tugas mtbs

5
Tugas: Telaah Perangkat Lunak MTBS / ICATT Ikterus Pada Bayi Muda Disusun oleh: 1. Awang Irawan Rusli 2. Danang Setyo Nugroho 3. Farah Asyuri Yasmin 4. Hasna Afifah 5. Herliani Dwi Putri Halim 6. Maulana Rosyady Isi komentar: Pemerintah mencanangkan program pelatihan Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS). Salah satu metode yang dipakai untuk mewujudkan program ini adalah ICATT agar pelatihan MTBS bisa diakses oleh tenaga kesehatan yang turun ke lapangan. Metode ini diberikan melalui pembelajaran bacaan, foto, dan video yang praktis. Berikut adalah komentar yang kami utarakan atas materi ikterus pada bayi muda. I. Pengumpulan data anamnesis Anamnesis yang dianjurkan dalam MTBS-ICATT sangat sesuai untuk setting daerah tertinggal. Hal penting yang sudah masuk dalam anamnesis MTBS adalah apakah tinja berwarna pucat. Gejala tersebut merupakan gejala ikterus berat, pada bayi muda terutama disebabkan oleh atresia bilier. Atresia bilier harus segera dirujuk dan ditatalaksana lebih lanjut agar tidak terjadi kerusakan hepar dan otak. Namun, penjelasan mengenai atresia bilier kurang tersedia dalam literatur yang terlampir. Selain itu dalam bahan bacaan disebutkan bahwa salah satu data penting yang harus ditanyakan adalah riwayat defisiensi G6PD pada anak sebelumnya. Pertanyaan apa saja yang dapat mengarahkan pada kemungkinan adanya riwayat defisiensi G6PD sebaiknya dijelaskan dalam anamnesis. Hal tersebut perlu dirinci dengan bahasa sehari-hari yang lebih mudah diterima pasien karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang

Upload: nath-lee

Post on 01-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MTBS

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas MTBS

Tugas: Telaah Perangkat Lunak MTBS / ICATTIkterus Pada Bayi Muda

Disusun oleh:1. Awang Irawan Rusli2. Danang Setyo Nugroho3. Farah Asyuri Yasmin4. Hasna Afifah5. Herliani Dwi Putri Halim6. Maulana Rosyady

Isi komentar:Pemerintah mencanangkan program pelatihan Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS).

Salah satu metode yang dipakai untuk mewujudkan program ini adalah ICATT agar pelatihan MTBS bisa diakses oleh tenaga kesehatan yang turun ke lapangan. Metode ini diberikan melalui pembelajaran bacaan, foto, dan video yang praktis. Berikut adalah komentar yang kami utarakan atas materi ikterus pada bayi muda.

I. Pengumpulan data anamnesis

Anamnesis yang dianjurkan dalam MTBS-ICATT sangat sesuai untuk setting daerah tertinggal. Hal penting yang sudah masuk dalam anamnesis MTBS adalah apakah tinja berwarna pucat. Gejala tersebut merupakan gejala ikterus berat, pada bayi muda terutama disebabkan oleh atresia bilier. Atresia bilier harus segera dirujuk dan ditatalaksana lebih lanjut agar tidak terjadi kerusakan hepar dan otak. Namun, penjelasan mengenai atresia bilier kurang tersedia dalam literatur yang terlampir. Selain itu dalam bahan bacaan disebutkan bahwa salah satu data penting yang harus ditanyakan adalah riwayat defisiensi G6PD pada anak sebelumnya. Pertanyaan apa saja yang dapat mengarahkan pada kemungkinan adanya riwayat defisiensi G6PD sebaiknya dijelaskan dalam anamnesis. Hal tersebut perlu dirinci dengan bahasa sehari-hari yang lebih mudah diterima pasien karena masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum mengenyam tingkat pendidikan yang memadai untuk mengerti defisiensi G6PD.

