tugas isbd individu keluarga masyarakat
DESCRIPTION
fk unsriTRANSCRIPT
INDIVIDU, KELUARGA, DAN
MASYARAKAT
Oleh
KELOMPOK 4
Nama Anggota : Margaretha Carolina
Mia Esta Poetri Afdal Faisal
Nurhaniyyah
Reinecke Ribka Halim
Shafira Amalia
Universitas Sriwijaya
Fakultas Kedokteran - Program Studi Pendidikan Dokter
TA 2015/2016
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
II. MASALAH
II.1 Apa definisi Individu? .............................................................................. 4II.2 Apa definisi Pertumbuhan (dalam hal individu) ? .................................... 4II.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu? ....... 4II. 4 Bagaimana tahap-tahap pertumbuhan berdasarkan psikologi? ................. 4II.5 Apa yang dimaksud dengan sikap individualisme? .................................. 4II.6 Apa definisi keluarga? .............................................................................. 4II.7 Apa saja fungsi dari keluarga? .................................................................. 4II.8 Bagaimana makna keluarga dalam hubungan individu, keluarga, dan
masyarakat? .............................................................................................. 4II.9 Apa definisi dari masyarakat? ................................................................. 4II.10 Bagaimana hak dan kewajiban individu dalam masyarakat? ................... 4II.11 Apa saja bentuk-bentuk dari masyarakat? ................................................ 4II.12 Apa saja tingkatan dari masyarakat? ........................................................ 4II.13 Bagaimana pengaruh keluarga dan masyarakat terhadap perkembangan
sosial dan individu? .................................................................................. 4II.14 Bagaimana hubungan antara individu, keluarga, dan masyarakat? .......... 4II.15 Apa saja problematika individu, keluarga, dan masyarakat? ................... 4
III. PEMBAHASAN
III.1 Individu ....................................................................................................... 5III.2 Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................................ 6 III.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Individu ....................... 8III. 4 Tahap-tahap Pertumbuhan Berdasarkan Psikologi .....................................10
III.5 Sikap Individualisme ...................................................................................17
III.6 Keluarga ......................................................................................................19III.7 Fungsi Keluarga ..........................................................................................20III.8 Makna Keluarga dalam Hubungan Individu, Keluarga, dan Masyarakat ...23III.9 Masyarakat ................................................................................................. 24III.10 Hak dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat ........................................25III.11 Bentuk Masyarakat .....................................................................................26III.12 Tingkatan Masyarakat .................................................................................27III.13 Pengaruh Keluarga dan Masyarakat Terhadap Perkembangan Sosial dan
Individu .......................................................................................................28III.14 Hubungan Individu, Keluarga, dan Masyarakat .........................................29III.15 Problematika Individu, Keluarga, dan Masyarakat ....................................30
IV. KESIMPULAN .......................................................................................................36
V. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................37
I. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia
juga bagian dari individu, keluarga dan masyarakat. Sehingga keberadaannya
berpengaruh bagi lingkungannya. Manusia dalam pribadinya sebagai makhluk individu
mempunyai jiwa dan integritas moral yang tinggi, ia juga bagian dari keluarga yang
dengannya akan membangun masyarakat yang bermartabat.
Individu yang tertata dengan baik akan menghasilkan sebuah keluarga yang baik, yang
nantinya akan menjadi masyarakat yang baik. Semua itu adalah suatu proses yang harus
dilalui oleh setiap manusia. Manusia juga dituntut untuk berinteraksi sosial dengan
lingkungannya. Manusia tidak akan bisa hidup menyendiri tanpa adanya interaksi sosial.
Pada kesempatan ini kami akan mengkaji tentang individu, keluarga, masyarakat yang
ketiga-tiganya berkaitan erat, serta interaksi sosial yang manusia dalam posisinya sebagai
individu, keluarga dan masyarakat.
II. MASALAH
II.1 Apa definisi Individu?
II.2 Apa definisi Pertumbuhan (dalam hal individu) ?
II.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu?
II. 4 Bagaimana tahap-tahap pertumbuhan berdasarkan psikologi?
II.5 Apa yang dimaksud dengan sikap individualisme?
II.6 Apa definisi keluarga?
II.7 Apa saja fungsi dari keluarga?
II.8 Bagaimana makna keluarga dalam hubungan individu, keluarga, dan
masyarakat?
II.9 Apa definisi dari masyarakat?
II.10 Bagaimana hak dan kewajiban individu dalam masyarakat?
II.11 Apa saja bentuk-bentuk dari masyarakat?
II.12 Apa saja tingkatan dari masyarakat?
II.13 Bagaimana pengaruh keluarga dan masyarakat terhadap perkembangan sosial
dan individu?
II.14 Bagaimana hubungan antara individu, keluarga, dan masyarakat?
II.15 Apa saja problematika individu, keluarga, dan masyarakat?
III. PEMBAHASAN
II.1 Individu
Individu berasal dari kata latin individuum yang artinya tidak terbagi. Individu
menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa dan
seberapa mempengaruhi kehidupan manusia (Abu Ahmadi, 1991: 23). Individu bukan
berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagi
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Seorang individu adalah perpaduan antara :
1) Faktor genotipe (faktor yg dibawa sejak lahir, faktor keturunan). Kalau seseorang
individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga
memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(faktor fenotipe).
2) Faktor fenotipe (lingkungan) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang
khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan
sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi sosial.
Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku
spesifik dirinya. Menurut Nursyid Sumaatmadja, kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi biopsikofisikal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap
pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan
dari lingkungan. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi terhadap individu,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan aspek-sosial yang bila terjadi
kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat pada aspek yang lainnya. Individu
dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada 3 kemungkinan : pertama menyimpang
dari norma kolektif kehilangan individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan
ketiga memengaruhi masyarakat (Hartomo, 2004: 64).
Dalam hal membaur atau menjadi salah satu bagian dari masyarakat wajar kalau suatu
individu terkadang mempunyai halangan atau kesulitan untuk memahami satu sama lain,
karena setiap individu memiliki kepribadian dan sikap yang berbeda-beda, oleh karena itu
individu melalui peroses cukup lama untuk bisa menerima satu sama lain. Proses
semacam itu disebut juga beradaptasi, dalam proses adaptasi sangat dibutuhkan jika
seorang individu tersebut berada di suatu lingkup masyarakat agar dapat cepat membaur
dengan yang lainnya.
Banyak juga individu yang mengabaikan lingkungan disekitarnya, mereka cenderung
sibuk terhadap dirinya sendiri tidak ingin tahu tentang lingkungan sekitar. Hal inilah yang
menyebabkan kurangnya harmonisasi terhadap masyarakat atau kelompok individu yang
ada disekitar kita, oleh karena itu sering terjadi konflik antar individu, dalam hal ini
banyak faktor mengapa individu melakukan hal ini diantaranya :
1) Mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak ada waktu untuk berkumpul
dengan individu lainnya.
2) Mereka sukar untuk berbicara atau sharing dengan individu yang lain di karenakan
berbeda pendapat antara satu sama lain.
3) Memiliki latar belakang dan sikap yang berbeda.
4) Keterbelakangan mental.
Hal-hal inilah salah satunya yang dapat membuat suatu individu mengasingkan dirinya.
