tun tun an

58
TUNTUNAN I 1. APAKAH “SETIA HATI” ITU DAN BAGAIMANA HAKEKATNYA Kata Setia Hati mengandung arti dan makna diri setia kepada hati sanubari sedangkan hati sanubari sendiri berkblat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara singkat yang dimaksud Diri ialah keseluruhan utuh bulat daripada badan, jasad, atau wadag (merupakan objek belaka) dengan segala alat kelengkapannya seperti panca indra, akal pikiran, kehendak keinginan, hawa nafsu dan lain sebagainya. Yang saling berkaitan, saling mengisi, serap menyerapi satu sama lain yang mewujudkan suatu sifat atau perbuatan secara utuh. Pada hakekatnya diri adalah yang digunakan, yang digerakkan yang berfungsi sebagai prasarana. Hati sanubari ialah kalbu, sukma, rosing – roso, rasa hati, atau pribadi. Setia mengandung arti tidak mau dipisahkan betapapun kondisinya, iklas berkorban demi kesetiannya menurut kehendak yang dilimpahi kesetiannya secara mutlak. Kesetian itu pada dasarnya berlandaskan cinta kasih yang mendalam. Hati sanubari merupakan sebuah subjek daripada manusianya (yang menggunakan, yang menggerakkan, yang mengku). Akan merupakan kesalahan jika objek dianggap sebagai subjek. Hati sanubari berisikan rasa yang halus dan mendalam, yang menjadi sarana Tuhan Yang Maha Esa untuk menyatakan Diri dalam Sasmitanya (Wahyu/Pulung/dsb). Hati sanubari seolah – olah sebagai duta besar berkuasa penuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan dari Tuhan. Diri setia kepada hati sanubari yang berarti disini diri yang sudah bersatu manunggal dengan hati sanubari yang berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika Diri sudah manunggal dengan Pribadi, 1

Upload: abdi-setjo-djojo

Post on 19-Jun-2015

543 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tun Tun An

TUNTUNAN

I

1. APAKAH “SETIA HATI” ITU DAN BAGAIMANA

HAKEKATNYA

Kata Setia Hati mengandung arti dan makna diri setia kepada hati

sanubari sedangkan hati sanubari sendiri berkblat kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Secara singkat yang dimaksud

Diri ialah keseluruhan utuh bulat daripada badan, jasad, atau wadag

(merupakan objek belaka) dengan segala alat kelengkapannya seperti

panca indra, akal pikiran, kehendak keinginan, hawa nafsu dan lain

sebagainya. Yang saling berkaitan, saling mengisi, serap menyerapi satu

sama lain yang mewujudkan suatu sifat atau perbuatan secara utuh. Pada

hakekatnya diri adalah yang digunakan, yang digerakkan yang berfungsi

sebagai prasarana.

Hati sanubari ialah kalbu, sukma, rosing – roso, rasa hati, atau pribadi.

Setia mengandung arti tidak mau dipisahkan betapapun kondisinya, iklas

berkorban demi kesetiannya menurut kehendak yang dilimpahi

kesetiannya secara mutlak. Kesetian itu pada dasarnya berlandaskan cinta

kasih yang mendalam. Hati sanubari merupakan sebuah subjek daripada

manusianya (yang menggunakan, yang menggerakkan, yang mengku).

Akan merupakan kesalahan jika objek dianggap sebagai subjek. Hati

sanubari berisikan rasa yang halus dan mendalam, yang menjadi sarana

Tuhan Yang Maha Esa untuk menyatakan Diri dalam Sasmitanya

(Wahyu/Pulung/dsb). Hati sanubari seolah – olah sebagai duta besar

berkuasa penuh untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,

dan dari Tuhan.

Diri setia kepada hati sanubari yang berarti disini diri yang sudah

bersatu manunggal dengan hati sanubari yang berkiblat kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Jika Diri sudah manunggal dengan Pribadi, dan Diri

berbuat sesuai dengan Hati sanubari, maka manusia yang memiliki diri itu

adalah pelaku bulat Illahi dan dapat disebut manusia utuh bulat, manusia

paripurna. Inilah tujuan Persaudaraan Setia Hati Terate, yang membimbing

para kadang menjadi insane Setia Hati sejati yang selalu hidup di jalan

yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. Sudahkah kadang – kandangku Setia

Hati merasa sudah menjadi manusoa insane SH Sejati?

1

Page 2: Tun Tun An

2. BAGAIMANA PERWUJUDAN PSHT (ILMU SETIA HATI)

Pencak silat PSHT dalam fungsinya untuk mempertahankan dan

membela diri adalah salah salah satu sarana memperoleh keselamatan,

keamanan dan ketentraman hidup lahir batin, antara Diri dan Pribadi.

Keselamatan yang beraspek lahir diusahakan dengan melatih dan

mengolah Diri dengan senam, jurus, kripen, dan lain sebagainya.

Sedangkan keselamatan yang beraspek batin dengan melatih dan

mengolah Pribadi dengan pernafasan, ke-SH-an, ilmu rohani yang lain

(kitab suci agama yang dianut), menjalankan perintah Tuhan Yang Maha

Esa dan menjauhi semua larangan Tuhan Yang Maha Esa, patuh terhadap

Orang Tua, Guru, patuh dan taat dengan semua aturan atau norma yang

berlaku (adat istiadat, Undang – Undang, Hukum), serta menjunjung tinggi

serta mengamalkan Pancasila (bagi bangsa Indonesia).

Oleh karenanya tiada tepatlah mempelajari pencak silat PSHT tanpa

memperdalam Jiwa Pribadi Setia Hati) ataupun juga sebaliknya.

3. KEGUNAAN PSHT

Bagi kadang – kadang PSHT sendiri sebagai seorang individu.

Perjalanan hidup seseorang pada umumnya selalu terombang ambing

oleh pasang surut gelombang kehidupan, entah itu sebagai “cobaan” atau

sebagai ujian hidup. Gelombang itu bias diakui sebagai “kawan” ataupun

diakui sebagai “lawan” hal tersebut tergantung pada kekuatan,

keseimbangan, dan keselarasan “diri pribadi” menentukan sikap dalam

menghadapi gelombang yang merupakan “tantangan hidup” itu. Karena

semuanya prose situ tiada terlepas dan berada dalam TATA WISESA

TUHAN sesuai dengan kodrat (Kuasa) dan iradat (Karsa) Tuhan Yang Maha

Esa. Oleh karena itu, barang siapa selalu dalam hukum Tuhan,

menyelaraskan tiap kehendak dan perbuatan dengan kodrat dan iradat

Illahi, maka mereka akan “ aman tentram selamat sejahtera” lahir batin.

Dalam hubungan ini Setia Hati membantu membimbing kadang –

kadang mencapai tujuan tersebut dengan mengusahakan latihan – latihan

untuk dapat menguasai kekuatan jasmaniah dan kekuatan rohaniah

dengan latihan olah raga dan olah jiwa. Setia Hati berkeyakinan, bahwa

gerak mobah molah insane itu bertujuan:

a. Mempertahankan diri pribadi.

b. Mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan (lahir - batin).

c. Kembali pada sumber–Nya (sesempurna – sempurnanya).

2

Page 3: Tun Tun An

Setiap insan Setia Hati diwajibkan memahami Pencak Silat Setia Hati

dan menjiwai Kerohanian Setia Hati dengan melakukan latihan – latihan

secara teratur, terarah, dan tekun. Tiap latihan harus dikerjakan dengan

teliti sampai selesai dengan hasil yang memuaskan, baik lahiriah dan juga

batiniah. Semua itu dipersiapkan untuk mengahadapi semua tantangan

hidup, dengan menghayati ajaran – ajaran, diharapkan setiap insan – insan

Setia Hati akan berhasil mencapai suasana “aman, tentram, senantiasa,

selamat sejahtera” lahir-batin didunia dan diakhirat, Amin.

a) Bagi kadang PSHT dalam ikatan organisasi

Insan PSHT yang merasa mempunyai ikatan tali Persaudaraan Setia

Hati Terate dalam arti Diri Setia Kepada hati Sanubari, berjiwa pribadi

PSHT merasa serta berpencak silat PSHT sudah selaknya merasa merasa

satu rumpun.

PSHT harus dapat merasakan sebagai “suh/simpai” yaitu suatu

pengikat untuk menghimpun dan mengatur secara organisasi yang baik

dan teratur, yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam pembangunan,

khususnya dibidang mental spiritual.

Ikatan batin dengan jiwa pribadi SH dalam suatu organisasi yang baik

dan teratur sebagai wadah atau sarana, dimana para kadang dapat saling

”silih asah, silih asuh, silih asih” (masing – masing saling mempercerdas,

mengsuh hingga timbul rasa cinta kasih dan kasih sayang satu sama lain).

b) Bagi kemanusiaan

PSHT bermaksud memberikan bimbingan kepada kadang – kadang

kearah “diri setia kepada hati sanubari” karena jka diri sungguh – sunguh

sudah setia kapada hati sanubari. Ini berarti bahwasannya “diri dengan

pribadi” sudah menjadi satu manunggal, lingkup melingkupi dan serap

menyerapi. Manusianya sungguh – sunguh mewujudkan suatu totalitas,

suatu kebutuhan bulat. Manusianya sungguh – sumngguh dapat disebut

“pelaku bulat” daripada Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran – ajaran tersebut

pada dasarnya beraspek universaal untuk seluruh manusia, tidak hanya

semata – mata kadang PSHT saja.

Hati sanubari atau “pribadi” tidak dapat disangkal lagi sebagai

landasan untuk beriman dan memantapkan iman kepada Tuhan Yang

Maha Esa didalam lubuk hati yang paling dalam yaitu hati sanubari. Hati

sanubarilah yang dapat mewujudkan gerak mobah molah, perbuatan atau

3

Page 4: Tun Tun An

pakarti adil, jujur, benar, mtepa sarira dan mwmbawa seseorang ke “rasa

pangrasa” yang halus dan mendalam. Rasa ini yang mengantarka kepada

rasa kemanusiaan yanhg adil dan beradab serta berbudi luhur. Tiada budi

pekerti luhur tanpa melandaskan diri pada Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam pada itu rasa Ketuhanan Yang Maha Esa itu tumbuh kembangnya di

hati sanubari.

Oleh karenanya itu tidak berlebihan, jika yang disebut hati sanubari

atau pribadi itu dianggap berfungsi seolah – olah “sebagai Duta Besar

Berkuasa Penuh” untuk mencapai ke Tuhan Yang Maha Esa dan dari Tuhan

yang Maha Esa, disamping fungsinya sebagai sarana Tuhan Yang Maha Esa

untuk menyatakan Diri dalam wahyu-Nya. Dengan diri setia kepada hati

sanubari, maka diri sudah manunggal dengan pribadi yang saling lingkup

melingkupi, serap menyerapi. Dengan begitu diri tidak menjadi tirai

(pemisah) antara pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa Penciptanya.

Dalam hubungan ini diri bahkan dapat menjadi tombol antara pribadi

dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hal seperti tersebut diatas bisalah

digunakan sebagai salah satu unsur landasan dalam tata kehidupan ber-

Pancasila demi memantapkan suksesnya “pembangunan Bangsa

Indonesia.”

4

Page 5: Tun Tun An

PANDANGAN & PEDOMAN HIDUP PSHT

1. PANDANGAN HIDUP SEORANG PSHT

Dalam melaksakan tata kehudupan berlandaskan Pancasila PSHT

mempunyai pandangan sebagai berikut:

a. Gerak – mobah - molah manusia bertujuan untuk menghindari /

meniadakan segala rintangan dalam rangka mempertahankan

diri.

b. Gerak – mobah - molah manusia bertujuan untuk

(mengarahkan pada usaha) memperoleh kesejahteraan dan

kebahagiaan lahir – batin.

Namun kedua aspek tersebut berjalan menurut Tata Wisesa atau

Hukam Tuhan sesuai dengan kodrat (kuasa) dan Iradat (Karsa) Nya. Dalam

semua itu gerak – mobah – molah pada hakekatnya akan berakhir kembali

kepada SUMBER (Tuntunan II) yang menggerakkan. Untuk mencapai

tujuan tersebut PSHT membimbing kadhang – kadhang (warganya) agar

melakukan secara teratur dan terarah :

Olah Raganya khususnya mengenai Pencak Silat PSHT

Olah Jiwa dengan menghayati dan mengamalkan ajaran – ajaran

PSHT

Setia Hati menyadri bahwasannya yang disebut “manusia” itu

melingkupi “raga’ denga “jiwa”, “diri” dengan “pribadi” atau “raga”

dengan “roh”. Namun demikian kedua unsur tersebut pada hakekatnya

merupakan suatu ujut yang utuh bulat, suatu totalitas yang utuh, suatu

totalitas yang hidup. Totalitas tersebut tidak boleh dipisahkan satu sama

yang lainnya. Sebab apabila unsur yang satu terpisah dari yang lain, jadi

“diri” dipisahkan dari “pribadi”, “raga” dipisahkan dari “jiwa” maka

hilanglah sifat atau eksistensi “manusia” yang sesungguhnya. Jika disini

nanti diadakan penguraian secara terpisahkan atau terperinci adalah ada,

dimaksud untuk mengetengahkan perbandingan antara yang satu dengan

yang lainnya agar jangan sampai “worsuh” atau salah terka. Misalnya yang

sesungguhnya diri dianggap sebagai pribadi, sedangkan yang sebetulnya

pribadi dianggap dan diperlukan sebagai diri. Dengan kata lain “raga”

bukanlah “jiwa”, sebaliknya “jiwa” bukanlah “raga”

5

Page 6: Tun Tun An

Untuk membimbing kadang – kadhang kearah penghayatan “Diri Setia

Kepada Hati Sanubari”, maka Setia Hati mengajarkan supaya kita selalu

mengenal diri pribadi kita sendiri terlebih dahulu dengan selalu mawas diri

atau “mulat sarira”. Setia Hati berkeyakianan, bahwasannya “barang siapa

mengenal diri pribadinya, dia akan mengenal Tuhannya.” Juga dengan

mawas diri kita akan menjadi sadar, bahwa gerak – mobah – molah kita,

atau untuk mempertahankan diri ataukah untuk memperoleh

kesejahteraan lahir batin itu tidak akan lepas dari Hati Sanubari yang

selalu berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti, semua

perbuatan kita, semua tingkah laku kita, yang baik nampak maupun tidak

nampak, selalu diawasi oleh Hati Sanubari. Karena semua perbuatan kita

perlu dilandaskan pada Hati Sanubari. Denga demikian gerak – mobah –

molah kita yang berujud perbuatan akan dijiwai rasa peri kemanusiaan dan

berbudi luhur.

