tugas proposal
TRANSCRIPT
PENGARUH FUNGSI MANAJERIAL DAN PEMBINAAN PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU
PADA SD NEGERI DI KECAMATAN KAWALUKOTA TASIKMALAYA
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi pendidikan masa kini diharapkan lebih modern dan
profesional sehingga mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan
keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar,
pengembangan staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian
diri, komunikasi, dan keterlibatan orang tua/masyarakat.
Permasalahan dalam peningkatan kualitas pendidikan berkaitan
dengan strategi pembangunan pendidikan, yang selama ini lebih bersifat input
oriented. Strategi tersebut didasarkan kepada asumsi bilamana semua input
pendidikan telah dipenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan
(sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai
mana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan
oleh teori education production function tidak berfungsi sepenuhnya di
lembaga pendidikan. Dengan demikian pembangunan pendidikan tidak hanya
terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan saja tetapi juga harus lebih
memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal
yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan
dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan
1
Hal ini sejalan dengan pendapat Umaedi, (1999:24), menyatakan
bahwa :
Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah). Untuk itu dengan adanya Otonomi daerah, Sekolah didorong untuk diberdayakan dirinya dalam pengelolaan organisasinya.
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di
masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa guru layak
menjadi panutan dan teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah
memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan
pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan
kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta
bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, selalu
menjadi perhatian masyarakat luas.
Bertolak dari asumsi bahwa pekerjaan guru adalah pekerjaan
profesional, maka implikasinya setiap guru harus memenuhi persyaratan yang
dituntut oleh profesi tersebut dan harus bekerja dan bersikap secara
professional, hal itu tentu harus sejalan dengan peranan guru terutama di
sekolah sebagai lembaga pendidikan professional.
Untuk mencapai tujuan tersebut peran dan fungsi lembaga pendidikan
sangat strategis, sebab di lembaga pendidikan inilah proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Peran guru sebagai ujung tombak di lapangan yang
2
mencetak sumber daya manusia sebagai generasi penerus bangsa sangat
penting. Oleh sebab itu kemampuan guru pada lembaga pendidikan harus
dipersiapkan, dibina, dan di motivasi agar kinerja guru terus meningkat guna
memberikan pelayanan yang maksimal kepada siswa.
Agar seorang guru dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan
sebaik-baiknya, maka peranan pimpinan sangat menentukan di dalam
melakukan pembinaan sehingga dapat meningkatkan kinerja guru.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja guru maka pimpinan
harus memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawainya serta harus
mampu memotivasi pegawai untuk bekerja lebih giat untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan organisasi.
Faktor-faktor kegagalan pimpinan dalam mengembangkan pendidikan
bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun lebih banyak
disebabkan dalam mengimplementasikan kepemimpinan. Ketidakmampuan
pimpinan dalam memimpin sekolah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
dan keterampilan tentang teknik, kemanusiaan, konseptual.
Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang
menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial diperlukan tiga
macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human dan conceptual. Dengan
memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di atas, Kepala Sekolah dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan ketentuan, sehingga
dapat mencapai tujuan pendidikan yang bermutu. Maka dari itu kemampuan
3
manajerial Kepala Sekolah ditandai oleh kemampuan untuk mengambil
keputusan (decision making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan.
Ketiga kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai dengan
kemampuan dalam merumuskan program kerja, mengkoordinasikan
pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru maupun dengan yang
lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan dalam melakukan
evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah dilaksanakan. Penerapan
kemampuan manajerial Kepala Sekolah di atas, pada akhirnya akan tertuju
pada penyelenggaraan dan pencapaian mutu pendidikan.
Namun yang terjadi pada saat ini masih ditemukannya berbagai hal
sebagai berikut :
1. Kurangnya penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seorang guru
kurang mempersiapkan diri sedini mungkin, sehingga kadang-kadang
kerepotan ketika berhadapan dengan siswa.
2. Kurangnya kemampuan profesional dengan baik. Seorang guru harus
menjadikan, tanggung jawabnya merupakan pekerjaan yang digandrungi.
Tidak bisa seorang guru hanya mengandalkan mengajar merupakan
sebagai pelarian dan adem ayem ketika menerima gaji di habis bulan.
Penuh rasa tanggung jawab sangat dibutuhkan, kemampuan untuk
mengajar sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya. Ironisnya kenyataan kini
masih ada seorang guru mengajar tidak sesuai bidangnya. Misalnya,
4
jurusan matematika mengajar bahasa Indonesia, jurusan dakwah mengajar
PPKn, jurusan bahasa Indonesia mengajar penjas dlsb.