Mia Esta Poetri Afdal Faisal
II.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada pembahasan konsep mengenai perkembangan individu ini, kami akan merangkaikan
pengertian perkembangan dengan pertumbuhan. Hal ini dikarenakan dua kata tersebut
dalam kedudukannya sebagai pengubah serta pemberi pengaruh terhadap diri individu
tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu
yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan
metabolik/bersifat kuantitatif (Soetjiningsih,1988). Pertumbuhan dapat juga diartikan
sebagai bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan.sel-sel
tubuh,jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa,sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi,intelektual
dan tingkah laku sebagai hasil iteraksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 1988).
Perkembangan (development) juga merupakan suatu proses yang pasti di alami oleh
setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan
dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif
serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat : 2008, memberikan definisi
bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat
diartikan pula sebagai perubahan–perubahan yang dialami individu menuju tingkat
kedewasaan atau kematangannya.”
Adapun ciri–ciri pertumbuhan dan perkembangan yaitu kontinu; ada masa percepatan dan
perlambatan; erkembangan mempunyai pola yang sama untuk semua individu, tetapi
untuk kecepatan berbeda-beda untuk tiap individu, sangat dipengaruhi lingkungan;
perkembangan erat dengan maturasi susunan saraf pusat; dan refleks primitif hilang
sebelum gerakan volunteer tercapai.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, volume serta jumlah sel yang
ditandai dengan pertambahan panjang, berat dan tinggi makhluk hidup yang bersifat
irreversibel (tidak dapat kembali ke bentuk semula) dan kuantitatif (dapat diukur).
Perkembangan adalah suatu proses dari organisme muda menuju keadaan yang lebih
dewasa (matang secara seksual sehigga dapat melakukan reproduksi), serta bersifat
kualitatif (tidak dapat diukur).
Berikut ini contoh yang dapat memperjelas perbedaan antara pertumbuhan dan
perkembangan.
1) Pertumbuhan
Pertumbuhan tanaman mangga yang tumbuh dari tanaman muda yang kecil menjadi
tanaman yang lebih besar dan bercabang rindang. ukurang tinggi, berat dan volume
dari batang dan daun tanaman mangga tadi dapat diukur dengan menggunakan alat
ukur yang ada.
2) Perkembangan
Tanaman mangga yang ketika menjadi tanaman muda tidak menghasilkan bunga dan
buah, setelah beberapa tahun ditumbuhkan, dapat menghasilkan bunga dan buah
yang bertujuan untuk perkembangbiakan dan reproduksi. Proses ini tidak dapat
diukur karena kematangan seksual tanaman mangga tadi dapat berbeda – beda antara
satu individu dengan individu lain, tergantung dari faktor yang mempengaruhi.
Berdasarkam uraian-uraian tersebut, maka dapat diartikan bahwa pertumbuhan
fisiologis/fisik individu tidak ada artinya bila individu itu tidak mau melakukan proses
pembelajaran untuk memiliki suatu kompetensi, keterampilan atau kemampuan tertentu
sebagai bentuk pengembangan diri. Mia Esta Poetri Afdal Faisal
II.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada garis
besarnya dapat digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu :
A. Pendirian nativistik
Menurut para ahli dari golongan ini berpendapat, bahwa pertumbuhan individu itu
semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
Para ahli dari golongan ini menunjukkan berbagai kesempatan atau kemiripan antara
orang tua dengan anaknya. Misalnya seorang ayah memiliki keahlian di bidang seni lukis
maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi pelukis. Tetapi hal ini akan
menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan yang ada antara orang tua dan anaknya
benar-benar disebabkan oleh pembawaan sejak lahir karena adanya fasilitas-fasilitas atau
hal-hal lain yang dapat memberikan dorongan ke arah kemajuannya.
B. Pendirian Empiriktik dan Environmentalistik
Pendirian ini berlawanan dengan pendapat nativistik. Para ahli berpendapat bahwa
pertumbuhan individu semata-mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak
berperanan sama sekali.
Jadi menurut pendirian ini menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih jauh
menekankan pada lingkungan dan konsekuensinya hanya lingkunganlah yang banyak
dibicarakan. Pendirian semacam ini disebut pendirian yang environmentalistik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa pendirian ini pada hakikatnya adalah kelanjutan dari faham
empirisme.
Apabila konsepsi ini dapat tahan uji (benar) akan dihasilkan manusia-manusia ideal
asalkan dapat disediakan kondisi yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam
kenyataannya sering dijumpai lain, banyak diantara anak-anak orang kaya atau orang
pandai yang mengecewakan orang tuanya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun
fasilitas yang diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebaliknya pada anak-anak
dari orangtua yang kurang mampu sangat berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas
belajar yang dimiliki sangat minimal, jauh, dan mencukupi.
Menurut faham ini di dalam pertumbuhan individu itu baik dasar maupun lingkungan
kedua-duanya memegang peranan penting. Bakat atau dasar kemungkinan ada pada
masing-masing individu namun bakat dan dasar yang dipunyai itu perlu diserasikan
dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya pada anak yang normal
memiliki dasar atau bakat untuk berdiri tegak diatas kedua kaki, bila anak ini diasuh
dalam lingkungan masyarakat manusia. Tetapi apabila anak yang normal ini kebetulan
terlantar disebuah hutan kemudian diasuh oleh serigala sudah barang tentuanak itu tidak
dapat berdiri tegak diatas kedua kakinya dan dia akan merangkak seperti seringala yang
mengasuhnya.
Disamping itu harus adanya dasar, juga perlu dipertimbangkan masalah kematangan
(readiness), misalnya anak yang normal berusia enam bulan. Walaupun anak tersebut
hidup diantara manusia-manusia lain ada kemungkinan juga anak itu tak akan dapat
berjalan karena belum maatang untuk melakukan hal itu.
C. Pendirian Konvergensi dan Interaksionisme
Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi seperlunya.
Suatu modifikasi yang terkenal yang paling sering dianggap sebagai perkembangan lebih
jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi interaksionisme yang berpandangan dinamis
yang menyatakan bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat menentukan
pertumbuhan individu, hal ini tampak lain dengan konsepsi konvergensi yang
berpandangan oleh dasar (bakat) dan lingkungan. Mia Esta Poetri Afdal Faisal
II.4 Tahap pertumbuhan individu berdasarkan psikologi
Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa atau masa kematangan itu melalui
beberapa fase sebagai berikut:
A. Masa vital yaitu dari 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun.
B. Masa estetik dari umur kira-kira 2,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun.
C. Masa intelektual dari kira-kira umur 7,0 tahun sampai kira-kira umur 13,0
tahun atau 14,0 tahun
D. Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur
20,0 tahun atau 21,0 tahun.
Berikut adalah penjelasannya :
A. Masa Vital
Pada masa vital ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya. Menurut Freud tahun pertama dalam kehidupan individu itu
sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagi sumber kenikmatan dan
ketidaknikmatan.