Sebagai atau landasan berpijak Setia Hati mengajarkan, agar kita selalu

berdiri atau pada “AS”, karena AS atau poros menentukan keseimbangan

dan dalam putaran hidup dan kehidupan. Adapaun “AS” dari manusia ialah

sesungguhnya Hati Sanubari atau Pribadi manusia itu sendiri. Yang disebut

“AS” biasanya berfungsi pula sebagai penyalur dan pengatur tenaga dan

kekuatan dalam ruang lingkup sekitar tempat kedudukan “AS” itu sendiri.

2. PEDOMAN HIDUP PSHT SAPTA WASITA TAMA

Pedoman hidup seorang SH-wan ialah Sapta Wasita Tama, yang artinya

sapta (tujuh), wasita (ajaran/pedoman), tama (utama/luhur)

dengandemikian Sapta Wasita Tama berarti tujuh pedoman yang luhur

menjadi sendi – sendi kehidupan rohani SH, melaksanakan tata kehidupan

berdasarkan Pancasila.

SAPTA WASITA TAMA

1) Tuhan menciptakan alam seisinya hanya dengan sabda sebelum

disabda (dumadi) alam seisinya itu ada pada yang Menyabda.

2) Setelah alam semesta seisinya ada (Disabda) Tuhan menyertai

sabdaNya.

3) Barang siapa meninggalkan AS-nya tergelincirlah ia oleh lingkungan

sekelilingnya (omgeving).

4) Barang siapa meninggalkan keseimbangan, tergelncirlah ia.

6

Page 7: Tun Tun An

5) Barang siapa melupakan/meninggalkan permulaan, tak akan dapatlah

ia megakhirinya.

6) Barang siapa mengaku hasil karyanya menjadi milik sendiri

terbelengulah ia lahir bathin.

7) Barang siapa selalu melati merasakan “rasaning rasa”, Insya Allah

lambata laun ia akan kerasa ing rosing roso.

Rosoning roso ialah sumber dari rasa, keroso ing rosing roso ialah

terasa atau merasakan inti pusat dari rasa. Inti pusat ini sering disebut

rasa sejati, sejatining rasa, Kalbu, Hati Sanubari, Pribadi. Apabila oarang

tersebut telah “kerasa ing rosing rasa,” maka ia akan meraskan tanpa

sarira, denga kata lain ia akan merasakan atau terasa yang tiada jasati,

yang rokhani, yang ghoib.

Yang pada hakekatnya Sapta Wasita Tama memberi bimbingan kearah

kesadaran rohani yang mendalam, berhubungan antara sikap diri dan

pribadi sebagai individu atau orang seorang terhadap diri pribadi sebagai

totalitas yang utuh dan bulat. Proses ini sesungguhnya hanya merupakan

satu tahap mengenal diri pribadi. Kesadaran yang rohani dan mendalam

inilah akan membawa orang pada “rasa pengrasa” hidup dengan Tuhan

dalam Tuhan. Kesadaran inilah sesungguhnya hasil daripada “mawas diri”

yang dihayti dengan teratur, teliti dan tekun.

UNGKAPAN SECARA SINGKAT

1. Tuhan menciptakan alam seisinya hanya dengan sabda sebelum

disabda (dumadi) alam seisinya itu ada pada yang Menyabda.

2. Setelah alam semesta seisinya ada (Disabda) Tuhan menyertai

sabdaNya.

Pada dalil pertama dan kedua memberi ungkapan, bahwa semua

kejadian dan semua yang terjadi didalam semesta ini tidak berdiri sendiri,

tetapi ada yang menjadikan itu tidak terpisah dari “yang dijadikannya”

atau “yang terjadi”, bahkan selalu menyertainya. Marilah kita mengambil

contoh titik tolak pribadi kita sendiri. Kita mengikuti dan mengamati proses

yang sedang berlaku pada diri kita saat ini dengan tekun, teliti dan penuh

perhatian yang memang tidak mudah, tetapi juga sebaiknya dilakukan

agar “ketemu.” Dalam pada itu kita sesungguhnya sudah melangkah

didalam suasana “mawas diri atau mulat sarira”

7

Page 8: Tun Tun An

Dengan melakukan mawas diri seperti tersebut diatas kita akan sampai

pada kesadaran yang mendalam tentang keadaan diri pribadi didalam

waktu sekarang ini. Kita akan terasa dan merasakan sadar,

bahwasannya ............ aku ini ada dan “aku ini hidup”.........

Kemudian kita kan menjadi sadar pula, bahwa adaku dan hidupku tidak

bisa terlepas daripada waktu “sekarang ini” dan tempat “disini.” Yang

dimaksud terasa atau merasakan sampai sadar itu bisa terwujud jika

penghayatan kita dilandasi dengan pengrasa yang halus mendalam pada

hakekatnya yang disebut “rasa pengrasa” yang halus mendalam itu adalah

Rasa Ketuhanan, inilah yang akan membawa seseorang kedalam sesuatu

yang mutlak, sesuatu yang tidak dapat diragukan lagi, karena yang Khak

dan yang Mutlak itu hanya Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila seseorang sudah terasa atau merasakan dan sadar, bahwa “aku

ada.” Kemudian rasa pengrasa yang halus mendalam itu akan mengarah

kepada kiblat “Yang Dumadi” untuk menjawabnya. Selanjutnya orang akan

terasa atau merasakan dan sadar akan “ada” dan “hidupnya” pada waktu

“sekarang ini.”

Semasa hidupnya orang tidak mungkin terlepas atau melepaskan diri

dari AS dari pada lingkungan waktu yang membatasi saat yang disebut

“tadi” dan “nanti” atau “kemarin” dan “esok.”

Rasa dan sadar akan “aku ini ada” membawa orang kepada pertanyaan

“sebelum ini aku ada, sekarang aku dimana? Dan nantinya kemanakah

aku?.” Untuk mempertanyakan ini dalil Sapta Wasita Tama membantu

memberikan jawabannya dengan tepat.

“Aku” adalah salah satu unsur daripada alam semesta Cipta Tuhan

Yang maha Esa oleh karenanya sebelum aku ini ada atau dumadi, aku ada

pada Tuhan Yang Maha Esa. Begitupun halnya keadaan hidup aku.

Pertanyaan – pertanyaan tersebut diantaranya diatas bukanlah hanya

dijawab dengan menggunakan logika atau akal pikiaran kita saja, tetapi

dalam hubungan ini harus lebih dilandaskan pada rasa pengrasa yang

mendalam ialah “Rasa Ketuhanan” yang ada pada setiap individu.

Sesungguhnya segala sesuatu yang terurai tadi adalah salah satu bentuk

mawas diri, maka diperlukan penggunaan rasa halus mendalam.

Diibaratkan orang bercermin untuk memahami wadaknya sendiri. Dia tidak

akan dapat melihat wajahnya dengan jelas dan terang, kalau cerminnya

tidak berlapis rasa disisi belakangnya. Makian halus rasanya, makin jelas

makin ternagnlah wujud dalam cermin itu.

8

Page 9: Tun Tun An

Tanpa rasa yang halus dan mendalam orang tidak akan berhasil

mengenal diri pribadinya secara tepat dan jelas. Dengan melalui

kesadaran sampai pada keyakinan bahwa aku ada itu karena ada Yang

Mengadakan. Dan aku hidup itu karena ada Yang Menghidupi, orang

lambat laun akan terasa atau merasakan adanyaYang Mengadakan dan

Yang Menghidupi. Kemudian dia akan sampai pula kesadaran, bahwa

adaku itu dibatasi oleh tempat ruang “disini” dan waktu “sekarang.”

Berbeda dengan Yang Mengadakan dan Yang Menghidupi, yang tidak

jasmani.

Dia tiada batas waktu dan tiada batas ruang ialah melingkupi tempat

dan waktu diaman saja, kapan saja, tiada awal tiada akhir, tetapi juga

yang paling awal dan paling akhir. Dia kekal dan abadi

Dengan rasa yang halus dan mendalam orang sadar bahwa Tuhan

Yang Maha Esa selalu menyertai kita dimana saja, dimana saja, kapan saja

dan dalam keadaan bagaimanapun juga Tuhan Yang Maha Esa selalu

menyatu dan mensertai kita. Tiada sinar matahari tanpa diikuti

mataharinya, tiada daun – daunan bergerak – gerak tanpa disertai yang

menggerakkan ialah angin. Hanya sayang biasanya yang kita perhatikan

itu selalu daunnya yang bergerak – gerak, tidak sampai pada “Yang

Menggerakkan.”

Padahal yang menggerakkan itu tidak terpisah dari yang digerakkan.

Namun dalam segala hal kita selalu meninggalkan atau melupakan “Yang

Menggerakan.” Karenanya dalam keadaan bagaimanapun diwaktu suka,

diwaktu duka, diwaktu memperoleh sukses, diwaktu mendapat kegagalan,

diwaktu mendapat ujian atau cobaan, janganlah meninggalkan tau

melupakan Tuhan carilah Tuhan Yang Maha Esa dengan dan dalam hati

sanubari.

3. Barang siapa meninggalkan “AS” tergelincirlah ia oleh lingkungan

sekelilingnya.

4. Barang siapa meninggalkan keseimbangannya, tergelincirlah ia

Perlu disadari, bahwasannya daya, tanaga dan kekuatan manusia itu

bisa beraspek “jasati” (stifellijk) dan bisa pula beraspek “rohani.” Yang

pertama biasanya disebut kekuatan “lahir,” yang lain dikatakan kekuatan

“batin,” kadang – kadang disebut kekuatan gaib/tersembunyi.

Sesunguhnya yang disebut kekuatan lahir itu tiada lain daripada

perwujudan kekuatan batin atau kekuatan dalam. Pada hakekatnya

9

Page 10: Tun Tun An

kekuatan hidup. Tenaga daya atau kekuatan dimaksud bisa dilatih, dibina

dan dikembangkan lewat latihan – latihan olah jiwa atau olah raga.

AS merupakan bagian dan unsur vital bagi kesatuan atau totalitas

dan dalam lingkungannya, AS berfungsi pengatur dan penyalur, disamping

perannya sebagai penghimpun dan penyimpan daya, tenaga dan

kekuatan. AS manusia yaitu berupa hati sanubari mempunyai peran pula

sebagai distributor dan akumulator daripada tenaga dan kekuatan

manusia itu sendiri.

AS adalah tempat kedudukan, dimana suatu proses berpusat dan

memusat. Apabila proses itu gerak mobah molah manusia, maka A-nya

adalah jantung dari manusia itu sendiri. Jantung manusia adalah sumber

daripada daya hayati hidup atau sumber daripada “rahsa” manusia itu

sendiri. Diawali dengan gerak denyut atau gerak getar jantung mulai

berfungsilah seluruh alat sarana manusia sesuai dengan tugas masing –

masing. Jika berarti berdenyut / bergetar, berhentilah seluruh hidup dan,

kehidupan manusia. Manusianya dinyatakan mati meninggalkan dunia.

Didalam jantung di pusatnya bersemayamlah yang disebut hati

sanubari, pribadi atau rasa jati. Hati sanubari tiada gerak, namun

menumbuhkan seluruh gerakan “diri”, diawali di jantung, berupa gerak

denyut atau gerak getar. Gerakan itu kemudian menebar keseluruh

anggota tubuh secara menyeluruh sebagai getaran atau hidup. Dalam

hubungan ini hati sanubari berfungsi sebagai sarana Tuhan Yang Maha Esa

untuk memancarkan Sinar sifat hayati-Nya. Namun hati sanubari berperan

pula sebagai tirai antara insan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Jika gerakan itu mengembang, maka lingkungannya mengembang

pula. Makin besar tenaga atau kekuatan atau daya gerak AS, makin besar

pula lingkungannya atau bisa disebut omgeving.

Dalam pada itu setiap unsur dari pada kekuatan atau totalitas roda,

jika terlepas meninggalkan AS-nya, akan tergilas oleh lingkungan

sekelilingnya. Dimisalkan senuah ruji – ruji roda, jika ruji – ruji

meninggalkan AS, maka ruji – ruji akan tergilas oleh ruji – ruji lainnya. Ini

berarti pula, bahwa barang siapa meninggalkan hati sanubari dia akan

tergilas oleh lingkunagn (omgeving). Dia akan tergilas oleh “putaran roda

kehidupan” sekelilingnya.

AS berfungsi pula, sebagai yang mengatur dan menentukan

keseimbangan atau keserasian, jika kita berada AS, kita tak akan

terombang ambing oleh gelombang lingkungan sekeliling kita. AS daripada

manusia mengatur dan menentukan juga keseimbangan antara “diri”

10

Page 11: Tun Tun An

dengan “pribadi” manusia itu sendiri. Kemauan kita, bahwa nafsu kita,

banyak kali lebih besar daripada kemauan diri kita. Jika kita tidak

berpegang pada AS atau hati sanubari, kita akan tergelincir dan terjatuh.

