tumbuh kembang geriatri

90
LAPORAN TUTORIAL I MODUL “KUINGIN ANAKKU SEPERTI ANAK TETANGGA” BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI Tutor : dr. Martira Meddeppungeng, Sp.A(K) DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A Sukri Lakowani 1102070090 Agung Dirgantara 1102080103 Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115 L.M Akhiruddin 1102090079 Assafahani Sibua 1102090038 M. Taufik Syarifuddin 1102090010 Fadli 1102090131 Tasia Ma’bud 1102090044 Risda Nurfadila 1102090018 Rismawaty Samonding 1102090096 Andi Fajar Apriani 1102090106 FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: zarah-alifani-dzulhijjah

Post on 23-Oct-2015

387 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

Geriatri

TRANSCRIPT

Page 1: Tumbuh Kembang Geriatri

LAPORAN TUTORIAL I

MODUL “KUINGIN ANAKKU SEPERTI ANAK TETANGGA”

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI

Tutor : dr. Martira Meddeppungeng, Sp.A(K)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2A

Sukri Lakowani 1102070090

Agung Dirgantara 1102080103

Zarah Alifani Dzulhijjah 1102090115

L.M Akhiruddin 1102090079

Assafahani Sibua 1102090038

M. Taufik Syarifuddin 1102090010

Fadli 1102090131

Tasia Ma’bud 1102090044

Risda Nurfadila 1102090018

Rismawaty Samonding 1102090096

Andi Fajar Apriani 1102090106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2011

Page 2: Tumbuh Kembang Geriatri

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan berkat dan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga laporan tutorial modul I ini dapat diselesaikan dengan baik

dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pembuatan laporan ini, khususnya kepada Ibunda dr. Martira

Meddeppungeng, Sp.A(K) yang telah membimbing kami selama proses tutorial

berlangsung.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam

Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia, yang berisi hasil diskusi kelompok kami tentang gangguan pertumbuhan

dan perkembangan anak, patofisiologi terjadinya ikterus, kejang, letargi, dan

hubungan antara masing-masing gejala yang ditampilkan dalam skenario modul ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak

kekurangan,baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan

diskusi modul ini lebih lanjut, akan kami terima dengan senang hati. Tidak lupa kami

ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

tugas ini.

Makassar, 31 Desember 2011

Penulis

2

Page 3: Tumbuh Kembang Geriatri

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap orang tua mengidamkan memiliki anak yang sehat, cerdas,

berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari

proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor

genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang

berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan

meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial.

Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia

dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden

Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan

tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila

terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age

dapat meminimalisasi disfungsi tumbuh kembang anak sehingga mencegah terjadinya

disfungsi permanen.

Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik,

psikologi, dan sosial. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua.

Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling

berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah

atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat

kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan

panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan

kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan

menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga

setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan merupakan

hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya.

Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu

3

Page 4: Tumbuh Kembang Geriatri

kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan

menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek

perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.

Untuk mengatasi kelainan tumbuh kembang pada anak, ada beberapa hal yang

dapat dilakukan pasangan suami istri yang belum mememiliki keturunan dapat

melaksanakan berbagai upaya pencegahan, Ibu hamil seyogyanya melakukan

pencegahan dan pemeriksaan terpadu, ibu bersalin sebaiknya di tolong paramedis

terlatih di tempat pelayanan kesehatan, serta perawatan dan pemeliharaan anak – anak

dengan optimal pada fase tumbuh kembang. Jikalau orang tua sudah memiliki anak

dengan kelainan tumbuh kembang, tetap ada beberapa upaya penanganan sehingga

dapat meminimalkan gangguan pada anak serta mencegah kecacatan yang lebih

parah.

Kelainan atau penyimpangan tumbuh kembang anak dapat dikendalikan sejak

awal. Istilah tumbuh kembang mencakup daua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi

saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan.Pertumbuhan ( growth) berkaitan dnegan masalah perubahan ukuran,

besar, jumlah atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur

dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolic

( retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh ). Perkembangan (development ) adalah

pertambahan kemampuan ( skill) dalam struktur tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini

menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan tubuh, organ –

organ, dan system oragan yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing –

masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual,

dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Artinya, pertumbuhan

mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan

pematangan fungsi organ/individu.

4

Page 5: Tumbuh Kembang Geriatri

BAB II

ISI

I. SKENARIO

Adinda seorang anak perempuan lahir pada tanggal 17 Desember 2010 dibawa

oleh ibunya ke puskesmas pada tanggal 5 November 2011 karena Adinda tidak seperti

anak tetangga sebelah rumah yang seusia dengannya.

Anamnesis (dari ibunya) :

Diperoleh informasi bahwa Adinda lahir ditolong oleh bidan dengan berat

badan lahir 3200 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 32 cm, ia segera

menangis, tetapi puncak kepala bengkak yang hilang dalam waktu 3 hari. Pada usia 4

hari, si bayi malas menetek dan kulit di seluruh tubuhnya tampak berwarna kuning.

Adinda pernah kejang satu kali, hanya mempi eroleh ASI selama 3 bulan

karena ibunya sudah harus masuk kerja. Pada usia 4 bulan telah diberi bubur susu.

Pada usia 6 bulan, adinda belum bisa duduk, namun kepala sudah bisa tegak.

Saat ini anak bisa tersenyum spontan tapi belum bisa mengoceh, kerincing dan

mainan yang dipegangnya selalu jatuh. Sepulang kerja, ibu selalau mengajak bicara.

Adinda mendapat imunisasi lengkap. Berat badan Adinda 2 bulan terakhir berturut-

turut 6700 gram dan 6900 gram. Panjang badan 2 bulan yang lalu adalah 63 cm (TB

ayah 160 cm dan TB Ibu adalah 152 cm)

Hasil Pemeriksaan:

Anak belum bisa duduk, kedua kaki kaku, tidak ditemukan anomali pada

organ lainnya. Berat badan saat ini 7000 gram, panjang badan 65 cm, dan lingkar

kepala 40 cm.

II. KATA SULIT

Imunisasi

a. Aktif: stimulasi sistem imun untuk pertahanan melawan penyakit

b. Pasif:Timbulnya reaktivitas imun spesifik pada individu yg nonimun

dengan pemberian sel limfoid tersensitasi atau serum dari individu

yang imun

Kaki kaku: Bersifat atau ditandai dengan spasme;hipertonik;kontraksi

involunter otot yang tiba- tiba mengeras.

5

Page 6: Tumbuh Kembang Geriatri

III. KATA KUNCI DAN ANALISIS KASUS

- Tanggal lahir : 17 Desember 2010

- Tanggal kunjungan/pemeriksaan : 5 November 2011

- Umur sekarang : 10 bulan 18 hari = 11 bulan

- Potensi tinggi anak usia 18 tahun :

Wanita = (Tinggi Ayah + Tinggi Ibu –13 cm) +/- 8.5cm

= (160 + 152 – 13)/2 = 149.5 ± 8.5 = 141-158 cm

Neonatus

BB : 3200 g = normal (N : 2500gr–4000gr)

PB : 50 cm = normal (N : 47 cm – 52

cm)

LK : 32 cm = kurang (N : 33 cm – 38

cm )

Puncak kepala bengkak : trauma lahir

Segera menangis : baik = normal (Apgar Score : ± > 7)

Malas menetek : tidak normal

Ikterus seluruh tubuh hari ke 4 : Derajat 4-5 (Bilirubin 11,1-18,3 atau

> 15 mg%)

Usia 6 bulan

6

Page 7: Tumbuh Kembang Geriatri

Kejang satu kali : tidak normal = depolarisasi berlebihan

ASI 3 bulan : Normal minimal 6 bulan dan belum

diberi MPA

Diberi bubur susu usia 4 bulan : Tidak boleh sebelm 6 bulan

Perkembangan

Menurut

Denver II

Motorik

Kasar

Bahasa Motorik

Halus

Personal

Sosial

Sekarang Kepala

tegak, belum

bisa duduk

Belum bisa

mengoceh

Tidak bisa

memegang

mainan

Tersenyum

spontan

Umur

Perkembangan

<6,8 bulan

bulan

<4,5 bulan < 3,9 bulan >2,1 bulan

Seharusnya Dapat duduk tanpa dibantu, dapat tengkuran dan berbalik sendiri, dapat merangkak dan meraih benda atau mendekati seseorang

mengoceh dengan nada, dapat mengeluarkan kata-kata tanpa arti

Sudah bisa memegang mainan, Memegang benda kecil dengan ibu jari dan telunjuk dan dapat melempar benda-benda

Sudah dapat tersenyum spontan Mengenal muka anggota keluarga dan takut terhdapa orang asing

Usia 9 bulan

Pertumbuhan

BB: 6.700 (kurang)

- TM I : 700-1.000 g/bln = 5.300 – 6200 g

- TM II: 500-6.000 g/bln = 6.800-8000 g

- TM III: 350- 450 g/bln = 7.850- 9.350g

PB : 63 cm (kurang)

- TM I : 2,8 – 4,4 cm/bln = 71,4- 76,2 cm

- TM II: 1,9-2,6 cm/bln =77,1- 84 cm

7

Page 8: Tumbuh Kembang Geriatri

- TM III: 1,3-1,6 cm/ bln =81- 88,8 cm

Usia 10 bulan

Pertumbuhan

BB : 6.900 gr (kurang)

-TM IV = 250-350 g/bln = 8.100-9.700 g

PB : -

Usia 11 bulan (sekarang)

Pertumbuhan

BB : 7.000 gr (kurang)

- TM IV : 250-350 g/bln = 8.350-10.050 g

PB : 65 cm (kurang)

- TM IV : 1,2 -1,3 cm/bln= 83,4 – 91,4 cm

LK : 40 cm (Kurang)

Kurva Lingkar kepala Nellhaus

Perkembangan

Belum bisa duduk, kedua kaki kaku = tidak normal

Seharusnya perkembangan usia 11 bulan

Perkembangan Normal

Motorik kasar duduk tanpa sokongan, telungkup:merangkak& merayap, dapat berjalan dengan dituntun

Motorik halus genggaman menggunting, melihat mainan-mainan yang dijatuhkan

Pendengaran&bahasa Mengulang bunyi yang didengarnya dan belajar menyatakan satu kata

Sosial membedakan orang asing, berpartisipasi dalam permainan, menirukan kegiatan, minum dari cangkir, tepuk tangan,da-da dengan tangan

8

Page 9: Tumbuh Kembang Geriatri

IV. PERTANYAAN

1. Sebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak !

2. Apa yang menyebabkan Adinda malas menetek ?

3. Jelaskan patomekanisme terjadinya ikterus pada Adinda serta jelaskan

hubungannya dengan keluhan malas menyusu!