3. Kurangnya idealisme dan pengabdian yang tinggi. Hakikat seorang guru
adalah pengabdian, dedikasi seorang guru harus tinggi, serta harus mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dengan tujuan mendidik,
membina, dan mengayomi anak didiknya.
4. Kurang memiliki keteladanan untuk diikuti dan dijadikan teladan.
Keteladanan seorang guru merupakan perwujudan dari realisasi kegiatan
belajar mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa.
Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat berpengaruh
terhadap sikap siswa. Sebaliknya seorang guru yang berpenampilan
premanisme, akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa
Keadaan seperti ini sangat menarik bagi peneliti untuk mengadakan
penelitian. Karena masalah tersebut sesuai dengan bidang profesi peneliti.
Bila masalah tersebut dibiarkan begitu saja, peneliti merasa sangat khawatir
jika akhirnya berdampak buruk bagi dunia pendidikan di Kota Tasikmalaya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “PENGARUH FUNGSI MANAJERIAL DAN
PEMBINAAN PROFESIONAL GURU TERHADAP KINERJA GURU
PADA SD NEGERI DI KECAMATAN KAWALU KOTA
TASIKMALAYA”
5
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang perlu diteliti sehubungan
dengan fungsi manajerial, pembinaan profesional guru terhadap kinerja guru,
maka penulis mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan dalam
penelitian sebagai berikut :
1.2.1 Identifikasi Masalah
1. Pelaksanaan fungsi manajerial yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya masih
belum optimal.
2. Pelaksanaan pembinaan profesional guru yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya masih belum optimal.
3. Pelaksanaan Fungsi manajerial dan Pembinaan Profesional Guru
belum optimal sehingga berpengaruh terhadap Kinerja Guru.
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah fungsi manajerial berpengaruh terhadap kinerja guru
di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya ?
2. Bagaimanakah pembinaan profesional guru berpengaruh terhadap
kinerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya?
6
3. Seberapa besar fungsi manajerial dan Pembinaan Profesional Guru
terhadap Kinerja Guru di SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mencari dan meneliti fakta-
fakta tentang masalah-masalah yang diteliti pada SD Negeri di
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya, dalam hal ini mengenai
pengaruh fungsi manajerial dan Fungsi pembinaan profesional guru
terhadap Kinerja Guru.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan fungsi manajerial yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan profesional guru yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah pada SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh fungsi manajerial dan Pembinaan
Profesional Guru terhadap Kinerja Guru pada SD Negeri di
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Diadakannya penelitian tentang pengaruh fungsi manajerial dan
pembinaan profesional guru terhadap kinerja guru pada SD Negeri di
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya berkaitan erat dengan teori
manajerial dan pembinaan profesional guru serta kinerja guru. Oleh karena
itu, penelitian ini diharapkan akan mempunyai kegunaan baik dari segi
teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi peneliti di bidang manajerial, pembinaan profesional
guru dan kinerja guru, sehingga penelitian ini akan menjadi bahan
lebih lanjut baik bagi peneliti maupun bagi guru-guru pada SD Negeri
di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya yang membutuhkan guna
mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada guru-guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya dalam upaya meningkatkan kinerja guru melalui
pelaksanaan fungsi manajerial dan pembinaan profesional guru.
8
1.5 Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hiptesis
1.5.1 Kajian Pustaka
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya, secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen hanya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-
unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapun unsur-unsur
manajemen terdiri dari Man, Money, Methode, Materials, Machines dan
Market (6 M), unsur manajemen tersebut oleh Kepala Sekolah diatur
agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam menjadikan tujuan
sehingga bermanfaat secara optimal, terkoordinasi dan terintegrasi
dengan baik dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi menurut
urutan fungsi manajemen tersebut.
Sebagai inti dari administrasi, manajer memiliki peranan penting
bagi kemajuan suatu organisasi. Hal ini dikarenakan manajer sebagai
proses yang khas didalamnya terdapat tindakan, perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Dalam proses pelaksanaanya administrasi dan manajer memiliki
fungsi-fungsi tertentu yang saling terkait antara satu dengan yang
9
lainnya dan memiliki pengaruh besar terhadap suatu kemajuan suatu
organisasi.