Makin jauh kita meninggalkan AS, makin terlepas kita dari

keseimbangan, makin berat pula terjatuh kita. Oleh karenanya

bertindaklah sesuai dengan suara hati sanubari, jikalau ingin aman,

tenram, dan sentausa, karena hati sanubarilah AS daripada seluruh hidup

dan kehidupan manusia. Jika orang mengusahakan adanya keseimbangan

antara akal pikiran yang menginginkan segala sesuatu yang baik, yang

terbaik bagi dirinya dan hati sanubarinya yang menghendaki segala

sesuatu yang adil, yang jujur, yang benar, maka insya allah ia memperoleh

ketenangan, ketentraman dan kesentausaan hidup lahir dan batin untuk

menghadapi seribu satu tantangan. Dia tiadak munkin tergelincir oleh

lingkungan, apapun situasi dan kondisinya.

5. Barang siapa melupakan / meninggalkan permulaan, ia tak akan dapat

mengakhirinya.

Setiap masalah, setiap kejadian, setiap proses tentu mempunyai awal

permulaannya dan titik akhir habisnya proses atau masala. Awal mulanya

itu sebagai titik tolak mulai proses, sedang titik akhir itu menujukan selesai

habisnya proses. Titik tolak itu merupakan landasan “ sebab “ untuk

menentukan “ akibat “ yang mengarah kesatu tujuan atau sasaran. Tetapi

bagaimanapun bentuk atau wujud prosesnya akan berlaku hukum titik

tolak awal sama dengan titik habis akhir. Atau awal sama dengan akhir

atau sangkan paran.

Diibaratkan siklus air, air laut karena terik matahari air laut menguap

menjadi uap air. Uap air itu terkumpul kemudian terbawa oleh angin ke

daerah yang mempunyai tekanan udara yang rendah, setelah itu jatuh

menjadi titik – titik hujan. Titik – titik air selanjutnya mengumpul menyatu

mengalir lewat sungai – sungai dan akhirnya kembali lagi ke laut. Yang

akhirnya dapat disimpulkan titik awal laut, titik akhir laut pula. Demikian

pula yang terjadi pada proses alam seisinya. Karena alam seisinya berasal

Tuhan Yang Maha Esa, maka kembali ke Tuhan Yang Maha Esa.

Jika orang melupakan / meninggalkan permulaan dalam arti ia tidak

tahu lagi awal mulanya, ia tidak akan sampai pada akhir tujuannya.

Diumpamakan orang pergi dari rumah kekantor untuk setelah tugasnya

dikantor selesai, semestinya ia kembali kerumah tempat tinggal semula.

11

Page 12: Tun Tun An

Awal mula rumah tempat tinggal, sedang akhir tujuan adalah kembali

kerumah tempat tinggal semula.

6. Barang siapa mengaku hasil karya menjadi miliknya ia akan

terbelenggu lahir batin

Biasanya orang hidup itu berusaha atau berkarya untuk memenuhi

kebutuhan dan tututan dan kehidupan. Karena itu berusaha atau

berkaraya ia akan memperoleh hasil. Adapun hasil itu sendiri bisa

memuaskan tetapi bisa mengecewakan baginya. Jika hasil karyanya itu

sesua dengan harapan ia akan merasa puas dan senang, itu juga

sebaliknya jika hasil itu tidak sesuai yang diharapkan, ia akan kecewa.

Biasanya hasil karya yang memuaskan akan diakuai menjadi miliknya,

sedang yang mengecewakan segan untuk diakuinya, bahkan biasanya

biasanya dilemparkan kepada orang lain.

Yang menguntungkan dianggap adil, wajar, sedang yang tidak

menguntungkan dianggap tidak adil, dan tidak wajar. Umumnya hasil yang

dianggap baik itu lalu diletakkan pada dirinya, seolah – olah menjadi

bagian mutlak daripada tubuhnya. Sekali – kalipun tidak boleh lepas dari

dirinya. Jika hasil yang telah melekat itu menjadi berkurang atau atau

menjadi tiada dia akan berteriak seakan kehilangan tubuhnya.

Jika hal – hal tersebut kita kurang bisa menyikapi dengan baik. Kita bisa

tersesat jalan dan melakukan tindakan – tindakan yang kurang bisa

dipertanggungjawabkan, baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk

masyarakat atau untuk Tuhan Yang Maha Esa sekalipun.

Pada hal semua kejadian atau semua proses yang terjadi pada diri kita,

baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung itu tidak terlepas

dan selalu sesuai dengan hukum Tuhanserasi dengan Kodrad dan

Iradadnya. Manusia itu diibaratkan sebuah pensil. Pensil semata – mata

hanya pelaku bulat daripada yang menuliskan, karena pensil tidak

mungkin menulis sendiri. Adapun tulisan yang dibuat pensil itu bukan

semata – mata pemilik pensil, tetapi milik penulisnya. Sungguh tidak pada

tempatnya jikalau pensil mengaku tulisan itu sebagai miliknya. Penulis

mempunyai maksud tersendiri akan semua yang dituliskan. Jika pensil

ingin tahu dan tujuan tulisan itu, dia harus menanyakan kepada penulis,

jangan hanya menyimpulkan dari tulisan itu sendiri. Pensil harus sadar,

bahwasannya dia tidak lebih dan tidak kurang hanya pelaku bulat daripada

penulis.

12

Page 13: Tun Tun An

Demikian halnya dengan keadaan menusia sebagai Ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa. Dialah hanya pelaku bulat daripada yang Mengadakan dan Yang

Misesa. Hasil karya yang kita peroleh dari jerih payah kita, tidak

seharusnya kita aku, kita akui sebagai milik kita secara mutlak. Pengakuan

inilah yang membangkitkan rasa iri, dengki purba sangka, putus asa, dan

lain sebagainya.

Kita seharusnya menyadari, bahwasannya semua hasil karya kita atau

hasil itu memuaskan atau tidak, semuanya tidak terlepas dari Hukum

Tuhan Yang Maha Esa. Semua hasil karya kita peroleh dalam hubungan

dengan nasib kita sesungguhnya akan membawa kita kesatu tujuan yang

telah ditentukan oleh yang mengaruniai nasib kita. Kalau kita ingin tahu,

mengapa nasib kita baik atau mengapa nasib kita buruk, kita harus ber-

paling pada yang Mengaruniai nasib kita dan menanyakan dengan

melandaskan pada hati sanubari. Menanyakan harus dilakukan secara

khusuk dengan seluruh diri pribadinya. Insyaallah Tuhan Yang Maha Esa

akan melimpahkan taufik dan hidayahnya.

7. Barang siapa selalu melatih merasakan “rasaning rasa” (merasakan

sumbernya), insyaaallah ia akan “kerasa ing rosing roso.” (terasakan

Inti pokok rasa)

Yang dimaksud dengan “rasa” disini bukanlah rasa manis, pahit,

bukan rasa panas, dingin, hangat, segar , bukan pula rasa senang,

sedih, dongkol, dan lain sebagainya, tetapi rasa dari kata rahsa yaitu

darah dan rasa. Rahsa inilah yang menyerapi dan seluruh tubuh secara

merata dan mendalam. Rahsa ini pada azasanya “rasa kasunan” rasa

yang dapat merasakan dan terasa adanya Tuhan Yang Maha Esa,

karena rahsa ini sesungguhnya PANCARAN daripada SINAR SIFAT

HAYATI TUHAN. Oleh karenanya untuk merasakan “rasa” tersebut harus

dilakukan penghayatan dengan menggunakan “rasa oengrasa yang

mendalam.”

Adapun yang mengartikan dengan rosing roso ialah inti pusat

daripada yang bersemayam dipusat jantung tiap insan. Rosing roso

inilah yang biasanya disebut : rasa sejati, sejatining rasa, hati sanubari,

hati nurani, pribadi dan sebagainya. Namun demikian, pada hakekatnya

rasa itu hanya satu dan tunggal. Tiap individu dengan mulai latihan

yang teratur dan berturut turut serta tekun dapat mencapai keadaan

“merasakan” atau “terasa.” Rosing roso inilah hati sanubari.

13

Page 14: Tun Tun An

Tetapi untuk menerangkan dengan kata – kata eksistensi dari rosing

roso atau hati sanubari itu tidak mungkin, karena itu adalah

pengalaman pribadi, yang gaib. Bagamana menjelaskan rasa manis

rasa asin secara tepat, kalau tidak / belum mengalami merasakan

sendiri melalui penghayatan yang setepat – tepatnya dan teliti. Dengan

pengalman karena penghaytan sendiri secara komlit akan tertancap

suatu kesan atau impresi yang tak mudah dilupakan.

Namun penghayatan harus dilakukan dengan seluruh diri pribadi

secara utuh bulat, bukan hanya menggunakan sebagian dari anggota

tubuh, misalnya : hanya dengan mata dan telinga. Apabila penghayatan

itu dilakukan secara teratur dan berkeseimbangan dengan latihan –

latihan.

Rahsa pada hakekatnya mewujudkan daya hayati hidup sebagai

pancaran daripada sinar sifat hayati Tuhan Yang Maha Esa, yang

mengandung daya tenaga dan kekuatan / energi. Daya hayati hidup itu

masuk melalui paru – paru. Dari paru – paru rahsa itu dalam darah

bersih diambil oleh jantung, untuk dikirim menyerapi seluruh anggota

tubuh sampai pada bagian tubuh yang sekecil – kecilnya secara adil dan

merata menurut perbandingan dan fungsinya. Dalam hubungan ini

seluruh anggota tubuh oleh karenanya mampu dan bisa bergerak atau

digerakkan. Manusia lalu dikatakan hidup.

Dalam pada itu yang disebut jantung diamana pada pusatnya

bermahligai hati sanubari atau pribadi lingkunganj hidup berfungsi dan

berkedudukan sebagai akumulator / penghimpun dan distributor /

penyalur rahsa, yaitu darah dan rasa seluruh tubuh dan bagian anggota

tubuh. Sebaliknya seluruh anggota tubuh dan bagian – bagiannya dapat

merasakan pusat jantung yang sedang membagi bagikan darah terus

menerus tiada henti – hentinya secara “ambyu mili.” Proses ini dapat

kita rasakan, kita amati apabila kita memusatkan pernafasan kita di

pusat jantung. Ini berarti bahwasanya pernafasan itu tidak

diperhentikan di paru – paru saja, tetapi diteruskan kearah pusat

jantung dan “pelepasan nafas” dimulai dari pusat jantung. Jadi

pemasukan nafas berada di pusat jantung dan “pelepasan nafas”

dimulai dari pusat jantung.

Dengan penghayatan seperti tersebut diatas yang dilakukan secara

berturut turut dan teratur, lambat laun kita akan dapat merasakan dan

sadar tentang status.

14

Page 15: Tun Tun An

KESIMPULAN

a. Tanpa mengurangi hak azasi masing – masing kadahang menganut

semua agama atau kepercayaan dan keyakinannya terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, SAPTA WASITA TAMA diajarkan sebagai bimbingan

mental spiritual melandasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.

b. Disamping itu diharapkan dapat memberikan bimbingan gerak

“mengenal diri prinadi” melaui “mawas diri” menurut ajaran

Persaudaraan Setia Hati terate, yakni “mentaati dirinya yang sedang

berproses pada saat sekarang.”

c. Bimbingan dimaksud diharapkan pula dapat menumbuhkan kesadaran

tentang seseorang sebagai “subyek” didalam dan terhadap lingkungan

sekililingnya disamping kesadaran sebagai “obyek ” atau “pelaku bulat”

didalam dan terhadap Kodrat dan Iradat Illahi.

d. Sebagai pedoman hidup dimaksud dapat dipergunakan sebagai

pegangan atau tuntunan untuk mencapai AS daripada hidup, dan

kehidupan, ialah Hati Sanubarinya sendiri, menuju kerasa aman,

sentausa, tentram, lahir batin, karenanya mempunyai kesadaran serta

keyakinan yang mendalam, bahwasannya Tuhan Yang Maha Esa selalu

menyertai ciptaan-NYA dimana saja dan dalam bagaimanapun juga.

e. Memberi keyakinan, bahwa hanya dengan sarana Hati Sanubari kita

secara utuh dan bulat dapat merasakan dan terasa adanta Tuhan Yang

Maha Esa, “kerasa kang tanpa sarira” oleh karenanya bagi saudara

Persaudaraan Setia Hati Terate, agar selalu melatih agar “diri setia

pada Hati Sanubari.”

15

Page 16: Tun Tun An

TUNTUNAN

II

Landasan dan tujuan tata kehidupan Persaudaran Setia

Hati Terate

1. LANDASAN

Seperti yang pernah diketengahkan, Setia Hati melandaskan

pandangan hidupnya atas “diri setia kepada hati sanubari” dengan

pengertian, bahwa apa yang disebut hati sanubari atau pribadi itu selalu

berkiblat menghadap pada sumber, sesuatu yang diyakini sebagai awal

tolak dan akhir tujuan semua hidup dan kehidupan. Hati sanubari adalah

sarana Tuhan untuk menyatakan diri-Nya dalam Wahyu-Nya. Karena Hati

Sanubari dapat dianggap sebagai Duta Besar Yang berkuasa Penuh ke

Tuhan dan dari Tuhan Ynag Maha Esa. Sesungguhnya Warana atau Tirai

Tuhan dalam hubungannya dengan insan pun Hati Sanubari (maka sering

dikatakan “cedak tanpo senggolan” atau “dekat, namun tak singgung

menyinggung”).