4. Apakah ada hubungan antara imunisasi yang didapat dengan gangguan yang

dialami Adinda? Jelaskan !

5. Jelaskan etiologi, patofisiologi kejang yang dialami dan dampak kedepannya !

6. Bagaimana hubungan gangguan pertumbuhan dan perkembangan?

7. Jelaskan pencegahan yang dapat dilakukan untuk kasus di atas !

8. Sebutkan Differential Diagnosis dari kasus di atas !

V. PEMBAHASAN

1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak

a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan

b. Faktor lingkungan

Lingkungan Pranatal

Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu

sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi dengan BBLR (Berat

Badan Lahir Rendah) atau lahir mati.

Mekanis

9

Page 10: Tumbuh Kembang Geriatri

Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan

bawaan pada bayi yang dilahirkan.

Toksin/ zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat

teratogen. Misalnya obat-obatan anti kanker dsb dapat menyebabkan

kelainan bawaan.

Endokrin

Hormone-hormon yang mungkin berperan dalam pertumbuhan janin

adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid dan insulin.

Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat

bawaan lainnya.

Infeksi

Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah

TORCH

Stress

Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi

tumbuh kembang janin antara lain: cacat bawaan dan kelainan

kejiwaan.

Imunitas

Rhesus ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops

fetalis atau lahir mati.

Anoksia Embrio

Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali

pusat, menyebabkan BBLR (Berat badan Lahir Rendah)

Lingkungan Postnatal

Lingkungan biologis

o Ras/ suku bangsa

Pertubuhan somatic juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa.

o Jenis kelamin

10

Page 11: Tumbuh Kembang Geriatri

Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak

perempuan.

o Umur

Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada

masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kekurangan gizi.

o Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang

anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan dewasa, karena

makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, diman

dipengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.

o Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit,

tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin

setiap bulan, akan menunjang pada tumbuh kembang anak.

o Kepekaan terhadap penyakit

Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak

terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan

cacat atau kematian.

Faktor fisik

o Cuaca, musim dan keadaan geografis suatu daerah

Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam, dapat

berdampak pada tumbuh kembang anak, antara lain : akibat

gagalnya panen, sehngga banyak anak yang kekurangan gizi.

o Sanitasi

Sanitasi lingkungan memiliki peranan penting yang cukup

dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung

kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.

o Keadaan rumah

Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan

yang tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh

sesak akan menjamin kesehatan penghuninya.

Faktor psikososial

11

Page 12: Tumbuh Kembang Geriatri

o Stimulasi

Anak yang mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih

cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang/ tidak

mendapat stimulus.

o Stress

Stress pada anak akan berpengaruh pada anak berpengaruh

pada tumbuh kembangnya.

o Cinta dan kasih sayang

Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi.

Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari

orang tuanya.

o Kualitas interaksi anak dan orang tua

Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan

menimbulkan keakraban dalam keluarga.

Faktor keluarga

o Pekerjaan dan pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga yang baik akan menunjang tumbuh

kembang anak karena orang tua akan menyediakan segala

kebutuhan anak.

o Pendidikan orang tua.

Merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh

kembang anak.

o Jumlah saudara

Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial

ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya

perhatian dan kasih saying yang diterima anak.

o Stabilitas rumah tangga

Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang

harmonis dibandingkan dengan mereka yang kurang harmonis.

o Kepribadian orang tua

12

Page 13: Tumbuh Kembang Geriatri

Kepribadian orang tua yang terbuka tentunya berpengaruh

berbeda tehadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan

dengan mereka yang yang kepribadiannya tertutup

2. Penyebab anak malas menyusu

Malas menyusui dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, apakah itu adalah

faktor dari ibu atau dari adinda.

Faktor dari ibu dapat meliputi :

Cara menyusui, dimana cara menyusui dari ibu adinda yang masih

salah/belum sesuai. Seperti karena areola pada mammae tidak masuk

seluruhnya sehingga pemberian ASI kurang efektif

Berhubungan dengan posisi bayi yang kurang sesuai dengan posisi menyusui

sehingga pemberian ASI terganggu.

Kondisi puting susu yang kurang baik, seperti puting rata (inverted nipple)

Dari faktor bayi, berhubungan dengan kondisi dari bayi itu sendiri. Berdasarkan

kasus, beberapa kemungkinan yang berhubungan adalah :

Terjadinya perdarahan pada daerah kepala yang disebabkan persalinan lama,

adanya perdarahan menyebabkan gangguan kepada otak yang menyebabkan

kejang pada bayi

Sesak napas yang mengakibatkan gangguan menyusui, sesak napas itu sendiri

kemungkinan disebabkan oleh penyakit jantung seperti PDA/ASD

Peningkatan bilirubin Indirect yang sering pada bayi prematur, menyebabkan

kern ikterus, menyebabkann bilirubin mudah menembus sawar otak dan

berakibat pada kerusakan otak,berakibat kejang dan menyebabkan gangguan

pada proses menyusui

3. Patomekanisme terjadinya ikterus dan hubungannya dengan malas

menyusu

Ikterus (‘jaundice’) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah,

sehingga kulit(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada

13

Page 14: Tumbuh Kembang Geriatri

orang dewasa, ikterus akantampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17

µmol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5

mg/dL ( >86µmol/L).

Metabolisme bilirubin:

Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme

dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagian besar

terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga terdapat besi

yang kembali untuk pembentukan haemoglobin dan karbon monoksida

yangdieksresikan ke dalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi

bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin bersifat larut

dalam air dan secaracepat akan dirubah menjadi bilirubin melalui reaksi

bilirubin reduktase. Berbeda dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik

dan terikat dengan hydrogen serta  pada pH normal bersifat tidak larut. Jika

tubuh akan mengeksresikan, diperlukanmekanisme transport dan eliminasi

bilirubin.

a. Transportasi Bilirubin

Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikulo endothelial,

selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yanga akan berikatana dengan albumin.

Bayi baru lahir mempunyai kapasitas plasma yang rendah terhadap bilirubin

karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan molar yang

kurang. Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini merupakan zat non

polar dan tidak larut dalam air dan kemudian akan di transportasi ke dalam sel

hepar. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat memasuki susuna

syaraf pusat dan bersifat nontoksik. Selain itu albumin juga mempunyai

afinitas yang tinggi terhadap obat- obatan yang bersifat asam seperti penicillin

dan sulfonamide. Obat- obat tersebut akan menempati tempat utama

perlekatan albumin untuk bilirubin sehingga bersifat kompetitor serta

dapat pula melepaskan ikatan bilirubin dengan albumin.

b. Asupan Bilirubin

Pada saat kompleks bilirubin- albumin mencapai membrane plasma

hepatosit, albumin terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, di

14

Page 15: Tumbuh Kembang Geriatri

transfer melalui sel membrane yang berikatan dengan ligandin (protein y),

mungkin juga dengan protein ikatan sitosilik lainnya

c. Konjugasi Bilirubin

Bilirubin yang terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin

konjugasi yang larut dalam air di reticulum endoplasma dengan bantuan enzim

uridin diphospateglukuronosyl transferase menjadi bilirubin monoglukorida

yang selanjutnya akan dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronida.

Bilirubin kemudian diekskresikan ke dalam kalanikulus

empedu, sedangkan satu molekul bilirubin tak terkonjugasi akan

kembali ke reticulum endoplasmic utnuk rekonjugasi berikutnya.

d. Eksresi Bilirubin

Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan dieksresikan

kedalam kandung empedu kemudian memasuki saluran cerna dan di

eksresikan melalui feses. Setelah berada dalam usus halus bilirubin yang

terkonjugasi tidak langsung direabsorbsi, kecuali jika dikonversi kembali

menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta- glukoronidase yang

terdapat dalam usus. Reabsorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan

kembali ke hati untuk di konjugasi kembali disebut sirkulasi enterohepatik.

15

Page 16: Tumbuh Kembang Geriatri

Patofisiologi ikterus

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.

Keadaan yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban

bilirubin pada sel hepar yang  b e r l e b i h a n .  

H a l   i n i   d a p a t   d i t e m u k a n   b i l a   t e r d a p a t   p e n i n g k a t a n   p e n g h a n

c u r a n   e r i t r o s i t ,  polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga

dapat menimbulkan peningkatan kadar  bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi

apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayihipoksia, asidosis.

Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah

a p a b i l a   d i t e m u k a n   g a n g g u a n   k o n j u g a s i   h e p a r   a t a u   n e o n a t u s   y a n g  

m e n g a l a m i   g a n g g u a n ekskresi, misalnya sumbatan saluran empedu. Pada

derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan

tubuh.Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut

dalam air tapimudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya

efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah

otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebutKernikterus. Pada umumnya

16

Page 17: Tumbuh Kembang Geriatri

dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul

apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.Mudah tidaknya kadar

bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya tergantung   p a d a

k e a d a a n n e o n a t u s . B i l i r u b i n i n d i r e k a k a n m u d a k m e l e w a t i d a r a h

o t a k a p a b i l a b a y i terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan

hipolikemia.

Ikterus dan Malas Menyusu

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum.

Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak. Ensefalopati bilirubin (Kern Icterus) adalah

terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak. Kelainan ini

dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik. Bentuk akut terdiri atas 3 tahap; tahap 1

(1-2 hari pertama): refleks isap lemah, hipotonia, kejang; tahap 2 (pertengahan

minggu pertama): tangis melengking, hipertonia, epistotonus; tahap 3 (setelah minggu

pertama): hipertoni. Bentuk kronik: pada tahun pertama: hipotoni, motorik terlambat.

Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan, kehilangan pendengaran

sensorial.

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam

menimbulkan kerusakan sel-sel saraf, meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga

dapat terjadi. Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta 

mengganggu sintesis DNA.  Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori

dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala

sisa berupa tuli saraf. Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding

dengan konsentrasi bilirubin serum. Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang

terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan.

Manifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati dapat berupa :

a. Pada fase awal,  bayi dengan ikterus berat akan tampak letargi,

hipotonik, dan reflek hisap buruk.

b. Pada fase intermediate, moderate stupor, iritabilitas dan hipertoni.

c. Selanjutnya bayi akan demam, high – pitched cry, kemudian akan

menjadi drowsiness dan hipotoni.

17

Page 18: Tumbuh Kembang Geriatri

Pada tahap yang kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang bertahan hidup,

akan berkembang menjadi bentuk athetoid cerebral palsy yang berat,

gangguan pendengaran, displasia dental – enamel, paralysis upward gaze.

Dapat terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin

indirek pada otak.

P a d a   k e r n i k t e r u s   g e j a l a   k l i n i k   p a d a   p e r m u l a a n   t i d a k   j e l a s   a n t

a r a   l a i n b a y i   t i d a k   m a u menghisap, letargi, mata berputar-putar,

gerakan tidak menentu (involuntary movements),

k e j a n g   t o n u s   o t o t   m e n i n g g i ,   l e h e r   k a k u ,   d a n   a k h i r n y a

o p i s t o t o n u s . B a y i   y a n g   s e l a m a t   b i a s a n y a   m e n d e r i t a   g e j a l a   s i s

a   b e r u p a   p a r a l y s i s   s e r e b r a l   d e n g a n   a t e t o s i s ,   g e n g g u a n  pen

dengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis

4. Hubungan riwayat imunisasi dengan keluhan

Tujuan imunisasi yaitu untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat

mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit

yang sering berjangkit.

Beberapa manfaat imunisasi adalah sebagai berikut:

Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila

anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara

Umur Vaksin Tempat

Bayi lahir dirumah

0 Bulan (0-7 hari) HB1 Dirumah

1 Bulan BCG Posyandu

18

Page 19: Tumbuh Kembang Geriatri

2 Bulan HB2 Posyandu

3 Bulan HB2, DPT1, Polio1 Posyandu

4 Bulan HB3, DPT2. Polio2 Posyandu

9 Bulan Campak dan Polio 4 Posyandu

Bayi lahir di RS/Bidan

praktek

0 Bulan (0-7hari) HB1, Polio1, BCG RS/Bidan Praktek

2 Bulan HB2, DPT1, Polio 2 Posyandu

3 Bulan HB3, DPT2, Polio 3 Posyandu

4 Bulan DPT3, Polio 4 Posyandu

9 Bulan Campak Posyandu

19

Page 20: Tumbuh Kembang Geriatri

20

Page 21: Tumbuh Kembang Geriatri

Penyakit Gejala-gejala

penyakit

Penyebab / Cara penularan

Vaksin Dosis/Umur Catatan

TBC Batuk selama 2 minggu atau lebih

Rasa nyeri dalam dada

Batuk darah

Capek / Lelah

Berat badan menurun

Nafsu makan berkurang

Kedinginan Demam

lebih dari 1 bulan

Berkeringat di malam hari

Pada anak, sering terjadi TBC ekstra-paru

Kematian (50% kasus TBC paru yang tidak diobati)

Bakteri TBC (bakteri terhirup)

BCG 1 dosis, sebaiknya pada bayi < 1 tahun

Vaksin boleh diberi pada semua umur

Difteria Tenggorok terlihat selaput putih kotor, dengan peradangan

Sakit tenggorakan

Pembengkakan kelenjar

Pembengkakan leher

Kematian (5-10% kasus yang tidak diobati)

Bakteri difteria

(Bakteri terhirup)

DPT 3 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu

---

21

Page 22: Tumbuh Kembang Geriatri

Penyakit Gejala-gejala

penyakit

Penyebab / Cara penularan

Vaksin Dosis/Umur Catatan

Polio Kelumpuhan

Kecacatan

Kematian

Virus

(Virus ditularkan oleh tangan, air dll yang mengandung kotoran)

OPV 4 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu

4 dosis seharusnya diberi sebelum anak berumur 1 tahun

Hepatitis B

Peradangan hati

Terjadi kanker hati dalam 15-25% kasus (banyak tahun setelah terinfeksi pertama)

Virus

(cairan tubuh)

HepB 3 dosis, 1 dan 6 bulan sejak dosis pertama

---

Campak Gejala pilek biasa

Demam Bercak

merah Pnemonia Kematian

Virus

(virus terhirup)

Campak 1 dosis, berumur 9-11 bulan

---

Pertusis (Batuk Rejan)

Batuk yang sangat keras, sukar berhenti

Muka menjadi merah atau kebiruan

Muntah Kematian

pada bagian kecil kasus

Bakteri Pertusis

(Bakteri terhirup)

DPT 3 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu

---

22

Page 23: Tumbuh Kembang Geriatri

Penyakit Gejala-gejala

penyakit

Penyebab / Cara penularan

Vaksin Dosis/Umur Catatan

Tetanus Kejang dan kaku secara menyeluruh yang sangat sakit

Pada bayi, tiba-tiba bayi tidak bisa menyusui

Angka kematian sangat tinggi – 10-90% porsent kasus yang tidak diobati (kematian lebih sering terjadi pada anak kecil dan bayi)

Toxin produced by Bakteri Tetanus

(Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka, mis. tali pusat terpotong)

DPT atau TT

DPT: 3 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu

ATAU

TT: 2 dosis, selang waktu antara dosis minimal 4 minggu, kemudian 1 dose ‘booster’

TT boleh diberikan kepada ibu hamil, atau kepada calon pengantin wanita (CPW). Hal ini mencegah penyakit tetanus bagi bayi baru lahir, karena bayinya mendapat zat anti dari ibunya. Setiap ibu seharusnya dapat 3 dosis minimal, sebaiknya 5.

Bila 1 dosis waktu CPW, maka 2 dosis pada kehamilan pertama

Bila 2 dosis waktu CPW, maka 1 dosis pada kehamilan pertama

Bila 0 dosis waktu CPW, maka 2 dosis pada kehamilan pertama, dan 1 dosis pada kehamilan kedua.

Pada skenario, terdapat informasi bahwa Imunisasi yang didapati oleh adinda

sudah lengkap. Namun untuk lebih memperjelas kemungkinan bahwa imunisasi

yang dilakukan masih dibawah pengetahuan sang ibu, maka perlu pula dipikirkan

kemungkinan imunisasi yang tidak lengkap. Imunisasi yang tidak lengkap

23

Page 24: Tumbuh Kembang Geriatri

mempunyai hubungan tidak langsung terhadap pertumuhan dan perkembangan

anak. Di mana, imunisasi yang tidak lengkap menyebabkan sistem imun belum

terbentuk sempurna dan bayi lebih mudah terpajan oleh antigen sehingga bayi

lebih mudah terkena penyakit. Dan apabila anak mudah terserang penyakit,

kemungkinan intake nutrisi yang dibutuhkan akan menurun akibat mengurangnya

nafsu makan pada saat sakit. Akibatnya, nutrisi yang dibutuhkan pada periode

pertumbuhan dan perkembangan tidak terpenuhi.

Beberapa vaksin menyebabkan efek samping, tetapi pada mayoritas orang efek

samping tersebut ringan saja misalnya deman ringan, sakit/pembengkakan lokal

ditempat suntikan. Efek ini akan hilang dengan sendirinya dalam waktu singkat

(1-2 hari). Efek samping yang gawat sanagt jarang terjadi. Risiko yang sangat

kecil bahwa anak akan mengalami efek samping gawat harus dibandingkan

dengan risiko yang jauh lebih besar, yaitu anak kena penyakit jika dia tidak

diimunisasi. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam

ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping

tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:

- Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)

- Kejang

- Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah

mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

- Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi

DPT bias ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang,

penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda

sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah

mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri,

kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan

menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk

mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau

lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan

24

Page 25: Tumbuh Kembang Geriatri

5. Patofisiologi kejang dan dampaknya

Kejang adalah gangguan lepas muatan listrik yang berlebihan dari sinkrom

pada sekelompok sel neuron otak. (Ngastiyah,1997). Adanya gangguan fungsi

otak karena suhu tinggi, radang, tumor, trauma dan gangguan elektrolit atau

metabolisme.