Pendapat semacam ini mungkin beralasan kepada kenyataan, bahwa pada masa ini mulut
memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Bahwa anak memasukkan apa
saja yang dijumpai kedalm mulutnya itu bukan karena mulut sebagai sumber kenikmatan
utama, melainkan karena mulut merupakan alat utama untuk melakukan eksplorasi dan
belajar. Pada tahun kedua anak belajar dan berjalan, dan dengan berjalan itu anak mulai
pula belajar menguasai ruang. Disamping itu terjadi pembiasaan akan kebersihan, melalui
ini anak akan belajar mengontrol apa yang boleh ia masukkan kedalam mulutnya dan
yang tidak boleh ia masukkan kedalam mulutya.
B. Masa Estetik
Masa estetik ini dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata
estetik diartikan bahwa pada masa ini pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi
pancaindera. Dalam masa ini pula tampak munculnya gejala kenakalan yang umumnya
terjadi antara umur 3,0 tahun sampai 5,0 tahun. Anak sering menentang kehendak orang
tua atau, kadang-kadang menggunakan kata-kata dasar, dengan sengaja melanggar apa
yang dilarang dan tidak melakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.
Adapun alasan anak berbuat kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah sebagai berikut:
Berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak dalam
menghadapi dunianya maka sampailah anak pada penyadaran “aku”nya atau tahap
menemukan dirinya sebagai subyek.
Kalau pada masa-masa sebelumnya anak masih merasa satu dengan dunianya dan
belum mampu mengadakan pemisahan secara sadar antara dirinya sendiri sebagai
subyek dan yang lain sebagai obyek maka kemampuan itu kini dimilikinya. Berarti
dia menyadari bahwa dirinya juga subyek seperti yang lain. Sebagai subyek dia
mempunyai kebebasan untuk menghendaki sesuatu, mempunyai pula kebebasan
untuk menolak sesuatu. Karena jarang menemukan kenyataan tersebut maka anak
seakan-akan ingin mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang bebas menentukan
keinginannya tersebut.
Pada masa ini terjadi apa yang kita sebut dengan menghendaki, dan kehendak yang
dimilikitidak dapat ditahan-tahan;akan tetapi, kalau dia telah memperolehnyamaka
dia tidak lagi memperdulikannya, dan menghendaki benda yang lain dan seterusnya.
Dalam hal ini kadang-kadang dia melanggar apa yang dilarang dan tidak
mengerjakan hal yang diharuskan. Hal yang demikian itu dilakukannya bukan karena
dia keras kepala, melainkan hanya karena ingin mengalami dan ingin menyaksikan
akibatnya. Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi anak yang sedang
mengalami masa kegoncangan ini yaitu yang penting bijaksana mengambil jalan
tengah dan tidak terlalu menekan anak serta tidak terlalu menonjolkan.
C. Masa Intelektual (Masa Keserasian Bersekolah)
Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah
berlangsung dengan lebih efektif. Sehingga menjadi matang untuk dididik daripada masa-
masa sebelum dan sesudahnya.
Ada beberapa sifat khas pada anak-anak pada masa ini antara lain:
1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
2) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan, permainan yang tradisional.
3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
4) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal maka soal itu dianggap tidak penting.
5) Senang membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu
menguntungkan, dalam hubungan ini ada kecenderungan untuk meremehkan anak
lain.
6) Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
7) Amat realistik, ingin tahun, dan ingin belajar.
8) Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
Di dalam permainan ada kecenderungan anak tidak lagi terikat kepada aturan
permainan tradisional, mereka membuat aturan-aturan sendiri, setelah anak
memasuki masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar.
Masa keserasian bersekolah akhirnya diakhiri dengan suatu masa pueral.
Masa ini demikian khasnya sehingga menarik perhatian. Sifat-sifat khas anak-anak pada
masa peral ini dapat diringkas kedalam dua hal yaitu:
1) Ditujukan untuk yang berkuasa yang menimbulkan tingkah laku dari perbuatan yang
ditujukan berkuasa, apa yang dinginkan, yang dijadikan idam-idamkan adalah
sekuat, sejujur, semenang, dan seterusnya.
2) Tingkah laku ekstrovers yaitu perbuatan yang berorientasi ke luar dirinya, yang
dapat medorong untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia di luar dirinya dan
untuk mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Pada mereka
dorongan bersaing besar sekali sehingga dalam persaingan itulah anak-anak puer
mendapatkan sosialisasi lebih lanjut. Dan nampak anak puer dapat melakukan ini
dan itu (si tukang jual aksi), tetapi disamping itu tidak berani berbuat begini dan
begitu (si pengecut), sehingga anak puer seringkali dijuluki si “tukang jual aksi” dan
juga dijuluki “si pengecut”.
Suatu hal yang penting pada masa ini anak menerima otoritas orang tua dan guru sebagai
suatu hal yang wajaer karena itu pada masa anak-anak ini mengharapkan adanya sikap
yang obyektif dan adil pada pihak orang tua dan guru sebagai pemegang otoritas sehingga
sikap pilih kasih akan mudah menimbulkan problem di kalangan mereka.
D. Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat karena
mempunyai sifat-sifat khas dan yang menentukan kehidupan individu dalam
masyarakatnya. Peranan manusia dewasa harus hidup dalam alam kultur dan harus dapat
menempatkan dirinya diantara nilai-nilai (kultur) itu maka perlu mengenal dirinya sebagi
pendukung maupun pelaksan nilai-nilai. Untuk inilah ia harus mengarahkan dirinya agar
dapat menemukan jati diri, meneliti sikap hidup yang lama, dan mencoba-coba yang baru
agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada dasarnya ini masih dirinci kedalam
beberapa masa, yaitu :
1) Masa Pra Remaja
Penggunaan istilah pra remaja ini hanya untuk menunjukkan satu masa yang
mengikuti masa pueral yang berlangsung secara singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-
sifat negatif sehingga disebut juga masa negatif.
Pada masa ini terdapat beberapa gejala yang dianggap sebagai gejala negatif
misalnya tidak tenang, kurang suka bekerja, kurang suka bergerak, lekas lelah,
kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung, pesimistik dan non-sosial. Atau
dapat dikatakan secara ringkasnya sifat-sifat negatif meliputi sikap negatif dalam
prestasi baik prestasi jasmani maupun prestasi mental, juga negatif dalam sikap sosial
baik dalam bentuk pasif maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.
Terjadinya gejala-gejala negatif itu pada umumnya berpangkal pada biologis yang
mulai bekerjanya organ-organ kelamin, yang dapat membawa perubahan-perubahan
yang cepat dalam diri si remaja yang sering kali perubahan-perubahan yang cepat ini
belum mereka pahami sehingga dapat menimbulkan rasa ragu-ragu, kurang pasti, dan
bersifat malu.
2) Masa Remaja
Dalam masa ini untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah
dialaminya pada masa-masa sebelumnya.
Kesejukan didalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang dapat
mengerti dan memahaminya dan menerangkannya. Sebagai reaksi pertam-tama
terhadap gangguan ketenangan dan keamanan batinnya ialah proses terhadap
sekitarnya yang dirasakan tiba-tiba bersikap menelantarkan dan memusuhinya.
Sebagi tingkah laku berikutnya ialah kebutuhan akan teman yang dapat memahami
dan menolongnya serta yang dapat merasakan suka dan dukanya.
