tugas obstetri sosial - septia hapsari

30

Click here to load reader

Upload: rastho-mahotama

Post on 10-Aug-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

BAB I

PENDAHULUAN

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah

besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur

disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya

menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya.

Tahun 2005, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal

saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal

akibat kehamilan / persalinan selama hidupnya; di banyak negara Afrika 1 : 14;

sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50 % kematian di negara

berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif

rendah. (1)

Angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan di negara maju seperti Amerika. Angka kematian ibu di negara berkembang di

ketahui sampai 450/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Amerika hanya 30

/100.000 kelahiran hidup. (2)

Tingginya angka kematian ibu diduga sebagian akibat kurangnya mutu

pelaksanaan pelayanan antenatal selama dilakukan pemeriksaan kepada ibu hamil.

Target internasional pada tahun 2005, angka kematian ibu (AKI) dibawah

125/100.000 kelahiran hidup dan 75/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, dan

angka kematian bayi (AKB) ditargetkan menjadi 15/1.000 kelahiran hidup (Depkes,

2005). (3)

Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar.

Pada tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan tertinggi di

Negara ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi

(AKB) sebesar 35/1.000 kelahiran hidup. (3)

Tingginya AKI di Indonesia yang menduduki urutan tertinggi di ASEAN,

menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab langsung

kematian ibu di Indonesia, seperti halnya negara lain adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia. Dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya

tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5 %

1

Page 2: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

kematian ibu di sebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya

penyakit jantung dan infeksi yang kronis.

Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak

seperti halnya yang terdapat di negara berkembang lainnya, ada 3 faktor penyebab

yaitu: keadaan sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak belum memadai, penggunaan

sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak yang masih kurang dan karakteristik ibu

hamil yang buruk terutama berupa multiparitas, umur tua, anemia dan jarak antara dua

kehamilan yang terlalu pendek. (4)

Penyebab Obstetrik langsung dari kematian ibu sudah diketahui dan dapat

ditangani, meskipun pencegahannya terbukti sulit. Berbagai strategi dalam dekade

terakhir mengarah kepada pelajaran yang dapat dipetik sebagai berikut:

1. Kehamilan yang tidak diinginkan

2. Aborsi yang tidak aman

3. Pelayanan antenatal

4. Manajemen komplikasi obstetri yang memadai

5. Keterampilan kebidanan

6. Dukun bayi terlatih

7. Pelayanan Obstetri esensial

Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI

pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Safe motherhood

yang terdiri atas Keluarga Berencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang

aman, serta pelayanan obstetri esensial.

Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya pelayanan

secara kontinu dan terus menerus dalam waktu 24 jam untuk:

Bedah caesar

Pengobatan penting termasuk anestesi, antibiotika dan cairan infus

Transfusi darah

Pengeluaran plasenta secara manual

Aspirasi vakum intuk abotrus inkomplit

Idealnya pelayanan obstetri esensial juga mencakup kemampuan memberikan

pelayanan kontraseptif bedah. Perubahan parilaku masyarakat amat pentng dalam

upaya penurunan angkakematian ibu.

2

Page 3: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari

suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya

selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per

100.000 kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran

perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan,

tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu

melahirkan dan masa nifas. (5)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target

yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015

adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. (5)

2.2 Penyebab Kematian Ibu

Penyebab kematian yaitu perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat

tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi.

Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta

dan atonia uteri. (6)

Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses

kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat

waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13%

kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12%). Pemantauan kehamilan secara

teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan

murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia. (6)

Aborsi yang tidak aman bertanggung jawab terhadap 11% kematian ibu di

Indonesia (rata-rata dunia 13%). Kematian ini sebenarnya dapat dicegah jika

3

Page 4: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

perempuan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta

perawatan terhadap komplikasi aborsi. (6)

Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena

kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit menular

akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini berkontribusi pada 10% kematian

ibu (rata-rata dunia 15%). Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan

yang bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah

ini. (6)

Partus lama, yang berkontribusi bagi sembilan persen kematian ibu (rata-rata

dunia 8%), sering disebabkan oleh disproposi sefalopelvik, kelainan letak, dan

gangguan kontraksi uterus. (6)

2.3 Pertolongan Persalinan oleh Petugas Kesehatan Terlatih

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif

masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan

menetapkan target 90% persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010.

Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga

medis profesional meningkat dari 66% dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73% dalam

SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga

seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. (5)

Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak

menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi

lebih lanjut bisa berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi

geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor

penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain. (5)

4

Page 5: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

2.4 Kebijakan dan Program untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas

utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas.

Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan

kesehatan reproduksi, meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi,

meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan

menanggulangi anemia gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan,

melahirkan, dan nifas. (6)

Kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program safe motherhood,

dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi

baru lahir. MPS terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam

intervensi klinis dan sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi

pemerintah, lembaga donor, dan peminjam, swasta, masyarakat, dan keluarga.

Perhatian khusus diberikan pada penyediaan pelayanan yang memadai dan

5

Page 6: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan penolong persalinan terlatih.

Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin bahwa wanita dan bayi

baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan. (6)

Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu.

Pertama, meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru

lahir yang berkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif

melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga,

mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan

perilaku sehat. Keempat, mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin

penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Ada tiga pesan kunci,

yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi

obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai, dan setiap wanita usia

subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan

penanganan komplikasi keguguran. (5)

Perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan

rendah baik di perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Program

Kesehatan Gratis yang telah dimulai sejak 2007 telah menyediakan pelayanan

kesehatan dasar dan bidan di desa secara gratis bagi penduduk miskin perlu

dipertahankan dengan berbagai cara. (6)

Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan,

diperlukan juga penanganan dalam konteks yang lebih luas di mana kematian ibu

terjadi. Kematian ibu sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang

menjadi tanggung jawab lebih dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara

pendidikan, penggunaan kontrasepsi, dan persalinan yang aman. Pelayanan kesehatan

reproduksi remaja harus ditangani dengan benar, mengingat besarnya masalah. Selain

itu, isu gender dan hak-hak reproduksi baik untuk laki-laki maupun perempuan perlu

terus ditekankan dan dipromosikan pada semua level. (6)

2.5 Safe Motherhood (Usaha Keselamatan Ibu)

Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan

menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. (7)

6

Page 7: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Tujuan utama dari Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas di samping menurunkan angka

kesakitan dan kematian bayi baru lahir terutama di negara berkembang. (8)

Pilar Safe Motherhood, meliputi 4 program penting di antaranya: (8)

1. Keluarga Berencana

Konsep Keluarga Berencana pertama kali diperkenalkan di Matlab,

Bangladesh pada tahun 1976. Tujuan dari program KB ini antara lain adalah

merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan,

menentukan jumlah anak. Yang kegiatannya terdiri dari Pelayanan dan

Konseling.

2. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi

kehamilan dan sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan.

Komponen penting pelayanan antenatal meliputi:

Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.

Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi,

edema, dan pre-eklampsia.

Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana

cara memperoleh pelayanan rujukan

3. Persalinan yang Aman

Persalinan yang aman bertujuan untuk memastikan bahwa setiap penolong

persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan

pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu

dan bayi, pemberian pelayanan obstetri esensial tingkat dasar guna

menghindari kegawatdaruratan & komplikasi yang berkaitan dengan kematian

ibu

4. Pelayanan Obstetri Esensial

7

Page 8: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Kegiatan Safe Motherhood memiliki 6 kegiatan pelaksanaan utama yaitu: (8)

1. Deteksi dini dalam skrining Antenatal, mengenal faktor resiko; ibu resiko

tinggi

2. Prediksi terjadinya kompilasi persalinan

3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

4. Prevensi melakukan pencegahan pro-aktif, antisipasif terhadap ibu dan bayi.

5. Antisipasi

6. Intervensi

Dukungan pelaksanaan Safe Motherhood: (8)

1. Dukungan suami

Sebagai salah satu orang terdekat dengan ibu, dukungan suami memegang

peranan penting di antaranya seperti merencanakan keluarga, menjaga serta

menyelamatkan kesehatan ibu dan anak, mendukung penggunaan kontrasepsi,

mempersiapkan perawatan terlatih selama persalinan, dan juga menjadi ayah

yang bertanggung jawab.