Pada hakekatnya manusia hidup itu ber-diri dan ber-pribadi. Diri dengan

pribadi mewujudkan satu totalitas, satu keutuhan bulat manusia hidup

dalam wujud “diri-pribadi” itu bukan jumlah daripada bagian semata –

mata, namun lebih daripada itu.

Adapaun yang disebut “diri” itu sendiri merupakan suatau totalitas

juga. Suatu keutuhan bulat yang meliputi badan, wadak, jasad atau tubuh

dengan anggota – anggota tubuh beserta panca indera, akal pikiran,

kehendak keinginan, hawa nafsu dan lain sebagainya, yang berperan

16

Page 17: Tun Tun An

sebagai alat sarana. Walupun demikian, satu sama lain kait mengkait, isi

mengisi, bantu membantu secara gotong royong yang sangat sempurna

menurut fungsi masing – masing dalam satu koordinasi yang teratur baik

untuk mewujudkan suatau keutuhan gerak – mobah – molah dibawah

suatu komando. Proses ini kesempurnaannya tiada, karena semua unsur

berfungsi dalam “tata wisesa Tuhan.”

Untuk memudahkan memahami pengertian “diri” dalam hubungannya

dengan “pribadi” ialah kalau kita memahami fungsi masing – masing. Ciri

khas fungsi tersebutlah yang menentukan peran khas masing – masing

sebagai totalitas dan daam totalitas. “diri” mempunyai fungsi beraspek

jasati (stoffelijk), jadi pada umumnya orientasinya bersifat “lahir”. Gerak –

mobah –molah diri mengarah berkiblat kepada omgeving. Biasanya gerak –

mobah – molah itu berwujud tingkah laku, langkah usaha, makanya dalam

rangka mempertahankan diri dan mengusahakan kesejahteraan demi

kelangsungan hidupya. “diri” adalah sesungguhnya “aku” atau “ego”

daripada manusianya. Dalam pada itu ya ng disebut “hati sanubari” atau

“pribadi” fungsinya beraspek rohani, bertempat kedudukan di pusat

jantung dengan orientasi dan arah kiblat kepada Sumber, Tuhan Yang

Maha Esa. Hati sanubari adalah sesungguhnya “ingsun” dari pada

mausianya.

Yang perlu juga kita sadari ialah “diri” maupun “pribadi” alat peraganya

hanya satu yaitu tubuh. Padahal badan tidak mungkin digunakan

bersamaan sekaligus dalam waktu dan tempat yang sama oleh “diri” atau

“pribadi” masing – masing sendiri. Akibatnya salah satu harus mengalah

atau kalah. Kalau “diri” menang karena “pribadi” diam mengalah (untuk

sementara), maka tubuh mewujudkan sifata – sifat dari “aku”. Sebaliknya

jika “diri” dapat dapat disudutkan dan dikuasai oleh “pribadi” dalam arti

diluluhkan dalam hati sanubari, maka gerak – mobah – molah manusianya

akan berorientasi sifat – sifat “Ingsun”, yang berwujud keadilan,

kebenaran, kejujuran, tepa seliro, serta budi luhur.

“Pribadi” pada dasarnya berorientasi pada pengrasa halus dan

mendalam, rasa kasukman, oleh karena rasa ini sering dinyatakan sebagai

rasa jati atau sejatining rasa. Rasa ini sulit, bahkan sesungguhnya tidak

mungkin diterapkan dengan kata – kata atau dilukiskan dengan sesuatu

gambaran. Namun rasa ini akan dapat didicapai dengan melalui

penghayatan – penghayatan dalam bentuk latihan – latihan yang tekun,

teliti, dan teratur, tiada bosan (dipersilahkan menghayati dalil ketujuh

SAPTA – WASITA – TAMA).

17

Page 18: Tun Tun An

Sifat – sifat hati sanubari dapat diibaratkan sebagai sifat air. Air selalu

berusaha bali kepada sumbernya yaitu lautan. Awal mula asal dari air

adalah lautan. Anda mungkin telah mendengar asal mulanya. Terik

matahari menyebabkan air dilautan menguap. Uap air kemudian

terkumpul kemudian terbawa angin ketempat dimana tekanan udaranya

rendah, dan kedian jatuh menetes di peguinungan atau di ngarai sebagai

air hujan. Tetes air hujan elanjutnya berkumpul menjadi kali dan berusaha

mengalir ke laut, kembali pada sumber asalnya. Walaupun air berusaha

dibendung, air akan berusaha menembus bendungan, air berusaha

meresap dan berkumpul dalam sumbernya ialah lautan.

Begitu pula halnya dengan “pribadi”, betapapun dicegahnya atau

dirintanginya dengan segala daya upaya, “pribadi” tetap akan kembali

pada Sumbernya ialah Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam seisinya.

2. TUJUAN

Dengan landasan “diri setia kepada hati sanubari” kita menuju akan

tercapainya sehat secara jasmani, sehat secara material yang merupakan

kesehatan secara lahir, dan sehat secara mental spiritual yang

menyangkut kesejahteraan batin. Ketiga unsur pokok tujuan tersebut

diatas harus merupakan totalitas, satu keutuhan bulat, dimana unsur –

unsur itu harus kait mengakiat, seimbang dan serasi, unsur yang lain.

Keseimbangan serta keserasian ketiga unsur dalam satu totalitasa yang

akan mewujudkan yang disebut kesejahteraan lahir batin.

Keseimbangan lahir dan batin itu akan terjangkau, apabila kita selalu

menempatkan diri pribadi kita pada AS dan dalam AS, yang sesungguhnya

ini berarti berdiri diatas “Iman dan Taukhid.”

Kata sehat ini tidak berarti berlebih – lebihan, namun tidak merasa

kekurangan, tetapi memberi kemampuan dan memungkinkan melakuakan

kegiatan – kegiatan yang wajar sesuai dengan vitaliatas, stamina dan

kapasiatas.

♥ Manusia sebagai makluk individu dan makluk sosial

Sebagai makluk individu seharusnya kita sadar bahwa ibaratnya kita

sebuah pensil, yang hanya bisa bergerak memberi geresan pada kertas

yang putih jika ada yang menggerakkan, jika tidak ada yang

menggerakkan pensil itu hanya tergeletak begitu saja. Tiada sebuah pensil

18

Page 19: Tun Tun An

yang dapat memberi goresan pada sebuah kertas dengan sendirinya.

Sedangkan goresan yang ditimbulkan oleh pensil bukanlah semata mata

milik pensil tetapi milik yang menggerakkan pensil tersebut. Pensil hanya

berbuat demi. Meskihasil tulisan indah atau jelek sekalipun, pensil tidak

perlu bangga ataupula kecewa, karena goresan tersebut bukalah milik

pensil.

Perumpamaan tersebut mempunyai makna, bahwa manusia sebagai

individu itu sesungguhnya tidak bisa hidup dengan sendirinya, tanpa

adanya yang menghidupi atau menghidupkan. Oleh karena hal itu kita

tidak perlu sombong, kalau nasib kita beruntung begitupula sebaliknya kita

tidak perlu berputus asa apabila nasib kita sedang tidak beruntung. Ingat

“Barang siapa mengaku hasil karya menjadi miliknya, ia akan terbelenggu

olehnya lahir dan batin.” Oleh karenanya kita perlu mengenal diri pribadi

kita sendiri, supaya kita dapatdan mampu menentukan sikap kita yang

wajar terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan (omgeving). Untuk

mengenal diri pribadi kita sendiri, kita harus selalu mawas diri, supaya

terlepas dari AS, dari Sumber, dari Iman tetapi selalu berpijak pada AS dan

didalam AS. Bahwa segala amal perbuatan kita mengenai masalah dunia

(keluar) selalu berdasarkan SUMBER, yang bersifat lahir. Sedang amal

ibadah (kedalam) yang bersifat batin kembali kepada SUMBER.

Dengan demikian semua perbuatan kita baik yang mengarah keluar

maupun yang mengarah keluar maupun yang mengarah kedalam berpusat

dan memusat di SUMBER, berpusat dan memusat di Hati Sanubari,

sesungguhnya yang demikian itu ialah penghayatan atau pelaksanaan

iman dan taukhid.

♥ Manusia sebagai makluk sosial

Kita diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makluk individu

selain itu pula kita diciptakan sebagai makluk sosial. Kita tidak bisa hidup

sendiri, dalam pemenuhan kebutuhan, kita tidak bisa terlepas dari

masyarakat dan lingkungan. Lingkungan keluarga, Rukun Tetangga (RT),

Rukun Warga (RW), suku dan lingkungan – lingkungan yang lainnya.

Apabila kita mampu memancarkan “pribadi” kita dan tidak terlepas

dari AS atau Hati Sanubari, kita akan ber-pribadi, berwibawa dan selalu

akan menjadi “subyek” daripada lingkungan sekeliling kita, dikarenakan

Hati Sanubari senantiasa memancarkan sinar kewibawaan.

19

Page 20: Tun Tun An

Sebaliknya jika kita terlepas dari AS, kita akan tergilas dan tenggelam

dalam lingkungan dan akan menjadi “objek” belaka. Disamping itu perlu

disadari pula, bahwa lingkungan (omgeving) bisa menjadi tirai antara diri

pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa. Padahal seharusnya lingkungan itu

harus menjadi “tombol” antara diri pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan hidup dalam lingkungan dan karena lingkungan kita sekaligus

merasakan “Adanya Tuhan, Keagungan Tuhan.”

Disaat kiat beribadah, disaat kita sendiri, disaat ramai,

MASIH KURANG, TAMBAH LAGI

DONG!!!!!!!!!!!!!!!!! + DIBUKU ALLAH LEBIH

DEKAT DARI URAT LEHER

3. PENGAHAYATAN

Apabila yang dihayati itu yang positif, sudah barang tentu hasilnya

akan positif pula, sebaliknya jangan mengaharapkan sesuatau hasil yang

positif, jika yang dihayati itu sesuatu yang negatif. Tiada orang yang

mencangkul hasilnya sabitan, dan tiada orang yang menyabit hasilnya

cangkulan. Dalam hal ini akan berlaku apa yang diamanatkan para

sesepuh: “Ngunduh wohing pangawene dewe” yang berarti semua akan

memetik hasil dari perbuatannya sendiri. Semua yang ada harus dilakukan

secara ikhla, tiada rasa terpaksa atau dipaksa, niat dalam hati ingin

mengenal diri pribadi.

TUNTUNAN

III

Latihan pernafasan menurut ajaran

Persaudaraan Setia Hati Terate ( I )

20

Page 21: Tun Tun An

1. ARTI DAN MAKSUD PERNAFASAN

Yang dimaksud pernafasan ialah masuknya nafas dalam tubuh dan

keluarnya dari dalam tubuh. Adapun yang dinamakan latihan pernafasan

atau olah nafas itu pada prinsipnya ialah mengatur masuk keluarnya nafas

secara berturut – turut, teratur dengan irama. Dalam hubungan ini latihan

pernafasan lebih di titik beratkan sebagai landasan olah jiwa. Nafas itu

sesungguhnya pertanda hidup yang berwujud gerak – mobah – molah itu

berpusat dan memusat di AS. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan

bahwa tiada nafas tidak hidup, tiada gerak – mobah – molah. Mengatur,

membina, menguasai, pernafasan berarti mengatur, membina, menguasai

hidup serta mengatur, membina, menguasai hidup serta mengatur,

membina dan menguasai gerak – mobah – molah.

Gerak – mobah – molah manusia sesudah lahir dimulai dengan gerak

getar di pusat jantung. Gerak denyut itu berjalan sepanjang masa, selama

manusia dinyatakan hidup, sampai jantung berhenti berdenyut bersamaan

hembusan nafas terakhir, diikuti terhentinya seluruh gerak – mobah –

molah tubuh.

Menarik nafas berarti menghimpun kekuatan atau tenaga,

menghimpun daya hayati hidup, yang artinya RAHSA (darah dan rasa)

bermuatan energi. RAHSA ini diambil jantung dari paru – paru. Jantung

selanjutnya berperan sebagai akumulator dan distributor menyalurkannya

lewat pembuluh darah keseluruh anggota tubuh, terus menerus, tiada

putus – putusnya. Seluruh anggota tubuh dengan demikian diserapi daya

hayati hidup, lalu menjadi bertenaga untuk melakukan gerak – mobah –

molah. Karena seluruh tubuh penuh dengan energi atau tenaga.

Sebaliknya mengeluarkan nafas berarti pelepasan tenaga atau

energi, karena gerak – mobah – molah anggota tubuh memerlukan

penggunaan tenaga. Pada penghembusan nafas manusianya menjadi

lemah. Paling lemah keadaan manusia pada saat penghembusan nafas

terakhir. Menghembuskan nafas berarti pula penarikan kembali daya

hayati hidup ke pusat jantung disertai pelepasan tenaga.

Secara singkat proses tersebut diatas dapat dirisalahkan sebagai

berikut :

♥ Nafas masuk ialah menghimpun tenaga. Daya hayati hidup seluruh

tubuh (anggelar) manusia kuat.

21

Page 22: Tun Tun An

♥ Nafas keluar ialah melepas tenaga. Daya hayati hidup kembali di pusat

jantung (anggulung, angukud) manusia lemah.

♥ Pusat jantung ialah AS atau pusat/sumber daripada anggelar daya hayati

hidup atau pusat dari segala kekuatan sama dengan pusat

masuk keluarnya nafas.

2. PROSES PERNAFASAN

Pada proses pernafasan Jantung dan paru – paru peran utama.

