tutor 13
DESCRIPTION
moijkTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
ILMU PENYAKIT DALAM
TRIGGER 5 : Penyakit Kuning
S
OLEH :
Kelompok Tutorial XIII
Fasilitator: dr. Zukhri Zainun Sp. M
Ketua : Nursyaddiyah (10-126)
Sekretaris : Andri Kurniawan (10-127)
Notulen : Liza nofrela (10-128)
Anggota : Alfath kautsar (10-121)
Guntur Dani P (10-122)
Lidia Putri A (10-123)
Randi anugrerah (10-124)
Yelsa Norita (10-125)
Diya Triutami (10-129)
Andeariesa D (10-130)
M. Ridwan (10-213)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-
Nya lah kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator kami yang telah memberi dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin....
Padang, Oktober 2012
Penulis
TRIGGER V : Penyakit Kuning
“ Tn. Widodo 25 th dating ke dr. Zainal dengan keluhan letihletih sejak 1 minggu yang
lalu. Dari anamnesa didapat mata kuning sejak 5 hari yang lalu dan buang air kecil
seperti teh pekat sejak 1 minggu yang lalu. Tn. Widodo mengalami kecelakaan 2 bulan
yang lalu, karena perdarahan dia mendapatkan transfuse darah 2 kantong. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan sclera ikterik, hepar 3 jari dibawah arcus costae, dan
laboratorium Bilirubin total 5,5 g/dl, bil direk 3,5 g/dl, bil indirek 2 g/dl, SGOT 120
U/L. SGT 11o U/L. Tn Widodo dikirim ke Rumah sakit siti Rahmah untuk perawatan
selanjutnya.
Jelaskan penyakit apa yang sedang diderita Tn. Widodo?
STEP I : CLARIFY UNFAMILIAR TERMS
1. Bilirubin : Pigmen empedu yang dihasilkan dari pemecahan heme dan reduksi biliverdin
2. Sclera ikterik : Kuning pada bagian putih bola mata karena penimbunan bilirubin
3. Bilirubin Direk : Bilirubin yang dikeluarkan melalui membrane canaliculi ke saluran empedu
STEP II : DEFINE THE PROBLEMS
1. Apa keluhan pak Widodo ?
2. Apa hasil anamnesa dari pak Widodo ?
3. Apa hasil Pemeriksaan fisik dari pak widodo?
4. Mengapa air kencing pak widodo seperti teh pekat
5. Apa hubungan kecelakaan 2 bulan yang lalu dengan keluhan yang pak Widodo rasakan
sekarang ini ?
6. Mengapa sclera pak Widodo Ikterik ?
7. Mengapa hepar teraba di 3 jari dibawah arcus costae
8. Apa makna klinis dari nilai lab pak widodo ?
STEP III : BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION
1. Pak Widodo mengeluh letih-letih sejak 1 minggu yang lalu
2. Hasil anamnesa :
- Mata kuning sejak 5 hari yang lalu
- BAK seperti the pekat sejak 1 minggu yang lalu
- Mengalami kecelakaan 2 bulan yang lalu dan mendapatkan transfuse sebanyak 2
kantong pasca kecelakaan
3. Hasil pemeriksaan fisik :
- Sklera mata Ikterik
- Hepar teraba di 3 jari dibawah arcus costae
4. Karena telah terjadi peningkatan eksresi bilirubin yang abnormal melalui urin
5. Kecelakaan 2 bulan yang lalu, yang mengaharuskan pak widodo untuk transfuse darah
kemungkinan telah menimbulkan reaksi ketidakcocokan berupa proses hemolisis, sehingga
salah satu komponen sarah eritrosit yang apabila pecah menghasilkan bilirubin. Kenaikan
bilirubin tersebut ajan kemudian bermanifestasi kepada ikterus atau kekuningan di jaringan
tubuh termasuk sclera
6. Terjadi peningkatan unconjugated bilirubin dalam darah yang merembes ke jaringan yang
salah satunya terlihat dari sclera mata yang mengalam ikterus
7. Akibat dari proses hemolisis pasca transfuse tersebut menyebabkan hiperaktivitas dari
hepar, hal ini memicu sel-sel hepar mengalami hyperplasia untuk mengimbangi jumlah