8

Page 9: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

2. Kebijakan politis, yaitu komitmen dan dukungan dari pimpinan wilayah

dengan sector terkait (Tingkat kabupaten / kota, kecamatan, dan pedesaan)

yang berkesinambungan dan berkelanjutan dalam pembinaan dan peningkatan

untuk pelayanan kesehatan ibu yang terjangkau dalam wadah Gerakan Sayang

Ibu.

3. Persepsi sama, disemua tingkat pelayanan (Polindes, Puskesmas dan Rumah

sakit) dalam peningkatan pelayanan kesehatan ibu berbasis masalah keluarga

dalam kegiatan deteksi dan kendali.

4. Prilaku paradigma sehat melalui pendekatan pencegahan, pro-aktif antisipatif

oleh upaya kuratif rehabilitatif.

Ada dua alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat

perhatian. Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak

yang diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia

reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat

besar, baik bagi keluarga, masyarakat, maupun angkatan kerja di suatu negara.

Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama untuk tercapainya keluarga yang

sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu bencana bagi keluarganya.

Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi yang efisien dan

efektif dalam menurunkan angka kematian ibu. (8)

2.6 Making Pregnancy Safer (MPS)

MPS menegaskan kembali komitmen WHO terhadap Program Safe

Motherhood (SM). MPS bertujuan untuk menjamin agar SM tetap merupakan

prioritas dalam agenda kesehatan dan pembangunan. Secara luas tujuan Program Safe

Motherhood sama dengan Making Pregnancy Safer. (8)

Making Pregnancy Safer WHO mengutamakan upaya sektor kesehatan,

dengan memfokuskan pada intervensi yang efektif berdasarkan bukti-bukti ilmiah. (8)

Pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman

atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai Strategi Pembangunan Kesehatan

9

Page 10: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010 pada tangal 12 Oktober 2000, sebagai

bagian dari program Safe Motherhood. (9)

Tujuan Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi

hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan,

kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang

sebenarnya tidak perlu terjadi. (9)

2.7 Pelayanan Obstetri Esensial

Pelayanan obstetri esensial adalah tersedianya pelayanan secara terus-menerus

dalam 24 jam untuk bedah sectio caesarea, pengobatan penting (anestesi, antibiotik

intravena, transfusi darah), pengeluaran plasenta secara manual serta ekstraksi vakum

untuk abortus inkomplet. (9)

Strategi berbasis masyarakat yang akan mendukung tercapainya tujuan upaya

keselamatan ibu meliputi : (9)

Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan

setempat, dalam upaya  memperbaiki kesehatan ibu.

Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun / pengobat

untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.

Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang

komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.

Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi

atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan

obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan

tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan. Secara

keseluruhan, keempat tonggak tersebut merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

primer. Dua di antaranya, yaitu asuhan antenatal dan persalinan bersih dan aman,

merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. Sebagai dasar/fondasi yang

dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan upaya ini adalah pemberdayaan wanita. (10)

Peranan Puskesmas sebagai pilar pelayanan obstetri esensial yaitu diantaranya

adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan untuk semua macam penyakit

10

Page 11: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

obstetrik. Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan : POED dan PONED, dan

juga mampu melaksanakan konsep sayang ibu dan sayang bayi. (11)

Pelayanan obstetri esensial darurat (POED): (11)

o melakukan pertolongan persalinan sungsang

o melakukan pertolongan persalinan vakum ekstraks

o melakukan plasenta manual

o memasang infus dan memberikan obat parenteral

o meneruskan sistem rujukan bila fasilitas tidak memadai

Pelayanan Obstetri dan Neonatus Esensial Darurat (PONED). (11)

Merupakan pelayanan POED ditambah dengan melakukan pelayanan neonatus

yang mengalami asfiksia ringan, sedang, dan berat. Bila tidak memungkinkan,

segera melakukan rujukan.