Jantung bekerja sama dengan paru – paru secara gotong royong serta

teratur sesuai dengan tugas masing – masing. Dalam hubungan ini jantung

berfungsi sebagai akumulator dan distributor darah bersih yang bermuatan

Rahsa. Darah bersih disiapkan di paru – paru, kemudian diambil jantung

untuk disalurkan keseluruh anggota tubuh secara adil dan merata sesuai

dengan tugas masing – masing. Anggota tubuh yang memerlukan tenaga

besar, jadi memerlukan banyak energi, misalnya kaki akan memerlukan

energi banyak daripada telinga, karena tidak memerlukan banyak gerak.

Seterusnya darah bersih yang telah menyerapi seluruh anggota

tubuh dan kehilangan muatannya, berubah menjadi darah kotor. Darah

kotor ini ditarik kembali oleh jantung untuk dikirim ke paru – paru lagi,

disiapkan menjadi darah bersih. Begitulah garis besar sirkulasi darah

sebagai prasarana angkutan Rahsa menyerapi dan meresapi seluruh

anggota secara teratur rapi mengikuti “Tata Wisesa” Illahi.

Gerak denyut jantung menyalurkan darah dan kembang kempis paru

– paru menghirup dan melepas nafas itu seirama dengan perbedaan

frekuensi (jumlah gerakan pada saat tertentu). Namun gerak paru – paru

itu lebih lamban daripada gerak denyut jantung, karena paru – paru besar

daripada jantung, walaupun demikian keduanya bergerak seirama dan

teratur, dalam arti isi mengisi secara bterus menerus, tiada putus – putus.

Mengalirnya darah bersih keseluruh anggota tubuh itu berjalan “ambanyu

mili” (seperti air mengalir) lewat urat nadi. Menyerapnya darah bersih

keseluruh anggota tubuh itu dapat dirasakan dan terasa apabila diamati

sungguh – sungguh dengan tenang – tenang. Untuk itu diperlukan rasa

pengrasa yang halus dan mendalam dengan pemusatan segala perhatian

pada tujuan.

Proses pernafasan dalam bahasa di dunia pendidikan atau dunia

biologi disebut dengan istilah respirasi. Respirasi adalah pertukaran gas O2

dan CO2 dalam tubuh organisme dan bertujuan mendapatkan energi.

22

Page 23: Tun Tun An

Paru – paru terbungkus oleh selaput paru – paru (pleura) dan selaput

rongga dada (mediastinum). Bagian terkecil dari paru – paru disebut

alveoli, ditempat inilah terdapat anyaman kapiler dan O2 menembus

dinding alveolus masuk ke kapiler paru ( di antara dinding alveolus ) diikat

oleh Hb sehingga membentuk oksi hemoglobin. Proses pertukaran ini

terjadi melalui proses difusi.

Repirasi pada manusia secara tidak langsung dibedakan menjadi 2

tahap, yaitu :

o Respirasi luar : berlangsung secara difusi gas dari luar ke

dalam aliran darah di paru – paru.

o Respirasi dalam : berlangsung pertukaran gas dari aliran

darah ke sel – sel tubuh di jaringan.

Mekanisme pernafasan

Pernafasan Dada Perut

Inspirasi

Ekspirasi

Kontraksi otot antar

rusuk

Relaksi otot antar rusuk

Kontraksi datar (sekat

rongga dada)

Relaksi (cembung)

diafragma (sekat rongga

dada)

Volume udara di alveoli pada waktu kita bernafas biasa uadara yang

keluar maupun yang masuk paru ½ (0,5) liter. Bila kita menarik nafas

sekuat – kuatnya selain ½ (0,5) liter juga, ikut 1,5 – 2 liter ini disebut udara

cadangan inspirasi. Bila kita menghembuskan nafas sekuat – kuatnya,

selain ½ (0,5) liter, juga ikut 2 – 2,5 liter, ini disebut udara cadangan

ekspirasi.

Skema udara pernafasan

Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke dalam darah kapiler yang

menyelubungi alveolus, selanjutnya diikat oleh hemoglobin untuk diangkut

ke sel jaringan tubuh.

23

Page 24: Tun Tun An

3. CARA MELAKUKAN PERNAFASAN MENURUT AJARAN

PSHT

a. Prinsip pernafasan

Yang dimaksud dengan olah nafas ialah mengamati secara

seksama masuk keluarnya nafas diarahkan dipusat jantung, di AS. Sebagai

berikut:

♥ Awal nafas masuk dari AS

♥ Akhir nafas masuk di AS

♥ Awal nafas keluar dari AS

♥ Akhir nafas keluar di AS

♥ AS ialah Pusat jantung sebagai mahligai Hati Sanubari.

Kesimpulannya nafas masuk sama dengan nafas keluar sama dengan

nafas tidak masuk sama dengan nafas tidak keluar sama dengan di AS

(Pusat jantung)

b. Cara melatih pernafasan

a. Harus dilakukan dengan khidmat, tenang, bebas, dan iklas, tiada

merasa dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya ambillah sikap secara santai

24

Page 25: Tun Tun An

atau relax. Terserah latihan pernafasan itu akan dilakukan dalam

keadaan duduk, berdiri, berjalan, atau berbaring. Asalkan dilakukan

sebaik – baiknya dan dengan penuh ketekunan, yang perlu diperhatikan

ialah:

1. Tulang punggung harus selurus lurusnya ,

2. Sekat rongga dada di perkembangkan (dada dibusungkan), agar

paru – paru dapat mengembang secara maksimal dan mengisi udara

bersih sebanyak – banyaknya.

Mengapa pada latihan pernafasan sikap tubuh perlu lepas lelah atau

santai (relax)?

Diibaratkan tubuh itu sebidang tanah garapan (sawah) Jika itu padat,

keras, maka sulit bagi air meresap kedalamnya. Sebaliknya kalau sawah

itu gembur, mudahlah bagi air meresak kedalamnya. Tanah keras padat

akan membuat air menggenang, genangan air biasanya menjadi sarang

kuman penyakit.

Demikian halnya dengan tubuh manusia, jikalau tubuh manusia itu

dalam keadaan santai, tidak tegang (statis), mudahlah bagi daya hayati

hidup atau Rahsa meresap menyerapi seluruh jaringan, sehingga seluruh

jasad diserapi Rahsa.

b. Setelah mengambil sikap yang cocok dengan kondisi badan masing –

masing. Kemudian secara berlahan – lahan, tidak terputus putus dan

halus. Menghirup udara panjang – panjang dan dalam. Tarikan nafas itu

harus dapat dirasakan diawali di Pusat jantung dan diakhiri di Pusat

jantung .

Catatan :

Sewaktu dan selama menarik nafas/menghirup uadara bersih, pada

azasnya kita menghimpun tenaga. Paru – paru berkembang sampai pada

batas kemampuan paru – paru mengisi udara. Batas kemampuan itu

sedikit dapat ditingkatkan melalui latihan – latihan yang berturut turut dan

teratur.

Pada saat kita menarik nafas, kita akan merasa bertenaga, kita

merasa kuat, karena anggota tubuh kita diserapi daya hayati atau Rahsa

secara maksimal. Dalam pada itu seluruh “diri” kita memusat dan berpusat

di AS, di Hati sanubari atau “pribadi.”

25

Page 26: Tun Tun An

c. Selama menarik nafas, paru – paru akan berkembang sampai pada

batas pengembangan. Kemudian nafas itu akan terhenti, karena paru –

paru sudah terisi penuh. Pada saat paru – paru terhenti mengembang,

keadaan nafas tidak masuk dan tidak keluar. Pribadi kita sesungguhnya

sudah memusat di kawasan AS. Namun seluruh tubuh kita penuh

dengan isi energi atau tenaga. Kita merasa kuat merasa mampu

berbuat.

d. Selanjutnya secara perlahan – lahan pula dan terputus putus

lepaskanlah nafas. Lamanya pelepasan nafas perlu disamakan dengan

tarikan nafas, agar tercapai keseimbangan ialah nafas keluar nafas

masuk. Pelepasan nafas itu berjalan sampai pada saat paru – paru

mengempis. Karena udara – udara telah habis dihembuskan.

Gerakannya harus diarahkan di pusat jantung dan diakhiri di pusat

jantung.

Catatan :

Masalah keseimbangan itu perlu di usahakan pada bidang hidup dan

kehidupan, juga pada pernafasan. Jikalau kita merasa sudah mencpai

keseimbangan, berarti kita sudah mendekati AS, bahkan mungkin sudah

dalam AS. Akibatnya kita dalam keadaan tenang, tidak mudah terpengaruh

atau terseret oleh pasang surut arus gelombang kehidupan. Kita tidak

akan tenggelam dalam keadaan suka maupun duka, karena kita sadar

bahwa sesungguhnya manusia itu sesungguhnya hanya “Pelaku Bulat”

daripada Yang Misesa. Semua peristiwa yang berlaku dalam alam semesta

raya seisinya itu tidak terlepas daripada “Tata Wisesa” Tuhan Yang Maha

Esa “Tata Wibawa-Nya.”

Didalam AS kita akan dapat menyelami dan menyadari arti nafas

masuk = nafas keluar dan nafas tidak masuk = nafas tidak keluar. Dalam

kenyataanya pada saat manusia menghembuskan nafas terakhir

dikarenakan tenaganya telah habis.

e. Sesudah paru – paru sampai pada batas mengempis, brhentilah

sejenak, sampai ketika merasa paru – paru mulai mengembang lagi,

karena telah menerima darah kotor dari Jantung untuk dibersihkan.

Catatan :

26

Page 27: Tun Tun An

Pada saat paru – paru sampai pada batas mengempis pernafasan

terhenti sejenak. Kini terjadi keadaan nafas tidak masuk dan nafas tidak

keluar. Manusia dalam situasi tiada tenaga, jadi lemah karena kosong.

Ingat, dimana suatu wadah dalam kedaan kosong, maka wadah itu mudah

terisi oleh sesuatu yang bisa masuk. Sedang sesuatu bisa beraspek positif

atau negatif, yang tidak menguntungkan bagi manusianya itu sendiri. Oleh

karena itu “kosong” atau “isi” manusia harus selalu berpijak di AS dan

berpegangan pada AS, tiada terlepas dari AS.

f. Kemudian dengan menarik nafas lagi panjang – panjang dan dalam –

dalam. Begitu seterusnya. Yang pokok harus selalu diperhatikan ialah:

- agar pernafasan (keluar masuknya nafas) itu dilakukan secara

berlahan – lahan, halus, tiada terputus putus dan dapat dirasakan:

diawali di pusat Jantung, dan diakhiri di pusat Jantung. Karena pusat

Jantung bersemayam Hati Sanubari.

g. Yang perlu diperhatikan pada latihan – latihan itu sendiri selanjutnya.

♥ Lakukan latihan pernafasan itu dengan khidmat iklas disertai

kemulusan hati, tiada rasa dipaksa atau terpaksa.

♥ Lakukanlah dengan tekun dan dengan kesungguhan hati serta

sabar, tidak lekas merasa bosan. Jangan tergesa gesa

mengharapkan hasil yang banyak. Ibarat kita menanam pohon

mangga. Berapa bulan, bahkan berapa tahun kita baru dapat

mengenyam hasilnya. Itupun kalau kita rajin memeliharanya.

♥ Sebanyak mungkin kita berlatih pernafasan menurut

kesempatan, keadaan dan kemampuan masing – masing, tetapi

jangan memaksa atau dipaksa. Dalam kenyataannya selama

masih hidup kita itu bernafas terus. Kalau masuk dan keluar

nafas itu dapat kita atur selalu di AS dan di AS, berarti kita selalu

tidak terpisah dari Pribadi.

♥ Sesungguhnya semua latihan itu mengandung maksud agar yang

dilatihkan itu menjadi adat kebiasaan, sehingga gerakan –

gerakan atau perbuatan itu menjadi otomatis.

♥ Dalam tahap pertama supaya diusahakan sedikitnya dua kali

sehari melakukan latihan, yaitu:

a. Pertama pada saat terjaga dari tidur pagi hari (sesaat

membuka mata dari tidur).

b. Sesaat berbaring untuk tidur.

27

Page 28: Tun Tun An

c. Atau sesudah beribadah menurut agama atau keyakinan

masing – masing.

PENJELASAN:

a. Sewaktu membuka mata dari tidur adalah saat mana kehidupan

rokhani manusia masih bersih, murni. Hawa nafsu, kehendak

keinginan belum berfungsi sebagaimana mestinya. Saat ini

mengingatkan kita pada saat kita dilahirkan.

b. Sewaktu berbaring untuk tidur adalah saat dimana kehidupan

kerohanian penuh terisi hawa nafsu, kehendak keinginan, gagasan dan

lain sebagainya.

Jika menjelang tidur kita masih terbelenggu oleh hal – hal tersebut kita

tidak mungkin bisa tidur, sebelum kita terlepas dari belenggu tersebut.

Keadaan inipun mengingatkan kita kalau menghadapi maut. Selama

kita belum dapat meninggalkan dunia, kita akan meninggal dengan

tidak sempurna.

c. Salah satu sarana untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut. Kita

bisa menggunakan latihan pernafasan seperti yang diajarkan

Persaudaraan Setia Hati Terate, karena latihan pernafasan dipusatkan

dan memusat di AS, di Hati Sanubari yang selalu menghadap dan

berkiblat pada Illahi. Biasanya dengan melakukan “olah nafas” seperti

tersebut. Secara tekun kita akan masuk dalam keadaan ”sadar di

tengah lautan tiada sadar” atau dengan kata lain “setengah sadar,

setengah tidak sadar” seperti rasanya orang yang mau terjatuh.

