Crime Polda Metro Jaya ikut membantu untuk mengungkap penjualan
narkoba melalui internet ini. Dari penulusran awal polisi, sudah diketahui ada
seseorang asal Malaysia yang biasa dipanggil Mister Tan, dalam situs
penjualan narkoba yang dipesan Raka.
"Tidak bisa disebutkan. Kami akan memburu dan berusaha
membongkarnya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris
Besar Rikwanto.
Bandar narkoba jaringan internet milik Mister Tan ini sudah lama
beroperasi. Dan sebelum penangkapan dilakukan petugas terhadap Raka,
polisi lebih dulu menggelandang tiga pemuda di kawasan Cipete, Jakarta
11
Selatan, yang juga memesan barang dari internet melalui Mister Tan. Meraka
adalah TS, AC, DS, dari ketiganya disita 300 butir ekstasi.
Setelah Raka ditangkap, ada pengiriman satu paket lagi ke Manado untuk
lelaki bernisial J. Dari tersangka polisi menyita 16 butir ekstasi. Seluruh
barang bukti dari transaksi narkoba via online dari jaringan kelompok Mister
Tan sudah 321 butir.
Penjualan narkoba via online memang sudah lama terjadi. Sebuah
perusahaan di Amerika Serikat secara tak sengaja menyediakan perangkat
lunak yang memungkinkan para pelaku penyedia pornografi anak, pengedar
narkoba, dan sindikat kriminal lain menyembunyikan identitasnya.
2.6 Kasus Drug Traffickers
Dilihat dari kasus drug traffickers melalui sistem penyelenggara elektronik
yang terjadi di Indonesia, terlihat jelas bahwa hukum di Indonesia belum memadai
dalam penegakan hukum bagi pelaku yang mengedarkan narkotika di dunia maya
yang berada diluar negeri, pengaturan yang ada hanya dapat menjerat pengguna
narkotika itupun dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009.
Karena di Indonesia belum membuat instrument hukum secara khusus mengenai
drug traffickers dan drug trafficking melalui sistem penyelenggara elektronik,
tetapi secara tidak khusus terdapat dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
yang mengatur tentang narkotika sebagaimana tercantum dalam Pasal 63 yang
berisi mengenai narkotika sebagai kejahatan transnasional dan Pasal 114 yang berisi
mengenai sanksi pidana terhadap penyediaan narkotika golongan I. Dalam kasus
Raka, bukan berarti pelaku drug traffickers melalui sistem penyelenggara
elektronik dapat lolos begitu saja dari jeratan pidana. Karena walaupun belum
adanya aturan yang mengatur secara khusus mengenai drug traffickers melalui sistem
penyelenggara elektronik, aparat penegak hukum dapat menjerat pengedar narkotika
tersebut dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-Undang
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam kasus drug traffickers melalui sistem penyelenggara elektronik
penyelenggara sistem elektronik dapat diminta pertanggungjawaban pidana karena
12
berkedudukan sebagai pengedar yang berperan dalam pembuatan sistem
penyelenggara elektronik yang sengaja dibuat untuk menawarkan narkotika secara
online atau dapat juga ditarik sebagai turut serta karena penyelenggara sistem
elektronik dianggap bekerja sama dengan menyediakan sistem penyelenggara
elektronik yang dapat digunakan drug traffickers untuk menawarkan narkotika secara
online dan mengetahui secara sadar bahwa yang ditawarkan oleh drug traffickers
adalah narkotika. Ketentuan yang dapat dikenakan kepada drug traffickers
melalui sistem penyelenggara elektronik yaitu Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Pasal 114
ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika Jo Pasal 55 ayat
(1) KUHP.
2.7 Aspek Hukum Pengguna dan Pengedar Narkoba
Pemuatan ancaman hukuman yang telah ditetapkan berdasarkan
perundangan negara Republik Indonesia, sekaligus bagi setiap pihak yang
bertekat memerangi narkoba ataupun pihak yang mendapat ancaman serangan
narkoba benar-benar mengetahui apa saja ancaman hukuman yang
diberlakukan di negara ini bagi pengguna maupun pengedar narkoba.