11

Page 12: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

BAB III

KESIMPULAN

Masalah kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah besar di

Indonesia. Angka kematian ibu (AKI) atau angka kematian maternal di Indonesia

masih menduduki urutan tertinggi di negara ASEAN yaitu 307/100.000 kelahiran

hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35/1.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu adalah salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan

perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke-5 yaitu

meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015

adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

Departemen Kesehatan RI mengeluarkan kebijakan dalam upaya mempercepat

penurunan AKI yang pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Safe

Motherhood”. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh

wanita menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin.

Tujuan utama dari Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu hamil, bersalin, nifas di samping menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi baru lahir terutama di negara berkembang. Program Safe Motherhood

ini memiliki empat pilar yang terdiri dari: Keluarga Berencana (KB), pelayanan

antenatal, persalinan yang aman, serta pelayanan obstetri esensial.

Pelayanan obstetri esensial adalah tersedianya pelayanan secara terus-menerus

dalam 24 jam untuk bedah sectio caesarea, pengobatan penting (anestesi, antibiotik

intravena, transfusi darah), pengeluaran plasenta secara manual serta ekstraksi vakum

untuk abortus inkomplet. Peranan Puskesmas sebagai pilar pelayanan obstetri esensial

yaitu diantaranya adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan untuk semua

macam penyakit obstetri. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan

komplikasi kehamilan atau persalinan. Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang

mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam

jangkauan setiap ibu hamil.

12

Page 13: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.

2. Yatim F. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2008.

3. Departemen Kesehatan RI. Evaluasi Mutu Pelayanan Antenatal. Jakarta: Bakti

Husada; 2007.

4. Hacker NF. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates; 2007.

5. Angka Kematian Ibu. 2008. [cited 2012 July 23]. Available:

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/index.php?.

6. Angka Kematian Ibu. 2009. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK.

7. Safe Motherhood. 2009. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.safemotherhood.org/.

8. Safe Motherhood. 2008. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.unfpa.org/public/mothers/.

9. Pelayanan Obstetri Esensial. 2010. [cited 2012 July 24]. Available:

http://whoindonesia.healthrepository.org/bitstream/.

10. Pelayanan Obstetri Esensial. 2009. [cited 2012 July 25]. Available:

http://gash5.wordpress.com/tag/depkes/.

11. Pelayanan Obstetri Esensial. 2011. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.searo.who.int/LinkFiles/Reporductive_Health_Profile_abbreviatio

nsino.pdf.

LATAR BELAKANG KB

13

Page 14: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Latar Belakang

Dasar pemikiran lahirnya KB di Indonesia adalah adanya permasalahan

kependudukan. Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan adalah :

Jumlah besarnya penduduk

Jumlah pertumbuhan penduduk

Jumlah kematian penduduk

Jumlah kelahiran penduduk

Jumlah perpindahan penduduk

Teori Malthus

Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam

“Essay on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk

kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk

jauh lebih cepat dari bahan makanan.

Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan

manusia antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa

nafsu dan pantangan kawin); Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit,

kejahatan dan peperangan).

Kontroversi Teori Malthus

Salah sama sekali, karena mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal

dan perencanaan produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism), berpendapat:

untuk mencegah laju cepatnya peningkatan penduduk dilakukan Methode Birth

Control dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Pengikut Malthus

14

Page 15: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Pengikut teori Malthus antara lain Francis Flace (1771 – 1854) : menulis buku yang

berjudul “Illustration And Proofs of The Population” atau penjelasan dari bukti

mengenai asas penduduk. Richard Callihie (1790 – 1843) : menulis buku “What’s

love ?” (Apakah Cinta Itu?).

Any C. Besant (1847-1933) : menulis buku berjudul “Hukum Penduduk, Akibatnya

dan Artinya Terhadap Tingkah Laku dan Moral Manusia”.

dr. George Drysdale : keluarga berencana dapat dilakukan tanpa merugikan

kesehatan dan moral.

Sejarah Lahirnya Keluarga Berencana

Sebelum abad XX, di negara barat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan hidup

anak karena berbagai alasan. Caranya adalah dengan membunuh bayi yang sudah

lahir, melakukan abortus dan mencegah/ mengatur kehamilan. KB di Indonesia

dimulai pada awal abad XX.

