tugas1
DESCRIPTION
StatistikTRANSCRIPT
![Page 1: TUGAS1](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf8fe1550346703ba0cadb/html5/thumbnails/1.jpg)
TUGAS
EKSPLORASI GEOFISIKA DAN GEOTHERMAL
Oleh:
Agung Herdianto
NIM. 3514202002
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA
BIDANG MINAT TEKNIK GEOTHERMAL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2015
![Page 2: TUGAS1](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf8fe1550346703ba0cadb/html5/thumbnails/2.jpg)
A. Pendahuluan
Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda konduktif.
Perubahan komponen medan akibat variasi konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan
struktur bawa permukaan. Medan elektromagnetik yang digunakan dapat diperoleh dengan
sengaja membangkitkan medan elektromagnetik di sekitar daerah observasi. Pengukuran
semacam ini disebut teknik pengukuran aktif. Metode ini kurang praktis dan daerah observasi
dibatasi oleh besarannya sumber yang dibuat. Teknik pengukuran lain adalah teknik
pengukuran pasif. Tenik ini memanfaatkan medan elektromagnetik yang berasal dari sumber
yang tidak sengaja dibangkitkan. Gelombang elektromagnetik seperti ini berasal dari alam
dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30 kHz) adalah yang biasa disebut VLF (Very Low
Frequency). Teknik ini lebih praktis dan mempunyai jangkauan daerah pengamatan yang
luas.
Metode elektromagnetik VLF ini bertujuan untuk mengukur harga daya konduktivitas
batuan berdasarkan pengukuran gelombang elektormagnetik skunder. Metode ini
memanfaatkan gelombang hasil induksi elektomagnetik yang berfrekuensi sangat rendah.
Karena frekuensinya yang cukup rendah, gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup
dalam. Gelombang ini juga menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang kecil dalam
pandu gelombang antara permukaan bumi dan ionosfer.
Karena induksi gelombang tersebut, maka di dalam medium oleh batuanakan timbul
arus induksi. Arus induksi inilah yang menimbulkan medan sekunder yang dapat ditangkap di
permukaan bumi. Besarnya kuat medan elektromagnetik sekunder ini sebanding dengan
besarnya daya hantar listrik batuan (ρ), sehingga dengan mengukur kuat medan pada arah
tertentu, maka secara tidak langsung dapat mendeteksi daya hantar listrik batuan di
bawahnya.
B. Metode Filter Karous – Hjelt
Fraser pada tahun 1969 mengembangkan prosedur manipulasi data, dikenal dengan
filter Fraser untuk mengubah noise data anomali yang tidak berkontur. Manipulasi data
tersebut menghasilkan operator aplikasi yang berbeda mengubah titik temu menuju puncak
data. Dengan demikian membuat lebih mudah dalam menetukan dan mendapatkan operator
yang low pass dalam mengurangi noise. Namun pada perkembangannya pada tahun 1983
Karous dan Hjelt menemukan filter baru yang diberi nama filter Karous-Hjelt. Dengan
menerapkan metode ini dapat penyaring data komponen nyata VLF, sehingga dapat
memperoleh kepadatan arus pada kedalaman tertentu sama dengan jarak antara titik data dan
![Page 3: TUGAS1](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf8fe1550346703ba0cadb/html5/thumbnails/3.jpg)
dengan memvariasikan jarak sehingga memperoleh setara kerapatan arus penampang. yang
diperoleh kepadatan arus setara akan menyebabkan medan magnet dapat diukur. Menurut
CAKKONEN, SHARMA (1997) kemampuan filter Karous-Hjelt untuk memberikan indikasi
sasaran konduksi yang tepat sehingga membuatnya menjadi alat yang berguna dalam
perencanaan untuk model bawah permukaan mungkin dan percabangan untuk pemodelan
numerik dan inversi. Hal ini ditunjukkan di bawah ini di contoh inversi. Gambar dibawah
menggambarkan kepadatan untuk sudut dip yang berbeda, 90, 60, 45 dan 30 derajat.
