tumor parotis.docx
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................2
Pendahuluan..........................................................................................3
Pembahasan...........................................................................................4
Tinjauan pustaka ..................................................................................8
Kesimpulan............................................................................................26
Daftarpustaka .......................................................................................27
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi hasil
studi kasus.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam pembelajaran. Semoga makalah
ini dapat memberi manfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Akhir kata, Saya selaku manusia biasa hanya bisa meminta maaf, jika dalam
penulisan laporan ini terdapat kesalahan – kesalahan. Sebab, tak ada gading yang tak retak,
begitu pula makalah ini.
2
PENDAHULUAN
Hampir 2500 kasus baru dari neoplasma kelenjar ludah didiagnosis setiap tahun.
Neoplasma parotis mencapai 80%. Dari massa parotis, 75% berupa neoplasia. Dari
neoplasma parotis, 70-80% jinak. Usia yang lebih sering terkena tumor ini adalah usia 50-an.
Pasien dengan neoplasma ganas biasanya lebih tua, 55-65 tahun, sementara pasien dengan
neoplasma jinak ditemukan pada usia lebih muda, rata-rata 45 tahun.
Tumor parotis lebih sering ditemukan pada ras Caucasians. Tumor jinak parotis yang
sering ditemukan pada anak-anak adalah tumor campuran (mixed tumor). Selain Warthin
tumor, tumor jinak kelenjar parotis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-
laki.Pada anak, neoplasma pada kelenjar parotis tidak banyak atau jarang ditemukan, yaitu
sekitar 10% dari seluruh tumor kepala dan leher. Kurang lebih 80% tumor kelenjar parotis
dianggap jinak, dimana pleomorphic adenoma merupakan bentuk yang paling sering muncul.
Mukoepidermoid sendiri menempati porsi sekitar 50% dari keganasan kelenjar parotis pada
anak. Bentuk keganasan lain yang dapat ditemukan adalah adenoid cystic carcinoma,
undifferentiated carcinoma, dan karsinoma sel asinik, yang angka kejadiannya sekitar 5%
hingga 10%.
3
PEMBAHASAN
Data Pasien
Nama : ibu sutarni
Alamat : ngrangkah pawon
Pekerjaan : tani
Agama : Islam
MRS : 12 des 2011
Pemeriksaan : 19 des 2011
Subyektif
• KU : benjolan di bawah depan telinga kanan
• RPS : benjolan di bawah depan telinga kanan sejak bulan agustus. Dirasakan semakin
besar meskipun lambat. Pada benjolan tidak terasa nyeri ataupun panas, nyeri tekan
juga tidak ada. Sering terdengar bunyi grebeg-grebeg di telinga kanan maupun kiri.
Tidak ada batuk, tidak ada sesak, tidak ada mual ataupun muntah. Sering mengeluh
dada berdebar debar. Makan dan minum tidak ada gangguan. Nafsu makan baik. BAB
dua hari sekali dengan feses berwarna biasa dan konsistensi biasa. BAK baik.
• RPD : pernah seperti ini sejak tahun 2004, kemudian di pungsi pada tahun 2004, 2007
dan 2011 (bulan agustus) di RSUD PARE. Pasien mengatakan cairan pungsi bewarna
merah kehitaman. Sejak awal dianjurkan operasi tapi pasien menolak karena belum
siap. Hipertensi (+), DM (-)
• RPK : tidak ada keluarga pasien yang sakit seperti ini.