darah yang akan disaringnya sehingga hepar membesar dan teraba 3 jari dibawah arcus
costae
8. LO
ANAMNESATn. Udin 35 Tahun -Letih-letih -Menggigil
-Mata kuning sejak 5 hari yang lalu-Transfusi darah 2 kantong
-Sclera ikterik-Hepar teraba 3 jari dibawah arcus costae
Pemeriksaan penunjang
Bilirubin total 5,5 g/dlBilirubin direk 3,5 g/dlBilirubin indirek 2 g/dl
SGOT 120 U/LSGPT 110 U/L
Diagnose
PENYAKIT KUNING
STEP IV : ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE SOLUTION
STEP V : DEFINE LEARNING OBJECTIVES
Pemeriksaan fisik
Hepatitis :
1. Definisi
2. Etiologi
3. Epidemiologi dan factor resiko
4. Patofisiologi
5. Gejala
6. Gambaran klinis dan laboratorium
7. Diagnosis
8. Diagnosis banding
9. Pengobatan
10. Pencegahan
STEP VI GATHERING OF INFORMATION AND PRIVATE STUDY
BELAJAR MANDIRI
STEP VII SHARE THE RESULT GATHERING OF INFORMATION AND PRIVATE STUDY
A. DEFINISI HEPATITIS :
Peradangan hati yang dapat berlangsung secara akut dan kronik yang disebabkan
oleh beberapa sebab.
Beberapa hepatitis virus yang akut disebabkan oleh virus yaitu : virus hepatitis A
(HAV), virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan
virus hepatitis E (HEV). Jenis virus lain yang ditularkan pasca transfuse seperti virus
hepatitis G, dan virus TT telah dapat diidentifikasi akan tetapi tidak menyebabkan
hepatitis.
Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di
seluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta
kematian setiap tahunnya.
B. ETIOLOGI HEPATITIS :
Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat diklasifikasikan ke dalam dua
grup yaitu hepatitis dengan transmisi secara enteric dan transmisi melalui darah
Transmisi secara enteric
Terdiri atas virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis E (HEV) :
- Virus tanpa selubung
- Tahan terhadap cairan empedu
- Ditemukan di tinja
- Tidak dihubungkan dengan penyakit hati kronik
- Tidak terjadi viremia yang yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal
a. Virus hepatitis A (HAV)
- Digolongkan dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus
- Diameter 27-28 nm dengan bentuk kubus simetris
- Untai tunggal (single stranded), molekul RNA linier: 7,5 kb
- Pada manusia terdiri atas satu serotype, tiga atau lebih genotype
- Mengandung lokasi netralisasi imunodominan tunggal
- Mengandung tiga atau empat polipeptida virion di kapsomer
- Replikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi, tidak terdapat bukti yang nyata
adanya replikasi di usus
- Menyebar pada primate non manusia dan galur sel manusia
b. Virus hepatitis E (HEV)
- Kemungkinan diklasifikasi pada family yang berbeda yaitu pada virus yang
menyerupai hepatitis E
- Diameter 27-34 nm
- Molekul RNA linier; 7,2 kb
- Genome RNA dengan tiga overlap ORF (open reading frames) mengkode protein
structural dan protein non-struktural dan protein non structural yang terlibat pada
replikasi HEV. RNA replicase, helicase, cystein protease , methyltransferase
- Pada manusia hanya terdiri atau satu serotype, empat sampai, emapat sampai lima
genotype utama
- Replikasi di hepatosit
Transmisi melalui darah
Terdiri atas hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis C (HCV) :
- Virus dengan selubung (envelope)
- Rusak bila terpajan cairan empedu/ detergen
- Tidak terdapat dalam tinja
- Dihubungkan dengan penyakit hati kronik
- Dihubungkan dengan viremia yang persisten
a. Virus hepatitis B (HBV)