Etiologi kejang digolongkan :

1. Intrakranial

a) Gangguan metabolic

Hiperglikemi

Hipokalsemia

Hipomagnesium

Gangguan elektrolit

b) Toksik

Intoksikasi anastesi

Drug withdrawal (penghentian obat)

c) Kelainan diturunkan

gangguan metabolism

kekurangan peridoxin

d) Kernikterus

2. Ekstrakanial

a) Asfiksia

b) Trauma ( perdarahan )

c) Infeksi

bakteri dan virus

d) Kelainan

3. Idiopatik

a) kejang yang terjadi 48 jam pertama yaitu asfiksia, trauma lahir dan

hipoglikemi

b) kejang hari ke 5 – 27 yaitu hipokalsemia ( bukan komplikasi)

c) kejang antara hari 7 – 10 karena infeksi dan kelainan genetic

25

Page 26: Tumbuh Kembang Geriatri

Patofisiologi kejang adalah sebagai berikut :

Untuk mempertahankan hidup sel atau organ otak diperlikan energi yang

didapat dari metabolisme.bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting

adalah glukosa dan oksigen. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantaraan

fungsi paru- paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa

yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh

membran yang teridri dari permukaan membran yaitu lipoid dan permukaan luar

yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilaalui dengan

mudah oleh ion kalium (K+) dan sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit

lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibat konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan

sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan sdiluar sel,

maka terdapat keadaan potensial membran yang disebut potensial membran dari

neuron. Untuk menjaga keseimbengan potensial membran ini diperlukan energi

dan bantuan en zim Na-K ATP- ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah menjadi :

Perubahan kosentrasi ion diluar ekstraseluler

Rangnsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya.

26

Page 27: Tumbuh Kembang Geriatri

Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada seoarang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari

seluruh tubnuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena

itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron

dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium

melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatn listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun

kemembran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter

dan terjadi kejang.

Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang

berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel

neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut

diduga disebabkan oleh kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron

untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan, berkurangnya inhibisi oleh

neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA] atau meningkatnya eksitasi

sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang

berulang, sertaStatus epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang

berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak

sempurna.

27

Page 28: Tumbuh Kembang Geriatri

Dampak kejang pada anak adalah :

Tidak apa – apa

Epilepsi

Cacat mental atau ganngguan kepribadian

Cacat fisik atau kelumpuhan

Kematian

Kepayahan

Hipertensi

Tekanan intra cranial

28

Page 29: Tumbuh Kembang Geriatri

6. Bagaimana hubungan gangguan pertumbuhan dan perkembangan?

Dari scenario, didapatkan data lingkar kepala yang kurang dari normal. Kecilnya

lingkar kepala menunjukkan ukuran otak yang kecil pula (mikrosefali). Kecilnya

otak berbanding dengan usia menunjukkan ketidaksempurnaan perkembangan

otak. Ada bagian- bagian yang mengatur fungsi- fungsi tertentu yang terganggu

perkembangannya sehingga fungsi- fungsinya juga terganggu atau terlambat.

Lingkra kepala yang merupakan unsur pertumbuhan mengalami gangguan yang

juga akan memunculkan beragam gangguan fungsi yang menggambarkan

perkembangan. Jadi, secara tidak langsung, gangguan pertumbuhan juga

menyebabkan gangguan perkembangan.

Begitu pula dengan kurangnya berat badan berbanding dengan usia. Hal ini

menunjukkan kurangnya nutrisi pada anak. Kurangnya nutrisi juga berefek

terhadap perkembangan otak dan organ- organ lainnya. Hal ini juga akan

mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Panjang badan juga menunjukkan

hal yang sama. Kesesuaian antara setiap komponen pertumbuhan dengan usia

dapat disesuaikan dengan kurva pertumbuhan. Kurva yang dipakai dapat

menggunakan standar CDS, tetapi sekarang lebih dianjurkan menggunakan kurva

standar WHO, yaitu NCHS (National Center for Health Statistic). Antara

persentil ke 50 dengan ke 3 adalah normal, kurang dari persentil 3 adalah

malnutrisi untuk berat badan terhadap umur . Disepakati pula bahwa nilai median

29

Page 30: Tumbuh Kembang Geriatri

-2SD sebagai batas antara gizi baik dengan gizi kurang (cut off point) yang

mempunyai nilai yang kurang lebih sama dengan persentil ke 3 atau 80%

terhadap median.

30

Page 31: Tumbuh Kembang Geriatri

Untuk lingkar kepala,digunakan Kurve Lingkar Kepala Nellhaus. Lingkar kepala

mencerminkan volume intracranial. Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak.

Apabila otak tidak tumbuh normal maka kepala akan kecil sehingga LK yang

lebih kecil (mikrosefali) akan menunjuukan adanya retardasi mental.

Ada gangguan pertumbuhan berupa gangguan panjang badan dapat diduga juga

merupakan factor keturunan. Hal ini bisa di perkirakan dari tinggi badan Ayah

dan Ibunya. Namun, tinggi badan maksimalnya baru bisa terlihat setelah umur 18

tahun. Pada usia ini, tingginya termasuk perawakan pendek atau tidak bisa dilihat

pada kurva CDC.

31

Page 32: Tumbuh Kembang Geriatri

Taksiran tinggi badannya adalah 141- 158 cm. Pada table terlihat tinggi 158 cm

dibawah persentil 50, sebenarnya masih normal.Tetapi 141 cm termasuk

perawakan pendek. Jadi, kemungkinan factor genetic juga memberikan pengaruh

terhadap tinggi badannya di usia 18 tahun.

32

Page 33: Tumbuh Kembang Geriatri

Di Indonesia, pemantauan tumbuh kembang anak menggunakan KMS (Kartu

Menuju Sehat). KMS yang ada di Indonesia berdasarkan standar Harvard,

dimana 50 persentil standar Harvar ddianggap 100 % yang merupakan batas atas

garis hijau. Garis titik- titik merupakan batas gizi baik dan gizi kurang

berdasarkan median -2 SD , mempunyai nilai yang kurang lebih sama dengan

persentil 3, atau 80% terhadap median. Sedangkan garis merah adalah 60%

terhadap median yang merupakan batas gizi kurang terdap gizi buruk.Tiap garis

warna pada KMS berniali 5%.. Jika menggunakan KMS, termasuk N atau normal

jika grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama dengan

Kenaikan BB Minimum (KBM), sedangkan termasuk T (Tidak naik) jika grafik

BB mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau

kenaikan BB kurang dari BKM. Selain itu penggolongannya juga bisa

menggunakan kalsifikasi dibawah ini:

N1: Tumbuh kejar (Catch up growth) = pertumbuhan diatas garis baku

N2: Tumbuh normal = pertumbuhan sejajar garis baku

T1 : Growth faltering = kurang atau tumbuh kurang dari yang diharapkan

T2 : Flat growth = pertumbuhan datar atau BB tetap

33

Page 34: Tumbuh Kembang Geriatri

T3: Loss of growth = arah garis kurang dari arah garis baku

7. Penatalaksanaan dan Pencegahan

Deteksi dini terhadap gangguan perkembangan dan pertumbuhan anak

Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin

sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang

dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh

kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang

disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui

penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya

pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan

indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-

upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan

demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal (Tim Dirjen

Pembinaan Kesmas, 1997). Penilaian pertumbuhan dan perkembangan

meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian

perkembangan. Masing-masing penilaian tersebut mempunyai parameter dan

alat ukur tersendiri.

a) Pengukuran berat badan (BB)

Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan

keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu

Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik

pertumbuhannya dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.

b) Pengukuran tinggi badan (TB)

Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun dilakukan dengan

berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri. Hasil

pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai

grafik pertumbuhan tinggi badan.

c) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)

PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan

perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak

mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada

pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.

34

Page 35: Tumbuh Kembang Geriatri

Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil

rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.

d) Development Screening Denver Test

DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini masalah

penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun. Instrumen ini

merupakan revisi dari DDST yang pertama kali dipublikasikan tahun 1967

untuk tujuan yang sama.

Pemeriksaan yang dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti

evaluasi diagnostik, namun lebih ke arah membandingkan kemampuan

perkembangan seorang anak dengan anak lain yang seumur. DDST II

digunakan untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada

anak yang mempunyai tanda-tanda keterlambatan perkembangan maupun

anak sehat. DDST II bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan

peramal kemampuan intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak

dibuat untuk menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk

membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan

kemampuan anak lain yang seumur.

Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II (Subbagian

Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004), formulir tes

DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal sosial,

motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal sosial

meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan

penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan

pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam

hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda

kecil serta pemecahan masalah, sehingga apabila hasil test menunjukkan

adanya kelambatan ataupenyimpangan dari aspek motorik, fisik, emosional,

dan sosial dapat dilakukan upaya terpadu dan terindikasi khusus untuk

mencegah terjadinya kelainan fisik, mental, psikomotorik.

35

Page 36: Tumbuh Kembang Geriatri

36

Page 37: Tumbuh Kembang Geriatri

Beri Stimulus agar si Kecil melewati tahap perkembangannya dengan baik

Pemberian stimulus-stimulus adalah untuk melatih atau mengajarkan anak-

anak supaya melalui tahapan perkembangannya dengan baik. Stimulasi

dilakukansambil bermain, misalnya mengajak anak berlari berkeliling meja

makan sambil berpura-pura menjadi kucing yang dikejar anjing kecil. Begitu

pula ketika mau mandi, ajak anak berlari atau melompat-lompat ke arah kamar

mandi. Kemudian minta ia membuka kancing bajunya, dan menaruh baju

kotornya dengan melemparnya ke arah keranjang cucian. Kegiatan-kegiatan

itu saja sudah menstimulasi beberapa motorik kasar si kecil.

a) Stimulasi Motorik Kasar

Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti

berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta

menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan

keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun,

anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti

melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung

ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan

berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba,

seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang

mengandung bahaya. Nah, agar motorik anak dapat berkembang dengan

baik dan sempurna perlu dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu.