Obyektif
Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : tampak lemah
• Kesadaran : komposmentis
• Vital sign
4
Nadi : 84x/menit
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Suhu : 37,1 C
RR : 20x/ menit
• Kepala : Simetris, rambut agak putih dan tidak mudah rontok
• Wajah: simetris, paralisis (-)
• Dahi : turgor normal
• Mata : anemis (-), ikterik (-), refleks cahaya (+), isokor, pergerakan bola mata baik
• Hidung : simetris, sekret (-), mukosa hiperemi (-), nafas cuping hidung (-)
• Telinga : simetris, tinitus(+), sekret (-), pendengaran baik
• Mulut : bibir simetris, sianosis (-), lidah simetris, uvula tidak membesar, deviasi uvula
(-), tonsil tidak membesar, hiperemi tonsil (-), papil lidah normal, hiperemi palatum
(-), benjolan di palatum (-), gigi rahang atas dan bawah banyak yang lubang, produksi
liur normal, nyeri telan (-)
• Leher : simetris, deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), JVP meningkat
Thorak
• Paru
– Inspeksi : Gerak nafas simetris, tidak ada retraksi, bentuk dada normal
– Palpasi : fremitus raba simetris
– Perkusi : Sonor
– Auskultasi : Rh (-/-), W (-/-), vesikuler (+/+)
• Jantung
– Inspeksi : ictus cordi tidak tampak
– Palpasi : ictus cordis teraba
5
– Perkusi :batas jantug kanan (parasternal kanan), batas jantung kiri (mid
clavicula line sinistra)
– Auskultasi : murmur trikuspid
• Abdomen
– Inspeksi : distensi (-), jejas (-), benjolan (-)
– Palpasi : supel, hepar/lien/ginjal tidak teraba, massa (-), nyeri tekan (-)
– Perkusi : tympani
– Auskultasi : BU normal
• Ekstremitas
– Akral : hangat
– Pergerakan : baik
– Oedem : ektremitas atas (-/-), ektremitas bawah (+/+)
• Status lokalis
Benjolan di bawah depan telinga kanan dengan diameter 3x3 cm, konsistensi padat
kenyal, mobile, berbatas jelas, permukaan rata halus, bewarna kulit, tidak ada nyeri
ataupun nyeri tekan, tidak terasa panas.
• Pemeriksaan penunjang
Hb : 11,3 g/dl
Leukosit: 6,1x10 3 /ml
Hematokrit 34,4%
Trombosit 199x10 3 /ml
Bleeding time: 2 menit
Cloting time: 7 menit
BS 2jpp: 135 mg/dl
Ekg: RBBB (Right bundle branch block)
Foto thorax: normal
Fnab terakhir tgl 8 juli 2011: necrotising sialometaplasia (jinak)
6
Assasment
Diagnosa kerja: tumor parotis jinak grade II operable (T3N0M0)
Planning
Konsul spesialis jantung mendapat terapi captopril 3x50 mg dan amiodipin 10g 1-0-0
Operasi
Histopatologi
7
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak
dapat dikontrol oleh tubuh. Para ahli onkologis masih sering menggunakan istilah tumor
untuk menyatakan suatu neoplasia atau neoplasma (Syafriadi, 2008).
Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas
(malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat,
ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas
adalah tumor yang tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke
organ-organ lain (bermetastasis). Neoplasia ganas sering disebut kanker (Syafriadi, 2008).
ANATOMI dan FISIOLOGI
Kelenjar liur atau sering juga kita sebut sebagai kelenjar saliva merupakan kelenjar
eksokrin yaitu kelenjar yang memiliki saluran (duktus) untuk mengalirkan produknya.
Kelenjar liur menghasilkan air liur atau saliva yang merupakan cairan yang membasahi mulut
dan kerongkongan. Saliva mengandung enzim yang berperan dalam proses pencernaan
makanan dan juga mengandung antibody yang berperan dalam pencegahan terhadap infeksi.
Terdapat 2 tipe kelenjar liur, yaitu kelenjar liur mayor dan kelenjar liur minor. Kelenjar
liur mayor terdiri atas:
1. Kelenjar parotis
8
Merupakan kelenjar liur yang terbesar, terletak dalam jaringan sub kutis di daerah
ramus mandibula dan antero inferior terhadap telinga tengah. Normalnya kelenjar ini
menghasilkan secret yang serous dan dialirkan ke rongga mulut melalui duktus Stensen.
Meskipun merupakan kelenjar yang terbesar, kira-kira hanya 20% cairan saliva yang
dihasilkan kelenjar ini.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar. Kelenjar ini berbentuk piramida,
terletak pada regio preaurikuler jauh di bawah kulit dan jaringan subkutan. Sebagian besar
kelenjar berada di posterior dan lateral ramus dan angulus mandibula. Meluas sampai ke
processus zygomaticus dan puncak mastoid os temporal dan melengkung sekitar angulus
mandibula dan mengisi ruang retromandibular dan parapharyngeal. Kelenjar parotis
berbatasan dengan batas depan m. sternocleidomastoideus di posterior dan m. masseter di
anterior. Di sebelah medial dibatasi oleh mandibula dan m. masseter. Ekor parotis terletak
lebih rendah ke leher sampai ke m. sternocleidomastoideus.