Disinilah mulai timbul dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup
yaitu mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan
dipuja-puja. Pada masa remaja ini mereka mengalami kegoncangan batin, sebab pada
masa ini mereka sudah tidak mau memakai pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi
juga belum mempunyai pedoman hidup yang baru. Oleh karena itu si remaja itu
merasa tidak tenang, banyak kontradiksi dalam dirinya. Mereka mengeritik dirinya
karena merasa mereka mampu, tetapi mereka ini juga masih mencari pertolongan
karena belum dapat mewujudkan keinginannya.
Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai
penemuannilai-nilai hidup didalam eksplorasi si remaja.
Jadi proses penemuan nilai-nilai hidup tersebut melewati tiga langkah, yaitu:
1) Remaja banyak yang merindukan sesuatu yang dapat dianggap bernilai, pantas
dalam hidup-nya, ini terjadi karena mereka belum memiliki pedoman. Pada
taraf ini sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu, sehingga
sering kali mereka hanya tahu bahwa mereka menginginkan sesuatu, tetapi
tidak tahu apa yang diinginkannya itu.
2) Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang
dipandangnya mendukung nilai-nilai tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang-
orang tertentu ini umumnya terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan anak
wanita. Pada anak laki-laki sering nampak aktif meniru sedang pada anak
wanita kebanyakan pasif, mengagumi dan memuja dalam khayal.
3) Para remaja lebih dapat menghargai nilai-nilai lepas dari pendukungnya, nilai
dapat ditangkap dan dipahami sebagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu
pada saat ini para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran
hidupnya.
Penentuan pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun, tidak dapat satu
kali. Mereka ini harus menguji nilai-nilai yang dipilihnya dalam kehidupan praktis di
masyarakat.
Setelah diketahui bahwa nilai-nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka mereka dapat
memilih pilihan hidupnya. Pendirian tersebut tiap kali dimodifikasi agar dapat
mengikuti perubahan dan perkembangan masyarakat dalam lingkungan remaja ini
berada. Setelah mereka dapat menemukan pendirian hidup dan telah tepenuhi tugas-
tugas pertumbuhan masa remaja maka berarti mereka telah mencapai masa remaja
akhir dan mulailah individu memasuki dewasa awal.
3) Masa Usia Mahasiswa
Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yang berusia sekitar
18,0 tahun sampai 30,0 tahun. Mereka dapat dikelompokkan pada masa remaja
akhir sampai dewasa awal atau dewasa madya.
Pada masa usia mahasiswa banyak peristiwa-peristiwa yang perlu untuk
diperhatikan, antara lain yaitu : Bila dilihat dari segi pertumbuhan, tugas
perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah pemantapan pendirian hidup,
yaitu pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan diri dengan
keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk
merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya. Mahasiswa ini termasuk
kelompok khusus dalam suatu masyarakat maka mereka mulai mempersiapkan
diri untuk menerima tugas-tugas pimpinan di masa mendatang. Oleh karena itu
mereka mulai mempelajari berbagai aspek kehidupan. Sifat-sifat kepemimpinan
dipelajari dan dipersiapkan selama usia mahasiswa ini, misalnya kebudayaan
berkeluarga, kemampuan memimpin, kemampuan mengambil keputusan,
kemampuan menyesuaikan diri secara sosial, dan kemampuan lainnya.
Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap hidup yang
idealistik ke sikap hidup yang realistik. Dengan demikian keinginan-keinginan
yang realistik dalam dirinya dan realistas dalam lingkungannya telah diganti
dengan yang lebih berdasar kepada realistik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa di
kalangan mahasiswa tidak ada idealisme yang realistik yaitu yang dapat
diterapkan dalam tindakan.
Dengan uraian-uraian ini diharapkan adanya suatu pemahaman mengenai manusia-
manusia sebagai individu. “Manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam
arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap itu
merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapannya
sendiri”.
Individu tidak akan jelas identitasya tanpa adanya suatu masyarakatyang menjadi latar
belakangnya.karena dari sinilah kita akan baru bisa memahami seorang individu seperti
kata Johnson.
“.... Persons are what they are always in social context. ...... The solitary perseon is
unreal, abstract artificial, abnormal .....”
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu
yang berusaha menempatkan dirinya dihadapan individu-individu lainnya yang telah
mempunyai pola-pola perilaku yang sesuai dengan norma-norma dan kebudayaan di
temapt ia merupakan bagiannya. Disini indiidu akan berusaha mengambil jarak dan
memproses dirinya untuk membentuk perilaku yang selaras dengankeadaan dan
kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya bisa adjustable, artinya ia bisa
menyesuaikan diri. Namun ia juga bisa mengalami midadjustment, yaitu gagal
menyesuaikan diri. Mengapa terjadi kegagalan? Kita bisa menelusuri kembali bentukan
perilaku itu. Kepribadian mewujudkan perikelakuan manusia.
Manusia sebagai individu selalu berada ditengah-tengah kelompok individu yang
sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari individu untuk menjadi
pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan
dihambat oleh kelompok sekitarnya. Mia Esta Poetri Afdal Faisal
II.5 Individualisme
1. Pengertian Individualisme
Individualis merupakan satu filsafah yang mempunyai pandangan moral, politik, atau
sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan
kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak
pribadi. Mereka menentang campur tangan dari pihak luar seperti masyarakat, negara dan
segala badan atau komunitas yang lain. Oleh karena itu, individualis menentang segala
pendapat yang meletakkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi.
Konsep individualisme memiliki pengerian (terms) ganda, yaitu:
1) Sebagai doktrin yang berkaitan dengan liberalisme yang menekankan pada
kemandirian (autonomy), kepentingan (importance), dan kebebasan (freedom)
individu dalam hubungan dengan masyarakat dan negara.
2) Sebagai budaya dalam masyarakat modern yang berkaitan dengan kepemilikan
pribadi (private property), konsumsi, dan subjektivitas.
2. Faktor Timbulnya Masyarakat yang Bersifat Individual
Orang yang cenderung individualis tidak terbiasa dengan hal-hal yang ramai atau
melibatkan banyak orang (bergaul) perlu ada pendekatan yang lebih intensif.
Orang yang individualis dan kaku sering merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan oleh
orang lain dan selalu mendapat repon yang berbeda dari lingkungannya sehingga ia
lebih nyaman untuk mengasingkan diri.
Orang individualis terkadang muncul akibat krisis kepercayaan kepada orang lain,
sehingga selalu merasa apa yang dia lakukan selalu benar dan apa yang dilakukan
orang lain dianggap salah.
Kebanyakan orang individualis masih belum sadar tentang tidak pentingnya sikap
individual dann juga belum sadar bahwa mereka hidup di tengah-tengah komunitas
sosial dan mereka adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Seorang individualis tidak dapat melihat dan menillai segala apa yang ada di
sekitarnya. Ia hanya menilai bagaimana melakukan segala aktivitasnya dengan baik
dan selalu menjadi yang terbaik tanpa orang lain.
3. Ciri-ciri Individu yang Bersikap Individualis
Aggressor, merendahkan status orang lain, menolak nilai atau perasaan orang lain,
menyerang kelompok atau masalah yang dialaminya, iri hati pada kontribusi orang
lain dan berusaha mengakui kontribusi itu darinya.