II. Penjelasan mengenai fototerapi

Sebelum dijelaskan proses persiapan fototerapi, ada baiknya prinsip terapi dijelaskan terlebih dahulu. Apa saja tujuan pemberian terapi dan target yang ingin dicapai, dalam jangka waktu berapa lama target tersebut harus tercapai dan lain sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengedukasi orang tua pasien, serta sekaligus sebagai upaya persuasif agar orang tua dapat bekerja sama dalam penatalaksanaan pasien.

III. Bahasa dalam literatur

Literatur yang diberikan sebaiknya berbahasa Indonesia agar lebih mudah dimengerti dan tidak menimbulkan keengganan membaca literatur. Perlu diingat bahwa tidak semua tenaga kesehatan bisa berbahasa Inggris, terutama yang berada di daerah terpencil.

Page 2: Tugas MTBS

IV. Praktik dan tes

Pertanyaan yang diberikan pada praktik dan tes sebaiknya tidak hanya mengenai cara mengenali ikterus saja. Sebaiknya juga diberikan pertanyaan tentang tindakan/tatalaksana yang diberikan pada bayi muda dengan ikterus. Misalnya, Bayi Bobo, usia 15 hari, kuning sampai kaki, yang harus dilakukan adalah jaga agar tidak terjadi hipoglikemi dan segera dirujuk. Pemberian pertanyaan tentang tatalaksana dimaksudkan agar tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, sigap dan berani dalam mengambil keputusan.

V. Bagan untuk memeriksa ikterus

1. Pertanyaan

Pertanyaan yang diajukan berupa “apakah bayi kuning? Jika Ya, pada umur berapa timbul kuning?” dinilai sudah tepat. Dengan pertanyaan tersebut, tenaga atau kader kesehatan dapat mengklasifikasikan apakah ikterus (jaundice) bersifat fisiologis atau patologis berdasarkan awitan dan lama berlangsungnya ikterus. Dengan pertanyaan ini, dapat diketahui apakah ikterus terjadi dalam waktu < 24 jam sehingga termasuk ikterus patologis. Selain itu, pertanyaan berupa “apakah warna tinja bayi pucat?” juga dinilai sudah tepat mengingat tinja pucat merupakan skrining awal untuk atresia bilier sebagai penyebab ikterus. Menurut kami, perlu ditanyakan juga “apakah bayi lahir prematur atau cukup bulan?” dan “apakah anak mengalami demam?”. Dengan kedua pertanyaan ini, dapat diperoleh faktor risiko seperti prematuritas dan kemungkinan infeksi sehingga dapat menentukan tatalaksana berikutnya.

2. Lihat

Dengan melihat apakah bayi kuning atau tidak dan menentukan batas bagian tubuh yang kuning, dapat membantu pemeriksa dalam mengklasifikasikan derajat keparahan ikterus. Namun, menurut kami, penilaian kuning sebaiknya tidak hanya dari bagian badan bayi, tetapi juga dari sklera. Dengan demikian, pemeriksa dapat menyingkirkan kemungkinan kuning yang disebabkan oleh hiperkarotenemia dimana tidak ditemukan sklera ikterik pada keadaan tersebut.

3. Tatalaksana

Klasifikasi ikterus menjadi ikterus berat (merah muda), ikterus (kuning), dan hijau (tidak ada ikterus) sesuai dengan kriteria awitan kuning dan warna tinja dinilai sudah praktis. Meskipun demikian, kami menilai bahwa hal yang diutamakan dalam merujuk adalah bayi dalam kondisi stabil. Oleh karena itu, selain mencegah hipotermi dan hipoglikemia, anjurkan pula untuk pemberian ASI yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Bila bayi dalam keadaan demam tinggi, sebaiknya suhu diturunkan terlebih dahulu dengan antipiretik. Dengan kata lain, stabilisasi kondisi sebelum merujuk tidak hanya terbatas dalam mencegah hipotermi dan hipoglikemia seperti yang tercantum dalam bagan, namun disesuaikan dengan kondisi bayi saat itu.Selanjutnya, untuk keadaan ikterus (kuning), mengedukasi ibu untuk menyusui lebih sering merupakan anjuran yang baik mengingat adanya breast-feeding jaundice yang berkaitan dengan kurangnya intake ASI. Namun, informasi mengenai “nasihati kapan kembali segera” dinilai tidak jelas dan membingungkan. Sebaiknya, diberikan penjelasan lebih detail tentang tanda dan gejala