- Virus DNA hepatotropik, hepadnaviridae
- Terdiri atas 6 genotipe (A sampai H) terkait dengan derajat beratnya dan respon
terhadap terapi
- 42 nm partikel sferis dengan :
Inti nukleokapsid, densitas electron, diameter 27 nm
Selubung luar liprotein dengan kjetebalan 7 nm
- Hati merupakan tempat utama replikasi di samping tempat lainnya
b. Virus hepatitis D (HDV)
- Virus RNA tidak lengkap, memerlukan bantuan dari HBV untuk ekspresinya,
patogenesitas tapi tidak untuk replikasi
- Hanya dikenal satu serotype dengan tiga genotype
- Partikel sferis 35-27 nm, diselubungi oleh lapisan lipoprotein HBV (HBsAG) 19 nm
stuktur inti
- RNA HDV merupakan untai tunggal, covalently close dan sirkular
- Replikasi hanya di hepatosit
c. Virus hepatitis C (HCV)
- Selubung glikoprtotein. Virus RNA rantai tunggal
- Partikel sferis, inti nukleokapsid 33 nm
- Termasuk klasifikasi flaviviridae, genus hepacivirus
- Hanya ada satu serotype yang dapat diindentifikasi, terdapat banyak genotype dengan
distibusi yang bervariasi seluruh dunia
Penyebab lain hepatitis yaitu :
- Obat-obatan
- Bakteri
- Parasit
C. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
a. Virus hepatitis A (HAV)
- Masa inkubasi 15-50 hari
- Distribusi di seluruh dunia; endemisitas tinggi di Negara berkembang
- HAV disekresi di tinja oleh orang yang terinfeksi selama 1-2 minggu sebelum 1
minggu setalah awitan penyakit.
- Viremia muncul singkat (tidak lebih dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90 hari
pada infeksi yang membandel atau infeksi yang kambuh
- Eksresi feses yang memanjang (bulanan) dilaporkan pada neonatus yang terinfeksi
- Transmisi enteric (fekal-oral) predominan di antara anggota keluarga. Kejadian luar
biasa dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama, makanan
terkontaminasi dan air.
- Faktor resikop lain, meliputi paparan pada :
Pusat perawatan sehari untuk bayi untuk anak balita
Institusi untuk developmentally disadvantage
Bepergian ke Negara berkembang
Perilaku seks oral-anal
Pemakaian bersama pada IVDU (intravena drug user)
- Tak terbuktinya adanya penularan maternal-neonatal
- Prevalensi berkorelasi dengan standar sanitasi dan rumah tinggal ukuran besar
- Transmisi melalui transfuse darah sangat jarang
b. Virus hepatitis E (HEV)
- Masa inkubasi rata-rata 40 hari
- Distribusi luas, dalam bentuk epidemic dan endemic
- HEV RNA terdapat di serum dan tinja selama fase akut
- Hepatitis sporadic sering pada dewasa muda di Negara sedang berkembang
- Penyakit epidemic dengan sumber penularan melalui air
- Intrafamilial, kasus sekunder jarang
- Diklaporkan adanya transmisi maternal-neonatal
- Di Negara maju sering berasal dari orang yang kembali pulang setelah melakukan
perjalanan, atau imigran baru dari daerah endemic
- Viremia yang memanjang atu pengeluaran di tinja merupakan kondisi yang tidak
sering dijumpai
- Zoonosis : babi dan binatang lain
c. Virus hepatitis B (HBV)
- Massa inkubasi 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari)
- Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut
- Sebanyak 1-5% dewasa, 90% neonatus dari 50% bayi akan berkembang menjadi
hepatitis kronik dan viremia yang persisten
- Infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis dan kanker hati
- Distribusi di seluruh dunia : Prevalensi karier di USA < 1% di asia 5-15%
- HBV ditemukan di darah, semen, secret servikovaginal, saliva, cairan tubuh lain.