Blocker, cenderung bersifat negatif fan secara keras kepala selalu menolak,
membantah, dan menentang tanpa alasan yang kuat dan berusaha untuk
mempertahankan atau membuka kembali persoalan yang sudah ditolak oleh
kelompok.
Recognition seeker, berusaha berbagai cara untuk menarik perhatian orang, sering
dengan cara membual, bertindak dengan cara yang tidak biasa, berjuang untuk tidak
ditempatkan pada posisi rendah.
Help seeker, berusaha untuk menarik simpati dari anggota kelompok yang lain atau
dari seluruh kelompok dengan mengungkapkan rasa tidak aman dan ketidaktahuan.
Dominator, berusaha menegaskan otoritas atau superioritasnya ketika mengendalikan
kelompok atau anggota-anggota tertentu. Dominasi ini dapat berupa kata-kata
menjilat. Margaretha Carolina
II.6 Keluarga
Keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial, yang ditandai dengan adanya kerja sama ekonomi. Fungsi keluarga
adalah berkembang biak, mensosialisasi, mendidik anak, menolong, melindungi, atau
merawat orang-orang tua (jompo). Bentuk keluarga terdiri dari seorang suami, seorang
istri, dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama ( keluarga inti).
Secara resmi terbentuk dari hasil perkawinan.
Setiap individu akan saling berhubungan. Ibarat suatu benda yang tersusun atas beberapa
bagian penyusunnya, mulai dari atom sebagai partikel penyusun terkecilnya, begitu pula
hubungan antara individu, keluarga, dan masyarakat. Individu berasal dari kata latin,
“individuum” yang artinya “tak terbagi”. Individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia perseorangan. Dan diantara orang-seorang tersebut pasti terdapat
perbedaan/diferensiasi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Timbulnya perbedaan
tersebut bukan hanya pembawaan, tetapi melalui kaitan dengan dunia yang telah
mempunyai sejarah dengan peradabannya. Setiap individu pasti mempunyai kepribadian
istimewa. Jadi dapat disimpulkan bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak
hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Kita semua tahu bahwa manusia selain merupakan makhluk individu, juga merupakan
makhluk sosial. Sehingga mereka tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus saling
mengadakan hubungan sosial antara satu individu dengan yang lainnya karena mereka
saling membutuhkan. Beberapa individu yang berkumpul menjadi satu akan membentuk
sebuah keluarga, yang merupakan unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus
merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Keluarga biasanya terdiri dari
suami, istri, dan anak-anaknya. Keluarga inilah yang melahirkan individu dengan
berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Beberapa pengertian dari keluarga :
1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota. Reinecke Ribka Halim
II.7 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan–pekerjaan atau tugas–tugas yang harus dilakukan
dalam atau oleh keluarga. Fungsi itu dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi, yaitu :
1. Fungsi Biologis
Dengan fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan –
persiapan perkawinan bagi anak – anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi
proses kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada hakikatnya terdapat
semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui
perkawinan.
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang – orang tua bagi anak –
anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami
isteri, pengetahuan untuk mengatur rumah tangga bagi isteri, tugas dan kewajiban
bagi suami, memelihara pendidikan bagi anak – anak dan lain – lain. Sehingga tepat
pada waktunya ia sudah matang menerima baru dalam mengarungi hidup untuk
rumah tangganya.
Dengan persiapan yang cukup matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk
kehidupan rumah tangga yang baik dan harmonis. Kebaikan rumah tangga ini dapat
membawa pengaruh yang baik pula bagi kehidupan bermasyarakat.
2. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari
gangguan – gangguan sebagai berikut :
1) Gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah.
2) Gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat – obatan
3) Gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar tembok dan lain
– lain.
3. Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggaran kebutuhan manusia yang pokok, yaitu
1) Kebutuhan makan dan minum
2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya
3) Kebutuhan tempat tinggal
Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua
diwajibkan untuk berusaha keras agar setiap anggota keluarga dapat cukup sandang,
papan, dan pangan.
4. Fungsi Keagamaan
Di negara Indonesia yang berideologi Pancasila berkewajiban pada setiap rakyatnya
untuk menghayati, mendalami, dan mengamalkan Pancasila di dalam perilaku dan
kehidupan keluarganya sehingga benar–benar dapat diamalkan P4 ini dalam
kehidupan keluarga yang Pancasila.
Dengan dasar pedoman ini kelarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta
mengamalkan ajaran–ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian akan tercermin bentuk masyarakat
yang Pancasila apabila semua keluarga melaksanakan P4 dan fungsi keluarga itu.
5. Fungsi Sosial
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak–anaknya bekal–
bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai–nilai dan sikap–sikap yang dianut
oleh masyarakat serta mempelajari peranan–peranan yang diharapkan akan mereka
jalankan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut istilah
sosialisasi.
Dengan fungsi ini diharapkan agar di dalam keluarga selalu terjadi pewarisan
kebudayaan atau nilai–nilai kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan itu adalah
kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua, diwariskan kepada anak–anaknya
dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang
baik buruknya perbuatan dan lain–lain.
Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa
fungsi–fungsi keluarga meliputi:
1. Pembentukan Kepribadian
Dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar–dasar kepribadian
kepada anak–anaknya, dengan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan
kepribadian mereka dengan anak cucu dan keturunannya. Mulai sejak anak–anak
bertatih–tatih belajar berjalan sampai dengan usia sekolah dengan penuh kesadaran
dan rasa tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitik sentral pada ayah dan
ibu secara intensif membentuk sikap dan kepribadian anak–anaknya.
2. Alat reproduksi kepribadian–kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral,
keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur
masyarakat tertentu.
3. Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati
posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi
kebudayaan.
4. Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. Dalam masyarakat
primitif biasanya terdapat sistem kekeluargaan yang sangat luas. Akan tetapi
kehiduapn perekonomian masih belum berkembang. Pada kelompok-kelompok
masyarakat yang lebih kompleks tetapi belum masuk pada era masyarakat industri,
perekonomian mereka sudah mulai berkembang. Namun begitu ikatan–ikatan
kekeluargaan masih terjalin dengan kuat dan sering mempengaruhi atau menguasai
bidang perekonomian mereka.
5. Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan. Reinecke Ribka
Halim
II.8 Makna Keluarga dalam Hubungan Individu, Keluarga, dan Masyarakat
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat.
Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki–laki dan wanita,
perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak–anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu
kesatuan sosial ini mempunyai sifat–sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan
masyarakat manusia. Ada 5 macam sifat terpenting, yaitu :
1. Hubungan suami – isteri
Hubungan ini mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam waktu yang
singkat saja. Ada yang berbentuk monogami, ada pula yang poligami. Bahkan
masyarakat yang sederhana terdapat group married, yaitu sekelompok waita kawin
dengan sekelompok laki–laki.
2. Bentuk perkawinan di mana suami–isteri itu diadakan dan dipelihara
Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami–isteri itu dipilhkan oleh
orang–orang tua mereka. Dengan pada masyarakat lainnya diserahkan kepada orang–
orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan ini ada yang berbentuk indogami
(kawin di dalam golongan sendiri) ada juga yang eksogami (kawin di luar golongan
sendiri).