Dengan memperhatikan dasar-dasar pemikiran di atas, upaya
mewujudkan mutu pendidikan saat ini sangat tepat, upaya tersebut
terwujud tergantung pada Kepala Sekolah. Kepala Sekolah sebagai
pemimpin formal bertanggung jawab atas pencapaian tujuan pendidikan
melalui upaya menggerakan dan pengendalian para guru dan siswa
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah, pola
kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan
kemajuan sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern
kepemimpinan Kepala Sekolah perlu mendapat perhatian secara serius.
Samani (2000:9) berpendapat bahwa :
"Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah cara atau usaha Kepala Sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang berkaitan untuk bekerja/berperanserta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan."
Untuk memperkuat hal ini dijelaskan dalam pasal 12 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, bahwa : Kepala Sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana serta prasarana.
10
Kepala Sekolah bertanggung jawab atas lembaga yang
dipimpinnya untuk melaksanaan bebagai kegiatan, mengelola berbagai
masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan administrasi sekolah,
pembinaan sarana dan prasarana, sehingga Kepala Sekolah dapat
mewujudkan sekolah yang bermutu.
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan Kepala
Sekolah mempunyai beberapa fungsi, sebagaimana dinyatakan oleh
Permadi, (1999:24) bahwa fungsi Kepala Sekolah adalah sebagai: (1)
Edukator (Guru); (2) Manajer (Pengarah, Penggerak Sumber Daya); (3)
Administrator (Pengurus Administrasi); (4) Supervisor (Pengawas,
Pengoreksi, dan Melakukan Evaluasi).
Faktor-faktor kegagalan Kepala Sekolah dalam mengembangkan
sekolahnya bukan hanya disebabkan oleh kurangnya fasilitas, namun
lebih banyak disebabkan dalam mengimplementasikan kepemimpinan
Kepala Sekolah. Ketidakmampuan Kepala Sekolah dalam memimpin
sekolah disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan
tentang teknik, kemanusiaan, konseptual.
Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:99) yang
menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial
diperlukan tiga macam bidang keterampilan, yaitu : technical, human
dan conceptual. Dengan memiliki ketiga keterampilan dasar tersebut di
atas, Kepala Sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
11
sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan
yang bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial Kepala Sekolah
ditandai oleh kemampuan untuk mengambil keputusan (decision
making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan.
Ketiga kemampuan manajerial Kepala Sekolah tersebut ditandai
dengan kemampuan dalam merumuskan program kerja,
mengkoordinasikan pelaksanaan program kerja, baik dengan dewan guru
maupun dengan yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu
kemampuan dalam melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah
yang telah dilaksanakan. Penerapan kemampuan manajerial Kepala
Sekolah di atas, pada akhirnya akan tertuju pada penyelenggaraan dan
pencapaian mutu pendidikan.
Menurut Sudjana, (2000:17) berpendapat bahwa : "Pengelolaan
atau Manajemen adalah kemampuan dan keterampilan khusus untuk
melakukan suatu kegiatan baik bersama orang lain atau melalui orang
lain dalam mencapai tujuan organisasi".
Hersey dan Blanchard (dalam Sudjana, 2000 : 17) memberi arti
pengelolaan sebagai berikut "Management as working with and thought
individuals and groups to accomplish organizational goods"
(pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui
orang-orang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi). Selanjutnya Stoner (dalam Sudjana, 2000:17)
12
mengemukakan bahwa: "Management is the process of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing members
and of using all other organizational resources to achieve stated
organizational goods".
Implementasi kedua pengertian tersebut di atas, adalah bahwa
manajemen merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan
terhadap segala upaya dalam mengatur dan mcndayagunakan Sumber
Daya Manusia, sarana dan praarana secara efisicn yang telah ditetapkan.
Pengertian di atas mengandung tiga dimensi, pertama dalam
manajemen terjadi kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pengelola
(pemimpin, kepala, komandan, ketua dan sebagainya) bersama orang-
orang lain atau kelompok, dimensi ini menunjukkan betapa pentingnya
kemampuan dan keterampilan khusus yang perlu dimiliki oleh pengelola
untuk melakukan hubungan kemanusiaan dengan orang lain dan untuk
mempengaruhi orang lain baik melalui hubungan perorangan maupun
melalui hubungan kelompok.
Dimensi kedua menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan
bersama dan melalui orang lain itu mempunyai tujuan yang akan
dicapai, dimensi ini memberikan makna bahwa kegiatan tersebut
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau disepakatai
bersama.
13
Dimensi ketiga ialah bahwa pengelolaan itu dilakukan dalam
organisasi, sehingga tujuan yang akan dicapai itu merupakan tujuan
organisasi, Siagian, (2001:1) berpendapat bahwa "Manajemen
merupakan proses pencapaian dan pengkombinasian sumber-sumber
daya manusia, fmasial dan fiskal guna mencapai tujuan primer
organisasi yakni memproduksi sebuah produk atau jasa yang diinginkan
oleh segmen tertentu dari masyarakat".