Duktus parotis (duktus Stenson) muncul di bagian medial dari batas anterior kelenjar
parotis di bawah zygomaticum, melewati m. masseter dan bantalan lemak buccal, dan
menembus m. buccinator, lalu memasuki cavum oris melewati mukosa buccal di papilla
duktus parotis yang letaknya berlawanan dengan molar II maksilaris. Panjang duktus
bervariasi 4,0-7,0 cm.Kelenjar menerima persarafan parasimpatis sekretomotor dari nervus
glossofaringeal (N. IX). Serabut saraf membentuk n. petrosus superfisialis yang
meninggalkan otak melalui foramen ovale bersama n. mandibularis. Serabut saraf
preganglion ini bersinapsis di ganglion oticum, kemudian bersama nervus auriculotemporalis
didistribusikan ke kelenjar. Serabut simpatis berjalan sampai di kelenjar bersama
vaskularisasi. Bagian terminal arteri karotis eksterna berjalan sampai kelenjar. Bagian
profunda kelenjar berada di dekat selubung karotis, bagian posterior mendapat persyarafan
dari n. auricularis magnus yang berasal dari pleksus cervicalis.
Nervus fasialis (N. VII) meninggalkan kranium melalui foramen stylomastoideus dan
membagi kelenjar parotis menjadi dua bagian yaitu lobus superficial dan lobus profunda,
pembagian ini tidak secara anatomis. Lobus superficial berada di lateral nervus. Nervus
fasialis bercabang dalam badan kelenjar parotis dan pola percabangannya bervariasi. Cabang
n. fasialis terdiri dari 5 cabang utama yaitu ramus temporalis, ramus zygomaticus, ramus
buccalis, ramus marginalis mandibula, dan ramus cervicalis. Bagian n. fasialis dan cabangnya
ini disebut pleksuis intraparotideus.
9
Sejumlah nodul limfe juga terdapat pada kelenjar parotis, berjalan ke nodul
preaurikuler, infraaurikuler, dan jugularis profunda superior.
2. Kelenjar submandibula
Terletak di dasar mulut, superior terhadap muskulus digastrik. Sekretnya berupa
campuran cairan yang serous dan mucous. Sekretnya dialirkan ke dalam rongga mulut
melalui duktus Warthon. Kira-kira 70% volume saliva dihasilkan oleh kelenjar ini.
3. Kelenjar sublingual
Terletak di dasar mulut anterior dari kelenjar submandibula. Sekretnya berupa cairan
yang mucous. Tidak seperti kedua kelenjar mayor yang lainnya, kelenjar ini memiliki 8-20
duktus ekskretorius dan kira-kira menghasilkan 5% dari total volume saliva.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis,
kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis terdapat
bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di
permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus
anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan
tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).
Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat
mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan
uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat
sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan
glossopalatinal (Rensburg, 1995).
Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang
mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut, melihat,
membaui, dan memikirkan makanan.
Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim
pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja secara fisis dan
secara kimiawi.
HISTOLOGI
Kelenjar parotis mempunyai asinus yang
mengandung sel-sel serosa yang memproduksi
hasil sekresi cair yang mengandung α-amilase.
10
Kelenjar parotis tersusun atas suatu jaringan parenkim sekretorius (ektodermal) dan jaringan
stroma (mesodermal). Komponen glandular muncul dari pertumbuhan proliferasi lokal dari
epitel mulut, yang mengalir dan membentuk duktus pada sekitar minggu ke-10 masa
kehamilan. Sekresi parotis mulai berlangsung pada minggu ke-18.