Berikut stimulasi yang dapat diberikan:

Jalan

Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan

yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-

gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak

karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”.

Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong

juga bisa membantu anak belajar berjalan.

Lari

Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan,

sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang

37

Page 38: Tumbuh Kembang Geriatri

bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan

kemudian roda 2) serta naik turun tangga.

Lompat

Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di

tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan”

kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak

baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk

melompat atau bermain.Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-

lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur

sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-

lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan

memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara

bergantian.

Lempar

Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu

posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa

dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki

seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada

jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas,

sejajar, atau lambungan dari bawah.

Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang

khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis

dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya

diganti dengan bola yang bervelcrow.

b) Stimulasi Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada

koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan

meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.

Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat

berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini

masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu

bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok

secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu

38

Page 39: Tumbuh Kembang Geriatri

sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus

berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan

gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan

tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada

waktu anak menulis atau menggambar.

Nah agar motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu

dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Berikut stimulasi yang dapat

diberikan sesuai umurnya. Stimulasi berikut mudah diterapkan dengan

sarana dan fasilitas yang ada di sekitar kita

Kelompok Umur 0-3 Bulan

Menggantungkan mainan yang dapat berputar/berbunyi dan

berwarna cerah sehingga membuat bayi tertarik dan melihat,

menggapai/menendang mainan tersebut.

Letakkan/sentuhkan sebuah mainan kecil, berbunyi dan

berwarna cerah pada tangan bayi atau punggung jari-jarinya.

Ajak bayi meraba dan merasakan berbagai bentuk permukaan

seperti mainan binatang, mainan plastik, kain-kain perca, dan

lain-lain.

Kelompok Umur 3-6 Bulan

Stimulasi sebelumnya tetap dilanjutkan.

Letakkan mainan sejenis rattle lalu coba tarik pelan-pelan untuk

melatih bayi memegang dengan kuat.

Letakkan sebuah mainan di tangan bayi dan perhatikan apakah

ia memindahkannya ke tangan yang lain. Lain waktu berikan

mainan pada kedua tangannya.

Kelompok Umur 6-9 Bulan

Mengambil benda-benda kecil, seperti remahan roti.

Memasukkan benda ke dalam wadah.

Bermain genderang dengan menggunakan kaleng kosong bekas

dan tunjukkan cara memukulnya.

Membuat bunyi-bunyian dengan membenturkan 2 kubus/balok

yang tidak dapat pecah.

Kelompok Umur 9-12 Bulan

39

Page 40: Tumbuh Kembang Geriatri

Bermain dengan maian yang mengapung di air.

Menyusun balok/kotak.

Menggambar dengan menggunakan krayon/pensil berwarna.

Bermain dengan menggunakan peralatan memasak, tentunya

yang aman dan berbahan plastik khusus buat si kecil.

Upaya pembinaan tumbuh kembang anak dirahkan untuk meningkatkan

kesehatan fisik, mental, dan emosional dan sosial anak. Upaya tersebut

dilakukan sedini mungkin sejak di dalam kandungan dengan perhatian khusus

pada bayi dan anak balita yang merupakan masa kritis dan masa emas bagi

kelangsungan tumbuh kembang anak.

Secara umum kebutuhan anak balita terbagi pada 2 bagian yaitu (1)

kebutuhan fisik seperti kebutuhan untuk hidup: fisiologis, makan, minum, dan

istirahat. (2) kebutuhan psikologis yaitu rasa aman, nyaman, disayang, serta

diperhatikan, sehingga anak tumbuh percaya diri dan bangga akan kemampuan

dirinya. (3) perlakuan yang salah (4) tindakan yang dapat dilakukan. (5)

a) Kebutuhan Fisik Anak Balita

Kebutuhan fisik anak balita menurut rentang usia dapat dilihat dari matriks

berikut ini:

NO

SIKLUS/USIA

ANAK

KEBUTUHAN ESSENSIAL

JENIS LAYANAN

1 Janin dalam kandungan sampai lahir

1. Asupan gizi seimbang

- Pemberian makanan bergizi seimbang - Suplementasi gizi mikro

2. Janin tumbuh kembang secara normal

Pelayanan pemeriksaan kehamilan

Stimulasi janin dalam kandungan

Penyuluhan tentang konsep diri ibu hamil

3. Pencegahan dan pengobatan penyakit

- Imunisasi TT- Pencegahan penyakit menular lainnya- Pengobatan

4. Asuhan persalinan

Pertolongan persalinan

5. Asuhan bayi baru lahir

1.Pencatatan berat dan panjang lahir.2. Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) a.l:

- Pemeriksaan kesehatan- Penanganan penyakit- Injeksi vitamin K1- Pemberian salep mata

40

Page 41: Tumbuh Kembang Geriatri

NO

SIKLUS/USIA

ANAK

KEBUTUHAN ESSENSIAL

JENIS LAYANAN

- Perawatan tali pusar - Menjaga bayi tetap hangat

2 Bayi 0-28 hari

1.Asupan gizi seimbang

- Inisiasi menyusui dini- Pemberian ASI ekslusif- Pemberian makanan bergizi seimbang bagi ibu- Suplementasi gizi mikro bagi ibu

2. Asuhan bayi baru lahir

- Pencatatan berat dan panjang lahir- Manajemen terpadu bayi muda (MTBM) yang

mencakup antara lain:-Pemeriksaan kesehatan-Penanganan penyakit-Injeksi vitamin K1-Pemberian salep mata-Perawatan tali pusar-Menjaga bayi tetap hangat

3.Pencegahan penyakit

Pemberian Imunisasi

4.Tumbuh kembang normal

Stimulasi tumbuh kembang

5. Akte kelahiran Pencatatan kelahiran & penerbitan akte kelahiran

3 Bayi 1 – 24 bulan

1. Asupan gizi seimbang

Pemberian ASI ekslusif untuk bayi usia 1-6 bulan

Pemberian makanan bergizi dan Suplementasi gizi makro kepada ibu

Pemberian ASI untuk usia 6-24 bulan

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan

Pemberian makanan keluarga bergizi seimbang untuk anak usia 1 tahun keatas

Pemberian zat gizi mikro mulai usia 6 bulan

41

Page 42: Tumbuh Kembang Geriatri

2. Tumbuh kembang normal

Penimbangan setiap bulan

Stimulasi dini

Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya

Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)

2. Pencegahan dan pengobatan penyakit

Imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

Perawatan balita gizi buruk

Pencegahan penyakit menular.

4 Anak 2-6 tahun

1. Asupan gizi seimbang

Pemberian makanan dengan gizi seimbang (family food)

Fortifikasi /suplementasi zat gizi mikro sampai usia 5 tahun

2. Tumbuh kembang normal

Penimbangan balita setiap bulan sampai usia 5 tahun

Stimulasi dini

Penyuluhan stimulasi tumbuh kembang bagi ibu, keluarga, dan pengasuh lainnya

Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (DIDTK)

3. Pencegahan dan pengobatan penyakit

Imunisasi booster

Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)

Perawatan balita gizi buruk

Pencegahan penyakit menular lainnya

4. Pengembangan kecerdasan jamak:- Verbal/

bahasa- Matematik/

logika- Spasial- Kinestetik- Musik- Interpersona

l- Intrapersona

l- Naturalis- Spiritual

Pendidikan dini melalui pemberian rangsangan pendidikan sesuai tahap perkembangan dan potensi anak mencakup: - Pengembangan sensori motor,- Pengembangan main peran,- pengembangan main pembangunan.- Bimbingan keagamaan sesuai sesuai usia anak.- Bimbingan belajar sambil bermain bagi anak usia 3 – 4 tahun untuk memenuhi hak anak atas pendidikan.

Janin sampai 6 tahun yang mempunyai kebutuhan khusus

- Penerimaan dan kasih sayang

- Pemeliharaan dan perawatan.

- Asuhan,

Pemeliharaan, perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan dan perlindungan

Sesuai kebutuhan khususnya

42

Page 43: Tumbuh Kembang Geriatri

bimbingan, didikan dan pembinaan

- perlindungan

b) Kebutuhan Psikologis Anak Balita

Kebutuhan psikososial anak balita, yang dapat dilakukan orang tua atau pengasuh

dapat mempengaruhi optimalisasi tumbuh kembang anak balita. Perilaku orang tua

atau orang dewasa lainnya yang perlu diperhatikan, yakni:

Akrab

Sejak anak masih dalam kandungan, orang tua harus menjalin akrab dengan

anak, demikian halnya setelah anak mencapai balita, pengasuh atau

pembimbing harus menjalin akrab dengan anak. Keakraban ini penting untuk

memberikan rasa nyaman dan aman yang diperlukan anak untuk

mengeksplorasikan lingkungannya. Tanpa rasa nyaman dan aman, anak akan

menarik diri dari dunianya. Anak menjadi tidak terbuka dengan pengalaman

dan kesempatan-kesempatan belajar, dimana hal ini akan dibawanya sampai

meninggal.

Disiplin

Disiplin tidak ada hubungan dengan hukuman dan aturan yang kaku. Disiplin

lebih terkait dengan kebiasaan hidup teratur dan kebiasaan ini harus dimulai

dari orang tua. Anak menyukai keteraturan dan rutinitas dan ini penting untuk

membentuk pola kebiasaan, termasuk kedisiplinan. Kebiasaan hidup teratur

dapat dilakuak melaui; kebiasaan mengembalikan barang ke tempatnya semula,

membereskan mainan, merapikan meja setelah dipergunakan dsb.