3. Susunan nama – nama dan istilah – istilah termasuk cara menghitung keturunan
Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki misalnya :
di batak, hal ini disebut partilineal. Ada yang melalui garis wanita, di Minangkabau,
hal ini disebut Matrilneal, dimana kekuasaan terletak pada wanita.
4. Milik atau harga benda keluarga
Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan hidup para
anggota–anggotanya.
5. Pada umumnya keluarga itu tempat bersama atau rumah bersama. Reinecke Ribka
Halim
II.9 Masyarakat
Dalam bahasa inggris, masyarakat disebut society. Asal kata socius yang berarti kawan.
Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa arab yang berarti berkumpul dan bekerja
sama.
Adanya saling berkumpul dan bekerjasama ini karena adanya bentuk-bentuk aturan hidup
yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh kekuatan lain
dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
perasaan, keinginan, dan sebagainya. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi
dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan dalam suatu
masyarakat.
Berikut dibawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi :
Menurut Munandar Soelaeman masyarakat merupakan kesatuan sosial yang
mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Kesatuan sosial mempunyai
kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat, kesadaran
masyarakat, dsb.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-
pribadi yang merupakan anggotanya.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan masyarakat adalah :
Kumpulan sekian banyak individu yang terikat oleh satuan adat, hukum dan
kehidupan bersama.
Kesatuan sosial yang mempunyai hubungan erat.
Kumpulan individu-individu yang mandiri dan hidup berdampingan dalam waktu
yang cukup lama.
Tugas manusia sebagai anggota masyarakat;
1) Saling tolong menolong dan bantu membantu dalam kebajikan.
2) Ikut meringankan beban kesengsaraan orang lain.
3) Menjaga dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan dan
masyarakat.
4) Menghindari perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga tercipta
ketergantungan yang saling menguntungkan. Shafira Amalia
II.10 Hak dan Kewajiban Individu dalam Masyarakat
Hak ialah suatu yang merupakan milik atau dapat dimiliki oleh seseorang sebagai
manusia. Hak ini dapat dipenuhi dengan memenuhinya atau dapat juga hilang seandainya
pihak yang berhak merasa rela apabila haknya tidak dipenuhi.
Kewajiban ialah hal-hal yang wajib dilakukan atau diadakan oleh seorang dari luar
dirinya untuk memenuhi hak dari pihak yang lain. Yang dapat menentukan individu
memiliki hak dan kewajiban adalah norma yang dianut, adat istiadat yang mentradisi, dan
agama yang diyakini.
Ada dua bentuk hak yang sangat mendasar, yang dapat dimiliki oleh individu :
1. Hak asasi yang bersifat natural, seperti hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak
untuk mendapatkan kehormatan. Hak-hak tersebut yang menyebabkan manusia
memperoleh kebebasan pada kurun waktu yang panjang
2. Hak asasi yang bersifat umum, yaitu hak persamaan. Diperlukan seorang individu
dalam kedudukannya sebagai individu dalm suatu masyarakat. Dalam hak persamaan
tidak terdapat sifat diskriminasi golongan, jenis, bahasa, agama, pandangan politik,
asal negara, tingkat sosial, kelahiran.
Adapun kewajiban individu dalam masyarakat adalah melaksanakan apa yang menjadi
kewajibannya dengan cara menghormati hak-hak masyarakat. Jika seseorang memiliki
hak untuk dihargai, dirinya juga harus menghargai orang lain. Jika seseorang memiliki
hak untuk hidup tenang, dirinya juga harus menjaga ketenangan, demikian
seterusnya. Shafira Amalia
II.11 Bentuk Masyarakat
Atas dasar ketergantungan seseorang kepada orang lain dan untuk mencari tujuan
bersama, setiap orang bekerja sama dengan orang lain. Hubungan antara oarang ini
kemudian melahirkan kelompok orang atau masyarakat yang terjalin dalam satu
ikatan.perbedaan perinsip, nilai, kepentingan tujuan antar kelompok masyarakat inilah
yang dapat melahirkan bermacam-macam bentuk masyarakat.
Dari segi pengelompokannya, masyarakat terbagi atas masyarakat paguyuban (gemein
schaft) dan masyarakat patembayan (gessel schaft).
1) Masyarakat Paguyuban (Gemein Schaft)
Masyarakat paguyuban dapat diartikan sebagai persekutuan hidup. Artinya masyarakat
ini sebagai suatu persekutuan manusia yang di sertai perasaan setia kawan.
Ciri-ciri masyarakat paguyuban :
a. Rela berkorban untuk kepentingan bersama
b. Rasa solidaritas yang sangat kokoh dan bersifat permanen
2) Masyarakat Patembayan (Gessel Schaft)
Masyarakat patembayan mempunyai pertalian yang lebih renggang dibandingkan dengan
masyarakat paguyuban. Contoh masyarakat patembayan dalam hal ini adalah oganisasi
masyarakat dalam berbagai bentuk dan ragamnya. Keterikatan mereka hanya di letakkan
pada dasar untuk mencapai tujuan bersama. Hak seseorang diberikan dengan
memperhitungkan pemenuhan kewajibannya yang di berikan kepada organisasi sehingga
sifat keakuan individu pada masyarakat patembayan ini masih sangat menonjol.
Ciri-ciri masyarakat ini adalah :
a. Pemenuhan hak seseorang didasarkan pada pemenuhan kewajiban
b. Solidaritas antar anggota tidak terlalu kuat dan hanya bersifat sementara.
Nurhaniyyah
II.12 Tingkatan Masyarakat
Ditinjau dari perubahan dan perkembangan yang terjadi, bentuk masyarakat dapat di
klasifikasikan menjadi masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
1) Masyarakat Tradisional
Masyarakat tradsional, sebagai bentuk dari kehidupan bersama, mempunyai keterkaitan
yang sangat erat dengan lingkungan hidupnya, baik berupa manusia maupun yang berupa
benda. Hal ini dapat di mengerti bahwa masyarakat tradisional sangat bergantung kepada
manusia lain dan lingkungan alamnya. Mata pencahariannya berpusat pada sektor
pertanian dan nelayan.
Dalam kehidupan yang serba sederhana ini, pekerjaan-pekerjaan seperti bertani,
mendirikan rumah, dan sebagainya, dikerjakan secara bersama. Sehingga keadaan seperti
ini membentuk hubungan yang sangat erat antar individu.
2) Masyarakat Modern
Masyarakat moderen merupakan pola perubahan dari masyarakat tradisional yang telah
mengalami kemajuan dari berbagai aspek kehidupan. Salah satu ukuran kemajuan dapat
terlihat pada pola hidup dan kehidupannya. Di dalam sektor pertanian mereka tidak
bergantung pada sektor pertanian semata, tetapi merambat pada sektor lain seperti jasa
dan perdagangan.
Sektor pertanian sebagai salah satu garapannya, dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
dengan memadukan sumber daya alam, suber daya manusia dan teknologi.Nurhaniyyah
II.13 Pengaruh Keluarga dan Masyarakat Terhadap Perkembangan Sosial dan
Individu
Fungsi keluarga sebagaimana dikemukakan oleh Masri (1974: 44) adalah sebagai berikut:
1) Fungsi dari keluarga itu tidak hanya merupakan turunan (biologis) tetapi juga
merupakan bahagian dari hidup bermasyarakat. Disini keluarga tidak hanya
bertugas memelihara anak, tetapi juga berfungsi untuk membentuk idea, cita-cita
dan sikap sosial dari anak-anak.