Selanjutnya Schermerhorn (dalam Siagian, 2001:2) berpendapat:
"Manajemen adalah sesuatu yang dilakukan oleh para manajer dalam
upaya mereka untuk mencapai produktivitas "
Proses manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pemanfaatan sumber-
sumber daya guna mencapai tujuan atau sasaran organsisasi yang
bersangkutan, keberhasilan mengimplementasi proses manajemen
tersebut memerlukan kemampuan untuk mengambl keputusan,
memecahkan problem-problem dan melaksanakan tindakan agar
sumber-sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan
efisien.
Van Fleev (dalam Siagian, 2001:2) berpendapat bahwa "
Manajemen dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok aktivitas yang
diarahkan ke arah pemanfaatan sumber-sumber daya secara efektif serta
efisien dalam rangka upaya mencapai sebuah tujuan atau lebih."
14
Sejalan dengan pendapat di atas Sumijo (2002:93) menyatakan
bahwa "Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta
pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan"
Fattah (2001:1) berpendapat bahwa "Manajemen sering diartikan
sebagai ilmu kiat dan profesi dikatakan sebagai ilmu gulick (dalam
Fattah, 2001:1) karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama".
Follet (dalam Fattah, 2001:1) menyatakan bahwa "Dikatakan
manajemen sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas.
Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian
khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para professional
dituntut oleh suatu kode etik".
Follet (dalam Fattah, 2001:3) berpendapat bahwa "Manajemen
sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang (the art
of getting things done throught people)".
Berdasarkan kenyataan bahwa tujuan organisasi tercapai dengan
cara mengatur orang lain. Sejalan dengan pendapat di atas Botinger
(dalam Fattah, 2001:3) berpendapat bahwa "Manajemen sebagai suatu
15
seni membutuhkan tiga unsur yaitu pandangan, pengetahuan teknik dan
komunikasi".
Memanaj atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh
potensi sekolah berfungsi secara optimal dan mendukung tercapainya
tujuan sekolah, manajemen sekolah perlu dibina secara khusus sehingga
benar-benar dapat mendukung terhadap kegiatan dan proses belajar
mengajar di sekolah. Salah satu komponen yang menentukan
keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah yakni pengelolaan
sekolah, pengelolaan sekolah yang baik diharapkan kegiatan belajar
mengajar berjalan dengan lancar tertib serta terarah sehingga tujuan
pendidikan tercapai.
Ketercapaian tujuan pendidikan dipengaruhi oleh
profesionalisme guru sehingga peranan kepala sekolah sebagai menager
atau pimpinan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
ketercapaian tujuan tersebut.
Adapun pengertian profesional menurut Muhibbin (2000:230)
mengemukakan bahwa, ”Profesionalisme dapat dipahami sebagai
kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang
profesional”. Hal ini dapat diasumsikan bahwa yang harus
dipertanggungjawabkan oleh orang profesional itu adalah mutu dari
kinerjanya”.
16
Profesionalisme terkait dengan sikap atau prilaku seseorang
sehubungan dengan profesi yang dimilikinya. Ilustrasi lain dikemukakan
oleh Sutjipto (1999:32) bahwa masyarakat akan melihat bagaimana
sikap dan prilaku guru sehari-hari, apakah ada yang patut diteladani atau
tidak sehubungan dengan tugasnya sebagai pendidik profesional.
Dengan demikian, maka baik seorang kepala sekolah maupun guru
dituntut untuk selalu menyadari bagaimana ia harus bersikap yang baik
terhadap profesinya dan bagaimana seharusnya sikap profesi
dikembangkan sehingga apresiasi masyarakat terhadap dirinya semakin
meningkat.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan baik di sekolah maupun
di luar sekolah, guru memiliki sentral dan strategis oleh karena itu,
masalah guru baik dalam jumlah, mutu, dan kesejahteraannya harus
mendapat prioritas, baik dari kepentingan seluruh pendidikan nasional
maupun tugas fungsional semua menuntut agar pendidikan dilaksanakan
secara professional artinya dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan
didukung oleh unjuk kerja professional. Guru professional adalah guru
yang memiliki keahlian, tanggungjawab, dan rasa kesejawatan yang
didukung oleh etika profesi yang kuat (Moch. Surya, 2003:94). Untuk
itu guru hendaknya memiliki kualifikasi kompetensi intelektual, social,
spiritual, pribadi, moral, dan professional.
