tugas mutu akreditasi rs
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
RSUP Dr Sardjito merupakan rumah sakit klas A yang menjadi pusat rujukan
bagi masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah wilayah Selatan. Selain fungsi
pelayanan, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan yang
berkomitmen sebagaimana tertuang dalam visi dan misi RSUP Dr Sardjito untuk
senantiasa mengutamakan peningkatan mutu yang berorientasi pada keselamatan
pasien dan kepuasan pelanggan. Untuk itu, berbagai pengembangan dalam sistem
manajemen mutu dilakukan secara konsisten di seluruh tingkatan, dan pada tahun
2012 rumah sakit ini memperoleh pengakuan mutu dari pemerintah dan lembaga
independen. Pengakuan mutu oleh pemerintah diperoleh dari Kementrian Kesehatan
melalui penilaian akreditasi 16 pelayanan yang dilakukan oleh Komite Akreditasi
Rumah Sakit. Sedangkan pengakuan akan sistem manajemen mutu dari lembaga
independen telah diperoleh melalui sertifikasi ISO 9001:2008.
Untuk mencapai World Class Hospital, pengembangan pelayanan yang
berstandar internasional perlu didukung pula oleh sistem manajemen mutu yang
diakui secara internasional. Pada tahun 2011, RSUP Dr Sardjito merupakan satu dari
tujuh RS di Indonesia yang ditunjuk oleh Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kemenkes RI
untuk mewujudkan Mutu Pelayanan RS berstandar internasional melalui sertifikasi
Joint Commission International (JCI).
Untuk mempersiapkan penerapan akreditasi JCI, telah direncanakan Roadmap
untuk mencapai akreditasi JCI pada bulan April, 2013. Kegiatan utama dalam
roadmap tersebut dijabarkan pada tabel 1 dan kerangka acuan ini mendeskripsikan
kegiatan kedua.
1
Tabel 1. Roadmap persiapan akreditasi JCI, RSUP Dr. Sardjito
Tahap Kegiatan Target pelaksanaan
Bulan Tahun
1. Sosialisasi JCI dan Kick-off September 2011
2. Workshop Organisasi Tim JCI Maret 2012
3. Pelatihan dan Baseline Assessment Maret 2012
4. Workshop Penyusunan Action Plan April 2012
5. Menyusun Kebijakan dan Prosedur April-Mei 2012
6. Penerapan dan Internal Audit Mei-Ags 2012
7. Mock Survey Agustus 2012
8. Full Implementation Dec-Maret 2012-2013
9. Survey April 2013
B. Tujuan.
1. memberikan informasi tentang kelayakan Rumah Sakit
2. memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pelayanan yang ada di Rumah
Sakit.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat dengan penggunaan obat secara rasional.
C. Rumusan masalah.
1. Akreditasi RS Untuk Tingkatkan Mutu, Bukan Tarif
2. Apa tujuan adanya akreditasi rumah sakit itu ?
BAB II
2
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Akreditasi Rumah Sakit.
Suatu pengakuan yang diberikan oleh Pemerintah pada rumah sakit karena
telah memenuhi standar yang ditentukan.
Tujuan Umum : Meningkatkan mutu pelayanan RS. Pada dasarnya tujuan
utama akreditasi rumah sakit adalah agar kualitas dapat diintegrasikan dan
dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit
Tujuan khusus :
1. Memberikan jaminan, kepuasan dan perlindungan kepada masyarakat.
2. Memberikan pengakuan kepada RS yang telah menerapkan standar yang
ditetapkan.
3. Menciptakan lingkungan internal RS yang kondusif untuk penyembuhan dan
pengobatan pasien sesuai standar struktur, proses dan hasil (outcome).
Program akreditasi RS dimulai tahun 1995 diawali dengan 5 jenis
pelayanan,yaitu:
1. Pelayanan medis,
2. Pelayanan keperawatan,
3. Rekam medis,
4. Administrasi dan manajemen, dan
5. Pelayanan gawat darurat. Pada tahun 1997, diperluas menjadi 12 pelayanan,
yaitu :
6. Kamar Operasi,
7. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi,
8. Pelayanan Radiologi,
9. Pelayanan Farmasi,
10. Pelayanan Laboratoium .
11. Pengendalian Infeksi, dan
12. Kecelakaan Keselamatan serta Kewaspadaan Bencaha
Pada tahun 2002/2003 dikembangkan instrumen 16 :
13. Pel Anestesi & Reanimasi.
14. Pel Rehab Medis.
15. Pel Gizi.
16. Pelayanan Intensif.
3
17. Pelayanan Sterilisasi Sentral.
18. Pemeliharaan Sarana.
19. Pelayanan lain-lain : ASKES,JPKM,Bank Darah.
20. Perpustakaan Penilaian
- Tidak terakreditasi
- Akreditasi bersyarat : nilai total > 65%-<75%,tidak ada yang <=60%, 1 th
kemudian dinilai lagi.