Mungkin keadaan demikianlah disebut “liyep, layap ing aluyup,

sumuping Rasa Jati.” Ini berarti, bahwa alam kehidupan jasati dan

alam kehidupan rohkani telah mulai saling menyerapi, diri dengan

pribadi telah mulai bersatu manunggal (warongko manjing curigo)

4. PERNAFASAN SEBAGAI LANDASAN OLAH JIWA

Dalam praktek apabila kita menarik nafas panjang dalam – dalam

dengan alat sarananya seperti hawa nafsu, kehendak keinginan, akal

pikiran dan lain – lain. Akan kurang, karena segala sesuatunya dipusatkan

dan memusatkan di AS. Tidakkah kalau kita mendongkol lalu menarik

nafas panjang – panjang dan dalam – dalam (dalam bahasa jawa unjal

ambegan)

28

Page 29: Tun Tun An

Sambil mengamati pernafasan secara demikian kita harapkan akan

terasa atau merasakan “rosing rasa” atau “rasa Jati.” Ialah inti dari rasa

kita sendiri. Biasanya kita akan merasakan tubuh kita “menggetar” halus

sekali secara menyeluruh. Pertanda ini kiranya mengingatkan kita., bahwa

kita telah mulai berpijak dan berada dalam “kawasan AS atau pribadi.”

Dan selanjutanya serahkanlah pada Tuahn Yang Maha Esa, namun

amatilah dengan teliti & seksama gejala – gejala atau tanda – tanda yang

nampak.

5. KEGUNAAN PERNAFASAN SEBAGAI OLAH JIWA

♥ Memupuk mempertinggi “stamina” diri pribadi agar dijauhkan

dari serangan penyakit dalam, khususnya yang menyangkut

jantung, paru – paru, ginjal dan lain – lain.

♥ Memupuk ketenangan dan kesabaran dalam mengahadapi segala

tantangan hidup, karena telah terlatih untuk mampu menguasai

diri dan percaya penuh kepada diri pribadi.

♥ Menuntun kita pada “mengenal diri pribadi” dan mengantar kita

menjadi manusia utuh bulat.

♥ Memperkuat dan mempertinggi landasan beriman untuk

mewujudkan “kemanusiaan yang adil dan beradab” disertai “budi

susila dan budi pekerti luhur.”

TUNTUNAN

IV

Pernafasan sebagai landasan pencak silat

Persaudaraan Setia Hati Terate ( II )

Proses bernafas atau pernafasan berhubungan erat dengan proses

pembentukan darah bersih dalam tubuh. Darah bersih yang ada dalam

paru – paru dibawa darah menuju ke jantung kemudian dipompa keseluruh

tubuh sebagai pengangkut daya hayati hidup, maka pernafasan dapat

digunakan menjadi landasan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.

Dengan latihan – latihan yang teratur dan tepat akan dapat dirasakan dan

disadari.

29

Page 30: Tun Tun An

♥ Kapan seseorang dalam keadaan kuat dankaan dalam keadaan

lemah.

♥ Kapan tenaga atau kekuatan itu dapat dimanfaatkan setepat –

tepatnya.

♥ Dimana letak kekuatan manusia itu secara jasmani dan secara

rohani.

GERAK

Secara prinsip gerak adalah suatu perubahan tempat baik bersifat

menyeluruh maupun sebagian. Untuk bergerak atau menggerakkan

sesuatu diperlukan tenaga yang melebihi kekuatan sesuatu itu.

Adapun tenaga yang menggerakkan sesuatu itu selalu menyertai

yang digerakkan. Sedang tenaga itu sendiri tidak terpisah dari sumber

yang membangkitkan tenaga. Oleh karena itu perwujudan daripada hidup.

Akan ditarik kesimpulan, bahwa sesuatu dapat dikatakan hidup jika ia

diserapi daya hayati hidup. Daya hayati itu sendiri tidak terpisah dari

“Sumber Hidup” Asali ialah Tuhan Yang Maha Esa.

Tenaga untuk gerak – mobah – molah “hidup” itu tidak hanya dari

makan minum saja. Bahkan sebagian besar daripada tenaga itu terdapat

pada udara bebas dan bersih melalui pernafasan. Dalam udara bersih dan

bebas terdapat anasir – anasir daya hayati hidup utama. Apabila kita bisa

bernafas penuh, misalnya dalam alam terbuka kita akan merasa segar baik

jasmani maupun rohani. Ini dikarenakan kita dapat menghirup udara bersih

sebanyak – banyaknya sehingga seluruh anggota tubuh kita penuh

diserapi daya hayati hidup. Sebaliknya jika udaranya kurang bagus seperti

debu atau yang lain maka kita juga merasa tidak enak misalkan saja saat

menghirup belerang bagaimana kondisi kita lemas bukan, kalau terlalu

lama kita pun juga bisa meninggal.

STAMINA, AUSDAUER, DAYA TAHAN

Yang dimaksud hal tersebut diatas ialah seseorang yang meksimal,

tidak lekas lelah dan tidak lekas lemas. Kemampuan ini diperoleh karena

latihan – latihan rohani spiritual, diiringi dengan “olah nafas” dengan

teratur, berturut – turut dan terarah. Daya tahan ini sangat diperlukan

tidak hanya untuk pencak silat saja, tetapi untuk mendampingi segala

aspek hidup dan kehidupan juga. Tanpa adanya daya tahan jasmani dan

rohani seseorang akan lekas menyerah dan putus asa.

30

Page 31: Tun Tun An

KEGUNAAN PERNAFASAN

Disamping fungsinya sebagai salah satu sarana untuk mawas diri

dengan memusatkan masuk keluarnya nafas di Pusat Jantung, pernafasan

dapat digunakan untuk menguasai dan mengatur gerak – mobah – molah

tubuh, khususnya dalam gerakan “pencak silat.”

Menguasai dan mengatur gerak – mobah – molah tubuh ini

mempengaruhi pula jalannya hidup, karena yang dikuasai dan diatur

sesungguhnya adalah “hawa nafsu” yang menjelma menjadi kehendak

keinginan yang berlebihan. Dengan lumpuhnya hawa nafsu maka gerak –

mobah – molah tubuh dijiwai oleh Hati Sanubari yang selalu berkiblat

kepada Illahi.

Adapun gerak – mobah – molah tubuh dalam rangka gerakan pencak

silat yang dapat dikuasai dengan latihan – latihan yang teratur, berturut

turut dan terarah ialah gerakan kecekatan, ketangkasan dan ketrampilan.

Apabila gerakan – gerakan tubuh itu berpusat dan memusat di Hati

Sanubari serta berpangkal tolak di Hati Sanubari, maka itu pertanda bahwa

diri tidak terpisah dari Hati Sanubari, jadi diri setia kepada Hati Sanubari.

PENGGUNAAN PERNAFASAN PADA PENCAK SILAT PERSAUDARAAN SETIA

HATI TERATE

a. Landasan spiritual

Diri setia pada hati sanubari

b. Hakekat pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate

1. sesungguhnya “gerak mobah molah” Diri dalam betuk perbuatan,

tingkah laku atau pakarti seseorang termasuk gerak pencak silatnya

itu tidak mungkin dapat dipisahkan daripada Hati Sanubari itu

sendiri. Jika Diri sampai terpisah, terlepas dari poros atau AS dari

padanya sendiri, dia akan tergilas oleh lingkungan sekelilingnya

karena ia lepas dari yang selalu berkiblat kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

2. yang harus kita tancapkan dalam kesadaran kita ialah bahwa

aktivitas Diri itu berpangkal tolak atau berawal di pusat jantung dan

berakhir di pusat jatung. Maka jika berhenti berdenyut, maka

berhentilah seluruh gerak mobah mobah molah (aktivitas) Diri kita.

3. dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwasannya hayat

hidup berpusat dan memusat pada pusat jantung, sehingga

seharusnya pernafasan itu berpusat dan memusat di jantung, tidak

hanya berhenti di paru – paru.

31

Page 32: Tun Tun An

PENERAPAN PERNAFASAN PADA PENCAK SILAT

a. yang selalu diingat, ialah bahwa.

c. nafas masuk = badan dalam keadaan kuat

d. nafas keluar = badan dalam keadaan lemah

e. pusat jantung = AS /poros dari hidup dan sumber dari tenaga

dan kekuatan.

i. Pada waktu melakukan serangan atau menangkis

serangan tubuh harus dalam dan kuat, jadi dengan nafas

masuk/menarik nafas.

ii. Usahakan jiwa raga dalam kondisi segar dengan olah

nafas, kapan saja, dimana saja, dan dalam keadaan

bagaimanapun juga.

iii. Usahakan mencapai stamina yang setinggi tingginya

dengan mengatur pernafasan sambil berlatih.

iv. Jangan lupa pada awal dan pada akhir tiap kegiatan

melakukan berdiri Alif ajaran Persaudaraan Setia Hati

Terate.

Berdiri Alif itu sesungguhnya tidak hanya terbatas pada melakukan

pencak silat saja, tetapi untuk setiap kegiatan harus diawali dengan

berdiri Alif dan di akhiri berdiri Alif. Karena berdiri Alif akan memberi

kemantapan dan kebulatan terkad dalam tingkah laku dan perbuatan

seseorang.

Berdiri Alif

Dalam memulai sesuatu saat kita belajar pencak silat Persaudaraan

Setia Hati Terate, kita diajarkan berdiri tegak, dan berdoa. Dalam memulai

kegiatan baik akan melakukan senam, jurus, bahkan saat kita akan

sambung kita juga melakukan hal tersebut. Begitu pula saat usai, sebelum

mengakhiri kita jaga berdiri Alif terlebih dahulu. Berdiri Alif tidak hanya

dilakukan saat kita melakukan kegiatan pencak silat saja, tetapi selain itu

berdiri Alif hendaklah kita lakukan saat kita memulai suatu aktifitas kita

apapun itu, hal tersebut juga kita lakukan setelah selesai kegiatan itu.

ISI DAN ARTI BERDIRI ALIF

32

Page 33: Tun Tun An

Huruf Alif dalam abjad arab nenpunyai wujud tegak dan lurus. Kata

tegak mengandung arti tidak miring kekanan atau kekiri kemuka atau juga

kebelakang. Kata lurus menyatakan tidak bengkok, tidak liku atau lekuk.

Tegak lurus menunjukkan pula adanya keseimbangan.

Jika kita berdiri di AS dan pada AS. Selama berdiri di AS, kita mampu

berdiri tegak lurus dalam keseimbangan. Sebaliknya jika kita

meninggalkan AS kita akan tergilas oleh lingkungan sekeliling kita. Ini

berarti barang siapa terlepas meninggalkan suara Hati Sanubari, ia akan

bertabrakan dengan lingkungan sekelilingnya.

Huruf Alif adalah huruf pertama dalam abjad Arab. Dalam hubungan

ini kita diperingatkan, bahwasanya segala kejadian atau segala yang

terjadi diawali dari permulaan. Dengan kata lain semua proses itu

mempunyai pangkal tolak yang merupakan sebab permasalahan. Sebab

permasalahan itulah yang menjadikan akibat yang terjadi saat ini. Oleh

karenanya barang siapa melupakan/meninggalkan permulaan atau awal

mula, dia tidak akan mengakhirinya, maksudnya dapat mengatasi

masalah. Sebagian besar orang pun mengatakan awal mula yang benar

sudah merupakan separo dari pekerjaan.

Jekaskah mengapa seorang SH-wan sebelum dan sesudah

melakukan kegiatan, termasuk melakukan suatu kegiatan apapun,

hendaklah berdiri Alif terlebih dahulu dan berdoa. Berdiri Alif juga dapat

diartikan tidak terpisah dari Hati Sanubari yang selalu berkiblat kepada

Tuhan Yang Maha Esa (Obyek tidak terlepas dari Subyek). Dengan begitu

berdiri Alif mengandung makna kapan saja, dimana saja, dalam keadaan

bagaimanapun selalu mengahadapkan diri pribadinya secara total kepada

TuhanYang Maha Esa. Dengan landasan berdiri Alif sebagai landasan agar

kita berdiri diatas keadilan, kebenaran, dan kejujuran.

Dengan memahami arti dan makna yang terkandung, kemudian

dihayati dengan sungguh – sungguh dan tekun, kita akan dibawa pada hati

tetep, mantep dan madep, tadak mudah goyah, berisi, serta tahan bating

dalam menghadapi segala tantangan hidup dan kehidupan. Apapun

tantangan yang ada dikehidupan baik yang kasat mata ataupun yang

tidak, kita tidak akan cemas, karena kita selalu merasa dan terasa dengan

Tuhan dan didalam Tuhan Yang Maha Esa.

Kita harus tahu siapa yang kita hadapi, baik itu kawan, lawan atau

baik buruk dan apapun itu dan siapapun itu kita harus berhati – hati.

Lawan bisa membahayakan, tetapi kawan bisa juga menjerumuskan dalam

lembah penderitaan. Sedang lawan yang dianggap membahayakan

33

Page 34: Tun Tun An

sesungguhnya bisa membawa kita pada tingkat kemajuan dalam tata

hidup dan kehidupan kita. Sebaliknya kawan yang dipuji puji setinggi langit

malahan bisa menyesatkan. Pada hakekatnya segala kejadian yang terjadi

pada saat sekarang ini itu semuanya berjalan dan terjadi sebagai proses

dalam ruang lingkup tata wisesa Tuhan sesuai dengan kodrat dan

iradatnya.

Hal tersebut berarti bahwa kita sedikitpuntidak terlepas atau

melepaskan diri dari suatu kenyataan yang sedang kita hadapi. Dengan

begitu kita tidak akan lengah atau terlena sedikitpundalam mengahadapi

lawan atau kawan. Kita selalu dalam keadaan waspada siap siaga, tidak

melamun dalam waktu silam atau mengakhayal dimasa mendatang.