Kelenjar berupa struktur yang bercabang-cabang. Asinus yang merupakan tempat awal
sekresi kelenjar ludah berada di ujung cabang ini. Sel-sel yang mengelilingi asinus
merupakan sel-sel serosa. Sel-sel sinus juga menyekresikan substansi melewati membrane
basalis ke ruang intertisial, termasuk enzim proteolitik kallikreins yang berperan dalam
mengontrol aliran darah ke kelenjar. Membrane basal sel asinus serosa memiliki struktur
yang memungkinkan permukaan sekresi lebih luas. Hasil sekresi asinus mengalir ke dalam
duktus interkalasi yang dibatasi oleh epitel kolumnar. Duktus-duktus interkalasi dari
beberapa asinus bergabung membentuk striated duct yang dibentuk oleh sel-sel yang lebih
tinggi. Duktus-duktus ini kemudian menyatu ke dukus yang lebih besar, duktus eksretoris,
yang menyatu pula ke dalam duktus utama.
PATOFISIOLOGI
1. Teori multiseluler: teori ini menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari
diferensiasi sel-sel matur dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari
sel-sel asinar, onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal
darisel-sel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.
2. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan
duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat
menimbulkan terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor,
onkotik tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius
menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.
ETIOLOGI
1. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan
penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus,
defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.
2. Genetik
11
Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien
dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna
yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan
pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen
fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker tertentu
telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis
Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan
kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara
antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang
kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor
pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang
lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)
MANIFESTASI KLINIK
Penampakan yang umum dari tumor parotis adalah suatu massa asimptomatik dan tidak
nyeri. Lebih dari 80% pasien datang karena adanya massa di rahang, yang didapatkan secara
tidak sengaja saat mencuci atau mengusap wajah. Umumnya massa parotis terdapat di bagian
yang lebih rendah, ekor, dan di lobus superfisial.
Neoplasma kelenjar ludah sering tampak
tumbuh lambat dengan massa berbatas tegas
(kapsul). Gejala seperti nyeri, pertumbuhan yang
cepat, paralisis saraf, parestesi, dan tanda
limfadenopati servikal dan fiksasi ke kulit atau otot
mengarah ke malignansi. Nyeri yang muncul
menandakan adanya invasi perineural yang meningkatkan dugaan ke arah keganasan.
Pasien dapat juga datang dengan gambaran paralisis nervus fasialis (7-12%) yang
hampir tidak pernah dihubungkan dengan lesi jinak dan lebih mengarah ke keganasan. Pada
hampir 80% pasien dengan paralisis nervus fasialis didapatkan nodul metastase saat
diagnosis. Pasien ini memiliki angka harapan hidup 2,7 tahun dan kemungkinan 10 tahun
12
sekitar 14-26%.Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah jangka waktu massa tersebut
ada dan riwayat lesi kutaneus dan eksisi lesi parotis. Massa yang tumbuh lambat biasanya
jinak.
Adanya riwayat karsinoma sel skuamosa atau melanoma maligna mengarahkan ke
metastase intraglandular atau metastase ke nodus limfe parotis. Riwayat tumor parotis lebih
mengarahkan ke rekurensi karena reseksi awal yang inadekuat.
Trismus menandakan perlangsungan lanjut dengan ekstensi ke otot mastikasi (m.
pterygoideus) oleh malignansi tumor lobus profunda atau invasi ke temporomandular joint.
Disfagi atau sensasi benda asing dalam orofaring mengindikasikan suatu tumor kelenjar lobus
profunda. Adanya nyeri telinga menunjukkan ekstensi tumor ke kanalis auditorik. Adanya
kelemahan dalam distribusi n. maxillaries (N. V2) biasanya menunjukkan invasi neural.
Pada pemeriksaan fisis, untuk tumor jinak sering didapatkan massa yang mobile tidak
terfiksasi yang berbatas tegas dan soliter. Evaluasi kemungkinan suatu tumor profunda
dengan pemeriksaan intraoral, dengan perhatian langsung pada fossa tonsillar dan soft
palatum. Inspeksi duktus Stensen untuk karakter aliran saliva (kejernihan, konsistensi, dan
purulensi) dan hiperemis, pembengkakan, dan iritasi muara duktus sebagai bagian dari
pemeriksaan fisik. Evaluasi kulit, cavum oris, orofaring, dan leher untuk kemungkinan lesi
primer atau penyakit limfe.