- Akreditasi penuh : nilai total >=75%,tdk ada <= 60%, 3th masa berlaku.
- Akreditasi istimewa: masa berlaku 5 tahun setelah 3 tahun berturut-turut
nilai >=75%
Seluruh standar akreditasi rumah sakit terbagi atas bidang-bidang pelayanan. Setiap
bidang pelayanan masing-masing terbagi lagi atas 7 standar sebagai berikut:
Standar 1. Falsafah dan Tujuan Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan Standar 3.
Staf dan Pimpinan Standar 4. Fasilitas dan Peralatan Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
Standar 6. Pengembangan Staff dan Program Pendidikan Standar 7. Evaluasi dan
Pengendalian Mutu. Setiap standar diatas memuat parameter-parameter yang digunakan
untuk menilai sebuah rumah sakit. Parameter-parameter ini mencantumkan standar mutu dan
persyaratan untuk mencapai skor tertentu. Persyaratan dibagi dalam 6 tingkat yang diberi
nilai dari 0 sampai 5 dengan 5 sebagai nilai tertinggi. Di bagian akhir dari parameter ada
penjelasan mengenai dua hal: D.O. (Definisi Operasional). Disini dijelaskan istilah-istilah
yang digunakan dalam parameter ini. C.P. (Cara Pembuktian). Bagian ini menjelaskan cara
untuk membuktikan bahwa parameter ini telah dipenuhi dan merupakan bagian yang
digunakan oleh surveyor untuk menilai sebuah rumah sakit. Bagian ini terbagi atas tiga
bagian yaitu Dokumentasi, Observasi dan Wawancara.
- Dokumentasi adalah dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh standar
akrediasi.
- Observasi adalah hal-hal yang harus diamati oleh surveyor untuk
membuktikan bahwa standar telah dicapai.
- Wawancara adalah orang-orang dan/atau fungsi-fungsi organisasi yang
harus diwawancarai atau topik-topik wawancaranya. Dan terakhir ada
sebuah kotak tempat mencantumkan skor yang dicapai.
B. Rumah Sakit berstandar JCI
4
Lembaga Pemerintah berupaya keras memperoleh Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),
diantaranya Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta yang melakukan penyematan pin dan penandatanganan komitmen Akreditasi
Joint Commision Internasional (JCI), raih WTP 2012 dan Wujud Tangan Bersih Untuk
Kendala Infeksi (11/09) di Ruang Pertemuan Utama Gedung Diklat RSUP dr.Sardjito
Yogyakarta.
Penandatanganan dilakukan oleh seluruh Direksi dan Karyawan RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta disaksikan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp.P,
MARS, sebagai komitmen bersama melakukan perbaikan, pembenahan serta penguatan
Sumber Daya Manusia.
Hasil gap analysis RSUP dr. Sardjito Yogyakarta terhadap pencapaian akreditasi JCI
menyatakan adanya teamwork yang merupakan kunci kekuatan untuk komitmen dan antusias
yang sangat tinggi, sikap mau belajar, mau berubah, serta pelayanan berkualitas, open
minded, orientasi pada patient safety, keterlibatan dokter, kebersihan diutamakan, berani
menerima tantangan, dan dukungan dari Kementerian Kesehatan untuk bisa mencapai JCI
2012.
Direktur Utama RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, Prof. Dr. Budi Mulyono, Sp. PK (K),
MM menyampaikan berbagai upaya dilakukan dimulai dari patient safety, Improvement
safety hingga staff safety. Selain itu, Direktur Utama mengingatkan kepada Direksi
tercapainya WTP 2012 agar dilakukan perbaikan permasalahan pencatatan dan pelaporan
keuangan di Rumah Sakit serta pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sesuai aturan.