Di Inggris, Maria Stopes.

Upaya yg ditempuh u/ perbaikan ekonomi keluarga buruh dg mengatur kelahiran.

Menggunakan cara-cara sederhana (kondom, pantang berkala).

Amerika Serikat, Margareth Sanger.

Memperoleh pengalaman dari Saddie Sachs, yang berusaha menggugurkan

kandungan yang tidak diinginkan. Ia menulis buku “Family Limitation” (Pembatasan

Keluarga). Hal tersebut merupakan tonggak permulaan sejarah berdirinya KB.

Perkembangan KB di Indonesia

Periode Perintisan dan Peloporan

Periode Persiapan dan Pelaksanaan

Periode Perintisan dan Pelaporan

Sebelum 1957 – Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet,

absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).

Perkembangan birth control di daerah – Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan

Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI

15

Page 16: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP.

Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).

Periode Persiapan dan Pelaksanaan

Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas

pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek

KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga

Berencana).

Organisasi KB

PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)

Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas

prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M.

Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio.

Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan

kesehatan calon suami isteri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam

perkawinan dan pengaturan kehamilan.

Visi PKBI

Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.

Misi PKBI

Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab dalam

keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan

kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan

secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan

dan berkeadilan gender.

BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)

Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk

mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.

16

Page 17: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan

sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan

Pembimbing Keluarga Berencana.

Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN

1) Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih

memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia. 2)

Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun

pemerintah secara maksimal. 3) Program keluarga berencana ini perlu

diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

Tugas pokok BBKBN

1) Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha

pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit

pelaksana. 2) Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok

kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana

Nasional. 3) Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-

pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah. 4) Mengadakan kerja sama

antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun badan-badan internasional

dalam bidang keluarga berencana selaras dengan kepentingan Indonesia dan sesuai

dengan prosedur yang berlaku. 5) Mengatur penampungan dan mengawasi

penggunaan segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal

dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6

propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,

Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN.

Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan

gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif.

Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya

tidak terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan.

Perkembangan BBKBN dimasa sekarang

17

Page 18: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

VISI : keluarga berkualitas 2015.

MISI: Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,

berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui

pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan,

informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.

Tugas pokok: Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan

keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Landasan hukum

TAP MPR No. IV/1999 ttg GBHN; UU No. 22/1999 ttg OTODA; UU No. 10/1992

ttg PKPKS; UU No. 25/2000 ttg PROPENAS; UU No. 32/2004 ttg

PEMERINTAHAN DAERAH; PP No. 21/1994 ttg PEMBANGUNAN KS; PP No.

27/1994 ttg PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN; KEPPRES No. 103/2001;

KEPPRES No. 110/2001; KEPPRES No. 9/2004; KEPMEN/Ka.BKKBN No.

10/2001; KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001

Filosofi BBKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga

berencana.

Grand Strategi: 1) Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam

program KB; 2) Menata kembali pengelolaan program KB; 3) Memperkuat SDM

operasional program KB; 4) Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga

melalui pelayanan KB; 5) Meningkatkan pembiayaan program KB.

Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik,

profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/

inovatif

Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan

desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan

segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas

sektor.

Strategi

18

Page 19: Tugas Obstetri Sosial - Septia Hapsari

Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional sampai

ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.

Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan dukungan

oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah.

Tujuannya adalah : 1) Keluarga dengan anak ideal; 2) Keluarga sehat; 3) Keluarga

berpendidikan; 4) Keluarga sejahtera; 5) Keluarga berketahanan; 6) Keluarga yang

terpenuhi hak-hak reproduksinya; 7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS )

Program KB

Keluarga berencana

Kesehatan reproduksi remaja

Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

Keserasian kebijakan kependudukan

Pengelolaan SDM aparatur

Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

Referensi

Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN. Maret, 2005.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKKBN. Sejarah Perkembangan Keluarga

Berencana dan Program Kependudukan. Jakarta, 1981.

Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.

www.bkkbn.go.id

19