- Cara transmisi
Melalui darah : penerima produk darah, IVDU, pasien hemodialisis, pekerja
yang terpapar darah
Transmisi seksual
Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa : tertusuk jarum, Penggunaan
ulang peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur
dan silet, tato, akupuntur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama
Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant
Tak ada bukti penyebaran fekal-oral
d. Hepatitis virus D (HDV)
- Masa inkubasi diperkirakan 4-7 minggu
- Endemis di mediterania, semenanjung Balkan, bagian Eropa bekas Rusia
- Insidensi berkurang dengan adanya peningkatan pemakaian vaksin
- Viremia singkat (infeksi akut) atau memanjang (infeksi kronik)
- Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko infeksi HBV (koinveksi atau
superinfeksi)
IVDU
Homoseksual atau biseksual
Resipien donor darah
Pasangan seksual\
- Cara penularn :
Melalui darah
Transmisi seksual
Enyebaran maternal-neonatal
e. Virus Hepatitis C (HCV)
- Masa inkubasi 15-160 hari (puncak pada sekitar 50 hari)
- Viremia yang berkepanjangan dan infeksi yang persisten umum dijumpai (55-85%).
Distribusi geografik luas
- Infeksi yang menetap dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis, kanker hati
- Prevalensi serologi infeksi lampau/infeksi yang berlangsung sekitar 1,8% di USA,
sedangkan di Italia dan jepang dapat mencapai 20%
- Cara transmisi
Darah (predominan) : IVDU dan penetrasi jaringan, resipien produk darah
Transmisi seksual : efisiensi rendah, frekuensi rendah
Maternal-Neonatal : Efisiensi rendah, Frekuensi rendah
Tak terdapat bukti transmisi fekal-oral
D. PATOFISIOLOGI
1. Sistem imun bertanggung jawab untuk terjadinya kerusakan sel hati :
a. Melibatkan respons CD8 dan CD4 sel T
b. Produksi sitokin di hati dan sistemik
2. Efek sitopatik langsung dari virus. Pada pasien immunosupresi denga replikasi tinggi,
akan tetapi tidak ada bukti langsung.
E. GEJALA KLINIS
Gejala klinis hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu :
a. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antar masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase ini
berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada
dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum,
makin pendek fase inkubasi ini
b. Fase Prodromal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia,
atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas, anoreksia. Mual, muntah dan
anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidung dan pengecap. Diare atau
konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat muncul pada hepatitis B akut di awal
infeksi. Demam derajat rendah umumnya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri
abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastriu, kadang
diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.
c. Faktor Ikterus
Ikterus muncul setelah 510 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus
jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis
yang nyata
d. Fase konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain. Tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu.
Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu
dan 16 minggu untuk hepatitis B. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin
lebih sulit di tangani, hanya <1% yang menjadi fulminan.
F. GAMBARAN KLINIS
1. Pada infeksi yang sembuh spontan :
- Spektrum penyakit mulai dari asimtomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi
yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut
- Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal
yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti
- Malaise, anoreksia, mual, dan muntah
- Gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia
- Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV, pada virus yang lain
secara insidious
- Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV
- Immune complex mediated, serum sickness like syndrome ditemukan pada kurang dari