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS sangat
antusias mendengarkan gap analysis RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, dan terapkan manajemen
PDCA (Plan, Do, Check, Action) di Rumah Sakit dan yakin selama Rumah Sakit memiliki
kemauan, komitmen dan kepedulian yang tinggi maka Rumah Sakit Pemerintah mampu
meraih JCI.
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan menambahkan untuk memperbaiki permasalahan
telah dilakukan 14 strategi raih WTP di Kementerian Kesehatan, yaitu :
5
1. Membangun Komitmen dan Integritas Pimpinan, Para Pengelola dan Para Pelaksana
Kegiatan;
2. Penguatan Perencanaan dan Penganggaran;
3. Pembenahan Pengelolaan Kas / Sistem Pembukuan / Akuntansi;
4. Perbaikan Penatausahaan PNBP;
5. Perbaikan Pengelolaan Hibah Langsung
6. Penataan Rekening;
7. Peningkatan Kualitas Proses Pengadaan Barang/Jasa;
8. Pembenahan Penatausahaan BMN
9. Penguatan Kapasitas SDM
10. Penguatan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)
11. Penguatan Monitoring dan Evaluasi
12. Perbaikan Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan
13. Peningkatan Kualitas Pengawasan
14. Percepatan Penyelesaian Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Diharapkan Rumah Sakit dapat mendorong upaya perbaikan kualitas Laporan Keuangan
Kementerian Kesehatan. Pada kesempatan itu Direktur Utama RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
juga terus mensosialisasikan kegiatan hand hygiene sebagai wujud tangan bersih untuk
kendala infeksi.
BAB III
PEMBAHASAN
6
A. Akreditasi RS untuk Tingkatkan Mutu, Bukan Tarif yang menjadi akreditasi
rumah sakit.
Pemerintah mendorong tujuh rumah sakit di lima kota besar mendapat
akreditasi internasional dari lembaga asal Amerika Serikat, Joint Commission
International (JCI). Tahun ini, dua atau tiga rumah sakit di antaranya diharapkan
sudah mendapat akreditasi JCI.
Pemerintah juga mengajukan enam rumah sakit di empat kota untuk
mendapatkan akreditasi internasional tahap berikutnya pada November 2011.
Meski mendapat akreditasi internasional, Supriyantoro menegaskan, rumah
sakit pemerintah tetap melayani kelompok masyarakat ekonomi bawah. Lebih dari
separuh tempat tidur diperuntukkan bagi layanan kelas III. ”Akreditasi internasional
diharapkan mengerem laju pertumbuhan orang Indonesia yang berobat ke luar
negeri,” ujarnya.
Menurut Supriyantoro, Bank Dunia pada 2005-2006 menyebut, Rp 30 triliun-
Rp 40 triliun devisa Indonesia dibelanjakan untuk berobat ke luar negeri Indonesia
dengan jumlah penduduk tinggi dan ekonomi baik telah menjadi pasar potensial
layanan kesehatan dari luar negeri.
Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Kemenkes, Chairul Radjab Nasution
mengatakan, tantangan terbesar rumah sakit Indonesia untuk mendapat akreditasi JCI
adalah lemahnya budaya melayani. Dalam akreditasi internasional, penilaian berfokus
pada layanan kepada pasien, keamanan pasien, dan standar manajemen rumah sakit.
Khusus Indonesia, kriteria penilaian ditambah untuk memenuhi target Tujuan
Pembangunan Milenium berupa penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
kasus HIV dan AIDS, serta pengendalian tuberkulosis.
B. Akreditasi nasional.
Selain mengikuti akreditasi internasional, seluruh rumah sakit Indonesia mulai
tahun 2012 juga akan mengikuti proses akreditasi nasional dengan sistem baru.
7
Akreditasi 2012 ini berorientasi pada pelayanan dan keselamatan pasien, mirip
dengan standar internasional.
Sistem ini akan mengelompokkan rumah sakit dalam empat kategori, yaitu
pratama, madya, utama, dan paripurna.
Selama ini, akreditasi mengacu pada sistem akreditasi 2007. Sistem lama ini
berfokus pada layanan rumah sakit sehingga pengelompokannya dibagi dalam tiga
jenis tingkatan, yaitu tingkat dasar dengan lima pelayanan memenuhi standar, tingkat
lanjut dengan 12 pelayanan, dan tingkat lengkap dengan 16 pelayanan.