Dari gambar diatas menunjukkan dengan jelas salah satu sifat yang paling berguna
dari filter Karous-Hjelt bahwa kapasitasnya untuk mengekspresikan arah sudut kemiringan
target ketika kepadatan arus berkontur dihitung. Namun, sudut dip nilai sendiri tidak dapat
ditentukan, kecuali untuk struktur vertikal simetris. Kedalaman dan batas kedalaman dapat
juga diuraikan menggunakan filter Karous-Hjelt.
Pendekatan linear sistem filtering baru dikembangkan oleh CHOUTEAU ET AL.
(1996). Filter ini mengubah magnet fungsi VLF mentransfer model lapangan menjadi jelas
nilai resistivitas. Hal ini didasarkan pada hubungan antara turunan horisontal permukaan
medan listrik dan medan magnet vertikal pada permukaan model Earth 2D. Hal tersebut
![Page 4: TUGAS1](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf8fe1550346703ba0cadb/html5/thumbnails/4.jpg)
menunjukkan bahwa teknik yang digunakan menghasilkan profil resistivitas jelas sangat
mirip, baik dalam besarnya dan panjang gelombang, dengan yang diperoleh dengan
menggunakan pengukuran VLF-R atau resistivitas arus searah (DC).
Metode filter karous dan hjelt terbatas hanya bentuk yang lebih umum dan lebih teliti
dari filter fraser. Namun berasal langsung dari konsep medan magnet yang terkait dengan
aliran arus dalam dibawah permukaan dan menghasilkan penampang 2-D menunjukkan
distribusi kerapatan arus di kedalaman berbeda berdasarkan jarak interval stasiun.
C. Hubungan Antara Panjang Gelombang Terhadap Resolusi (Frekuensi Aliasing dan
Nyquist)
Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maksimum sinyal
yang dapat direkam pada daerah survey tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, besarnya
sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi
perekamannya itu sendiri, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrument
tersebut.
Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam
akibat adanya aliasing. Frekuensi aliasing ini akan terjadi jika frekuensi yang terekam itu
lebih besar dari frekuensi nyquistnya. Besarnya frekuensi nyquist dapat dihitung dengan
rumus :
Frekuensi Nyquist = Fq = (1/2T) = 0,5 F sampling
Dimana : T = besarnya sampling rate
Sebagai contoh, jika kita ambil sampling ratenya sebesar 4 ms, maka besarnya
frekuensi sampling adalah (1000/4) s-1 atau 250 Hz, dan besarnya sampling rate adalah 125
Hz. Hal diatas memiliki arti fisis, jika besarnya frekuensi gelombang yang terekam memiliki
frekuensi lebih besar dari 125 Hz, maka frekuensi tersebut akan menjadi seolah-olah
mempunyai frekuensi yang lebih rendah dari frekuensi sebenarnya. Ini yang disebut frekuensi
aliasing.
Secara umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan
metode seismik adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition )
2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing )
3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation )
Tujuan utama dari suatu survei seismik adalah melakukan pengukuran seismik untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik dinilai dari
![Page 5: TUGAS1](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022082713/55cf8fe1550346703ba0cadb/html5/thumbnails/5.jpg)
perbandingan kandungan sinyal refleksi terhadap sinyal gangguan (S/N) dan keakuratan
pengukuran waktu tempuh (travel time) gelombang seismik ketika menjalar dalam batuan.
Eksplorasi seismik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : Eksplorasi prospek
dangkal dan eksplorasi dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection)
biasanya diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Sedangkan
ekplorasi seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek hidrokarbon yaitu
minyak dan gas. Masing-masing dari kegiatan tersebut menuntut resolusi dan akurasi yang
berbeda dengan teknik lapangan yang berbeda pula. Untuk memperoleh hasil pengukuran
data seismik refleksi yang baik diperlukan pengetahuan tentang system perekaman dan
parameter lapangan yang baik pula. Parameter lapangan sangat ditentukan oleh kondisi
lapangan yang ada.