Hindari Kekerasan.

Marah kepada anak tanpa alasan yang dapat dipahami oleh anak sudah

merupakan salah satu bentuik kekerasan. Menghukum baik fisik maupun

mental termasuk memukul, mendiamkan anak, memasang muka cemberut,

hanya akan membuat anak kehilangan percaya diri dan lebih jauh lagi anak

akan kehilangan harga diri.

Toleransi

43

Page 44: Tumbuh Kembang Geriatri

Bertoleransi terhadap kesalahan anak, bukan kebalikan dari disiplin. Kesalahan

yang dilakukan anak sering kali hanya karena perbedaan pandang kita sebagai

orang tua atau orang dewasa dengan cara pandang anak. Menghargai

perbedaan perlu dikenalkan pada saat anak mulai dapat berbicara dan bermain

dengan teman sebayanya. Konflik yang sering terjadi karena kita tidak bisa

menghargai perbedaan. Hal terkecil tetapi penting untuk dilakukan orangtua

adalah mendengarkan dan menghargai pendapat anak.

Menjadi Motivator.

Anak tidak sekedar mencontoh dan anak tidak hanya membutuhkan

keteladanan orangtua. Dorongan atau motivasi sering lebih penting daripada

ajakan. Terlebih pada usia setahun, saat anak memerlukan kemampuan untuk

mengontrol dirinya, motivasi berperan penting agar kelak tidak menjadi anak

yang pemalu atau peragu. Dorongan orang tua akan muncul dengan sendirinya

jika orangtua atau pengasuh sering mendampingi atau memfasilitasi kegiatan

bermain anak. Tentu saja dorongan untuk mendikte yang sering muncul tanpa

kita sadari harus benar-benar kita hindari.

8. Differential Diagnosis

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY (GDD)

A. Definisi

Global Developmental Delay atau Keterlambatan Perkembangan Menyeluruh adalah

suatu keadaan dimana terjadi paling sedikit 2 dari 5 kriteria perkembangan anak yang

terlambat, yaitu perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi, dan

kemandirian.

B. Jenis Perkembangan Anak

1. Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian

besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan

44

Page 45: Tumbuh Kembang Geriatri

sebagainya. Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia batita.

Diawali dengan kemampuan berjalan, lantas lari, lompat dan lempar. Nah, modal

dasar untuk perkembangan ini ada 3 (yang berkaitan dengan sensori utama), yaitu

keseimbangan, rasa sendi (propioceptif) dan raba (taktil). Untuk melatihnya yang

jelas lakukan sedini mungkin saat semua perkembangan sensorinya terpenuhi.

Berkaitan dengan ini, orangtua harus bijak melihat kesiapan anak. Misal, anak 12

bulan yang sudah bisa berjalan bisa distimulasi untuk perkembangan berikutnya yaitu

lari, lompat, dan lempar. Sebaliknya, bila fase berjalan belum dilalui anak dengan

baik, tentu tahapan perkembangan berikutnya pun belum bisa diajarkan. Lantaran

itulah, penting bagi kita untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan per usia anak.

Cara ini juga memungkinkan kita mendeteksi gangguan yang siapa tahu dialami si

kecil.

2 Ketrampilan Motorik halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian

anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun

balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat

penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Usia Motorik kasar Motorik halus

0-3 bulan - mengangkat kepala,- guling-

guling, - menahan

kepala tetap tegak,

- melihat, meraih dan menendang mainan gantung, - memperhatikan benda

bergerak, - melihat benda-benda

kecil,- memegang benda,- meraba dan merasakan

bentuk permukaan,3-6 bulan - menyangga

berat, - mengembang

kan kontrol kepala.- Duduk.

- memegang benda dengan kuat,- Memegang benda

dengan kedua tangan,- makan sendiri,- mengambil benda-benda

kecil.

45

Page 46: Tumbuh Kembang Geriatri

6-9 bulan - merangkak- menarik ke

posisi berdiri- berjalan

berpegangan- berjalan

dengan bantuan.

- Memasukkan benda kedalam wadah,- Bermain ’genderang’- Memegang alat tulis dan

mencoret-coret- Bermain mainan yang

mengapung di air- Membuat bunyi-

bunyian.- Menyembunyikan dan

mencari mainan9-12 bulan - bermain bola

- membungkuk- berjalan

sendiri- naik tangga.

- Menyusun balok/kotak- Menggambar- Bermain di dapur.

3. Kemampuan Bicara dan Bahasa

Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin sehingga dalam

masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. Kemampuan bicara bayi

masih dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan dengan cara menangis, mengoceh,

gerakan isyarat dan ekspresi wajah seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering

muncul senyum sosial sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar .

Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai cara untuk

mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain. Bayi akan bereaksi pada

ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya orangtua membaca ekspresi bayi dan

merespon jika ekspresi bayi menunjukkan tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi

emosi bayi, yang mudah dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan.

Jika orangtua lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira,

santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap sesuatu dan

cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan. Sebaliknya jika orang dewasa

mengkondisikan dengan situasi yang tidak menyenangkan maka suasana emosi bayi

cenderung buruk. Kemampuan bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan

perkembangan otak, terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan

menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan, berbicara,

tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah berlangsung perubahan dalam otak.

46

Page 47: Tumbuh Kembang Geriatri

Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron) yang dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun

akan sangat mempengaruhi pada perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi

mengerti dan memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan

melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki kemampuan untuk

memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan menangkap suatu konsep

melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh karenanya untuk mengoptimalkan

kemampuan otaknya maka bayi perlu lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal

benda-benda sekelilingnya sambil terus mengajak berbicara.

Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa

0-3 bulan o prabicara,o meniru suara-suara, o mengenali berbagai suara.

3-6 bulan o mencari sumber suara, o menirukan kata-kata..

6-9 bulan o menyebutkan nama gambar di buku majalah,o menunjuk dan menyebutkan nama gambar-

gambar.9-12 bulan o menirukan kata-kata

o berbicara dengan bonekao bersenandung dan bernyanyi.

4. Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian

Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan sosialisasi pada masa

bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam keluarga terjadi hubungan timbal balik

antara bayi dan pengasuh atau orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan

memberi kerangka pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting bagi

bayi karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi untuk

bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang diperoleh dengan

cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu, misalnya mencontoh perilaku sosial

dari kakak atau orang tuanya, yang akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian

pribadi dan sosialnya dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada

masa bayi sbb:

47

Page 48: Tumbuh Kembang Geriatri

Usia Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian

0-3 bulan o memberi rasa aman dan kasih sayang,o mengajak bayi tersenyum, o mengajak bayi mengamati benda-benda dan

keadaan di sekitarnya, o meniru ocehan dan mimik muka bayi,o mengayun bayi,o menina bobokan.

3-6 bulan o bermain ”ciluk ba’, o melihat dirinya di kaca,o berusaha meraih mainan.

6-9 bulan o mulai bermain atau ’bersosialisasi’ dengan orang lain.

o Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.o Mulai membalas lambaian tangan orang lain.

9-12 bulan o Minum sendiri dari sebuah cangkir,o Makan bersama-samao Menarik mainan yang letaknya agak jauh.

CEREBRAL PALSY

A. Pendahuluan

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun

waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf

pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak

yang belum selesai pertumbuhannya (1,2)Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak

progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi

serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little

(1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas

atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali mem- perkenalkan

istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile

Cerebral Paralysis. Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk

tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan

perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop

Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi- disiplin dalam penanganan penderita

cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf,

48

Page 49: Tumbuh Kembang Geriatri

psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu

juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat

B. Insidensi

Dengan meningkatnya pelayanan obstetrik dan perinatologi dan rendahnya angka

kelahiran di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian

cerebral palsy akan menurun. Narnun di negara-negara berkembang, kemajuan tektiologi

kedokteran selainmenurunkan angka kematian bayi risiko tinggi, juga meningkatkan

jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan. Adanya variasi angka kejadian di

berbagai negara karena pasien cerebal palsy datang ke berbagai klinik seperti klinik

saraf, anak, klinik bedah tulang, klinik rehabilitasi medik dan se-bagainya. Di samping itu

juga karena para klinikus tidak kon- sisten menggunakan definisi dan terminologi

cerebral palsy. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi insidensi penyakit ini yaitu:

populasi yang diambil, cara diagnosis dan ketelitiannya. Misalnya insidensi cerebral

palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Skandinavia

sebanyak 1,2 - 1,5 per 1000 kelahiran hidup. Gilroy memperoleh 5 dan 1000 anak

memperlihatkan defisit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy; 50% kasus termasuk

ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita yang dapat

mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat ialah penderita yang

memerlukan perawatan khusus; 25% mempunyai intelegensi rata-rata (normal),

sedangkan 30% kasus menunjukkan IQ di bawah 70; 35% disertai kejang, sedangkan

50% menunjukkan adanya gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak daripada wanita.

Insiden relative cerebral palsy yang digolongkan berdasarkan keluhan motorik adalah

sebagai berikut: spastik 65%, atetosis 25%, dan rigid, tremor, ataktik I0%

C. Etiologi

Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga Periode yaitu:

1) Pranatal :

a) Malformasi kongenital.

b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin

c) Radiasi.

d) Tok gravidarum.

e) Asfiksia dalam kandungan

49

Page 50: Tumbuh Kembang Geriatri

2) Natal :

a) Anoksialhipoksia.

b) Perdarahan intra kranial.

c) Trauma lahir.

d) Prematuritas.

3) Postnatal :

a) Trauma kapitis.

b) Infeksi misalnya

c) Kern icterus.

Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan

daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan

bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik,

malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral

palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor

perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai

satu bulan kehidupan. Sedang1 faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan

sampai 2 tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley,

1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964) (dikutip dari 12)

D. GAMBARAN KLINIK

Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang

mengalami kerusakan.

i. Paralisis

Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia.

Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.

ii. Gerakan involunter

Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat

flaksid, rigiditas, atau campuran.

iii. Ataksia

Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan sereblum. Penderita biasanya

memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan

50

Page 51: Tumbuh Kembang Geriatri

motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba

canggung.

iv. Kejang

Dapat bersifat umum atau fokal.

v. Gangguan perkembangan mental

Retardasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy

terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang

disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang

cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih

dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan

masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan

dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, pekkembangan

mental akan dapat dipengaruhi secara positif.

vi. Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya hemianopsia,

strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sensibilitas.

vii. Problem emosional terutama pada saat remaja.

E. KLASIFIKASI

Banyak klasifikasi yang diajukan oleh para ahli, tetapi pada kesempatan ini akan

diajukan klasifikasi berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan fungsionil.

Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut:

a. Tipe spastis atau piramidal.

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :

a) Hipertoni (fenomena pisau lipat).

b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus.

c) Kecenderungan timbul kontraktur.

d) Refleks patologis.

Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut:

a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama.

b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih

berat.

51

Page 52: Tumbuh Kembang Geriatri

c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih

berat.

d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak.

e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak

bawah, biasanya merupakan varian dan kuadriplegi.

2. Tipe ekstrapiramidal

Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,

ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping

itu juga dijumpaigejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.

Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat

wajah yang asimetnis dan disantni.

3. Tipe campuran

Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas misalnya hiperrefleksi

dan hipertoni disertai gerakan khorea.

Berdasarkan derajat kemampuan fungsional.

a. Ringan:

Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga sama

sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.

b. Sedang:

Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan

khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat

bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan

penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat

bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik.

c. Berat:

Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin

dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus

yang diberikan sangat sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini

ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya

untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan

gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya

52

Page 53: Tumbuh Kembang Geriatri

F. PATOGENESIS

Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu

induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral,

berlangsung pada minggu ke 5-6 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa

mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali,

hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi

pada masa gestasi bulan ke 2-4. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali,

makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi

bulan 3-5. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, berdiferensiasi dan daerah

periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan

migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan

korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti

polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi

bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan

mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi

pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd

neuron, dan pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang terjadi

tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi

sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis

daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering

merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal

sering berkombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis

Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan

akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa

menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi.

Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi

ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan

rongga yang berhubungan dengan ventrikel. Trauma lahir akan menimbulkan kompresi

serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel.

Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus

yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsi

53

Page 54: Tumbuh Kembang Geriatri

G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis lengkap tentang riwayat kehamilan,

perinatal dan pascanatal, dan memperhatikan faktor risiko terjadinya cerebral palsy. Juga

pemeriksaan fisik lengkap dengan memperhatikan perkembangan motorik dan mental

dan adanya refleks neonatus yang masih menetap. Pada bayi yang mempunyai risiko

tinggi diperlukan pemeriksaan berulang kali, karena gejaladapat berubah, terutama pada

bayi yang dengan hipotoni, yang menandakan perkembangan motorik yang terlambat;

hampir semua cerebral palsy melalui fase hipotoni. Pemeriksaan penunjang lainnya yang

diperlukan adalah foto polos kepala, pemeriksaan pungsi lumbal. Pemeriksaan EEG

terutama pada pendenita yang memperlihatkan gejala motorik, seperti tetraparesis,

hemiparesis, atau karena sering disertai kejang. Pemeriksaan ultrasonografi kepala atau

CT Scan kepala dilakukan untuk mencoba mencani etiologi. Pemeniksaan psikologi

untuk menentukan tingkat kemampuan intelektual yang akan menentukan cara

pendidikan ke sekolah biasa atau sekolah luar biasa

H. PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi spesifik terhadap cerebral palsy. Terapi bersifat simtomatik,

yang diharapkan akan memperbaiki kondisi pasien. Terapi yang sangat dini akan dapat

mencegah atau mengurangi gejala-gejala neurologik. Untuk menentukan jenis terapi atau

latihan yang diberikan dan untuk menentukan keberhasilannya maka perlu diperhatikan

penggolongan cerebral palsy berdasarkan derajat kemampuan fungsionil yaitu derajat

ringan, sedang dan berat.Tujuan terapi pasien cerebral palsy adalah membantu pasien

dan keluarganya memperbaiki fungsi motorik dan mencegah deformitas serta

penyesuaian emosional dan pendidikan sehingga pendenta sedikit mungkin memerlukan

pertolongan orang lain, diharapkan penderita bisa mandiri. Obat-obatan yang diberikan

tergantung pada gejala-gejala yang muncul. Misalnya untuk kejang bisa diberikan anti

kejang. Untuk spastisitas bisa diberikan baclofen dan diazepam. Bila gejala berupa

nigiditas bisa diberikan levodopa. Mungkin diperlukan terapi bedah ortopedi maupun

bedah saraf untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang terjadiFisioterapi dini dan

intensif untuk mencegah kecacatan, juga penanganan psikolog atau psikiater untuk

mengatasi perubahan tingkah laku pada anak yang lebih besar. Yang tidak boleh

dilupakan adalah masalah pendidikan yang harus sesuai dengan tingkat kecerdasan

54

Page 55: Tumbuh Kembang Geriatri

penderita. Occupational therapy ditujukan untuk meningkatkan kemampuan untuk

menolong diri sendiri, memperbaiki kemampuan motorik halus, penderita dilatih supaya

bisa mengenakan pakaian, makan, minum dan keterampilan lainnya. Speech therapy

diberikan pada anak dengan gangguan wicara bahasa, yang ditangani seorang ahli

I. PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan

Skandinavia 20 - 25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh

penuh; sebanyak 30-35% dari semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental

memerlukan perawatan khusus. Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang

ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan

kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran. Pengamatan jangka panjang yang

dilakukan oleh Cooper dkk seperti dikutip oleh Suwirno T menyebutkan ada tendensi

perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya umur pasien

cerebral palsy yang mendapatkan rehabilitasi yang baik

55

Page 56: Tumbuh Kembang Geriatri

BAB III

INFORMASI TAMBAHAN

Hak anak dalam Islam

Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Anugerah yang membuat

sepasang hati semakin bertambah bahagia. Kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan harta-

benda.

Karena itu, sudah sepantasnya orang tua menyayangi anaknya dan menghargai hak-haknya, baik

dalam segi kesehatannya juga penjagaannya.

a. Diperhatikan sejak di dalam rahim

Sepasang suami-istri harus memperhatikan keadaan anaknya ketika berada di rahim, baik

yang berhubungan dengan kesehatan bayi yang dikandungnya maupun sifat-sifat yang

akan diturunkan dari ibunya ke anaknya. Seorang ibu harus sadar terhadap apa yang

dikerjakan di kesehariannya. Jangan sampai dia memiliki kebiasaan-kebiasaan jelek yang

secara tidak dia sadari akan berpengaruh terhadap perilaku bayinya nanti.

Seorang ayah wajib menafkahi ibu yang mengandung anaknya, Alasannya adalah

ibu tersebut mengandung anaknya dan menafkahi anak itu wajib. Allah subhanahu wa

ta’ala berfirman:

56

Page 57: Tumbuh Kembang Geriatri

Artinya: “Jika mereka (wanita-wanita itu) sedang hamil, maka nafkahilah mereka

sampai mereka melahirkan kandungannya...” (QS Ath-Thalaq : 6)

b. Mmeperlihatkan rasa gembira ketika lahir

Sang anak dilahirkan sudah sepantasnya seorang ayah dan ibu menunjukkan rasa

senangnya. Bagaimanapun keadaan anak itu. Baik laki-laki maupun perempuan.

Terkadang sebagian orang tua memiliki rasa benci jika yang dilahirkan adalah

perempuan. Perlu kita ketahui ini, rasa kebencian itu merupakan sifat jahiliah yang masih

dimiliki oleh sebagian kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengabarkan di

dalam Al-Qur’an tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang Quraisy di

masa Jahiliah. Mereka membunuh bayi-bayi perempuan mereka yang baru dilahirkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berkata:

Artinya: “Dan apabila seseorang di antara mereka diberi kabar tentang (kelahiran)

anak perempuan, maka hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. Dia

57

Page 58: Tumbuh Kembang Geriatri

menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang

disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan

ataukah dia akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah! Alangkah

buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS An-Nahl : 58-59)

Terkadang Allah menguji sang Ayah dan sang Ibu dengan anak yang cacat.

Mereka diuji dengan kebutaan, kebisuan, ketulian atau cacat yang lainnya pada sang

Anak. Orang yang paham bahwa itu adalah ujian, maka dia akan berlapang dada untuk

menerimanya dan tetap merasa senang. Sebaliknya orang yang tidak paham, maka dia

tidak akan senang, tidak rida bahkan terkadang bisa sampai mengarah ke perceraian atau

pembunuhan sang Anak.

3 Menjaga agar tetap hidup

Anak pun memiliki hak untuk hidup. Allah subhanahu wa ta’ala berkata:

Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan!

Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya

membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS Al-Isra’ : 31)

Bentuk pembunuhan yang banyak dilakukan adalah dengan peraktek aborsi.

Aborsi hukumnya adalah haram, terkecuali ada alasan darurat yang membolehkannya.

Yang sungguh mengherankan –berdasarkan data yang penulis dapatkan-, justru ibu-ibu

yang telah memiliki dua atau tiga anaklah yang paling banyak melakukan peraktek ini.