KLASIFIKASI
A. Tumor Jinak Kelenjar Saliva
Pleomorphic Adenoma
Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari
kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini
tumbuh lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakan, dan konsistensi kenyal
dengan permukaan yang halus. Tumor dapat membesar mendesak jaringan sekitarnya
(Syafriadi, 2008)
Adenoma Pleomorfik adalah tumor kelenjar saliva dan paling umum di jumpai pada
kelenjar parotis. Tumor ini merupakan tumor campuran (benign mixed tumor), yang terdiri
13
dari komponen epitel, mioepitel dan mesenkim dan tersusun dalam beberapa variasi
komponennya (Ansori, 2009).
Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel epitel dan jaringan ikat.
Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan konsistensinya lunak. Secara histologi
dikarakteristik dengan struktur yang beraneka ragam. biasanya terlihat seperti gambaran
lembaran, untaian atau seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata (Elsoin, 2009).
Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum diketahui secara pasti,
diduga karena keterlibatan lingkungan dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik mempunyai
gambaran klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa rasa sakit, nodul
tunggal (Ansori, 2009).
Pada daerah parotis, meskipun diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam ukurannya
tumor dapat bertambah besar dan menjadi destruktif setempat. Reseksi bedah total
merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk mencegah cedera pada
saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya sudah berdekatan dengan tumor
(Adam et al., 1997; Elsoin, 2009).
Gambar 1 Gambaran klinis penderita Adenoma pleomorfik (kanan). Potongan diseksi
Adenoma pleomorfik (kiri).
Sumber : Ansori, 2009
Diagnosis banding untuk Adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna: karsinoma
kistik adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma adnexa dalam, dan
neoplasma mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah perubahan
ke arah ganas yaitu karsinoma ex-pelomorfik adenoma (carcinoma ex-pleomorphic adenoma)
atau nama lainnya tumor campur jinak yang bermetastasis (benign metastazing mixed
14
tumors). Prognosis adenoma pleomorfik adalah sempurna, dengan angka kesembuhan
mencapai 96 % (Asih, 2008).
Perawatan tumor pleomorfic adenoma adalah dengan pembedahan dengan
mengupayakan seluruh jaringan tumor terangkat. Jika pengambilan tumor tidak hati-hati dan
meninggalkan sel tumor di dalam jaringan mesenkim glandula, maka dapat terjadi
kekambuhan. Jika tumor ini tumbuh didalam jaringan parotis kadangkala nervus fasialis
diikutsertakan diambil bersama jaringan tumor. Prognosis setelah perawatan baik, karena
umumnya jika terjadi kekambuhan lokal tidak menunjukan tanda-tanda keganasan (Syafriadi,
2008).
Warthin’s Tumor
Tumor jinak kelenjar saliva lain yang relatif sering. Tumor ini paling sering terjadi pada
pria usia 50-60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga
merupakan tumor yang paling sering terjadi bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan
histologinya dengan adanya struktur papil yang tersusun dari lapisan ganda sel granular
eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi limfostik yang matang (Asih, 2008).
Gambar 2 Bentuk Whartin’s tumor (kanan). Gambaran histologi Whartin’s tumor dari
kelenjar parotis (kiri).
Sumber : Wikipedia, 2010.
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila terletak pada
kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin’s tumor yaitu memiliki
stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi ganas tidak pernah dilaporkan.
Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor (Elsoin, 2009).
Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan suatu massa
dengan batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial parotis. Jika
15
pemeriksaan radiosialografi dilakukan maka dapat dilihat peningkatan aktivitas yang
berhubungan dengan adanya onkosit dan peningkatan isi dari mitokondrianya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histologi. Terapi terdiri dari reseksi bedah dengan
melindungi saraf fasialis (Asih, 2008).
Perawatan dari tumor Warthin’s adalah pembedahan dengan seluruh jaringan tumor
dengan mengupayakan kapsul terangkat utuh tanpa meninggalkan sel tumor tersisa di dalam
jaringan kelenjar ludah parotis. Pengangkatan sempurna dapat mencegah kekambuhan.
Prognosis setelah perawatan adalah baik. (Syafriadi, 2008)
Karsinoma Mioepitel
Tumor ini jarang ditemui. Tumor ini unik karena terdapat diferensiasi mioepitel dengan
struktur immunohisto-kimia dan struktur ultra yang unik. Diobati dengan radiasi pasca
operasi dan kemoterapi jika diindikasikan (Amirlak, 2009).