Page 3: Tugas MTBS

bayi yang harus diwaspadai sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk menasihati ibu agar segera membawa bayinya untuk pemeriksaan lebih lanjut. Disamping itu, tidak terdapat tindak lanjut setelah kunjungan ulang dua hari tersebut. Seharusnya, dirinci lebih lanjut mengenai kapan harus melakukan kunjungan ulang dan apabila ikterus masih menetap pada kunjungan ulangan tersebut, apakah bayi cukup hanya diobservasi saja atau membutuhkan pemeriksaan lanjutan.

VI. Video, terutama pemeriksaan fisik ikterus pada bayi < 2 bulan

Setiap bayi muda yang datang untuk pemeriksaan perlu diperhatikan apakah terdapat ikterus atau tidak. Pemeriksaan bayi muda dilakukan di tempat yang mendapatkan penerangan secara alami.

Ikterus adalah perubahan warna yang terjadi pada kulit mukosa menjadi kuning. Pada nenonatus, hal ini biasa terjadi pada hari ketiga atau keempat. Ikterus ini diklasifikasikan menjadi ikterus ringan. Hal ini menunjukan bahwa organ hepar bayi belum sepenuhnya matur. Ikterus akan menghilang pada minggu kedua untuk bayi cukup bulan dan minggu ketiga pada bayi prematur / kurang bulan. Jika ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan, hal ini merupakan penanda terdapat penyakit yang serius pada neonatus.

Pemeriksaan bayi untuk melihat adanya ikterus dapat dilakukan dengan melakukan penekanan pada kening dengan jari, yang kemudian diangkat untuk melihat perubahan warna pada kulit. Jika warna kulit bayi berubah menjadi kuning, bayi dinyatakan ikterus. Tingkat keparahan ikterus dapat diperiksa lebih lanjut pada daerah telapak tangan dan kaki dengan melakukan hal yang sama, yaitu penekanan pada kulit. Jika terjadi perubahan pada warna telapak tangan dan kaki, ikterus dinyatakan berat. Apabila ikterus terjadi pada bayi lebih dari 14 hari, rujuklah sesegera mungkin.

Clinical jaundice dapat terlihat jika serum bilirubin > 7 mg/dl. Video memperagakan pemeriksaan fisik sederhana untuk menentukan derajat berat dari ikterus. Hal ini cukup baik, terutama pada bayi yang bisa kita lihat warna kuning pada sklera, atau menekan lembut bagian kepala anterior dekat hidung untuk melihat apakah terdapat warna kuning. Jika bilirubin makin tinggi, warna kuning di torso dan ekstremitas bawah dapat terlihat.

Sesuai dengan penjelasan pada video tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ikterus berat dapat dikatakan jika kita menemukan kuning pada ekstrimitas, terutama jika < 24 jam. Video tersebut sudah menjelaskan pentingnya pencahayaan saat pemeriksaan dilakukan. Apabila kita tidak yakin bayi ikterus atau tidak, pemeriksaan dapat diulangi sampai kondisi pencahayaan baik dan pemeriksa menjadi yakin dengan hasil pemeriksaannya. Penyebab ikterus tidak kalah penting untuk ditelusuri saat anamnesis dan pemeriksaan fisik, seperti apakah terdapat area perdarahan seperti sefalohematoma, petekiae, ekimosis, hepatosplenomegali (penyakit hemolitik), penyakit hati, pucat, plethora, atau infeksi.

Semoga MTBS-ICATT dapat terdistribusikan ke seluruh Indonesia karena aplikasi yang sangat praktis dalam menangani balita yang sedang sakit. Kiranya program MTBS-ICATT dapat diperbaharui dan direvisi secara berkala untuk dapat disesuaikan dan diterapkan pada kondisi yang sangat beragam di dunia kesehatan di Indonesia.