2) Bahwa keluarga itu tidak mempunyai kewajiban untuk meletakkan dasar-dasar
pendidikan, rasa keagamaan, kemauan dan rasa kesukaan kepada keindahan,
kecakapan dan berekonomi dan pengetahuan penjagaan diri pada si anak.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana
individu belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya. Di dalam keluarga, individu pertama-tama belajar memperhatikan
keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dll. Dengan kata
lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki
norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain.
Pengalaman interaksi sosialnya di dalam keluarga, turut menentukan pula cara-cara
tingkah lakunya terhadap orang lain.
Apabila interaksi sosialnya didalam keluargaa tidak lancar, maka besar kemungkinan
interksi sosialnya dengan masyaraka juga berlangsung dengan tidak lancar. Jadi selain
keluarga itu berperan sebagai tempat manusia berkembang sebagai manusia sosial,
terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
perkembangan individu sebagai makhluk sosial.
1. Peranan sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat juga berperan terhadap perkembangan anak-
anak. Misalnya anak-anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup lebih banyak
mendapat kesempatan untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan. Begitu
pula sebaliknya.
Namun, status sosial ekonomi tidaklah dapat dikatakan sebagai faktor yang mutlak,
sebab hal ini tergantung pula kepada sikap orang tua dan corak interaksi dalam
keluarga itu.
2. Keutuhan keluarga
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak adalah faktor
keutuhan keluarga. Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga ialah keutuhan
keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu di dalam keluarga itu ada ayah, ibu dan
anak-anak. Apabila tidak ada ayah atau ibu, atau kedua-duanya tidak ada, maka
strukturkeluarga tidak utuh lagi.
3. Sikap dan kebiasaan orang tua
Sikap dan kebiasaan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
Misalnya orang tua yang otoriter akan berdampak menjadiakan anak menjadi
pembangkang. Pada umumnya sikap-sikap pendidikan otoriter, sikap over proteksi
dan sikap penolakan dari orang tua dapat menjadi suatu penghalang bagi
perkembangan sosial anak.
4. Status anak
Status anak-anak juga berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan sosial individu di dalam keluarga. Yang dimaksudkan status anak,
ialah misalnya status anak sebagai anak tunggal, status anak sebagai anak sulung,
atau anak bungsu. Margaretha Carolina
II.14 Hubungan Individu, Keluarga dan Masyarakat
Aspek individu, keluarga dan masyarakat adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa
dipisahkan. Yakni, tidak akan pernah ada keluarga dan masyarakat apabila tidak ada
individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia,
maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu
dapat mengekspresikan aspek sosialnya serta menumbuhkembangkan perilakunya.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku sosial suatu individu tersebut bergantung
dari keluarga dan masyarakat disekitarnya. Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang
individu memiliki peran paling besar dalam pembentukan sikap suatu individu, sedang
masyarakat merupakan media sosialisasi seorang individu dalam menyampaikan
ekspresinya secara lebih luas. Sehingga dapat menjadi suatu tolak ukur apakah sikapnya
benar atau salah dalam suatu masyarakat tersebut. Nurhaniyyah
II.15 Problematika Individu, Keluarga dan Masyarakat
Hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri atau masih membutuhkan bantuan dari pihak lain. Bersosialisasi pun sangat
penting dalam menjalin hubungan yang baik antara manusia yang satu dengan yang
lainnya. Jika tidak adanya individu, maka keluarga dan masyarakat pun tidak akan
tercipta. Begitu pula dengan individu, tidak akan bisa berjalan sendiri jika tidak adanya
keluarga dan masyarakat, karena dengan adanya keluarga dan masyarakat, masing-
masing individu dapat mengekspresikan segala hal yang berhubungan dengan sosial.
Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang
tidak bisa dipisahkan.
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-
unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam
masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu
seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat
ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat,
pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran dan sebagainya.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja dan sebagainya.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan dan sebagainya.
4. Faktor Psikologis : Penyakit syaraf, aliran sesat dan sebagainya.
a. Masalah Sosial Yang Berhubungan Dengan Individu
Di zaman sekarang banyak kita temukan masalah sosial yang berhubungan dengan
individu dimana kasusnya individu zaman sekarang sulit untuk dikontrol , biasanya
individu sekarang sifatnya sangat bebas mereka lebih sering melakukan tindakan yang
lebih memprioritaskan kepentingan pribadi yang penting menguntungkan dirinya sendiri.
Hal ini dikarenakan kurangnya peranan keluarga dalam membangun individu , padahal
keluarga memiliki beberapa fungsi tertentu untuk membangun sifat individu yang baik.
Untuk menyelesaikan masalah sosial tersebut keluarga harus memiliki beberapa fungsi
antara lain
1) Fungsi Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila
kelak dewasa.
2) Fungsi Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3) Fungsi Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan
merasa aman.
4) Fungsi Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi
dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu
sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5) Fungsi Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan
tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain yang
mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6) Fungsi Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-
sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala
keluarga bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian
rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
7) Fungsi Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu pergi
ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah dengan cara
nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan sebagainya.
8) Fungsi Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.
9) Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman diaantara keluarga, serta
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
b. Masalah Sosial Dalam Keluarga
Keluarga merupakan satuan terkecil dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar
perkawinan dan memiliki hubungan darah. Dalam satu keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan
anak, yang bisa kita sebut dengan keluaga inti (nuclear family). Dalam kehidupan
keluarga tentu saja ada hambatan atau masalah-masalah dalam menjalankannya dan itu
tidak dapat dipungkiri lagi.
Masalah-masalah ini terjadi karena disebabkan adanya unsur atau aturan-aturan tertentu
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga dampak yang terjadi adalah rasa
kekecewaan dan penyesalan. Masalah sosial dalam keluarga dapat diklasifikasikan atas
dasar faktor ekonomi, faktor biologis, dan faktor psikologi. Berikut adalah penjelasannya.
1) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi biasanya menjadi masalah utama dalam keluarga. Misalnya
kemiskinan, yang sampai saat ini masih sulit diberantas oleh negara kita ini. Karena
kemiskinan orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan sesuap nasi untuk
bertahan hidup. Dan pada akhirnya bisa menjerumuskan dirinya pada tindakan
kriminal. Lalu bagi mereka yang memiliki pekerjaan tetapi masih sulit untuk
memenuhi kebutuhannya karena pendapatannya yang rendah. Dalam masalah ini
setiap orang harus berfikir positif dan meningkatkan keahliannya dalam pekerjaan.
2) Faktor Biologis
Masalah yang ada dalam faktor biologis adalah masalah perceraian. Sedangkan
perceraian itu dapat memberikan dampak negatif dan merugikan orang lain.
Contohnya orang tua yang bercerai akan memberikan dampak bagi sang anak.
Apalagi dimana sang anak belum mengerti apa-apa. Ini dapat menimbulkan
pertanyaan bagi sang anak, kenapa orang tuanya bercerai. Dalam masa ini sang anak
seharusnya mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bagi para orang tua
masalah ini seharusnya diperhatikan, agar tidak berdampak buruk pada kepribadian
sang anak.