Ketentuan pidana atau ancaman hukuman terhadap penyalahgunaan dan
pengedar gelap narkotika, berikut ini kutipan undang-undang no. 22 tahun
1997 tentang Narkotika Pasal 82 ayat 1 (a) yang berbunyi : ” Mengimpor,
mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan, menjual, membeli,
menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual beli. atau menukar
narkotika golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup,
atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp. 1,000.000.000,- (satu milyar rupiah).”
2.8 Upaya Pemerintah Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia
Peredaran-peredaran narkotika (drug trafficking), sangat rumit dan
kompleks. Dalam hal ini terlibat beraneka ragam narkotika yang dapat berasal
dari luar atau dari dalam. Peredaran narkotika bukan hanya melanggar
13
Undang-undang narkotika nasional melainkan dalam banyak hal juga
melibatkan kegiatan-kegiatan anti sosial seperti kejahatan yang terorganisir
(organizer crime), pengelakan pembayaran pajak, pelanggaran membayar
pajak, pelanggaran-pelanggaran kriminal terhadap peraturan impor dan
ekspor. Bahkan kini sebagai sarana pembayaran penjualan senjata gelap dan
barang-barang selundupan lainnya sering digunakan narkotika sebagai
pengganti uang. Bahkan keutuhan serta stabilitas dari beberapa negara dan
pemerintah telah terancam oleh akibat dari perniagaan gelap narkotika yang
membawa pengaruh amat jauh. Mengamati kenyataan yang kita hadapi seperti
itu, tidak ada tanda-tanda bahwa dunia akan menang terhadap perang melawan
bahaya narkotika yang semakin hari semakin meningkat produksinya,
perdagangan dan penyebarluasannya. Kenyataan itu berdasar bahwa
perdagangan narkotika memang paling menguntungkan diantara semua
perdagangan. Melihat begitu sulitnya memerangi pengedaran yang sangat
mendesak hebat, maka sudah pasti kita akan berusaha memberantas secepat
mungkin sampai ke akar-akamya. Pemberantasan oleh penegak hukum
diarahkan terutama pada mereka yang secara sengaja melakukan perbuatan
produksi, penawaran, penjualan, distribusi, penyerahan atas dasar apapun,
perantaraan, pengangkutan, impor atau ekspor obat narkotika atau bahan
psikotropika lainnya. Upaya yang dilakukan dalam pemberantasan adalah :
1. Pemberantasan secara langsung
Pemberantasan secara langsung dilakukan oleh penegak hukum,
dimana penyalahgunaan narkotika terjadi. Pemberantasan itu berupa :
Mengadakan patroli-patroli menyeluruh di daerah pelabuhan,
bandara udara dan zona-zona bebas lainnya. pengawasan efektif
perlu dilakukan oleh penegak hukum, sebab tanpa adanya
pengawasan terus-menerus (full time) maka tempat-tempat
pemasukan seperti itu menjadi rawan. Oleh karena itu selalu
diadakan operasi pada tempat rawan seperti serta mengadakan
pembasmian penanaman tumbuhan narkotika dengan melakukan
14
pelacakan secara langsung dan seksama terhadap ladang dan sawah
atau tempat dimana diduga adanya penanaman narkotika.
Mengadakan pengawasan, pengontrolan dan penggeledahan
kepada seluruh warga negara yang akan berangkat keluar negeri.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya
penyelundupan yang dilakukan oleh pengedar narkotika.
Mengadakan pengawasan, pengontrolan dan penggeledahan
kepada seluruh warga negara yang akan berangkat keluar negeri.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya
penyelundupan yang dilakukan oleh pengedar narkotika.
2. Pemberantasan secara tidak langsung
Pemberantasan secara tidak langsung adalah dimana tindakan
pemberantasan yang dilakukan bukan pada tempat dimana operasi
penyalahgunaan narkotika itu dilaksanakan. Pemberantasan berupa :
Membuat dan menyebarkan pengumuman dan selebaran yang
secara jelas ditempatkan di konsulat, di kedutaan, bandar udara,
pelabuhan laut dan perlintasan perbatasan agar memperingatkan
para wisatawan akan akibat-akibat yang berat, bagi peredaran gelap
serta mereka yang diketahui mengadakan pelanggaran-pelanggaran
narkotika dapat dikenakan tindakan hukum.
