turonggo gagak seto
TRANSCRIPT
MENGENAL TARI KUDA LUMPING
LEWAT TURONGGO GAGAK SETO
Tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia mengenai kekayaan budaya yang dimiliki
Indonesia. Puluhan hingga ratusan kebudayaan hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Kemajemukan suku dan daerah membuat Indonesia dilimpahi dengan berbagai macam
kebudayaan yang selalu dapat mempercantik negara agraris ini.
Kesenian merupakan salah satu hasil kebudayaan Indonesia yang sangat diagungkan. Salah
satunya adalah kuda lumping. Kuda lumping atau yang sering disebut jaranan merupakan
sebuah tarian yang dimainkan oleh beberapa orang dengan menaiki kuda kepang yang
terbuat dari anyaman bambu dan diiringi oleh musik tradisional, seperti gamelan. Banyak
daerah mengklaim memiliki kesenian ini, namun di setiap daerah memiliki ciri khas masing-
masing dari kuda lumpingnya, baik dalam segi kostum, musik maupun tarian.
Salah satunya adalah kesenian kuda lumping yang ada di Desa Gemawang, Kecamatan
Gemawang, Kabupateng Temanggung, Jawa Tengah. Turonggo Gagak Seto, begitulah
paguyuban ini disebut-sebut.
Turonggo Gagak Seto dan berdiri sejak tahun 2011, walaupun baru muncul kurang lebih 3
tahun namun paguyuban ini sudah menduduki puncak diantara paguyuban-paguyuban kuda
lumping yang lain. Turonggo sendiri berarti ‘kuda tunggangan’ sementara gagak
melambangkan warna ‘hitam’ dan seto sendiri berarti ‘putih’. Jadi Turonggo Gagak Seto
sendiri dapat diartikan sebagai kuda tunggangan yang berwarna hitam dan putih. Turonggo
Gagak Seto juga memiliki visi dan misi yaitu untuk menunjukkan ke dunia luar bahwa ada
kesenian tari kuda lumping yang berasal dari jawa dan hingga saat ini masih dijaga
kelestariannya oleh para pemuda di desa Gemawang. Selain itu tarian ini juga dapat
membangkitkan kreatifitas generasi-generasi muda dalam hal kesenian.
Pada penampilannya, Tari Kuda Lumping biasanya diiringi alat musik tradisional jawa
seperti gamelan, gendang serta nyanyian berbahasa jawa yang menceritakan alur tari kuda
lumping itu sendiri. Paguyuban Turonggo Gagak Seto men-design ulang penampilannya
dengan menambahkan orgen dan drum sebagai pelengkap alat musik agar menghasilkan
musik yang lebih menarik.
Tari kuda lumping sendiri biasanya dimainkan oleh 17 orang, 1 orang berperan sebagai
Wiroyudho, 4 orang sebagai Wiropati dan 12 orang sebagai prajurit. Wiroyudho berperan
sebagai pemimpin kuda lumping dengan ciri khas memegang pecut, sementara Wiropati
adalah pemimpin prajurit yang menempati baris paling depan saat menari kemudian diikuti
dengan barisan para prajurit. Seiring dengan perkembangan zaman, tari ini juga disisipkan
unsur modern dengan memasukan budaya bali yaitu leak agar ceritanya lebih variatif dan
lebih menarik.
Leak sebagai tokoh jahat yang diselipkan dalam penampilan Turonggo Gagak Seto dalam dalam acara
peringatan HUT RI ke-69 di Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
Foto: Dok. Arif, 2014
Tarian Kuda Lumping yang dimaikan oleh Paguyuban Turonggo Gagak Seto ini tentu saja
memiliki cerita di dalamnya. Pertama-tama, seluruh prajurit menari dengan riang gembira,
namun kemudian datanglah Jaok yang merupakan Raja dari seluruh Prajurit Kuda Lumping,
prajurit menyambut dengan gembira kedatangan raja mereka. Setelah Jaok pergi, terdengar
nyanyian menyerukan untuk bersiap-siap dalam medan perang dan seluruh prajurit pun
bersiap-siap menghadapi sosok yang dianggap jahat yaitu leak. Leak sebagai simbol jahat
pun masuk dan berperang dengan Wiroyudho. Setelah Leak berhasil dikalahkan, Prajurit
kembali bersenang-senang merayakan kemenangannya dengan diselingi beberapa penari
perempuan. Biasanya penari wanita menarikan tarian merak. Kemudian leak yang telah
dikalahkan tadi datang kembali dengan membawa seluruh teman-temannya dan kemudian
seluruh prajurit kembali berperang melawan banyak leak dan akhirnya ditutup dengan
keberhasilan mereka memenangkan peperangan.
Turonggo Gagak Seto saat tampil dalam acara peringatan HUT RI ke-69 di Kecamatan Gemawang, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah
Foto: Dok. Arif, 2014
Tarian ini memiliki durasi kurang lebih 1,5 hingga 3 jam dalam setiap penampilannya. Tentu
saja, untuk menghasilkan tarian yang apik, para pemuda Desa Gemwang yang tergabung
dalam Paguyuban Gagak Seto rutin melakukan latihan pada setiap malam, paling tidak satu
minggu 2 kali mereka berlatih agar bisa menyuguhkan tarian yang mengundang banyak
decak kagum penonton.
Paguyuban Turonggo Gagak Seto sudah sering kali tampil dalam acara-acara tertentu, mereka
kerap kali mendapat undangan untuk tampil di acara-acara daerah maupun acara yang digelar
Pemerintah Kabupaten Temanggung.
Semangat Paguyuban Turonggo Gagak Seto merupakan langkah nyata dari beberapa pemuda
Indonesia yang ingin terus melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Sudah sepatutnya
kita pun turut andil dan memiliki semangat seperti Paguyuban Turonggo Gagak Seto sendiri
untuk terus melestarikan dan menjaga kebudayaan negeri ini. (Teresia Kinta & Balqis
Nuraini)
Narasumber: Erna & Bowo (Anggota Paguyuban Turonggo Gagak Seto)