17
Perwujudan unjuk kerja professional guru ditunjang dengan jiwa
profesionalisme, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong untuk
mengembangkan diri sebagai guru professional. Pada dasarnya
profesinalisme adalah merupakan motivasi instriksik pada diri guru
sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya kea rah perwujudan
professional.
Moch. Surya (2003:28) mengemukakan bahwa:
“Profesionalisme guru mempunyai makna penting karena (1) profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat pada umum, (2) profesionalisme merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan, (3) profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya”.
Sebagai pendidik professional, guru bukan saja dituntut
melaksanakan tugasnya secara professional, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional. Dalam diskusi pengembangan
model pendidikan professional tenaga kependidikan, yang
diselenggarakan oleh PPS IKIP Bandung tahun 1990, dirumuskan 10 ciri
suatu profesi, yaitu:
1) Memiliki fungsi dan signifikasikan social, 2) Memiliki keahlian/keterampilan tertentu,3) Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan
teori dan metode ilmiah,4) Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas,5) Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang
cukup lama,6) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional,7) Memiliki kode etik,
18
8) Kebebasan untuk untuk memberikan judgment dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya,
9) Memiliki tanggungjawab profesional dan otonomi,10) Ada pengakuan dari masyarakat.
Pandangan ideal mengenai profesionalisme guru direfleksikan
dalam dalam citra guru masa depan sebagaimana dikemukakan oleh
Sudarminta (1990) yaitu guru, (1) sadar dan tanggap akan perubahan
zaman, (2) berkualitas profesional, (3) rasional, demokratis dan
berwawasan nasional, (4) bermoral tinggi, beriman.
Guru yang profesional, menurut Nanang Fatah (2001:63), adalah
menguasai substansi pekerjaannya secara profesional, yaitu:
1. Mampu menguasai substansi mata pelajaran secara sistematis, khususnya materi pelajaran yang secara khusus diajarkan. Dissamping itu, juga dituntut untuk berupaya mengikuti perkembangan materi pelajaran tersebut dari waktu kewaktu.
2. memahami dan dapat menerapkan psikologi perkembangan sehingga seorang guru dapat memilih materi pelajaran berdasarkan tingkat kesukaran sesuai dengan masa perkembangan peserta didik yang diajarnya.
3. memilih kemampuan mengembangkan program-program pendidikan yang secara khusus disusun sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang akan diajarinya. Program pendidikan ini dikembangkan sesuai dengan tujuan pendidikan dengan mengkombinasikan antara pilihan materi pelajaran dengan tingkatperkembangan peserta didik. Keahlian dalam mengembangkan program pelajaran inilah yang bisa kita identifikasikan sebagai pekerjaan profesional seorang guru yang tidak bisa dilakukan oleh profesi lain.
Sementara menurut H.A.R Tilaar (2001:29), ada dua indikator
guru profesional, yaitu:
19
1. Dasar ilmu yang kyat. Seorang guru yang profesional hendaknya mempunyai dasar ilmu yang kyat sesuai dengan bidang tugasnya sekaligus mempunyai wawasan keilmuan secara interdisipliner.
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan reset dan praktisi pendidikan. Artinya, hendaknya ada saling pengaruh mempengaruhi antara teori dan praktek pendidikan yang merupakan jira dari perkembangan ilmu dan profesi tenaga kependidikan.
Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian,
tanggungjawab, rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang
kuat. Untuk itu hendaknya para guru yang telah memiliki kualifikasi
kompetensi yang memadai, meliputi kompetensi intelectual, social,
spiritual, pribadi, moral, dan profesional. Profesional guru pada dasarnya
merupakan perwujudan profesionalitas para guru yang secara sadar dan
terarah untuk melaksanakan pendidikan, baik yang disekolah maupun di
luar sekolah. Profesional guru mencakup berbagai dimensi secar
terpadu, yaitu filosofi, konseptual, dan operasional.
Pelaksanaan pembinaan profesional guru dapat dikatakan
berhasil apabila kinerja guru meningkat dengan kata lain pembinaan
dilakukan untuk meningkatkan karier seorang guru sehingga guru
memiliki kemampuan dan kecakapan dalam menyelesaikan setiap
pekerjaan sehingga kinerja guru meningkat.
Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang).