Onkositoma Maligna
Serupa dengan variasi benigna kecuali ditandai dengan adanya metastasis jauh,
metastasis ke nodus servikal, dan pembuluh darah, saraf, atau invasi ke limfatik (Amirlak,
2009).
B. Tumor Ganas Kelenjar Saliva
Karsinoma Mukoepidermoid
Karsinoma mukoepidermoid melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah
parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor, dan yang paling sering
melibatkan kelenjar ludah minor di palatum. Tumor ini sering terjadi pada orang dewasa dan
berdasarkan jenis kelamin penderita wanita mempunyai resiko lebih tinggi daripada laki-laki.
Tumor tumbuhnya lambat dan berasal dari sel epithelium duktus. Tumor ini berpotensi
bermetastasis. 5-10% melibatkan kelenjar ludah mayor dan paling sering adalah kelenjar
ludah parotis (Syafriadi, 2008).
Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang diakibatkan
oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade 30-40. Hampir
16
75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit, dan
sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial
interlobar dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar
limfe ditemukan sebanyak 30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik
terdiri atas derajat rendah,menengah, dan tinggi (Adam et al., 1997; Lee, 2003).
Gambar 3 Gambaran klinis karsinoma mukoepidermoid
Sumber : IARC WHO, 2010.
Secara mikroskopis karsinoma epidermoid dibedakan menjadi low grade, intermediate grade
dan high grade. Gambaran mikroskopis menunjukan campuran sel skuamous, sel kelenjar
penghasil mucus, dan sel epitel tipe intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus
yang berpotensi mengalami metaplasia. Tipe low grade merupakan masa yang kenyal dan
yang mengandung solid proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan
adanya cystic space yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel intermediate, sel-
sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediate ditandai dengan masa tumor yang lebih solid
sebagian besar epidermoid dan sel intermediate dengan sedikit memproduksi kelenjar mucus.
Tipe poorly differential ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel
berdiferensiasi (Syafriadi, 2008).
17
Gambar 4 Gambaran histopatologi karsinoma epidermoid
Sumber : Anonim, 2008.
Perawatan karsinoma epidermoid adalah eksisi seluruh jaringan tumor. Prognosis baik
well differentiated/ low grade, tetapi dapat bermetastasis, dan 90% kasus well differentiated
dapat bertahan hidup sampai 5 tahun, tetapi jika poorly differentiated/high grade, prognosis
menjadi buruk, dan kemampuan bertahan hidup 5 tahun menjadi rendah (sekitar 20-40%)
(Syafriadi, 2008).
Karsinoma Adenoid Kistik
Adenoid kistik carcinoma dahulu dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor
ganas yang berasal dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasive,
dan kambuh setelah operasi. Sepertiga angka kejadian terjadi pada kelenjar ludah mayor.
Tumor ini tidak hanya timbul pada kelenjar ludah atau rongga mulut, tetapi dapat pula timbul
pada kelenjar lakrimalis, bagian bawah dari saluran pernafasan, nasopharinx, rongga hidung,
dan sinus paranasalis. Umumnya melibatkan penderita antara usia 40 dan 60 tahun (Syafriadi,
2008).
Gambar 5 Gambaran klinis karsinoma adenokistik pada pria usia 30 tahun
Sumber : IARC WHO, 2010.
Adenoid kistik karsinoma merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang termasuk
tumor dengan potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor
parotis, 15 % tumor submandibular, dan 30 % tumor kelenjar saliva minor. Sebagian dari
pasien merasa asimptomatik, walaupun sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas
atau di bawahnya. Tumor ini berbeda dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai
perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering, dan
18
kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan karsinoma adenokistik
mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan hidup yang secara
keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen (Adam et al., 1997; Lee, 2003).