Dalam pada itu kita tetap berdiri di AS dan pada AS dalam arti tidak

terlepas dari Hati Sanubari yang selalu berkiblat kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Dari semua hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa berdiri Alif

mempunyai arti yang sangat luas dan mendalam, luas karena tidak hanya

dalam pencak silat saj akan tetapi menyangkut pula segala aktivitas dan

semua kehidupan sehari hari kita. Mendalam disini karena dilandasakan

pada Hati Sanubari, pada AS hidup dari manusia itu sendiri.

Berhubungan dengan itu berdiri Alif tidak hanya terbatas pada

melakukan berdiri tegak saja. Dalam keadaan sakit yang harus

berbaringpun kita bisa melaksanakan bediri Alif. Yang pokok dan penting

ialah berdiri tegak didalam Hati Sanubari secara mutlak. Akan lebih

mantap dan berbobot lagi berdiri Alif itu diiringi puji – pujian kepada Tuhan

Yang Maha Esa sesuai keyakinan masing – masing.

CARA MELAKSANAKAN BERDIRI ALIF

1. sebagai pegangan pelajarilah lebih dahulu isi dari “Pedoman /

Pandangan Hidup Setia Hati” beserta “Tuntunan I/II/III” dan hayati

dalam – dalam.

2. pergunakan pernafasan menurut ajaran Persaudaraan Setia Hati

Terate. Sebagai salah satu landasan latihan merasakan dan

mencapai Hati Sanubari. Karena Hati Sanubarilah sarana Tuhan

Yang Maha Esa untuk menyatakan diri dalam wahyu-Nya.

3. jika sudah mulai di AS dan berpegang pada AS / Hati Sanubari,

tetaplah berdiri di AS dan berpegangan pada AS. Sejenakpun

usahakan jangan sampai terlepas dari AS. Berdiri di AS pada

hakekatnya mempunyai “arti diri telah menyatu dengan hati

34

Page 35: Tun Tun An

sanubari” (Angraga Sukma). Ini berarti pula kita mulai berpijak

dalam kawasan Iman dan Taukhid.

4. berdiri Alif adalah sesungguhnya pangkal tolak dari “penyerahan diri

pribadi secara bulat dan mutlak” kepada Illahi.

5. seluruh ungkapan berdiri Alif tersebut kalau dapat dibuat kata

bermakna “aku, sekarang ini, disini, dengan Tuhan dan didalam

Tuhan.”

PENCAK SILAT

PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

Dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup tidak terlepas watak

pribadi yang berkembang itu sendiri dalam suasana dan keadaan alam

sekitarnya. Pencak silat PSHT juga mengalami proses yang sama. Tumbuh,

berkembang dan membiak sesuai dengan pribadi pembinanya dalam

suasana dan keadaan alam sekitarnya. Disamping itu pertumbuhan dan

perkembangan pencak silat PSHT tidak terlepas dari perjuangan Negara

Republik Indonesia. hakekat

Seperti yang telah dikemukakan terlebih dahulu pencak silat PSHT

pada hakekatnya adalah perwujudan dari gerak – mobah – molah (aktivas)

insan PSHT dalam rangka menghindari dari berbagai kendala hidup baik

dari dalam ataupun dari luar diri. Dalam pada itu perlu disadari pula,

bahwa sebetulnya yang dianggap halangan itu pada umumnya tidak dari

luar diri kita akan tetapi dari dalam diri kita sendiri, dalam bentuk hawa

nafsu yang berkebih lebihan.

Hawa nafsu inilah yang menjadi kehendak, keinginan dan kemudian

menguasai aku (kita). Ini tidak mungkin dapat dilumpuhkan dengan

ketangkasan dan ketrampilan jasmani, tetapi harus dilumpuhkan dengan

kekuatan atau kesentausaan rohani. Dengan kata lain dapat dilumpuhkan

dengan kekuatan iman.

JURUS PSHT DAN LANDASAN IDIIL/KEROHANIAN

Jurus pencak silat PSHT meliputi 36 jurus dimulai dari jurus 1 sampai

dengan jurus 36. dalam jurus – jurus pencak silat PSHT itu adalah

penyatuan dari pelbagai pencak silat yang terdapat dan mempunyai dasar

hidup di Indonesia. Ini tidak berarti, bahwasannya unsur – unsur pencak

silat lain di luar Indonesia tidak tersirat didalamnya. Keistimewaan jurus –

35

Page 36: Tun Tun An

jurus PSHT terekam pada jurus 25 dan jurus 12 ini menunjukkan identitas

dari kepribadiaan serta jiwa dan semangat Persaudaraan Setia Hati Terate.

Jurus 25 biasanya dipergunakan pada permulaan sambung sebagai

isyarat salam pembuka (uluk salam), kemudian melangkah dengan gerak

jurus 12. isyarat – isyarat tersebut dilakukan dengan sikap wasapada

dalam menghadapi atau berhadap – hadapan dengan kemungkinan

serangan secara mendadak atau tiba – tiba.

Gerak langkah jurus – jurus PSHT pada dasarnya mewujudkan garis

melurus. Memang terdapat pula jurus – jurus bersiku silang, namun tetap

membentuk langkah yang lurus pula. Beberapa jurus gerak langkaknya

mundur pula. Tetapi jalannya tetap lurus. Gerak langkah lurus itu

mengandung makna, bahwa semua tingkah laku seorang SH-wan dalam

keadaan bagaimanapun, harus berlandaskan pada hati lurus, tidak nerliku,

tidak plin – plan. Menyamping atau mundur selangkah untuk menghindari

bahaya yang sifatnya untuk sementara, asalkan hati tetap lurus.

LANDASAN IDIIL/KEROHANIAN

♥ Jurus 25

Jurus 25 adalah jurus yang dilakukan pada permulaan pembukaan

sambung sebagai isyarat salam (uluk salam). Yang merupakan isyarat

memberikan doa harapan selamat sudah barang tentu yang dimaksud

dengan doa harapan selamat ialah doa harapan selamat lahir batin. Semua

yang dijumpai disekitarnya, tanpa membedakan pangkat dan tingkat

kedudukannya. Pemberian salam ini menunjukkan keakraban kehalusan

budi, dikarenakan suka menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa

membedakan status sosial apapun.

Gerak langkah jurus 25 dimulai dengan, membungkuk merendahkan

tubuh sambil menyentuh tanah, lalu berputar kekanan dan kekiri (atau

sebaliknya). Gerakan membungkuk merendahkan tubuh ini mengandung

arti “merendah diri,” jadi menunjukkan dengan merendahkan hati.

Tidaklah salah salah satu isi dari PANCA PRASETYA ialah Sungguh –

sungguh saya akan merendah hati dan menjauhkan diri dari watak

sombong. Berputar/memutar kekanan dan kekiri memperingatkan kita

pada lingkungan sekitar kita yang terdekat. Janganlah sekali – kali

meninggalkan atau melupakan lingkungan disekitar kita yang terdekat,

karena sewaktu – waktu kita membutuhkan uluran tangannya.

Merendahkan tubuh kedepan dengan menyentuh tanah berarti “mau dan

36

Page 37: Tun Tun An

iklas berendah hati untuk mengormat dan uluk salam yang paling rendah

sekalipun.”

Tiada sesuatu yang paling rendah dari tanah yang kita injak. Namun

dari dalam tanah yang kita memperoleh sebagian dari tenaga dan daya

kekuatan kita berasal dari tumbuh – tumbuhan dan air minum. Tidakkah

tanah itu salah satu anasir dari tata susunan kehidupan jasmani kita. Unsur

– unsur kehidupan jasmani manusia berasal dari unsur – unsur tanah, air,

api, udara. Dan daya kekuatan jasmani kita berasal dari sari – sari empat

anasir tersebut dalam bentuk zat – zat yang terdapat dalam makanan dan

air minum, selanjutnya tidakkah kita mendapatkan yang kita makan dan

minum sehari – hari itu langsung atau tidak langsung dari keringat dan

jerih payah golongan yang terendah dalam masyarakat yaitu petani.

Bukan insinyur pertanian yang menghasilkan padi. Tetapi petani yang

setiap hari memelihara padi hingga padi panen dengan baik. Betapa

rendah akhlak budi pekerti kita, jika kita melupakan mereka.

Setelah mnyentuh tanah, kita membuka tangan dengan maksud

mohon doa restu. Dengan segala kerendahan hati menghormat serta

memberi salam (uluk salami) siapa saja yang berada disekitar kita, sampai

yang paling rendah sekalipun. Dengan diiringi harapan, agar semuanya

dalam keadaan selamat dan sejahtera lahir dan batin. Menunjukkan

kebersamaan jiwa dan keluruhan budi seseorang, karena orang itu tahu

berterima kasih atas kebaikan orang lain. Sementara itu sudahkah kita

berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menghidupi dan

memberikan sehari – hari? Gerakan selanjutnya menarik kaki yang

belakang kemuka menjadi sejajar, dalam keadaan dan sikap berdir tegak.

Sementara kedua belah tangan di angkat setinggi pelipis dalam

sikap :”memajatkan doa.” Sikap ini hendaknya dengan panjatan doa

menurut agama dan keyakinan masing – masing sikap ini menunjukkan

ketakwaan seorang SH-wan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam

keadaan bagaimanapun juga seorang insan SH harus selalu berdoa demi

keselamatan diri pribadinya berikut yang berada dilingkungan sekitarnya.

Dengan demikian secara singkat jurus 25 berisikan dengan segala

kerendahan hati menghormat serta mengharapkan keselamatan

semuanya yang berada di sekitar, termasuk yang terendah sekalipun,

diiringi dengan permohonan doa restu serta panjatan doa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dalam melaksakan tugas. Kemudian kembali berdiri

mengambil sikap berdiri di AS, mengahdapkan pribadinya berkiblat kepada

Tuhan dengan penyerahan secara total.

37

Page 38: Tun Tun An

♥ Jurus 12

Jurus ini berisikan isyarat memberi salam kepada seseorang yang

sedang dihadapi secara langsung. Dalamkeadaan biasa, apabila kita

bertemu dengan seorang yang baru kita kenal, kita tentu saling memberi

salam atau berjabat tangan.

Bagi seorang insan SH-wan berjabt tangan itu tidak hanya terbatas

kepada seorang kawan saja, tetapi kepada siapapun yang sedang dihadapi

secara langsung, meskipun lawan sekalipun. Kepada lawanpun kita harus

mengahrapkan keselamtannya lahir batin. Dengan demikian dapat

disimpulkan, bahwa jurus 25 dan jurus 12 disamping menunjukkan

identitas dan kepribadian seorang insan SH-wan, juga memancarkan sinar

keluhuran budi dalam mengahdapi tantangan dari siapapun, baik

tantangan dari siapapun, baik tantangan itu datang dari kawan atau dari

lawan.

♥ Jurus 20

Jurus 20 dalam pencak silat SH tidak dinyatakan dalam jurus – jurus

yang lain, karena dihubungkan dengan sifat 20 Yang Maha Esa. Sifat 20

Tuhan itu pada hakekatnya mengejawantahkan ke Esa an, dan keagungan

Tuhan, tiada lain yang agung kecuali Tuhan oleh karena yang disebut

Maha Esa dan Maha Agung. Sifat 20 Tuhan harus kita sadari, harus kita

sadari, harus kita yakini. Harus kita rasakan didalam Hati Sanubari kita.

Esa dalam artinya Sawiji, tunggal, mutlak utuh bulat.

Ke Esaan Tuhan itu menunjukkan kepada kita, bahwa Tuhan adalah :

a. Esa pada Dzatnya

b. Esa pada Sifatnya

c. Esa pada Namanya

d. Esa pada Af’’al atau Makartinya

Sifat ke Esaan Tuhan itu melingkupi, menyerapi dan menyertai alam

seisinya dalam Tata Wisesa, Kuasa, dan Karsanya. Kenyataan sejati ini

tidak dapat dijangkau dengan akal pikiran maupun panca indra. Akal

pikiran dan panca indra masing – masing mempunyai sifat yang terbatas.

Sedang ke Esaan Tuhan tiada batas dalam ukuran waktu dan ruang, tiada

banding, kesamaan dan persamaannya, kekal, abadi sepanjang masa.

Tidak mungkin ke Esaan Tuhan itu dapat dinilai atau diukur dengan

ukuran yang serba terbatas. Meskipun demikian sifat ke Esaan Tuhan itu

dapat dan mungkin kita amati dengan “rasa pengrasa yang halus dan

38

Page 39: Tun Tun An

mendalam.” Yaitu rasa kebatinan kita. Untuk meyakini eksistasi dari ke

Esan Tuhan kita hendaklah menghayati dan mendalami dan melatih sapta

wasita tama yang ke tujuh. “Barang siapa melatih rasaning rasa insya-

Allah ia dapat laun akan terasa rosing rasa.”

Jurus 20 itu menjiwai 35 buah jurus yang lain dalam suatu totalitas.

Nilai spiritual jurus 20 itu sangat luas dan mendalam diibaratkan samudra

yang tak bertepian. Pada hakekatnya jurus 20 itu bersambung berkaitan

dengan Iman dan Taukhid. Berhubung dengan itu sulit dan tidak

mungkinlah jurus 20 itu dinyatakan dengan suatu lukisan atau rangkaian

kata – kata.

Dengan pengahayatan dan latihan – latihan olah jiwa yang teratur,

terarah dan mantap jurus 20 dapat dijajaki, didalami sampai terasa sendiri

apa dan bagaimanakah sesungguhnya jurus 20 itu sebenarnya. Secara

singkat jurus 20 dapat disimpulkan sebagai berikut: “mensanubarikan diri

dalam pribadi.” Ini berarti diri lebur menyerap masuk kedalam Hati

Sanubari. Dengan demikian diri dengan pribadi atau Hati Sanubari

manunggal sawiji, tungal dan utuh. Manusianya pun mewujudkan suatu

totalitas yang mandiri yang berarti sadar akan adanya atau eksistensi

sendiri dalam hubungannya dengan alam semesta dan Penciptanya. Sikap

diri pribadinya terhadap Illahi akan berwujud penyerahan secara total

kepada Sang Pencipta seluruh alam raya ini. Selanjutnya akan tiada jarak

atau antara Objek dan Subjek Mutlak.