Memperluas lingkup pengawasan atas wilayah udara dan daerah-
daerah terpencil agar supaya dapat melindungi masyarakat
terhadap kegiatan jahat yang dilakukan oleh pengedar narkotika.
Instansi penegak hukum juga harus dapat mempertimbangkan
kemungkinan mengadakan sambungan "hotline" yang bebas dari
bayaran yang dihubungkan dengan kantor yang setiap saat dapat
melancarkan operasi sehingga setiap orang dapat melaporkan
kejadian yang berkaitan dengan narkotika tanpa merasa takut
mendapat balasan.
15
Mempertegas hukum yang berlaku bagi mereka yang sudah jelas-
jelas terbukti telah menyalahgunakan narkotika untuk kepentingan
memperkaya diri sendiri.
Mengadakan perluasan-perluasan kerja sama dan saling mernbantu
dengan bentuk-bentuk serta badan penegak hukum yang lain.
Antara lain dengan mengadakan hubungan dengan negara-negara
lain untuk meningkatkan tindakan koordinasi didalam kerja sama
internasional serta pentingnya memperkuat dan meningkatkan
sarana hukum yang efektif.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belum adanya pengaturan secara khusus di Indonesia mengenai drug
traffickers melalui sistem penyelenggara elektronik mengakibatkan proses
penegakan hukum mengalami hambatan karena berbenturan dengan yurisdiksi
negara lain. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak bisa diterapkan karena Pasal
2 tersebut bersifat lex specialis dan hanya berlaku terhadap tindak pidana
dunia maya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun hukum positif Indonesia
dapat diberlakukan dengan menggunakan Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam kasus drug traffickers melalui sistem penyelenggara
elektronikpenyelenggara sistem elektronik dapat diminta pertanggungjawaban
pidana karena berkedudukan sebagai pengedar yang berperan dalam
pembuatan sistem penyelenggara elektronik yang sengaja dibuat untuk
menawarkan narkotika secara online atau dapat juga ditarik sebagai turut serta
karena penyelenggara sistem elektronik dianggap bekerja sama dengan
menyediakan sistem penyelenggara elektronik yang dapat digunakan drug
traffickers untuk menawarkan narkotika secara online dan mengetahui secara
sadar bahwa yang ditawarkan oleh drug traffickers adalah narkotika.
Ketentuan yang dapat dikenakan kepada drug traffickers melalui sistem
penyelenggara elektronik yaitu Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11
tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Pasal 114 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika Jo Pasal 55 ayat (1)
KUHP.
17
3.2 Saran
Dalam ketentuan terhadap drug traffickersmelalui sistem penyelenggara
elektronik agar diperjelas mengenai bentuk pertanggungjawaban yang dapat
dimintakan kepada penyelenggara sistem elektronik, seperti penyelenggara
sistem elektronik dapat dijatuhi hukuman pidana berdasarkan kesalahan yang
diperbuatnya.
Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA
merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan
hanya berada pada pundak kepolisian ataupun pemerintah saja.Namun,
seluruh komponen masyarakat diharapkan ikut perperan dalam upaya
penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah yang telah diamanatkan dalam
pelbagai perundang-undangan negara, termasuk UU No. 35 tahun 2009
tentang narkotika
pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran,
ingatan, hati, jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh
karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan
Allah SWT.
Daftar Pustaka
http://fh.unpad.ac.id/repo/2013/07/aspek-hukum-pengedar-narkoba-drug-
traffickers-melalui-sistem-penyelenggara-elektronik-ditinjau-dari-undang-undang-
nomor-11-tahun-2008-tentang- informasi-dan-transaksi-elektronik-dan-undang-
undang-nom-2/
http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba
www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-bahaya-narkoba-bagi-remaja.html
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2559d6e684bc0bc924310bd8ce9ec23f.pdf
http://dimaslova.wordpress.com/2008/12/01/upaya-penanggulangan-
penyalahgunaan-narkoba/