10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus lain
- Gejala prodromal hilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise, dan
kelemahan menetap
- Ikterus di dahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan
dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat
- Pemeriksaan fisis menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
- Splenomegali ringan dan limfodenopati pada 15-20%
2. Gagal Hati Akut
- Perubahan status mental (ensefalopati); letargi, mengantuk, koma, perubahan pola
tidur, perubahan kepribadian
- Edema serebral (biasanya tanpa edema papil)
- Koagulopati (pemanjangan masa protombin)
- Gagal organ multiple, ARDS, aritmia jantung, sindrom hepatorenal, asidosis metabolic,
sepsis, perdarahan, hipotensi
- Asites
- Case fatality rate 60%
- Pemeriksaan fisis serial memperlihatkan hati yang mengecil
- Frekuensi tinggi mencapai 10-20% pada perempuan hamil semester ketiga dengan
hepatitis E
3. Hepatitis dengan kolestasis
- Kuning sangat menonjol dan menetap selama beberapa bulan sebelum terjadinya
perbaikan yang komplit
- Pruritus menonjol
- Pada beberapa pasien terjadi anoreksia dan diare yang persisten
- Prognosis baik pada pasien dengan resolusi yang komplit
4. Hepatitis Relaps
- Kemunculan kembali gejala dan abnormalitas tes hati setelah beberapa minggu sampai
beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah perbaikan atau kesembuhan
- Paling sering terjadi pada Infeksi HAV, igM anti HAV tetap positif dan dijumpai
HAV di tinja
- Dapat dijumpai arthritis, vaskultis
- Prognosis baik pada yang sembuh sempurna walaupun setelah kambuh berulang
(terutama dijumpai pada anak)
LABORATORIUM
1. Pada pasien yang sembuh spontan
- Gambaran biokimia yang utama adalah peningkatan konsentrasi serum alanin dan
aspartat amino-transferase
- Konsentrasi puncak bervariasi dari 500 samapai 500 U/L
- Konsentrasi serum bilirubin jarang melbihi 10 mg/dl kecuali pada hepatitis dengan
kolestasis
- Konsentrasi serum fosfatase alkali normal atau hanya meningkat sedikit
- Masa protrombin normal atau meningkat antara 1-3 detik
- Konsentrasi serum albumin normal atau menurun ringan
- Hapusan darah tepi normal atau leucopenia ringan dengan atau tanpa limfositosis
ringan
2. Gagal Hati Akut
- Koagulasi yang berat
- Lekositosis, hipoatremia dan hipokalemia umum dijumpai
- Hipoglikemia
- Elevasi yang nyata dari serum bilirubin dan transminase, tetapi aminotransferase akan
kembali normal meskipun penyakit progresif
3. Hepatitis Dengan kolestasis
- Konsentrasi bilirubin serum dapat melebihi 20 mg/dl
- Konsentrasi serum aminotransferase dapat kembali normal walaupun walaupun
kolestasis masih menetap
- Konsentrasi puncak dapat melebihi konsentrsi pada saat infeksi awal
G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis secara serologis
a. Transmisi infeksi secara enteric
- HAV
IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya
Anti HAV yang positif tanpa IgM anti HAV mengindikasikan infeksi lampau
- HEV
Belum tersedia pemeriksaan serologi komersial yang disetujui
IgM dan IgG anti HEV dapat bertahan selama 6 minggu setelah puncak dari penyakit
IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi selama 30 bulan
b. Infeksi melalu darah
- HBV
Diagnosis serologis telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan dari igM antibody
terhadap antigen core hepatitis (igM anti HBc dan HBsAg)
Keduanya ada saat gejala muncul
HBs Ag mendahului igM anti HBc
HbsAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa secara rutin
HbsAg dapat menghilang biasanya dalam beberapa minggu sampai bulan
setelah kemunculannya sebelum hilangnya igM anti HBc
HbeAg dan HBV DNA
HBV DNA di serum merupakan petanda yang pertama muncul, akan tetapi
tidak rutin diperiksa
HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg
Kedua petanda tersebut menghilang dalam beberapa minggu atau bulan pada
infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul anti HBs dan anti Hbe