Hendaklah mereka segera bertobat dan memohon ampun kepada Allah.

4. Memberikan nama yang baik

58

Page 59: Tumbuh Kembang Geriatri

Anak pun memiliki hak untuk diberi nama yang baik dan bagus didengar. Nama itulah

yang mewakili dirinya untuk kehidupannya kelak. Oleh karena itu, janganlah salah dalam

memilihkan nama.

Islam telah mengajarkan agar memilih nama-nama islami dan menjauhi nama-

nama yang mengandung unsur penyerupaan dengan agama lain atau penyerupaan dengan

pelaku-pelaku kemaksiatan. Sudah sepantasnya seorang muslim bangga dengan nama

islaminya.

Memilih nama yang islami tidak perlu susah-susah. Penulis teringat dengan nasihat 

Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-’Abbad (Ahli hadis Madinah) ketika beliau ditanya tentang

beberapa nama arab yang agak asing didengar ditelinga, kemudian beliau menjawab,

“Pilihlah nama-nama yang tidak perlu ditanyakan lagi apakah boleh memakai nama itu

ataukah tidak!”. Nama-nama yang seperti di maksudkan oleh Syaikh ‘Abdul-Muhsin

sangat banyak sekali, seperti: ‘Abdullah, ‘Abdurrahman, ‘Abdurrahim dan sejenisnya,

nama-nama para nabi, nama-nama sahabat yang terkenal dll. Begitu pula untuk anak

perempuan, banyak sekali nama wanita-wanita solehah, seperti: Fatimah, Khadijah,

Aisyah dll.

5. Memberikan ASI yang cukup dan memperhatikan nutrisi

anak

Anak memiliki hak untuk dijaga kesehatannya. Makanan yang paling bagus untuk bayi di

bawah umur dua tahun adalah ASI (Air Susu Ibu).

59

Page 60: Tumbuh Kembang Geriatri

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu

bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki

(makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani

melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita

kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang

mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah: 233).

Ibnu Hazm berkata, “Seorang ibu wajib menyusui anaknya, baik dia itu adalah seorang yang

merdeka ataupun budak, atau seorang yang berada di bawah tanggungan suaminya, tuannya

ataupun tidak di bawah tanggungan siapa-siapa. Hal ini disebabkan karena hak anaknya

yang berasal dari air mani yang dinisbatkan kepada suaminya atau selain suaminya, baik dia

itu senang atau tidak, bahkan anak seorang khalifah pun dipaksa untuk itu.

6. Memperhatikan kebersihan

60

Page 61: Tumbuh Kembang Geriatri

Orang tua wajib memperhatikan kebersihan anaknya. Secara tidak disadari, hal ini sangat

berpengaruh terhadap perkembangan mental sang Anak. Begitu pula, sudah sepantasnya

orang tua mengajarkan cara menjaga kebersihan. Sebagai contoh kecil, mengajarkannya

untuk tidak membuang sampah kecuali di tempat sampah, mengajarkannya untuk

membersihkan tempat tidur dan membiasakannya untuk menggosok giginya.

Islam adalah agama yang yang sangat memperhatikan kebersihan. Di antara

bentuk ajaran Islam yang menjelaskan tentang kebersihan adalah disyariatkannya

berkhitan, baik untuk laki-laki maupun perempuan.

7. Keringanan Puasa Untuk Wanita Menyusui

Di antara kemudahan dalam syar’at Islam adalah memberi keringanan kepada wanita

hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa. Jika wanita hamil takut terhadap janin yang

berada dalam kandungannya dan wanita menyusui takut terhadap bayi yang dia sapih –

misalnya takut kurangnya susu- karena sebab keduanya berpuasa, maka boleh baginya

untuk tidak berpuasa, dan hal ini tidak ada perselisihan di antara para ulama. Dalil yang

menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla meringankan setengah shalat untuk musafir dan

meringankan puasa bagi musafir, wanita hamil dan menyusui.” (HR. An Nasai no. 2275)

Fatwa Syaikh al utsaimin : "Wanita hamil atau menyusui tidak boleh berbuka pada siang

Ramadhan kecuali karena ada udzur (alasan yang dibenarkan). Dan apabila keduanya

berbuka karena ada udzur, wajib atas keduanya untuk mengqadha' shaum.

Juga berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Dan wajib bagi orang-orang

yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):

memberi makan seorang miskin” (Al-Baqarah : 184)

Namun jika yang di inginkan oleh sang ibu adalah tetap berpuasa. Maka ini juga

diperbolehkan dengan syarat tidak memberikan dampak kepada ibu dan janin. Karena

saat dalam keadaan puasa, dalan tubuh ibu menghasilkan hormon HPL yang berfungsi

61

Page 62: Tumbuh Kembang Geriatri

sebagai glukosa sparing action untuk memberikan nutrisi kepada janin saat ibu puasa.

Namun agar tidak memberikan syubhat mengenai boleh tidaknya, baiknya sang ibu

mengkonsultasikan dengan dokter mengenai kondisi janin jika puasa pada keadaan itu.

Karena bisa saja keadaannya termasuk dalam kondisi maridh (orang sakit).

Perawatan Pertama

Perawatan bayi baru lahir dalam pandangan Islam sebenarnya tidak jauh beda dalam

pandangan standar para ahli dan pakar perawatan bayi dan anak.

Susuilah bayi selekasnya setelah dibersihkan oleh perawat atau bidan yang membantu persalinan.

Karena air susu pertama dari ibu mengandung Kollostrum yang sangat dibutuhkan bayi.

Biasakan ucapkan basmallah saat menyusui. Ingat bayi telah punya ingatan, dan aktif

merekam apapun yang diucapkan dan perdengarkan bahkan ketika bayi masih dalam kandungan.

Selesai menyusui, selalu usahakan untuk mendekap anak di dada sebelah kiri. Pada dada

kiri ibu terletak jantung di baliknya. Hingga anak akan merasakan degup jantung ibunya, sebagai

stimulan rasa sayang dan ikatan batin antara keduanya.

Sebenarnya tata cara ataupun perawatan bayi lahir dalam pandangan Islam tidak terlalu

mengikat dan baku. Yang utama adalah hanya harus mengenalkan Allah SWT pada bayi sejak

dini. Dari bacaan-bacaan doa pada saat terjadi rutinitas perawatan makhluk mungil ini. Semisal

ketika ingin menyusu, sesudah menyusu, ketika bayi bersin, ketika bayi senyum dan tampak

bahagia

Kewajiban pertama

Mempersiapkan beberapa hal sesuai dengan akidah ajaran agama Islam, yaitu

i. Melakukan aqiqah

Islam mengajarkan untuk melakukan aqiqah pada bayi baru lahir, sebagai perwujudan rasa

bersyukur manusia atas pemberian anugerah dari Allah SWT berupa seorang anak.

Memotong dua ekor kambing untuk anak lelaki dan seekor untuk anak perempuan.

ii. Mencukur rambut

Mencukur rambut bayi adalah bagian dari urutan kegiatan aqiqah. Setelah mencukur,

kemudian rambut ditimbang dan disamakan dengan harga emas sesuai berat timbangan

rambut cukuran tadi. Yang kemudian uang harga emas tersebut disedekahkan kepada fakir

62

Page 63: Tumbuh Kembang Geriatri

miskin. Aqiqah dan mencukur dilakukan lebih cepat lebih baik. Namun bila belum ada

rezeki, maka lakukanlah dalam kelipatan sembilan sejak hari kelahiran bayi.

iii. Memberi nama

Rangkaian berikutnya adalah memberi nama. Sunnah Nabi Muhammad SAW adalah

memberi nama dengan nama-nama yang baik. Bila lelaki disarankan untuk menggunkan

nama Muhammad diawalnya ataupun boleh memakai nama-nama Allah SWT sesuai asmaul

husna namun dengan mencantumkan Abdul atau Abdullah di depannya, yang artinya adalah

‘hamba’ atau ‘hamba Allah’.

63

Page 64: Tumbuh Kembang Geriatri

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa kanak-kanak Midle Childhood merupakan Golden age, yang dapat

mempengaruhi terbentuknya karakter dari segi IQ, EQ dan SQ, sehingga perlu

pengawasan khusus supaya tahap perkembangannya sesuai.

Perkembangan anak terdiri dari beberapa aspek yang terjadi pada tahapan usia

anak yaitu aspek fisik, aspek motorik, aspek kognitif dan aspek emosi.

Aspek perkembangan motorik merupakan aspek yang perlu mendapatkan

perhatian khusus, karena aspek ini berkaitan langsung dengan pembentukan

karakter anak.

Pemeriksaan perkembangan anak ke dokter spesialis anak sangat penting pada

massa pertumbuhan (1-5tahun) untuk memantau perkembangan anak.

Pemberian stimulasi-stimulasi dari orang tua dan guru anak usia dini merupakan

hal yang penting untuk mengajarkan dan membantu perkembangan anak ke tahap

selanjutnya lebih mudah.

B. Saran

Massa anak-anak perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tua.

Orang tau sebaiknya melakukan test atau pengecekan ke dokter spesialis secara

rutin untuk memantau tahapan perkembangan anak

Orang tua dan atau orang di sekitar anak diharapkan mampu memberikan

stimulasi-stimulasi yang sesuai dengan usia yang membantu perkembangan anak

menuju tahapan yang lebih tinggi.

64

Page 65: Tumbuh Kembang Geriatri

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjiningsih,dr.SpAK.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC.

2. http://www.smallcrab.com/anak-anak/535-mengenal-ikterus-neonatorum

3. http://www.mentorhealthcare.com

65