20
Menurut Bernandin dan Russel dalam Sinapiar, (1999:4)
menyatakan bahwa kinerja :
Hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan yang sinergis dan akan terlihat dari produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Lebih lanjut menurut Rochman Natawijaya, (1999:22)
menyatakan bahwa:
Kinerja adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswanya. Kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas termasuk bagaimana dia mempersiapkannya.
Selanjutnya, kinerja karyawan menurut Mangkunegara (2003:67)
bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan alam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya”.
1.5.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
21
Fungsi Manajerial (Independent Variable : X1)
Pembinaan Profesional Guru(Independent Variable:X2)
Kinerja Guru (Dependent Varible:Y)
Gambar 1Paradigma Penelitian
1.5.3 Hipotesis
Menurut Surakhmad, (1994:39) hipotesis adalah “perumusan
jawaban sementara terhadap sesuatu soal yang dimaksudkan sebagai
tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang
sebenarnya”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Fungsi manajerial kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap
kinerja guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya
b.Pembinaan profesional guru berpengaruh signifikan terhadap kinerja
guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
c. Fungsi manaerial dan pembinaan profesional guru berpengaruh
signifikan secara bersama-sama terhadap kinerja guru pada SD
Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
22
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah
Fungsi manajerial (X1) dan Pembinaan profesional guru (X2), kinerja
guru (Y). Berdasarkan ketiga objek penelitian ini, maka dapat
dianalisis sebagai berikut : pertama : pelaksanaan fungsi manajerial
berpengaruh terhadap kinerja guru pada SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya; Kedua : pelaksanaan pembinaan
profesional guru berpengaruh terhadap kinerja guru pada SD Negeri di
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya; dan Ketiga: fungsi manajerial
dan pembinaan profesional guru berpengaruh terhadap kinerja guru
pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
Adapun responden yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
Tahun 2007.
1.6.2 Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan desain
deskriptif analisis dengan teknik survey. Adapun yang dimaksud
dengan deskriptif analisis menurut Nawawi (2000 : 63) adalah :
“Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan
subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-
23
lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya”.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
diharapkan mampu mengungkapkan fenomena yang dikaji secara
sistematis untuk mendapatkan kebenaran dari permasalahan yang
diteliti. Demikian pula penelitian ini dimaksudkan untuk dapat
menggambarkan realita dan fakta-fakta dari permasalahan yang diteliti
secara mendalam dengan cara mencari data yang faktual dari variabel-
variabel yang diteliti, sehingga hubungan antar variabel dapat
dianalisis dengan analisis kuantitatif melalui uji statistik yang relevan
dengan data yang diperoleh.
Di samping itu penggunaan metode ini untuk menguji
hubungan antara variabel. Singarimbun dan Sofian Effendi (2000 : 3)
menegaskan bahwa yang dimaksud penelitian survey adalah penelitian
yang mengambil sampel dari satu populasi (datanya dikumpulkan dari
sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi) dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Oleh karena itu, dengan metode pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan fenomena
yang dikaji secara sistematis untuk mendapatkan kebenaran dari
permasalahan yang diteliti, sehingga hasil dari penelitian ini dapat
24
dipergunakan sekaligus dipertanggungjawabkan baik secara praktis
maupun secara keilmuan.
1.6.3 Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini ditetapkan tiga jenis variable yang akan
diukur, yaitu :
1. Variabel bebas (independent variable) dengan notasi (X) yaitu
variable yang memberikan pengaruh kepada variabel terikat. Notasi
(X) adalah Fungsi manajerial (X1) dan Fungsi pembinaan (X2).
2. Variabel terikat (Dependent Variabel) dengan Notasi (Y) yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel Y dalam penelitian ini adalah kinerja guru
pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
Tabel 1.1Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Konsep Variabel Indikator SkalaFungsi manajerial (independent Variable X1)
Sumijo (2002 : 93) menyatakan bahwa "Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota-anggota organisasi serta pendayagunaan seluruh sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan"
1. Perencanaan, 2. Pengorganisasian3. Pelaksanaan, 4. Pengawasan, 5. Manajemen
kurikulum, 6. Manajemen
personil, 7. Manajemen
keuangan, 8. Manajemen
kesiswaan, 9. Manajemen
sarana,10. Supervisi
Ordinal
25
akademikPembinaan profesional guru(independent Variable X2)
Pembinaan adalah segala usaha tindakan yang berhubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan pengembangan, pengerahan, penggunaan serta pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna. Musanef (1983:11)
1.2.3.
or 4.5.6.7.