3) Faktor Psikologi
Faktor psikologi sangat erat kaitannya dengan masalah anak. Contohnya sifat otoriter
orang tua. Ini dapat memberikan tekanan mental dan ketakutan bagi sang anak.
Dalam keluarga, orang tua memiliki peran utama untuk membentuk kepribadian pada
anak yang bertujuan untuk menghasilkan kepribadian yang baik. Sifat otoriter yang
berlebihan akan menimbulkan konflik dalam diri anak, terutama di dalam masyarakat
modern yang semakin dinamis, anak tidak dapat membentuk sikap mandiri dalam
bertindak sesuai dengan peranan yang harus di jalankan. Bila peran orang tua tidak
berjalan sesuai dengan semestinya, maka dapat menimbulkan sang anak untuk
terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif atau menyimpang. Oleh karena itu,
sebaiknya sang anak harus diberikan pengertian yang mendalam untuk memiliki
pergaulan yang positif.
c. Masalah Sosial Dalam Masyarakat
1) Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan di Indonesia terjadi bukan hanya di daerah daerah yg jauh
dari ibu kota saja, tetapi juga terjadi di daerah perkotaan yang banyak mengatakan
kota menjanjikan ketenaran. Hal ini terjadi karena banyak faktor, dan sebab,
diantaranya adalah masalah pendidikan yang belum bisa semua masyarakat
Indonesia rasakan. Akan tetapi menurut survei, kemiskinan di Indonesia semakin
berkurang tetapi kita juga bisa melihat kalau semakin bisa dirasakannya kesenjangan
antara si kaya yang bisa merasakan fasilitas yang disediakan dan si miskin yang
hanya menjadi penonton tanpa bisa merasakan dan mendapatkan manfaatnya.
2) Pendidikan
Indonesia termasuk dalam negara yang tingkat pendidikannya cukup rendah di dunia.
Banyak sekali anak-anak yang harusnya sekolah tetapi pada kenyataannya mereka
sibuk membantu orang tuanya untuk bekerja mencari nafkah yang seharus menjadi
kewajiban dari orang tua mereka. Pastinya mereka (anak-anak indonesia) ingin
merasakan sekolah seperti anak-anak yang lain, akan tetapi keadaan perekonomian
orang tua yang kurang mampu membuat mereka sulit mendapatkan haknya tersebut.
3) Kejahatan
Indonesia memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi, terlebih lagi di daerah kota
besar. Jenis kejahatan yang dilakukan juga beragam, dari segi modus dan caranya.
Tapi paling banyak yang terjadi adalah kejahatan yang timbul karena faktor ekonomi
yang semakin mendesak perut untuk di isi. Ini terjadi bukan hanya pada orang yang
kurang terpelajar, akan tetapi orang yang terpelajarpun juga terkadang masuk dalam
daftar orang yang melakukan tindakan kriminal. Misalnya saja pemalakan, tawuran
atau pencuri uang yang mengunakan dasi, jas bagus, lengkap dengan sepatu kulit
impor dan duduk di kursi yang diperebutkan dengan kata kata manis di dalamnya. Ini
bisa dilihat di acara televisi yang setiap hari pasti ada tayangan kriminal yang terjadi
entah itu di ibu kota atau di daerah.
4) Pengangguran
Pengangguran adalah masalah serius yang dihadapi indonesia sejak beberapa tahun
yang lalu hingga sekarang. Jumlah penduduk yang semakin banyak tak diimbangi
dengan jumlah lapangan kerja yang banyak pula, dan menyebabkan terjadi banyak
pengangguran di mana mana. Pengangguran juga bertambah seiring kebiasaan
masyarakat yang datang dari daerah memadati ibu kota. Kadang mereka datang
dengan modal nekat tanpa ketrampilan khusus karena tergiur oleh cerita kalu di kota
itu enak atau melihat orang lain yang sehabis pergi ke kota pulang membawa banyak
buah tangan dari kota yang sebenarnya dikumpulkan dengan susah payah agar tidak
malu saat pulang ke kampung halamannnya sampai terkadang selepas kembali
kekota mereka membawa teman atau saudara yang tidak punya keahlian sehingga di
kota mereka tak mempunyai pekerjaan dan hanya membuat kota semakin padat.
Sebenarnya lapangan pekerjaan bisa kita ciptakan sendiri tanpa harus pergi ke
ibukota dan dapat membangun kampung kita sendiri. Nurhaniyyah
IV. KESIMPULAN
Individu adalah unit terkecil dari masyarakat sekitar yang tidak bisa di bagi lagi. Untuk
lebih mengenal individu diperlukan pendekatan secara psikis dan fisik sebagaimana yang
telah dijelaskan diatas.
Keluarga perkumpulan atau gabungan antara individu satu dengan individu yang lain,
baik karena hubungan darah perkawinan ataupun adopsi. Kekerabatan seseorang dengan
orang lain karena adanya keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ayah disebut
dengan patrilineal. Sedangkan apabila kekerabatan itu mempunyai keterkaitan dengan
garis keturunan dari pihak ibu disebut dengan matrilineal.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau
semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang
berada dalam kelompok tersebut.
Manusia sebagai makhluk makhluk individu yang berkeluarga juga bermasyrakat
dikatakan sebagai makhluk sosial, dan dipastikan terjadinya masalah-masalah dalam
kehidupannya.
V. DAFTAR PUSTAKA
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Refika Aditama.2006
Bainar, dkk. Ilmu Sosial, Budaya, dan Kealaman Dasar. CV. Jenki Satria. 2006
Agus, Bustanuddin. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial Studi Banding Pandangan Ilmiah
Dan Ajaran Agama. Gema Insani. Jakarta. 1999.
Darmansyah M. Dkk., Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya, Usaha Nasional).
Drs. Mawardi dan Ir. Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD Cet. IV, ( Bandung, Pustaka Setia,
2000).
Ichrom, Individu, Keluarga dan masyarakat 08 November 2012, (http://arsenal-
holic.blogspot.com/2012/11/tugas-3-isd-individu-keluarga-dan.html) Diakses pada
27 Januari 2015.
Elan Rizky, Masalah Sosial Dalam Individu, Keluarga dan Masyarakat,
(http://elan-rizky.blogspot.com/2012/08/pengertian-individu-keluarga-dan.html)
Diakses Pada 27 Januari 2015.
Wahyu, Ramdani, M.Ag.,M.Si. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Pustaka Setia. Bandung : 2007
Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Refika
Aditama. Bandung : 2004
http ://achmadsaugi.wordpress.com/2009/12/11/individu-keluarga-dan-masyarakat/ .
Diakses pada 27 Januari 2015.
Setiadi, Elly, Dra. M.Si. dkk., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Setiawan, Andi. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila dan
Religius dalam Kerangka (bingkai) Pendidikan. http://andhisetiawan.blogspot.com/.
Diakses pada 27 Januari 2015.
Oxlay. Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial.
http://id.shvoong.com/social-sciences/2191776-manusia-sebagai-makhluk-
individu-dan/#ixzz1aqArscaJ . Diakses pada 27 Januari 2015.
Alexa. Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial.
http://www.peutuah.com/. Di akses pada 27 Januari 2015.