Secara histopatologi anatomis adenoid kistik carcinoma mempunyai gambaran/ pola
yang bervariasi. Sel-sel tumor berukuran kecil, mempunyai sitoplasma yang jelas, dan
tumbuh dalam suatu masa yang padat atau berupa kelompok kecil, kelompok sel yang
beruntai atau membentuk suatu kolum-kolum. Didalam kelompoknya sel-sel tumor saling
berhubungan membentuk suatu rongga kistik menghasilkan suatu kelompok tumor yang
solid, tubulus, atau cribriform. Sel-sel tumor menghasilkan membran basalis yang homogen
sehingga menunjukan suatu gambaran yang sangat spesifik menyerupai bentuk silindris
(Syafriadi, 2008).
Perawatan tumor ini sulit diterapi secara sempurna, meskipun adenoid kistik karsinoma
tidak menunjukan metastasis dalam beberapa tahun setelah eksisi, tetapi dalam jangka waktu
yang panjang menunjukan prognosis yang buruk (Syafriadi, 2008).
Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika
perlu struktur vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang
temporalis. Pencangkokan saraf untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat
dipertimbangkan manfaatnya karena dapat mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika
telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka prognosisnya buruk (Adam et al., 1997).
Karsinoma Sel Asini
Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas kelenjar ludah parotis yang jarang terjadi,
angka kejadiannya sekitar 10% dari total seluruh tumor-tumor kelenjar ludah. Tumor ini
berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk masa bulat, dengan diameter
kurang dari 3 cm (Syafriadi,2008).
Terjadi pada sekitar 3 % dari tumor parotis. Tumor ini menyerang lebih banyak wanita
dibanding pria. Puncak insidens antara usia dekade 5 dan 6. Terdapat metastasis ke nodus
servikal pada 15% kasus. Tanda patologik khas adalah adanya amiloid. Asal mula sel ini
dipikirkan dari komponen serosa asinar dan sel duktus intercalated (Amirlak, 2009). Terapi
19
karsinoma sel asini meliputi bedah eksisi lengkap. Terapi radiasi pascaoperasi mungkin dapat
membantu pada kasus yang meragukan setelah operasi (Vidyadhara et al., 2007).
Gambar 6 Gambaran klinis pederita karsinoma sel asini (kanan). Pembedahan pada kasus
karsinoma sel asini kelenjar saliva (kiri).
Sumber : Anonim, 2008.
Adenokarsinoma
Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini terdapat
pada 4 % dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor. Sebagian besar pasien
tanpa gejala (80%), 40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada jaringan diatas atau
dibawahnya, 30 % pasien berkembang metastasis ke nodus servikal, 20 % menderita paralisis
nervus fasialis, dan 15 % merasa sakit pada wajahnya (Amirlak, 2009).
Tumor ini berasal dari tubulus terminal dan intercalated atau strained sel duktus. Jenis
jenis yang lain adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi yang secara keseluruhan
mempunyai angka harapan hidup yang buruk. Kanker sel asini dan karsinoma adenokistik
pada awalnya hampir mempunyai perjalanan penyakit yang jinak, dengan harapan hidup yang
lama, hanya menunjukkan kekambuhan terakhir pada daerah yang pertama kali timbul atau
distal dari daerah tersebut atau metastasis paru. Terapi tetap reseksi adekuat, total, dan atau
regional (Amirlak, 2009).
KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
Penentuan stadium menurut AJCC tahun 2002, berdasarkan klasifikasi TNM
TNM Keterangan S
T
T N M
Tx Tumor primer tak dapat I T1 N0 M0
20
ditentukan T2 N0 M0
T0 Tidak ada tumor primer
T1 Tumor < 2cm, tidak ada
ekstensi ekstraparenkim
II T3 N0 M0
T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada
ekstensi ektraparenkim
III T1
T2
N1
N1
M0
M0
T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada
ekstensi ekstraprenkim tanpa
terlibat n.VII
IV T4
T3
T4
N0
N1
N1
M0
M0
M0
T4 Tumor >6cm, atau ada invasi
ke n.VII/dasar tengkorak
Tiap
T
Tiap
T
Tiap
T
N2
N3
Tiap
N
M0
M0
M1
Nx Metastase k.g.b tak dapat
ditentukan
N0 Tidak ada metastase k.g.b
N1 Metastase k.g.b tunggal <3cm,
ipsilateral
N2 Metastase k.g.b
tunggal/multipel >3cm-6cm,
ipsilateral/bilateral/kontralater
al
21
N2a Metastase k.g.b tunggal
>3cm-6cm, ipsilateral
N2b Metastase k.g.b multipel >
6cm, ipsilateral
N2c Metastase k.g.b > 6cm,
bilateral/kontralateral
N3 Metastase k.g.b >6cm
Mx Metastse jauh tak dapat
ditentukan
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut
sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan
metastasis hematogen.
Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras
(sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau
berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk
membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah
dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan
ganas. (Zwaveling, 1985)
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, urin.
b. Laboratorium patologi anatomi
22
3. Pemeriksaan CT-Scan
Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi
dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi.
Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu
mendiagnosis.
PENATALAKSANAAN
Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi sebagai
terapi ajuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan pada karsinoma
kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai ajuvan, meskipun masih
dalam penelitian, dan hasilnya masih belum memuaskan.
A. Tumor Primer
1. Tumor operabel
a. Terapi utama ( pembedahan)
(1) Tumor parotis
a. parotidektomi superfisial, dilakukan pada: tumor jinak parotis lobus
superfisialis
b. parotidektomi total, dilakukan pada:
i. tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim dan n.VII
ii. tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. parotidektomi total diperluas, dilakukan pada: tumor ganas parotis yang sudah
ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
d. deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada: ada metastase k.g.b.leher yang
masih operabel
(2) Tumor glandula submandibula
eksisi glandula submandibula periksa potong beku
- bila hasil potong beku jinak operasi selesai
- bila hasil potong beku ganas deseksi submandibula periksa potong
beku
o bila metastase k.g.b (-) operasi selesai
o bila metastase k.g.b (+) RND
23
(3) Tumor glandula sublingual atau kelenjar liur minor
Eksisi luas ( 1 cm dari tepi tumor ).
Untuk tumor yang letaknya dekat sekali dengan tulang (misalnya palatum
durum, ginggiva, eksisi luas disertai reseksi tulang dibawahnya)
b. Terapi tambahan
Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas kelenjar liur dengan kriteria
1. high grade malignancy
2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus, n.
asesorius )
4. setiap T3,T4
5. karsinoma residif
6. karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan
penyembuhan luka operasi yang adekwat, terutama bila telah dikerjakan alih tandur
syaraf.
- radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insisi sebanyak
50 Gy dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade
malignancy
2. Tumor inoperabel
a. Terapi utama
Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu
b. Terapi tambahan
Kemoterapi :
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
24
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
b. Untuk jenis karsinoma sel skwamous (squamous cell carcinoma, mucoepidermoid
carcinoma)
-methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7 diulang tiap 3 minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
3. Metastase Kelenjar Getah Bening (N)
1. Terapi utama
A. Operabel : deseksi leher radikal (RND)
B. Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian dievaluasi
- menjadi operabel RND
- tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy
2. Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy
4. Metastase Jauh (M)
Terapi paliatif : kemoterapi
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
b. Untuk jenis karsinoma sel skwamous (squamous cell carcinoma, mucoepidermoid
carcinoma)
-methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7 diulang tiap
25
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 3 minggu
KESIMPULAN
Neoplasma atau neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak
dapat dikontrol oleh tubuh.
Ada dua jenis neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm) dan neoplasia ganas
(malignant neoplasm).
Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir,
berkapsul, dan tidak bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang
tumbuhnya cepat, infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain
(bermetastasis).
Neoplasma kelenjar ludah sering tampak tumbuh lambat dengan massa berbatas tegas
(kapsul). Gejala seperti nyeri, pertumbuhan yang cepat, paralisis saraf, parestesi, dan tanda
limfadenopati servikal dan fiksasi ke kulit atau otot mengarah ke malignansi. Nyeri yang
muncul menandakan adanya invasi perineural yang meningkatkan dugaan ke arah keganasan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Wim de Jong. 2004. Buku ajar ilmu bedah Edisi 2. Jakarta: EGC
http://e-infomu.com/berita-153-tumor-parotis.html
dentosca.wordpress.com/2011/04/13/tumor-kelenjar-saliva/
http://adamelsoin.blogspot.com/2009/05/tumor-kelenjar-liur.html
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=penatalaksanaan+Tumor+Parotis
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/11/askep-tumor-parotis.html
27
28