Ordinal
Kinerja (Dependent Variable: Y)
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pimpinan atau karyawan dalam melaksana-kan tugasnya sesuai dengan jabatan atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunagara 2005:167)
1. Pengabdian2. Kejujuran 3. Kesetiaan4. Prakarsa5. Kemauan Bekerja6. Kerjasama7. Tanggungjawab8. Disiplin Kerja
Ordinal
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data
1) Metode Penarikan Sampel
Untuk melakukan penarikan sampel maka terlebih dahulu penulis
sajikan keadaan guru-guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota
Tasikmalaya, yakni jumlah guru yaitu sebanyak 80 orang.
26
Maka untuk menentukan besarnya ukuran sampel dipakai rumus
Slovin (1960) dan dikutip oleh Sevilla (1964) dan dikemukakan oleh
Husen Umar (2000:108) sebagai berikut :
Dimana n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Persen kelonggaran ketelitian (10%)
n= N
1+N (e )2
n=80
1+80 (0 .1 )2
n=801+80 (0 .01 )
n=801+0 . 08
n=801,8
n=44 ,4 dibulatkan menjadi 44 orang
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditentukan
jumlah sample yang dijadikan responden adalah 44 orang guru pada SD
Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
n= N
1+N (e )2
27
2) Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
secondary. Sumber data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
kepada guru pada SD Negeri di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya,
sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan yang ada di Dinas Pendidikan
Kota Tasikmalaya.
Tabel 1.3Jenis dan Sumber Data
JENIS DATA SUMBER DATA
Tanggapan Responden tentang fungsi
manajerial oleh kepala sekolah
Guru SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya.
Tanggapan Responden tentang fungsi
profesional guru oleh Kepala Sekolah
Guru SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya.
Tanggapan Responden tentang Kinerja
Guru SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya.
Guru SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya.
3) Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data diusahakan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam analisis tesis ini. Prosedur tersebut meliputi :
1) Wawancara,
Yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak yang terkait dalam
penelitian ini guna mendapatkan keterangan data yang dibutuhkan serta
berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini wawancara dilakukan
dengan Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan, Pengawas, Kepala Sekolah
28
dan Guru sebagai teknik komunikasi langsung untuk memperoleh data-
data yang diperlukan.
2) Observasi, Yaitu mengamati kegiatan proses penatalaksanaan pendidikan
di Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya yang diteliti.
3) Kuesioner, yang diberikan kepada Guru pada SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya sebagai responden, dengan cara mengajukan
pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan
bersifat pertanyaan tertutup/berstruktur yang menyangkut pendapat
responden.
1.6.5 Teknik Analisis Data
Analisa dilakukan terhadap data yang terkumpul baik dari hasil
observasi, wawancara, maupun kuisioner. Tahapan analisa data dimulai
dengan uji validitas, reabilitas, tranformasi nilai ordinal ke interval, dan
analisa data secara verivikatif/kuantitatif.
1. Uji validitas, untuk menguji ketepatan alat ukur dari setiap butir
pertanyaan pada kuisioner. Untuk menguji tingkat validitas digunakan alat
uji korelasi product moment Harun Al-rasyid (1994:37) dengan rumus:
r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√ {N ∑ X2− (∑ X )2}{N ∑Y 2−(∑ Y )2 }Keterangan :
r : Koefisien korelasi product moment
X : variabel bebas
29
Y : variabel terikat
N : jumlah responden
Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf kepercayaan 1%.
a. Jika koefisien korelasi (r) lebih besar atau sama dengan rtabel = 0,384
maka item tersebut dapat digunakan.
b. Jika koefisien korelasi (r) lebih kecil dari rtabel = 0,384 maka item
tersebut tidak dapat digunakan.
2. Uji reabilitas, mengetahui sejauhmana instrumen yang digunakan dapat
dipercaya. Uji reabilitas menggunakan teknik belah dua (split-half) dengan
rumus spearman Brown sebagai berikut:
rj=2 rb
1+r b
Keterangan :
j = Reabilitas keseluruhan
rb = Korelasi internal antara belahan instrumen
3. Transformasi nilai ordinal ke interval menggunakan method of succesive
Interval, Harun A Rasyid (1994:131)
Adapun langkah-langkahnya :
a. Perhatikan setiap item pertanyaan
b. Setiap item dihitung frekuensi jawaban dengan skor 5, 4, 3, 2, dan 1.
c. Tentukan proprsi dengan membagi frekuensi dengan jumlah
responden.
d. Hitung proporsi komulatif
30
e. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi komulatif dengan menggunakan
tabel normal.