menetap
Tidak diperlukan untuk untuk diagnose rutin
IgG anti HBc
Menggantikan IgM anti HBc pada infeksi yang sembuh
Membedakan infeksi lampau atau infeksi yang berlanjut
Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV
Antibodi terhadap HbsAg (anti HBs)
Antibody terakhir yang muncul
Merupakan antibody penetral
Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan terhadap reinfeksi
Dimunculkan dengan vaksinasi HBV
- HDV
Pasien HBsAg positif dengan :
Anti HDV atau HDV RNA sirkulasi (pemeriksaan belum mendapatkan
persetujuan)
IgM anti HDV dapat muncul sementara
Koinfeksi HBV/HDV
HBsAg positif
IgG anti HBc positif
Anti HDV atau HDV RNA
Superinfeksi HDV
HBsAg positif
IgG anti HBc positif
Anti HDV dan atau HDV RNA
Titer anti HDV akan menurun sampai tak terdeteksi dengan adanya perbaikan infeksi
- HCV
Diagnosis serologis
Deteksi anti HCV
Anti HCV dapat dideteksi pada 60% pasien selama fase akut dari penyakit, 35%
sisanya akan terdeteksi pada beberapa minggu atau bulan kemudian
Anti HCV tidak muncul pada < 5% pasien yang terinfeksi (pada pasien HIV,
anti HCV tidak muncul dalam presentase yang lebih besar)
Pemeriksaan IgM anti HCV dalam pengembangan (belum disetujui FDA)
Secara Umum anti HCV akan tetap terdeteksi untuk periode yang panjang, baik
pada pasien yang mengalami kesembuhan spontan maupun yang berlanjut
menjadi kronik
HCV RNA
Merupakan petanda yang paling awal muncul pada infeksi akut Hepatitis C
Muncul setelah beberapa minggu infeksi
Pemeriksaan yang mahal. Untuk mendiagnosis penyakit tidak rutin dilakukan,
kecuali pada keadaan dimana dicurigai adanya infeksi pada pasien dengan HCV
negative
Ditemukan pada infeksi kronik HCV
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Hepatitis hati oleh karena obat atau toksik
2. Hepatitis toksis
3. Demam kuning (yellow fever)
4. Malaria
I. PENGOBATAN
1. Infeksi yang sembuh spontan
a. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi
b. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
- Tidak ada rekomendasi diet khusus
- Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang paling baik
ditoleransi
- Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut
c. Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
d. Pembatasan aktivitas sehari-hari derajat kelelahan dan malaise
e. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A, E, D.
Pemberian interferon-alfa pada hepatitis C akut dapat menurunkan resiko kejadian
infeksi kronik. Peran lamivudin atau adevoir pada hepatitis B akut masih belum jelas.
Kortikosteroid tidak bermanfaat
f. Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan
2. Gagal Hati akut
a. Perawatan di RS
- Segera setelah diagnosis ditegakkan
- Penanganan terbaik dapat dilakukan pada RS yang menyediakan program transplantasi
hati
b. Belum ada terapi yang terbukti efektif
c. Tujuan
- Sementara menunggu perbaikan infeksi spontan dan perbaikan infeksi spontan dan
perbaikan fungsi hati dilakukan monitoring kontinu dan terapi suportif
- Pengenalan dini dan terapi terhadap komplikasi yang mengancam nyawa
- Mepertahankan fungsi vital
- Persiapan transplantasi bila tidak mendapat perbaikan
3. Hepatitis Kolestasis
a. Perjalanan penyakit dapat dipersingkat dengan pemberian jangka pendek prednisone
atau asam ursodioksikolat. Hasil penelitian masih belum tersedia
b. Pruritus dapat dikontrol dengan kolestiramin
4. Hepatitis Relaps
Penanganan serupa dengan hepatitis yang sembuh spontan
J. PENCEGAHAN
1. Pencegahan terhadap infeksi hepatitis dengan penularan secara enteric HAV
Imunoprofilaksis sebelum paparan
a. Pencegahan dengan imunoprofilaksis
- Vaksin HAV yang dilemahkan
Efektivitas tinggi (angka proteksi 94-100%)
Sangat imunogenik (Hampir 100% pada subjek sehat)
Antibodi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 8590%
Aman, toleransi baik
Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping utama adalah nyeri di tempat penyuntikan
b. Dosis dan jadual vaksin HAV
> 19 tahun. 2 dosis of HAVRIX® (1440 unit elisa) dengan interval 612 bulan