Apakah yang harus dihayati untuk menggapai jurus 20.

a. Melatih menguasai berdiri Alif.

b. Melatih Sapta Wasita Tama yang ke tujuh dengan landasan pernafasan

menurut ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate.

c. Segala sesuatu dilakukan yang dikerjakan dengan keiklasan hati. Tidak

merasa dipaksa atau karena terpaksa. Iklas disini mencakup “pantang

menggerutu” karena menggerutu itu berarti ingin mengatur Tuhan,

sebab merasa diperlakukan tidak adil, tidak sesuai dengan keinginanya.

d. Dalam segala hal selalu mendahulukan Tuhan dari sesuatu yang lain

karena. “barang siapa mendahulukan sesuatu daripada Tuhan, maka

dia itu belum beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Jikalau engkau sudah tidak bimbang dan ragu lagi, bahwasannya

engkau merasa manunggal dengan Tuhan, maka sesungguhnya semua

sudah ada padamu, keperwiraan, kejayaan, kewibawaan, kesejahteraan

39

Page 40: Tun Tun An

yang bersifat lahir batin atau jasmani dan rohani sudah kau kuasai.

Dengan tiada aji atau mantera apapun dapat mempengaruhimu, karena

semua kekuatan sudah kamu miliki dan kamu kuasai, tiada lagi yang perlu

dikejar.

Hanya Tuhan Pencipta alam raya ini yang paling sempurna tiada

manusia didunia ini yang sempurna, manusia hanya bisa berusaha lebih

baik dari waktu kewaktu, bisa lebih dekat dengan Penciptanya.

KEPEMIMPINAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memiliki kelebihan mental dan spiritual

( berani, tahan uji, madhep, manteb, karep).

3. Integritas

( resik atine, bener lakune ).

4. Stabilitas emosi

( berjiwa kuat, pemaaf, tidak dapat dipancing di ibaratkan

“dipepe ora mlethek, digodok ora empuk”).

5. Cerdas dan pandai mengajar

( mampu melihat/menilai situasi dan memberikan respon

secara cermat dan tepat ).

6. Cinta kasih dan rasa bersaudara.

7. Mampu memproyeksikan diri pada orang lain baik mental

maupun emosi.

8. Mampu melihat organisasi secara menyeluruh dan selalu

berorientasi pada tujuan organisasi.

9. Bertanggung jawab dan konsekuen.

10. Memiliki ilmu pencak silat.

11. Berusaha memayu hayuning bawono.

TEKNIK KEPEMIMPINAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

1. Selalu berusaha melihat kemampuan anak buah dan berusaha untuk

mengembangkannya.

2. Mendidik dan membimbing dengan cinta kasih dalam persaudaraan.

3. Jangan terlalu jauh dari anak buah dan jangan sama saja dengan

anak buah tetapi terus lebih bnaik dengan bawahan. (mulur

mungsret).

40

Page 41: Tun Tun An

4. Pengendalian dengan ramah tamah, lemah lembut dan bila

diperlukan saja dapat dengan keras (membat mentul).

5. Pada suatu saat apabila diperlukan harus mampu menunjukkan

kelebihannya dihadapan anak buah tapi jangan dengan sikap yang

congkak (prasaja / rendah hati).

6. Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri

handayani.

7. Rumongso handarbeni wajib melu hangrungkebi mulat sariro

hangroso wani.

Pengertian dan devinisi

Leadership atau kepemampinan dapat diartikan sebagai pemuka,

penuntun, penganjur sehingga secara fisik pemimpin berada di depan.

Namun sebenarnya dimanapun tempatnya pemimpin dapat memberikan

pimpinan (pengaruh).

Ki Hadjar Dewatoro mengajarkan : Ing ngarso sung tulhodo, ing

madyo mangun karso, tut wuri handayani. Yang artinya : di depan

memberi contoh, di tengah memberikan semangat untuk berkreatif dan

berkarya nyata, di belakang memberikan dorongan.

Dalam praktek istilah pemimpin dan kepemimpinan dijumbuhkan.

Hal tersebut adalah tidak dibenarkan karena antara keduanya ada

perbedaan.

Dalam situasi kemajuan yang pesat dewasa ini disarankan setiap

pemimpin yang menginginkan efektifitas dalam meimpin kiranya tepat

apabila dilengkapi dengan pengetahuan management.

Management adalah rangkaian kegiatan yang seharusnya dilakukan

oleh setiap pejabat pimpinan untuk mengerahkan. Menggerakkan dan

mengarahkan serta mengendalikan segala sumber guna mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Karena organisasi ingin berkembang dengan

pesat diperlukan kegiatan-kegiatan yang tidak terbatas. Management

merupakan kebulatan dari unsur-unsur yaitu : planing, organizing,

actuating and controling (POAC, G R Terry Phd) yang dalam bahasa kita

diterjemahkan : perencanaan, pengorganisasian, pengerakkan, dan

pengendalian. Disini letak kepemimpinan ditekankan pada actuating ialah

leadership, human relation dan communication. Sedangkan yang dimaksud

sumber-sumber tersebut ialah : man, money, material, machine, market

and method. (manusia, uang, meterial, mesin, pasar dan tata kerja)

Untuk jelasnya dapat diikuti gambar sebagi berikut :

41

Page 42: Tun Tun An

Pendekatan Belajar tentang Kepemimpinan

Pendekatan Belajar tentang Kepemimpinan

Awal mulanya orang belajar tentang kepemimpinan dengan cara

mempelajari sifat – sifat pribadi orang – orang besar di dunia. Anggapan

mereka bahwa dengan mencontoh sifat – sifat orang besar tersebut dapat

dijadikan patokan untuk menjadi pemimpin besar yang sukses. Maka

dijumlahkan sifat – sifat orang besar tersebut dapat dijadikan patokan

untuk menjadi pemimpin besar di dunia tersebut untuk dipelajari dan

dipraktekkan dan munculah teori serba sifat (The Greatman Theory).

Namun setelah timbul kritik – kritik tentang kelemahan teori serba

sifat maka orang melakukan pengamatan tentang peran serta pengikut

dalam keberhasilan kepemimpinan sehingga dicurahkanlah perhatiannya

untuk mempelajari karakteristik pengikut dan timbulah teori X Y oleh Max

Gregor.

Dengan mempelajari sifat pemimpin dan karakteristik pengikut

kiranya masih kurang karena pada dasarnya situasi ikut pula menentukan

keberhasilan kepemimpinan. Sejarah telah membuktikan bahwa seorang

pemimpian sukses dalam waktu tertentu dapat jatuh pada situasi yang

berbeda.

Untuk itu perlu dipelajari pula karakteristik situasi guna

menyesuaikan methode & tehnik kepemimpinan yang dibutuhkan.

TEORI PENGENDALIAN

Daulgas Mac Gregor

Basis Pemecahan Masalah

Pendekatan Klasik Pendekatan Patisipatif

1. Manusia pada dasarnya tidak

suka bekerja.

2. Oleh karena itu harus dipaksa.

3. Karena paksaan maka harus

diawasi .

4. Harus diarahkan

1. Pada dasarnya manusia suka

bekerja.

2. Karena senang kalau hasil

karyanya dihargai.

3. Lebih senang megendalikan

diri daripada dikendalikan

42

Page 43: Tun Tun An

orang lain.

4. Tidak senang diawasi.

Kekuasaan & Fisik

(cambuk segala tempat)

Motivasi & Stimulasi

(cukup seruling gading)

Teori X

(Birokratif)

Dapat berhasil dipraktekkan

dalam satgas tentara.

Teory Y

(Parbisipsif)

Pendekatan modern

Dapat berhasil dipraktekkan

dalam kelompok seniman

Teori mana yang menjamin tercapainya tujuan

Sifat – sifat atau ciri – ciri yang seharusnya dimiliki oleh seorang

pemimpin (G R Terry) yaitu:

1. Energi (energi mental dan spiritual)

2. Stabilitas emosi

3. Memiliki pengetahuan mengenai Human relations

4. Emphaty (kemampuan memproyeksikan diri, baik mental

maupun emosi pada posisi orang lain)

5. Objektif

6. Personal motivation (motivasi diri)

7. Pandai berkomunikasi

8. Kemampuan mengajar

9. Pandai bergaul

10.Kemampuan teknis

Sedangkan untuk kepemimpinan dalam administrasi diperlukan 4

(empat) syarat utama yaitu:

1. Kemampuan melihat organisasi secara keseluruhan

2. kemampuan untuk mengambil keputusan

3. Kemampuan untuk mengambil keputusan

4. Kemampuan untuk mendelegasikan wewenang

5. Kemampuan untuk menumbuhkan kesetiaan

Sifat yang harus dimiliki pemimpin

(Menurut Ordway Tead)

1. Harus memiliki energi jasmani & rohani

2. Harus memiliki orientasi terhadap sasaran & tujuan

a. Agar punya orientasi harusmandapatkan basis pengetahuan

43

Page 44: Tun Tun An

b. Sasaran & tujuan orientasi untuk pengendalian

3. Harus memiliki semangat tinggi

4. Harus ramah – tamah dan cinta kasih terhadap sesamanya

5. Harus mempunyai kepribadian yang bulat (integritas)

6. Harus mempunyai kecakapan teknis

7. Harus memiliki sifat tegas

8. Harus cerdas

9. Harus pandai mengajar

10.Harus mempunyai keyakinan

a. Agar punya keyakinan harus memahami dan mengerti lebih

dalam

Idealisme Kepemimpinan menurut Pewayangan Jawa

Sifat kepemimpinan Pandawa

1. Tulus hati

2. Teguh pendirian

3. mampu menyelesaikan segala tugas pekerjaan yang dipercayakan

kepadanya

4. Setia janji

a. Puntodewo kang suci atine

b. Wekudoro tegas ing yudo

c. Janoko lananging jagad

d. Nakulo Sadewo prasetyo ing uboyo

Kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro

Ing ngarso sung tulodho

Ing madyo mangun karsa

Tut wuri handayani

Yang maknanya sebagai berikut :

Pemimpin apabila

- didepan memberikan contoh

- ditengah tengah bermusyawarah dan membentuk pendapat umum

yang positif (mampu membangkitkan semangat dan kreastivitas)

- dibelakang memberikan saran dan pertimbangan yang menentukan

dan di ikuti oleh warga karena memang bermanfaat bagi mereka

44

Page 45: Tun Tun An

Dengan demikian pemimpin yang diharapkan dapat disegala tempat,

atau dimanapun tempatnya pemimpin dapat memberikan pengaruhnya

Sifat pemimpin menurut Filsafat Jawa

(diungkapkan oleh RM Soerohartono (Kakak RA Kartini), yang terkenal

dengan catur paradak Soehartono yaitu:

1. Sugih tanpo bondo

Kecakapan yang paling berharga adalah kekayaan kejiwaan, karena

dengan kekayaan kejiwaan, orang akan mempunyai pengaruh yang

mendasar.

2. Digdoyo tabpo aji

Meskipun orangnya tak seberapa, tetapi optimis, simpatik, ramah

tamah, tidak mudah marah, pandangan hidup yang stabil akan besar

pengaruhnya.

3. Nglurug tanpo bolo

Percaya pada diri sendiri serta mempunyai tekat yang bulat karena

semuanya telah dipertimbangkan masa – masak.

4. Menang tanpo ngasorake

Menundukkan orang tanpa rasa tidak enak.

Azas Kepemimpinan Pancasila

1. takwa

2. ing ngarso sung tulodho

3. ing madyo mangun karso

4. tut wuri handayani

5. waspada purbo waseso

6. ambeg paramarta

7. prasojo

8. guni nastiti

9. bloko

10.legowo

dasar – dasar Kepengikutan

1. Naluri dan nafsu Mengikuti kepemimpinan karena kebutuhannya

dipenuhi

2. Adat dan budi pekerti Mengikuti karena agamanya sama atau budi

pekertinya baik

3. Peraturan hukum

45

Page 46: Tun Tun An

4. Pertimbangan akal sehat Mengikuti kepemimpinan menurut

pertimbagan, logika yakin akan dapat mencapai tujuan yang telah

disepakati bersama (tujuan organisasi)

Menurut pengamatan nampaknya warga SH Terate sebagian besar masih

mengikuti pemimpin hanya asal mengikuti saja tanpa pertimbangan

pemikiran yang sehat. (kepengikutan yang membabi buta).

Hal demikian dapat mengakibatkan :

a. Kultus individu, warga memandang bahwa pemimpin SH

Terate sebagia manusia yang luar biasa, yang tidak ada

duanya didunia sehingga mereka menurut saja apa kata sang

pemimpin.

b. Timbulah kekosongan kepemimpinan, karena tidak ada

duanya didunia tamatlah harapan warga sehingga timbul

kekosongan kepemimpinan. Mengapa demikian? Karena

mereka tidak terlatih dalam kepemimpinan sehingga tidak ada

seorangpun yang siap untuk menjadi pemimpin.

c. Pelaksanaan yang tidak sehat

d. Kegagalan pencapaian program organisasi

e. Timbul kekacauan dan lain – lain

Catatan : Agar regenerasi kepemimpinan dapat baik dan pencapaian

tujuan organisasi berjalan lancar maka tugas dan tanggung jawab

sosial utama dari Pemimpin SH Terate adalah mengembangkan

kepengikutan yang rasional.

46