f. Tentukan nilai skala untuk setiap nilai Z dengan rumus
scala value=( Density at lower lim it )−( Density at upper lim it )(area below upper lim it )−(area below lower lim it )
g. Menyiapkan pasangan data dari variabel independen dan dependen
dari semua sampel penelitian untuk pengujia hipotesis
Sedangkan untuk meneliti pengaruh antara variabel penelitian terhadap
kinerja, data hasil tabulasi diterapkan dengan pendekatan penelitian analisis
jalur (Path Analysis). Diagram jalur dalam penelitian ini berbentuk regresi
linier multiple, dan regresi linier sederhana, sehingga diagram jalurnya seperti
gambar berikut:
Gambar 1.5
Diagram Jalur Hubungan Kausal Antara Variabel
∈
Pyx1
Px2x1
Pyx2
Dalam hal ini PYX1, PYX2, merupakan koefisien jalur. Struktur
hubungan variabel tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai
berikut:
Ý = Bo + b1X1 + b2X2 + ∈
Y
X1
X2
31
Dimana :
Bo : Koefisien intersep perpotongan garis regresi sumbu Y untuk X = 0
b1 : Koefisien regresi antara Y dan X1
b2 : Koefisien regresi antara Y dan X2
∈ : Kekeliruan pengukuran dan pengumpulan semua variabel bebas yang
tidak terukur dan tidak dimasukkan dalam model.
1.6.6 Uji Hipotesis
Struktur hubungan antara variabel di uji melalui analisis jalur,
hipotesis operasionalnya adalah :
H0 = PyX1 < untuk I = 1 dan 2
H1 = PyX1 > 0
Uji statistik yang digunakan :
tl=PyX1¿(1−R2 YX1 . .. . .. .. . Xk ) ¿
(n−k−1)(1−RyX 1 . .. .. . .. Xk ) ¿¿
Kriteria pengujian:
a. H0 ditolak apabila t1 > t (1-a); (n-1-k), arttinya koefisien jalur signifikan
dan ada pengaruh kompetensi dan motivasi terhadap prestasi lulusan.
b. H0 diterima apabila t1 < t (1-a); (n-1-k), artinya koefisien jalur non
signifikan dan tidak ada pengaruh kompetensi dan motivasi kerja guru
terhadap prestasi lulusan.
Sebelum hipotesis diuji, diuji dulu secara keseluruhan dengan rumus:
32
H0 = PyX1 = PyX2 = 0
H1 = Sekurang-kurangnya ada sebuah PyX1 uji statistik yang digunakan adalah
:
F=(n−k−1 )∑ PyX
1F YX1
k (1−∑ yX1
F YX1
Jika F > F (1-a); (n-k-1), maka H0 ditolak dan pengujian dapat dilanjutkan
Jika F < F (1-a_; (n-k-1), maka H0 dapat diterima dan pengujian dapat
dihentikan.
1.6.7 Tempat/Lokasi dan Jadwal Penelitian
a. Tempat/Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada beberapa pada SD Negeri di Kecamatan
Kawalu Kota Tasikmalaya
b. Jadwal Penelitian
No Uraian KegiatanWaktu Kegiatan
2011/2012Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei
1) Persiapan Penelitian XXX2) Observasi XXX3) Membuat Usulan
Penelitian XXX
4) Seminar Usulan Penelitian
XXX
5) Pelaksanaan Penelitian Lapangan
XXX XXX XXX
6) Pengolahan Data XXX XXX XXX7) Penulisan/Penyusunan
TesisXXX XXX XXX XXX
8) Pelaksanaan Ujian Sidang
XXX
33
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunagara, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik. IKOPIN, Bandung.
_______, 2005. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Refika Aditama, Bandung.
Hasibuan, Malayu. SP. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung.
Nanang Fattah, 2001. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya
Prabu Mangkunegara, Anwar, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik, Ikopin, Bandung.
Permadi, Dedi. 1998. Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala Sekolah, Bandung : PT. Sarana Panca Karya.
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional,(2003)CV Eka Jaya Jakarta
P. Siagian, Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Soetjipto dan Rafles Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Jakarta : Rhineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2000 . Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Surakhmad, Winarno (1994) Pengantar Penelitian Ilmiah,Dasar Metode dan Teknik, Tarsito.Bandung
Sugiono.(2003). Metode Penelitian Administrasi. Jakarta, Alpabeta Bandung
Tilaar, H.A.R. 2001. Manajemen Pendidikan National, Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
34
Umaedi (1999) Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah : Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (Paper Kerja), Depdikbud, Jakarta.
Umar Husen (2001) Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasa, Cetakan Keempat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
35