Anak > 2 tahun, 3 dosis HAVRIX® (360 unit Elisa), 0,1, dan 612 bulan atau 2 dosis
(720 unit Elisa), ) 0, 6-12 bulan
c. Indikasi Vaksinasi
Pengunjung ke daerah resiko tertinggi
Homoseksual dan biseksual
IVDU
Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami kejadian luar biasa luas
Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari angka nasional
Pekerja laboratorium yan menangani HAV
Pramusaji
Pekerja pada bagian pembuangan air
Imunoprofilaksis pasca paparan
- Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
- Keberhasilan immunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak sempurna
- Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin :
Dosis 0,02 ml/kg, suntikkan pada daerah deltoid sesegera mungkin setela paparan
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikkan
Indikasi : Kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan infeksi HAV akut
2. HEV
Kemunculan IGG anti HEV pada kontak dengan pasien hepatitis E dapat bersifat
proteksi, akan tetapi efektifitas dari imunogobulin yang mengandung anti HEV masih
belum jelas
- Pengembangan immunoglobulin titer tinggi sedang dilakukan
- Vaksin HEV sedang dalam penelitian klinis pada daerah endemic
3. HBV
Pencegahan terhadap infeksi hepatitis dengan penularan secara enteric HAV
Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B sebelum paparan
a. Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B sebelum paparan
- Vaksin rekombinan ragi
Mengandung HBsAg sebagai imunogen
Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HBsAg pada >95% pasien
dewasa muda sehat setelah pemberian komplit 3 dosis
Efek samping utama :
Nyeri sementara pada tempat suntikan
Demam ringan dan singkat < 3%
- Dosis dan jadwal vaksinasi HBV. Pemberian IM (deltoid) dosis dewasa, untuk bayi,
anak sampai umur 19 tahun dengan dosis anak (1/2 dosis dewasa), diulang pada 1 dan
6 bulan kemudian
- Indikasi
Imunisasi universal untuk bayi baru lahir
Vaksinasi Catch up untuk anak sampai umur 19 tahun
Grup resiko tinggi :
1) Pasangan dan anggota keluarga yang kontak dengan karier
2) Pekerja kesehatan dan pekerja yang terpapar darah
3) IVDU
4) Homoseksual dan biseksual pria
5) Individu dengan banyak pasangan seksual
6) Resipien transfuse darah
7) Pasien hemodialisa
8) Individu dengan penyakit hati yang sudah ada
b. Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B pasca paparan dengan vaksin hepatitis B
dan immunoglobulin hepatitis B (HBIG)
- Indikasi :
Kontak seksual dengan individu yang terinfeksi hepatitis akut: 1) dosis 0,040,07
mL/Kg HBIG sesegera mungkin setelah paparan; 2) vaksin HBV pertama diberikan
pada saat atau hari yang sama pada deltoid sisi lain; 3) vaksinasi kedua dan ketiga
diberikan 1 dan 6 bulan kemudian
Neonatus dari Ibu yang diketahui mengidap HBsAG positif: 1) setengah mili liter
HBIG diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir di bagian aterolateral otot paha
atas; 2) vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug, diberikan dalam 12 jam pada sisi lain,
diulang 1 dan 6 bulan
Efektivitas perlindungan melampaui 95%
KESIMPULAN
Hepatitis adalah Peradangan hati yang dapat berlangsung secara akut dan kronik yang
disebabkan oleh beberapa sebab. Salah satu yang paling sering menyebabkan hepatitis adalah
virus yang terdiri dari HAV, HBV, HCV, HDV, dan HEV. Penularan dan transmisi masing-
masing virus juga sangat beragam dapat melalui infeksi hematogen ketika transfusi, maupun
infeksi enterik. Perjalanan klinis Hepatitis akan sangat khas untuk tiap-tiap virus yang
menyebabkannya, dapat berlangsung cepat atau dengan komplikasi yang kronik dan memberikan
prognosa yang buruk. Diagnosa pada Hepatitis juga harus ditegakkan dengan serangkaian
mekanisme permeriksaan laboratorium misalnya secara serologis. Pengobatan dan pencegahan
dini dapat meperbaik prognosa dan menghindari dari hepatitis berulang.
KEPUSTAKAAN
-Buku Ilmu penyakit dalam jilid I
-Panduan Klinik Ilmu penyakit dalam