Ketua Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Sutoto mengatakan, kendala
terbesar akreditasi adalah kurangnya komitmen dari pemilik dan pengelola rumah
sakit. Selama akreditasi dinilai membebani, akan banyak rumah sakit menghindar.
”Kalau standar minimal rumah sakit terpenuhi, untuk menuju proses akreditasi tak
dibutuhkan biaya besar,” katanya.
Hingga Desember 2011, KARS mencatat ada 1.378 rumah sakit di Indonesia,
tapi baru 818 rumah sakit (59,4 persen) yang terakreditasi. Pemerintah menargetkan
90 persen rumah sakit terakreditasi pada tahun 2014.
C. Analisis Rumah Sakit Sardjito.
RSUP Sardjito bisa mendapatkan akreditasi A karena komitmen RS ini begitu tinggi
seperti mutu pelayanan yang diberikan kepada pengunjung baik pasien maupun keluarga
pasien. sehingga Rs ini layak untuk mendapatkan akreditasi tersebut. Rumah sakit ini selalu
mengedepankan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien agar pasien tetap setia pada
rumah sakit ini, disamping itu peralatan medis yang digunakan selalu up to date yang setara
dengan rumah sakit yang bertaraf internasional. Selain itu segala fasilitas yang mendukung
yang membuat nyaman pasien berada di rumah sakit ini serta tenaga ahli yang kompeten di
setiap bidang-bidangnya. RSUP dr. Sardjito berusaha mengembangkan diri menjadi rumah
sakit bertaraf internasional agar mampu menangani permasalahan kesehatan dengan lebih
baik. Saat ini, RSUP Dr. Sardjito telah bekerja sama dengan berbagai rumah sakit
internasional yang berada di luar negeri.
RSUP dr. Sardjito Yogyakarta juga ingin mencapai akreditasi JCI dan menyatakan
adanya kerjasama tim yang baik dan itu adalah kunci kekuatan untuk komitmen rumah
sakit. Selain itu antusias yang sangat tinggi, sikap mau belajar, mau berubah, serta pelayanan
berkualitas, orientasi pada keselamatan pasien keterlibatan dokter, kebersihan diutamakan,
8
berani menerima tantangan, dan dukungan dari Kementerian Kesehatan untuk bisa mencapai
JCI 2012.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak yang diberikan kepada RSUP Dr
Sardjito dalam meraih akreditasi JCI. Salah satu bentuk dukungan diberikan oleh Kemenkes
RI, diharapkan rumah sakit ini mampu menjadi rumah sakit terkemuka Tanpa melalaikan
keamanan dan keselamatan pasien. Sehingga pengunjung tetap nyaman ketika berada di
rumah sakit ini.
BAB IV
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akreditasi Rumah
sakit akan memacu komponen rumah sakit untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan
pelayanan, karena kinerja rumah sakit akan dinilai sesuai dengan criteria berdasarkan
indicator dan instrument yang ada. Penilaian Akreditasi rumah sakit membawa dampak
positif terhadap pelanggan rumah sakit untuk tumbuhnya kesadaran memberikan pelayanan
yang terbaik dan melakukan pemenuhan berbagai standar yang telah ditetapkan. Penilaian
akreditasi rumah sakit juga menjadikan tumbuhnya kerjasama diantara pelanggan rumah
sakit untuk memperoleh status akreditasi yang terbaik.
Penilaian akreditasi juga bisa berdampak negative manakala pelanggan rumah sakit hanya
berusaha untuk memperoleh nilai dan status akan tetapi untuk memperolehnya dengan cara
melakukan rekayasa data, akibatnya setelah penilaian akreditasi rumah sakit selesai akan
kembali seperti semula dan baru akan tumbuh semangatnya kembali saat akan diakreditasi.
B. Saran
Kepada seluruh komponen rumah sakit supaya selalu meningkaatkan kinerja dan
memberikan layanan yang terbaik, dengan tidak terpengaruh apakah rumah sakitnya akan
diakreditasi atau tidak. Budaya peningkatan mutu dan semangat dalam memberikan layanan
seharusnya dipelihara setiap saat tanpa harus menunggu adanya akreditasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://tujuan dan manfaat akreditasi.co.id
10
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
http://akreditasi rumah sakit sardjito.com
11